TUGAS KULIAH

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS KULIAHSenin, 16 Agustus 2010KLIMATOLOGI ( belum lengkap )ACARA PENGENALAN A. 1. 2. 3. B. ALAT-ALAT PENGUKUR UNSUR I IKLIM/CUACA TUJUAN iklim/cuaca iklim/cuaca iklim/cuaca

Mengetahui cara kerja Mengetahui cara Mengetahui tata letak dan DASAR TEORI

peralatan ukur unsur pengamatan unsur pemasangan peralatan unsur

Pengukuran dan pencatatan tentang iklim/cuaca yang penting dalam pertanian antara lain: curah hujan (jumlah dan intensitas hujan), evaporasi (permukaan tanah dan tanaman), radiasi matahari (lama penyinaran dan intemnsitas penyinaran matahari), kelembaban suhu atau temperatur (udara dan tanah), dan angin (arah dan kecepatan angin). Untuk hal itu dalam stasiun pengamatan atau pengukuran iklim/cuaca bagi pertanian lazimnya mempunyai perlengkapan seperti berikut: shelter (kotak stevenson),termometer suhu maksimum dan minimum, termometer bola basah dan bola kering, termohigrograf, penakar hujan (ombrometer), anemometer, evaporimeter, solarimeter, sunshine duration record dan termometer tanah. Menurut WMO (World Meteorology Organization) dalam penempatan stasiun klimatologi pertanian diutamakan di stasiun percobaan Agronomi, Hortikultura, Peternakan, Kehutanan, hidrologi, lembaga penelitian tanah, Kebun raya ataupun cagar alam serta daerah yang perubahan cuacanya sering menyebabkan kerugian teRHadap produksi pertanian. Penempatan stasiun klimatologi/meteorologi sedapat mungkin memenuhi syarat antara lain: 1. Sekeliling luasan terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakan angin. 2. Disekitar/dekatnya tidak ada jalan raya (jalan besar) 3. Tempatnya pada tanah yang datar. 4. Bebas / jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar. 5. Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan pengamatan. Hal ini akan lebih baik dalam ketepatan waktu dan kondisi yang dapat dipercaya. Macam-macam alat 1. Alat Pengukur Lama a. Macam: b. Macam: 2. ukur unsur ilkim/cuaca yaitu: Penyinaran dan Intensitas Penyinaran Matahari Macam Alat Pengukur Lama Penyinaran Matahari Sunshine duration tipe Campbell Stokes dan tipe Jordan. Pengukur Intensitas Penyinaran Matahari Solarimeter, Pyroheliometer tipe Bymetal Actinograph, dll. Alat Pengukur Temperatur/Suhu Udara dan Tanah

a. b. c. d. 3. a. b. c. 4. a. b. c. d. 5. a. b. c. d. 6. a. b. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. D. 1. 2. 3.

Alat Termometer dan air raksa) Termometer dan minimum tanah Termohigrograf Alat Pengukur Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Macam Alat Barometer (air raksa dan arenoid) dan Barograph Anemometer (hand dan Cup) dan Anemograph Windvane dan Kantong udara Alat Pengukur Penguapan Macam Alat Panci klas A, diameter panci 120 cm dam tinggi 25 cm Panci Jepang, diameter panci 20 cm dan dikelilingi jeruji Piche atmometer, berupa tabung glas berskala cm3 Panci Colorado, dll. Alat Pengukur Kelembaban Udara Macam Alat Psikrometer Sling psikrometer Higrometer Termohigrometer Alat Pengukur Hujan Macam Alat Alat pengukur hujan biasa: Ombrometer biasa, Ombrometer observatorium. Alat pengukur hujan otomatis (recorder): Tilting Bucket, Floating, Weighing, dll. BAHAN Termometer biasa Termometer DAN raksa ALAT dan alkohol). dan minimum. Psikrometer. atmometer. Termohigromete. rambut. digital. cup counter. Ombrometer. tipe Heimann. Campbell Stokes. KERJA /cuaca disiapkan. bagian-bagiannya. dilengkapi fungsinya. Observatorium Gambar: 11,3 cm) sempit

Macam biasa (alkohol maksimum Termometer

(air maksimum Piche

Anemometer Penakar Sunshine

Termohigrometer Anemometer tipe hujan duration PROSEDUR unsur tersebut digambar tipe

Peralatan ukur Peralatan Peralatan tersebut Hujan

iklim diamati dan Tipe

Penakar Keterangan 1. Mulut 2.

penakar

seluas

100 Pipa

cm2

(garis

tengah

3. 4. 5. 6. Penakar

Tabung Gelas kayu Hujan

Tiang

dari

yang

cukup

kolektor Kran ukur kuat Standar

Keterangan 1. Penakar dalam keadaan 2. Mulut 3. Tabung pengukur untuk menampung air dari 4. Tabung penampung luapan air apabila tabung nomor 5. Tongkat pengukur Penakar F. Hujan Otomatis Tipe Helmann

Gambar: terpasang penakar mulut penakar 1 telah penuh berskala Tipe)

(Floating

PEMBAHASAN

1. Alat Pengukur Suhu a. Termometer Biasa (Alkohol dan Air Raksa) Termometer air raksa dalam kaca/gelas digunakan untuk pengamatan rutin suhu udara. Termometr ini terdiri atas suatu tandon berbentuk bola dari gelas dan bersambung dengan tabung dari gelas pula, yang berdiameter lebih kecil dari diameter tandon tersebut. Air raksa mengisi tandon dan sebagian tabung. Jika suhu naik maka air raksa mengembang dan panjang kolom air raksa di dalam tabung bertambah, begitu pula sebaliknya bila terjadi penurunan suhu. Dalam penggunaannya alat ini harus dikaliberasi terlebih dahulu untuk menghasilkan hubungan antara panjang kolom air raksa dan suhu sehingga, panjang kolom air raksa dapat langsung dinyatakan dalam satuan suhu. Zat cair lain yang umum digunakan dalam termometer adalah alkohol. Keuntungannya adalah pemuaiannya sejalan dengan kenaikan suhu, terdapat sekitar 6 kali tingkat pemuaian air raksa. Alkohol cocok digunakan pada termometer minimum karena jika suhu naik, alkohl yang mengembang dapat melewati benda kecil. Pada penurunan suhu, alkohol akan menyusut dan tegangan permukaan pada permukaan alkohol di dalam tabung dapat menggeser indeks menuju tandon yang menunjukan suhu terendah yang dapat dilalui alkohol bila suhu naik. b. Termometer Maksimum-Minimum Alat ini digunakan untuk mengukur suhu permukaan, yang didefinikan sebagai suhu didekat ketinggian mata pengamat sekitar 1,5 m di atas permukaan tanah.pada alat ini digunakan termometer zat cair dalam kaca. Prinsip kerja termometer ini adalah jika suhu naik maka zat cair akan memuai lebih cepat ketimbang wadah kacanya. Termometer maksimum dan minimum dapat menunjukkan suhu maksimum dan minimum dalam jangka waktu tertentu dan suhu pada saat itu. Termometer ini berbentuk pipa U yang pada kedua ujungnya terdapat reservoir. Pada ujung yang satu, reservoir berisi alkohol, sedangkan pada kaki yang lainnya reservoir berisi alkohol sebagiannya dan pada bagian atasnya terdapat uap alkohol. Bila suhunya naik, reservoir memuai dan memdorong air raksa. Stiff pada kaki yang lain terdorong ke atas oleh air raksa. Jika suhunya turun, air raksa dalam kaki pertama akan mendorong stiff ke atas. Jadi suhu pada kaki yang satu menunjuk suhu maksimum dan kaki yang lain menunjuk suhu minimum. Pemasangan alat a. Alat dipasang pada rumah cuaca kayu (shelter setinggi 1,5 m). b. Ala dipasang vertikal dengan bola di bawah (termometer biasa), dipasang mendatar

