2
HUKUM KITA DI TITIK NADIR: POTRET BURAM PENEGAKKAN HUKUM DI NEGERI KITA Pasca diputarnya rekaman hasil sadapan KPK makin menguatkan keyakinan kita akan adanya mafia hukum di negeri ini. Dan mereka yang tersadap (ataupun tidak, tapi terlibat dalam kubangan ini) masih bisa tertawa-tawa, mengelak, membela diri, bahkan berani melawan balik. Kenapa mereka bisa lakukan itu? Ada beberapa hal mengapa mereka bisa: 1. Karena mereka tidak lagi berbicara dengan nurani mereka. 2. Mereka merasa bahwa kekuasaan bisa mengalahkan segalanya, (media masa bahkan rakyat sekalipun. Kalau Tuhan ada wujudnya, mungkin mereka pun akan menantang Tuhannya) 3. Mereka biasa melakukan itu dan nampanya sudah sistemik. 4. Mereka hanya memikirkan perut mereka masing-masing dan hanya berfikir bagaimana mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya melalui kekuasaan atau jabatannya. 5. Mereka tidak lagi memiliki penghargaan terhadap insitusi dan seragam mereka, sehingga mereka berani melacurkan seragam dan jabatannya. Mereka berbicara tentang keadilan dan penegakkan hukum, mereka bicara juga tentan citra lembaga yan patut dihormati, namun kubangan dan kotoran itu dibuat sendiri oleh aparatnya. Tidak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Maka kata yang pas utnuk itu adalah munafik. Munafik jelas lebih berbahaya daripada kekafiran. 6. Mereka mungkin tidak percaya lagi akan adaya hari pembalasan, surga dan neraka. Begitu mudahnya mereka bersumpah atas ama Allah, semudah mereka mengingkari fakta. 7. Mereka telah menjadikan kekayaan dan kekuasaan sebagai panglima bahkan ‘Tuhan’ nya. Rekan-rekan milister, sebaiknya kitapun hati-hati terhadap para pengacara kotor yang selalu berbicara atas nama hukum dengan tidak mengindahkan common sense dan logika masyarakat pasca diputarnya rekaman tersebut. Mungkin kita harus menjadi abnormal dulu baru bisa match dengan cara berfikir para pengacara kotor tersebut. Saya menduga, ada skenario berikutnya yang sedang dibuat oleh sang cukong Anggodo (Al-capone ala Indonesia) dibantu oleh pihak pihak pemangku jabatan/kekuasaan yang terlibat didalamya demi melindungi kepentingannya. Ia akan dilepaskan dan dibiarkan lari atau pura-pura sakit permanen, sehingga rantai pembongkaran kasus akan terputus. Mungkin juga akan dibuat isu lain untuk mengalihkan perhatian publik. Media perlu mencermati ini tentunya. Mengapa begitu? Karena ia adalah sang sutradara sekaligus aktor dalam drama yang sanat tidak mendidik.

Hukum Kita Di Titik Nadir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hukum kita telah berada di ujung tanduk. Apatah lagi mereka semua telah berani bersmah atas nama Allah tidak menerima suap. Apa jadinya negeri ini ke depan?

Citation preview

Page 1: Hukum Kita Di Titik Nadir

HUKUM KITA DI TITIK NADIR: POTRET BURAM PENEGAKKAN HUKUM

DI NEGERI KITA

Pasca diputarnya rekaman hasil sadapan KPK makin menguatkan keyakinan kita akan

adanya mafia hukum di negeri ini. Dan mereka yang tersadap (ataupun tidak, tapi terlibat

dalam kubangan ini) masih bisa tertawa-tawa, mengelak, membela diri, bahkan berani

melawan balik. Kenapa mereka bisa lakukan itu? Ada beberapa hal mengapa mereka bisa:

1. Karena mereka tidak lagi berbicara dengan nurani mereka.

2. Mereka merasa bahwa kekuasaan bisa mengalahkan segalanya, (media masa bahkan

rakyat sekalipun. Kalau Tuhan ada wujudnya, mungkin mereka pun akan menantang

Tuhannya)

3. Mereka biasa melakukan itu dan nampanya sudah sistemik.

4. Mereka hanya memikirkan perut mereka masing-masing dan hanya berfikir

bagaimana mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya melalui kekuasaan atau

jabatannya.

