111
INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESS ACARYA-PENDIRI: SRI SIMAD A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHUPADA SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA (SAKKHI)

Etiket vaisnava

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etiket vaisnava

INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESSACARYA-PENDIRI: SRI SIMAD A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHUPADA

SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA (SAKKHI)

Page 2: Etiket vaisnava
Page 3: Etiket vaisnava

INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESSFOUNDER-ACARYA: HIS DIVINE GRACE A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHU-

PADA

SRI SRI RADHA GOPINATHA MANDIR7, K. M. MUNSHI MARG, NEAR BHARATIYA VIDYA BHAVAN

CHOWPATTY, MUMBAI - 400 007E-mail: [email protected]

Website: www.radhagopinath.comPhone: 2369 7228 Fax: 2367 7941

Page 4: Etiket vaisnava

nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-taleçrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine

namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëenirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe

“Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri Krishna, karena telah berlindung di kaki-padma-Nya.”

“Sembah sujud kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi dari Bhaktisiddhanta Sarasvati Goswami. Anda bermurah hati menyampaikan ajaran-ajaran Sri Caitanyadeva dan menyampaikannya ke negara-negara Barat, yang penuh dengan filsafat impersonal dan kekosongan.”

Page 5: Etiket vaisnava

Daftar IsiSambutan ixKata Pengantar xi

BAGIAN I1. Pengantar Singkat Mengenai Makna Penting Buku Ini 12. Esensi 3

BAGIAN II1. Etika di Kuil/ Tempat Sembahyang 5

A) Bersikap Rendah Hati 5B) Bersujud 5C) Memusatkan Pikiran Kepada Arca 6D) Sikap Duduk 7E) Berbicara 8F) Pakaian dan Penampilan 8

1. Tilaka 92. Rambut 93. Kanthi Mala (Kalung Tulasi) 114. Kumis dan Jenggot 12

G) Kebersihan dan Kesehatan 12H) Perilaku Umum 14I) Menghadiri Ceramah 16J) Menghadiri Upacara Arati 16K) Menghormati Maha-Prasadam/ Nirmalya 17

1. Bunga, Garlan/ Kalungan Bunga 182. Caranamrita 183. Lampu Ghee 19

Page 6: Etiket vaisnava

4. Pakaian Arca 195. Maha-Prasadam 20

2. Etika Lainnya 21A) Memperlakukan Benda-Benda Suci 21B) Kebiasaan Pribadi 22C) Kirtana 24D) Menari 25E) Pembicaraan 27F) Kegiatan Pengajaran 28

3. Prasadam 32

4. Dapur 34

Lampiran I (Mantra-Mantra Pranama) 37Lampiran II (Bersujud) 49Lampiran III (Memakai Tilaka) 42Lampiran IV (Doa-Doa Prema-Dhvani) 46Lampiran V (Doa untuk Mempersembahkan Bhoga) 49Lampiran VI (Doa Prasadam) 50

BAGIAN III1. Menghormati dan Melayani Prasadam 53

A) Melayani Prasadam 53B) Menghormati Prasadam 56C) Aturan Makan dan Minum Air 56D) Banyaknya Makanan 57E) Sehabis Makan 57

BAGIAN IV1. Hubungan dengan Berbagai Golongan Penyembah 59

A) Tiga Golongan Penyembah 59B) Hubungan dengan Guru Spiritual 59

Page 7: Etiket vaisnava

C) Hubungan dengan Senior 60D) Hubungan dengan Saudara Seguru 61E) Hubungan dengan Perempuan 63F) Hubungan dengan Tamu 63G) Menyapa Vaishnava 63H) Hubungan dengan Vaishnava Lain 64I) Vaishnava Jangan Dilihat dari Sudut Pandang Material 64J) Badan Seorang Vaishnava adalah Sebuah Kuil 64K) Karunia Para Vaishnava Sangat Dibutuhkan 65L) Hubungan Manis Dengan Sesama Vaishnava 65