(termometer maksimum-minimum) pada statif. Pengamatan a. Termometer biasa diamati setiap pukul 07.00; 12.00; 18.00. b. Termometer maksimum-minimum diamati setiap pukul 07.00. 2. Alat Pengukur Kelembaban Udara Pengukuran kelembaban udara dapat menggunakan 3 jenis alat ukur yaitu Psikrometer, Higrometer, dan Termohigrometer. Sebagai alat yang baku adalah higrometer atau psikrometer yang diukur adalah kelembaban nisbi yang dinyatakan dalam persen dan suhu dari bola termometer kering dan termometer yang dibasahi. a. Psikrometer Merupakan sebuah alat penunjuk yang menggunakan 2 termometer yaitu termometer bebuli basah dan bebuli kering. Pada termometer bebuli basah, bebulinya ditutup dengan sumbu yang terbuat dari kain kasa. Jika termometer diangini atau diberi pengudaraan dengan kipas angin atau diputar-putar di udara, kecepatan terjadinya penguapan dari bebuli basah bergantung pada tingkat kelembaban udaranya. Jika udara jenuh atau kelembaban nisbinya 100%, maka tidak terjadi penguapan dari sumbu basah pada bebuli basah, dan pada termometer bebuli basah dan bebuli kering akan manunjukkan suhu yang sama. Untuk mendapatkan harga kelembaban nisbi, pengamat mengacu pada tabel psikrometer yang menghubungkan suhu udara dan penurunan bebuli basah dengan kelembaban nisbi. b. Higrometer Jenis pengindera ubah bentuk fisik digunakan pada kebanyakan higrometer cakra. Bahan yang digunakan sebagai pengindera pada higrometer modern yang digunakan sebagian besar stasiun cuaca adalah rambut manusia. Biasanya pengindera tersebut berbentuk seperti harpa yang terdiri atas banyak rambut, agar dapat menghasilkan cukup daya untuk menggerakan tuas yang menggerkan pena pada diagram. Diagram dipasang pada silinder yang digerakkan oleh jam. Hgrometer dan higrograf itu tidak setepat psikometri. Rambut bisa kotor dan akibatnya tanggapan terhadap kelembaban tidak dapat terus tetap. Agar dapat digunakan, diperlukan pembersihan dan peneraan ulang secara teratur. Pengukuran kelembaban udara atas perlu menggunakan penginderaan kelembaban yang dapat mempengaruhi isyarat radio. Seperti halnya penginderaan listriknya berubah-ubah menurut kelembaban. Penginderaan tersebu berbentuk kepingan kecil dari plastik pengisolasi yang di atasnya dipasang lapisan penghantar listrik yang berubah-ubah ketahanannya menurut perubahan kelembaban. c. Termohigrometer Merupakan gabungan atau campuran dari termograf dan higrograf/higrometer. Termograf adalah termometer yang dapat mencatat sendiri dengan hasil catatan berupa grafik/kurva yang disebut termogram. Instrumen pengukur suhu setiap saat secara kontinu sushu udara adalah termograf dengan sensor bimetal (bilogam). Suhu direkam selam 1x24 jam (harian) atau 7x24 jam (mingguan). Ketelitian data rekaman dikoreksi dengan termometer bola kering. Termohigrograf merupakan salah satu alat pengukur suhu pula. Pemasangan Alat a. Psikrometer dipasang pada statif dan diletakkandalam shelter Stevenson. b. Termohigrometer dipasang dan diletakkan dalam shelter, dan langsung dibaca dalam skala yang ada di alat. Pengamatan a. Pengamatan dilakukan 3 kali yaitu 07.00; 13.00; dan 08.00. b. Psikrometer diamati temperatur bola basah dan kering. Kelembaban relatif dilihat dalam tabel berdasar temperatur bola kering danselisih bola kering dan basah atau dibaca pada psikrometrik chart. c. Higrometer diamati sehari sekali dan kelembaban dapat langsumr dibaca pada grafik.

3. Alat Pengukur Hujan a. Penakar Hujan Otomatis Merupakan alat ukur hujan otomatis yang diamati bergantung pada/dari pengatur waktu dan kertas grafik yang ada pada alat (bisa harian, mingguan, bahkan ada yang bulanan). Dalam alat ukur ini air mengalir dari penampung ke dalam suatu wadah yang terdapat di atas neraca. Bobot curahan/air akan menaikkan lengan berpena, yang merekam jumlahnya pada grafik yang terletak pada tabung yang digerakkan oleh jam (Atas ijin Stience Associates. Inc). b. Ombrometer Merupakan alat ukur hujan. Ombrometer yang biasa digunakan di Indonesia adalah ombrometer tipe observatorium. Alat ini merupakan suatu bejana dengan luas penampang corongnya 100m2 dan dipasang sedemikian rupa sehingga tinggi antara corong dengan permukaan tanah 120 cm. Untuk mengurangi penguapan, alat ini dicat putih atau diberi warna silver. Hasil pengukuran yang akurat adalah yang berasal dari penakar hujan yang dipasang sama tinggi dengan permukaan tanah. Dari hasil pengukuran diperoleh data curah hujan harian daerah setempat atau daerah yang diwakilinya. Akumulasi data curah hujan harian akan menghasilkan curah hujan rata-rata bulanan, musiman atau hrian. Disamping tingginya curah hujan juga perlu dicatat jumlah hari hujan, yaitu hari dimana turun hujan lebih dari 0,1 mm (Basoeki, M. 1996). Pemasangan alat a. Alat dipasang di tenmpat yang terbuka, tidak terganggu oleh pohon atau bangunan. b. Terhindar dari pengaruh angin kencang (misalnya di pantai). c. Alat dipasang tegak lurus dengan permukaan tanah dengan penyangga yang kuat. d. Sebaiknya tanah di sekitarnya ditanami rumput. e. Tinggi permukaan corong 1,2 m dari permukaan tanah, untuk alat otomtis letaknya lebih rendah. Pengamatan a. Diamati setiap pukul 07.00 kran dibuka, air hujan ditakar dengan gelas ukur. b. Luas permukaan corong 100 cm2 untuk observatorium. Volume air hujan 10 cc sama dengan hujan 1mm. c. Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada hujan dan ditulis 0, tidak ada hujan ditulis -. d. Alat ukur hujan otomatis diamati tergantung dari pengatur waktu dan kertas grafik yang ada pada alat. 4. Anemometer Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan atau kekuatan angin. Alat ini terdiri dari 2 tipe yaitu anemometer putaran dan anemometer tabung tekanan (anemometer digital). Umumnya alat pengukur kecepatan angin tipe putaran adalah anemometer mangkuk. Tiga buah atau lebih mangkuk (bentuk seperti mangkuk) dipasang simetri dan dipancangkan tegak lurus sumbu vertikal kecepatan perputarannya tergantung angin tanpa mengingat arah dari mana datangnya angin. Mangkuk-mangkuk tersebut dapat berputar pada gerakkan yang teah diperhitungkan dan lalu kecepatan angin dapat dihitung. Anemometer tabung tekanan memiliki prinsip kerja berupa sebuah tabung dengan ujung terbuka. Ujung terbuka ini akan selalu menghadap kemana arah datangnya angin. Tiupan angin yang masuk ke dalam tabung melalui lubang tersebut, menghasilkan kenaikan tekanan di dalam tabung yang terjadi akan dilangsungkan ke indikator. Tabung bagian luar yang berada di bawah wind yang berlubang-lubang. Angin yang berhembus melalui lubang-lubang tersebut akan mengurangi tekanan di dalam yang besarnya tergantung pada kecepatan angin. Efek ini kemudian dilangsungkan ke indikator oleh tabung penghisap. Kombinasi dari efek-

efek tersebut di atas membentuk suatu sistem yang bebas atas perbedaan tekanan kecil antara tekanan di dalam dan di luar banguna dimana alat pencatat dipasang. Hasil pencatatan berupa grafik/kurva yang disebut anemogram. Pemasangan alat a. Anemometer dipasang pada ketinggian 1 m, 2 m, dan 8 m. b. Pemasangan pada tempat terbuka, jarak benda terdekat minimum 10 kali dari tinggi benda tersebut. Pengamatan a. Setiap pukul 07.00 dibaca pada alat pencatat (bentuk sepertu speedometer pad motor). b. Kecepatan angin per satuan waktu dihitung dengan besarnya pembacaan kedua dikurangi pembacaan pertama dibagi rentang waktu pengamatan. c. Hand anemometer bisa dinyatakan dalan per deik maupun per menit. 5. Piche Atmometer Penguapan merupakan proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas yang disebut uap. Penguapan dibedakan atas penguapan secara langsung dari permukaan bumidan transpirasi yaitu penguapan melalui makhluk hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan laju penguapan disetiap tempat antara lain suhu udara, angin, tekanan, kelembaban relatif dan luas permukaan. Pengukuran penguapan dapat menggunakan Piche Atmometer yang berupa tabung glas berskala cm3. Piche Atmometer diisi air dan ditutup dengan kertas saring. Selama waktu tertentu (sehari) kertas saring yang basah akan mengeluarkan air sehingga, jumlah air dalam tabund piche berkurang, dengan membaca skala yang ada merupakan jumlah air yang menguap. Perhitungan penguapan dalam satuan mm yang nerupakan volume air yang diuapkan dibagi dengan luas kertas saring uap. Pengamatan Alat Pembacaan dilakukan setiap pukul 07.00. Pemasangan Piche Atmometer berisi air dan beralas kertas saring dipasang di dalam shelter Stevenson pada statif. 6. Campbell Stokes Untuk mengukur lama penyinaran matahari digunakan alat yang bernama Sunshine Duration tipe Campbell Stokes dan tipe Jordan. Pada percobaan ini digunakan alat Sunshine Duration tipe Campbell Stokes. Alat ini memiliki elemen pengukur yang terdiri atas bola yang masif berdiameter 3 inchi. Sebagian lensa bakar dan di bawahnya terdapat pias karton. Berkas sinar matahari dikumpulkan titik api yang tepat pada kertas pias sehingga, kertas pias itu akan terbakar bila terjadi penarimaan radiasi matahari. Dari berkas-berkas yang terbakar itu dapat ditentukan lamanya matahari bersinar pada hari itu. Pemasangan Alat a. Alat dipasang pada beton yang kuat, dengan bagian atas yang rata. b. Arah utara-selatan pada alt sesuai dengan arah utara-selatan tempat pemasangan. c. Alat dipasang condong ke khatulistiwa (miringnya dengan vertikal tergantung letak lintang). d. Tutup kotak selalu menghadap ke khatulistiwa. e. Kertas pias dipasang pada tempatnya. Pengamatan a. Pengamatan/penggantian kertas pias sehari sekali pada pukul 18.00. b. Noda hitam pias pada kertas pias diukur panjangnya. c. Lama penyinaran dinyatakan dalan % (persen) yaitu hasil perbandingan panjang noddda hitam dengan panjang siang hari dikalikan 100%. d. Intensitas panyinaran dilihat dari kertas pias dan dihitung dari luas kisi-kisi tergambar kemudian dikalikan faktor alat.

e.

Intensitas panyinaran dinyatakan dalam kalori/cm2/menit atau Langley per menit.

