43
MENUMBUHKAN NASIONALISME DALAM UPAYA MENANGGULANGI ANCAMAN, GANGGUAN, HAMBATAN, DAN TANTANGAN DI PERBATASAN INDONESIA Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila Disusun oleh : MIA PUTRI ROMDONI H1A013006 AGUSTINA RATNASARI H1A013011 SRI MUNTIQOH H1E013001 RAHMAT MAULANA YASIN H1E013034 FIRDA SA’ADAH H1E013045 DEWI ATIKOH H1E013049 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

MENUMBUHKAN NASIONALISME DALAM UPAYA MENANGGULANGI ANCAMAN, GANGGUAN, HAMBATAN, DAN

TANTANGAN DI PERBATASAN INDONESIADisusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila

Disusun oleh :

MIA PUTRI ROMDONI H1A013006

AGUSTINA RATNASARI H1A013011

SRI MUNTIQOH H1E013001

RAHMAT MAULANA YASIN H1E013034

FIRDA SA’ADAH H1E013045

DEWI ATIKOH H1E013049

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

Karya Tulis “Menumbuhkan Nasionalisme Dalam Upaya Menanggulangi

Ancaman, Gangguan, Hambatan, Dan Tantangan Di Perbatasan Indonesia”

dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pancasila”. Tulisan ini

membahas gagasan penulis tentang keadaan yang ada di daerah perbatasan

Indonesia.

Penyusunan Karya Tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rindha Widyaningsih, Selaku Dosen mata kuliah “Pancasila”.

2. Kedua orang tua dan seluruh kerabat dekat yang selalu memberikan

semangat dan bantuan baik dalam bentuk material maupun nonmaterial.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih

kurang dari sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Purwokerto, Desember 2013

Penulis

i

Page 3: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

DAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... iDAFTAR ISI .................................................................................................. iiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iiiABSTRAK ...................................................................................................... ivBAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 21.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 21.4. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2

BAB II. TELAAH PUSTAKA ...................................................................... 42.1..................................................................................................................Pengertian Ancaman, Gangguan, Hambatan Dan Tantangan (AGHT)

................................................................................................................. 42.2..................................................................................................................Nasionalisme Dan Persatuan

................................................................................................................. 52.3..................................................................................................................Batas Wilayah Negara

................................................................................................................. 5BAB III. METODOLOGI PENULISAN ..................................................... 10

3.1. Dasar Penulisan Karya Tulis ............................................................... 103.2. Jenis Data ............................................................................................ 103.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 103.4. Waktu dan Tempat Penulisan .............................................................. 103.5..................................................................................................................Met

ode Penulisan ......................................................................................... 103.6. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11

BAB IV. ISI .................................................................................................... 124.1..................................................................................................................Kon

disi Wilayah Perbatasan Indonesia ......................................................... 124.2..................................................................................................................Anc

aman Bagi Daerah Perbatasan ................................................................ 164.3..................................................................................................................Upa

ya Dan Kebijaksanaan Yang Diambil .................................................... 184.4..................................................................................................................Pen

didikan Untuk Ciptakan Nasionalisme Di Perbatasan............................ 19BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 21

ii

Page 4: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

5.1..................................................................................................................Kesimpulan ................................................................................................... 21

5.2..................................................................................................................Saran ............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1. Kondisi anak-anak sekolah di pedalaman dan perbatasan ........ 1

2. Gambar 2. Peta batas wilayah NKRI .......................................................... 12

3. Gambar 3. Kondisi Masyarakat Perbatasan ................................................ 16

iii

Page 5: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

ABSTRAK

Daerah perbatasan merupakan daerah yang memiliki kerawanan yang sangat

tinggi terutama di daerah perbatasan darat. Kerawanan itu sendiri dapat menjadi

Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan (AGHT) bagi persatuan di

perbatasan. Ancaman bagi warga perbatasanitu sendiri adalah kesenjangan sosial

ekonomi dan kurangnya perhatian dari pemerintah. Ada 2 faktor yang

menyebabkan permasalahan di perbatasan faktor eksternal yaitu pengaruh budaya

luar serta ketergantungan ekonomi, sedangkan faktor internal yaitu kurangnya

pendidikan, belum mengetahui pola hidup sehat, menggantungkan hidup dari

alam, kerukunan antar etnis penegakan hukum yang kurang memadai serta

pertahanan dan keamanan. Dari faktor-faktor tersebut dapat diambil upaya atau

solusi yaitu dengan pembangunan dan pengelolaan wilayah perbatasan oleh suatu

badan pemerrintahan khusus, aksi terpadu per wilayah dalam jangka panjang,

menengah dan pendek, pembangunan fasilitas, pendeklarasian dan penetapan

garis perbatasan yang jelas serta meningkatkan semangat kebangsaan. Dalam

upaya meningkatkan semangat kebangsaan atau nasionalisme dapat diupayakan

dengan pendidikan nonformal seperti visualisasi akan arti sebuah kebangsaan

sehingga menggugah rasa nasionalisme contohnya dengan menonton film

kebangsaan dan film-film mengenai Indonesia yang secara tidak langsung dapat

memberikan kesadaran terhadap tanah air. Selain itu, dengan menerapkan suatu

kebiasaan yang dapat membuat kesadaran akan kebangsaan sehingga dapat

melekat pada hati dan jiwa mereka. Kegiatan seperti ini dapat merubah pola pikir

iv

Page 6: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

(mind set) secara tidak langsung walaupun hal tersebut tidak dapat langsung

mengubah pola pikir mereka sehingga perlu adanya kekontinuan.

