View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
TESIS
PERBANDINGAN KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PETANI DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
DI KABUPATEN WAJO
disusun dan diajukan oleh
ANDI REZKI HANDAYANI
P062181021
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2021
ii
PERBANDINGAN KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PETANI DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
DI KABUPATEN WAJO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program studi
Ilmu Biomedik/Fisiologi
Disusun dan diajukan oleh
ANDI REZKI HANDAYANI P062181028
kepada
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2021
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama NIM Program Studi Jenjang
: : : :
Andi Rezki Handayani P062181021 Ilmu Biomedik S2
Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya yang berjudul
Perbandingan Kebugaran Kardiorespirasi Petani dan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Wajo
adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan
tulisan orang lain bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 28 Mei 2021
Yang Menyatakan,
Andi Rezki Handayani
v
PRAKATA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “Perbandingan Kebugaran
Kardiorespirasi antara Petani dan Satuan Polisi Pamong Praja di
Kabupaten Wajo”
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa itu
tak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis dengan tulus
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., sebagai Dekan Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin serta segenap karyawan
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
3. Dr.dr. Ika Yustisia, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Sekolah Pascsarjana Universitas Hasanuddin beserta dosen dan staf
atas arahan , bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti
pendidikan di Pascsarjana Universitas Hasanuddin
4. dr. M. Aryadi Arsyad, M.Biomed.Sc.,Ph.D., sebagai Ketua
Konsentrasi Fisiologi Program Studi Ilmu Biomedik dan sekaligus
vi
sebagai penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
arahan dan masukkan, serta kesediaannya berbagi pengalaman dan
ilmu dalam penyusunan penyelesaian tesis ini.
5. DR. dr. Irfan Idris, M,Kes selaku Ketua Penasehat dan Dr. dr.
Muzakkir Amir, Sp.JP(K),FIHA selaku anggota penasehat yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan, bimbingan,
sumbangsih pikiran, motivasi serta dukungan moril yang baik dalam
penyusunan dan penyelesaian tesis ini.
6. Prof. Dr. dr. Andi Wardihan Sinrang,MS.Sp.And dan dr. Andriyani
Qanitha, M.Sc.,Ph.D atas kesediaannya menjadi Penguji yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan masukan, serta
kesediaannya berbagi pengalaman dan ilmu dalam penyusunan tesis
ini.
7. Kepada orang tua saya tercinta (H. Andi Kamaruddin dan Hj. Andi
Munawara) yang tidak henti-hentinya memberikan doa, motivasi serta
semangat kepada penulis selama proses pendidikan magister dan
penyusunan tesis ini.
8. Kepala Lingkungan Cenranae dan seluruh masyarakat Dusun
Cenranae, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo yang telah
sukarela berpartisipasi dan membantu pelaksanaan penelitian ini.
9. Bapak Drs. H. Andi Junaidi Hafid, M.H selaku Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Wajo,. Bapak H. Suhaerman,S.Sos selaku
Sekertaris Satuan Polisi Pamong Praja. Bapak Ramli, S.Sos, beserta
vii
seluruh staf dan anggota Satpol PP yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
10. Ibu Andi Tenriawaru, SH., M.Si. yang telah meluangkan waktu dan
membantu penelitian ini.
11. Kepada teman-teman mahasiswa konsentrasi fisiologi angkatan 2018
(1) (Kak Nuni, Kak Yanti, Diah, Kak Angria, Mindy, Farah, Kak Upik,
Kak Hary, dan Kak Ermida ) yang selalu membantu dan memberi
dukungan, semangat dan motivasi dalam proses kuliah maupun
penyelesaian tesis ini
12. Teman-teman terbaikku sejak kuliah S1 di PSIK Universitas
Hasanuddin, Endah Kusumowarni, S.Kep.,Ns dan Musdalifa S.Kep.
,Ns. yang tidak henti-henti memberi dukungan dan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Unhas
13. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian tesis
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
14. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me, for doing this
hard work, for having no days off, for never quitting, for just being me
at all.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalas budi baik semua pihak
yang telah memberi kesempatan, kemudahan, dukungan serta bantuan
dalam menyelesaikan tesis ini
viii
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca yang budiman untuk penyempurnaan penulisan
selanjutnya. Di samping itu penulis juga berharap semoga penelitian ini
bermanfaat bagi penulis dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalam.
Makassar, Mei 2021
Penulis
ix
ABSTRAK
ANDI REZKI HANDAYANI. Perbandingan Kebugaran Kardiorespirasi antara
Petani dan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Wajo (dibimbing oleh Irfan
Idris dan Muzakkir Amir)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kebugaran
kardiorespirasi anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan petani.
