Pengertian Rumah Sederhana

Embed Size (px)

Citation preview

Pengertian Rumah Sederhana

Pengertian Rumah Sederhana menurut peraturan Pemerintah adalah rumah yang tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70m2 yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling 54-200m2. Tentu saja jika diteruskan akan disertakan juga ongkos pembangunannya yang tidak boleh melebihi harga satuan per m2 untuk pembangunan rumah dinas yang sudah ditentukan Pemerintah. Dibawah tipe Rumah Sederhana ternyata ada tipe Rumah Sederhana Tipe Kecil dengan luas bangunan 21-36m2 serta harus disertai kamar mandi dan WC juga ruang serbaguna.

Pengertian Rumah Sederhana Sehat Pengertian rumah sederhana sehat (RSH) mengacu pada Keputusan

Menkeu No. 393/KMK.04/1996 beserta perubahan-perubahannya. Keputusan Menteri itu ditetapkan untuk menentukan kriteria rumah yang mendapat fasilitas subsidi bunga dan uang muka dari pemerintah. Dalam Kepmenkeu tersebut, yang dimaksud dengan Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 36m2 yg dibangun diatas tanah kaveling tidak lebih dari 54m2. Sedangkan Rumah Sederhana (RS) adalah rumah tidak susun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70m2 yang dibangun diatas tanah dengan luas kaveling dari 54m2 sampai dengan 200m2; dan sepanjang nilai penjualan untuk kedua tipe rumah tersebut tidak lebih dari Rp. 30.000.000,- Batas atas nilai jual RS ini kemudian dinaikkan oleh pemerintah

sesuai dengan tingkat perkembangan harga-harga. Penentuan harga jual RS ini terkait dengan anggaran pemerintah yang perlu disediakan sebagai subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Penerima subsidi adalah warga masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp. 2 juta per bulan. Dengan SK Menkimpraswil No 24/2003 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan, sebutan rumah sederhana dan rumah sangat sederhana diganti menjadi rumah sederhana sehat (RSH). Kualitas RSH dan permukimannya bervariasi. Namun rata-rata, setiap unit RSH dilengkapi dengan listrik 450 Watt, sumber air bersih, dan jamban. Permukiman RSH dilengkapi dengan jalan, saluran pembuangan, tempat sampah, dsb. Sebagian RSH ada yang berlantai keramik, berdinding bata merah atau tanpa diplester. Pada umumnya RSH yang ada di pasaran terdiri dari berbagai tipe, seperti tipe 21, 27, 30, 36, 39, 45, dan 57. Luas tanah yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari 55 m2, 60 m2, 72 m2, hingga 105 m2. Bagaimana ciri-ciri rumah sederhana sehat diuraikan berikut ini

BENTUK RUMAH SEDERHANA SEHAT Apakah ciri-ciri rumah sederhana sehat? Uraian berikut ini mengulas ciri-ciri tersebut ditinjau dari aspek lokasi, lingkungan, pengaaturan ruang, taman, dapur, kamar mandi, bahan bangunan, disain dan modifikasinya (Nirwono Joga, 2005). Lokasi

Keputusan membeli atau membangun sebuah rumah setidaknya harus mempertimbangkan faktor lokasi rumah yang strategis, kemudahan aksesibilitas

dan transportasi umum dari dan ke tempat tujuan rutin (kantor, sekolah, pasar). Penyediaan jalur pejalan kaki dan bersepeda mendorong warga menggunakan kendaraan pribadi seefisien mungkin. Suasana teduh dengan pohon rindang, bentuk topografi alam, tersedia taman lingkungan dan lapangan olahraga dengan desain menarik. Ketersediaan dan kualitas air minum, air diperoleh dari PAM, pompa tangan atau pompa mesin. Pengelolaan dan pengangkutan sampah dikelola sendiri atau disediakan penampungan sementara. Lingkungan

Rumah sehat sangat ditentukan oleh sanitasi lingkungan yang sehat pula. Ketinggian saluran harus cukup, punya bidang rembesan cukup luas terhadap luas lahan bangunan, serta dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah. Septic tank yang dipasang di setiap rumah dengan jarak dekat (kurang dari 10-12 meter) dengan sumber air (pompa tangan atau pompa air) dapat mencemari air tanah dalam jangka waktu lama. Untuk itu perlu diusulkan pembuatan septic tank kolektif dan sumur resapan air di taman-taman lingkungan. Lebih efektif dan efisien, serta lebih sehat lingkungan. Pengaturan Ruang

