33
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ....................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG.........................................1 1.2 PERMASALAHAN...........................................1 1.3 TUJUAN PENULISAN....................................... 2 1.4 METODE PENULISAN....................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................... 3 2.1 PENGERTIAN ALUMINIUM....................................3 2.2 STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM................................4 2.3 KANDUNGAN ATOM ATAU UNSUR...............................5 2.4 PROSES PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BIJIH BAUKSIT.............6 2.4.1..........................Proses Pemurnian Alumunium 10 2.4.2..........................Proses Peleburan Alumunium 11 2.5 PROSES PRODUKSI ALUMINUM FOIL...........................13 2.5.1..............................Produksi Awal (Caster) 13 2.5.2.............................................Rolling 16 2.5.3...........................................Finishing 17 i

Makalah Aluminiumaaaaa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses manufaktur aluminium foil

Citation preview

daftar isi

bab i PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Permasalahan11.3Tujuan Penulisan21.4Metode Penulisan2bab ii PEMBAHASAN32.1Pengertian Aluminium32.2Struktur Mikro Alumunium42.3Kandungan Atom atau Unsur52.4Proses Penambangan dan Pengolahan Bijih Bauksit62.4.1Proses Pemurnian Alumunium102.4.2Proses Peleburan Alumunium112.5Proses Produksi Aluminum foil132.5.1Produksi Awal (Caster)132.5.2Rolling162.5.3Finishing172.5.4Tahapan Quality Control18BAB III penutup193.1Kesimpulan193.2Saran20Daftar Pustaka21

i

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangAluminium adalah unsur logam yang termasuk dalam golongan III satu tim dengan Boron, Galium, Indium dan Talium. Sifat fisik logam ini berwarna putih silver, mengkilap, lembut, dan kuat. Aluminium adalah salah satu logam yang paling banyak ditemui di kerak bumi. Paling tidak 8% komposisi kerak bumi adalah logam yang satu ini. Aluminium tergolong logam yang sangat ringan dengan berat jenis (densitas) 2,7 g/cm3. Logam dengan nomor atom 13 ini sangat reaktif. Aluminium jarang sekali dijumpai dalam wujud murninya. Di alam, Aluminium banyak bereaksi membentuk berbagai macam senyawa [1]. Aluminium adalah salah satu logam yang punya manfaat yang luas dalam kehidupan kita. Beberapa hal mulai dari hal-hal kecil sehari-hari, industri rumah tangga, dan hingga industri besar banyak memanfaatkan logam berwarna silver ini [1].Dalam industri rumah tangga Aluminium digunakan sebagai bahan kedap air, yaitu Aluminum Foil. Lembaran yang terbuat dari alumunium tersebut tidak mudah basah, sangat tipis, dan tidak mudah ditembus oleh bau masakan. Alumunium foil ini membantu menjaga aroma tidak bocor dan gizi makanan tidak banyak yang hilang [1].

PermasalahanBagaimana proses pembuatan Aluminium Foil dari hulu sampai dengan hilir?

Tujuan PenulisanAdapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses-proses pembuatan alumunium foil dari hulu sampai ke hilir.

Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literatur, dimana bahan-bahan penulisan berasal dari buku-buku pedoman, materi kuliah, maupun sumber lain yang masih berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

BAB IIPEMBAHASAN

Pengertian AluminiumAlumunium merupakan unsur non ferrous yang paling banyak terdapat di bumi yang merupakan logam ringan yang mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang baik serta hantaran listrik dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses pembentukan maupun permesinan, dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. Di alam, alumunium berupa oksida yang stabil sehingga tidak dapat direduksi dengan cara seperti mereduksi logam lainnya. Pereduksian alumunium hanya dapat dilakukan dengan cara elektrolisis. Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si. Mn, Zn, Ni, dan sebagainya, secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah dan sebagainya. Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alumunium wronglt alloy (lembaran) dan alumunium costing alloy (batang cor). Alumunium (99,99%) memiliki berat jenis sebesar 2,7 g/cm3, densitas 2,685 kg/m3, dan titik leburnya pada suhu 6600C, alumunium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dari baja. Sifat tahan korosi alumunium diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida alumunium dari permukaan alumunium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat pada permukaan, serta stabil(tidak bereaksi dengan lingkungan sekitarnya) sehingga melindungi bagian dalam [2].Unsur- unsur paduan dalam almunium antara lain [2]:1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi (pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium yang paling optimal adalah antara 4-6%.2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas untuk menaikkan kekerasannya. 6. Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya.

