18
Cahaya Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Untuk sinetron dengan judul yang sama, lihat Cahaya (sinetron) . Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah gelombang yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang magnet akan mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat, gelombang listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas menunjukkan gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal. Gelombang elektromagnetik yang membentuk radiasi elektromagnetik. Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380– 750 nm. [1] Pada bidang fisika , cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2] [3] Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton . Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang- partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna . Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika , merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas , frekuensi atau panjang gelombang , polarisasi dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan

Cahaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cahaya

Cahaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari Untuk sinetron dengan judul yang sama, lihat Cahaya (sinetron).

Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah gelombang yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang magnet akan mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat, gelombang listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas menunjukkan gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.

Gelombang elektromagnetik yang membentuk radiasi elektromagnetik.

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3] Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E.

Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang.

Page 2: Cahaya

Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960. Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.

Sebuah studi tentang efek pembelokan cahaya selama studi difusi etanol dalam gel agarosa menggunakan holografik interferometri laser disajikan. Selain itu juga menunjukkan bagaimana fluks difusif bisa menimbulkan fluks konvektif dalam percobaan interferometri holografi laser. Perpindahan massa konvektif dan difusif juga secara teoritis dibandingkan di kedua fase cair dan fase gel untuk sistem-agarosa etanol digunakan.

Studi saat ini menunjukkan bahwa kesalahan karena defleksi cahaya dalam interferometri laser holografik sangat kecil dan dapat diabaikan. Hal ini juga menunjukkan pentingnya merancang percobaan difusi untuk menghindari konveksi alami. Dalam gel aliran konvektif dibatalkan oleh gaya gesek antara cairan dan jaringan polimer. Namun, dalam fase cair konveksi alami dapat terjadi meskipun perbedaan kepadatan di fase kecil.

Page 3: Cahaya

PEMBIASAN CAHAYA

Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.

1. Persamaan indeks bias mutlak

Page 4: Cahaya

2. Hukum Pembiasan Cahaya

Lensa adalah peralatan sangat penting dalam kehidupan manusia. Mikroskop menggunakan susunan lensa untuk melihat jasad-jasad renik yang tak terlihat oleh mata telanjang. Kamera menggunakan susunan lensa agar dapat merekam obyek dalam film. Teleskop juga memanfaatkan lensa untuk melihat bintang-bintang yang jaraknya jutaan tahun cahaya dari bumi.

Kuat lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk Lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karenanya kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus.

Rumus Kuat Lensa :

Pembentukan Bayangan Pada Lensa :

Lensa Gabungan :

PEMBIASAN CAHAYA

Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.

1. Persamaan indeks bias mutlak

2. Hukum Pembiasan Cahaya

Lensa adalah peralatan sangat penting dalam kehidupan manusia. Mikroskop menggunakan susunan lensa untuk melihat jasad-jasad renik yang tak terlihat oleh mata telanjang. Kamera menggunakan susunan lensa agar dapat merekam obyek dalam film. Teleskop juga memanfaatkan lensa untuk melihat bintang-bintang yang jaraknya jutaan tahun cahaya dari bumi.

Page 5: Cahaya

Kuat lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk Lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karenanya kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus.

Rumus Kuat Lensa :

Pembentukan Bayangan Pada Lensa :

Lensa Gabungan :

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA

ABSTRAK

Pada percobaan pemantulan dan pembiasan cahaya ini bertujuan untuk memahami pemantulan dan pembiasan pada : plan pararel , prisma segitiga dan prisma setengah lingkaran, menentukan nilai indeks biasdan pergeseran pada plan pararel,menentukan nilai indeks bias dan deviasi minimum pada prisma segitiga, memahami pemantulan internal.

Bila seberkas cahaya mengenai bidang batas antara dua medium transparan maka pada keadaan tertentu sebagian dari cahaya akan dipantulkan dan sebagian yang lain akan masuk ke medium yang kedua, di mana berkas cahaya tersebut akan dibelokan mendekati atau menjauhi garis normal. Fenomena pembelokan atau perubahan arah yang dialami berkas cahaya di medium yang kedua inilah yang disebut pembiasan cahaya.