Denah ruang terbuka, meminimalkan dinding pembatas (ruang terasa lapang), dan penggabungan multifungsi ruang. Sirkulasi antarruang menyatu dengan aktifitas orang di dalamnya. Ruang berkesan lebih hangat dan akrab. Perluasan ruang imajiner dilakukan dengan membuat pintu dan jendela kaca lebar dan panjang hingga menyentuh lantai, serta dilengkapi dengan lubang angin. Pada bagian atap dapat disediakan skylight dari genteng atau lembaran fiberglass. Bukaan-bukaan

ini membuat setiap ruang mendapatkan cahaya alami secara merata (ruang tidak pengap) dan sirkulasi udara segar lebih banyak, serta hemat listrik.

Taman

Taman dan teras depan serta teras belakang (jika ada) dioptimalkan. Teras depan dan carport dijadikan ruang tamu formal, tempat bermain anak-anak, dan parkir kendaraan. Dapur

Dapur serba praktis. Dapur juga dapat disatukan dengan teras belakang sebagai ruang makan terbuka, ruang keluarga, dan ruang belajar anak, dengan pengaturan waktu berbeda. Kamar Mandi

Kamar mandi memerlukan penanganan khusus, seperti utilitas sanitasi, penggunaan perabotan, pemilihan bahan, hingga tema warna yang dipakai. Peranti utama kamar mandi meliputi kloset jongkok, bak mandi atau shower. Bahan lantai dari keramik atau teraso bertekstur kasar agar tidak terpeleset dan berukuran kecil untuk memperluas kesan ruang.

Kamar mandi bernuansa alam dengan desain semi terbuka, bak mandi dari gentong, gayung batok kelapa, dan lantai koral lepas, lubang angin dipasangi glass block (cahaya), dan tirai bambu juga dapat membuat rumah lebih artistik. Keterbatasan luas ruang kamar mandi mungil dapat dibuat kamar mandi kering yang menggunakan shower box tirai plastik. Kesan ruang akan lebih

lega dengan permainan gradasi warna gelap (lantai), sedangkan perabot saniter dan dinding terang (plafon). Plafon harus tinggi (lega). Skylight membantu memasok cahaya alami dan kesegaran udara. Bahan Bangunan

Bahan bangunan harus kokoh dan tahan lama serta sehat (tidak menyebabkan penyakit). Atap asbes masih tidak direkomendasikan oleh para arsitek karena dianggap kurang sehat. Efisiensi dan optimalisasi bahan sangat diperhatikan. Dinding polos (acian atau semen kaprot) atau ekspos bahan (bata, batako) merupakan pilihan yang lumrah asalkan dalam pengerjaannya harus rapi. Pilihlah warna-warna netral atau cenderung cerah (putih dan kombinasinya) agar ruang tetap terasa lapang dan lega, hindari warna-warna gelap yang menekan emosional penghuni. Kusen, pintu, dan jendela tetap memakai bahan kayu. Namun demikian, kayu yang dipakai harus tahan lama, tidak mudah dimakan rayap, atau keropos terkena cuaca. Luas lahan yang relatif sempit membuat penghuni tidak memerlukan pagar masif, luas lahan terasa sempit, selain itu biayanya relatif mahal. Sebaliknya pagar dari tanaman hidup dapat memberikan kesegaran tersendiri dan produktif. Desain Desain sederhana, mudah pemeliharaan, dan perbaikan. Dengan desain yang kreatif, berbiaya murah, cepat, dan ramah lingkungan, RSH dapat tampil menawan bersaing dengan gaya rumah lainnya, dan akan tetap menjadi pilihan sebagian besar masyarakat umum.

Modifikasi RSH sebaiknya disiapkan menjadi rumah tumbuh yang memberikan kesempatan kepada penghuni untuk mengembangkan rumah tanpa perlu membongkar rumah, sesuai penambahan anggota keluarga dan/atau kebutuhan ruang. Pembangunan RSH bertingkat dengan memungkinkan pengembangan lantai ke atas, tanpa perlu membongkar atap dan dinding, cukup menambahkan dak dari kayu. Lebih hemat dan efisien.