Kata Kunci : Perbatasan, Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan

(AGHT), Nasionalisme, Persatuan, Pola Pikir.

v

Page 7: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 1. Kondisi anak-anak sekolah di pedalaman dan perbatasan.

Daerah perbatasan umumnya merupakan daerah yang jauh dari pusat

pemerintahan dengan aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang spesifik. Kesenjangan sosial politik serta ekonomi sering muncul sebagai

akibat perbedaan perlakuan pemerintah pusat. Dengan demikian perlakuan khusus

dan campur tangan pemerintah pun perlu dilakukan. Permasalahan dan kerawanan

yang terjadi akan lebih kompleks dibandingkan daerah lainnya. Demikian pula

cara pemecahannya karena kerawanan daerah perbatasan cenderung mempunyai

tingkat kerawanan yang lebih tinggi dari pada perbatasan laut. Hal ini disebabkan

masyarakat cenderung mempunyai adat istiadat dan sosial budaya yang tidak jauh

berbeda, justru yang akan terjadi adalah kesenjangan politik dan ekonomi.

Kesenjangan yang tidak diantisipasi sejak dini akan berpengaruh terhadap pola

strategi pembangunan nasional (Ishak, 2003).

Kerawanan yang terjadi di daerah perbatasan dapat menimbulkan dampak

terhadap rasa persatuan dan nasionalisme terhadap bangsa Indonesia, dimana

kehidupan masyarakat lebih akrab dengan kehidupan luar bangsanya sendiri. Hal

tersebut dapat terlihat dari perekonomian masyarakat daerah perbatasan yang

1

Page 8: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

sering menjual hasil produksi mereka kepada Negara tetangga sehingga alat tukar

yang meraka gunakan pun lebih sering menggunakan uang selain rupiah.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) bagi

persatuan di daerah perbatasan baik yang sifatnya internal maupun eksternal ?

2. Bagaimanakah upaya untuk menanggulangi AGHT tersebut?

3. Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme

di daerah perbatasan ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah agar masyarakat di

daerah perbatasan Indonesia di Kalimantan mendapat perhatian lebih dan

menciptakan rasa nasionalisme dan persatuan di dalam diri masyarakat

perbatasan. Adapun tujuan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui AGHT bagi persatuan di daerah perbatasan baik yang bersifat

internal maupaun eksternal.

2. Mengetahui upaya dalam menanggulangi AGHT tersebut.

3. Meningkatkan rasa nasionalisme dan persatuan dalam diri warga perbatasan.

1.4. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi masyarakat di daerah perbatasan.

Memberikan informasi serta dukungan untuk dapat lebih memiliki rasa

nasionalisme dan persatuan.

2. Bagi pemerintah pusat atau pemerintah daerah di daerah perbatasan.

2

Page 9: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Memberikan informasi dan referensi bagi pemerintah setempat dalam

pengambilan kebijakan untuk lebih mensejahterakan dan menanamkan rasa

nasionalisme dan persatuan bagi warga perbatasan.

3. Manfaat bagi Penulis

Mengetahui kondisi realita yang terjadi di daerah perbatasan serta upaya apa

saja yang perlu dilakukan untuk warga perbatasan.

3

Page 10: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN ANCAMAN, GANGGUAN, HAMBATAN

DAN TANTANGAN (AGHT)

Pengertian dari ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan antara lain

sebagai berikut :

1. Ancaman adalah suatu hal atau upaya yang bertujuan mengubah dan

merombak kebijaksanaan yang dilaksanakan konsepsional.

2. Gangguan adalah suatu hal atau usaha yang berasal dari luar yang

bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

3. Hambatan adalah suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi

secara tidak konsepsional yang berasal dari dalam atau diri sendiri.

Ancaman, hambatan dan gangguan ini bersifat negatif dengan kualitas

berat ke ringan.

4. Tantangan adalah suatu hal atau upaya yang bersifat atau bertujuan

menggugah kemampuan. Jadi tantangan ini dapat bermakna negatif atau

positif. (Prayitno, 2013).

Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) berkaitan dengan

ketahanan nasional (Tannas). Adapun pengertian Ketahanan Nasional (Tannas)

sebagai berikut:

Ketahanan berasal dari bahasa jawa tahan yang berarti kuat, tangguh, ulet.

Kata tersebut juga berarti dapat menguasai diri, tidak mudah menyerah.

Ketahanan berarti kekuatan, ketangguhan, dan keuletan dalam kerangka

kesadaran. Kata Nasional berasal dari bahasa inggris nation yang berarti bangsa

yang telah bernegara.

Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang meliputi

seluruh aspek kehidupan nasional yang terintegrasi dan berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional

dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan

baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak

4

Page 11: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan

bernegara serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya (Lemhannas, 1998)

2.2. NASIONALISME DAN PERSATUAN

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Pengertian

bangsa adalah sejumlah orang yang dipersatukan karena persamaan cita-cita dan

kerinduan untuk bernegara sendiri. Menurut Ernest Renan, yang dimaksud

nation atau bangsa adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Menurut Otto

Bauar, bangsa adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena

perasaan senasib. Menurut Hans Kohn, nasionalisme secara fundamental timbul

dari adanya national counciousness (kesadaran nasional). Dengan kata lain,

nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dari kesadaran nasional berbangsa dan

bernegara sendiri. Kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam arti

politik, yaitu Negara nasional (Abdulkarim, 2007).

Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari

beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan Kesatuan ialah ke-Esaan, sifat

tunggal atau keseutuhan (WJS. Poerwadarminta, 1987).

Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam semboyan

pada lambang Negara Republik Indonesia yaitu ”BHINNEKA TUNGGAL IKA”

yang keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti

beraneka tetapi satu (Pringgodigdo, 1977). Semboyan tersebut menurut Supomo,

menggambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan suku-

suku bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D,

1928).

2.3. BATAS WILAYAH NEGARA

Wilayah merupakan unsur mutlak suatu Negara. Jika warga Negara

merupakan dasar personal suatu Negara, maka wilayah merupakan landasan

material atau landasan fisik Negara. Suatu bangsa nomaden tidak mungkin

mempunyai Negara, walaupun mereka memiliki warga dan penguasa sendiri.

5

Page 12: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Luas wilayah Negara ditentukan oleh perbatasannya. Didalam batas-batas

itu Negara menjalankan yurisdiksi territorial atas orang dan benda yang berada

dalam wilayah itu, kecuali beberapa golongan orang dan benda yang dibebaskan

dari yurisdiksi itu. Contohnya adalah perwakilan diplomatik Negara asing dengan

harta benda mereka. Wilayah Negara secara umum dapat dibedakan atas wilayah

daratan, wilayah lautan, wilayah udara dan wilayah ekstrateritorial.

a. Wilayah daratan

Wilayah daratan tidak sepenuhnya dapat dimiliki sendiri oleh suatu

Negara. Suatu wilayah daratan dengan Negara lain jika Negara-negara

tersebut berada dalam suatu benua atau pulau yang sama. Perbatasan

wilayah suatu Negara umumnya disepakati melalui suatu perjanjian

antarnegara (perjanjian internasional). Perjanjian tersebut dapat

berbentuk bilateral atau multilateral.

Batas wilayah suatu Negara dengan Negara lain di darat dapat

berwujud:

1. Batas alamiah, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain

yang terjadi secara alamiah, misalnya dalam bentuk

pegunungan, sungai dan hutan.

2. Batas buatan, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain

yang sengaja dibuat oleh manusia dalam bentuk pagar tembok,

kawat berduri, dan pos penjagaan.

3. Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu Negara

dengan Negara lain yang dapat ditentukan berdasarkan letak

geografis yang melalui garis lintang dan garis bujur. Misalnya

letak Negara Indonesia secara geografis berada pada 6oLU-

11oLS, 95oBT-141oBT.

b. Wilayah Lautan

Tidak semua Negara memiliki wilayah laut, apalagi jika Negara

tersebut berda ditengah-tengah benua. Negara yang demikian disebut

Negara land-locked (Negara yang tidak memiliki laut).

6

Page 13: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Sebagaimana wilayah daratan, wilayah laut pun memiliki batas-

batas. Pada mulanya ada dua konsep dasar mengenai wilayah laut,

yaitu sebagai berikut:

1. Res nullius, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa laut dapat

diambil dan dikembangkan oleh setiap Negara. Konsep ini

dikembangkan oleh John Sheldon (1584-1654) dari inggris dalam

bukunya Mare Clausum The Right and Dominion of the Sea.

2. Res communis, yaitu konsepsi yang beranggapan bahwa laut adalah

milik masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimiliki

oleh setiap Negara. Konsep ini dikembangkan oleh Hugo de Groot

dari belanda (1608) dalam bukunya Mare Liberium (Laut Bebas).

Saat ini, laut yang masuk ke dalam wilayah Negara tertentu disebut

perairan wilayah atau laut teritorial. Laut di luar wilayah itu

merupakan laut bebas atau perairan internasional (mare liberum). Pada

mulanya PBB menetapkan wilayah laut Indonesia sejauh 3 mil (1 mil

= 1852 meter) dari pantai pada waktu air surut.