Struktur Mikro AlumuniumAlumunium memiliki struktur logam membentuk FCC (Face Centered Cubic)Gambar 2.1 Struktur Aluminium [2]

(Aluminium murni)Alumunium dengan Cu, Mn, MgAlumunium dengan Cu

(Alumunium dengan Si)(Alumunium dengan Ti)

(Alumunium dengan Zn)(Alumunium dengan Mg)

Gambar 2.2 Gambar struktur mikro Alumunium murni dan paduan [2] Kandungan Atom atau UnsurAlumunium murni mempunyai kemurnian hingga 99,96% dan minimal 99%. Zat pengotornya berupa unsur Fe dan Si. Alumunium paduan memiliki berbagai kandungan atom-atom atau unsur-unsur utama (mayor) dan minor. Unsur mayor seperti Mg, Mn, Zn, Cu, dan Si sedangkan unsur minor seperti Cr, Ca, Pb, Ag, Fe, Sn, Zr, Ti, Sn, dan lain-lain. Unsur- unsur paduan yang utama dalam almunium antara lain [2]:1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi (pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium yang paling optimal adalah antara 4-6%.2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas untuk menaikkan kekerasannya.

Proses Penambangan dan Pengolahan Bijih BauksitPenambangan Aluminium merupakan proses hulu dari keseluruhan proses pengolahan Aluminium. Alumunium ditambang dari Bijih bauksit yang banyak terdapat di permukaan bumi. Bauksit yang ditambang untuk keperluan industry mempunyai kadar alumunium40-60%. Setelah ditambang Bijih bauksit digiling dan dihancurkan secara halus dan merata [2].Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan land clearing dan kemudian diikuti dengan pengupasan tanah penutup. Lapisan Bijihh bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus memuat Bijihh bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi pencucian [3].

Gambar 2.3 Proses pengolahan bauksit

Bijih bauksit tersebut kemudian dicuci dan dipisahkan dari unsur lain yang tidak diinginkan. Pencucian dapat dilakukan dengan semprotan air berkekuatan tinggi (water jet) diikuti penyaringan (screening). Disamping itu dapat sekaligus dilakukan proses pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher [3].Cara-cara Pencucian [3]:a) Cara Asam (H2SO4)Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses pengolahan air minum dan pabrik kertas. Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180 C (Autoclaving). Kalsinasi Cocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang tidak cocok dikerjakan dengan cara basa. Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan cara ini adalah Fe2O3ikut larut.

b) Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)The Bayer Proses adalah suatu cara untuk memurnikan Bauksit untuk memperoleh Alumina (Aluminium Oxide). Persamaan Kimianya:Al2O3 + 2 NaOH + 3 H2O 2 NaAl(OH)4

Gambar 2.4 Cara BasaProses ini melarutkan kotoran (termasuk Silica) dengan cairan panas Sodium Hydroxide, NaOH pada 175 C dengan tekanan tinggi. Hasil pencucian berupa lumpur merah kemudian disaring lagi dengan menggunakan saringan pasir dan kemudian didinginkan. Larutan Alkaline kemudian ditambahkan disertai Carbon Dioxide. Proses ini menghasilkan endapan yang mengandung sekitar 30%-54% Alumunium Oxide dan sisanya berupa beberaja jenis besi dan Titanium. Aluminium Oxide harus dimurnikan lagi untuk memperoleh Aluminium murni.Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) dan Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan Bijihh bauksit di dunia ini dilakukan untuk menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkan Al murni.Untuk Bauksit yang mempunyai kadar silika lebih dari 10%, proses ini menjadi kurang dimungkinkan dikarenakan Sodium Alumunium Silika yang terbentuk. Alternatif nya adalah Proses "HallHroult" [3].

c) Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4 jam, cocok untuk Bijihh dengan high Fe2O3 dan SiO2.Reaksi-reaksi:Al2O3 + Na2CO3 = NaAlO2 + CO2(g)Fe2O3 + Na2CO3 = Na2OFe2O3 + CO2(g)TiO2 + Na2CO3 = Na2OTiO2 + CO2(g)SiO2 + Na2CO3 = Na2OSiO2 + CO2(g)

d) Dengan proses elektolisa/ electrolysisAluminium oxide dilarutkan dalam cairan Kriolit (cryolite) yang kemudian di didihkan menjadi metal murni. Suhu pendidihan pada umunya adalah 950 sampai dengan 980 C. Aluminium oxide yang dihasilkan berupa pasir putih halus.

