tugas kuliah

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pada saat ini memiliki masalah mengenai pencemaran lingkungan terutama pencemaran lingkungan perairan antara lain oleh air limbah, baik limbah industri, pertanian maupun limbah rumah tangga. Dari semua sumber pencemar lingkungan, pencemaran yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga menempati urutan pertama (40%) diikuti kemudian oleh limbah industri (30%) dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya.(Kurniadie,1998) Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005Bab I Pasal 1.3) . Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Komponenutama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. (Rustama et. al, 1998). Air limbah merupakan salah satu hasil dari aktifitas hidup manusia. Hal tersebut keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial - ekonomi masyarakat itu sendiri dan aktifitas manusia. Sumber air limbah dari aktifitas manusia berkaitan dengan penggunaan airseperti mandi, mencuci, tempat cuci,WC, industri dan lainlain. Kualitas air limbah yang dihasilkan tersebut sangat beragam, tergantung dari sumber dan sistem pengolahan yang digunakan. Sehingga kualitas air limbah akan semakin baik jika di tangani atau diolah dengan sistem pengolahan yang tepat. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat

1

tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Dengan itu akan menyebabkan terbentuknya air limbah. Air limbah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia sehari-hari, oleh sebab itu air limbah ini akan selalu diupayakan.agar tidak mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena jika air limbah yang dihasilkan dari aktifitas manusia tersebut tidak saja memepengaruhi aspek lingkungan dan kesehatan.bahkan akan mempengaruhi produktifitas kerja manusia yang tinggal di dalam lingkungan yang tidak sehat. Pada zaman dahulu orang belum mengolah air limbah yang dihasilkan,karena kuantitas air limbah belum mempengaruhi kondisi lingkungan dan kualitasnya dapat diolah sendiri secara alamiah yang dikenal dengan self purifications. Tetapi sekarang, dimana pertumbuhan manusia cukup tinggi, sedangkan sumber daya air, baik kuantitas maupun kualitasnya semakin menurun , khsusunya air tanah mulai tercemar oleh air limbah rumah tangga yang tidak dikendalikan dengan baik. Berkembangnya teknologi pengolahan air limbah maka instalasi maupun komponen instalasi yang digunakan saat ini banyak menggunakan teknologi yang modern pula. Namun demikian adanya keterbatasan khususnya dalam operasi dan pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah, maka kondisi masyarakat indonesia masih memerlukan teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi Indonesia saat ini. ` Apabila air limbah dari sumber tersebut diketahui tidak memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu. Teknologi pengolahan air limbah yang dipilih harus dapat meningkatkan kualitas air efluent dari sistem yang digunakan baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis. Karena kualitas air efluent dari suatu sistem yang memenuhi persyartan baku mutu air limbah maka kondisi sanitasipun akan tercipta dengan baik. Selain penanganan air limbah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan, diperlukan pula penyediaan air bersih, sampah dan pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan, sehingga akan tercipta kondisi

2

lingkungan yang sehat dan pada akhirnya akan berdapampak pula pada kesehatan dan produktifitas kerja dari masyarakat itu sendiri.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui secara umum apa itu limbah 2. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah secara biologis

3

BAB II TINJAUAN UMUM A. Tinjauan Mengenai Limbah 1. Defenisi Limbah Limbah adalah Sisa proses produks bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, barang cacat/rusak dalam proses produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industry (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Limbah cair Kotoran dari masyarakat & rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya atau air buangan yang bersifat kotoran umum (Sugiharto, 1987) Limbah cair domestik (rumah tangga) adalah limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan kegiatan sanitasi manusia yang rutin (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Limbah cair domestik (rumah tangga)adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak.

2.