Sejumlah 50 orang laki-laki yang terdiri atas 25 orang anggota Satpol PP dan 25
orang petani berpartisipasi pada penelitian cross-sectional ini. Pengukuran
kebugaran kardiorespirasi dilakukan dengan tes Harvard. Responden naik turun
bangku dengan tinggi 45 cm selama 5 (lima) menit kemudian denyut nadi diukur
berturut-turut pada menit ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 setelah naik turun
bangku. Kebugaran kardiorespirasi dan heart rate antara Satpol PP dan petani di
uji dengan uji t tidak berpasangan. Nilai rata-rata kebugaran kardiorespirasi
Satpol PP dan petani masing-masing adalah 107.80 ml/kg/menit (±26.97) dan
117.96 ml/kg/menit (±23.02). Heart rate menit 1 pada satpol adalah 102,8
denyut/menit dan pada petani 91,92 denyut/menit. Kebugaran kardiorespirasi
pada satpol yang tidak merokok adalah 113.67 ml/kg/menit (±24.04) dan satpol
yang merokok 104.50 ml/kg/menit (±28.69). Kebugaran kardiorespirasi pada
petani yang tidak merokok adalah 120.43ml/kg/menit (±11.98) dan pada petani
tidak merokok 117.00 ml/kg/menit (±26.34)
Kebugaran kardiorespirasi lebih baik pada petani dibandingkan Satpol PP,
meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,195). Demikian juga responden
yang tidak merokok dan IMT normal, mempunyai kebugaran kardiorespirasi yang
lebih baik pada setiap kelompok.
Kata kunci: kebugaran kardiorespirasi; tes harvard, satpol PP, petani
x
ABSTRACT
ANDI REZKI HANDAYANI. Cardiorespiratory Endurance between Farmers and
Public Order Agency Personnel in Wajo Regency (Supervised by Irfan Idris dan
Muzakkir Amir)
This study aimed to compare the cardiorespiratory endurance based on the
results of the Harvard Test on farmers and the Public Order Agency Personnel
(POAP). A total of 50 men consisting of 25 members of farmers and 25 POAP
participated in this cross-sectional study. The test is carried out by asking
participants to step up and down onto a standard gym bench with a height of 45
cm for 5 (five) minutes then the pulse is measured in the 1st, 2nd and 3rd minute
after the finishing the test. The mean cardiorespiratory endurance values of
POAP and farmers were 107.80 ml/kg/min (± 26.97) and 117.96 ml/kg/min
(±23.02) respectively. The 1st minute heart rate of POAP were 102.8
beats/minute and farmers were 91.92 beats/minute. Cardiorespiratory endurance
values of non-smoker POAP were 113.67 ml/kg/minute (±24.04) and smoker
POAP were 104.50 ml/kg/minute (±28.69). Cardiorespiratory endurance values of
smoker farmers were 120.43ml/kg/minute (±11.98) and non-smoker farmers were
117.00 ml/kg/minute (±26.34).
The cardiorespiracy endurance of farmers better than POAP althought it is not
siginificance (p=0.195). The normal body mass index (BMI) and no smoking
history have better cardiorespiratory endurance in each group.
Keywords : cardiorespiratory endurance; harvard test, farmer, public order
agency personnel
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
PRAKATA
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Kegunaan Penelitian
1. Untuk Pengembangan Ilmu
2. Untuk Instansi Terkait
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran Fisik
B. Fisiologi Sistem Kardiorespirasi
1. Jantung
2. Paru-paru
3. Pembuluh Darah
4. Darah
C. Tinjauan Tentang Kebugaran Kardiorepirasi
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xiv
xv
1
1
5
5
5
5
6
6
6
7
7
10
10
11
13
13
14
xii
1. Definisi Kebugaran Kardiorespirasi
2. Denyut Nadi Pemulihan
3. Adaptasi Sistem Kardiovaskuler Saat Latihan
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Kardiorepirasi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
C. Definisi Operasional
D. Desain Penelitian
E. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
G. Instrumen Penelitian
H. Alur Penelitian
I. Teknik Pengumpulan Data
J. Etika Penelitian
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan Penelitian
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
15
17
20
24
24
24
25
25
26
26
27
27
27
27
27
27
28
29
30
31
33
33
38
47
47
47
48
xiii
DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Interpretasi Kebugaran Kardiorepirasi
Karakteristik subjek penelitian
Perbandingan kebugaran kardiorespirasi
berdasarkan kelompok profesi
Perbandingan Tingkat Kebugaran Satpol PP dan
Petani berdasarkan Kebiasaaan Merokok
Perbandingan Heart Rate 1 menit pertama tes
harvard berdasarkan Profesi dan Kebiasaaan
Merokok
Perbandingan Tingkat Kebugaran Responden
Satpol PP dengan Indeks Massa Tubuh Normal dan
Tidak Normal
Perbandingan Tingkat Kebugaran Responden
Petani dengan Indeks Massa Tubuh Normal dan
Tidak Normal
Halaman
22
33
34
34
35
36
37
xv
DAFTAR GRAFIK
No.