Gambar 2.5 Proses Eletrolisis Aluminium

Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. pada katoda terjadi reaksi reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium oksida) menerima electron menjadi atom aluminium,4 Al(3+) + 12 e(1-) > 4 Alpada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan elektron menghasilkan gas oksigen.6 O(2-) > 3 O2 + 12 e(1-)logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran yang telah disediakan.

Proses Pemurnian Alumunium

Gambar 2.5 Proses Pemurnian Alumunium

Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode bayer dan hasil akhir adalah alumina [2]. Pertama-tama bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan pemanasan. Proses selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk membentuk endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina basah kemudian dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara memanaskan sampai suhu 1200oC. Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina dengan rumus kimianya adalah Al2O3.

Proses Peleburan AlumuniumAlumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih mengandung oksigen sehingga harus dilakukan proses selanjutnya yaitu peleburan. Peleburan alumina dilakukan dengan proses reduksi elektrolitik. Proses peleburan ini memakai metode Hall-Heroult. Alumina dilarutkan dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada sebuah tungku yang disebut pot [2].Pot ini mempunyai dinding yang dibuat dari karbon. Bagian luar pot terbuat dari baja. Aliran listrik diberikan melalui anoda dan katoda. Proses reduksi memerlukan karbon yang diambil dari anoda. Pada proses ini dibutuhkan arus listrik searah sebesar 50-150 kiloampere.

Gambar 2.5 Proses Peleburan Alumunium

Arus listrik akan memgelektrolisa alumina menjadi alumunium dan oksigen bereaksi membentuk senyawa CO2. Alumunium cair dari hasil elektrolisa akan turun ke dasar pot dan selanjutnya dialirkan dengan prinsip siphon ke krusibel yang kemudian diangkut menuju tungku-tungku pengatur(holding furnace).Kebutuhan listrik yang dihabiskan untuk menghasilkan 1kg alumunium berkisar sekitar 12-15 kWh. Satu kilogram alumunium dihasilkan dari 2kg alumina dan 1/2 kg karbon. Reaksi pemurnian alumina menjadi alumunium adalah sebagai berikut [2]:2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2

Gambar 2.5 Pemurnian Alumina menjadi Aluminium

Aluminium yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat aluminium batangan (ingot). Jadi, selama elektrolisis, Anode grafit terus menerus dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari waktu ke waktu. Rata-rata Untuk mendapat 1 Kg Al dihabiskan 0,44 kg anode grafit [4].

Proses Produksi Aluminum foil

Gambar 2.5 Flowchart Proses Produksi Aluminium Foil [5]

Tahapan produksi Aluminium Foil dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu [5]:Produksi Awal (Caster)Produksi awal atau Caster terdiri dari 5 tahapan, yaitu [5]:i. Melting FurnaceProduksi aluminium foil dimulai dari peleburan bahan mentah (raw material) yang terdiri dari ingot/batangan aluminium dan/atau scrap (produk cacat) yang dilebur di dalam tungku dengan suhu 800 oC dengan menambahkan unsur-unsur paduan seperti Fe dan Si, sehingga dihasilkan aluminium cair. Setelah peleburan selanjutnya aluminium cair dibersihkan (skimming) dari kotoran yang berupa kerak dan abu.ii. Holding FurnaceMasuk ke dalam holding furnace pada suhu 750 oC. Bagian ini hanya sebagai tempat penampungan sementara aluminium hasil peleburan sambil melakukan pendinginan dan beberapa proses quality control.

iii. Degassing ProcessAluminium cair masuk ke degasser untuk pemurnian aluminium hasil peleburan dari kotoran-kotoran seperti hydrogen dengan menggunakan gas Argon. Lalu ada juga Al2TiB3 (Aluminium Titanium Boron) yang berbentuk seperti gulungan kabel yang diumpankan ke dalam aluminium untuk membentuk inti-inti partikel aluminium yang baru sehingga akan didapat hasil Aluminium dengan struktur partikel yang lebih rapat dan kekuatan yang lebih baik.iv. Filtering ProcessSetelah dilepas kandungan hydrogen pada aluminium cair, aluminium cair kembali di filter untuk membersihkan kotoran yang masih tersisa pada aluminium. Filter tersebut dari bahan keramik tertentu dengan struktur yang tidak beraturan sehingga dapat menahan kotoran yang lewat melaluinya.v. Continuous CastingContinuous Casting adalah bagian yang memproses aluminium cair dari bagian holding furnace untuk kemudian menjadi lembaran-lembaran aluminium (sheet) dengan menggunakan mesin roll yang dilengkapi dengan tip. Kegunaan dari tip adalah untuk pendistribusian aluminium cair sehingga pada saat mengeras akan menghasilkan permukaan lembaran aluminium yang merata. Sebelum dilengkapi dengan tip, Aluminium mengalir ke head box untuk tempat penampungan sementara lalu baru ke dalam tip.

