Bab II - Irbang II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

irigasi2

Citation preview

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN BAB II PERENCANAAN PENDAHULUAN

28

1. Pendahuluan Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa alternatif lokasi. Dari beberapa pengalaman dalam memilihan lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun.(Erman Mawardi, 2002). 2. Pemilihan Lokasi bendung dalam perencanaan bendung. Pemilihan lokasi bendung, merupakan awal karena bertolak dari pemilihan lokasi bendung inilah perencanaan jaringan irigasi akan dilakukan. Setelah lokasi bendung ditetapkan, beberapa penyelidikan yang mengikutinya seperti pemetaan sungai dan bendung, penyelidikan geologi teknik serta penyelidikan model hidrolis ( kalau diperlukan ). Tidak mustahil setelah dilakukan penyelidikan selanjutnya lokasi bendung tersebut masih harus dipindah lagi, mengingat : Ada areal sawah yang belum terjangkau. Kondisi geologis pada lokasi bendung tidak memungkinkan. Bentuk alur sungai yang kurang cocok dan sebagainya.

Kalau penyelidikan berikutnya mendukung penempatan bendung yang diambil, maka perencanaan bendung dapat dilakukan. Perencanaan itu mencakup perencanaan hidrolis maupun perencanaan konstruksi bendung. Kriteria umum pemilihan lokasi bendung menurut Direktorat Irigasi Ditjen Pengairan adalah : a) Bendung akan dibangun di ruas sungai yang stabil dengan lebar yang hampir sama dengan lebar normal sungai; jika sungai mengangkut terutama sedimen halus, maka pengambilan harus dibuat diujung tikungan luar yang stabil; jika sungai mengangkut terutama bongkah dan kerikil, maka bendung sebaiknya dibangun di ruas lurus sungai. b) Sawah tertinggi yang akan diairi dan lokasinya.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

29

c) Lokasi bendung harus sedemikian rupa sehingga trase saluran primer bisa dibuat sederhana dan ekonomis. d) Beda tinggi energi diatas bendung dibatasi sampai 6 meter. e) Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan, bilamana perlu. f) Topografi pada lokasi bendung yang diusulkan; lebar sungai. g) Kondisi geologi dari subbase untuk keperluan pondasi. h) Metoda pelaksanaan ( diluar sungai atau di sungai ). i) Angkutan sedimen oleh sungai. j) Panjang dan tinggi tanggul banjir. k) Mudah dicapai. 3. Penentuan ketinggian mercu bendung berdasar ketinggian sawah tertinggi. Bendung irigasi dibangun untuk mengairi sawah yang termasuk dalam wilayah pelayanannya. Agar semua sawah dapat terairi, maka yang menjadi pedoman adalah sawah tertinggi. Kalau yang tertinggi sudah terairi, maka yang lain juga akan terairi. Namun air yang diambil dari bendung, dalam perjalanannya ke sawah tertinggi tersebut akan mengalami kehilangan tinggi. Kehilangan tinggi tersebut antara lain karena: 1). Kehilangan tinggi di saluran. Kehilangan tinggi disaluran ini diperhitungkan baik pada saluran induk, saluran sekunder maupun saluran tersier. Besarnya kehilangan adalah panjang saluran dikalikan kemiringan memanjang saluran. Pada perencanaan awal kemiringan memanjang saluran sering diperkirakan sebesar 0,00025 atau beda tinggi 0,25 m untuk setiap km saluran. 2). Kehilangan tinggi pada bangunan sadap dan bagi. Kehilangan tinggi pada bangunan terjadi mulai pada bangunan sadap, dimana saluran tersier menyadap air dari saluran sekunder atau saluran induk. Pada bangunan ini kehilangan tinggi terjadi pada pintu tersier, akibat perbedaan tinggi muka air sebelum dan sesudah pintu. Perbedaan tinggi ini yang menghasilkan terjadinya aliran melalui pintu sesuai dengan persamaan : V =(2g h)