1.
.
Heart rate responden pada menit 1, menit 2, dan
menit 3 setelah naik turun bangku
Halaman
38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam
yang berlimpah. Oleh karena itu penduduk Indonesia memiliki profesi
yang beraneka ragam, diantaranya adalah petani dan Satuan Polisi
Pamong Praja ( Satpol PP ). Badan Pusat Statistik (2018) menyatakan
bahwa ada tiga lapangan pekerjaan yang memiliki tenaga kerja
terbanyak, yaitu sektor pertanian,kehutanan dan perikanan sebesar
30,46 %, sektor perdagangan sebesar 18,53 %, dan industri
pengolahan sebesar 14,11 %. Pertanian merupakan salah satu
lapangan kerja yang memiliki tenaga kerja terbanyak.
Satuan Polisi Pamong Praja juga adalah salah satu lapangan kerja
yang memiliki tenaga kerja yang banyak. Meskipun Pamong Praja tidak
termasuk dalam 3 lapangan pekerjaan terbanyak, tapi data Kementrian
Dalam Negeri (2018) menyebutkan ada 108.083 Satpol PP yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Di Kabupaten Wajo, pertanian menjadi salah satu profesi terbanyak
mengingat kondisi alam di daerah tersebut memang sangat potensial
untuk bidang pertanian. ada sekitar 52.446 orang yang berprofesi
sebagai petani (Dinas Pertanian Kab. Wajo,2019). Selain petani, PNS
juga menjadi salah satu profesi terbanyak di Kabupaten Wajo . Menurut
data dari Badan Pusat Statistik, ada sekitar 6241 orang yang berprofesi
2
sebagati PNS di Kabupaten Wajo. (Badan Pusat Statistik Sulawesi
Selatan, 2019).
Setiap pekerjaan membutuhkan kebugaran jasmani yang baik.
Kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja sebagai petani
dan satpol PP tersebut membutuhkan kebugaran jasmani yang baik.
Semua pekerja membutuhkan gerak (program kebugaran
jasmani/olahraga) untuk mendukung aktivitas dan hidupnya sehari-hari.
Untuk pekerja yang lebih mengandalkan fisik, olahraga bisa membantu
meningkatkan keseimbangan, kekuatan, kelentukan, kecepatan reaksi,
serta kebugaran otot di seluruh tubuh.Untuk mereka yang tidak terlalu
mengandalkan fisik, olahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
serta membuat jasmani lebih bugar. (Kushartanti,2008)
Kebugaran fisik adalah salah satu komponen yang berperan
penting dalam menunjang kesehatan individu. Kebugaran tubuh
berperan untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovaskular
karena bisa membantu dalam proses menurunkan tekanan darah,
mengurangi kolesterol dan lipoprotein densitas rendah serta
meningkatkan lipoprotein densitas tinggi. (Guyton dan Hall, 2013).
Kebugaran fisik bisa didapatkan dengan cara berolahraga atau dengan
latihan fisik secara teratur.
Menurut Canadian Physical Activity (2011), kuantitas aktivitas fisik
berdasarkan usia yaitu orang dengan rentang usia 18-64 tahun
dianjurkan untuk melakukan latihan aerobik setiap minggu minimal 150
3
menit ( minimal 10 menit per sesi) dengan intensitas sedang hingga
berat. Latihan otot juga dapat dilakukan minimal 2 kali dalam satu
minggu.
Penelitian yang dilakukan Wulandari dan Purnawati (2014) telah
menemukan bahwa perbandingan kebugaran mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang biasanya melakukan aktivitas
fisik ringan, lebih rendah dibanding dengan mahasiswa D1 STAN Bea
Cukai Denpasar yang terbiasa melakukan apel dan pendisiplinan
seperti push up, baris berbaris, lari dan sit up
Petani memiliki aktivitas fisik yang berbeda dengan Satpol PP.
Karakteristik yang berbeda antara kedua populasi tersebut adalah
aktivitas fisik dalam pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Satuan Polisi
Pamong Praja, umumnya melakukan aktivitas fisik dengan latihan rutin.