Karakteristik Air Limbah

Tinggi rendahnya mutu air limbah disuatu tempat dipengaruhi oleh karakteristik air limbah secara fisik, kimia maupun biologi dengan parameter seperti berikut :

4

a. Fisik : Temperatur, Kekeruhan, Warna, dan Bau b. Kimia : pH, organik (karbohidrat, protein, lemak, fenol), anorganik (zat mineral yang mengurangi O2, zat beracun dan logam berat) c. Biologi : terdiri dari golongan mikroorganisma yang terdapat dalam air (golongan coli)

Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh , temperatur air limbah berhubungan langsung dengan keaktifan mikroorganisme, sehingga air limbah dapat membusuk dan bau, contoh lainnya adalah adanya hubungan tak langsung antara mikroorganisma dengan karakteristik kimia. Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat digunakan beberapa parameter antara lain : 1. BOD (Biochemical Oxigen Demand), COD (Chemical Oxigen Demand), SS (Suspended Solid), bakteri koli, dan golongan amoniak. 2. Parameter-parameter ini dipakai pula untuk mengukur kemampuan pengolahan air limbah. Berdasarkan kekuatannya, air limbah digolongkan dalam 3 jenis yaitu : kuat, sedang dan lemah. 3. Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD yaitu: Kuat, bila nilai BOD > 300 mg/L Sedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/L lemah, bila nilai BOD < 100 mg/L.

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah: a. Volume limbah b. Kandungan bahan pencemar c. Frekuensi pembuangan limbah

5

4. Indikasi Pencemaran Air Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian. a. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam. b. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa. c. Timblnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendapdidsar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari : 1) Bahan buangan padat 2) Bahan buangan organik 3) Bahan buangan anorganik6

B. Tinjauan Mengenai Pengolahan Air Limbah Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan: 1. 2. 3. pengolahan secara fisika pengolahan secara kimia pengolahan secara biologi Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.1.

Pengolahan Secara Fisika Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu

7

proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.2.

Pengolahan Secara Kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahanbahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut,

8

sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Koagulasi & Flokulasi, yaitu penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.3.

Pengolahan secara biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: a. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor); b. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor). Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang9

berbagai

metode

pengolahan

biologi

dengan

segala

banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan

pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain: 1. trickling filter 2. cakram biologi 3. filter terendam 4. reaktor fludisasi Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.

10

Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. 2. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen; Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

11

BAB III PEMBAHASAN A. Pengolahan Air Secara Biologis Air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila konsentrasi tidak terlalu tinggi. Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen. Pertumbuhan bakteri dalam proses penguraian bahan pencemar organik dibedakan dalam dua kelompok yakni (a) pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan (b) pertumbuhan lekat (attached growth). Atas dasar keberadaan oksigen dan pertumbuhan bakteri dalam proses pengolahan air limbah, maka pengolahan secara biologi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif memiliki beragan tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas (extended aeration), proses bebas bulk (lumpur tak bisa

12

mengendap), parit oksidasi (oxidation ditch), proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang termasuk tipe pengolahan film biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter), cakram biologi (RBC = Rotating Biological Contactor), aerasi kontak (contact aeration), proses filter biologi (biofilter) dan proses media unggun biologi. Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar sehingga membentuk gumpalan (flok). Gumpalan gumpalan ini kemudian di endapkan di bak pengendap II, dengan cara mengalirkan air limbah dari bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian dibuang dan sebagian yang lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada dibagian atas bak pengendap akan tampak jernih. Cairan yang jernih ini adalah air limbah yang sudah bersih dari bahan organik pencemar. Reaktor pertumbuhan lekat seperti saringan tetes berupa tumpukan kerikil dengan tinggi > 2m dan air limbah dialirkan menetes dari atas. Pada permukaan batu kerikil akan tumbuh koloni bakteri, yang semakin lama semakin tebal sehingga akan terkelupas. Koloni bakteri yang terkelupas ini ditampung dalam bak pengendap II. Pengolahan air limbah dengan proses aerob cocok untuk pengolahan air limbah yang memiliki BOD 4000 mg/lt lebih cocok diolah dengan proses anaerob. 2. Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Tangki pencerna enaerob adalah sebuah tangki kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas, diantaranya yang paling khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob juga13