Diperoleh besarnya indeks bias pada plan pararel dengan perhitungan 1, 453 dan dengan grafik 1, 478 , dimana berbeda dengan teori dimana indeks bias kaca 1,5. Sudut deviasi pada deviasi minimum pada prisma segitiga 42 o pada perhitungan sedangkan pada gambar 50 o. Sudut pantul pada prisma setengah lingkaran sama dengan sudut pantulnya sebesar 42 o.Key Word: Pemantulan dan Pembiasan

A. PENDAHULUANCahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Karena itu cahaya dapat

merambat baik melalui medium ataupun tanpa medium (vakum). Ilmu fisika yang mempelajari tentang cahaya disebut optika, yang dibagi menjadi dua : optika geometris dan optika fisis. Optika geometris mempelajari tentang pemantulan dan pembiasan , sedangkan optika fisis mempelajari tentang polarisasi, interferensi , dan difaraksi cahaya. Diketahui bahwa ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium (misalnya udara dan prisma), cahaya akan dibelokkkan .

Page 6: Cahaya

Peristiwa pembelokakan cahaya ketika mengenai pembatas medium inilah yang disebut pembiasan. Dan sebagian cahaya akan dipantulkan, cahaya yang dipantulkan akan memiliki sudut pantul yang sama dengan sudut sinar datangnya.

Berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengenai pembiasandan pe mantulan antara lain : Saat mencelupkan pensil pada air di gelas, pensil akan tampak patah dipermukaan air. Saat meliat kolam renang yang airnya tampak tenang maka akan terlihat dangkal pada dasar kolam. Peristiwa – peristiwa tersebut adalah salahsatu dari peristiwa pembiasan cahaya. Seperti pada balok kaca prisma merupakan benda bening yang terbuat dari kaca. Kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi). Dengan menggunakan prisma segitiga maka akan diperoleh sudut deviasi, sudut pantul dan sudut bias. Sedangkan dengan plan pararel akan diperoleh sudut bias dan jarak sinar bias terhadap sinar datang dan sudut pantulnya, serta yang terakhir menggunakan prisma setengah lingkaran menentukan sudut pantulnya.

B. TUJUAN1. Memahami pemantulan dan pembiasan pada: plan pararel, prisma segitiga dan

prisma setengah lingkaran.2. Menentukan nilai indeks biasdan pergeseran pada plan pararel.3. Menentukan nilai indeks bias dan deviasi minimum pada prisma segitiga.4. Memahami pemantulan internal.C. TINJAUAN PUSTAKA

PEMANTULANPemantulan cahaya terdiri dari dua jenis, yaitu pemantulan baur dan

pemantulan teratur. Pemantulan cahaya pada permukaan datar seperti cermin, atau permukaan air yang tenang, termasuk pemantulan teratur. Sedangkan pemantulan cahaya pada permukaan kasar seperti pakaian, kertas dan aspal jalan, termasuk dalam pemantulan baur.a. Pemantulan Teratur (Pada permukaan rata)

b. Pemantulan Baur (Pada permukaan tidak rata)Hukum Pemantulan cahaya dapat diilustrasikan dengan gambar berikut ini

:Berdasarkan gambar di atas, sinar yang menuju cermin ( P ), diketahui

sebagai sinar datang ( i ), sedangkan yang meninggalkan cermin ( Q )  diketahui sebagai sinar pantul ( r ).Pada titik dimana sinar mengenai cermin, sebuah garis dapat digambarkan tegak lurus terhadap permukaan cermin, garis ini diketahui sebagai garis normal. Garis normal membagi sudut antara sinar datang dan sudut sinar pantul menjadi dua sudut yang sama.Berdasarkan uraian di atas, maka hukum pemantulan cahaya dapat dinyatakan sebagai berikut :1. Sinar datang, sinar pantul, garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar.

2. Sudut  datang  =  sudut pantulJika seberkas cahaya mengenai sebuah cermin datar, maka cahaya tersebut akan dipantulkan secara teratur. Peristiwa pemantulan cahaya pada cermin datar dapat menyebabkan pembentukan bayangan benda di dalam cermin.

Page 7: Cahaya

Bayangan benda yang terbentuk pada cermin datar mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Bayangan bersifat maya  (tidak dapat ditangkap oleh layar)2. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya3. Bayangan sama besar dengan bendanya4. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.Perhatikan pembentukan bayangan pada cermin datar dalam gambar

berikut ini !Berdasarkan gambar di atas, bayangan benda pada cermin datar terbentuk

di belakang cermin dan tidak dapat dilalui atau dilewati oleh cahaya yang sesungguhnya sehingga bayangan tidak dapat ditangkap oleh layar. Bayangan benda yang seperti ini disebut bayangan maya.Jika sebuah benda ditempatkan di depan sebuah cermin datar, maka akan terbentuk sebuah bayangan yang sama besar di dalam cermin. Lalu bagaimana jika sebuah benda terletak didepan dua buah cermin datar yang mengapit sudut tertentu ?

