15
BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik 2.1.1 Pengertian Kosmetik Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke- 20 (Tranggono, 2007). Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang tedapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Sejak semula kosmetik merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau Universitas Sumatera Utara

makalah kosmetik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah kosmetik

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak

berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat

perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan

ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-

20 (Tranggono, 2007).

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang tedapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia

tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud

meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Sejak semula kosmetik merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau

ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar

kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam

perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik

dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga

mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

Universitas Sumatera Utara

Page 2: makalah kosmetik

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Tranggono, 2007).

2.1.2 Penggolongan Kosmetik

Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu :

a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

preparat (Tranggono, 2004) :

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan

lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan

lain-lain.

12. Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan

lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: makalah kosmetik

b. Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan (Tranggono, 2004) sebagai

berikut:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk di antaranya adalah cosmedic).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan

alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet

agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional.

c. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di

dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing

cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya mosturizer

cream, night cream, anti wrinkel cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),

misalnya scrub ceram yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi

sebagai pengamplas (abrasiver).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: makalah kosmetik

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik

riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif

terbagi menjadi 2 golongan (Tranggono, 2004), yaitu:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan

dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes

shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam baru

lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

d. Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta maksud evaluasi produk kosmetik

dibagi menjadi 2 golongan (Ditjen POM, 2004):

1. Kosmetik golongan I adalah:

a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi

b. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa

lainnya

c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan

penandaan

d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta

belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk ke dalam

golongan I.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: makalah kosmetik

2.1.3 Persyaratan Kosmetik

Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta

persyaratan lain yang ditetapkan.

b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik.

c. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI (BPOM RI).

2.2 Kosmetik Dekoratif

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan

semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan

noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu

menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak

kulit (Tranggono, 2007).

2.2.1 Persyaratan Kosmetik Dekoratif

Persyaratat untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah (Tranggono, 2007):

a. Warna yang menarik.

b. Bau harum yang menyenangkan.

c. Tidak lengket.

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: makalah kosmetik

2.2.2 Pembagian Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu (Tranggono,

2007):

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,

dan lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama

baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting

rambut.

2.2.3 Peranan Zat Pewarna dalam Kosmetik Dekoratif

Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar.

Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok :

1. Zat warna alam yang larut.

Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak

zat alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan

pewarnaanya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Misalnya carmine

zat warna merah yang diperoleh dari dari tubuh serangga coccus cacti yang

dikeringkan , klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstraksi dari daun Lawsonia

inermis, carotene zat warna kuning.

2. Zat warna sintetis yang larut.

Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzena,

toluena, anthracene yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat

warna. Sifat-sifat zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah memberi warna.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: makalah kosmetik

b. Harus bisa larut dalam air, alkohol, minyak, atau salah satunya. Yang larut air

untuk emulsi O/W dan larut minyak untuk emulsi W/O. Yang larut air hampir

selalu juga larut dalam alkohol encer, gliserol, dan glikol. Yang larut minyak

juga larut dalam benzena, karbon tetraklorida, dan pelarut organik lainnya,

kadang-kadang juga dalam alkohol tinggi. Tidak pernah ada zat warna yang

sekaligus larut dalam air dan minyak.

c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam pH

asam, lainnya hanya dalam pH alkalis.

d. Kelekatan pada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan

rambut barbeda-beda. Terkadang kita memerlukan daya lekat besar seperti cat

rambut, namun terkadang kita menghindarinya misalnya untuk pemerah pipi.

e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari, tetapi ada derajat keamanannya.

3. Pigmen alam.

Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat

secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada

kandungan besi oksida atau mangan oksidanya (misalnya kuning, coklat, merah

bata, coklat tua). Zat warna ini murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk

mewarnai bedak-krim dan make-up sticks. Warnanya tidak seragam, tergantung

asalnya, dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru.

4. Pigmen sintetis.

Dewasa ini besi oksida sintetis sering menggantikan zat warna alam.

Warnanya lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain kuning,

coklat sampai merah, dan macam-macam violet.

Pigmen sintetis putih seperti zinc oxida dan titanium oxida termasuk dalam

kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zinc oxida tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 8: makalah kosmetik

memainkan satu peran dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam

preparat kosmetik dan farmasi lainnya.

Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh dipakai dalam preparat kosmetik

karena toksis, misalnya kadmiun sulfat dan cupri sulfat.

2.2.4 Pemerah pipi

Pemerah pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai

pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias

wajah (Depkes RI, 1985).

Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai

dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim

mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pemerah

pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna

atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok.

Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit

pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik

sebelum maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985).

Contoh formula pemerah pipi bubuk kompak

Kaolin ringan 50

Kalsium karbonat endap 50

Magnesium karbonat 50

Seng stearat 50

Talek 750

Pigmen 50

Parfum 2,0

Zat pengikat : isopropil miristat sama banyak

Dasar salep lanolin secukupnya

Universitas Sumatera Utara

Page 9: makalah kosmetik

2.3 Rhodamin B

2.3.1 Struktur molekul rhodamin B

(Windholz, 1989)

2.3.2 Gambar Absorpsi Rhodamin B dalam Pelarut Etanol pada λ 542.75 nm.

(Aldrich, 1992)

Nama umum : Rumus Bangun Rhodamin B

Nama Kimia : N-[9-(carboxyphenyl)-6-(diethylamino)-3H-xanten-3-ylidene]-N-

ethylethanaminium chlorida

Nama Lazim : Tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamine B chlorida;

C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170

Rumus Kimia : C28H31ClN2O3

Universitas Sumatera Utara

Page 10: makalah kosmetik

BM : 479

Pemerian : Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah

kebiruan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah

larut dalam alkohol; sukar larut dalam asam encer dan dalam

larutan alkali. Larutan dalam asam kuat membentuk senyawa

dengan kompleks antimon berwarna merah muda yang larut

dalam isopropil eter (Budavari, 1996).