G. KESIMPULAN 1. Setiap peralatan unsur iklim/cuaca memiliki cara kerja yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi masing-masing alat ukur dengan tata letaknya. Pemasangan alat ukur umumnya dilakukan/dipasang di tempat terbuka. Cara kerja tiap alat ukur akan menghasilkan data pencatatan yang akurat, bila penggunaannya dilakukan dengan baik dan benar tanpa kesalahan. 2. Cara pengamatan peralatan ukur unsur iklim/cuaca disesuaikan dengan kerja masingmasing alat ukut tersebut. Pengamatan umumnya dilakukan pada pagi hari dan berlangsungnya bisa dalam harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. 3. Tata letak dan pemasangan alat ukur unsur iklim/cuaca harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu sekeliling luasan terpelihara dengan penutup (rerumputan atau tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakkan angin, disekitar atau tidak dekat jalan raya (jalan besar), pada tanah yang datar bebas atau jauh dari bangunan atau pohon-pohon besar, letak stasiun tidak terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan pengamat. Hal itu akan lebih baik dalam ketepatan waktu dan kondisi yang dapat dipercaya. H. DAFTAR PUSTAKA Basoeki, M. 1986. Pengantar Meteorologi. Purwokerto: UMP. Hasan, Urip Muhammad. 1970. Dasar-Dasar Meteorlogi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan. Neiburger, dkk.1982. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita. Bandung: ITB.

ACARA II PENGUKURAN UNSUR IKLIM/CUACA MIKRO A. TUJUAN Dapat mengukur unsur iklim/cuaca dengan benar. B. DASAR TEORI Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan bumi. Unsur iklim/cuaca mempunyai peranan penting, misalnya dalam hal: pertumbuhan dan produksi tanaman, perkembangan hama dan penyakit tanaman, proses pelapukan atau pembentukan tanah (tipe tanah, sifat fisik dan kehidupan organisme dalam tanah), kenyamanan kerja orang, dan lain-lain. Untuk menetapkan iklim pada suatu tanaman,penempatan alat ukur harus mewakili untuk kondisi iklim tanaman secara umum dalam lingkungannya. Penempatan akan mewakili iklim tanaman yang seluas mungkin. Tempat-tempat dimana aklan mempunyai perbedaan iklim yang menyolok seperti daerah raw, pegunungan, sungai dan danau harus dihindari. Walaupun ditempat itu sering digunakan untuk pemasangan pengukuran fenomena cuaca seperti curah hujan, kelembaban dan angin dalam menggambarkan perbedaan catatan yang ada. Beberapa hal yang perlu dipeRHatikan dalam pengamatan dan pengumpulan data iklim/cuaca pertanian adalah: 1. Letaknya mewakili untuk keadaan iklim tanaman secara umum dalam lingkungannya 2. Peralatan yang ada memberikan ukuran yang dapat dipercaya tentang unsur iklim (kuat/tahan lama dan mudah pemeliharaannya) 3. Pengamatan mudah dibuat dan dicatat 4. Pengamat terlatih dan dapat dipercaya

C. BAHAN DAN ALAT 1. Termometer maksimum dan minimum 2. Psikrometer 3. Anemometer digital D. PROSEDUR KERJA 1. Alat-alat pengukur kelembaban udara, suhu dan kecepatan angin, yaitu psikrometer, termometer maksimum dan minimum, dan anemometer digital disiapkan. 2. Diukur suhu dan kelembaban udara dengan termometer maksimum dan minimum, pada tempat yang terlindung seperti di bawah pohon, di ruang kelas (ruang tertutup) dan di tempat terbuka. 3. Diukur kecepatan angin dengan menggunakan Anemometer digital, pada tempat seperti di bawah pohon, di ruang kelas (ruang tertutup) dan di tempat terbuka. 4. Data yang tertera pada alat ukur dicatat. E. HASIL PENGAMATAN Pengukuran iklim/cuaca mikro yang dilaksanakan pada tempat yang terlindung yaitu: di bawah tanaman atau pohon, diruang kelas dan ketinggian dibawah 2m yaitu di udara terbuka. Dengan perincian sebagai berikut: 1. Dalam ruangan a. Termometer bola basah-bola kering Suhu bola basah : 260 C Suhu bola kering : 290C Selisih : 3 Kelembaban : 75% b. Anemometer Kecepatan angin : 0,05 m/s Suhu udara : 29,90C 2. Di bawah pohon a. Termometer bola basah-bola kering Suhu bola kering : 300C Suhu bola basah : 260C Selisih : 4 Kelembaban : 68% b. Anemometer Kecepatan angin : 0,12 m/s Suhu udara : 30,80 C 3. Di tempat terbuka a. Termometer bola basah-bola kering Suhu bola kering : 30,50C Suhu bola basah : 26,50C Selisih : 4 Kelembaban : 68% b. Anemometer Kecepatan angin : 0,16 m/s Suhu udara : 31,6oC F. PEMBAHASAN

1. Kecepatan Angin Angin adalah pergerakkan udara pada arah horisontal atau hampir horisontal Sedangkan pergerakkan udara arah vertikal dinamakan aliran udara. Angin diberi nama berdasarkan dari mana arah angin tersebut bertiup. Angin akan bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah dengan mengikuti hukum Buys-Ballot, yaitu di belahan bumi utara arah angin membelok ke kanan dan disebelah selatan angin membelok ke kiri. Penyimpangan ini disebut kekuatan Coriolis. Besarnya pengaruh kekuatan Coriolis ini tergantung pada kecepatan angin dan letak geografis suatu tempat. Makin cepat kekuatan angi dan makin ke utara atau ke selatan dari khatulistiwa, maka akan semakin besar kekuatan Coriolis yang berarti semakin besar penyimpangan angin. Kekuatan Coriolis adalah 0 (nol) di khatulistiwa dan kekuatan terbesar ada di kutub (Soekardi Wisnubroto, dkk.1983). Anemometer merupakan alat pengukur kecepatan angin, tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur suhu. Suhu dikatakan sebagai derajat panas/dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Suhu udara dekat permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari yang dapat diserap oleh permukaan bumi. Radiasi matahari yang diterima saat siang hari sebagian digunakan untuk memanaskan tanah dan dirambatkan ke lapisan yang lebih dalam, sebagian radiasi akan kembali dalam bentuk gelombang panas udara dan digunakan untuk memanaskan udara dan sebagian lagi digunakan untuk penguapan. Suhu udara turun dengan letak ketinggian karena semakin menjauhi permukaan tanah (Urip Muhamad Hasan.1970). Udara yang bergerak dekat permukaan tanah mempunyai arah yang tidak teratur dan tidak tetap, disebut Turbulensi. Turbulensi disebabkan oleh gesekan antara udara dengan permukaan tanah yang menghasilkan gerakan kecil-kecil. (Soekardi Wisnubroto, dkk.1983). Ragam angin antara lain: siklon-anti siklon, angin laut-angin darat, angin musim, angin lembah-angin gunung, angin pasat, dan angin lokal. Angin-angin tersebut memiliki kecepatan angin yang berlainan. Pada percobaan ini, kecepatan angin di dalam ruangan 0,05 m/s; di bawah pohon 0,12 m/s; dan di tempat terbuka 0,16 m/s. Kecepatan angin yang paling besar adalah di tempat terbuka yaitu 0,16 m/s. Perbedaan kecepatan angin tersebur dapar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Gradien tekanan horisontal Yaitu pperubahan tekanan per satuan jarak dengan arah horisontal dan tegak lurus isobar. Gradien tekanan horisontal dinyatakan dengan milibar per 100 km. Dengan semakin besar gradien tekanan horisontal, maka kecepatan angin semakin besar pula. 2. Letak geografis Untuk gradien yang memiliki tekanan yang sama di dekat khatulistiwa, kecepatan angin akan lebih besar daripada yang jauh dari khatulistiwa. 3. Ketinggian tempat Untuk gradien yang memiliki tekanan yang sama semakin tinggi tempatnya, maka kecepatan anginnya akan semakin besar. 4. Waktu Untuk gradien yang memiliki tekanan yang sama maka kecepatan angin yang dekat permukaan bumi waktu siang lebih cepat daripada waktu malam, dan sebaliknya untuk yang jauh dari permukaan bumi. Kecepatan angin biasanya diukur dengan satuan kilometer (km) ata mil persatuan waktu dengan menggunakan Anemometer. Selain itu ada juga cara lain untuk mengtahui kecepatan angin dengan melihat gejala alam yaitu dengan skala Beaufort. 2. Kelembaban Udara Kelembaban udara merupakan banyaknya keadaan uap air yang ada di udara (Ance Gunarsi Kartasapoetra.1986). Jumlah uap air dalam udara hanya merupakan bagian kecil dari