Pada 10 Desember 1982, PBB (UNCLOS) menyelenggarakan

konferensi Hukum Laut Internasional III di Jamaika. Hasil konferensi

ini ditandatangani oleh 119 peserta. Sejumlah 117 peserta mewakili

Negara dan 2 peserta mewakili organisasi internasional. Konferensi ini

menetapkan bahwa wilayah laut terdiri atas hal-hal sebagai berikut:

1. Laut Teritorial, yaitu wilayah yang menjadi hak kedaulatan penuh

suatu Negara di laut. Lebarnya 12 mil diukur dari pulau terluar

kepulauan suatu Negara pada saat air surut.

2. Zona bersebelahan, yaitu wilayah laut yang lebarnya 12 mil dari

laut teritorial suatu Negara. Jadi, apabila Negara sudah memiliki

laut territorial sejauh 12 mil, maka lautnya menjadi 24 mil diukur

dari pantai.

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu wilayah laut suatu Negara

yang lebarnya 200 mil ke laut bebas. Di zona ini, Negara pantai

berhak menggali dan mengolah segala kekayaan alam untuk

7

Page 14: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

kegiatan ekonomi eksklusif Negara tersebut. Di dalam zona

tersebut, Negara pantai berhak menangkap nelayan asing yang

ditemukan sedang menangkap ikan.

4. Landas kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan laut di luar

laut teritorial dengan kedalaman 200 meter atau lebih.

5. Landas benua, yaitu wilayah suatu Negara yang lebarnya lebih dari

200 mil laut. Ditempat ini, Negara boleh mengelola kekayaan

dengan kewajiban membagi keuntungan dengan masyarakat

internasional.

c. Wilayah udara

Wilayah udara suatu Negara dapat diklaim berdasarkan perjanjian

internasional. Perjanjian internasional yang pernah disepakati

mengenai wilayah udara suatu Negara adalah konvensi paris tahun

1919 dan konvensi Chicago tahun 1994. Di Indonesia, ketentuan

wilayah udara suatu Negara diatur dalam UU No. 20 Tahun 1982. UU

tersebut menyatakan bahwa batas wilayah kedaulatan dirgantara yang

termasuk orbit geostasioner adalah setinggi 35.761 km.

Konvensi paris (1919) menyatakan bahwa Negara-negara merdeka dan

berdaulat berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah

udaranya, misalnya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan.

Ada dua teori tentang konsepsi wilaya udara yang dikenal saat ini,

yaitu sebagai berikut :

1. Teori udara bebas (Air Freedom Theory). Penganut ini terbagi

dalam dua liran, yaitu:

a. Aliran kebebasan ruang udara tanpa batas. Aliran ini

berpendapat bahwa ruang udara itu bebas dan dapat digunakan

oleh siapapun. Tidak ada Negara yang mempunyai hak dan

kedaulatan di ruang udara.

8

Page 15: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

b. Aliran kebebasan ruang udara terbatas. Yang berpendapat

bahwa:

Setiap Negara berhak mengambil tindakan tertentu

untuk memelihara keamanan dan keselamatannya, dan

Negara kolong (Negara bawah, subjacent state) hanya

mempunyai hak terhadap wilayah zona territorial.

2. Teori Negara berdaulat di udara (The Air Sovereignty)

Teori keamanan. Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara

mempunyai kedaulatan atas wilayah uadaranya sampai batas

yang diperlukan untuk menjaga keamanan Negara itu.

Teori pengawasan cooper, yang menyatakan bahwa kedaulatan

Negara ditentukan oleh kemampuan Negara yang bersangkutan

untuk mengawasi ruang udara yang ada diatas wilayah secara

fisik dan ilmiah.

Teori udara Schater, yang menyatakan bahwa wilayah udara

harus sampai suatu ketinggia, dimana udara masih cukup

mampu mengangkat (mengapungkan) balon dan pesawat udara

d. Wilayah Ekstrateritorial

Wilayah ekstrateritorial adalah wilayah suatu Negara yang berada

di uar wilayah Negara itu. Dengan kata lain wilayah tersebut berada di

wilayah Negara lain atau di luar wilayah territorial suatu Negara.

Contohnya adalah kantor kedutaan besar suatu Negara di Negara lain

atau kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan bendera suatu

Negara.

Seorang duta besar memiliki hak ekstrateritorial selain hak

kekebalan diplomatic (hak imunitas yang bersifat pribadi) yaitu hak

kedaulatan atas bangunan, gedung, dan halaman kedutaan besar

sampai sebatas pagar. Tak seorang pun boleh memasuki halaman

kedutaan besar tanpa izin dari Negara atau kedutaan besar yang

bersangkutan (Listyarti dan Setiadi, 2008)

9

Page 16: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1. DASAR PENULISAN

Penulisan karya tulis ini didasarkan pada:

1. Kurangnya perhatian instansi/pemerintah terhadap kondisi perbatasan

Indonesia.

2. Kurangnya rasa nasionalisme dan persatuan di daerah perbatasan.

3. Kurangnya fasilitas transportasi dan komunikasi yang mendukung bagi

daerah perbatasan.

4. Terdapat ancaman bagi warga Negara di perbatasan.

3.2. JENIS DATA

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data yang

bersumber dari buku teks, website pemerintah, dan data pendukung lainnya.