2. Hubungan dengan Orang yang Bukan Penyembah 65

Lampiran VII (Menerima Tamu) 67

BAGIAN V1. Sadhana 71

A) Mengucapkan Nama Suci Tuhan (Japa) 71B) Empat Prinsip Aturan 80C) Bergaul dengan Penyembah 80D) Menghindari Orang yang Bukan Penyembah 81E) Membaca 82F) Pelayanan 83G) Pemujaan Arca 83H) Pertapaan 85I) Prinsip-Prinsip yang Menguntungkan dan Tidak Menguntungkan 87J) Para Brahmana 88K) Pentingnya Waktu 88

Lampiran VIII (Makna Penting Mantra Panca-Tattva) 89

Page 8: Etiket vaisnava

Lampiran IX (Sepuluh Jenis Kesalahan Terhadap Nama Suci) 91Lampiran X (Mempersembahkan Arati) 92Lampiran XI (Mengikuti Ekadasi-Vrata) 96

BAGIAN VI

1. Mengunjungi Tempat Suci 98

2. Sepuluh Jenis Kesalahan Terhadap Dhama Suci 100

Page 9: Etiket vaisnava

SAMBUTAN

KETUA UMUM DEWAN PENGURUS PUSATSAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA

(SAKKHI)

OM NAMO BHAGAVATE VASUDEVAYA!

K a m i m e n y a m b u t b a i k t e r b i t n y a b u k u Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava oleh Tim Penerjemah untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi para penyembah dalam melakukan pelayanan bhakti sehari-hari. Etika Vaishnava merupakan perhiasan bagi para penyembah Krishna, yang mencerminkan kualitas kepribadian seorang Vaishnava. Dengan pemahaman dan pengamalan etika Vaishnava kita akan dapat terhindar dari kesalahan-kesa-lahan (aparadh) dalam pelayanan bhakti kepada Sri Krishna dan para penyembah-Nya, seperti nama aparadh, seva aparadh, vaishnava aparadh dan dhama aparadh.

Srila Prabhupada mengatakan, bahwa apabila seorang penyembah ingin maju dalam bhakti maka yang perlu diubah adalah sifat rajas-tamas menjadi sifat sattvam dengan cara mengendalikan indera dan pikiran. Dengan hadirnya buku ini, dan dengan upaya untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan sifat-sifat rajas-tamas dan perilaku vikarma kita berkurang, sehingga se-cara bertahap kita bisa maju sampai tataran sifat sattvam dan visudha sattvam sebagai landasan dalam melakukan bhakti yang murni kepada Sri Sri Radha-Krishna dan para penyembah-Nya.

Dalam Siksastaka, Sri Gauranga Mahaprabhu mengatakan, bahwa dengan sikap toleransi, kerendahan hati, memberi penghormatan kepada setiap orang, dan tidak menuntut penghormatan dari siapa pun, barulah kita akan dapat mengucapkan nama suci Sri Krishna secara mantap. Jika kita telah mantap dan murni dalam pengucapan maha-mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare,

Page 10: Etiket vaisnava

Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, barulah kita memenuhi syarat untuk memper-sembahkan bhakti yang murni dan ikut dalam lila rohani Sri Sri Radha-Krishna bersama para sakhi-Nya dan men-capai Krishna Prema Bhakti.

Buku ini aslinya adalah terbitan ISKCON Sri Sri Radha Gopinatha Mandira, Cowpatty, Mumbai, India. Atas anjuran His Grace Sankirtana das, pembimbing Bhaktisastri, buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diter-bitkan oleh Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia.

Selamat kepada para penyembah yang telah menerima dan mengamalkan buku Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava ini dan terima kasih kepada Tim Penerjemah (Sriman Anantavijaya dasa dan Sriman Brajabihari dasa) yang telah bekerja keras untuk menerjemahkan dan me-nerbitkan buku ini. Hari Bolo!