Untuk menjaga kebugaran, Satuan polisi pamong praja diwajibkan
untuk mengikuti latihan rutin setiap hari yaitu lari pagi setiap hari
,(Satpolpp.malangkota.go.id) Sedangkan pada petani umumnya
melakukan aktivitas fisik yang berat dan melibatkan pergerakan otot
dalam pekerjaannya dengan durasi rata-rata 6 hingga 7 jam dalam
sehari. Perbedaan frekuensi aktivitas sehari-hari kemungkinan besar
mempengaruhi kebugaran kardiorespirasi pada kedua kelompok profesi
tersebut.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Patil dkk (2012) menunjukkan
bahwa ada perbedaan status fisiologis pada petani di daerah
pedesaaan, dan kelompok penduduk yang tinggal di perkotaan. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa petani di daerah pedesaan memiliki
physical fitness (kesehatan fisik) yang baik. Termasuk didalamnya
kemampuan recovery heart rate (pemulihan kondisi denyut nadi )
setelah beraktivitas yang lebih baik.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa adaptasi fisiologis yang
terjadi selama program latihan pada atlet akan meningkatkan kapasitas
dan kinerja latihan. Latihan aerobik menyebabkan kerja jantung dan
paru-paru lebih efisien. Kekuatan dan kecepatan otot melalui adaptasi
neuromuskuler, metabolic dan kardiovaskular akan meningkat seiring
dengan penambahan latihan aerobik intensitas tinggi (Kenney, Wilmore
dan Costill,2012). Hal ini menunjukkan bahwa latihan aerobik
berpengaruh pada kebugaran kardiorespirasi atlet. Penelitian mengenai
perbandingan kebugaran kardiorespirasi antar atlet telah banyak
dilakukan, tetapi, penelitian mengenai kebugaran kardiorespirasi pada
non atlet masih jarang dilakukan. Terutama pada orang-orang dengan
aktivitas yang berat. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
kebugaran kardiorespirasi pada orang-orang non atlet yang beraktivitas
berat dalam kehidupan sehari-harinya. Petani dan satuan polisi pamong
praja dipilih sebagai sampel karena kedua profesi tersebut mewakili
profesi non formal dan PNS. Petani mewakili profesi non formal, dan
5
satpol PP mewakili PNS yang dianggap sama rata. Penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan kebugaran kardiorespirasi pada
petani yang terbiasa beraktivitas berat dalam pekerjaannya dengan
satuan polisi pamong praja yang juga terbiasa beraktivitas berat dan
disertai latihan rutin setiap minggu. Dan stud literature yang kami
lakukan, kami tidak mendapatkan literature dengan sampel yang sama
sebelumnya. Melihat latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai perbandingan kebugaran kardiorespirasi
antara Petani dan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Wajo
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kebugaran
kardiorespirasi pada Satpol PP dan petani pada di Kabupaten Wajo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan antara kebugaran
kardiorespirasi berdasarkan tes Harvard pada petani dan pada
Satpol PP di Kabupaten Wajo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kebugaran kardiorespirasi Satuan Polisi
Pamong Praja di Kabupaten Wajo
6
b. Untuk mengetahui tingkat kebugaran kardiorespirasi Satuan
Polisi Pamong Praja di Kabupaten Wajo.
c. Untuk membandingkan` kebugaran nilai kardiorespirasi pada
satpol PP dan petani di Kabupaten Wajo
D. Kegunaan Penelitian
1. Untuk Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terutama mengenai perbedaan aktivitas fisik petani dan Satpol PP
di Kabupaten Wajo serta mengetahui perbandingan antara
kebugaran kardiorespirasi pada petani dan Satpol PP. Hasil dari
penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam penelitian
selanjutnya
2. Untuk Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai tingkat kebugaran kardiorespirasi para personil satuan
polisi pamong praja di Kabupaten Wajo
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kebugaran Fisik
1. Definisi Kebugaran Fisik
Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal tanpa
menimbulkan kelelahan sehingga individu tersebut masih bisa
menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok yaitu: 1) kebugaran statis adalah keadaan
individu yang bebas dari penyakit, 2) kebugaran dinamis
merupakan kemampuan individu untuk bekerja secara efisien dan
efektif serta tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya
berjalan, berlari, mengangkat barang, dll. dan 3)kebugaran motoris
artinya kemampuan individu untuk beraktivitas dengan
keterampilan tinggi dan secara efisien.( Kushartanti,2008 )
Adapun faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kebugaran
fisik manusia antara lain :
1. Usia
Pada usia pertumbuhan, kebugaran fisik individu akan
meningkat, hal ini disebabkan karena fungsi-fungsi organ tubuh
akan tumbuh secara optimal. Namun, seiring bertambahnya
usia, kebugaran fisik akan semakin menurun. Hal ini disebabkan
8
karena banyak jaringan-jaringan didalam tubuh yang mengalami
kerusakan.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga berpengaruh pada tingat kebugaran
manusia. Biasanya sebelum pubertas, kebugaran fisik anak laki-
laki hampir sama dengan anak perempuan, tetapi setelah
mencapai masa pubertas, biasanya anak laki-laki memiliki
kebugaran fisik yang lebih tinggi dari anak perempuan.