, dimana h adalah perbedaan tinggi muka air

di hulu dan di hilir pintu. Sedangkan besarnya debit yang dapat dialirkan oleh pintu adalah: Q = b . h . V, dimana b adalah lebar pintu dan h adalah kedalaman air dipintu. Debit yang harus dialirkan pintu sadap tersier tergantung dengan luas petak tersier yang harus dilayani, sehingga besarnya debit ini sudah tertentu pada saat perencanaan. Dengan demikian besarnya kehilangan tinggi tergantung dari lebarnya pintu. Semakin lebar pintu

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

30

kehilangan tinggi muka air semakin kecil. Dalam perencanaan awal kehilangan tinggi pada pintu sadap ini diambil antara 0,05 m sampai 0,10 meter. Sedangkan kehilangan tinggi pada bangunan bagi, prinsipnya sama. Karena debit yang dialirkan oleh saluran sekunder atau primer jauh lebih besar dibanding dengan pada saluran tersier, maka kehilangan tinggi pada bangunan bagi ini juga lebih besar. Dalam perencanaan awal umumnya diambil nilai antara 0,10 sampai 0,25 meter. 3). Kehilangan tinggi pada bangunan ukur. Kehilangan tinggi pada bangunan ukur, tergantung dari jenis bangunannya. Untuk pintu ukur ambang lebar dan pintu ukur yang serupa, mempunyai kehilangan tinggi yang cukup besar karena aliran pada bangunan ukur jenis ini harus melimpah sempurna. Sedangkan pintu ukur Parshall Flume, mempunyai kehilangan tinggi yang cukup kecil. 4. Penentuan ketinggian mercu berdasar pembilasan sedimen. Pada bendung yang dilengkapi kantong lumpur/pasir, ketinggian mercu harus pula ditinjau terhadap ketinggian yang diperlukan untuk membilas sedimen pada kantong lumpur/pasir. Pada saat pembilasan kantong lumpur/pasir, diperlukan aliran yang cukup deras agar dapat menghanyutkan endapan lumpur/pasir ke sungai. Untuk mendapatkan aliran yang cukup deras ini, diperlukan kemiringan memanjang dasar saluran yang cukup tinggi dengan memperhatikan ketinggian muka air sungai yang ada pada saat pembilasan. Pada daerah yang datar, tidak mustahil ketinggian mercu lebih ditentukan oleh ketinggian yang diperlukan untuk pembilasan daripada oleh ketinggian sawah tertinggi. Selain untuk pembilasan kantong lumpur/pasir, perlu ditinjau juga ketinggian yang diperlukan untuk pembilasan pada under sluice, kalau bendung dilengkapi undersluice. Muka air sungai di hilir undersluice, sebaiknya tidak menghambat aliran air yang keluar undersluice. Kalau ini memang terjadi, maka diperlukan tinggi muka air dihulu bendung yang cukup menghasilkan kecepatan yang diperlukan pada undersluice. Ini berarti bahwa tinggi mercu harus dinaikkan. 5. Penentuan lokasi bendung berdasar kondisi aliran sungai. Penentuan lokasi bendung berdasar kondisi aliran sungai ditinjau terhadap : 1. Alur sungai. Keadaan alur sungai terutama lika-likunya harus diperhatikan dalam penempatan/pemilihan lokasi bendung. Pada tikungan sungai yang membawa sedimen, sedimentasi terjadi pada tikungan dalam dan erosi pada tikungan luar. Karena itu bagian yang

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

31

dalam adalah pada tikungan luar dan penempatan bendung diupayakan sehingga pengambilan terletak pada tikungan luar. Untuk bendung yang memiliki dua pintu pengambilan di kiri dan kanan bendung, penempatan bendung pada sungai seperti ini, semua pengambilan hendaknya digabung menjadi satu untuk ditempatkan di ujung tikungan luar sungai. Untuk membawa air irigasi kesisi lain, dapat dilewatkan melalui pilar bilas atau melalui gorong-gorong yang ditempatkan pada tubuh bendung. Dapat juga dilewatkan melalui sipon atau talang yang dibangun pada sungai di bagian hilir bendung. Untuk bendung di letakkan pada bagian hulu sungai yang banyak membawa batu-batu besar, maka penempatan bendung sebaiknya diletakkan pada bagian sungai yang lurus. Begitu pula untuk bendung yang mempunyai dua pintu pengambilan, bendung hanya bisa diletakkan pada sungai yang lurus dengan pengambilan dikedua sisi tanggul sungai. Pada sungai seperti ini, penempatan bendung dengan pintu pengambilan pada tikungan luar memberi kemungkinan terendapnya batu-batu besar pada pintu pengambilan. Selain itu, penempatan bendung pada sungai yang berbelok juga dapat ditempatkan pada sudetan/coupure sungai. Penempatan bendung yang dulu dikenal hanya di palung sungai, kini telah berkembang untuk ditempatkan di sudetan sungai (Gbr. 2.1). Berpuluh-pulh bendung ditempatkan disudetan sungai sejak tahun 1970-an, sehingga dperoleh pengalaman dan diketahui untung dan ruginya. Sudetan sungai yaitu saluran yang dibuat untuk memindahkan aliran sungai dari palung aslinya. (Erman Mawardi, 2002)