3.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Data karya tulis ini dikumpulkan melalui ngumpulan studi pustaka dari

buku teks, website pemerintah, dan informasi pendukung lainnya.

3.4. WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN

Penulisan karya tulis ini dilakukan pada tanggal 6 Desember – 12

Desember 2013 bertempat di Fakultas Sains dan Teknik, Jurusan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).

3.5. METODE PENULISAN

Metode Penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode

deskriptif analisis, yaitu:

1. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data dan fakta yang ada.

2. Mencari alternatif berdasarkan pustaka dan data pendukung.

10

Page 17: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

3. Mencari akternatif pemecahan masalah, yaitu upaya menggulangi

Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) bagi persatuan

serta menumbuhkan rasa nasionalisme di perbatasan.

3.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Guna memahami lebih jelas karya tulis ini, dilakukan dengan cara

mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, yang berupa

pengertian dan definisi serta lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan.

BAB III : METODELOGI PENULISAN

 Bab ini berisikan dasar penulisan karya tulis, jenis data, metode

pengumpulan data, waktu dan tempat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan karya ilmiah.

BAB IV : ISI

Bab ini berisikan pembahasan mengenai topik permasalahan yaitu berisi

kondisi di perbatasan, ancaman, faktor-faktor penyebab serta upaya/kebijakan

yang harus diambil untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

11

Page 18: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

BAB IV

ISI

4.1. KONDISI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA

Gambar 2. Peta batas wilayah NKRI

Wilayah perbatasan Indonesia terdiri dari :

1. Wilayah Perbatasan Darat

a. Wilayah Perbatasan Kalimantan - Malaysia

Pulau Kalimantan memiliki wilayah perbatasan di 8 (delapan) daerah

kabupaten, di Provinsi Kalimantan Barat 5 (lima) kabupaten (Kab.

Sanggau, Kapuas Hulu, Sambas, Sintang, Bengkayang) sepanjang 966 km

dan di Provinsi Kalimantan Timur 3 (tiga) kabupaten (Kab. Nunukan,

Kutai Barat, dan Malinau) sepanjang 1.038 km. Hanya Entikong (Kab.

Sanggau, Kalbar) dan Kab. Nunukan (Kaltim) yang kondisi Custom,

Immigration, Quarantine, and Security (CIQS) sudah cukup baik. Kab.

Bengkayang CIQS-nya masih darurat dan kondisi jalannya sangat buruk.

Sedangkan wilayah lain belum mempunyai pintu perbatasan resmi.

12

Page 19: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Potensi sumber daya alam wilayah perbatasan di Kalimantan cukup besar

dan bernilai ekonomi tinggi seperti hutan produksi, hutan lindung, taman

nasional, dan danau alam yang dapat dikembangkan sebagai daerah

ekowisata, serta sumber daya laut di sepanjang perbatasan maritim.

Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum serta rendahnya tingkat

kesejahteraan masyarakat berdampak terhadap munculnya illegal logging

oleh oknum pengusaha Malaysia yang bekerja sama dengan penduduk

Indonesia.

b. Wilayah Perbatasan NTT - Timor Leste

Perbatasan antara Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste

terletak di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Belu, Kupang, dan Timor Tengah

Utara (TTU). Garis perbatasan di NTT tersebar di 9 (sembilan) kecamatan.

Pintu perbatasan terdapat di beberapa kecamatan, namunyang sering

digunakan sebagai akses lintas batas adalah di Kecamatan Tasifeto Timur,

Kabupaten Belu. Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke

pintu perbatasan Timor Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak

relatif mudah dan cepat.

Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar.

Kondisi masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah

dan bertempat tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian

utama adalah pertanian lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat

Indonesia di wilayah perbatasan lebih baik dari warga Timor Leste.

c. Wilayah Perbatasan Papua - Papua New Guinea (PNG)

Perbatasan Papua - PNG terletak di Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Peg.

Bintang, Kab. Boven Digoel dan Kab. Merauke. Panjang perbatasan itu

adalah 760 km dengan 52 (lima puluh dua) pilar batas. Fasilitas CIQS-nya

belum lengkap tersedia. Secara fisik kondisi wilayah perbatasan ini

bergunung-gunung dan sulit ditembus dengan sarana perhubungan biasa

13

Page 20: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

atau kendaraan roda empat. Kondisi masyarakat di sepanjang wilayah

perbatasan Papua sebagian besar masih miskin dengan tingkat

kesejahteraan rendah, tertinggal dan kurang mendapat perhatian dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan secara umum tidak jauh

berbeda dengan masyarakat di Papua New Guinea.

Wilayah perbatasan Papua memiliki sumber daya alam yang sangat besar

berupa hutan konversi dan hutan lindung dan taman nasional. Selain itu

juga terdapat sumber daya air yang cukup besar dari sungai-sungai, serta

kandunganmineral dan logam seperti tembaga dan emas.