Jay Srila Prabhupada!Jay Sri Sri Gaura-Nitai!Jay Sri Sri Radha-Krishna!

Denpasar, 8 Agustus 2007 Ketua Umum DPP SAKKHI

ttd

ADIPURUSA DASA

Page 11: Etiket vaisnava

Kata Pengantar

Sri Caitanya Mahaprabhu menyatakan dalam Caitanya Caritamrita bahwa ketaatan pada etika Vaishnava adalah sebuah perhiasan, yang membuat seorang penyembah menjadi indah dan menarik di mata Tuhan dan di mata dunia. Oleh sebab itu, amatlah penting bagi semua pe-nyembah Tuhan untuk bisa benar-benar memahami etika dan gaya hidup yang demikian.

Informasi tentang hal tersebut tersebar dalam berbagai buku dan di sini dirasakan adanya kebutuhan akan terse-dianya sebuah buku pedoman menyeluruh yang mengumpulkan bukan hanya prinsip-prinsip umum yang mendasar mengenai etika dan pola hidup Vaishnava, namun juga yang bisa menyajikan isu-isu dan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan kondisi nyata di center-center kita.

Karya ini adalah sebuah usaha tulus guna memenuhi kebutuhan tersebut. Disebabkan oleh keterbatasan waktu, tidaklah mungkin untuk menguraikan lebih panjang lagi untuk bisa mencakup semua isu secara terperinci. Nanti-nya, berdasarkan masukan-masukan para penyembah, penambahan dan perbaikan lebih lanjut bisa dilakukan. Sementara itu, mohon memaafkan kesalahan dan keku-rangan karya ini.

Karya ini bisa terwujud atas perhatian khusus yang di-berikan oleh H.H. Radhanatha Swami Maharaja. Beliau telah banyak membantu dalam meyakinkan dan menye-mangatkan penyembah untuk mengumpulkan data, dan memberi nasihat-nasihat berharga, yang terlahir dari pe-ngalaman panjang sebagai seorang penyembah dan pem-bimbing spiritual. Kami berharap dan berdoa memohon bimbingan dan pergaulan beliau senantiasa.

Banyak penyembah lainnya telah meluangkan waktu dan

Page 12: Etiket vaisnava

tenaga untuk memberi saran serta komentar dan me-ngetik serta mengedit naskah. Peran mereka sangat ber-harga dalam penyusunan karya ini. Kami menyampaikan terima kasih dengan sepenuh hati kepada mereka semua.

Diharapkan bahwa karya ini, dalam cara sekecil apa pun, bisa membantu penyembah untuk melanjutkan misi Sri Caitanya, Avatara Keemasan pada zaman ini, dan Srila Prabhupada.

Segala pujian kepada Sri Guru dan Sri Gaurangga!

Page 13: Etiket vaisnava
Page 14: Etiket vaisnava
Page 15: Etiket vaisnava

15Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

BAGIAN I

1. PENGANTAR SINGKAT MENGENAI MAKNA PENTING BUKU INI

Isi buku pedoman ini dikumpulkan dari sumber-sumber seperti buku Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Ajaran Abadi Upadesamrita dan buku-buku lainnya, surat-surat dan pe-rintah-perintah Srila Prabhupada serta dari pengamatan atau saran berbagai penyembah.

Sri Caitanya mengajarkan kepada Srila Sanatana Go-svami tentang perilaku seorang Vaishnava sebagai berikut:

yadyapio tumi hao jagat-pävana tomä-sparçe pavitra haya deva-muni-gaëatathäpi bhakta-svabhäva maryädä-rakñaëa maryädä-pälana haya sädhura bhüñaëa CC Antya 4.129-130

“Wahai Sanatana, meskipun engkau adalah penyelamat seluruh alam semesta dan meskipun para dewa dan orang-orang suci sekalipun tersucikan dengan menyentuh dirimu, sudah merupakan sifat dasar seorang penyembah melak-sanakan dan melindungi etika Vaishnava. Penerapan etika Vaishnava adalah perhiasan seorang penyembah.”

maryädä-laìghane loka kare upahäsa iha-loka, para-loka dui haya näça CC Antya 4.131

“Apabila seseorang melanggar hukum-hukum etika, orang-orang akan mencibirnya sampai dia binasa baik di dunia ini maupun di akhirat.”

