14
Kesehatan Vagina Label: vagina. Dibaca: 25435 kali. Rating: ♥♥ Terbaru: DechaCare.com API Akse ke DechaCare.com API bagi developer website informasi kesehatan. Dokumentasi DechaCare.com API selengkapnya. Anggota DechaCare.com Daftar sekarang (GRATIS) Daftarkan email Anda, selanjutnya DechaCare.com hanya akan mengirimkan informasi pilihan Anda ke email Anda. Informasi selengkapnya... Merawat Organ Kewanitaan Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi. Sebenarnya di dalam vagina terdapat bakteri, 95 persennya adalah bakteri yang baik sedang sisanya bakteri pathogen. Agar ekosistem seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman (pH balance) pada kisaran 3,8 - 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem vagina, antara lain kontrasepsi oral, diabetes melitus, pemakaian antibiotik, darah haid, cairan mani, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan hormon (pubertas, menopause atau kehamilan). Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat

Kesehatan Vagina

  • Upload
    faruqa

  • View
    23

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel kesehatan vagina

Citation preview

Page 1: Kesehatan Vagina

Kesehatan VaginaLabel: vagina. Dibaca: 25435 kali. Rating: ♥♥ Terbaru: DechaCare.com APIAkse ke DechaCare.com API bagi developer website informasi kesehatan. Dokumentasi DechaCare.com API selengkapnya.

Anggota DechaCare.com Daftar sekarang (GRATIS) Daftarkan email Anda, selanjutnya DechaCare.com hanya akan mengirimkan informasi pilihan Anda ke email Anda.

Informasi selengkapnya...

Merawat Organ Kewanitaan Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina.

Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.

Sebenarnya di dalam vagina terdapat bakteri, 95 persennya adalah bakteri yang baik sedang sisanya bakteri pathogen. Agar ekosistem seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman (pH balance) pada kisaran 3,8 - 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.

Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem vagina, antara lain kontrasepsi oral, diabetes melitus, pemakaian antibiotik, darah haid, cairan mani, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan hormon (pubertas, menopause atau kehamilan). Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu, seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi yang terjadi di vagina ini dibiarkan, bisa masuk sampai ke dalam rahim.

Alaminya susu

Untuk menjaga kebersihan dan mematikan bakteri jahat di dalam vagina memang tersedia produk pembersih daerah intim wanita. Dari sekian banyak merek yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar.

Pertama, yang berasal dari ekstrak daun sirih (piper betle L) yang sangat efektif sebagai antiseptik, membasmi jamur Candida Albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amir Syarif dari Fakultas Kedokteran Universitas

Page 2: Kesehatan Vagina

Indonesia, penggunaan daun sirih pada pengobatan keputihan, 90,0 persen pasien dinyatakan sembuh.

Sayangnya, jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasilus. Sehingga keseimbangan eksosistem menjadi terganggu.

Kedua, produk-produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan Povidone lodine. Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri. Efek samping produk yang mengandung bahan ini adalah dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat.

Ketiga, produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat. Laktoserum ini berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat, laktose serta nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan asam laktat berfungsi untuk menjaga tingkat pH di vagina.

Menurut dr. Junita Indarti, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RSCM, susu mengandung zat aktif yang bisa diekstrak menjadi asam laktat dan laktoserum, dan secara klinis terbukti mengurangi keluhan rasa gatal, rasa terbakar dan keputihan pada vagina.

\"Sebanyak 70 persen pasien yang datang berobat, keluhannya hanya seputar keputihan. Setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu, tingkat kesembuhannya mencapai 80 persen, hanya 5,4 persen yang mengalami efek samping berupa ruam kulit\" katanya menjelaskan.

Kombinasi asam laktat dan laktoserum sebagai pembersih organ kewanitaan bersifat alami karena tidak membunuh bakteri laktobasilus melainkan meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu produk yang pembersih wanita yang mengandung bahan ini adalah Lactacyd, yang saat ini sudah bisa dibeli di outlet toko obat.

Sebelum memutuskan memilih suatu produk, menurut Junita ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, antara lain apa saja keluhan yang dirasakan saat ini dan sebisa mungkin memilih produk yang isinya mengandung zat-zat yang baik. \"Untuk pemakaian jangka panjang sebaiknya memilih produk yang bisa memelihara ekosistem alami vagina. Produk yang mengandung pembunuh bakteri sebaiknya hanya digunakan untuk jangka pendek atau ketika ada masalah saja,\" tambah Junita.

Kebisaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan kita. Jika ekosistem vagina terjaga seimbang, otomatis kita akan merasa lebih bersih dan segar dan tentu saja lebih nyaman melakukan aktivitas sehari-hari.

[KCM]

Label: vagina. Dibaca: 25435 kali. Rating: ♥♥

Page 3: Kesehatan Vagina

Merawat Organ Reproduksi Cewek

Jumat, 21 September, 2001 oleh: Siswono

Merawat Organ Reproduksi CewekGizi.net - Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil.Tetapi, karena orangtua sering kali enggak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka.

1. Membersihkan daerah kewanitaanSecara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, apalagi buat kita-kita ini, yang tinggal di daerah tropis. Udara yang panas cenderung lembab sering bikin kita merasa gerah dan keringetan.Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama di bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, menimbulkan bau yang enggak sedap dan juga menimbulkan penyakit. Seperti yang diajarakan oleh nenek moyang kita, mandi dua kali sehari itu baik untuk kesehatan.

Untuk menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah secara teratur membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar, dan ketika mandi. Kalau kita alergi juga dengan sabun yang lembut sekalipun, cukup basuh dengan air hangat. Yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina. Bagian dalam vagina biasanya akan mampu menjaga kebersihannya sendiri.

Ingat, cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina. Gunakan air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi jangan terlalu panas karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina melepuh dan lecet. Setelah itu, sebelum pakai celana lagi, keringkan dulu menggunakan handuk atau tisu yang enggak berparfum.

Penggunaan deodoran, sabun antiseptik yang keras, atau cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau di daerah kewanitaan bukanlah tindakan yang bijaksana, bahkan malah bisa berbahaya untuk kesehatan.Kenapa?Pertama, pada vagina yang sehat, juga hidup berbagai bakteri dan organisma termasuk yang merugikan dan bisa menyebabkan vaginitis. Biasanya sih bakteri ini enggak bikin masalah karena masing-masing jumlahnya enggak banyak. Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia (douching) dan penggunaan deodoran dan farfum akan merusak kesimbangan yang ada sehingga akan memungkinkan terjadinya infeksi. Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap, Kalau ngalamin kejadian kayak gini, jangan segan-segan segera hubungi dokter untuk periksa.

Kedua, penting diketahui bahwa selalu akan ada bau khas yang muncul dari daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim memproduksi cairan. Cairan ini, yang

Page 4: Kesehatan Vagina

berwarna putih atau kekuningan, adalah sehat dan normal. Bau, rasa, dan tingkat kekentalan cairan ini bisa berubah-ubah seiring dengan siklus menstruasi kita.. Cairan ini juga akan berubah kalau ada sesuatu yang enggak beres.

Nah, penggunaan produk-produk wewangian selain bisa membuat iritasi dan alergi, juga akan membuat kita enggak bisa mengetahui bau normal dari vagina kita (karena tertutup oleh bau wangi yang ditimbulkan dari produk yang kita pakai). Padahal mengetahui kondisi normal organ kita itu penting sekali. Dari situ kita bisa mendeteksi secara dini kalau ada hal-hal yang enggak wajar dan mencurigakan. Makanya, kalau kita sudah hafal dengan bau, warna dan wujud cairan yang sehat, kita akan bisa mengenali perubahan yang terjadi apabila ada ketidakberesan.

Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian dalam, paling enggak sehari dua kali di saat mandi. Apalagi, kalau kamu cewek yang aktif secara fisik dan mudah berkeringat, Kalau kamu suka, kamu bisa menggunakan panty liners atau pembalut tipis sekali pakai untuk melapisi pakaian dalammu dan menjaga vaginamu dari kelembaban yang berlebihan. Begitu merasa lembab, itu aja yang diganti, jadi enggak perlu bawa-bawa celana dalam kotor ke mana-mana.

2. Menjaga kesehatan pada masa menstruasi

Pada saat menstruasi rasanya kita bete banget karena ribet. Tetapi, namanya juga cewek, menstruasi adalah hal yang normal yang harus kita jalani, karena pada saat itu rahim sedang meluruhkan lapisan dinding rahim yang berupa darah yang enggak dipakai karena enggak terjadi pembuahan.