atmosfer yaitu 2% dari jumlah massa atmosfer. Namun, uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting bila dilihat dari segi cuaca dan iklim. Sebagian gas-gas yang menyusun atmosfer di dekat permukaan laut relatif konstan dari tempat yang lain. Sedangkan uap air merupakan bagian air yang tidak konstan, bervariasi dari 0% sampai 9%. Adanya variabilitas kandungan uap air ini dalam udara baik berdasar tempat maupun waktu adalah penting karena: 1. Besarnya uap air dalam udara, yang merupakan indikator atmosfer tentang terjadinya presipitasi. 2. Uap air memiliki sifat menyerap radiasi bumi sehingga akan dapat menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi dan dengan sendirinya juga ikut mengatur temnperatur. 3. Semakin besar jumlah uap air dalam udara, maka semakin besar pula energi potensial yang laten tersedia dalam atmosfer dan merupakan sal terjadinya hujan angin (strom), sehingga dapat menentukan kekekalan udara. (Soekardi Wisnubroto, dkk. 1983). Kapasitas udara menyatakan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung udara pada suatu temperatur tertentu. Besar kecilnya kapasitas udara tergantung pada temperatur. Semakin tinggi temperatur maka, semakin besar kapasitas udaraudaranya. Kapasitas udara tidak selalu dapat dicapai. Bila kapasitas udara dapat dicapai berarti udara itu jenuh dengan uap air. Kejanuhan itu dapat terjadi jika: 1. Temperatur atau kapasitas udara tetap. Kejenuhan dapat dicapai dengan cara menambah uap air di udara melalui penguapan dari suatu sumber. 2. Temperatur turun, ini berarti kapasitas udara turun. Jika turun terus maka kapasitas udaraakan sama dengan jumlah uap air yang ada dalam udara sebenarnya. Kandungan uap air dalam atmosfer dinyatakan dalam beberapa cara yaitu: 1. Tekanan uap. Merupakan bagian dari tekanan atmosfer yang disebabkan oleh uap air, yang dinyatakan dalam ukuran yang sama dengan tekanan udara total. 2. Kelembaban spesifik. Merupakan berat uap air per satuan volume udara (termasuk berat uap airnya). Dinyatakan dalan gram tiap air per Kg udara. Kelembaban spesifik hampir sama dengan tekanan uap. 3. Kelembaban absolut. Merupakan berat uap air per satuan volume udara. Misalnya gr/m3 udara, tetapi ini jarang digunakan dalam meteorologi karena volumenya berubah-ubah jika udara naik sehingga menyebabkan berubahnya kelembaban absolut. 4. Kelembaban relatif. Merupakan perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara dengan jumlah uap air dalam udara tersebut jika pada temperatur dan tekanan yang sama antara udara jenuh dengan uap air. Jika kelembaban relatif mencapi harga 100% (=1) berarti udara tersebut jenuh dengan uap air. Sebaran kelembaban terdiri dari: 1. Sebaran vertikal, karena kelembaban udara bersumber dari permukaan bumi, maka sebagian besar uap air akan terkumpul di lapisan yang paling/lebih bawah. Dan uap itu jumlahnya turun dengan cepat seiring dengan naiknya temperatur. 2. Sebaran horisontal. Merupahan uap air dalam udara yang dinyatakan dalam kelembaban speifik atau tekanan uap yang memiliki harga tertinggi di khatulistiwa dan terendah di kutub. Hal ini serupa dengan sebaran tempertur, yang merupakan faktor penentu besarnya kapasitas udara. Pengukuran kelembaban udara pada praktikum juga dilakukan di dalam dan di luar ruang praktikum. Sehingga telah diperoleh kelembaban di dalam 74 % dan di luar 75 %. Kelembaban ini merupakan kelembaban relative karena ditentukan oleh banyaknya uap air di udara dan suhu udara. Oleh karena itu alat yang digunakan adalah termohygrograf yang dapat mengukur suhu dan kelembaban relative udara. Kelembaban relative adalah perbandingan antara banyaknya uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu dan tekanan yang sama.

Perbandingan nilai kelembaban relative ini memang sangat kecil karena jarak tempat yang diukur sama dengan pada saat pengukuran suhu. Kelembaban relative yang telah diperoleh termasuk dalam kelembaban relative harian minimum karena terjadi beberapa saat lepas tengah hari (sore hari). Sedangkan pada pagi hari yang terjadi adalah kelembaban relative maksimum. Namun angka kelembaban 74 % dan 75 % ini kuranglah tepat ketika dikategorikan dalam kelembaban relative minimum karena mendekati 100 % (maksimum). Hal ini karena pengamatan dilakukan di sekitar daerah equator (tropis) dan kelembaban relative maksimum terdapat disekitar equator. 3. Temperatur/Suhu Temperatur menunjukan suhu yang ada, baik itu benda, udara, maupun tubuh kita. Dalam praktikum kali ini dilakukan pengukuran suhu udara yang dilakukan di dalam dan di luar ruang atau tempat praktikum. Sehingga diperoleh suhu dalam ruangan 31 oC dan di luar ruang sebesar 30,5 oC, perbedaan suhu yang ada sebesar 0,5 oC. Suhu disuatu tempat memang berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan insolasi dan radiasi bumi yang dipancarkan keluar. Perbedaan tingginya suhu disini tidak terlalu besar, bahkan bisa dikatakan sangat kecil karena memang jarak antara kedua tempat yang diukur suhunya cukup dekat 15 m. jika jarak tempat yang diukur suhunya jauh, missal antara daerah tropis dan sub tropis, maka perbedaannya akan cukup besar karena semakin ke kutub maka insolasinya akan semakin kecil. Naik turunnya suhu udara dalam waktu satu hari disebut siklus suhu harian (jalan suhu harian) (Waryono, 1987). Suhu didalam dan diluar ruangan ini termasuk suhu minimum haran, karena pengukurannya dilakukan sore hari menjelang matahari terbenam. Sehingga pada saat itu radiasi bumi melampaui insolasi. Jika sejak matahari terbit sampai kurang lebih pukul 13.00 insolasi lebih besar dari pada radiasi bumi. Akibatnya suhu terus menerus naik saat terbit matahari sampai pukul 13.00 kemudian terus menurun sampai menjelang matahari terbit. Suhu minimum harian ini (31oC /30,5 oC) cukup besar karena pengukuran daerah tropis, sedangkan insolasi terbesar yaitu daerah equator (daerah tropis). Pada percobaan ini diketahui bahwa suhu di dalam ruangan 29,90C; di bawah pohon 30,80C; dan di tempat terbuka 31,60C. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi yaitu: 1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun-per hari-per musim. 2. Pengaruh daratan/lautan. 3. Pengaruh ketinggian tempat. 4. Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari sumbernya secara horisontal. 5. Pengaruh panas laten: panas yang disimpan di dalam atmosfer. 6. Penutup tanah: tanah yang ditutupi vegetasi mempunyai suhu yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi. 7. Tipe tanah: pada tanah yang gelap, indeks suhunya lebih tinggi. 8. Pengaruh sudut datang simar matahari. Sinar yang datang tegak lurus, akan membuat suhu lebih panas daripada sinar yang datangnya miring. Perbedaan data yang diperoleh dengan data yang sebenarnya dapat disebabkan oleh kurang cermatnya praktikan dalam membaca skala pada alat, tidak samanya ketinggian dalam percobaan, dan lain-lain.

G. KESIMPULAN 1. Kelembaban udara dapat diukur dengan menggunakan psikrometer dan termometer maksimum dan minimum, sedangkan kecepatan angin dan suhu dapat diukur dengan

anemometer digital. 2. Perbedaan kecepatan angin dipengaruhi oleh gradien tekanan horisontal, letak geografis, ketinggian tempat dan waktu. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara di permukaan bumi antara lain ketinggian tempat, penutup tanah, tipe tanah, dan sebagainya. 4. Kelembaban udara di dalam ruangan 75%, sedangkan di bawah pohon dan di tempat terbuka 68%. 5. Suhu udara di tempat terbuka> di bawah pohon> di dalam ruangan yaitu 31,60C> 30,80C> 29,90C. H. DAFTAR PUSTAKA Daljoeni, N. 1986. Pokok-Pokok Klimatologi. Bandung: Alumni. Hasan, Urip Muhammad. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan. Wisnubroto, S; Siti Lela AS; Mulyono N.1983. Asas-Asas Meteorologi dan Pertanian. Yogyakarta: UGM.

ACARA III PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA IKLIM/CUACA A. TUJUAN 1. Dapat menganalisis data unsur iklim/cuaca. 2. Dapat menyajikan dan menafsirkan data unsur iklim/cuaca. B. DASAR TEORI Tujuan mengumpulkan data selain untuk mengetahui jumlah dan banyaknya unsur tersebut, juga igngi mengetahui karakteristik daripada unsur tersebut. Pada umumnya data seorang pengamat masih merupakan angka-angka yang belum berbentuk data cuaca/iklim yang baik, hasil pencatatan tersebut masih harus diolah lebih lanjut menjadi data cuaca yang siap pakai. Pengamatan dilapangan masih berupa lembar catatan-catatan sementara. Lembaran itu nantinya disalin dalam buku data cuaca. Bila data cuaca akan digunakan untuk mendapatlkan kriteria rencana dan rancangan, maka data cuaca pertama kali harus dicek untuk melihat apakah data tersebut dapat dipercaya dan apakah data tersebut cukup mewakili daerahnya atau tidak? 1. Curah hujan Curah hujan yang terukur oleh alat penakar biasa atau ombrometer Observatorium hanya menampung atau mengukur jumlah curah hujan dalam sehari (24 jam), lain halnya dengan alat penakar hujan otomatis (recorder), yang disamping mencatat jumlah hujan juga mencatat lama terjadi hujan. a. Sebaran curah hujan Curah hujan merupakan unsur iklim yang mempunyai variasi besar, baik variasi sebaran tempat maupun varisi sebaran waktu. Variasi sebaran tempat dari temmpat atau wilayah satu ke wilayah yang lain mempunyai perbedaan (variasi) yang besar. Hal ini merupakan masalah dalam pengambilan data curah hujan yang benar dan mewakili dari suatu wilayah. Untuk itu dalam penyusunan suatu rancangan pemanfaatan dan rancangan pengendalian banjir diperlukan data curah hujan rerata di daerah yang bersangkutan, bukan data curah hujan pada suatu titik atau tempat tertentu. Curah hujan itu disebut curah hujan daerah atau wilayah dan dinyatakan dalam mm. Sumber uitama bagi kelembaban untuk terjadinya hujan adalah penguapan dari lautan, karena