3. Faktor Genetik
Faktor genetic juga bisa menentukan kapasitas aerobic
maksimal (VO2max) individu. Faktor genetic berperan pada
kapasitas jantung paru, hemoglobin,serta eritrosit
4. Asupan Makanan
Asupan makanan juga berperan terhadap kebugaran fisik
Kebugaran fisik seseorang akan optimal jika mengonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat, protein serta lemak
yang seimbang
5. Rokok
Kebiasaan merokok berpengaruh pada tingkat kebugaran
fisik/ kebugaran kardiorespirasi seseorang. Kadar karbon yang
terhisap akan mengurangi kadar volume oksigen maksimal, dan
dapat mempengaruhi kebugaran. Nikotin juga mengandung zat
berbahaya yang bisa berakibat pada kerusakan jantung dan
9
paru.
Hasil penelitian Wulandari dan Purnawati (2015)
menyatakan bahwa ada beberapa komponen kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu :
1. Kebugaran jantung paru
Kebugaran jantung paru merupakan kesanggupan dari sistem
jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk bekerja secara
optimal dan maksimal pada saat melakukan kegiatan sehari-hari
dalam durasi waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
berarti.
2. Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot dalam melakukan
aktivitas seperti menggerakan anggota tubuh saat berlari,
berjalan, atau mengangkat sesuatu. Latihan yang teratur,
pemilihan olahraga, waktu yang teratur juga berpengaruh
terhadap kekuatan otot.
3. Fleksibilitas atau kelenturan
Fleksibilitas adalah luas bidang gerak yang maksimal pada
persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau
tekanan.
4. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh ialah perbandingan jumlah lemak yang
terkandung di dalam tubuh dengan berat badan individu
10
Kebugaran kardiorespirasi termasuk dalam kebugaran fisik
yang erat kaitannya dengan kesehatan. Kebugaran kardiorespirasi
adalah kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk
memasok bahan bakar dan oksigen selama aktivitas fisik yang
berkelanjutan. ( American College of Sport Medicine,2013)
B. Fisiologi SIstem Kardiorespirasi
Aktivitas fisik secara rutin akan berpengaruh pada organ-
organ dalam tubuh manusia. Aktivitas fisik rutin membantu jantung
menjadi lebih kuat dan aliran darah menjadi lebih baik. Jika
kebugaran kardiorespirasi meningkat, maka resiko penyakit
hipokinetik dapat ditekan. utamanya penyakit jantung dan diabetes.
Adapun beberapa organ yang mengalami perubahan yaitu jantung,
paru – paru, pembuluh darah dan darah
1. Jantung
Secara anatomis. Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu dua
ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua
ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik). Jantung
adalah organ berotot dan berongga yang ukurannya sekepalan
tangan. Jantung terletak di rongga thoraks (dada), diantara
tulang dada (sternum) dan tulang punggung (vertebra). Jantung
berfungsi sebagai pemompa untuk mengalirkan darah ke
jaringan. (Sheerwood,2014).
11
Ketika kita melakukan aktitas fisik seperti berjalan, maka
kebutuhan oksigen meningkat dan hasil pembuangan di sel –
sel otot juga meningkat. Jantung juga akan memompa lebih
banyak darah dan hasil pembuangan yang dibawa ke jantung
akan lebih banyak. Saat individu melakukan aktivtas, maka
jantung melakukan dua fungsinya yaitu memompa darah lebih
cepat serta lebih banyak mengirim darah setiap memompa.
(Corbin dkk, 2014).
Gambar 1. Anatomi Jantung
2. Paru-paru
Paru – paru memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran
oksigen. Dalam proses bernafas, udara masuk ke paru-paru.
Proses ini mengakibatkan paru – paru kita membesar. Di dalam
12
paru-paru, terjadilah proses pertukaran oksigen dari udara ke
darah. Ketika ekspirasi, udara keluar membawa karbondioksida
(CO2). Diafragma dan otot abdominal akan membantu proses
inspirasi dan ekspirasi paru – paru. Kemampuan respirasi
setiap individu berbeda-beda, semua tergantung dari
kemampuan paru – paru dan otot – otot respirasi sehingga
menjaga endurance respirasi (Corbin dkk, 2014).
Volume paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan manusia. Selama berlangsungnya proses
pernapasan, volume paru-paru juga akan berubah – ubah.
Kapasitas paru adalah jumlah dari dua volume paru atau lebih.
Seperti halnya volume paru, kapasitas paru juga bisa digunakan
sebagai gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan manusia.
(Guyton & Hall,2011)
Menurut Rosato dkk (2010) dalam Jannah (2017),
Seseorang yang berlatih secara teratur dan berkala bisa
membantu peningkatan fungsi paru-paru termasuk juga
peningkatan otot abdominal dan diafragma karena peningkatan
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal ini kemudian
menyebabkan kapasitas paru-paru individu juga akan
meningkat. Normalnya, seseorang memiliki kapasitas paru-paru
110 liter per menit. Tapi, ketika seseorang melakukan latihan
fisik, kapasitas paru-parunya bisa meningkat hingga mencapai
13
135 liter per menit. Sementara, kapasitas paru-paru atlet bisa
mencapai hingga 180-200 liter per menit.