Sri Caitanya Mahaprabhu juga memberikan lima perintah penting kepada Enam Gosvami dari Vrindavana. Berdasarkan

15

Page 16: Etiket vaisnava

16 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

perintah tersebut, dipandang perlu menuliskan aturan dan ketentuan untuk memenuhi tuntutan misi pengajaran ISKCON yang berkembang semakin luas.

Perintah-perintah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari dengan cermat semua kitab suci wahyu dan mengambil intisari dari semua kitab tersebut di mana intisari dari semuanya adalah bhakti.

2. Untuk menggali tempat-tempat suci lila Krishna di Vrindavana. Untuk membuat Vrindavana Dhama menjadi tempat di mana orang-orang dari berbagai belahan dunia akan datang untuk berlindung dan memperoleh inspirasi.

3. Untuk membangun kuil-kuil yang indah dan mensta-nakan Arca-Arca yang mengagumkan serta menga-jarkan kepada dunia metode pemujaan Arca yang benar.

4. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan sikap seorang Vaishnava dan etika yang benar di kalangan para Vaishnava. Sri Caitanya menganggap hal ini sebagai prinsip yang paling penting. Kita tidak hanya harus kuat secara filosofis namun kita harus mengerti bagaimana beretika dengan benar an-tara satu dan yang lain, terhadap atasan, terhadap bawahan, terhadap Tuhan dan terhadap roh-roh terikat.

5. Sri Caitanya memerintahkan kepada mereka untuk menegakkan etika Vaishnava melalui tulisan-tulisan demikian pula melalui perilaku mereka.

6. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan apa yang merupakan tugas seseorang yang menempuh hidup pelepasan ikatan.

2. ESENSI

Pola hidup seorang penyembah hendaknya sesuai dengan prinsip “Hidup sederhana, berpikir tinggi.”

Ada banyak aturan dan ketentuan yang membimbing

Page 17: Etiket vaisnava

17Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

kehidupan seorang pernyembah tapi tujuan dari semua itu ialah untuk membantu kita

“Selalu ingat pada KrishnaTidak pernah lupa pada Krishna”

Ini adalah aturan yang paling penting dan semua aturan lain tunduk di bawah aturan ini.

Page 18: Etiket vaisnava

18 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Page 19: Etiket vaisnava

19Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

BAGIAN II1. ETIKA DI KUIL/ TEMPAT SEMBAHYANG

A) BERSIKAP RENDAH HATI

Pada zaman dahulu para raja biasa bepergian dengan di-tandu. Salah satu aturan menyatakan bahwa orang hen-daknya jangan pernah masuk ke kuil dengan ditandu atau naik mobil atau dengan masih memakai sepatu. Maksud-nya ialah bahwa orang hendaknya melepas mentalitas sebagai raja yakni mentalitas sebagai Penguasa dan tuan, apa pun kualifikasi pribadi, kemampuan dan kedudukan sosialnya. Di antara para penyembah Tuhan, khususnya di kuil, satu-satunya julukan yang berlaku ialah ‘PELAYAN DARI PELAYAN’.

B) BERSUJUD

Begitu masuk tempat sembahyang, pertama-tama kita hen-daknya bersujud (panchanga pranama) kepada para Vaishnava yang hadir dan mengucapkan doa:

väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù

“Hamba bersujud dengan hormat kepada semua Vaish-nava penyembah Tuhan. Mereka bagaikan pohon pe-menuh keinginan yang da-pat memenuhi keinginan setiap orang, dan mereka penuh belas kasih terhadap roh-roh terikat yang jatuh.”