Gambar 2.6 Proses Twin Rol Strip Casting [6]

Gambar 2.7 Pembekuan Logam [6]

Setelah lembaran-lembaran aluminium digulung dalam coil dengan panjang sheet dan diameter gulungan yang telah ditentukan. Coil tersebut diserahkan untuk pemrosesan lenjut ke tahap Rolling.RollingDi tahap ini terdapat banyak mesin-mesin milling yang maisng-masing dilengkapi dengan mesin filter dan juga mesin X-ray untuk pengendalian tebal aluminium yang sedang diproses. Terdapat lagi sub-sub tahapan rolling ini, diantaranya [5]:i. Tahap Roughing MillingPada tahap ini, semua coil aluminium yang berasal dari tahap Caster belum mengalami pemisahan dan mendapat perlakuan yang sama yakni penipisan sampai dengan 100 m atau 0,1 mm. Selanjutnya akan ditipiskan lebih lanjut sampai dengan 65 m 70 m dan juga mengalami proses homogenizing dan annealing sebelum dipindahkan ke bagian foil mill.ii. Tahap Foil MillPada tahap ini terdiri atas tiga macam mesin yang dapat dipakai untuk melakukan foil milling yaitu Von Rol, Pittsburgh, dan Swiss Mill. Ketiganya sama-sama memiliki fungsi yang sama dengan perbedaan hanya pada lebar mesin saja. Dimana Von Rol adalah mesin yang paling lebar, setelah itu Pittsburgh dan Swiss Mill. Pengaturan pemakaian mesin disesuaikan dengan kebutuhan. Proses rolling dalam semua mesin pada bagian ini mencapai ketebalan 6 m sampai 7 m. dari bagian ini produk aluminium sudah selesai proses produksinya lalu dilanjutkan ke bagian finishing.iii. Tahap Annealing FurnaceProses annealing merupakan perlakuan panas yang dilakukan pada logam hasil pengerjaan dingin atau cold working. Perlakuan panas ini bertujuan untuk mengembalikan sifat-sifat fisik yang berubah selama proses deformasi dingin dan mendapatkan sifat-sifat mekanik yang lebih sesuai dengan aplikasinya. Proses annealing akan menurunkan sifat mekanik seperti kuat tarik dan kekerasan, namun logam akan menjadi lunak dan ulet, sehingga dapat diproses lebih lanjut. Logam yang telah mengalami pengerjaan dingin, cold working atau cold forming, akan memiliki kekerasan yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, dan hambatan listrik yang tinggi pula. Namun logam memiliki keuletan yang sangat rendah atau logam menjadi sangat rapuh [7].Pada tahap Annealing Furnace terdapat tiga furnace yang digunakan untuk proses homogenizing dan annealing. Proses homogenizing dan intermediate annealing dilakukan pada saat aluminium diproses di mesin Blow Knox.iv. Roll ShopTahap ini bertugas untuk melakukan maintenance terhadap roll-roll yang digunakan oleh setiap mesin. Penggerindaan dan atau pembubutan roll yang baru diturunkan dan setting roll yang dipakan kembali menjadi tanggung jawab dari bagian ini.v. FilterFilter bertugas untuk menyaring cairan-cairan pendingin yang digunakan selama proses milling dilakukan. Setiap mesin memiliki filternya masing-masing yang diletakkan berdekatan dengan mesin yang bersangkutan.

FinishingPada tahap ini sudah tidak ada proses rolling sama sekali, berbeda dengan kedua tahap sebelumnya. Tahap ini menerima produk setengah jadi dari mesin Blow Knox bila produknya adalah aluminium foil. Dalam bagian ini juga terdiri atas beberapa bagian lagi, yaitu [5]:i. Bagian SeparatorBagian ini menerima produk setengah jadi aluminium foil untuk dilakukan pemisahan lembaran foil untuk mendapatkan permukaan aluminium yan mengilap (glossy) di bagian atasnya dan permukaan yang tidak mengilap (dove) di bagian bawahnya. Di bagian ini terdapat lima buah mesin separator. Dari sini foil dimasukkan ke dalam annealing furnace untuk final annealing.ii. Bagian Annealing FurnaceBagian Annealing Furnace ini berbeda dengan bagian Rolling. Di bagian ini terdapat sepuluh buah annealing furnace yang digunakan untuk final annealing setelah aluminium foil selesai dipisahkan dengan mesin separator. Setelah itu produk didinginkan dan yang lolos quality control siap untuk dilakukan packaging.iii. Bagian PackagingBagian ini melakukan pengapakkan produk akhir aluminium untuk selanjutnya dikirimkan kepada pelanggan yang memesan produk tersebut.

