Upload
hasana-dina
View
26.905
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
from Wirawan B Ilyas & Richard Bourton 5th Edition
Citation preview
SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak adalah orang berkewajiban membayar pajak. Subjek Pajak terbagi
menjadi berbagai macam, antara lain :
1.Subjek Pajak Penghasilan (Subjek PPh)
2.Subjek Pajak Pertambahan Nilai (Subjek PPN)
3.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (Subjek PBB)
4.Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
5.Subjek Bea Meterai
Subjek Pajak Penghasilan
• Pengertian
Dalam UU PPh tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan subjek PPh, namun secara
umum pengertian Subjek Pajak adalah siapa yang dikenakan pajak.
• UU PPh menegaskan ada tiga kelompok yang menjadi subjek PPh antara lain sebagai
berikut :
– Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
– Badan Usaha (PT, BUMN, BUMD, Firma, Koperasi, dsb)
– Bentuk Usaha Tetap
Subjek Pajak Penghasilan (lanjutan..)
Subjek PPh dibedakan antara subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri.
•Subjek Pajak dalam negeri :
1.Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
2.Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
3.Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak
Subjek Pajak Penghasilan (lanjutan..)
• Subjek Pajak luar negeri :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bula,dan badan
yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia
Subjek Pajak Pertambahan Nilai
• Pengertian
Adalah Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak
berdasar UU PPN tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Menteri
Keuangan, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP
• Pengusaha Kena Pajak sebagai subjek PPN, yaitu :
1. Importir & Eksportir
2. Pemborong atau kontraktor
3. Pedagang besar
4. Pedagang eceran besar
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
• Pengertian
Adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi PBB sesuai
dengan ketentuan UU PBB.
• Apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui siapa Wajib Pajaknya, berikut contoh
subjek WP yang harus melunasi pajak :
1. A memanfaatkan bumi dan/ bangunan milik B bukan karena suatu hak berdasar
UU maupun perjanjian. Maka A ditetapkan sebagai WP
2. Objek pajak ternyata masih dalam suatu sengketa kepemilikan pengadilan, maka
orang atau badan yang memanfaatkan objek tsb ditetapkan sebagai WP
3. Subjek pajak dalam waktu lama berada di luar wilayah letak objek
pajak,sedangkan untuk merawat objek pajak tsb telah dikuasakan kepada B.
Maka B akan ditunjuk sebagai WP.
Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
• Pengertian
Adalah mereka yang menerima pengalihan hak (hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, dsb) atas tanah dan bangunan, baik badan maupun orang pribadi.
• Subjek Pajak yang telah memperoleh hak atas tanah dan bangunan, akan terutang pajak
saat mereka memperolehnya atau sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.
Saat yang menentukan terutangnya pajak tersebut diatur dalam Pasal 9, sebagai berikut
:
1. Untuk jual beli
2. Untuk tukar-menukar
3. Untuk hibah
4. Untuk pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
Subjek Bea Meterai
• Pengertian
Adalah pihak yang menggunakan dokumen-dokumen yang disebutkan dalam UU No.
13 Tahun 1985 yang telah dikenakan pajak.
Apabila suatu doumen belum dibubuhi Bea Meterai, namun akan digunakan sebagai
alat bukti di pengadilan, maka pihak yang akan menggunakan dokumen tersebut
sebagai bukti, dibebani kewajiban untuk melunasi Bea Meterainya terlebih dulu.
OBJEK PAJAK
Objek Pajak adalah barang yang dikenakan pajak untuk dipenuhi oleh subjek pajak.
Objek Pajak terbagi menjadi berbagai macam, antara lain :
1.Objek Pajak Penghasilan (Subjek PPh)
2.Objek Pajak Pertambahan Nilai (Subjek PPN)
3.Objek Pajak Bumi dan Bangunan (Subjek PBB)
4.Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
5.Objek Bea Meterai
Objek Pajak Penghasilan
• Pengertian
Objek PPh adalah penghasilan. Sedangkan pengertian penghasilan itu sendiri adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh, baik dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang digunakan, baik investasi maupun konsumsi.
• UU PPh mengatur lebih rinci pembagian objek pajak, antara lain sbb :
1. Penghasilan yang diterima secara teratur (gaji, uang pensiun bulanan, upah, dll)
2. Penghasilan yang diperoleh secara tak teratur (jasa produksi, bonus, dll)
3. Impor barang dan/ penyerahan barang
4. Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk
5. Dividen, Royalti, Bunga (premium, diskonto, dll)
Objek Pajak Pertambahan Nilai
• Pengertian
Objek dalam PPN adalah penyerahan atau kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha kena
pajak.
