1
Selamat Pagi, Pak Andy! Sapaan seorang murid pada gurunya adalah suatu hal yang wajar. Wajar karena setiap murid diajari dan diwajibkan untuk memberi hormat kepada guru mereka. Setiap perjumpaan bersama guru bahkan dipandang sebagai perjumpaan sapaan. Apakah itu suatu hal yang iklas dari hati setiap murid? Atau, apakah hanya sebatas melaksanakan kewajiban? Akan tetapi, lepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, bagi saya sebagai seorang guru baru, sapaan mereka adalah sapaan kasih. Dari raut wajah mereka, saya kadang dapat melihat bagaimana tindakan itu mereka lakukan. Yang pasti, senyum mereka tetap melayang dari wajah itu. Sebelum jarum jam menunjuk pukul 07.00 WIB, saya selalu berusaha untuk tiba di gerbang sekolah. Kegiatan di pagi hari ini nampaknya berjalan begitu saja tanpa ada hal yang baru. Akan tetapi bagi saya, tiba di gerbang sekolah menjadi suatu pengalaman yang baru di setiap pagi. Pengalaman kecil namun memberi makna dan semangat yang baru. Sebagai seorang guru baru, jatuh bangun dalam proses mendampingi siswa seakan-akan menjadi santapan harian. Pengalaman ini ternyata sangat mempengaruhi pikiran, perasaan bahkan niat dalam menjadi panggilan sebagai guru. Tempat kos, yang hanya berjarak 300 meter dari rumah sering terasa jauh karena gejolak dan rasa khawatir dalam diri. Gejolak terhadap tanggung jawab dan kesulitan mengelola kelas, dan khawatir apa kah hari ini saya bisa menjalani panggilan ini dengan baik. Jarak 300 meter menjadi jarak yang penuh pergulatan di awal hari. Akan tetapi, sangat berbeda ketika saya tiba di gerbang besi berwarna coklat tua itu. Gejolak dan rasa khawatir pelan-pelan hilang terbawa pergi oleh senyuman para murid di pagi itu. Satu satu mereka menyapa dengan semangat dan penuh harapan, “Selamat pagi, Pak Andy!” Kadang saya terlambat menjawab karena murid lain sudah tiba-tiba menyapa. Langkah yang agak cepat ketika menempuh jarak 300 meter itu menjadi pelan dan kadang terhenti karena sapaan itu. Ada yang menyapa sambil mengayunkan tangan dari kejauhan dan ada yang langsung setelah mereka melambaikan tangan kepada orangtua yang mengantar mereka.

Refleksi Seorang Guru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refleksi dari seorang guru.

Citation preview

Page 1: Refleksi Seorang Guru

Selamat Pagi, Pak Andy!Sapaan seorang murid pada gurunya adalah suatu hal yang wajar. Wajar karena setiap murid

diajari dan diwajibkan untuk memberi hormat kepada guru mereka. Setiap perjumpaan bersama guru bahkan dipandang sebagai perjumpaan sapaan. Apakah itu suatu hal yang iklas dari hati setiap murid? Atau, apakah hanya sebatas melaksanakan kewajiban? Akan tetapi, lepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, bagi saya sebagai seorang guru baru, sapaan mereka adalah sapaan kasih. Dari raut wajah mereka, saya kadang dapat melihat bagaimana tindakan itu mereka lakukan. Yang pasti, senyum mereka tetap melayang dari wajah itu.

Sebelum jarum jam menunjuk pukul 07.00 WIB, saya selalu berusaha untuk tiba di gerbang sekolah. Kegiatan di pagi hari ini nampaknya berjalan begitu saja tanpa ada hal yang baru. Akan tetapi bagi saya, tiba di gerbang sekolah menjadi suatu pengalaman yang baru di setiap pagi. Pengalaman kecil namun memberi makna dan semangat yang baru.

Sebagai seorang guru baru, jatuh bangun dalam proses mendampingi siswa seakan-akan menjadi santapan harian. Pengalaman ini ternyata sangat mempengaruhi pikiran, perasaan bahkan niat dalam menjadi panggilan sebagai guru. Tempat kos, yang hanya berjarak 300 meter dari rumah sering terasa jauh karena gejolak dan rasa khawatir dalam diri. Gejolak terhadap tanggung jawab dan kesulitan mengelola kelas, dan khawatir apa kah hari ini saya bisa menjalani panggilan ini dengan baik. Jarak 300 meter menjadi jarak yang penuh pergulatan di awal hari.

Akan tetapi, sangat berbeda ketika saya tiba di gerbang besi berwarna coklat tua itu. Gejolak dan rasa khawatir pelan-pelan hilang terbawa pergi oleh senyuman para murid di pagi itu. Satu satu mereka menyapa dengan semangat dan penuh harapan, “Selamat pagi, Pak Andy!” Kadang saya terlambat menjawab karena murid lain sudah tiba-tiba menyapa. Langkah yang agak cepat ketika menempuh jarak 300 meter itu menjadi pelan dan kadang terhenti karena sapaan itu. Ada yang menyapa sambil mengayunkan tangan dari kejauhan dan ada yang langsung setelah mereka melambaikan tangan kepada orangtua yang mengantar mereka.