Tanggul penutup Belokan sungai Alur sungai

Bendung Intake Sudetan sungai

Gambar 2.1. Bendung di sudetan.

Penempatan bendung pada sudetan (coupure) memberi keuntungan sebagai berikut :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

32

a) Pada saat pembangunan bendung, pekerjaan konstruksi tidak terganggu air karena dilakukan pada tempat yang kering. b) Tidak perlu membuat saluran pengelak untuk menyalurkan air sementara. c) Ketinggian dasar terusan di bagian hulu dapat diambil lebih tinggi dari dasar sungai yang ada, walaupun ketinggian dasar sungai di sebelah hilir harus tetap sama dengan ketinggian dasar sungai. d) Memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai, dan tidak perlu terburuburu karena gangguan musim. e) Arah aliran menuju bendung dan ke hilirnya akan lebih baik. f) Untuk mendapatkan tanah pondasi yang lebih baik. g) Penempatan lokasi intake, kantong sedimen dan sauran akan lebih baik. h) Dapat terhindar dari masalah sedimen sungai. Sedangkan kerugian penempatan bendung pada sudetan/coupure, adalah : a) Diperlukan tanggul penutup untuk menutup sungai lama. Penutupan ini harus dilakukan dengan baik, kalau tidak akan menimbulkan masalah rembesan atau keruntuhan. Karena tanggul ini menutup palung sungai, maka ketinggian tanggul menjadi cukup tinggi, sehingga volume tanggul menjadi cukup besar. b) Biaya penutupan sungai seringkali cukup mahal, kalau volume tanggul cukup besar atau kalau penutupan tersebut memerlukan konstruksi khusus. c) Adakalanya perlu penyebaran saluran induk di atas palung sungai asli. Penempatan bendung langsung di palung sungai akan sebaliknya dari hal di atas; yaitu pelaksanaan kegiatan akan terganggu oleh musim banjir, perlu pengerjaan pengeringan yang berat, dan perlu perlengkapan bendung untuk memeratakan aliran menuju bendung seperti pengarah arus dan sebagainya. Tetapi tidak diperlukan tanggul penutup sungai, dan aliran induk akan berada di tanah asli, tidak di atas tanggul penutup sungai. 2. Potongan memanjang sungai. Data pengukuran untuk potongan memanjang sungai diperlukan minimal 500 meter kehulu dan 500 meter kehilir. Dari bentuk potongan memanjang sungai perlu dipelajari kemungkinan terjadinya degradasi atau penurunan dasar sungai. Kalau hal ini diperkirakan terjadi, ketinggian kolam olakan diperhitungkan terhadap kemungkinan terjadinya penurunan ini. Berdasar potongan memanjang sungai ini, sebaiknya penempatan bendung dilakukan sehingga kolam olakan terletak pada bagian sungai yang dalam ( palung sungai ). Selain itu