itu hujan cenderung lebih lebat didekat garis pantai. Ketidakberaturan dari isohiet merupakan refleksi pengaruh-pengaruh orografis (pegunungan), (isohiet adalah garis khayal yang menghubungkan dari tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama). Variasi sebaran waktu merupakan hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana pemanfaatan air huja. Sebaran curah hujan berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jkumlah hujan dalam setahun),curah hujan bulanan (jumlah hujan sebulan), curah hujan harian (jumlah hujan selama 24 jam), curah hujan perjam. Harga yang diperoleh itu dapat dipergunaklan untuk prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas perjam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rerata dalam jam (It) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: Dimana : Rt : curah hujan selama jam t : lama waktu hujan (1/2 jam) Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya. Variasi sebaran waktu dari suatu catatan curah hujan dapat memberikan kesan adanya suatu kecenderungan penambahan atau pengurangan, tapi pad aakhirnya cenderung untuk kembali ke nilai rata-ratanya. Untuk curah hujan bulanan terdapat keteraturan dari frekwensi itu berulang-ulang dalam setahun, sehimngga membuat suatu sebaran musiman,musim penghujan musim kemarau (kering). b. Melengkapi data curah hujan yang hilang Hasil pengukuran yang dioterima biasanya ada data curah hujan yang tidak terungkap. Tidak tercatatnya data hujan oleh petugas ditempat pengamatan mungkin karena alat penakarnya rusak atau kelupaan petufgas untuk mencatat atau sebab lain. Untuk melengkapi data yang hilang dapat dengan perkiraan. Sebagai dasar untuk perkiraan ini digunakan data huijan dari 3 stasiun atau tempat pengamatan yang berdekatan dan mengelilingi tempat pengamatan yang datanya tidak l;engkap. Bila selisih antara hujan-hujan tahunan normal dari tempat pengamatan yang datanya tidak lengkap itu kurang dari 10%, maka perkiraan data yang hilang boleh diambil hanya rata-rata hitung dari data-data tempat pengamatan yang mengelilingi tadi. Bila selisih itu melebihi 10% diambil cara menurut pertbandingan biasa (metode rasional) seperti berikut: P= 1/3 (R/RA x PA + R/RB x PB + R/RC x PC) Dimana : P = besar hujan yang diperkirakan R = curah hujan rata-rata setahun dari stasiun pengamatan yang datanya dilengkapi RA, RB, RC = curah hujan rata-rata di stasiun pengamatan A,B,C PA,PB,PC = curah hujan ditempat pengaamatan A,B dan C pada tahun yang sama hujan yang diperkirakan. 2. Kelembaban Kelembaban suatu saat di suatu tempat dapat dilihat dari tabel dengan data pencatatan suhu bola basah dan bola kering. Penyajian data kelembaban harian berasal dari rerata pengamatan seperti ditunjukkan dalam persamaan berikut: Dimana: RH 07.00= RH pada pengamatan jam 07.00 RH 13.00= RH pada pengamatan jam 13.00 RH 18.00= RH pada pengamatan jam 18.00 Untuk dari kertas pias higrograf rambut, pembacaan langsung untuk RH maksimum dan minimum dapat dihitung untuk kelembaban normal. RH=

3. Temperatur Temperatur harian disajikan dari peRHitungan persamaan sebagai berikut: T bulanan= T tahunan= (Tmaks/n+Tmin/n) Dimana: T = Temperatur rata-rata harian Tmaks = Temperatur maksimum Tmin = Temperatur minimum n = jumlah bulan dalam setahun 4. Radiasi Matahari a. Lama penyinaran atau panjang penyinaran Panjang penyinaran selama sehari dapat diketahui dari panjang noda yang terbentuk pada kertas pias. Dalam penyajian panjang penyinaran dinyatakan dalam persentase teRHadap panjang penyinaran sesungguhnya yang terjadi. Adapun cara yang umum unutk peRHitungan yakni dengan persamaan seperti berikut: %P = (jam/jam)x 100% Dimana: %P= persentase lama penyinaran n= lama penyinaran yang tercatat dalam, kertas pias N= lama penyinaran maksimum yang dapat terjadi (jam) atau lama siang hari yang tergantung letak lintang. Cara lain untuk menentukan persentase lama penyinaran yaitu dengan berdasar pada ukuran keteduhan. Dalam hal itu kadang-kadang dijumpai ukuran keteduhan yang tidak teliti, tanpa mengetahui dengan pasti lama jam penyinaran yang sesugguhnya. Dengan pengukuran yang kurang teliti tersebut disarankan menggunakan tabel berikut yng berdasarkan ukuran keteduhan oleh awan. Adapun ukuran keteduhan oleh awan ditentukan dengan 2 cara pembagian skala keteduhan yaitu skala Oktaf dan Perpuluhan. Keteduhan Skala oktaf 0 1 2 3 4 5 6 7 8 n/N 0,95 0,85 0,75 0,65 0,55 0,45 0,35 0,25 0,15 Keteduhan Skala puluhan0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 n/N 0,95 0,85 0,80 0,75 0,65 0,55 0,50 0,40 0,30 0,15 0,00 b. Intensitas penyinaran Hasil pengukuran intensitas penyinaran yang menggunakan alat solarimeter dapat dilihat dari p[emnacaan amperimeter. Sdedangkan bila alat pengukur yang digunakan adalah aktinograf, maka intensitas penyinaran dapat diketahui dengan menghitung luas grafik yang terbentuk oleh pencatat pada aktinjograf dengan bantuan planimeter atau menghitung kisi-kisi luasan yang kemudian dikalikan dengan suatu konstanta. Penyajian data intensitas penyinaran dinyatakan dalam satuan kalori percm2 per hari atau Langley per hari. 5. Kecepatan angin Unsur cuaca atau iklimm angin yang diamati dalam stasiun iklim atau cuaca adalah arah dan kecepatan angin. Arah angin diamati berdasarkan pada ukuran 8 arah mata angin atau derajat dari arah utara. Pengukuran kecepatan angin pada stasiun cuaca/iklim ada beberapa penempatan tinggi pengukur kecepatan angin, adapun yang sering dijumpai ada 2 macam ketinggian pengukuran, yaitu ketinggian 1/2m dan 2m serta untuk keperluan tertentu ada yang 10m. Kecepatan angin umumnya berbeda teRHadap ketinggian. Pada lapisan teredekat dengan permukaan tanah nilai kekasaran dan variasi permukaan bumi dan stabilitas udara

menimbulkan rintangan-rintangan fisik dan panas teRHadap kevbebasab gerak udara, yang kemudian mengubah arah jalan angin. Adapun secara umum pengaruh ketinggian teRHadap kecepatan angin dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: V1/V2=(Z1/Z2)K Dimana: V1= kecepatan angin ditempat ketinggian Z1 V2= kecepatan angin ditempat ketinggian Z2 K= konstanta Cara lain yang sering digunakan untuk mengetahui kecepatan angin pada pengukuran dengan ketinggian berbeda pada pengukuran di lapangan adalah dengan menggunakan angka atau faktor koreksi.

6. Evaporasi Banyaknya air yang menguap dari suatu permukaan bisa mencapai jumlah air yang cukup besar dan jumlah air yang bisa diuapkan di permukaan bumi dapat diperkirakan dengan : a. Pengukuran memakai tangki atau panci penguapoan kelas A atau Class A Evaporation Pan. b. Pengukuran dengan evaporimeter lain seperti benda-benda porselin dan porous, permukaan kertas yang basah, panci jepang, panci colorado. c. Dapat pula dengan korelasi empiris dari data unsur iklim/cuaca yang lain seperti kelembaban angin, suhu, dan radiasi surya. Perkiraan penguapan dari suatu danau atau luasan air, tidak dapat dilakukan secara langsung dari alat ukur tangki penguapan, karena evaporasi dari suatu satuan permukaan biasanya lebih besar daripada evaporasi dari suatu satuan permukaan danau atau genangan air yang luas . besarnya nilai penguapan suatu permukaan perlu dikoreksi, bila pengukuran menggunakan alat ukur tangki penguapan. Angka koreksi atau koefisien rerata 0,7 sering digunakan dalam menentukan nilai penguapan permukaan secara umum, bila yang digunakan pengukur penguapan adalah Evaporimeter klas A (panci klas A). Ketinggian dan keliling serta penempatan piche atmometer akan sangat berpengaruh teRHadap pengukuran. Juga cara membersihkan pengukur dapat menyebabkan cukup besar perbedaan dalam pengukuran penguapan. C. BAHAN DAN ALAT 1. Data curah hujan bulan Juni 1986. 2. Data klimatologi stasiun Bojongsari Banyumas 1988. D. PROSEDUR KERJA 1. Data curah hujan dan klimatologi disiapkan. 2. Dari data curah hujan yang tersedia, dicatat hari-hari dimana terjadi hujan. 3. Perhitungan yang diperlukan dihitung. E. HASIL PENGAMATAN

1. Intensitas Hujan Selasa (3 Juni 1986) : terjadi hujan pada jam 17.00-18.00. besarnya 3mm Rabu (4 Juni 1986) : terjadi hujan dua kali - Pada jam 16.00-17.00, besarnya 4mm - Pada jam 20.00-21.00, besarnya 1mm Kamis (5 Juni 1986) : terjadi hujan 3 kali - Pada jam 15.00-16.00, besarnya 23mm

- Pada jam 15.30-18.30, besarnya 2mm - Pada jam 18.30-19.00, besarnya 2mm Jumat (6 Juni 1986) : tidak terjadi hujan Sabtu (7 Juni 1986) : tidak terjadi hujan Minggu (8 Juni 1986) : tidak terjadi hujan Senin (9 Juni 1986) : tidak terjadi hujan Intensitas curah hujan rerata Hari selasa (3 Juni 1986) It = Rt/t = 3/1 =3 mm/jam hari Rabu (4 Juni 1986) pada jam 16.00-17.00 It = Rt/t = 4/1 = 4mm/jam hari rabu (4 Juni 1986) pada jam 20.00-21.00 It = Rt/t = 1/1=1mm/jam hari kamis (5 Juni 1986) pada jam 15.00-16.00 It = Rt/t = 23/1 = 23mm/jam hari kamis (5 Juni 1986) pada jam 15.30-18.30 It = Rt/t =2/3 mm/jam hari kamis (5 Juni 1986) pada jam 18.30-19.30 It = Rt/t =2/0,5= 4 mm/jam 2. Kelembaban Udara RHjan = = 85,75 % RHfeb = = 86 % RHmar = = 88,5 % RHapr = = 85,25 % RHmei = = 85 % RHjun = = 86,75 % RHjul = = 82,75 % RHagst = = 84,5 % RHsept = = 83 % RHokt = = 86,5 % RHnov = = 86,75 % RHdes = = 86 % Kelembaban Normal

3.