WUJUD BANGUNAN RUMAH MURAH Orang-orang jaman dahulu telah mampu menciptakan rumah yang sehat walaupun dengan teknologi yang tidak secanggih saat ini. Rumah yang sederhana dan sehat memang tidak tergantung bahan bangunan yang digunakan. Rumah yang sehat dapat dibangun dari kayu, bambu, batu bata, dll. Rumah-rumah adat di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bagaimana bangsa kita telah mampun menciptakan rumah yang sehat dan indah. Namun dengan terbatasnya lahan di satu pihak dan bertambah banyaknya jumlah penduduk di pihak lain, maka diperlukan suatu teknologi baru suatu rumah yang sehat sekaligus terjangkau oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar berpenghasilan terbatas dan belum mempunyai rumah tinggal yang layak. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap rumah sederhana dan terjangkau serta sehat tersebut, Pusat Penelitian Bangunan dan Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum (Puslitbangkim PU) telah menciptakan Rumah Instan Sedehana Sehat (Risha). Komponen-komponen Risha dapat dibongkar pasang dan masing-masing dapat dibuat secara pabrikasi sehingga bisa memenuhi

kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Tipe rumah sederhana ini dibangun dengan cara merakit komponen-komponennya. Variasi jumlah komponen Risha hanya sedikit dan mudah dibongkar pasang (knock down) dan bisa dirakit langsung jadi alias instan. Konsep dasar pembangunan rumah sederhana dengan sistem Risha adalah ringan, dapat dengan cepat dibangun, bisa dibongkar pasang, dan komponennya dapat diproduksi oleh usaha kecil menengah. Sistem ini juga bisa menurunkan biaya konstruksi, khususnya untuk rumah sederhana. Biaya untuk membangun rumah sederhana dengan sistem ini hanya Rp. 500 ribu per meter persegi (harga bulan Desember 2004). Risha terdiri atas tiga komponen utama, yakni komponen struktural, pengisi, dan komponen utilitas. Risha juga dapat direkayasa ulang karena dapat dibongkar pasang tanpa harus membuang material yang telah digunakan dan dapat dimanfaatkan kembali untuk rancangan atau desain lain yang diinginkan. Pengerjaannya tidak memerlukan waktu lama dan hanya membutuhkan sedikit tenaga. Berbagai komponen yang digunakan juga tergolong ringan dan dapat dikerjakan oleh tiga orang saja. Yang bisa merakit komponen Risha bisa pengusaha usaha kecil menengah (UKM) maupun pengembang yang akan membangun RSH. Komponen yang digunakan dalam sistem Risha relatif ringan. Komponen struktural panel berukuran 1,20 x 30 sentimeter dan memiliki berat kurang dari 50 kilogram. Komponen tersebut ringan dan dapat diproduksi oleh masyarakat dalam bentuk industri rumah dan UKM. Adapun untuk

menghubungkan satu komponen dengan yang lainnya digunakan baut (join

kering). Untuk komponen struktur memakai beton bertulang yang dicetak di atas cetakan baja. Pembuatan cetak baja relatif mudah dengan menggunakan baja profil kanal 10. Seluruh komponen utama Risha terdiri atas tiga komponen struktur, tiga komponen partisi, dan tiga komponen kuda-kuda dengan fondasi dan sloof yang dipabrikasi. Rangka struktur terdiri atas tiga komponen, yaitu dua panel struktur dan satu simpul, sedangkan konstruksinya dibuat dari beton bertulang dengan tulangan utama diameter 8 milimeter dan sengkang diameter 6 milimeter. Simpul terbuat dari beton bertulang yang diperkuat oleh pelat baja pada bagian sambungannya, sedangkan panel dengan panel atau panel dengan simpul dihubungkan dengan baut berdiameter 12 sentimeter yang diberi ring. Rangka struktur ini mampu menanggung beban rumah Risha dengan dua lantai, sehingga rumah ini juga bisa dibangun secara horizontal maupun vertikal. Rumah instan Risha dapat didirikan di atas lahan mana pun. Namun, pada kondisi khusus seperti tanah lunak, fondasi harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Sedangkan dari segi kekuatan terhadap getaran, rumah ini telah diuji dengan alat uji gempa. Risha dapat dibangun pada daerah gempa sampai dengan zonasi enam. Risha juga sudah memenuhi ketentuan tentang sebuah rumah yang sehat sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002. Standar kesehatan sebuah rumah antara lain harus memiliki sanitasi yang sehat dan ventilasi yang mencukupi.