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

33

potongan memanjang sungai ini perlu diperhatikan, kalau pada saat pemilihan lokasi bendung dilakukan penggeseran kehulu atau kehilir. 3. Tinggi tanggul penutup. Tanggul penutup yang cukup tinggi akan membawa konsekwensi volume tanggul yang cukup besar serta rawannya stabilitas tanggul. Keduanya akan membawa resiko biaya yang cukup tinggi. Karena itu pemilihan lokasi bendung harus diupayakan agar tanggul penutup yang diperlukan serendah mungkin. Tanggul penutup tersebut, selain untuk menutup sungai asal ( untuk bendung yang dibangun pada sudetan ), juga untuk tanggul penutup dikiri kanan bendung untuk menahan air sewaktu banjir. Untuk mengurangi ketinggian tanggul, maka lokasi bendung harus digeser kehulu. Namun penggeseran ini harus ditinjau kembali : potongan memanjang sungai, ketinggian mercu bendung. Selain itu perlu diingat bahwa semakin kehulu lokasi bendung, semakin kecil luas cacthment yang berarti semakin kecil pula debit yang tersedia di sungai. 4. Kedaan geologi teknik dasar sungai. Keadaan geologi dasar sungai yang mempengaruhi pemilihan lokasi bendung adalah : a) Jenis batuan pada dasar sungai. Lebih baik dipilih lokasi bendung dimana dasar sungainya terdiri dari batuan yang kompak dan keras, perlu dihindari lapisan pasir/poreus. b) Adanya patahan/sesar. Adanya patahan/sesar akan mempengaruhi kestabilan bendung, karena kemungkinan terjadi longsor cukup besar. c) Lipatan anti klinal yang mempunyai lapisan poreus Dengan adanya lipatan anti klinal yang mempunyai lapisan poreus ini, kemungkinan terjadi rembesan yang besar menjadi sangat mungkin. 5. Anak sungai. Idealnya kedudukan bendung berada dihilir anak sungai, sehingga debit sungai pada bagian tersebut lebih besar dibanding dengan dihulunya. Juga hal tersebut untuk menghindari pembuatan talang yang diperlukan untuk menyeberangi sungai tersebut. 6. Peluapan banjir. Pemilihan lokasi bendung juga perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan peluapan banjir antara lain : a) Kedudukan tanggul banjir dan daerah genangan.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

34

Pemilihan lokasi bendung harus memberikan kedudukan yang baik bagi tanggul banjir. Tanggul tersebut harus diupayakan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu panjang dan pada tanah yang cukup kuat. Begitu juga daerah genangan yang akan terjadi tidak menggenangi perkampungan, lahan pertanian yang produktif, jalan raya serta kawasan yang tidak boleh tergenang. b) Elevasi muka air banjir. Elevasi muka air banjir dijaga agar lebih rendah dari elevasi permukiman atau kawasan lain yang tidak boleh tergenang di bagian hulunya. Kalau elevasi ini ternyata lebih tinggi, maka mercu bendung perlu diperlebar agar muka air banjir dapat diturunkan. Kalau hal ini tidak memungkinkan karena kondisi sungai, maka perlu dipertimbangkan menggunakan bendung gerak. 6. Penentuan lokasi bendung dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi. Dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi, kedudukan kantong lumpur/pasir, perlu mendapat perhatian. Hal ini mengingat bahwa kantong lumpur itu lebih lebar dari saluran biasa sehingga lebih mengambil ruangan dibanding dengan saluran biasa. Seringkali mencari tempat yang datar untuk kantong lumpur/pasir ini menjadi kesulitan. Selain itu kedudukan saluran pembilas kantong lumpur ini juga harus diperhatikan agar pembilasan yang akan dilakukan dapat terlaksana dengan baik, mengingat kemiringan saluran pembilas ini umumnya cukup besar. Selain itu kedudukan saluran pembawa juga perlu diperhatikan. Pada daerah yang curam dan berbatu, penempatan saluran ini akan menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya. Apalagi saluran induk pembawa itu dilengkapi dengan jalan inspeksi, sehingga cukup lebar dan memerlukan ruangan yang lebih besar. Tidak mustahil rencana lokasi bendung terpaksa dipindahkan karena kesulitan menempatkan kantong lumpur/pasir atau penempatan saluran induk pembawa. 7. Contoh Penentuan Lokasi Bendung Batang Hari di Sumatera Barat. Untuk mengairi irigasi yang luasnya 20.000 ha termasuk areal yang selama ini diairi melalui pompa dan beberapa bendung kecil, dilakukan investigasi dan perencanaan serta desain untuk membangun bendung di sungai Batang Hari (Lihat gambar 2.2). sebagai tahap awal dilakukan Feasibility Study, yang antara lain menetapkan lokasi desain yang sudah ada pada 4,0 km dari hulu jembatan Sungai Daerah. Pada saat perencanaan ini ditinjau kembali dan ditingkatkan karena desain bendung tersebut merupakan bendung urugan yang tinggi, yang setelah dihitung biayanya ternyata cukup mahal.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