3. Pembuluh Darah
Komponen ketiga dalam sistem transpor kardiovaskuler
adalah pembuluh darah yang terdiri atas arteri dan vena.
Pembuluh darah adalah saluran untuk mengarahkan darah dari
jantung ke seluruh bagian tubuh dan kembali lagi ke jantung.
Masing-masing mempunyai struktur yang berbeda-beda sesuai
dengan ukuran dan otot yang melapisi dinding pembuluh darah
tersebut. Aorta dan arteri-arteri besar memfasilitasi keluaran
darah yang berasal dari jantung. Tekanan dan elastisitas
dinding pembuluh darah berfluktuasi sesuai dengan tekanan
aliran yang menuju jantung, (Sheerwood,2014)
Menurut Khomarun dkk (2014) dalam penelitiannya
menyebutkan responden yang melakukan aktivitas fisik berupa
jalan pagi sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu mengalami
perubahan penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan.
4. Darah
Darah adalah alat pembawa (carrier) pada sistem
kardiovaskuler. Darah adalah transportasi massal bahan-
bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau diantara sel itu
sendiri. Transportasi yang demikian penting untuk
mempertahankan hemeostasis. Darah terdiri dari cairan
14
kompleks plasma tempat elemen-elemen selular
(eritrosit,leukosit dan trombosit) berada. Eritrosit (sel darah
merah) secara esensial adalah membran plasma-kantong
tertutup hemoglobin yang mengangkut O2 didalam darah.
Leukosit (sel darah putih), unit pertahanan sistem imun,
diangkut melalui darah ke tempat terjadinya luka atau invasi
oleh mikroorganisme penyebab penyakit. Platelet (trombosit)
penting bagi hemeostasis untuk menghentikan perdarahan
akibat pembuluh yang cedera (Sherwood, 2014).
C. Tinjauan Tentang Kebugaran Kardiorespirasi
1. Definisi Kebugaran Kardiorespirasi
Kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan latihan dinamis yang melibatkan
banyak kelompok otot dalam waktu yang lama. Kebugaran
kardiorespirasi adalah kunci penting yang dapat menentukan
tingkat kebugaran seseorang. (Rodriguez, 2012)
Cardirespiratory endurance atau kebugaran kardiorespirasi
adalah kondisi tubuh yang memungkinkan untuk beraktivitas
dalam waktu lama, tanpa harus mengalami kelelahan yang
berlebih setelah menyelesaikan pekerjaan dan masih memiliki
cadangan tenaga untuk aktivitas rutin sehari-hari. Kemampuan
kebugaran kardiorespirasi didukung oleh keadaan jantung,
paru– paru dan darah yang sehat untuk bisa menyuplai oksigen
15
ke otot secara maksimal. Tubuh memiliki mekanisme kerja yang
kompleks, ketika kebugaran kardiorespirasi seseorang
meningkat tubuh maka suplai darah yang dikirim menjadi lebih
efisien. Kemampuan kebugaran kardiorespirasi dapat diukur
dari kapasitas oksigen maksimal yang bisa diambil. Peningkatan
tersebut dapat mengakibatkan volume darah dan sel darah
merah juga meningkat, dan darah bisa membawa oksigen lebih
banyak ke seluruh tubuh (Corbin, et al. 2014).
Kemampuan sistem kardiovaskuler dan respirasi
berhubungan dengan kebugaran kardiorespirasi manusia untuk
bisa memenuhi kebutuhan oksigen otot-otot yang biasanya
digunakan dalam aktivitas fisik dan kemampuan otot secara
maksimal. Prosesnya melalui aerobik. (Radovanovic dkk, 2009)
2. Denyut Nadi Pemulihan
Denyut nadi pemulihan setelah latihan menandakan
kebugaran kardiorespirasi. Ini menunjukkan penurunan denyut
naid setelah beraktivitas atau latihan yang tujuannya untuk
mencapai denyut nadi normal yang sama seperti sebelum
melakukan aktivitas atau latihan. Dari proses ini
menggambarkan fungsi system saraf otonom, yaitu saraf
simpatis dan parasimpatis (Arai,et al,2002)
Sedlock et al (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
denyut nadi normal individu mencapai 70-80 denyut/menit
16
dalam keadaan istirahat. Jika aktivitas meningkat, aliran darah
juga meningkat dan berfungsi untuk menyuplai oksigen dan zat-
zat makanan ke jaringan otot. Proses ini menyebabkan
meningkatnya kontraksi jantung dan denyut nadi. Jika tubuh
manusia beraktivitas fisik berat dan dalam durasi yang lama
tanpa adanya pemulihan yang cukup, maka akan terjadi
overtraining. Overtraining terjadi karena aktivitas saraf simpatis
yang meningkat dan aktivitas parasimpatis yang menurun.