• Agar penyerahan barang dan jasa yang dikenakan pajak bisa terkena PPN atas
penyerahan barang dan jasa tersebut harus memenuhi empat syarat, yaitu :
1. Yang diserahkan adalah BKP atau JKP (karena ada jenis barang dan jasa yang tidak
dikenakan pajak)
2. Dilakukan di dalam Daerah Pabean
3. Tindakan penyerahannya merupakan penyerahan kena pajak
4. Penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya sehari-hari
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
• Pengertian
Adalah benda tidak bergerak, yaitu berupa bumi (permukaan bumi, meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada dibawahnya)
dan bangunan (suatu konstruksi teknik yang ditanam atau dilihatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan)
• Objek PBB yang tidak dikenakan PBB meliputi :
1. Tanah atau bangunan yang digunakan untuk melayani kepentingan umum dan tidak
untuk memperoleh keuntungan di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional
2. Tanah atau bangunan yang digunakan untuk kuburan umum, peninggalan purbakala,
museum, hutan lindung, taman nasional, dll
3. Dan lain sebagainya
Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
• Pengertian
Adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan yang dapat berupa tanah (termasuk
tanaman di atasnya), tanah dan bangunan, atau bangunan.
• Perolehan hak atas tanah dan bangunan tersebut meliputi hal-hal seperti :
1. Pemindahan hak
2. Pemberian hak baru
• Pemindahan hak terjadi karena adanya :
1. Jual beli 3. Hibah 5. Waris
2. Tukar-menukar 4. Hibah wasiat 6. Hadiah, dll
• Pemberian hak baru terjadi karena :
1. Kelanjutan pelepasan hak, dan 2. Di luar pelepasan hak
Objek Bea Meterai
• Pengertian
Objek bea meterai adalah dokumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi
seseorang dan pihak-pihak yang berkepentingan.
• Dokumen yang wajib dikenakan Bea Meterai :
1. Akta-akta notaris termasuk salinannya
2. Akta-akta yang dibuat oleh PPAT termasuk rangkap-rangkapnya
3. Surat berharga
4. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan
• Sedangkan, dokumen yang tidak dikenakan Bea Meterai adalah :
1. Surat penyimpanan barang 3. Ijazah 5. Dsb
2. Konosemen 4. Kuitansi
Tarif Progresif (Meningkat)
• Pengertian
Adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya makin besar bila jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak juga makin besar.
• Contoh tarif progresif sesuai Pasal 17 UU PPh :
WP Orang Pribadi WP Badan dan BUT
Penghasilan Tarif Pajak Penghasilan Tarif Pajak
s/d Rp25juta 5% ≤Rp50juta 10%
>Rp25juta – Rp50juta 10% Rp50juta – Rp100juta 15%
>Rp50juta – Rp100juta 15% >Rp100juta 30%
>Rp100juta – Rp200juta 25%
diatas Rp200juta 35%
Tarif Degresif (Menurun)
• Pengertian
Adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya makin kecil bila jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak makin besar. Namun, tarif ini tidak pernah
digunakan dalam praktik perundang-undangan perpajakan.
• Contoh pemakaian tarif degresif :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif≤ Rp 10.000.000 30%
Rp 10.000.000 – Rp50.000.000 25%
> Rp 50.000.000 15%
Tarif Proporsional (Sebanding)
• Pengertian
Adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Makin besar
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan makin besar jumlah pajak
terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No.18 Tahun 2000
(UU PPN) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
• Misalkan, Tuan Alex melakukan transaksi suatu Barang Kena Pajak, sbb :
Jumlah Penjualan Tarif Besarnya PajakRp 500.000 10% Rp 50.000
Rp 1.000.000 10% Rp 100.000
Rp 5.000.000 10% Rp 500.000
Tarif Tetap
• Pengertian
Adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan
dalam UU No.13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
• Tarif Bea Meterai memiliki nilai nominal yang selalu berubah-ubah berdasar PP
yang berlaku, biasanya semakin naik. Untuk PP No.24 Tahun 2000 (yang terbaru),
tarif Bea Meterai sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.
Tarif Advalorem
• Pengertian
Adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan ditetapkan pada harga
atau nilai suatu barang.
• Misalnya, PT ABC mengimpor barang X sebanyak 1.000 unit dengan harga @
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 10%, maka besarnya
Bea Masuk yang harus dibayar adalah :
Nilai Barang Impor = 1000 x Rp100.000
= RP100.000.000
Tarif Bea Masuk 10%, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = 10% x Rp100.000.000
= Rp10.000.000
Tarif Spesifik
• Pengertian
Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu
satuan jenis barang tertentu.
• Misalnya, PT DEF mengimpor barang X sebanyak 1.000 unit dengan harga @
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut Rp100.000 per unit,
maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah :
Jumlah Barang Impor = 1000 unit
Tarif Rp100.000, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp100.000 x 1.000
= Rp100.000.000