Perhatikan gambar di bawah ini :

Sebuah obyek di depan dua cermin yang membentuk sudut 80, didapat jumlah bayangan sebanyak 4 buah. Dari  ilustrasi di atas maka, persamaan untuk menentukan jumlah bayangan yang dibentuk oleh dua buah cermin datar yang membentuk sudut tertentu sebagai berikut

PEMBIASANKaca plan pararel atau blok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang

kedua sisinya dibuat sejajarBerdasarkan gambar di atas, cahaya yang mengenai kaca planparalel akan

mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.

Pada saat sinar memasuki kaca :Sinar datang  ( i ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) 

maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ).Pada saat sinar keluar dari kaca:Sinar datang  ( i' ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) 

maka akan dibiaskan ( r' ) menjauhi  garis normal ( N )Selain itu, sinar yang keluar dari kaca palnparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula, dan besarnya pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :

Keterangan :d = tebal balok kaca, (cm)i = sudut datang, (°)r = sudut bias, (°)t = pergeseran cahaya, (cm)b. Prisma Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila

seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Kita dapatkan persamaan sudut puncak prisma,

Page 8: Cahaya

? = sudut puncak atau sudut pembias prismar1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prismai2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-udara

Secara otomatis persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari besarnya i2 bila besar sudut pembias prisma diketahui.

Persamaan sudut deviasi prisma : Keterangan :

D = sudut deviasi ; i1 = sudut datang pada bidang batas pertama r2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma ? = sudut puncak atau sudut pembias prismaHasilnya disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang pertama i1 :

dalam grafik terlihat devisiasi minimum terjadi saat i1 = r2 Persamaan deviasi minimum : a.  Bila sudut pembias lebih dari 15° Keterangan :

n1 = indeks bias medium n2 = indeks bias prisma Dm = deviasi minimum ? = sudut pembias prisma

b.  Bila sudut pembias kurang dari 15° Keterangan? = deviasi minimum untuk b = 15° n 2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium ? = sudut pembias

D. METODELOGIa. Alat dan Bahan Ø Blok Kaca:o Plan pararel                                                     1buaho Prisma Segitiga                                               1buaho Prisma Setengah Lingkaran                            1buahØ Laser pointer                                                               1buahØ Penggaris                                                                     1buahØ Busur derajad                                                              1buahØ Jarum pentul                                                                secukupnyaØ Bolpen warna                                                              3buahØ Alas steroform                                                                        1buahb. Cara Kerja1. Alat-alat percobaan disusun sesuai dengan gambar.2. HVS diletakkan dibawah blok yang beralaskan steroform.3. Keberadaan sinar pantul dan bias diamati pada tiap blok :ü Gambar 1 : Blok yang digunakan adalah plan pararel, kemudian dihitung nilai d

( jarak antara sinar pantul dan sinar bias) dan sudut bias dengan variasi sudut datang dari 10o – 80o.

ü Gambar 2 : Blok yang digunakan prisma segitiga, kemudian dihitung sudut bias dan sudut deviasi dengan 3 variasi sudut datang. Serta menetukan sudut internal/ sudut pantulnya.

Page 9: Cahaya

ü Gambar 3 : Blok yang digunakan adalah prisma setengah lingkaran, dihitung sudut internal/ sudut pantulnya.

4. Ketika percobaan digunakan jarum pentul untuk menandai sinar bias dan sinar pantul sehingga tidak bergeser.

5. Lukis setiap sinar datang,  sinar pantul dan sinar bias pada HVS yang digunakan sebagai media alas.

E. DATA PERCOBAAN a. Plan Parael:

Lebar ; 0,1m

 

NO Sudut Datang(?i) Sudut Bias (?r) Jarak (m)1 10 o 7 o 0,0082 20 o 13,5 o 0,0233 30 o 18 o 0,0264 40 o 25 o 0,0275 50 o 31 o 0,0356 60 o 35 o 0,0497 70 o 39 o 0,0668 80 o 42 o 0,073

b. Prisma SegitigaA (sudut prisma) = 90o

 

NO Sudut Datang(?i) Sudut Bias (?r) Sudut deviasi1 12 o 13 o 66 o 2 19 o 20 o 53 o 3 24 o 16 o 50 o

Sudut internal/ sudut pantul = 47o

c. Prisma Setengah LingkaranSudut internal/ sudut pantul = 42o

F. ANALISA DATA :Pada percobaan pemantulan dan pembiasan cahaya ini bertujuan untuk

memahami pemantulan dan pembiasan pada: plan pararel, prisma segitiga, dan prisma setengah lingkaran. Fungsi dari masing-masing alat pada percobaan ini antara lain:

§ Blok (plan pararel, prisma segitiga, dan prisma setengah lingkaran) sebagai bidang/ medium rapat.