5. Mereka tidak lagi memiliki penghargaan terhadap insitusi dan seragam mereka,

sehingga mereka berani melacurkan seragam dan jabatannya. Mereka berbicara

tentang keadilan dan penegakkan hukum, mereka bicara juga tentan citra lembaga

yan patut dihormati, namun kubangan dan kotoran itu dibuat sendiri oleh aparatnya.

Tidak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Maka kata yang pas utnuk itu

adalah munafik. Munafik jelas lebih berbahaya daripada kekafiran.

6. Mereka mungkin tidak percaya lagi akan adaya hari pembalasan, surga dan neraka.

Begitu mudahnya mereka bersumpah atas ama Allah, semudah mereka mengingkari

fakta.

7. Mereka telah menjadikan kekayaan dan kekuasaan sebagai panglima bahkan ‘Tuhan’

nya.

Rekan-rekan milister, sebaiknya kitapun hati-hati terhadap para pengacara kotor yang

selalu berbicara atas nama hukum dengan tidak mengindahkan common sense dan logika

masyarakat pasca diputarnya rekaman tersebut. Mungkin kita harus menjadi abnormal dulu

baru bisa match dengan cara berfikir para pengacara kotor tersebut. Saya menduga, ada

skenario berikutnya yang sedang dibuat oleh sang cukong Anggodo (Al-capone ala

Indonesia) dibantu oleh pihak pihak pemangku jabatan/kekuasaan yang terlibat didalamya

demi melindungi kepentingannya. Ia akan dilepaskan dan dibiarkan lari atau pura-pura sakit

permanen, sehingga rantai pembongkaran kasus akan terputus. Mungkin juga akan dibuat

isu lain untuk mengalihkan perhatian publik. Media perlu mencermati ini tentunya.

Mengapa begitu? Karena ia adalah sang sutradara sekaligus aktor dalam drama yang sanat

tidak mendidik.

Page 2: Hukum Kita Di Titik Nadir

Saya ingin mengingatkanPersoalan ini bukanlah soal sekedar penahanan Bibit dan

Candra atau soal sekedar mengapa KPK menyadap orang yang dianggap tidak berkasus,

namun lebih besr dari itu. Mari kita berfikir logis, ALLAH SWT melalui MK telah membuka aib

para pejabat / pemangku kekuasaan dalam menjalankan roda pemerinahan negeri ini,

tentunya agar pimpinan yang lebih tinggi bias mengambil tindakan untuk segera

mereformasi total aparat para penegak hukum kita dan membenahi model perekrutan para

pejabat penegak hukum. Kalau saja sadapan ini tdk dibuka, maka kekotoran, kenistaan,

kemunafikkan dan kebohongan para oknum pejbat ini akan terus berlangsung. Dan kalau

dengan dibukanya sadapan ini, pemerintah atau siapapun yang dipercaya untuk

menyelesikan ini, berkonspirasi demi mengamankan individu-individu tertentu, saya yakin

cepat atau lambat neeri ini akan hancur dimana rakyat tidak akan lagi mempercayai institusi

penegak huku (POLRI dan Kejagung) dan rakyat akan menentukan keadilannya sendiri.

Pertanyaannya, relakah kita jika negeri ini dipenuhi para pejabat /petinggi (utamanya yang

memangku kekuasaan penegakkan hukum) bermental kotor ini?

Dari sisi pendidikan, jelas sekali terjadinya persekongkolan kotor yang melibatkan

banyak pihak ini menajdi contoh yang sangat tidak mendidik. Guru harus bisa menjelaskan

ini kepada siswa yang memang kritis terhadap hal-hal yang bersifat kebangasaan dari sisi

sosial dan agama. Atau guru tidak mau tahu dan apatis? Semoga saja tidak, Bagaimanapun

negeri ini diwariskan oleh para pahlawan untuk dijaga, bukan untuk diacak-acak oleh para

‘piaraan’ cukong tersebut.

Semoga Allah tidak kembali menurunkan azabnya karena kealpaan dan

ketidaksensitifan pemerintah atau para pemangku kekuasaan yang diamanahi rakyat untuk

menjaga rasa keadlian yang tidak bisa dinilai dengan harta apapun. (IIn H)