Temperatur

= = = 26,925 0C

4.

Radiasi Matahari

5.

Kecepatan Angin

Atau dengan faktor koreksi

6.

Evaporasi

F.

PEMBAHASAN

Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubahubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun yang sifatnya tetap. Pada praktikum ini dilakukan perhitungan pada kelembaban udara, temperatur, radiasi matahari, kecepatan angin dan nilai Q (Schemid & Ferguson). Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu : 1) Kelembaban mutlak, adalah masa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram / m3. 2) Kelembaban spesifik, merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram / kg. 3) Kelembaban relative, merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relative dari 0 100 %, dimana 0 % artinya udara kering, sedang 100 % artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan factor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia kelembaban tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Variasi harian kelembaban relative umumnya berlawanan dengan temperatur. Maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Sedang variasi tahunan bervariasi menurut lintang. Pada daerah-daerah lintang kecil (30o LU 30o LS) kelembaban relative umumnya besar pada musim panas dan kecil pada musim dingin. Sedang pada daerah lintang besar sebaliknya. Didaerah tropis yang RH nya besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil-hasil sayuran, hasil ini akan cepat membusuk yang disebabkan oleh RH tadi. Temperatur / suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan thermometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah oC. Pada praktikum ini, data-data suhu berasal dari suhu rata-rata harian, bulanan, musiman dan tahunan. Suhu rata-rata harian yaitu dengan menjumlahkan suhu maksimum dan minimum hari tersebut selanjutnya dibagi dua. Suhu rata-rata bulanan yaitu dengan menjumlahkan ratarata suhu harian dibagi 30. suhu rata-rata tahunan yaitu dengan menjumlahkan suhu rata-rata bulanan dibagi 12. Dan suhu normal adalah angka rata-rata suhu yang diambil dalam waktu 30 tahun. Pada praktikum ini daperoleh T bulanan = 26,215o. Yang dimaksud dengan suhu maksimum yaitu pada suhu tinggi tertentu, dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana tanaman masih dapat hidup. Sedangkan suhu optimum adalah suhu terbaik yang dibutuhkan tanaman, dimana proses pertumbuhannya dapat berjalan lancer. Pada praktikum ini diperoleh max = 920,63 dan min = 652,3. Dari matahari dipancarkan atau diradiasikan sinar-sinar yang pada umumnya mempunyai gelombang pendek. Bagian dari radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi disebut insolasi. Radiasi matahari didefinisikan sebagai jumlah flux (aliran) radiasi matahari yang

diterima atmosfer yang tegak lurus suatu bidang seluas 1 cm2 dalam satu menit. Pada praktikum ini, untuk mencari besar radiasi matahari tiap bulan dalam satu tahun dipergunakan rumus % P = n / N x 100 %. Kecepatan angina dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : gradient tekanan horizontal, letak geografis, ketinggian tempat dan waktu. Kecepatan angin biasanya diukur dengan satuan-satuan kilometer atau mil per kesatuan waktu. Disamping itu ada cara untuk mengetahui kecepatan angin dengan melihat gejala alam. Untuk ini cara yang cukup terkenal yaitu dwngan menggunakan skala Beaufort yang terletak antara 0 12. pada praktikum ini untuk mengukur kecepatan angin pada tiap bulan dalam satu tahun menggunakan rumus V1 / V2 = (Z1 / Z2)k. Pada klasifikasi iklim menurut Schmidt & Ferguson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering yang merupakan alasan untuk mengadakan pembagian iklim tersendiri untuk Indonesia. Schmidt & Ferguson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukannya mencari harga rata-rata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian dirata-ratakan. Hal ini mengingat bahwa kalau digunakan harga rata-rata masingmasing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak nampak pada harga rata-rata. Sebagai dasar penggolongan iklim kedua penulis ini menggunakan suatu ratio Q yakni perbandingan antara jumlah rata-rata bulan-bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Pada praktikim ini diperoleh nilai Q 10 %, jadi tergolong dalam iklim A yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropic. G. KESIMPULAN 1. Intensitas curah hujan yang berbeda-beda disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya. 2. Suhu udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelembaban udara dan kecepatan angin. 3. Ketinggian tempat dapat mempengaruhi besarnya suhu atau temperatur. 4. jumlah radiasi matahari yang sampai ke bumi bergantung pada jarak matahari, intensitas radiasi matahari, lama penyinaran matahari dan atmosfer. 5. Radiasi matahari dan kesediaan air merupakan unsur utama untuk berlangsungnya evaporasi. H. DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1986. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Wisnubroto, S; Siti Lela AS; Mulyono N. 1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Yogyakarta: Ghalia Indonesia, UGM.

ACARA IV RUMUS EMPIRIS DALAM PERKIRAANUNSUR IKLIM/CUACA A. TUJUAN 1. Dapat mengetahui beberapa rumus-rumus empiris hubungan beberapa unsur ikllim/cuaca. 2. Dapat memperkirakan data unsur iklim/cuaca berdasarkan data unsur iklim/cuaca tersedia

B. DASAR TEORI Banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan cuaca, baik dalam skala kecil maupun besar. Faktor-faktor itu semakin banyak dan komplek hubungan kait-mengkaitnya jika memperhitungkan pengaruh kegiatan manusia. Perubahan ik.lim tersebut berpengaruh terhadap sektor pertanian bahklan sistem produksi pangan dunia akan berubah dengan berubahnya pola ikllim/cuaca, hal tersebut harus diperhitungkan dalam perecanaan pangan. Tidak hanya dalam sklala global tetapi lebih dari itu harus ada tindakan lokal yang spesifik untuk mengantisipasi itu. Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsur cuaca dari suatu wilayah dan yang mempunyai data terbatas adalah menggunakan rumus empiris, karena biasanya wilayah yang belum dikelola atau bahkan di kabupaten atau kecamatan, data meteorologinya sangat kurang atau bahkan belum ada. Oleh karena semua hubungan antara unsur cuaca yang satu dengan yang lainnya adalah penting untuk memperkiakan salah satu data meteorologi apabila data tersebut belum diamati. Beberapa unsur cuaca satu dengan yang lain saling mempengaruhi, hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain merupakan hubungan dari dua atau lebih peubah/variabel, yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Beberapa rumus empiris sebagai berikut: 1. Rumus empiris presentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hari hujan bulanan. S = (-2,25 hari hujan + 90 %) Dimana: S = presentase lama penyinaran bulan 2. Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap dari udara berdasarkan temperatur bola basah (wet bulb) dan bola kering (dry bulb). ed = ea a.p (Td Tw) mbar Dimana : ed = tekanan uap di udara (mbar) ea = tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah dapat dilihat dalam tabel (mbar) a = konstanta psikrometik (0,000800) p = tekanan barometer (mbar) dilihat dalam tabel Pengukuran yang umum untuk tingkat kejenuhan udara suhu tertentu atau kelembaban relatif (RH). RH adalah perbandingan jumlah uap air yang ada dengan jumlah uap air yang diperlukan untuk menjenuhkan pada suhu tersebut. RH = X 100 % 3. Rumus empiris untuk menentukan evaporasi (penguapan) dari Penman. E = 0,35 (ea ed) (1 + V/100) Dimana : E = evaporasi (mm/hari) ea = tekanan uap jenuh pada suhu rerata harian (mmHg) ed = tekanan uap sebenarnya (mmHg) V = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (mile/jam) Catatan : 1 mbar = 0,7501 mmHg = 0,001 bar 4. Hubungan antara intensitas penyinaran dengan lama penyinaran matahari. Untuk menghitung radiasi netto ada korelasi empiris yang disarankan, seperti: ) Rs RnlRn = ( 1 Dimana : Rn = radiasi netto dalam evaporasi ekivalen (mm/hari) = refleksi atau sifat dapat memantulkan (albedo) Rs = radiasi matahari dalam evaporasi ekivalen (mm/hari) = (0,25 + 0,50 x n/N) x Ra Dimana : n/N = persentase lama penyinaran Ra = radiasi pada bagian atas atmosfer bumi (lihat tabel)