Perubahan denyut nadi biasanya dijadikan parameter untuk
tes kebugaran fisik atau kebugaran kardiorespirasi. Pemulihan
denyut nadi berhubungan dengan kebugaran kardiovaskular
seseorang. Semakin cepat pemulihan denyut jantung
seseorang, maka semakin baik pula tingkat kebugaran
kardiovaskularnya. Pemulihan denyut nadi yang cepat setelah
latihan ini sangat penting. Hal ini mencegah kerja jantung terlalu
berat. Hal ini didasari oleh aktivasi sistem saraf parasimpatis
(Trevizani et al, 2012) .
Wahyuni( 2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
Metode Brouha dapat dilakukan untuk menghitung denyut nadii
pemulihan bisa dilakukan dengan memakai oxymeter, yaitu P1,
P2, P3, P4, P5
a. Denyut nadi pemulihan (P1) adalah denyut nadi 30 detik
terakhir dari menit ke-1 pada pemulihan.
17
b. Denyut nadi pemulihan (P2) adalah denyut nadi 30 detik
terakhir dari menit ke-2 pada pemulihan
c. Denyut nadi pemulihan (P3) adalah denyut nadi 30 detik
terakhir dari menit ke-3 pada pemulihan.
d. Denyut nadi pemulihan (P4) adalah denyut nadi 30 detik
terakhir dari menit ke-4 pada pemulihan
e. Denyut nadi pemulihan P5 adalah denyut nadi 30 detik
terakhir dari menit ke-5 pada pemulihan.
3. Adaptasi SIstem Kardiovaskuler Saat Latihan Fisik
Jantung adalah organ yang memiliki fungsi untuk memompa
darah ke seluruh tubuh manusia dalam proses pengangkutan
oksigen (O2). Oksigen sangat dibutukan untuk kontraksi otot-
otot. Besarnya aliran darah tergantung dari seberapa besar
mekanisme suatu organ. Jantung akan mengkompensasi
dengan mempercepat denyutnya dan menyebabkan darah yang
mengalir lebih banyak dan dipompakan ke seluruh tubuh.
(Putri,2018)
Selama olahraga, system kardiovaskuler juga sangat
berperan. Peran ini meliputi meningkatnya aliran darah dan
kadar oksigen ke otot skelet yang sedang berkontraksi,
memaksimalkan darah yang mengalir ke otak dengan cara
menjaga kestabilan tekanan arteri serta memperkecil
kemungkinan hipertermia yang diakibatkan karena olahraga
18
dengan cara menghantarkan panas ke kulit lewat pembuluh
darah lalu berevaporasi lewat keringat. (Robinson et al, 2000).
Latihan fisik bisa menyebabkan berubahnya sirkulasi aliran
darah dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
proses metabolisme di otot dan menyebabakan vasodilatasi
intramuscular. Darah yang mengalir di otot rangka hanya 2-4
mL/100g, sementara jika dalam keadaan kontraksi ldiatas 10%
kontraksi maksimal, maka terjadi penekanan di pembuluh darah,
dan jika tegangan kontraksi otot terus terjadi hingga 70%
kontraksi maksimal maka akan menyebabkan terbatasnya darah
yang mengalir di otot. Saat kontraksi, aliran darah ke otot bisa
mencapai kelipatan 30 kali. Dibutuhkan sirkulasi yang lebih
besar untuk proses membuang zat-zat sisa metabolisme saat
otot berkontraksi. Sistem kardiovaskuler akan berkompensasi
dengan cara meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah
untuk memenuhi asupan oksigen (Guyton dan Hall, 2011).
Vasodilatasi yang terjadi di otot skelet yang sedang
berkontraksi bertujuan untuk proses pelepasan metabolit
vasoaktif. Hasil metabolit dari kontraksi otot ini adalah
potassium, ion hydrogen, laktat dan adenosine. Metabolit
tersebut adalah penyebab hiperkapnia, hipoksia dan
hiperosmolaritas (Robinson et al, 2000).
19
Jenis kontraksi yang terjadi menentukan reaksi system
kardiovaskular. Kontraksi ini terdiri dari kontraksi isometric dan
kontraksi isotonik. Pada kontraksi yang sifatnya isometri,
tekanan darah systole dan diastole akan meningkat secara
cepat. Namun tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada
stroke volume. Kompresi terhadap pembuluh darah
mengakibatkan berkurangnya darah yang mengalir ke otot yang
sedang berkontraksi, sedangkan yang terjadi pada kontraksi
isotonik adalah adanya peningkatan stroke volume dan
tahanan perifer menurun, tapi kenaikan tekanan darah diastole
tidak terlalu tinggi dan tidak ada perubahan pada tekanan darah
systole (Wahyuni, 2014).