Penggunaan : Sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon, kertas, tinta,

sabun, pewarna kayu, bulu, dan pewarna untuk keramik China

(Budavari, 1996).

Penggunaan rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu lama

akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila

terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi

gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui

makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan

gejala keracunan dengan urine yang berwarna merah maupun merah muda. Selain

melalui makanan ataupun kosmetik, rhodamin B juga dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan, jika terhidup terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata

yang terkena rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata

kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata. Jika terpapar pada bibir

dapat menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir

terkelupas (Yulianti, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: makalah kosmetik

Daftar tabel Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/ MENKES/ PER/ V/

1985 tentang zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1. Zat Warna Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya

No. Nama Indeks warna 1 Auramine (*CI basic yellow 2) 41000 2 Alkanet 75520 3 Butter yellow (CI solvent yellow) 11020 4 Black 7984(Food black) 27755 5 Burn amber (Pigment brown 7) 77491 6 Chrysoidine (CI basic orange 2) 11270 7 Chrysoidine S (CI food yellow B) 114270 8 Citrous red No.2 22156 9 Chocolate brown FB (Food brown 2) -

10 Fast red E (CI food red 4) 16045 11 Fast yellow AB (CI food yellow 2) 13015 12 Guinea breen B (CI acid green 3) 42085 13 Indhantrene blue RS (CI food blue 4) 69800 14 Magenta (CI basic violet 14) 42510 15 Methanyl yellow (ext DC yellow 1) 13065 16 Oil orange SS (CI solvent orange 2) 12100 17 Oil orange XO (CI solvent orange 7) 12140

Lanjutan tabel 2.1

No. Nama Indeks warna 18 Oil yellow AB (CI solvent yellow 5) 11380 19 Oil yellow OB (CI solvent yellow 6) 11390 20 Orange G (CI food orange 4) 16230 21 Orange GGN (CI food orange 2) 15980 22 Orange RN (CI food orange 1) 15970 23 Orchil dan orcein - 24 Ponceau 3R (CI food red 6) 16135 25 Ponceau SX (CI food red 1) 14700 26 Ponceau 6R (CI food red 8) 16290 27 Rhodamin B 45170 28 Sudan I (CI solvent yellow 14) 12055 29 Scarlet GN (food red 2) 14815 30 Violet 6B 42640

2.3.3 Tanda-tanda umum terpapar rhodamin B

Universitas Sumatera Utara

Page 12: makalah kosmetik

− Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan

menimbulkan gejala keracunan serta air seni berwarna merah atau merah

muda.

− Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.

− Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata

kemerahan, oedema pada kelopak mata.

− Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.

(Rachdie, 2006).

2.4 Kromatogarafi Lapis Tipis

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan

tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tswett, ia telah

menggunakannya untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama

kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian

pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir

kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan

pada senyawa-senyawa yang tak berwarna (Hardjono, 1985).

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase

diam (stationary) dan fase gerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada

gerakan relatif dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai

dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika

fase diam berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi

serapan (absorption chromatography), jika zat cair, dikenal sebagai kromatografi

partisi (partition chromatography). Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau

gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem

kromatografi tersebut adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 13: makalah kosmetik

1). Fase gerak zat cair - fase diam padat:

Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi

- Kromatografi lapis tipis

- Kromatografi penukar ion.

2). Fase gerak gas - fase diam padat :

- Kromatografi gas padat

3). Fase gerak zat cair – fase diam zat cair :

Dikenal sebagai kromatografi partisi

- Kromatografi kertas

4). Fase gerak gas – fase diam zat cair :

- Kromatografi gas – cair

- Kromatografi kolom kapiler

(Hardjono, 1985).

Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa

senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fase gerak dan

fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa

terhadap senyawa yang lain (Hardjono, 1985).

Dari berbagai kromatografi di atas peneliti memilih kromatografi lapis

tipis karena mempunyai keuntungan yaitu, membutuhkan waktu yang lebih cepat

dan diperoleh pemisahan yang lebih baik.

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan dimana

yang memisahkan terdiri atas fase diam yang ditempatkan pada penyangga berupa

plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Kromatografi lapis tipis termasuk

Universitas Sumatera Utara

Page 14: makalah kosmetik

kromatografi adsorpsi (serapan), dimana fase diam digunakan zat padat yang

disebut adsorben (penjerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan

larutan pengembang. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan ditotolkan

berupa bercak atau pita, kemudian plat (lapisan) dimasukkan ke dalam bejana

tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak) sehingga

pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Zat penjerap pada

KLT merupakan lapisan tipis serbuk yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik,

atau logam secara merata (Stahl, 1985).

Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti

senyawa organik alam, senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-organik,

dan bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat

yang harganya tidak terlalu mahal (Gritter, 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis

tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :

1). Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.

2). Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.

(Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan

mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari

penyerap).

3). Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.

Meskipun dalam prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tapi

perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan

aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.

4). Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: makalah kosmetik

Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi

lapis tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut diguanakan maka

perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.

5). Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

6). Teknik percobaan.

7). Jumlah cuplikan yang digunakan.

Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi

penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak

seimbang lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-

harga Rf.

8). Suhu.

Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama

untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang

disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.

9). Kesetimbangan.

Kesetimbangan dalam lapisan tipis sangat penting, hingga perlu

mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala

bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan

pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang

berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dari

pada di bagian tengah. Keadaan seperti ini harus dicegah (Hardjono, 1985).

Universitas Sumatera Utara