Untuk menampung darah yang keluar itu cewek menggunakan pembalut wanita. Di pasaran bisa kita temui berbagai macam pembalut dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan. Terserah kita, mau pilih yang mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantung. Tetapi, yang penting adalah bahwa pembalut itu harus berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, enggak mengandung bahan yang bikin alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut, dan menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina.Cewek mengalami menstruasi rata-rata selama dua-tujuh hari. Masing-masing cewek punya pola sendiri-sendiri yang merupakan kondisi normal baginya. Kalau biasanya dia mens tiga hari, maka mens tujuh hari adalah enggak normal baginya. Sedangkan untuk mereka yang biasanya mens selama tujuh hari maka mens empat hari adalah engak normal buat dia. Kalau kalian mengalami hal ini, lihat ketidanormalan yang lain dan segera periksakan diri ke dokter.

3. Memilih pakaian dalam

Selain musti sering ganti secara teratur, kita juga perlu memilih pakaian dalam yang baik. Pakaian dalam (celana dalam dan BH) yang baik bukan berarti harus yang mahal dan bermerek. Bikin sendiri juga boleh kalau kamu bisa. Yang penting adalah bahan yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan alami (katun), sehinga dapat menyerap keringat, membiarkan kulit bernapas sehingga membuat kita merasa nyaman. Bahan sintetis seperti nilon akan membuat kita kegerahan dan mebuat vagina menjadi lembab. Hal ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk berkembang biak.

Ukuran celana dalam juga perlu jadi pertimbangan. Jangan pilih celana dalam yang

Page 5: Kesehatan Vagina

terlalu ketat karena selain gerah juga menyebabkan peredaran darah enggak lancar. Pilih aja yang ukurannya sesuai, enggak terlalu ketat, tetapi juga enggak kedodoran. (Malu kan kalau lagi nunggu bus mau berangkat sekolah terus celana dalamnya melorot? Bisa-bisa kamu ngetop sesaat!).

Untuk BH, sama saja, pilih yang terbuat dari bahan yang nyaman dan ukurannya sesuai dengan ukuran payudaramu. Orang yang payudaranya besar sering kali merasa lebih nyaman menggunakan BH yang ada kawatnya (wire bra), karena bisa menyangga payudara dengan lebih baik. Tetapi, ada juga yang enggak suka lapisan busa karena terlalu tebal dan bikin gerah. Semua terserah kamu, yang penting nyaman. Buat apa pake pakaian yang kelihatannya cantik, tetapi membuat kamu tersiksa? (Guntoro Utamadi, PKBI Pusat)

Sumber : Kompas, Jumat, 21 September 2001

Semua orang ingin sehat dan terlihat cantik. Merawat organ tubuh wajib jika menginginkan tubuh yang sehat. Begitu pula dengan organ kewanitaan, vagina. Semua wanita harus tahu bagaimana cara menjaga kesehatan vagina.

Vagina adalah salah satu sistem reproduksi wanita yang harus di rawat secara khusus. Area intim yang sehat dan wangi tak hanya membahagiakan pasangan, namun juga dapat mendongkrak rasa percaya pribadi yang bersangkutan.

Banyak cara dilakukan untuk membuat vagina tetap dalam kondisi prima. Ada yang melakukan ratus, mencuci dengan air sirih atau rajin membasuhnya dengan cairan antiseptik. Benarkah langkah itu?

Tunggu dulu. Teryata pemakaian air rebusan daun sirih atau cairan antiseptik untuk area intim perempuan tidak disarankan. Kenapa? Pasalnya keduanya bersifat bakterisid alias mematikan semua mikroba, tanpa memandang itu bakteri baik (flora normal vagina) atau bakteri patogen (bersifat merugikan). Jika hal ini berlangsung terus-menerus, bukan kondisi sehat yang didapatkan area intim kita, tapi malah sebaliknya, bisa terjadi infeksi. Ih, nggak mau kan?

Menurut Dr. Junita Indarti SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo/FKUI mengungkapkan infeksi vagina terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di area tersebut.

Ekosistem vagina sendiri, lanjut dr. Junita, adalah lingkaran kehidupan yang terdapat pada vagina, dipengaruhi oleh dua unsur utama yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus (bakteri baik). “Jika keseimbangan ekosistem ini terganggu, bakteri Lactobacillus akan mati dan bakteri patogen tumbuh. Mekanisme alami yang ada menjadi terganggu sehingga tubuh rentan terhadap infeksi,” ujar dr. Junita.

Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem vagina, yaitu kontrasepsi oral, penyakit diabetes mellitus (kencing manis), pemakaian antibiotik, darah haid, cairan mani,

Page 6: Kesehatan Vagina

penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan hormonal (pubertas, menopause atau kehamilan).

Maka, menjaga keseimbangan ekosistem vagina adalah cara paling alamiah dan efektif dalam merawat kesehatan vagina serta mencegah timbulnya infeksi. Bagaimana caranya? Sebaiknya Anda simak yang ini: Sebuah uji klinis yang dilakukan di poliklinik Sitologi RSCM membuktikan manfaat ekstrak susu bagi kesehatan vagina. Susu? Pernahkah hal itu terlintas di benak Anda?

Ternyata, susu mengandung zat aktif yang diesktrak menjadi asam laktat dan laktoserum yang secara klinis terbukti mengurangi keluhan gatal, rasa terbakar dan keputihan pada vagina. “Penelitian kami terhadap 71 kasus fluor albus (keputihan) dengan keluhan rasa gatal, terbakar dan keputihan menunjukkan pengurangan rasa gatal sebesar 86,1%, pengurangan rasa terbakar 87,5% dan pengurangan keputihan 81,1% setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu,” papar dr. Junita.

Dari hasil uji klinis disimpulkan bahwa asam laktat dan laktoserum bermanfaat mengurangi keluhan karena keputihan dan menghambat pertumbuhan jamur (kandida) dan dermatofit (kapang).

Jadi bagaimana agar mendapatkan ekstrak susu berupa asam laktat dan laktoserum, apakah harus melakukan fermentasi dulu? wah, tak perlu harus seribet itu. Kalau ingin hasil ‘jadi’ dan tinggal pakai sudah ada Lactacyd yang dijual bebas di pasaran.

Menurut dr. Diana Komara, Medical Advisor Lactacyd, cairan pembersih Lactacyd berbeda dengan pembersih kewanitaan yang selama ini ada, bukan pula antibiotik biasa, sehingga tidak membunuh flora normal vagina, melainkan justru meningkatkan pertumbuhannya karena menyediakan makanan bagi bakteri baik tersebut.

“Selain itu dengan menjaga tingkat keasaman normal pH 3,8-4,2, Lactacyd mencegah pertumbuhan organisme patogen yang dapat menyebabkan keluhan gatal dan bau tak sedap,” tandas dr. Diana. hanyawanita.com

Kesehatan Wanita :

Histerosalfingografi (HSG) Untuk Deteksi Gangguan Pada Rahim Wanita Cara Mengetahui Subur Tidaknya Seorang Wanita (bagian 2) Wanita Dengan Siklus Menstruasi Teratur Lebih Mudah Memiliki Keturunan Gejala Pra Menstruasi Syndrome (PMS) Cara Mengetahui Subur Tidaknya Seorang Wanita Beginilah Proses Kehamilan dan Kelahiran Terjadi Mengapa Keluar Darah Saat Menstruasi?

Page 7: Kesehatan Vagina

Menghitung Siklus Menstruasi Wanita

Semua orang ingin sehat dan terlihat cantik. Merawat organ tubuh wajib jika menginginkan tubuh yang sehat. Begitu pula dengan organ kewanitaan, vagina. Semua wanita harus tahu bagaimana cara menjaga kesehatan vagina.

Vagina adalah salah satu sistem reproduksi wanita yang harus di rawat secara khusus. Area intim yang sehat dan wangi tak hanya membahagiakan pasangan, namun juga dapat mendongkrak rasa percaya pribadi yang bersangkutan.

Banyak cara dilakukan untuk membuat vagina tetap dalam kondisi prima. Ada yang melakukan ratus, mencuci dengan air sirih atau rajin membasuhnya dengan cairan antiseptik. Benarkah langkah itu?

Tunggu dulu. Teryata pemakaian air rebusan daun sirih atau cairan antiseptik untuk area intim perempuan tidak disarankan. Kenapa? Pasalnya keduanya bersifat bakterisid alias mematikan semua mikroba, tanpa memandang itu bakteri baik (flora normal vagina) atau bakteri patogen (bersifat merugikan). Jika hal ini berlangsung terus-menerus, bukan kondisi sehat yang didapatkan area intim kita, tapi malah sebaliknya, bisa terjadi infeksi. Ih, nggak mau kan?

