~ibunJabarpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/tribunjabar... · menyelesaikan...

Preview:

Citation preview

~ibunJabaro Senin 0 Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu

o Jan • Peb 0Mar 0Apr 0Me; 0Jun 0 Jul 0 Ags

12 1327 28 29 30

OSep OOkt ONov

Sinta Ridwan

Blodala:Nama: Sinta RidwanTempat dan tanggallahir:Cirebon 11 Januari 1985Nama Orang Tua: OennyHermayanti dan OjadjaRidwan (aim)

PreSlasl:• Mahasiswa berprestasi .

tingkat Kopertis tahun2007

ESKI masih dalam proses, upayanyatelah menunjukkan suatu dukunganyang sangat berarti pada bahasa ibu

. y~g setiap 21Februari diperingatisebagai Han Bahasa Ibu Internasional. Ba- •gaimana tidak, langkah yang dilakukan sosokperempuan bernama Sinta Ridwan (27)inisedang merintis pembuatan museum digitalnaskah kuno Indonesia yang menggunakanbahasa dan tulisan kedaerahan, dan sejak tahun2009membuka kelas gratis untuk belajar AksaraSunda Kuno yang sering disebut kelas Aksakun.Bahkan semua itu dilakukannya dengan kondisikesehatannya yang sudah divonis dokter sebagaipenyandang lupus, penyakit yang hingga kinibelum ada obatnya.Gadis kelahiran Cirebon, 11Januari 1985ini

selalu ta~p.u ~ersahaja, ramah dan penuhp~rcay~ ~m. Sl~apnya semakin murah senyumsejak dirinya dinyatakan mengidap lupus, tahun2005 lalu. Kesukaannya terhadap ilmu bahasapun sema~ tinggi yang ditunjukkannya denganmengambil Sz program studi Filologi, yakni ilmuyang memperlajar naskah-naskah kuno diUniversitas Padjadjaran, setelah menyelesaikanSI Bahasa dan Sastra Inggris."Sa~amernilih filologikarena saya ingin men-

dalami s~stra yang ada nilai sejarah dan budaya-nya. Begitu saya masuk, ternyata semakin mem-~:>uatsaya se~angat ~arena perninatnya sangat~arangsek~li,apalagi yang muda. Setiap angkatanitu m~asls~m:ya bisa dihitung jari," kata Sintasaat .ditemUlTnbun seusai memberikan pem-belajaran Aksakun di Gedung IndonesiaMenggugat (GIM),JalanPerintisKemerdekaanBandung, Jurnat (17/2) maIarn. 'Keseriusannya pada dunia sastra daerah

juga sudah ditunjukkannya ketika masihkuliah bahasa dan sastra Inggris. Sekitartahun 2008berhasil menjadi juara 3 lombabaca uisi daerah ang digelar Disparbud

•. Juara 3 Lomba PuisiBahasa Daerah DisparbudJabar tahun 2008

• Menulis buku puisiSecangkir Bintang tahun2009

• Menulis buku Otobiografidalam bentuk novel .berjudul "BertemanDengan Kematian" tahun2010.

Jabar. B~an m a un Rera]Smenulis PUlSldan berhasil membukukannya dengan judulSecangkir Bintang pada tahun 2009.Sambil mendalarni studi S2-nya, anak

pertama dari dua bersaudara buah hati pasa-n~an De~y Hermayanti dan alrnarhum DjadjaRidwan iru membuka kelas pembelajaransemacam les privat mengenal Aksara Sunda Kunodan dan naskah-naskah kuno se ara gratis. KelasAksakun yang digelar setiap Jumat malarn danterbuka buat siapa saja ini rutin digelar sejakOktober 2009."Awalnya hanya sekitar 35 orang

dengan peserta dari berbagai kalangan,ada mahasiswa, anak sekolah,pekerja, hingga anggota komunitasmusik metal. Sampai sekarang pesertayang tercatat itu mencapai 200-anorang, tapi yang aktif atau rutin datangke kelas seminggu sekali sekiar 25 .orang," ujar Sinta yang sudahmenyelesaikan Tesis S2-nya tentangaksara Sunda Cirebonan.Hingga sekarang program kelas

Aksakun yang didukung ka-langan seniman musik baladadan metal ini masih dijalankan-nya. Kelas tersebut dibuka Sintadengan tujuan yang cukupsederhana awalnya yaknihanya ingin mempopu-lerkan kembali aksaraSunda. Karena saat masukS2Filologi ternyataperninatnya hanya 4orang dan hanyadirinya yang terhitungmuda. Kemudian adikkelasnya pad a tahunberikutnya.;.- ~.L _ _iiL_ __ -----'

Kliping Humas Onpad 2011.

hanya 3 orang, berikutnya 2 orang."Karena saya merasa miris, khawatir semakin

tidak yang berminat filologi, maka saya cobamembuak kelas aksara Sunda kuno di GIM, eh

. temyata banyak yang seniman yang mendu-kung," kata Sinta yang saat ini sedang menyiap-kan diri untuk mengambil S3agar bisa menjadidosen filologi.