§ Laser pointer sebagai sinar datang. § Busur derajad sebagai alat mengukur sudut.§ Jarum pentul untuk menandai sinar bias atau sinar pantul agar tidak bergeser.

Prinsip kerja dari percobaan ini adalah seberkas cahaya mengenai bidang batas antara dua medium transparan maka pada keadaan tertentu sebagian cahaya akan dipantulkan dan sebagian cahaya akan masuk ke medium kedua.

Percobaan pertama mengukur sudut bias dan jarak antara sinar datang dan sinar bias (d) pada blok plan pararel. Untuk lebih memudahkan mengukur agar

Page 10: Cahaya

blok tidak bergeser posisinya, blok plan pararel digambar pada HVS yang dipasang dibawah blok sesuai dengan pola blok serta garis normalnya. Sinar yang datang divariasi dengan 8 sudut variasi dari 10 o -80 o. Kemudian diamati jarak antara sinar datang dan sinar bias, kemudian diukur berapa jaraknya dengan menggunakan gambar berkas sinar. Selain dengan menghitung jarak melalui gambar berkas sinar, jarak dapa dihitung dengan persamaan:

Hasil yang diperoleh melalui perhitungan dan gambar berbeda, dikarenakan dalam melukis berkas sinar tidak teliti dan jarumpentul bergeser.

Ketika sinar datang divariasi 8 kali dihasilkan sudut bias yang sebanding dengan sudut datangnya, dimana sudut datang semakin besar maka sudut biasnya juga semakin besar pula. Kemudian mencari indeks bias pada plan pararel dengan menggunakan perhitungan grafik (sin i Vs sin r) dimana sumbu x adalah (sin r ) sudut bias dan sumbu y adalah (sin i) sudut datang. Sehingga diperoleh persamaan y = mx +c , m adalah gradien garis yaitu nilai indeks biasnya. Grafik yang terbentuk adalah grafik linier yang mana nilai sinus sudut dtang sebanding dengan sinus sudut biasnya.

Untukmencari nilai indeks bias dengan perhitungan menggunakan persamaan  snellius  :

Sehingga terdapat 8 indeks bias tiap sudut,kemudian didapat indeks bias rata-rata sebesar 1,453. Lalu dibandingkan dengan nilai indeks bias dengan menggunakan gradien persamaan grafik  y = 1,478x + 0,009. Sehingga indeks bias pada grafik 1,478. Indeks bias kaca secara teori 1,5 tetapi setelah dilakukan percobaan berbeda dengan teori baik dalam perhitungan dan persamaan grafik, ini disebabkan karena ketika melihat sudut bias kurang teliti dan ketika menandai sudut biasnya jarum pentul ditancapkan kurang tepat atau bergeser.

Pada percobaan kedua mengukur sudut bias, sudut deviasi, sudut pantul dan indeks bias pada prisma segitiga. Sudut sinar datang divariasi tiga kali yaitu 12, o 19 o, dan 24 o. Sudut deviasi pada gambar diperoleh hasil 66 o, 53 o, dan 50 o. Sedangkan ketika dilakukan perhitungan dengan persamaan:

Diproleh hasil sudut deviasinya 66 o, 52 o,dan 42 o. Terlihat jika gambar dan perhitungan berbeda, ini disebabkan karena kurang teliti ketika mengamati sinar bias dan saat menandai sinar bias jarum pentul tergeser.Sedangkan indeks bias dihitung dengan menggunakan persamaan :

Didapat indeks bias sebesar 0,294.Ketika sinar datang dipantulkan dan membentuk sudut pantul, sudut pantul besarnya sama dengan sudut datangnya sebesar 47 o. Sesuai dengan teori jika sinar yang terpatulkan memiliki sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya.