35

Dari hasil kajian, diputuskan bahwa desain bendung ini tidak memenuhi syarat baik dari sudut teknik, maupun ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu diadakan investigasi kembali untuk mencari lokasi bendung yang lebih baik, dengan berpedoman, pintu pengambilan harus terletak di sisi kanan sungai karena areal yang akan diairi terletak di sebelah kanan sungai. Dengan mempertimbangkan syarat-syarat teknis dalam penentuan bendung, dari sebelas (11) yang ditawarkan (gambar 2.3), enam (6) diantaranya diabaikan, sebab setelah dilakukan pra-rencana, volume galian ternyata sangat tinggi karena terletak pada alur sungai yang bertebing curam. Setelah dikaji lebih lanjut, terdapat 3 lokasi yang akan diteliti lebih mendalam, masing-masing adalah: Lokasi nomor 0, terletak 20,6 km dari jembatan Sungai Daerah Lokai nomor 7, terletak 12,1 km dari jembatan yang sama Lokai nomor 10, terletak 4,0 km dari jembatan yang sama 7.1. Cara penentuan lokasi Untuk memilih lokasi yang tepat, digunakan criteria teknik sebagai berikut: Kriteria pemilihan lokasi 1) Lokasi terhilir dalam penentuan lokasi bendung terbatas pada lokasi No. 10, lebih ke hilir tidak memungkinkan, karena elevasi dasar sungai terlalu rendah sehingga dibutuhkan bendungan yang tinggi; 2) Pintu pengambilan diletakan di tebing kanan sungai, karena areal yang akan diairi terletak di sebelah kanan sungai dan saluran penghubung juga berada di sana; 3) Bendung sedapat mungkin dibangun pada sudetan (coupure) di sebelah kanan sungai. Atau pada bantaran sungai dengan menggali saluran pengelak di sebelah kanan sungai, tergantung dari kondisi topografi; 4) Lokasi paling hulu ditetapkan pada lokasi no.0 terletak pada 21 km dari jembatan sungai Daerah, tetapi dengan pertimbangan biaya yang sangat tinggi operasi dan pemeliharaan saluran penghubung yang membawa air irigasi; 5) Tidak terdapat lokasi untuk membangun pengambilan bebas yang memenuhi elevasi muka air untuk mengairi 20.000 ha sawah; 6) Lokasi bendung harus terletak pada tempat yang memenuhi syarat geoteknik, lapisan top soil tipis, bearing capacity cukup, permeability kecil, dan terdapat batuan keras dan lain-lain; dan 7) Lokasi bendung memenuhi syarat teknik lainnya.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

36

Dengan selesainya desain permulaan keenam bendung di atas, maka ditetapkan batasan untuk menentukan lokasi dan detail desain yang tepat: 1. Desain bendung, bendung dan tanggul penutup harus sesuai dengan ICOLD dan keamanan bendungan di Indonesia; 2. Bendungan atau bendung yang didesain harus tidak menyebabkan dampak negatif pada lingkungan alam dan social seperti genangan di hulu, genangan pada perumahan dan lahan pertanian, penurunan atau kenaikan dasar sungai di hulu maupun hilir, migrasi ikan terhalang dan lain-lain; 3. Lokasi dan desain bendung dipilih yang memberikan harga paling murah setelah mempertimbangkan total biaya bendung dan fasilitas lainnya yang terkait, saluran penghubung meliputi biaya pembangunan, kompensasi lahan yang terpakai dan tergenang, biaya operasi dan pemeliharaan.

Gambar 2.2. Lokasi areal yang akan diairi.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

37

Gambar 2.3. Peta situasi lokasi bendung.