2. Wilayah Perbatasan Laut

Dalam pengelolaan 12 pulau terluarmasih terdapat beberapa permasalahan, yaitu:

Pulau-pulau yang kecil, berbukit dan terisolir, serta terbatas sumber

dayanya;

Jumlah penduduk sedikit (pertumbuhan negatif) dan biaya hidup tinggi

karena sangat tergantung dengan wilayah lain;

Sarana dan prasarana terbatas karena fasum terpusat dan tidak merata,

sehingga ada keterbatasan informasi, komunikasi dan listrik;

Wawasan kebangsaan melemah akibat dominannya pengaruh negara

tetangga;

Masih ada konflik garis batas yang dikhawatirkan dapat memicu

permasalahan politik antar negara dan mengancam kedaulatan NKRI;

Batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sebagian besar belum ditetapkan

sehingga menyulitkan proses penegakan hukum oleh aparat dan

berpotensi untuk menjadi sumber pertentangan antar negara;

Sebagian besar Batas Laut Teritorial dan Batas Landas Kontinen telah

disepakati, sebagian lainnya belum sehingga perlu segera disepakati untuk

menghindari kekhawatiran timbulnya konflik akibat pelanggaran

kedaulatan;

14

Page 21: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

Pulau-pulau terluar yang tidak berpenghuni sangat rawan terhadap abrasi

dan rusak akibat ulah manusia yangakan berdampak serius terhadap

keutuhan NKRI; dan

Banyaknya kriminalitas di laut juga dapat berdampak pada kedaulatan

NKRI.

3. Wilayah Perbatasan Udara

Kondisi wilayah perbatasan udara saat ini digambarkan sebagai berikut:

Sebagian wilayah perbatasan udara nasional masih dikontrol Air Traffic

Controller (ATC) Singapura sehingga merugikan sistem pertahanan udara

nasional dan perekonomian negara karena akan mempermudah penggunaan

ruang udara oleh penerbangan asing yang melalui Flight Information Region

tanpa izin pemerintah Indonesia; Radar sipil belum semua terintegrasi dengan

radar militer sehingga tidak dapat digunakan dalam sistem pertahanan udara

terutama di wilayah perbatasan; Pangkalan Udara di perbatasan tidak

semuanya ditempatkan Detasemen atau Lanud sebagai deterrent power dalam

pengendalian wilayah perbatasan udara; Ratifikasi hukum udara internasional

tentang penggunaan ruang udara di atas ALKI (Alur Laut Kepulauan

Indonesia) terhadap penerbangan masih rancu; dan belum ada kesepahaman

tentang pemanfaatan ruang udara dan antariksa antara negara maju dan

negara berkembang termasuk Indonesia (Pusat Kajian Strategis, 2009).

15

Page 22: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

4.2. ANCAMAN BAGI DAERAH PERBATASAN

Gambar 3. Kondisi Masyarakat Perbatasan

Pemerintah RI telah meratifikasi United Nations Convention on the Law of

the Sea (UNCLOS) 1982 melalui UU No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan

United Nations Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan

Bangsa- Bangsa Tentang Hukum Laut).

Dari 17.504 pulau di Indonesia, terdapat 92 (sembilan puluh dua) pulau-

pulau kecil yang dijadikan sebagai titik dasar dan referensi untuk menarik garis

pangkal kepulauan yang berbatasan langsung dengan 10 (sepuluh) negara

tetangga di wilayah laut yang tersebar pada 10 (sepuluh) provinsi. Dan dari data

Strategi Nasional (Stranas) Pembangunan Daerah Tertinggal terdapat 26 (dua

puluh enam) kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar

selama ini belum terintegrasi dengan baik, dimana tiap Departemen cenderung

berjalan berdasarkan kepentingan masing-masing dan mengabaikan keterpaduan.

Ancaman bagi warga di perbatasan :

1. Kesenjangan sosial ekonomi antara wilayah perbatasan Indonesia dengan

wilayah perbatasan negara lain seperti Malaysia berpotensi menimbulkan

hal-hal seperti blank post area, illegal logging dan illegal entry.

2. Kurangnya perhatian Pemerintah Indonesia dalam mengelola kawasan

perbatasan sering menimbulkan kerugian dalam penyelesaian sengketa.

16

Page 23: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

3. Kerusakan lingkungan baik oleh alam maupun sebagai akibat ulah

manusia berdampak terhadap berubahnya batas negara di laut yang

berpotensi mengurangi luas wilayah. (Pusat Kajian Strategis, 2009).

Menurut Balitbang kementerian pertahanan Indonesia (2011) terdapat 2

faktor dalam permasalahan di perbatasan, yaitu faktor eksternal dan internal,

antara lain :

1. Faktor Eksternal, yaitu:

a. Masyarakat daerah perbatasan cenderung lebih cepat terpengaruh oleh

budaya asing dikarenakan intensitas hubungan lebih besar.

b. Kehidupan ekonomi masyarakat daerah perbatasan masih sangat tergantung

dengan Negara tetangga.