Pada percobaan yang terakhir menggunakan prisma setengah lingkaran, pada prisma ini hanya mencari sudut pantul, apakah sama dengan sudut datangnya. Kemudian ketika dilakukan percobaan sudut datang sebesar 42o, dann ketika sinar dipantulkan membentuk sudut yang sama pula. Sehingga pada percobban ini sesuai dengan teori dimana sinar yang dipantulkan memiliki sudut datng yang sama dengan sudut pantulnya.

G. KESIMPULAN1. Plan Pararel :

 

NO n (indeks bias) d (pergeseran)

Page 11: Cahaya

meter1 1,42 0,0052 1,106 0,0123 1,618 0,0224 1,521 0,0295 1,487 0,0386 1,509 0,0527 1,493 0,0668 1,472 0,082

2. Prisma Segitiga:Sudut deviasi pada perhitungan:                    Sudut deviasi pada gambar:

1. ?1 = 66 o 1. ? 1 = 66 o

2. ?2 = 52 o 2. ? 2 = 53 o

3. ?3 = 42 o 3. ? 3 = 50 o

?min = 42 o ?min = 50 o

Indeks bias = 0,294Sudut internal/ sudut pantul = 47o

3. Prisma Setengah Lingkaran :

Sudut internal/ sudut pantul = 42o

4. Pemantulan adalah seberkas cahaya mengenai permukaan bidang datar yang rata dimana sudut datang sama dengan sudut pantulnya.Pembiasan adalah pembelokkan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya.

1. LAMPIRAN· Perhitungan· Grafik· Gambar2. DAFTAR PUSTAKA

Giancoli Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga : JakartaHidayat, Lirik. 2004. Kamus Fisika Bergambar . Bandung: Pakar RayaSutrisno. 1994. Fisika Dasar Gelombang dan Optik . Bandung : ITB Anonim . 2011. Pemantulan Cahaya. http://fisikasemesta.blogspot.com/2011/03/pemantulan-cahaya.htmlAnonim. 2011. Pembiasan Cahaya. http://fisikasemesta.blogspot.com/2011/04/pembiasan-cahaya.html

Page 12: Cahaya

  BAB IIIPROSEDUR PERCOBAAN3.1 .D iag ram Alu r Pe rcobaan* Praktikum Fisika.42STARTALAT DAN BAHANPERSIAPAN PERCOBAANLANGKAH KERJAPERCOBAANANALISA PERCOBAANEND

  3.2.Alat dan Bahan yang Digunakan.1 . K i t o p i t 2 . L e n s a C e m b u n g 3 . P e n y e t e l L e n s a 4 . L i l i n3 .3 .Pe r s i apan Pe rcobaanSetelah seluruh alat dan bahan disiapkan sesuai daftar di atas, maka :1.Rakitlah alat sesuai gambar 1.Gambar. 12 .Pasang l ah l aya r d ibe l akang l ensa kemud ian a r ahkan ke j ende l a .3 .A tu r l aya r s eh ingga d ipe ro l eh bayangan yang pa l i ng j e l a s d i l aya r   sebagai titik fokus.4 . U l a n g i l a n g k a h 2 d a n 3 s e b a n y a k 3 k a l i p e r c o b a a n .3.4. Langkah-langkah Percobaan1 .Rak i t l ah a l a t s e sua i gamba r. 2 . P a s a n g l a h l a y a r , l e n s a k e m u d i a n l i l i n , a t u r j a r a k b e n d a k e l e n s a dengan mengunakan titik fokus sebagai S (jarak benda).3 .A tu r l aya r s eh ingga d ipe ro l eh bayangan yang pa l i ng j e l a s d i l aya r   sebagai jarak bayangan (S’).* Praktikum Fisika.43

  3.5. Hasil Pengamatan.1. Menemukan titik fokus.  N o . T i t i k f o k u s ( c m ) 1.2.3.109202. Menemukan jarak bayangan benda. No.P e r c o b a a n R . I P e r c o b a a n R . I I P e r c o b a a n R . I II S S ’S S ’S S ’1.2.3.4.--------14171819312321202426283016,51614,814,53 . G a m b a r

Page 13: Cahaya

b a y a n g a n b e s e r t a s i f a t n y a . R.IR II R III f R IV2f Lilin f 2f Lensa Nyataterbalik di perbesar * Praktikum Fisika.44

Pengertian Difraksi

Jika sebuah gelombang permukaan air tiba pada suatu celah sempit, maka gelombang ini akan mengalami lenturan/pembelokan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah lingkaran