Rnl = radiasi gelombang panjang netto (lihat tabel) Rnl = f(T) x f(ed) x f (n/N) Dimana : f(T), f(ed), f (n/N) dilihat dalam tabel. 5. Hubungan antara evaporasi dan radiasi matahari dari IRRI, De Datta, dkk. Fp = 0.7546 + 0.0096 rs (mm/t) Dimana : Ep = evaporasi panic terbuka Rs = radiasi matahari yang datang (kal/cm2) t = tergantung dari waktu Rs yang dimaksudkan C. BAHAN DAN ALAT Data klimatologi dari stasiun Bojongsari, Banyumas tahun 1988. D. PROSEDUR KERJA 1. Data klimatologi disiapkan. 2. Dari data tersebut perhitungan data unsur iklim/cuaca dilakukan dengan menggunakan rumus empiris. E. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN 1. Lama Penyinaran S = (-2,25 hari hujan + 90) % S jan = (-2,25 x 5 + 90)% = 78,75 % S feb = (-2,25 x 15 + 90)% = 56,25 % S mar = (-2,25 x 23 + 90)% = 38,25 % S apr = (-2,25 x 10 + 90)% = 67,5 % S mei = (-2,25 x 19 + 90)% = 47,25 % S juni = (-2,25 x 15 + 90)% = 56,25 % S juli = (-2,25 x 2 + 90)% = 85,5 % S agst = (-2,25 x 7 + 90)% = 74,25 % S sept = (-2,25 x 14 + 90)% = 58,5 % S okt = (-2,25 x 19 + 90)% = 47,25% S nov = (-2,25 x 21 + 90)% = 42,75 % S des = (-2,25 x 19 + 90)% = 47,25 %

2. Tekanan Uap Air di Udara ed = ea a . p (Td Tw) ed jan = 29,7-0,0008 . 1004,84(30,7-23,9) ed feb = 29,1-0,0008 . 1004,84(31,0-23,6) ed mar = 29,1-0,0008 . 1004,84(31,5-23,6) ed apr = 29,7-0,0008 . 1004,84(31,8-23,9) ed mei = 30,7-0,0008. 1004,84(31,6-24,5) ed juni = 28,3-0,0008 . 1004,84(30,8-23,1) ed juli = 26,8-0,0008 . 1004,84(30,2-22,2) ed agst = 26,0-0,0008 . 1004,84(30,0-21,7) ed sept = 27,4-0,0008 . 1004,84(30,1-22,6) ed okt = 28,3-0,0008 . 1004,84(30.1-23,1) ed nov = 28,6-0,0008 . 1004,84(29,9-23,3) ed des = 27,9-0,0008 . 1004,84(30,1-22,9) Kelembaban Relatif

= = = = = = = = = = = =

29,7-5,466 = 24,234mbar 29,1-5,948 = 23,152mbar 29,1-6,25 = 22,75 mbar 29,7-6,35 = 23,35 mbar 30,7-5,707 = 24,993mbar 28,3-6,189 = 22,111mbar 26,8-6,431 = 20,369mbar 26,0-6,672 = 19,328mbar 27,4-6,029 = 21,371mbar 28,3-5,627 = 22,673mbar 28,6-5,306 = 23,294mbar 27,9-5,788 = 22,112mbar

RH jan RH feb RH mar RH apr RH mei RH juni RH juli RH agst RH sept RH okt RH nov RH des

= = = = = = = = = = = =

= = = = = = = = = = = =

81,59 % 79,56 % 78,18 % 78,62 % 81,41 % 78,13 % 76,004 % 74,34 % 77,99 % 80,12 % 81,45 % 79,25 %

3. Evaporasi E = 0,35 (ea-ed) (1+V/100) E jan = 0,35(22,277-18,177)(1+2,88/100) = 0,35 x 4,1 x 1,0288 = 1,476 mm/hari E feb = 0,35(21,83-17,36)(1+5,6/100) = 0,35 x 4,47 x 1,056 = 1,625 mm/hari E mar = 0,35(21,83-17,36)(1+9,28/100) = 0,35 x 4,77 x 1,0928 = 1,824 mm/hari E apr = 0,35(22,277-17,51)(1+7,68/100) = 0,35 x 4,767 x 1,0768 = 1,796 mm/hari E mei = 0,35(23,03-18,75)(1+8,16/100) = 0,35 x 4,28 x 1,0816 = 1,62 mm/hari E juni = 0,35(21,23-16,58)(1+7,36/100) = 0,35 x 4,28 x 1,0736 = 1,747 mm/hari E juli = 0,35(20,10-15,28)(1+6,56/100) = 0,25 x 4,83 x 1,0656 = 1,797 mm/hari E agst = 0,35(19,50-14,49)(1+7,84/100) = 0,35 x 5,01 x 1,0784 = 1,89 mm/hari E sept = 0,35(20,55-16,03)(1+7,68/100) = 0,35 x 4,22 x 1,0768 = 1,703 mm/hari E nov = 0,35(21,45-17,47)(1+8,16/100) = 0,35 x 3,98 x 1,0816 = 1,506 mm/hari E des = 0,35(20,93-16,59)(1+8,32/100) = 0,35 x 4,34 x 1,0832 = 1,645 mm/hari 4. Radiasi Netto ) Rs RnlRn = (1 Rn jan = (1 0,18) 6,69 0,78 = 4,705 mm/hari Rn feb = (1 0,18) 7,704 1,03 = 5,28 mm/hari Rn mar = (1 0,18) 6,68 0,858 = 4,62 mm/hari Rn apr = (1 0,18) 7,275 1,083 = 4,88 mm/hari Rn mei = (1 0,18) 6,03 0,905 = 4,04 mm/hari Rn juni = (1 0,18) 6,3 1,131 = 4,035 mm/hari Rn juli = (1 0,18) 5,805 0,99 = 3,77 mm/hari Rn agst = (1 0,18) 5,75 0,897 = 3,818 mm/hari Rn sept = (1 0,18) 6,877 1,003 = 4,636 mm/hari

Rn okt = (1 0,18) 6,694 0,836 = 4,653 mm/hari Rn nov = (1 0,18) 6,36 0,724 = 4,491 mm/hari Rn des = (1 0,18) 7,053 0,924 = 4,859 mm/hari 5. Evaporasi Panic Terbuka Ep = 0,7546 + 0,0096 Rs Ep jan = 0,7546 + 0,0096 x 6,69 = 0,818 mm/hari Ep feb = 0,7546 + 0,0096 x 7,704 = 0,828 mm/hari Ep mar = 0,7546 + 0,0096 x 6,68 = 0,818 mm/hari Ep apr = 0,7546 + 0,0096 x 7,275 = 0,824 mm/hari Ep mei = 0,7546 + 0,0096 x 6,03 = 0,812 mm/hari Ep juni = 0,7546 + 0,0096 x 6,3 = 0,815 mm/hari Ep juli = 0,7546 + 0,0096 x 5,805 = 0,81 mm/hari Ep agst = 0,7546 + 0,0096 x 5,75 = 0,81 mm/hari Ep sept = 0,7546 + 0,0096 x 6,877 = 0,821 mm/hari Ep okt = 0,7546 + 0,0096 x 6,694 = 0,812 mm/hari Ep nov = 0,7546 + 0,0096 x 6,36 = 0,816 mm/hari Ep des = 0,7546 + 0,0096 x 7,053 = 0,822 mm/hari F. PEMBAHASAN Untuk memperkirakan unsur cuaca dari suatu wilayah dan yang mempunyai data terbatas adalah menggunakan rumus empiris, karena biasanya wilayah yang belum dikelola data meteorologinya sangat kurang atau bahkan belum ada. Oleh karena semua hubungan antara unsur cuaca yang satu dengan yang lainnya adalah penting untuk memperkirakan salah satu data meteorologi apabila data tersebut belum diamati. Lamanya penyinaran matahari mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang diterima oleh bumi. Panjang hari, lamanya penyinaran matahari itu tergantung pada posisi bumi mengilingi matahari. Matahari seakn-akan bergerak dari 230 Lintang Utara dan 230 Lintang Selatan. Dengan adanya perubahan letak kedudukan matahari, misalnya ada di belahan bumi sebelah Selatan, maka daerah selatan akan menerima panjang hari, di utara terutama di kutub akan menerima panjang hari malam selama 6 bulan. (Ance Gunarsih Kartasapoetra. 1986). Rumus empiris yang digunakan dalam menghitung presentase lama penyinaran bulanan berdasarkan pada jumlah hari hujan bulanan. Sehingga, diperoleh persentase lama penyinaran setiap bulannya berbeda-beda tergantung dari julmah hari hujan setiap bulannya. Tekanan uap air jenuh (ea) adalah tekanan uap air udara pada keadaaan udara jenuh pada temperatur bola basah. Pada suhu normal, nilai ea dipengaruhi oleh suhu udara. Daya tampung uap air diudara meningkat seiring denagan meningkatnya suhu udara. Ada 2 cara untuk menunjukkan tekanan ua air udara (ed) dalam kaitannya dengan tekanan uap air udara jenuh (ed), yaitu: 1. Kelembaban relatif (RH) yang dapat ditulis dalam rumus: RH = x 100% 2. Kekuranagn tekanan uap air, yaitu nilai perbedaan antara ed dan ea dalam milibar (mbar). Rumus empiris yang digunakan unuk menentukan tekanan uap air dari udara berdasarkan pada temperatur bola basah dan bola kering. Tingkat kejenuhan suhu udara tertentu diukur dengan menggunakan kelembaban relatif (RH). RH adalah perbandingan jumlah uap air yang ada dengan jumlah uap air yang diperlukan untk menjenuhkan pada suhu tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh tekanan uap air di udara tiap bulannya berkisar antara 20-24 mbar, sedangkan untuk kelembaban relatif (RH) berkisar antara 77-81% setiap bulannya. RH tergantung dari nilai tekanan uap air di udara (ed). Kelembaban relatif (RH) akan meningkat sejalan dengan meningkatnya ketinggian sampai