2. Faktor internal, yaitu :

a. Secara umum tingkat pendidikan masyarakat daerah perbatasan relatif

rendah (rata-rata tamat SD atau SMP), dengan tingkat kesehatan yang

relatif masih rendah.

b. Masyarakat daerah perbatasan lebih menggantungkan hidupnya dari alam,

kebanyakan dari mereka merupakan petani ladang berpindah. 

c. Kerukunan antar etnis di daerah perbatasan belum seperti yang

diharapkan. Hal ini tergambar dari adanya beberapa kerusuhan antar etnis

yang terjadi di beberapa daerah sekitar perbatasan. 

d. Penegakan hukum di daerah perbatasan kurang memadai antara lain

disebabkan kurangnya pos-pos pengawasan di sepanjang perbatasan,

frekwensi pelanggaran hukum masih tinggi. 

e. Pertahanan dan Keamanan. Kondisi kekuatan TNI dan Polri di daerah

perbatasan saat ini masih kurang memadai, mengingat panjangnya garis

perbatasan dan luasnya teritorial kita dengan beberapa negara baik di darat

maupun laut yang harus diamankan. Belum lagi keterbatasan sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh TNI dan Polri, seperti kendaraan operasional,

pos-pos pengamanan perbatasan untuk mendukung tugas pengamanan

daerah perbatasan. Keterbatasan sarana jalan raya sepanjang daerah

17

Page 24: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

perbatasan dan kondisi medan semakin mempersulit tugas TNI dan Polri

untuk melaksanakan patroli perbatasan. 

4.3. UPAYA DAN KEBIJAKSANAAN YANG DIAMBIL

Menurut Pusat kajian dan Strategis (2009), dari berbagai kondisi dan

masukan yang ada, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Wilayah perbatasan harus dikelola secara terpadu dalam satu badan yang

memiliki otoritas khusus yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah/Undang-undang;

Pembangunan wilayah perbatasan harus direncanakan secara terintegrasi

antar berbagai bidang secara komprehensif dalam suatu master plan

masing-masing wilayah perbatasan;

Khusus wilayah perbatasan darat, diutamakan pembangunan infrastruktur

sarana jalan horizontal dan diikuti pembangunan sarana dan prasarana

lainya, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena

lancarnya perputaran roda ekonomi masyarakat;

Mewujudkan wilayah perbatasan menjadi sabuk pengaman yang memiliki

daya tangkal tinggi terhadap setiap bentuk ancaman di bidang pertahanan

dengan memadukan pertahanan nir-militer dan satuan TNI sebagai

komponen utama pertahanan di wilayah perbatasan; dan

Meningkatkan semangat kebangsaan masyarakat wilayah perbatasan dan

pulau-pulau kecil terluar karena mereka merasakan hidup lebih baik,

merasakan kehadiran pemerintah lebih dekat dan merasa bangga sebagai

bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan kondisi wilayah perbatasan yang baik, aman, dan

sejahtera, maka kebijakan yang harus diambil disarankan sebagai berikut:

Menetapkan pembangunan dan pengelolaan wilayah perbatasan darat, laut

dan udara secara terpadu dalam satu badan di tingkat pusat dan unsur

18

Page 25: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

pelaksana/unit di tingkat daerah (Pos Lintas Batas) yang dikoordinasikan

oleh seorang Menko yang ditetapkan dengan Perpres/UU;

Sebagai penjabaran dari kebijakan terpadu tersebut perlu disusun rencana

aksi terpadu per wilayah dalam jangka panjang, jangka menengah dan

jangka pendek untuk mensinergikan berbagai kegiatan dari instansi-

instansi di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;

Memprioritaskan pembangunan fasilitas di 12 (dua belas) pulau-pulau

kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan

fasilitas jalan horizontal, diikuti pembangunan sarana dan prasarana

lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk

kelancaran serta mendorong perputaran roda ekonomi;

Mempercepat pendeklarasian dan penetapan garis perbatasan antar negara

dengan tanda-tanda batas yang jelas serta dilindungi oleh hukum

internasional serta membangun satuan TNI yang cukup untuk dipadukan

dengan kekuatan nir-militer setempat dalam rangka menjaga wilayah

perbatasan dari segala bentuk ancaman; dan

Meningkatkan semangat kebangsaan masyarakat wilayah perbatasan

dengan meningkatkan taraf kehidupan ke tingkat yang lebih baik dan

meningkatkan kehadiran pemerintah agar mereka merasa lebih dekat dan

merasa bangga sebagai bangsa Indonesia (Pusat Kajian Strategis, 2009).

4.4. PENDIDIKAN UNTUK CIPTAKAN NASIONALISME DI

PERBATASAN

Kurangnya pendidikan di perbatasan mengakibatkan masyarakat kurang

paham akan jati dirinya sendiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Oleh karena

itu, kita sebagai warga Negara Indonesia khususnya perlu menyadari akan realitas

yang ada di Indonesia terutama kurangnya rasa nasionalisme di wilayah

perbatasan. Sehingga salah satu upaya/solusi yang dapat kita berikan adalah

19

Page 26: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

dengan memberikan pendidikan non formal, yaitu dengan mengubah pola pikir

(mind set) dari warga yang tinggal di wilayah perbatasan.