Tahapan Quality ControlTahapan ini tidak secara langsung melakukan proses produksi terhadap perusahaan. Akan tetapi tahapan ini berhubungan erat sekali dengan prses produksi yang berlangsung, karena tahapan ini yang bertanggung jawab atas kualitas dari produk akhir perusahaan. Pada tahap ini dilakukan inspeksi pada bagian produksi. Selain itu bagian ini juga bertanggung jawab atas dokumentasi serta penerapan sertifikan standar mutu ISO 9000:2000 yang didaapat perusahaan [5].

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanProses pembuatan Aluminium Foil dari hulu ke hilir pertama tama adalah penambangan aluminium yang berupa Bijih Bauksit. Kemudian Bijih Bauksit digiling dan dihancurkan secara merata. Lalu Bijih Bauksit di cuci dan dipisahkan dari unsur lain yang tidak diinginkan.Selanjutnya proses pemurnian Aluminium dengan cara mencampur larutan kimia kaustik soda, disaring, dan disemai utnuk membentuk alumina basah (hydrated alumina).Aluminium dilebur menggunakan metode Hall-Heroult. Aluminium yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat aluminium batangan (ingot).Setelah didapat ingot Aluminum, dilanjutkan proses produksi Aluminium Foil. Dimulai dari tahap melting furnace, dimana ingot aluminium (raw material) dilebur pada suhu 800 oC. lalu masuk ke tempat penampungan (Holding furnace) pada suhu 750 oC. Kembali Aluminium di murnikan lagi dari kotoran kotoran seperti hydrogen dengan menggunakan gas argon. Aluminium cair difilter kembali untuk membersihkan kotoran yang masih tersisa.Dilanjutkan pada proses continuous casting. Pada proses ini aluminium cair mulai dibentuk menjadi lembaran lembaran aluminium (Aluminium Sheet). Aluminium sheet yang dihasilkan pada proses continuous casting masih cukup tebal, maka aluminium sheet masuk ke tahap Rolling untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan.

SaranSaran yang saya dapat berikan adalah:3.1.1 Memberikan informasi ketebalan yang dihasilkan setelah proses continuous casting3.1.2 Memberikan contoh pemakaian aluminium foil3.1.3 Tahapan proses disesuaikan dengan flow chart yang ada

Daftar Pustaka

[1] Aluminium, Kegunaan Dan Cara Memperolehnya (n.d.). Retieved 16 Maret 2015, http://rumushitung.com/2014/04/25/aluminium-kegunaan-dan-cara-memperolehnya/[2] Rasyid, Muhammad, dkk, Makalah Alumunium Murni Dan Paduan. 2009, https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CCwQFjAD&url=https%3A%2F%2Fmagenta45ipb.files.wordpress.com%2F2010%2F01%2Fmakalah.doc&ei=7rwzVdaYNZDIuASu4G4Dg&usg=AFQjCNGPVLwXiOFSWtf3tAH90kPfMW91yw&sig2=kUswACS4PbJV8JU_jSs4tA, (16 Maret 2015).[3] Bauksit (n.d.) Retrieved 23 Maret 2015, http://infotambang.com/bauksit-p577-151.htm[4] Hasan, Ahmad, dkk, Mengenal Aluminium dan Prosesnya., 2010, http://www.slideshare.net/dedendrmn/mengenal-aluminium-prosesnya, (12 April 2015)[5] Marcel Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Produksi Pada Mesin Vonroll, Pittsburgh, Dan Swissmill Di Pt. Indoaluminium Intikarsa Industri. 2005, http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LKN2006-0013%20Bab%202.pdf, (16 Maret 2015).[6] Moreta, Febrian Deny Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Dan Tebal Celah Antar Roll Terhadap Kekerasan Dan Struktur Mikro Logam Aluminium Proses Strip Casting. 2009, http://eprints.uns.ac.id/8493/1/132370608201002321.pdf, (19 April 2015).[7] Proses-Perlakuan Panas Anil, Annealing (n,d,) Retrieved 18 April 2015, http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/perlakuan-panas-logam/proses-anil-annealing/