Kemudian kita hendaknya bersujud (sujud dandavat penuh bagi laki-laki) kepada Srila Prabhupada, dengan memosisikan beliau

berada di sebelah kiri kita, dan meng-ucapkan mantra paranati untuk beliau,“namo om visnu-padaya..”

Kemudian, kita hendaknya men-dekati Arca dan bersujud dandavat

19

Page 20: Etiket vaisnava

20 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

penuh, dengan memosisikan Arca berada di sebelah kiri kita dan mengucapkan pranama mantra masing-masing Arca.

Harus diperhatikan bahwa kita hendaknya jangan bersujud dengan satu tangan. Kedua tangan hendak-nya menopang badan saat bersujud dan kedua lengan harus terjulur.

C) MEMUSATKAN PIKIRAN KEPADA ARCA

a) Setelah bersujud kepada Arca kita hendaknya ‘darsana’ kepada Arca dengan penuh rasa bhakti dan memohon karunia Arca.

b) Namun, kita hendaknya jangan langsung memandang wajah Arca secara penuh. Cara yang benar untuk ‘darsana’ kepada Tuhan diuraikan dalam Srimad Bha-gavatam 2.2.13, “Proses meditasi hendaknya dimulai dari kaki-padma Tuhan lalu berangsur-angsur ke wajah-Nya yang tersenyum. Meditasi hendaknya dipusatkan di kaki-padma kemudian betis, lalu ke paha dan de-ngan demikian semakin ke atas. Semakin pikiran mantap pada berbagai anggota badan satu demi satu, kecerdasan akan semakin disucikan.”

c) Srila Prabhupada menguraikan di bagian penjelasan bahwa meditasi semacam itu akan membantu kita melepaskan diri dari pemuasan indera.

Suasana hati penyembah saat ‘darsana’ ialah “Oh Tuhan, hamba adalah abdi-abadi-Mu. Mohon berkenan memberitahu hamba, bagaimana hamba dapat melayani-Mu?” Fungsi Arca besar di kuil adalah untuk memberi ‘darsana’ dan biasanya adalah istadeva dari sampradaya kita. Jadi merupakan hal wajar dan memperlihatkan sikap hormat jika pertama-tama kita melihat Mereka.

Ada juga pertimbangan lain seperti:Jika ada tiga altar, seperti di Krishna Balarama Mandir di

Vrindavana {atau Sri Sri Radha Rasbihari Mandir di Juhu}, Srila

Lebih terperinci lihat Lampiran I

di akhir bagian ini. (Hal. 37)

Lebih terperinci lihat Lampiran II

di akhir bagian ini. (Hal. 39)

Page 21: Etiket vaisnava

21Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Prabhupada biasanya bersujud terlebih dahulu di Altar Gaura-Nitai kemudian menuju Altar Krishna Bala-rama lalu ke Altar Sri Sri Radha-Syamsundar.

Bisa juga penyembah ingin melihat Gurunya lebih dulu {namun foto Gurunya mungkin tidak ada} kemudian ‘darsana’ dengan proses menaik sampai pada Sri Krishna.

Saat ‘darsana’, kita bisa berdiri di samping agar tidak mengalangi penyembah yang sedang duduk.

Saat kita menghadap Arca, ‘darsana’ hendaknya dimulai dari sudut kiri menuju ke kanan, Arca demi Arca hingga ke sudut kanan.

D) SIKAP DUDUK

Ada beberapa aturan mengenai sikap duduk di tempat sembahyang:

a) Saat duduk kita hendaknya jangan memperlihatkan kaki kepada Arca atau menjulurkan kaki ke arah Guru, Tulasi-devi dsb. Telapak kaki harus selalu ditutupi.

b) Sebisa mungkin kita hendaknya menghindari duduk membelakangi Arca atau membelakangi vyasasana. (Namun, mungkin saja tata ruang kuil menghalangi kita untuk melak-sanakan prinsip ini).

c) Kita hendaknya tidak menjulurkan kaki di hadapan Arca.d) Kita hendaknya tidak du-duk di hadapan

Arca sambil memegang pergelangan kaki, siku atau lutut. (lihat gambar di samping)

e) Kita hendaknya jangan ter-tidur saat duduk di hadapan Arca.