Gambar 2.4. Perbandingan biaya enam bendung pada tiga lokasi.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

38

8. Kelengkapan Utama Bendung. Dalam perencanaan pendahuluan bendung, perlu ditentukan kelengkapan bendung atau bagian-bagian bendung yang harus dipasang agar dapat memenuhi persyaratan : fungsi atau kegunaan, keamanan terhadap aliran dan faktor pondasi, operasi dan pemeliharaannya. Bagian-bagian bendung berikut fungsi dan persyaratannya adalah sebagai berikut : a. Tubuh bendung. Tubuh bendung ini berfungsi untuk menaikkan air. Semakin tinggi kenaikan muka air yang direncanakan, semakin tinggi pula tubuh bendung. Karena fungsinya ini tubuh bendung ini harus mampu menahan gaya-gaya yang bekerja, baik akibat kenaikan muka air maupun akibat sampingannya. Gaya-gaya tersebut antara lain : a) Tekanan air diudik bendung. b) Tekanan air dihilir bendung. c) Gaya tekan keatas akibat air yang berada pada pondasi bendung. d) Gaya akibat gempa. e) Gaya tekanan lumpur. Gaya-gaya tersebut mempunyai titik tangkap yang berbeda-beda dan akhirnya gayagaya tersebut akan menghasilkan suatu momen yang dapat menggulingkan tubuh bendung. Momen ini dilawan oleh momen perlawanan yang terjadi akibat berat sendiri tubuh bendung. Momen perlawanan ini harus lebih besar dari momen yang menggulingkan. Perbandingan antara momen perlawanan dengan momen guling disebut faktor keamanan. Semakin besar faktor keamanan, semakin stabil bendung tersebut. Selain itu berat sendiri berikut gaya-gaya yang bekerja padanya, harus mampu dipikul oleh daya dukung tanah pondasi. b. Mercu bendung. Mercu bendung ini merupakan bagian dari tubuh bendung, yang merupakan batas tinggi muka air normal. Kalau muka air dihulu melebihi tinggi muka air normal, maka air akan melimpah melalui mercu. Jadi fungsi mercu ini adalah melimpahkan air yang ketinggiannya melebihi muka air normal. Air yang melimpah diatas mercu ini mempunyai kecepatan yang cukup tinggi. Bahaya yang terjadi akibat aliran yang tinggi adalah bahaya kavitasi atau timbulnya tekanan air yang negatif. Kalau tekanan negatif ini cukup tinggi, maka dapat merusak mercu dan tubuh bendung karena tekanan negatif tersebut akan mampu menghisap keluar pasangan batu yang membentuk tubuh bendung. Untuk mengurangi bahaya ini maka bentuk mercu harus direncanakan dengan baik.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

39

c. Kolam olakan. Kolam olakan dipasang dikaki bagian hilir tubuh bendung. Fungsi kolam olakan ini adalah untuk meredam aliran dari mercu yang mempunyai kecepatan yang tinggi, agar tidak terjadi penggerusan dikaki bendung. Kolam olakan ini harus mampu merubah aliran dari mercu yang tergolong superkritis menjadi aliran subkritis, baik dengan prinsip air loncat maupun dengan memasang penghalang-penghalang. Bentuk kolam olakan harus memperhatikan pula kondisi aliran, terutama sedimen yang dibawanya. Kalau sedimen yang terbawa berukuran besar, penggunaan penghalang perlu dihindari. d. Pencegah bahaya rembesan dibawah bendung. Untuk mencegah terjadinya rembesan melalui bawah tubuh bendung, konstruksi yang biasanya digunakan antara lain dengan membuat lantai udik atau turap di depan bendung ( cut off wall ). Rembesan melalui bawah bendung akan terjadi kalau tekanan air akibat perbedaan tinggi muka air antara dihulu dan dihilir bendung tidak dapat diimbangi oleh hambatan yang terjadi pada lintasan aliran air melalui pori-pori tanah dibawah tubuh bendung. Untuk tanah berpasir, diperlukan lintasan yang lebih panjang. Untuk memperpendek panjang lintasan ini, dibuat lantai muka atau turap didepan tubuh bendung. Kalau rembesan ini tidak dicegah, maka akan terjadi rongga dibawah tubuh bendung yang membahayakan kestabilan tubuh bendung. e. Pangkal bendung atau tembok tegak. Pangkal bendung atau tembok tegak yang mengapit tubuh bendung dan mercu, berfungsi sebagai : Kepala/pangkal jembatan. Tembok penahan tanah.