Menurut Dr. Junita Indarti SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo/FKUI mengungkapkan infeksi vagina terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di area tersebut.

Ekosistem vagina sendiri, lanjut dr. Junita, adalah lingkaran kehidupan yang terdapat pada vagina, dipengaruhi oleh dua unsur utama yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus (bakteri baik). “Jika keseimbangan ekosistem ini terganggu, bakteri Lactobacillus akan mati dan bakteri patogen tumbuh. Mekanisme alami yang ada menjadi terganggu sehingga tubuh rentan terhadap infeksi,” ujar dr. Junita.

Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem vagina, yaitu kontrasepsi oral, penyakit diabetes mellitus (kencing manis), pemakaian antibiotik, darah haid, cairan mani, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan hormonal (pubertas, menopause atau kehamilan).

Maka, menjaga keseimbangan ekosistem vagina adalah cara paling alamiah dan efektif dalam merawat kesehatan vagina serta mencegah timbulnya infeksi. Bagaimana caranya? Sebaiknya Anda simak yang ini: Sebuah uji klinis yang dilakukan di poliklinik Sitologi RSCM membuktikan manfaat ekstrak susu bagi kesehatan vagina. Susu? Pernahkah hal itu terlintas di benak Anda?

Ternyata, susu mengandung zat aktif yang diesktrak menjadi asam laktat dan laktoserum yang secara klinis terbukti mengurangi keluhan gatal, rasa terbakar dan keputihan pada vagina. “Penelitian kami terhadap 71 kasus fluor albus (keputihan) dengan keluhan rasa gatal, terbakar dan keputihan menunjukkan pengurangan rasa gatal sebesar 86,1%, pengurangan rasa terbakar

Page 8: Kesehatan Vagina

87,5% dan pengurangan keputihan 81,1% setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu,” papar dr. Junita.

Dari hasil uji klinis disimpulkan bahwa asam laktat dan laktoserum bermanfaat mengurangi keluhan karena keputihan dan menghambat pertumbuhan jamur (kandida) dan dermatofit (kapang).

Jadi bagaimana agar mendapatkan ekstrak susu berupa asam laktat dan laktoserum, apakah harus melakukan fermentasi dulu? wah, tak perlu harus seribet itu. Kalau ingin hasil ‘jadi’ dan tinggal pakai sudah ada Lactacyd yang dijual bebas di pasaran.

Menurut dr. Diana Komara, Medical Advisor Lactacyd, cairan pembersih Lactacyd berbeda dengan pembersih kewanitaan yang selama ini ada, bukan pula antibiotik biasa, sehingga tidak membunuh flora normal vagina, melainkan justru meningkatkan pertumbuhannya karena menyediakan makanan bagi bakteri baik tersebut.

“Selain itu dengan menjaga tingkat keasaman normal pH 3,8-4,2, Lactacyd mencegah pertumbuhan organisme patogen yang dapat menyebabkan keluhan gatal dan bau tak sedap,” tandas dr. Diana. hanyawanita.com

Kesehatan Wanita :

Histerosalfingografi (HSG) Untuk Deteksi Gangguan Pada Rahim Wanita Cara Mengetahui Subur Tidaknya Seorang Wanita (bagian 2) Wanita Dengan Siklus Menstruasi Teratur Lebih Mudah Memiliki Keturunan Gejala Pra Menstruasi Syndrome (PMS) Cara Mengetahui Subur Tidaknya Seorang Wanita Beginilah Proses Kehamilan dan Kelahiran Terjadi Mengapa Keluar Darah Saat Menstruasi? Menghitung Siklus Menstruasi Wanita

Di bagian pertama artikel cara mengetahui subur tidaknya seorang wanita, pemeriksaan dilakukan pada fungsi ovarium wanita, apakah normal atau tidak.

Pemeriksaan infertilitas wanita berlanjut ke normalitas fungsi organ sistem reproduksi wanita lainnya, yaitu tuba dan rahim. Kasus sumbatan tuba adalah gangguan yang sering menyebabkan infertilitas wanita.

Page 9: Kesehatan Vagina

Saat ini, para wanita infertil yang disebabkan oleh gangguan tuba tidak perlu lagi kuatir

karena teknologi kedokteran yang ada telah banyak memiliki pilihan terapi untuk mengatasi infertilitas yang disebabkan gangguan tuba.