Pada saat individu melakukan latihan maksimal atau
beraktivitas fisik yang berat, maka cardiac output akan
meningkat. Hal ini dikarenakan meningkatnya stroke volume
dan denyut jantung. Proses ini dipengaruhi bebeapa hal yaitu
aktivitas nervus vagal, system saraf simpatis, dan meningkatnya
kadar adrenalin. (Wahyuni,2014)
Respon kardiovaskuler pada saat olahraga atau aktivitas berat
dalam waktu lama akan menyebabkan peningkatan cardiac
output di menit awal aktivitas, kemudian pada menit-menit
selama aktivitas atau latihan masuk di fase menetap (plateu).
20
Kemudian akan menurun di menit-menit ke 30 atau lebih. (Leon
& Bloor,2008)
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Kardiiorespirasi
Beberapa tes yang bisa dilakukan untuk pengukuran
kebugaran kardiorespirasi menurut Suharjana (2013)
diantaranya :
a. Tes lari 2,4 km (Cooper Test)
Tes ini dilakukan dengan cara responden diminta
untuk lari sejauh 2,4 . Tujuannya untuk mengetahui
kebugaran jantung dan pernapasan (kebugaran aerobik).
Tes ini bisa dengan berlari di jalan raya atau keliling
lapangan sepakbola. Waktu ditentukan dengan
menggunakan stopwatch. Kemudian dicatat dalam menit,
lalu dihitung sampai dengan persepuluh detik (0,1 detik) atau
perseratus detik (0,01 detik).
b. Multistage Fitness Bleep Test
Menurut Kavcic dkk (2012) bahwa bleep test adalah
salah satu tes yang biasa dilakukan untuk mencari nilai
perkiraan VO2max. Data nilai VO2max tersebut dapat
digunakan sebagai evaluasi untuk atlet, baik evaluasi latihan
atau sebagai parameter ketercapaian latihan.
21
c. Harvard Step Test
Tes ini adalah parameter yang paling tua dan paling
umum digunakan untuk mengetahui kemampuan aerobik
individu. Tes ini diciptakan oleh Brouha pada tahun 1943.
Istilah-istilah yang biasa digunakan seperti kemampuan
jantung-paru, kebugaran jantung paru, cardiovascular
endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran
aerobik yang artinya sama. Tes ini dinamakan tes Harvard,
sesuai dengan tempat penelitian untuk tes ini dilakukan yaitu
di Universitas Harvard, USA.
Tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat diketahui
melalui tes Harvard menggunakan media bangku dengan
ukuran tertentu. Tes ini dilakukan dengan cara naik turun
bangku selama 5 (lima) menit. Semakin cepat detak jantung
kembali normal setelah melakukan tes, berarti semakin baik
pula kebugaran seseorang. Tes ini biasanya digunakan juga
untuk meningkatkan kerja jantung, serta mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini tergolong
mudah dan tidak butuh biaya banyak, sehingga sangat
cocok dilakukan pada orang dewasa, terutama pada orang-
orang non atlet.
22
Adapun rumus menentukan tingkat kebugaran
kardiorespirasi dengan menggunakan test Harvard adalah
sebagai berikut
Kebugaran Kardiorespirasi = 3000
nadi 1+nadi 2+nadi 3
Dan interpretasi hasil dari perhitungan kebugaran
kardiorespirasi dengan menggunakan rumus di atas tersaji
dalam table 1 berikut :
Jenis
kelamin Excellent
Above
Average Average
Below
Average Poor
Laki-laki >90.0 80.0-90.0 65.0-79.9 55.0-64.9 <55
Perempuan >86.0 76.0-86.0 61.0-75.9 50.0-60.9 <50
(Beashel dan Taylor, 1997)
d. Six Minutes Walking Test
Uji jalan 6 menit juga adalah uji yang menyerupai
aktivitas sehari- hari. Tes ini cukup populer karena mudah
dilakukan dan memerlukan alat canggih. Hasilnya bisa
memberikan evaluasi objektif kapasitas fungsional
seseorang. Pada uji jalan 6 menit ini subjek berjalan kaki
selama 6 menit , tidak boleh berlari. Jarak yang ditempuh
23
kemudian dihitung dan selama test subjek boleh beristirahat
jika memang diperlukan.
e. Mengukur denyut jantung istirahat dan denyut jantung
maksimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Uth,dkk
(2004), bahwa VO2max dapat diperkirakan dari hasil
pengukuran denyut jantung maksimal (HRmax) dan denyut
jantung istirahat (HRrest) yang kemudian di konversikan ke
dalam rumus dengan tingkat akurasi yang sebanding dengan
tes VO2max standar yang biasa diberikan.
Recommended