Pendidikan nonformal yang ingin diberikan adalah dengan cara

pendidikan yang ringan seperti visualisasi akan arti sebuah kebangsaan sehingga

menggugah rasa nasionalisme mereka. Contohnya adalah dengan menonton film

kebangsaan atau film-film mengenai Indonesia yang bisa memberikan mereka

kesadaran bahwa kita adalah warga Negara Republik Indonesia yang satu tanah

air, satu bahasa, dan satu kebangsaan. Selain visualisasi, kita juga ingin

menerapkan suatu kebiasaan yang akan membuat kesadaran akan kebangsaan

yang telah tergugah ini menjadi melekat pada hati dan jiwa mereka. Karena

seperti kata pepatah, ala bisa karena biasa, atau seperi kata seorang ahli

pendidikan yang mengatakan bahwa dari sebuah kebiasaan itu akan mengubah

pola pikir mereka, yang selanjutnya secara tidak langsung akan mempengaruhi

sudut pandang mereka dalam memandang negeri tercinta kita ini, dan saat mereka

bisa melihat negeri ini dengan sudut pandang baru, hal tersebut pasti akan

merubah sikap mereka terhadap negeri ini. Sehingga hasil yang didapatkan bukan

hanya membuat mereka tau akan arti kebangsaan, tetapi juga membuat mereka

mengerti, sadar, dan melakukannya. Karena seperti yang kita ketahui jika wilayah

perbatasan adalah wilayah yang genting, dimana di wilayah tersebutlah terdapat

batas yang jika tidak benar – benar dijaga akan menjadi kabur bahkan tertarik ke

dalam wilayah lain seperti hanya masalah mengenai ambalat dan daerah – daerah

perbatasan lain. Karena kita tidak ingin hal yang terjadi pada wilayah ambalat

terjadi pada daerah – daerah perbatasan Negara kita yang lain.

Kegiatan tersebut dirasa akan lebih mudah untuk dipahami oleh

masyarakat sehingga secara tidak langsung dapat merubah pola pikir mereka

walau tidak dapat merubah pola pikir mereka secara langsung atau menyeluruh

sehingga perlu adanya kekontinuan dari kegiatan tersebut.

20

Page 27: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Daerah perbatasan Indonesia rawan akan ancaman, gangguan, hambatan,

dan tantangan (AGHT), salah satu ancaman, gangguan, hambatan, dan

tantangannya adalah kesenjangan sosial ekonomi, Kurangnya perhatian

Pemerintah Indonesia, klaim Malaysia, kerusakan alam baik oleh alam

maupun oleh ulah manusia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut antara

lain Wilayah perbatasan harus dikelola secara terpadu, pembangunan

wilayah perbatasan harus direncanakan secara terintegrasi dalam berbagai

bidang, khusus wilayah perbatasan darat, diutamakan pembangunan

infrastruktur, meningkatkan semangat kebangsaan masyarakat wilayah

perbatasan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa

nasionalisme di daerah perbatasan yaitu dengan pendidikan nonformal

yaitu dengan cara visualisasi akan arti sebuah kebangsaan sehingga

menggugah rasa nasionalisme mereka. Contohnya adalah dengan

menonton film kebangsaan atau film-film mengenai Indonesia.

5.2. SARAN

Pemerintah harus lebih memperhatikan keadaan warga Negara

Indonesia khususnya yang ada di daerah perbatasan,kita sebagai rakyat

Indonesia perlu menyadari akan realitas yang ada di Indonesia terutama

kurangnya rasa nasionalisme di wilayah perbatasan Indonesia.

21

Page 28: Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2007. Membangun Warga Negara yang Demokratis. PT.

Grafindo Media Pratama. Bandung.

Balitbang Kementerrian Pertahanan RI. 2011. Bagaimana Mengatasi

Permasalahan Di Daerah Perbatasan. [online].

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/bagaimana-mengatasi-

permasalahan-di-daerah-perbatasan. diakses pada 7 Desember 2013

pukul 5.20 WIB.

Ishak, Awang Faroek. 2003. membangun wilayah perbatasan Kalimantan dalam

rangka memelihara dan mempertahankan integritas nasional. Penerbit

Indomedia. Jakarta.

Lemhannas. 1998. Sistem Manajemen Nasional (Sismennas). Kelompok kerja

Sismennas Lemhannas. Jakarta.

Listyarti, Retno dan Setiadi. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Mochlisin. 2007. Kewarganegaraan. Penerbit Interplus. Jakarta.

Prayitno, Kuat Puji. Dkk. 2013. Pendidikan kewarganegaraan. Universitas

Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Pringgodigdo, A.G. 1977. Ensiklopedi Umum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Pusat kajian strategis. 2009. Kajian Kebijakan Strategis Pengelolaan Terpadu

Wilayah Perbatasan. [online]. http://www.pu.go.id/isustrategis/view/28

. diakses pada 6 Desember 2013 pukul 18.30 WIB.

WJS. Poerwadarminta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.