Sama pentingnya dengan tuba, kesehatan rahim yang terganggu juga dapat menyebabkan infertilitas. Kelainan pada struktur rahim tertentu, yang pada umumnya adalah endometrium, dapat menjadi halangan bagi seorang wanita untuk hamil.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada tahap awal kehamilan, embrio akan melakukan implantasi pada endometrium dan terus berkembang selama 9 bulan masa kehamilan. Hal tersebut tidak mungkin terjadi apabila terdapat gangguan endometrium.

Pertanyaan selanjutnya yang mungkin ada di pikiran kita adalah “Bagaimana cara kita mengetahui ada atau tidaknya gangguan pada tuba dan rahim?”. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pemeriksaan khusus bernama Histerosalfingografi (HSG).

Pada wanita dengan siklus menstruasi 28 hari, sel telur yang mencapai kematangan sempurna akan dilepaskan pada hari ke-14.

Hal tersebut diartikan sebagai 14 hari sebelum hari ke-1 fase perdarahan dalam siklus menstruasi selanjutnya dan bukan 14 hari sesudah face perdarahan sebelumnya.

Pada wanita yang memiliki siklus menstruasi tidak sama dengan 28 hari, contoh 30 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke-16 setelah hari ke-1 fase perdarahan terakhir atau 14 hari sebelum hari ke-1 fase perdarahan selanjutnya.

Sebagai contoh apabila hari pertama dari haid terakhir seorang wanita adalah 1 Juli dan siklus wanita tersebut berlangsung setiap 30 hari, hari pertama haid berikutnya adalah tanggal 31 Juli. Dengan demikian ovulasi bagi wanita tersebut akan terjadi pada tanggal 17 Juli (14 hari sebelum haid berikutnya). Apabila siklus wanita tersebut berlangsung selama 28 hari, hari pertama haid berikutnya adalah tanggal 29 Juli dan  ovulasi terjadi pada tanggal 14 Juli.

Setelah dilepaskan ke lokasi pembuahan, sel telur akan bertahan selama 24-48 jam untuk dibuahi. Apabila tidak dibuahi oleh spermatozoa selama tenggang waktu tersebut, sel telur akan mengalami kematian sel (Apoptosis).

Tetapi meskipun demikian, estrogen dan progesteon akan terus dihasilkan hingga 14 hari setelah ovulasi terjadi. Pada akhir hari ke-28, produksi hormon-hormon penyokong

Page 10: Kesehatan Vagina

kehamilan dihentikan karena tidak terjadinya proses kehamilan. Akibatnya, terjadilah pendarahan dan proses menstruasi kembali berulang.

Apabila terjadi pembuahan sel telur oleh spermatozoa, sel embrio yang terbentuk akan memproduksi hormon yang akan merangsang proses produksi ekstrogen dan progesterone dengan demikian, estrogen dan progesteron yang bekerja secara sinergis untuk mempersiapkan dan mengelola kehamilan terus diproduksi.

Perbedaan pematangan sel telur dengan pematangan pada spermatozoa adalah jumlah sel telur matang yang dihasilkan dan siap untuk dibuahi pada tiap siklus ovulasi wanita hanya satu. Sedangkan, pada pematangan sel-sel pembentuk sperma menjadi permatozoa, jumlah spermatozoa yang mencapai kematangan sempurna adalah jutaan, meskipun yang berhasil membuahi biasanya hanya satu karena sel telur matang yang tersedia pun biasanya hanya satu.

Mengapa demikian? Alasan detail yang mendasari penjelesan ilmiah akan hal tersebut masih belum sepenuhnya terungkap. Hingga saat ini hanya diketahui bahwa setiap 1 sel pembentuk ovum yang menjalani oogenesis hanya akan membentuk 1 sel telur yang matang secara sempurna dan dikeluarkan pada fase ovulasi siklus menstruasi wanita. 3 sel hasil oogenesis lainnya merupakan sel-sel yang tidak mengalami kematangan sempurna sehingga tidak memiliki kapasitas untuk dibuahi spermatozoa dan membuat kehamilan.

Setiap sel pembentuk sperma yang mengalami spermatogenesis akan menghasilkan 4 spermatozoa yang mencapai kematangan sempurna (baca : Cara Kerja Sistem Reproduksi Pria). Selain itu, sel pembentuk sperma yang mengalami spermatogenesis juga berjumlah jutaan. Dengan demikian, spermatozoa matang yang dikeluarkan saat ejakulasi normal berjumlah lebih dari 40 juta spermatozoa.