dapat menghasilkan gas metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan diperoleh gas bio yang sangat bermanfaat. UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak pada cara pengaliran air limbah. Pada UASB aliran air mengarah ke atas pada tangki vertikal. Unit pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic Baffle Reactor). ABR sangat rentan terhadap perubahan debit limbah dan perubahan konsentrasi bahan organik secara mendadak (organic & hydrolic loading). 3. Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses alam, yakni oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal dari fotosintesis tumbuhan air. Kadang lagoon disertai juga dengan aerator untuk menambah oksigen terlarut pada air (aerated lagoon) 4. Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Air limbah yang mengandung bahan organik biodegradable berpotensi sebagai penyubur tanaman. Air limbah yang mengandung logam berat dapat digunakan untuk penyiraman hutan bambu yang berlokasi jauh dari pemukiman dan sumber air. Logam berat akan terakumulasi pada batang bambu. Selanjutnya air limbah akan mengalami proses pembersihan secara alami melalui mekanisme penguraian oleh jasad renik dan filtrasi oleh tanah dan batuan lainnya.

B. Peranan mikroorganisme 1. Bakteri a. Paling penting b. Kemoheterotropik: BO sebagai sumber energi (umum) c. Kemoautotropik: bahan anorganik sebagai sumber energi14

d. Fotosintesis: sinar sebagai sumber energi e. Setiap jenis punya substrat spesifik (jenis bakteri yang berbeda menguraikan substrat yang berbeda pula) f. Rumus umum C5H7O2N g. Punya kemampuan untuk menggumpal 2. Kapang a. Nonfotosintesis, bersel jamak, aerobik b. Banyak terdapat pada limbah pH , kadar air , N c. Rumum umum C10H17ON d. Kurang diinginkan karena sulit diendapkan 3. Protozoa a. Motil, bersel tunggal b. Penting dalam pengolahan limbah karena akan ________ bakteri mutu efluen (jernih) 4. Ganggang (alga) a. Autotrof, fotosintesis b. Rumus umum: C106H180O45N16P c. Metabolisme: CO2 + H2O sinar matahari CH2O + O2 d. Mensuplai oksigen untuk pertumbuhan bakteri e. Spesies yang penting: ganggang biru hijau, dan ganggang hijau

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengolahan Limbah Secara Biologis 1. Nutrien a. Makro: C, N, P b. Mikro: cukup c. Pendekatan ~ rumus sel d. BOD : N : P = 100 : 5 : 1

15

2. Oksigen a. Diperlukan untuk proses anaerobik, min: 1.0 mg/l b. Untuk anaerobik tidak perlu 3. Suhu a. 25 - 35C (mesofilik) b. 45 - 60C (thermofilik) 4. pH a. Umum = 6,5 8,5 b. Limbah asam/alkali netralisasi

D. Bakteri Penanganan Limbah Secara Biologis Biodekstran Merupakan komposisi bakteri probiotik aktif yang mampu bekerja secara sinergis pada sampah organik, limbah domestik; rumah sakit (septic tank), rumah tangga (WC), industri (anaerob tank), limbah ternak dan sedimen organik (lemak, protein & karbohidrat) pada saluran wastafel dapur secara anaerobik. Komposisi bakteri jenis ini adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Nitrobacter sp Nitrosomonas Pseudomonas sp Bacillus sp.

Manfaat yang didapatkan dari bakteri jenis ini adalah a. Menguraikan bahan organik (protein, karbohidrat dan lemak) secara biologis. b. Menguraikan NH dan NO pada sampah, tinja dan kotoran hewan ternak secara anaerob.

16

c.

Menghilangkan bau pada sampah, tinja dan kotoran hewan ternak secara biologis.

d.

Menjaga septic tank tidak penuh karena tinja menjadi cair (tidak akan sedot WC).

e.

Menekan populasi bakteri patogen pada septik tank sehingga jika air rembesannya bercampur dengan sumber air tanah maka tidak akan mengkontaminasi sumber air tanah tersebut.

f.

Menjaga saluran pipa air buangan pada dapur/kantin agar tidak tersumbat oleh lemak.

17

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Limbah adalah Sisa proses produks bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, barang cacat/rusak dalam proses produksi Pertumbuhan bakteri dalam proses pengolahan air limbah pengolahan secara biologi dapat dibedakan sebagai berikut : Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat) Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Prosesd pengolahan air secara biologis, yaitu air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila konsentrasi tidak terlalu tinggi. Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob.

18

Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen.

19