Setelah membuka kelas aksara Sunda kuno,Sinta pun mulai mengenalkan soal naskah-naskah kuno. Beberapa pesertanya ada yangbeminat ada juga yang hanya ingin mengenalakasara Sunda Kuno saja. Sinta pun akhimyamembebaskan para 'murid' -nya akan mendalamiyang mana, yang penting aksara Sunda kunoyang juga berkaitan dengan filologi menjadi lebihdikenal di kalangan anak muda. Banyak darimurid Sinta yang membuat tulisan kuno untukdijadikan desain kaus,dan poster-poster. Selainitu ada juga yang membuat lirik lagu yangmengadaptasi dari naskah-naskah kuno.

"Karena dalam naskah kuno itu terdapatberbagai macam kandungan di antaranya, sejarahgaya hidup, kesehatan, tuntunan manusia agardapat menghargai alam, dan sastra orang-orangmasa lalu. [adi banyak juga insapirasi yang bisadigali untuk diterapkan pada masa kekinian,"ungkapnya.

langsung akan tergiring pada upaya menjaga danmelestarikan naskah-naskah kuno yang me-rupakan warisan masa lalu. Karena bagi Sintanaskah kuno adalah menjadi 'bagian sumberpenting dalam mengungkap sejarah masa lalu.

"Tidak ada masa kini tanpa adanya masa lalu,dan itu semua tertuang di dalam naskah kuno,"ungkap Sinta yang sekarang mulai mengum-pulkan salinan data naskah kuno untuk dijadi-kan bahan proyeknya, museum digital naskahkuno senusantara.(dedy herdiana)____ ~~~L- __ ~ __ ~~~~~ _

Setelah dikenal kalanganmuda, diakui Sinta

maka secara tidak

Yak Pernah AbsenKECINTAAN Sinta terhadap naskah kuno telahmenghilangkan rasa sakit lupus yang dideritanyasejak 2005. Sinta mengaku jika sedang tidak enakbadan tidak menyurutkan dia untuk absen tidakmengajar kelas aksara kuno. Bahkan ketika cuacahujan, Jumat (17/2) kemarin pun, Sinta tetapdatang ke GIM. Sementara beberapa 'murid'nyaada yang tidak datang.

"Ya karena kata dokter juga penyakit ini belumada obatnya. Maka saya beranggapan satu-

satunya terapi yang bisa membuat sembuhadalah membut perasaan bahagia. Dan

saya kalau mengajar naskah kunomerasa bahagia. Selain itu saya

selalu berupaya tersenyum,karena agar pembawaan

rasa bahagia bisa terusterpancar," ujarnya.

Di tengah keter-batasan fisiknya,

Sinta juga punyakeinginan besaruntuk membuatmuseumdigitalnaskah-naskahkuno.

Keinginan luhurnya itu semakin terdengar ketikaSinta merilis buku otobiografinya berbentuknovel berjudul "Berteman dengan Kematian"pada tahun 2010. Dalam buku itu Sinta men-ceritakan tentang perjuangan dirinya untukberjuang melawan lupus yang bersemayam didalam tubuhnya dengan melakukan aktivitasyang membuat dirinya bahagia dan memberimanfaat pada orang lain.

Setahun kemudian, Oktober 2011 bantuan daribeberapa pihak muncul, mulai dari lap top hinggadana untuk pencarian data awal mulai diper-olehnya, berkat novel otobiografinya. Kini, Sintapun sudah memulai melakukan pencarian datauntuk diolah dan dirnasukan ke dalam datadigital.

"Sekarang ini saya sudah dapat data di 3 kota,Yogyakarta, Solo dan Jakarta. Di Yogya saya carike UGM, Keraton, Museum Sonobudoyo, danPura Pakuan. Di Solo saya cari di Radiopustaka,dan kalau Jakarta saya cari di Perpusnas. Ke-banyakan naskah kuno yang saya dapatkan dariMuseum Sonobudoyo dan sebanyak 7Qnaskahdari Perpusnas," papar Sinta.

Sinta merencanakan akan melakukan pencariandata setiap bulan sekali. "Setelah dapat datanyasaya olah lalu didiskusikan dan terus dirnasukandlam bentuk digital," ujar Sinta yarig masih terusmencari tambahan dana dalam pencarian datanya.

Melalui museum digital naskah kuno itu, Sintaberharap agar masyarakat mudah mengaksesnaskah-naskah kuno yang menjadi warisanbudaya nasional untuk bahan kajian. Karenaberdasarkan pengalamannya selama ini untukmencari naskah-naskah kuno itu sangat sulit dankondisi naskahnya sudah rawan rusak.

"[adi saya ingin orang tidak perlu sulit mencaritentang keberadaan, bentuk, jenis aksara,bahasa.dan bahan tulisan suatu naskah kuno. Dantidak perlu harus mencari-cari dalam waktu lamadi museum atau perpustakaan. Kecuali jika inginmembuktikan kebaradaannya," katanya. (dedyherdiana)

Recommended