Pengertian Masyarakat Berpengasilan Rendah Tinjauan berdasarkan besaran penghasilan

Saat berbicara mengenai golongan masyarakat berpenghasilan rendah, ada baiknya seluruh stake holder negeri memiliki satu pandangan dan kesepakatan mengenai definisi MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAHMBR. Dalam salah satu terbitan Tempo beberapa waktu yang lalu, World Bank menyatakan bahwa masyarakat dengan pengeluaran USD 220 per kapita per hari, sudah dapat dimasukkan ke dalam kategori masyarakat berpenghasilan menengah. Dengan kata lain, minimal pengeluarannya Rp.540.000,- per kapita per bulan atau maksimal Rp.2.160.000,- per keluarga sudah termasuk golongan masyarakat berpenghasilan menengah. Mengacu pada Biro Pusat Statistik, secara nasional, BPS menyebut orang miskin itu apabila dalam memenuhi kebutuhan makanan dan minuman serta non makanan di bawah Rp.212.000,- per bulan per orang atau Rp.848.000,- per keluarga yang terdiri dari 4 orang. Nilai garis kemiskinan dari satu daerah ke daerah lainpun berbedabeda. Di DKI Jakarta, orang akan disebut miskin apabila hanya mampu memenuhi kebutuhan per bulannya di bawah Rp.331.000,- atau Rp.1.324.000,-/keluarga, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar

Rp.1.112.000,-/keluarga, Bangka Belitung sebesar Rp.286.000.- per kapita atau Rp.1.144.000,-/keluarga, Kepulauan Riau sebesar Rp.300.000,- per kapita atau Rp.1.200.000,-/keluarga dan Jawa Tengah hanya sebesar Rp.192.000,- per kapita atau Rp.768.000,-/keluarga.

Keluarga yang terdiri dari 4 orang serta memiliki penghasilan di bawah angkaangka di atas dapat digolongkan ke dalam keluarga miskin yang saat ini berjumlah + 31 juta orang atau hampir 8 juta keluarga. Jumlah golongan miskin atau berpenghasilan rendah akan meningkat tajam apabila acuan yang digunakan adalah penghasilan/pengeluaran di bawah USD 2 per hari per kapita atau Rp.2.160.000,-/keluarga. Padahal, masih menurut World Bank, masyarakat berpenghasilan USD 24 per hari per kapita masih tergolong masyarakat yang sangat rentan terhadap gejolak penghasilan. Sedikit saja guncangan terhadap penghasilannya. Dapat mengakibatkan mereka masuk ke dalam golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

Tinjauan berdasarkan kemampuan mengangsur KPR. Bila mengacu pada ketentuan pemerintah dan Undangundang nomor 1

tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman UU no.1 PKP, minimal luas bangunan yang berhak memperoleh bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan - FLPP adalah 36 m2 dan Peraturan Menteri Keuangan serta Peraturan Menteri Perumahan harga maksimal Rp.70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah). Ketentuan baru kerkenaan dengan luas bangunan minimal sebagai syarat perolehan FLPP, secara langsung akan mempengaruhi harga jual rumah. Minimal akan terjadi peningkatan harga jual sebesar (3621) m2 atau 15m2, yaitu selisih luas bangunan standar lama dikalikan dengan harga jual bangunan per m2 yang jumlahnya sangat signifikan. Hal ini akan memberatkan masyarakat karena jumlah uang muka yang harus disediakan bertambah besar.

