10
IMPAKSI SERUMEN LAPORAN PENDAHULUAN Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing). Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau benda lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke dalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih

IMPAKSI SERUMEN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sekilas ttg impaksi serumen

Citation preview

Page 1: IMPAKSI SERUMEN

IMPAKSI SERUMEN

LAPORAN PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera

pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui

bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara

mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik

adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli

patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi

otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan

otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-

head and neck nursing).

Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau

benda lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke

dalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma

terhadap kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan

akhirnya dapat menyebabkan impaksi,otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan

kehilangan pendengaran.

Page 2: IMPAKSI SERUMEN

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan

serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu

(Mansjoer, Arif :1999)

Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga.

Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar

liang telinga. Alih-alih "sampah", serumen memiliki tugas cukup penting. Di

antaranya, menangkap debu, mikroorganisme, dan mencegahnya masuk ke struktur

telinga yang lebih dalam.Selain itu juga akan menonaktifkan kuman/bakteri,

menjaga kelembaban liang telinga,hingga menangkap serangga yang terperangkap

masuk ke lubang telinga.Beragam fungsi tersebut dimungkinkan karena kekhasan

sifatnya yang lengket,kental serta berbau yang khas.

Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau

benda lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke

dalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma

terhadap kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan

akhirnya dapat menyebabkan impaksi,otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan

kehilangan pendengaran.

Sejatinya, tanpa dikorek pun, tubuh punya mekanisme untuk mengeluarkan

substansi tersebut secara otomatis. Karena itu, sering terjadi kotoran tiba-tiba jatuh

Page 3: IMPAKSI SERUMEN

dari liang telinga. Kotoran tersebut akan terdorong ke luar, terutama ketika kita

membuka rahang lebar-lebar atau tidur miring, Tapi, ada kalanya serumen tak mau

keluar dan betah bersarang di liang telinga, terutama bila produksinya berlebih.

Bila itu terjadi, serumen terpaksa harus dikeluarkan secara manual supaya tidak

mengganggu pendengaran.

2.Etiologi

Adanya impaksi serumen dan benda asing diliang telinga, secara umum terdapat

beberapa faktor predisposisi, antara lain: dermatitis kronik pada telinga luar, liang

telinga sempit, produksi serumen terlalu banyak dan kental, benda asing diliang

telinga, terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek

telinga).

3.Patofisiologi

Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan

otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan

serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit

pendengaran. usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api,

jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa

menyebabkan infeksi. Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam

saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.

Page 4: IMPAKSI SERUMEN

4. Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinis yang sering dirasakan oleh penderita impaksi serumen adalah :

Penumpukan serumen.

Gatal, rasa nyeri, dan rasa penuh ditelinga.

Gangguan pendengaran (ditemukan dengan pemeriksan ketajaman pendengaran)

Telinga berdengung (tinitus)

Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)

5. Penatalaksanaan

Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan

gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang

serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan

menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi

perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi

tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan

akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan

menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak

digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada

kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.

Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga,

Page 5: IMPAKSI SERUMEN

antara lain:

Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator

(pelilit).

Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.

Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan

karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan

dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang

suhunya sesuai dengan suhu tubuh.

Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan

cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar

tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a) CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang

b) Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.

c) Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal

beberapa bulan setelah resolusi klinik

d) MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait

e) Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik

f) Ketajaman Auditorius.

Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan

mengkaji kemampuan pasien mendengarkan

Bisikan kata atau detakan jam tangan.

Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan

Page 6: IMPAKSI SERUMEN

ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang

satunya tak mendengar,

Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1

sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien

dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila

yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci

dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran

normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus

pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi

daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai

sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

g) Uji Weber

Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah

garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan

tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya

apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu

dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga

atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an

pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar

pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang

suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan

sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya

lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.

h) Uji Rinne

Page 7: IMPAKSI SERUMEN

Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang

mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara.

Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius

eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus

mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih

lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi

tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang

temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala

melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran

sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari

tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara

diterima seperti sangat jauh dan lemah.

Page 8: IMPAKSI SERUMEN