Karena itu tembok ini harus mampu menahan tanah dikiri dan kanan bendung, maupun beban jembatan yang bertumpu pada pangkal bendung ini. Selain memenuhi persyaratan tersebut, tembok tegak ini bersama konstruksi sayap bendung, harus mampu mencegah terjadinya rembesan samping ( side seepage ). Kalau rembesan samping ini cukup besar, maka tanah dibelakang tembok tegak akan terkikis dan longsor. f. Tembok sayap hilir dan udik. Tembok sayap ini berfungsi untuk mengarahkan arus, sehingga tidak terjadi gerusan akibat arus yang arahnya tidak terkendali. Selain untuk mengarahkan arus, tembok sayap ini bersama dengan tembok tegak harus cukup panjang sehingga tahanan pada lintasan yang terjadi mampu mengimbangi tekanan air akibat perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

40

g. Pintu pembilas. Pintu pembilas ini berfungsi untuk membilas/membersihkan endapan yang terjadi dihulu bendung. Pembersihan ini dapat dilakukan terus menerus, kalau menggunakan pembilas bawah dan pada waktu tertentu kalau menggunakan pintu pembilas biasa. Untuk itu pada pembilas biasa didepan pintu pembilas harus tersedia ruangan untuk menimbun endapan yang kalau sudah banyak endapan ini dibersihkan dengan membuka pintu bilas, sehingga endapan dapat terdorong aliran kembali kesungai. Perioda pembilasan tergantung dari kandungan endapan aliran sungai. Pada pembilas bawah, kalau debit sungai cukup maka pintu bawah dari pembilas bawah selalu terbuka untuk menyedot endapan yang datang menuju pintu bilas. Besarnya bukaan pintu sangat tergantung pada diameter endapan yang terbawa oleh aliran sungai. h. Pintu pengambilan ( intake ). Pintu pengambilan berfungsi mengalirkan air dari bendung ke saluran induk. Kalau suatu bendung hanya malayani lahan sebelah kiri atau kanan bendung, maka pintu pengambilan ini hanya ada satu. Tapi kalau lahan yang diairi berada dikiri kanan sungai, maka pintu pengambilan ada dua. Tapi sering juga kedua pintu pengambilan berada dikiri kanan pintu bilas sehingga salah satu pintu pengambilan dihubungkan ke saluran induk melalui gorong-gorong yang berada pada tubuh bendung. Ukuran pintu pengambilan ini disesuaikan dengan luasnya lahan yang akan diairi dan ini menentukan banyaknya air yang harus dialirkan ke saluran induk. i. Skimming wall. Skimming wall adalah dinding bagian hulu pintu pengambilan yang berada dihulu pintu pembilas. Dengan adanya dinding ini maka kedudukan ambang pengambilan cukup tinggi terhadap lantai bendung, sehingga endapan yang terbawa aliran yang umumnya berada pada 2/3 kedalaman air, tidak dapat masuk ke saluran induk leawt pengambilan. Mengingat kedudukan ambang ambang pengambilan ditentukan oleh tinggi muka air udik dam kedalaman yang diperlukan, kalau ketinggian skimming wall ini kurang dari 2/3 kedalaman air, maka kedudukan lantai didepan pengambilan harus diturunkan. j. Tanggul penutup/banjir. Tanggul penutup berfungsi menutup sungai asal, kalau bendung tidak dibangun pada palung sungai tapi pada sudetan. Sedangkan tanggul banjir adalah tanggul yang dipasang untuk mencegah melimpahnya air dibagian hulu bendung ke tempat yang tidak diinginkan. Karena muka air banjir umumnya jauh lebih tinggi dari muka air sungai asal, maka akibat

