Contoh laporan keuangan 2015

Embed Size (px)

Citation preview

1. Semenjak dikeluarkannya PSAK No. 1 (Revisi 2009) pada tanggal 15 Desember 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011, Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan di Indonesia harus berpedoman pada standar tersebut. Standar tersebut merupakan adopsi dari International Audit Standard (IAS) 1: Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2009. Dalam tulisan ini saya akan menyajikan paparan singkat mengenai kandungan yang terdapat dalam PSAK No. 1 tersebut. Ada beberapa istilah baru atau penggantian istilah yang mungkin agak sedikit asing terdengar oleh kita, beberapa diantaranya adalah: Liabilitas sebagai ganti dari istilah kewajiban Ekuitas sebagai ganti dari istilah modal Laporan posisi keuangan sebagai ganti dari Neraca Laporan laba rugi komprehensif sebagai ganti dari laporan laba rugi Aset dan liabilitas keuangan Dll Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: laporan posisi keuangan pada akhir periode; laporan laba rugi komprehensif selama periode laporan perubahan ekuitas selama periode; laporan arus kas selama periode; catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pengambil keputusan, hal ini tampak nyata dari format laporan keuangan yang sedikit tampil beda dari sebelumnya, seperti: Laporan laba rugi komprehensif disajikan secara tegas dengan langsung mengurangi Pendapatan dengan Beban dan beban pendanaaan sehingga diperoleh total laba rugi komprehensif, berbeda dengan format yang lama yg masih mengakomodir kepentingan internal dama memisahkan pendapatan dan laba operasi. Tidak ada lagi komponen pendapatan dan beban lainnya atau pos luar biasa. Total laba komprehensif langsung diatribusikan kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik berdasarkan dua katagori: kepentingan non- pengendali dan pemilik entitas induk. Demikian juga komponen ekuitas pemilik dalam laporan posisi keuangan disajikan berdasarkan dua katagori ini. Terdapat laporan laba rugi komprehensif lainnya yang dapat dibuat satu dengan laporan laba rugi komprehensif atau dibuat terpisah masing-masing. Didalam laporan perubahan ekuitas menyajikan secara terinci masing-masing komponen yang terdapat dalam laoran laba rugi komprehensif lainnya. Jika entitas melakukan penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya, maka entitas wajib membuat laporan posisi keuangan secara komparatif secara dua tahun ditambah awal periode komparatif. Contoh jika entitas melakukan reklasifikasi pada tahun 2011, maka laporan posisi keuangan dibuat untuk periode komparasi 31 Desember 2011, 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010. Alasan yang masuk akal mengapa laporan laba rugi dibuat secara tegas seperti disebutkan diatas adalah karena pengguna laporan keuangan adalah bersifat umum sehingga dibuat sesimple dan segampang mungkin dimengerti oleh semua pengguna. Sementara format laporan sebelumnya lebih bersifat untuk keperluan internal manajemen yang memisahkan laba kotor dan laba operasi. Dalam IFRS semua pendapatan dan beban yang terjadi adalah akibat aktifitas operasi perusahaan. Demikian juga alasan logi mengapa tidak ada lagi pos-pos luar biasa sebagai mana format laporan yang lama adalah karena pos-pos luar biasa seharusnya tidak bisa 2. terjadi lagi, karena manajemen dapat mengantisipasi terjadinya pos tersebut dengan asuransi. Beberapa prinsip dalam menyajikan laporan keuangan masih sama seperti standar yang lama, Prinsip-prinsip tersebut adalah Kelangsungan usaha, Dasar Akrual, Materialitas dan Agregasi, Saling Hapus, Frekuensi Pelaporan, Informasi Komparatif dan Konsistensi Penyajian. Kelangsungan usaha Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. Dasar Akrual Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsurunsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Materialitas dan Agregasi Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Saling Hapus Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus. Frekuensi Pelaporan Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan: alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan. 3. Informasi Komparatif Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Konsistensi Penyajian Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25; atau perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK. Dalam membedakan aset lancar dan tidak lancar, klasifikasi yang digunakan salah satunya adalah berdasarkan realisasi aset tersebut atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya dalam siklus operasi normal. Jadi yang dimaksud lancer itu belum tentu satu tahun, jika misalnya perusahaan produsen tebu dimana siklus usaha normalnya adalah enam bulan, maka asset lancarnya diklasifikasikan dalam enam bulan. Demikian pula dengan liabilitas, memiliki landasan berpikir yang sama. Jika pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun akan diperpanjang lagi, atau dilakukan peminjaman kembali, maka klasifikasinya tidak dirubah menjadi pinjaman jangka pendek, sehingga tetap dalam klasifikasi pinjaman jangka panjang. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi: perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud); keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan paragraf 94 PSAK 24: Imbalan Kerja; keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing); keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) Source : http://icah-banjarmasin.blogspot.com