tercapai suatu titik embun. Dalam proses selanjutnya akan menghasilkan hujan. Pada saat atmosfer dalam keadaan jenuh, ed=ea, ed merupakan fungsi dari suhu udara. Oleh karena itu besarnya RH tergantung dari suhu udara dan jumlah uap air di atmosfer. Pada keadaan kelembaban absolut yang konstan, atmosfer di dalam tegakan hutan pada siang hari lebih lembab daripada atmosfer di luar tegakan hutan karena suhu udara di dalam tegakan hutan lebih rendah. Di atas tegakan hutan besarnya tekanan uap air di atmosfer biasanya berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat. Dengan demikian, akan terjadi gerakan uap air ke tempat yang lebih tinggi (terjadi prose transpirasi). Akumulasi uap air yang terjadi pada tempat dengan ketinggian tertentu pada suhu udara yang rendah pada saatnya akan terjadi proses kondensasi (ed=ea). Air hasil proses kondensasi tersebut pada gilirannya akan jatuh sebagai hujan. (Chay Asdak. 1995). Rumus empiris yang digunakan untuk menentukan evaporasi (penguapan) dipengaruhi oleh tekanan uap jenuh pada suhu rerata harian, tekanan uap sebenarnya dan kecepatan angin pada ketinggian 2 m. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai evaporasi tiap bulannya sekitar 1,5-1,8 mm/hari. Penguapan merupakan proses perubahan air/es menjadi gas (uap air). Semua uap air yang terdapat di dalam atmosfer merupakan hasil evaporasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain: 1. Kecepatan angin: makin cepat anginnya maka makin besar penguapannya. 2. Temperatur: makin tinggi temperaturnya maka makin besar penguapannya. 3. Kelembaban relatif (RH): udara yang makin besar kelembaban relatifnya maka penguapan makin kecil. Penyinaran matahari yang diterima oleh bumi hanya sebagian yang secara langsung, sisanya dipantulkan, diserp, atau terpencar oleh atmosfer dan muka bumi. Dalam hal radiasi matahari dan peristiwa-peristiwa yang terjadi, disebut albedo, yaitu persentase perbandingan antara radiasi sinar pantul oleh suatu permukaan terhadap radiasi yang datang atas suatu permukaan. Besarnya albedo tergantung dari: macam permukaan, kandungan air permukaan dan sudut datang matahari. Umumnya besar albedo di permukaan bumi 35%-43%. Besarnya albedo mempengaruhi perhitungan radiasi netto. Dimana radiasi netto juga dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari dalam evaporasi ekuivalen dan radiasi gelombang panjang netto. Dari perhitungan diperoleh nilai radiasi netto sekitar 3,77-5,28 mm/hari. Radiasi matahari dan ketersediaan air merupakan 2 unsur utama berlangsungnya evaporasi. Hubungan antara radiasi matahari dan evaporasi adalah Ep = 0,7546 + 0,0096 Rs (mm/t), dimana nilai Ep (evaporasi panic terbuka) bertambah besar seiring dengan bertambahnya nilai Rs (radiasi matahari yang datang). Pada radiasi matahari, sebagian radiasi gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan diubah menjadi energi panas di dalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara disekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikelpartikel berbagai material di udara tanpa mengubah bentuk partikel tersebut dinamakan panas-tampak (sensible heat). Sebagian dari energi matahari akn diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan menyebabkan udara diatas permukaan tanah jenuh, dan dengan demikian, mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai evaporasi panic terbuka hampir setiap bulannya sebesar 0,8 mm/hari (hanya terdapat selisih yang kecil).hai ini dapat disebabkan oleh nilai radiasi matahari yang datang hampir sama setiap bulannya. Dalam mempekirakan data unsur iklim/cuaca dapat terjadi kesalahan. Hal ini disebabkan oleh

penggunaan rumus empiris yang kurang teliti dalam perhitungannya. G. KESIMPULAN 1. Rumus empiris digunakan untuk memperkirakan unsur iklim/cuaca dari suatu daerah yang datanya terbatas. 2. rumus empiras lama penyinaran matahari bulana didasarkan pada jumlah hari hujan bulanan. 3. Tekanan uap air di udara ditentukan berdasarkan temperatur bola basah dan bola kering. 4. Nilal tekanan uap air di udara akan mempengaruhi besarnya kelembaban relatif (RH) dan evaporasi. 5. Nilai albedo di permukaan bumi berbeda-beda tergantung dari macam permukaan, kandungan air permukaan dan sudut datang matahari. 6. Albedo akan mempengaruhi besarnya radiasi netto. 7. hubungan antara evaporasi dan sadasi matahari adalah Ep = 0,7546 + 0,0096 Rs (mm/t), dimana nilai Ep (evaporasi panic terbuka) bertambah besar seiring dengan bertambahnya nilai Rs (radiasi matahari yang datang). H. DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1986. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Wisnubroto, S; Siti Lela AS; Mulyono N. 1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Yogyakarta: Ghalia Indonesia, UGM.

ACARA HOMOGENITAS A. Menentukan

DATA

IKLIM

/

V CUACA Tujuan hujan

homogenitas

data

temperatur

dari

B. Dasar Teori Data iklim / cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam analisis lebih lanjut, harus lebih dahulu diuji homogenitasnya atau konsistensinya. Pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan kesalahan. Hal itu di sebabkan karena beberapa sebab : 1. Kerusakan alat. Kerusakan alat pencatat data iklim merupakan kerusakan atau perubahan beberapa fungsi alat karena perubahan alami, seperti karatan atau karena umur pakai. Kerusakan-kerusakan itu sering tidak terditeksi sehingga data yang dihasilkan mengalami penyimpangan. 2. Kesalahan karena perubahan letak peralatan. Perubahan letak itu menyatakan perubahan fungsi ruang terhadap data pengamatan. 3. Kesalahan karena keteledoran / kelalaian pengamat. Kesalahan itu sering terjadi karena pengamat mengalami kesulitan untuk melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat, gempa bumi dan sebagainya.

4. Data rusak atau data hilang. 5. Perubahan keadaan lingkungan yang mendadak memungkinkan menjadi penyebab perubahan data pengukuran. Pengujian data temperatur atau suhu yang homogen dilakukan dengan uji Run Test. Rerata temperatur tahunan dihitung kemudian dibandingkan dengan rerata temperatur secara keseluruhan selama tahun pengamatan. Apbila rerata tahunan lebih besar dari pada rerata keseluruhan maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-). Jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dihitung dan diberi tanda (U). Data temperatur sudah homogen bila nilai (U) masih dalam batas seperti dalam tabel I.

Tabel Jumlah 12 14 16 18 20 22 24 26

I. Data

Nilai Range 5-8 5-10 6-11 7-12 8-13 9-14 9-17 10-17

(U)

untuk Jumlah 28 30 32 34 36 38 40 50

data Data

homogen Range 11-18 12-19 13-20 14-21 15-22 16-23 16-25 22-30

Homogenitas data hujan dapat dilakukan dengan metode Buishand (Sri Harto, 1998). Metode itu dinamakan RAPS (Rescaled Ajdusted Partical Sums). SK** = SK* , Dy : K = 0,1,2,3, n SK* = : K = 1,2,3. n Dy2 = n Nilai statistik Q Q maxs SK** (0 K n) Nilai statistik R R maxs SK**min SK** (0 K n) Nilai statistik Q dan R diberikan pada tabel 2. Tabel 2. Nilai n

90 % 95 % 99 % 90 % 95 % 99 % 10 1.05 1.14 1.29 1.21 1.28 1.38 20 1.10 1.22 1.42 1.34 1.43 1.60 30 1.12 1.24 1.46 1.40 1.50 1.70 40 1.13 1.26 1.50 1.42 1.53 1.74 50 1.14 1.27 1.52 1.44 1.55 1.75 100 1.17 1.29 1.55 1.50 1.62 1.86 Sumber : Sri Harto, 1993 Apabila atau hitung lebih kecil dari pada nilai atau tabel maka datanya homogen. C. Cara Kerja 1. Homogenitas data temperatur dan hujan dari data yang disediakan ditentukan. 2. Penjelasan tentang cara membuat data homogen apabila data yang tersedia belum homogen dibuat. D. Data = Hasil Perhitungan 21,275

22,4 + Baru

22,2 +

22,4 + terdapat

22,2 + 3

23,1 +

21,4 pasang

20,2 (

19,2 -

19,6 belum

21,2 -

20,2 +

21,2 ) 20,27

homogen 2 =

1 =

=

22,28 2,01 =

22,28 23,21 + 22,21 23,21 + )

22,4 + Sudah E.

22,2 -

22,4 + terdapat

22,2 -

23,1 21,4 22,21 21,21 21,61 + 8 pasang ( sudah

homogen

PEMBAHASAN

Diposkan oleh WATCH ANIME di 20:31 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: biologi, cuaca, ekologi, fisiologis, fotosintesis, kelembaban, klimatologi, temperatur, uncur iklim. peralatan ukur cuaca, unsur cuaca 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2010 (12) o Agustus (12) KLIMATOLOGI ( belum lengkap ) KEMURNIAN BENIH KADAR AIR BENIH DORMANSI LINGKUNGAN HIDUP Persaingan ( kompetisi ) LINGKUNGAN HIDUP Siklus Karbon DASAR ILMU TANAH Ways to Grow Flowers VIABILITAS DAN VIGOR BENIH MENGENAL EKOSISTEM TERESTRIAL

konteraInfolinks In Text Ads

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.