Tinjauan dari daya beli masyarakat. Pada awal dicanangkannya program Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank

Tabungan Negara, masyarakat masih sangat beruntung mendapatkan rumah yang sangat layak dihuni, yaitu rumahrumah dengan luas bangunan 45m2, 54m2 dan 70m2 dengan luas tanah di atas 150 m2, bahkan hingga 300m2. Menjelang akhir tahun 1980 dan memasuki awal tahun 1990an, type rumah dan luas bangunan mulai mengecil, dimana type 70m2 bangunan sudah mulai tidak lagi mendapatkan subsidi bunga pinjaman dan kemudian ditangani oleh Bank Papan Sejah-tera. Dengan demikian, secara alamiah, para pengembang tidak lagi membangun rumahrumah type besar. Tahun demi tahun berlalu. Kucuran dana pemerintah yang digunakan sebagai pendukung program perumahan baik bagi pengembang maupun masyarakat konsumen semakin berkurang. Pemerintah mulai melakukan berbagai pembatasan bagi pengembang maupun konsumen. Bila pada sebelumnya, pengembang masih memperoleh kucuran kredit untuk pembebasan lahan dan kredit konstruksi, maka kemudian pembebasan lahan harus didanai sendiri. Di lain sisi, maraknya pembangunan perumahan telah menyuburkan percaloan tanah yang menyebabkan peningkatan luar biasa atas harga tanah dan ditambah dengan maraknya mafia pertanahan yang memunculkan berbagai sengketa tanah.

Hal itu pula yang menjadi salah satu sebab usulan agar pemerintah melalui Perumnas bertindak sebagai land bank yang kemudian bekerja sama dengan para pengembang melalui skema Kasiba dan Lisiba, tidak pernah terealisir degan baik. Di balik berbagai kesulitan pembebasan lahan perumahan, krisis ekonomi pada tahun 1998 membuat daya beli masyarakat semakin merosot tajam. Perkembangan ekonomi masyarakat di berbagai sektor menurun termasuk tentunya daya beli sektor perumah-an. Akibatnya backlog semakin bertambah besar. Kondisi yang semakin memburuk ini, yaitu kenaikan harga lahan mentah dan bahan bangunan serta kenaikan biaya perijinan dengan disertai menurunnya daya beli masyarakat memaksa pemerintah mencari berbagai terobosan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan rumah dan mengurangi backlog.

Untuk meningkatkan daya serap industri perumahan serta daya beli masyarakat, pemerintah menurunkan standar luas bangunan yang mendapat fasilitas subsidi bunga. Dari semula luas bangunan 45m2, turun menjadi 36m2. Tidak berselang lama, batas maksimal luas bangunan penerima subsidi bunga KPR diturunkan kembali menjadi 27m2 untuk kemudian berakhir hingga hanya seluas 21m2 saja. Di samping menurunkan luas bangunan agar harga rumah menjadi terjangkau, pemerintah kemudian mengijinkan penjualan kaling siap bangun kasiba seraya menaikkan batas maksimum fasilitas kredit. Namun kondisi ini

ternyata masih tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga dari tahun ke tahun backlog tetap bertambah besar. Perumahan untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), demi untuk keterjangkauan harga jual, pada umumnya dibangun di wilayah pelosok, jauh dari tempat kerja para penghuninya. Minim fasilitas sosial dan fasilitas umum bagi para penghuninya serta minim pula sarana transportasi yang melayani para penghuni menuju tempat kerja. Kondisi ini kemudian meningkatkan biaya hidup non kunsumsi rumah tangga dimana pada akhirnya sangat memberatkan dan secara perlahan secara struktural memiskinkan masyarakat.

Cara Mendapatkan Kepemilikan RumahSyarat & Cara KPR, untuk mendapatkan Rumah KPR adalah singkatan dari Kredit Pemilikan Rumah. Ini adalah fasilitas untuk membeli rumah dengan kredit pada bank. Prinsip KPR adalah membiayai terlebih dahulu biaya pembelian atau pembangunan rumah, dan dana untuk membayar balik dilakukan dengan cicilan tersebut. Bagaimana cara untuk mendapatkan KPR? KPR biasanya bisa dimulai,setelah tersedia dana sekitar 30-40% dari harga rumah, tergantung dari kebijakan bank. Sebelum KPR disetujui, pembeli akan diminta untuk melengkapi persyaratan untuk mengambil KPR, diantaranya adalah:fotokopi KTP pemohon, surat nikah atau cerai bila sudah menikah atau cerai, Kartu Keluarga,Surat keterangan WNI (untuk WNI keturunan),Slip gaji