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

41

pembendungan lahan atau cekungan yang mempunyai ketinggian lebih rendah dari muka air banjirharus diberi tanggul penutup. Kalau tidak air akan melimpah pada lahan yang rendah tersebut. Baik tanggul penutup maupun tanggul banjir, harus cukup tinggi dan lebih tinggi dari muka air banjir rencana. Juga tanggul tersebut harus mampu menahan tekanan air, akibat perbedaan muka air didalam dan diluar tanggul. Selain itu ukuran tanggul harus cukup besar, agar rembesan yang terjadi akibat perbedaan tinggi muka air tersebut tidak membahayakan kestabilan tanggul. k. Pintu/bangunan ukur. Pintu ukur atau bangunan ukur berfungsi mengukur banyaknya air yang dialirkan ke saluran induk. Pintu atau bangunan ukur ini dipasang disebelah hilir pintu pengambilan dan dipasang pada tempat dimana aliran sudah mulai tenang. Umumnya tempat ini berjarak sekitar 20 sampai 50 meter dari kolam olakan pintu pengambilan. Pintu ukur yang sering dipasang dihilir bendung antara lain : Pintu ukur ambang lebar. Pintu ukur Cipoletti. Pintu ukur Criump de Gruyter. Parshall flume.

Sedangkan bangunan ukur lainnya yang mungkin digunakan adalah seperti Venturi meter. l. Kantong lumpur ( sedimen trap). Kantong lumpur ini berfungsi mengendapkan sedimen sampai diameter tertentu agar tidak masuk ke saluran induk. Pada prisipnya kantong lumpur ini berbentuk saluran yang lebar, sehingga kecepatan aliran yang terjadi cukup kecil untuk dapat mengendapkan sedimen yang terbawa. Semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula diameter endapan yang dapat diendapkan. Tapi juga saluran tersebut harus cukup panjang, sehingga endapan tersebut cukup waktu untuk mengendap. Di bagian bawah saluran terdapat bagian untuk menampung endapan. Pembersihan endapan ini dapat dilakukan melalui penggelontoran atau dengan penggalian. m. Jembatan. Jembatan yang terpasang pada bendung, dapat berupa jembatan pelayanan atau jembatan inspeksi. Jembatan pelayanan berfungsi sebagai tempat penjaga pintu untuk mengoperasikan pintu, baik pintu pengambilan maupun pintu pembilas. Sedangkan jembatan

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

42

jalan inspeksi, menghubungkan jalan inspeksi yang ada dikiri dan dikanan bendung. Baik jembatan pelayanan maupun jembatan inspeksi, harus mampu memikul beban lalu lintas yang melewatinya. Untuk jembatan inspeksi kalau bentangnya cukup panjang, perlu dilengkapi pilar untuk memperpendek bentang jembatan. 9. Kelengkapan Tambahan. Selain perlengkapan pokok tersebut diatas, masih ada perlengkapan lain yang melengkapi seperti : a. Rumah pintu. Rumah pintu ini berfungsi melindungi pintu dari kerusakan akibat kepanasan maupun kehujanan. Rumah pintu ini dapat dibuat dari konstruksi kayu, konstruksi baja atau konstruksi beton. b. Papan duga muka air. Papan duga muka air ini dipasang untuk mengetahui tinggi muka air diatas mercu bendung. Ini diperlukan dalam operasi dan pemeliharaan pintu, untuk mengetahui besarnya debit yang melimpah. Selain itu papan duga ini mungkin juga dipasang dibagian hilir bendung untuk mengetahui kedudukan muka air hilir. c. Tangga-tangga. Tangga ini dipasang didekat pintu pengambilan maupun pitu bilas. Keguanaan tangga ini adalah untuk turun pada waktu perbaikan pintu. d. Penahan sampah. Penahan sampah diperlukan kalau aliran sungai sering membawa sampah. Penahan sampah ini dibuat dari kisi-kisi besi yang diletakaan didudik pintu. Dengan adanya penahan sampah ini sampah tidak sampai masuk ke gorong-gorong maupun pembilas bawah. Pad gambar berikut ini disampaikan gambar denah bendung, dimana sebagian perlengkapan bendung seperti yang diuraikan diatas dapat di tunjukkan.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

PERENCANAAN PENDAHULUAN

43

Gambar 2.5. Perlengkapan bendung.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II