atau

akta

perusahaan

atau

izin

profesi,Surat

keterangan

dari

tempat

bekerja,dokumen kepemilikan agunan (SHM,IMB, PBB),rekening tabungan. Selain itu Anda juga harus telah mengetahui keberadaan dan kondisi rumah yang akan Anda beli. Informasi sangat penting lainnya adalah perbandingan fasilitas KPR dari bank-bank pemberi kredit. Biasanya bila Anda sudah menemui pihak developer, mereka telah memiliki hubungan dengan bank tertentu untuk menyediakan KPR. Sesuaikan KPR dengan kebutuhan Anda, terutama yang memberikan fasilitas yang lebih atau menarik, serta dari pihak-pihak yang dapat diandalkan. Apakah Bank Anda memiliki hubungan dengan developer yang bersangkutan, karena bila ya, maka mungkin saja Anda bisa memperoleh keuntungan yaitu subsidi bunga. Bagaimana sistem bunganya, apakah fix atau berubah dalam jangka waktu tertentu (apakah cicilan bisa berubah nilai nominalnya), fee apa saja yang harus dibayarkan dalam proses berjalan KPR tersebut. Apa keunggulan fasilitas KPR dibandingkan fasilitas KPR dari bank lain, karena masing-masing bank memberikan fitur berbeda untuk menarik konsumen. Bila Anda bekerja pada institusi pemerintah, misalnya Pegawai Negeri Sipil atau TNI, atau Polri, ada kemungkinan terdapat pilihan KPR yang telah bekerjasama dengan instansi Anda. Fasilitas yang tersedia misalnya subsidi uang muka, sehingga lebih ringan bagi Anda.

Bank akan menyeleksi baik dari pihak konsumen yang akan mengajukan KPR, dan menyeleksi pengembang yang mengembangkan sebuah perumahan, atau menyeleksi pihak yang terkait dengan pemberian KPR tersebut. Biasanya Bank akan menyeleksi pihak konsumen berdasarkan track record atau kemampuan

konsumen tersebut, karena itu dibutuhkan informasi tentang pemasukan konsumen, yang biasanya sepertiga dari pemasukan harus bisa dibayarkan untuk KPR, dan terdapat batasan umur maksimal sekitar 55 tahun untuk karyawan. Pihak developer juga diseleksi untuk melihat bagaimana mereka memberikan janji tentang fasilitas dan surat-surat yang diperlukan. Bila Anda sudah yakin akan pilihan rumah dan bank pemberi KPR Anda, kunjungi bank tersebut dan mintalah informasi pengajuan KPR. Biasanya bank akan memberikan persyaratan diatas. Setelah persyaratan Anda bawa ke bank, biasanya akan diadakan wawancara. Bila wawancara disetujui, Anda dapat membayarkan uang muka pembelian rumah ke developer dan menunggu keluarnya SPPK (surat persetujuan perjanjian kredit).

Langkah selanjutnya adalah menemui notaris untuk menandatangani akta kredit dan mengurus sertifikat,lalu tahap selanjutnya adalah penyerahan kunci. Sertifikat Anda masih ditahan Bank sampai Anda melunasi semua cicilan kredit. Bank-bank mana saja yang memberikan KPR?

Jawabannya bermacam-macam sekali, Anda bisa pilih dan bandingkan. Bila sudah menjadi nasabahnya, ada kemungkinan Anda akan diberi beberapa tawaran yang menarik sehingga Anda mengambil KPR lewat bank Anda. Bank-bank tersebut antara lain:

Bank Mandiri - KPR Graha Mandiri Bank Muamalat

- KPR Muamalat BCA - KPR BCA BII - KPR BII BNI - BNI KPR BRI - KPR BRI BTN - KPR Griya Utama dan lain-lain KPR saat ini telah berkembang, tidak saja untuk membeli rumah, namun juga menyewa dan membangun rumah diatas tanah yang telah ada. Misalnya kita membangun rumah diatas tanah yang dimiliki, setelah perhitungan pada akhir pembangunan, misalnya dana kurang mencukupi, kita bisa mencoba mengambil KPR untuk meneruskan pembangunan rumah kita sampai selesai dan menurut persyaratan yang diajukan bank.