E) BERBICARA

a) Di hadapan Arca kita hendaknya jangan:

- berbicara dengan suara keras- bertengkar- memarahi orang lain

Page 22: Etiket vaisnava

22 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

- berkata-kata kasar atau marah-marah- memuji orang lain- menjelek-jelekkan orang lain- menghina para dewa- terlibat dalam ‘prajalpa’ atau pembicaraan duniawi- berbohong- berbicara dekat penyembah yang sedang berjapa

b) Orang boleh berbicara di hadapan Arca kepada tamu dan penyembah jika pembicaraan itu membantu peng-ajaran atau meningkatkan kesadaran Krishna mereka, namun semua pembicaraan lain hendaknya dilakukan di luar tempat sembahyang.

F) PAKAIAN DAN PENAMPILAN

a) Pakaian seorang penyembah harus sederhana, bersih dan khas, yang bisa mengingatkan orang lain tentang KRISHNA.

b) Ketika datang ke kuil (khususnya untuk acara pagi, perayaan dan Sunday Feast) para penyembah hendak-nya berpakaian sebagai berikut:Laki-laki: dhoti dan kurtaPerempuan: sari (kepala ditutup di hadapan laki-laki)Pakaian lain hendaknya dihindari kecuali dalam kea-daan terpaksa atau benar-benar dibutuhkan untuk pengajaran.

c) Untuk laki-laki maupun perempuan, pakaian hendak-nya sederhana dan tidak mengikuti mode masa kini serta tidak mewah. Namun, pakaian harus rapi dan bersih. Hal-hal yang tidak perlu seperti parfum dan berbagai bentuk kosmetik serta make-up hendaknya dihindari. Kesederhanaan dalam berbusana sangatlah penting bagi seorang Vaishnava, baik di tempat sem-bahyang maupun di luar.

Page 23: Etiket vaisnava

23Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

d) Khususnya untuk acara pagi dan untuk semua program kuil, secara umum harus mengenakan pakaian bersih. Jangan memakai pakaian yang sudah dipakai pada hari sebelumnya.

e) Sri Caitanya menyatakan bahwa seorang Vaishnava ada-lah orang yang ketika kita lihat mengingatkan kita kepada Krishna. Dengan demikian, semua penyembah harus teliti terhadap hal-hal berikut, yang menandai kita sebagai seorang Vaishnava:

1. Tilaka: Kita hendaknya selalu menghias badan

dengan tilaka di dua belas bagian, setelah mandi. Orang yang tidak mengucapkan Nama Suci (ber-japa) dan tidak mengikuti prinsip-prinsip aturan tidak boleh memakai tilaka, terutama di luar kuil.

2. Rambut:Laki-laki: Para brahmacari dan sannyasi harus meng-gundul kepala sekali seminggu serta memakai sikha. Grhasta boleh melakukan hal yang sama. Tapi, sesuai dengan pelayanannya, mereka boleh memelihara rambut pendek dan rapi, dan kalau mungkin, mema-kai sikha kecil.

Meskipun rupanya tidak ada petun-juk sastra mengenai ukuran sikha, secara tradisi para Gaudiya Vaish-nava memaki sikha kira-kira seu-kuran telapak kaki anak sapi, kurang lebih berdiameter 1,5 inchi (4 cm).

Panjang sikha bisa be-bas, tapi harus selalu diikat erat dan hanya dilepas ikatannya saat mandi, saat dibersihkan atau saat meminyakinya.

Begitu juga, saat akan tidur, mengikuti upacara pembakaran jenazah, atau menjalani masa berkabung, hendaknya sikha dibiarkan tidak terikat. Karena sikha yang tidak diikat meru-pakan tanda adanya kematian dalam keluarga, sung-guh tidak mujur

Lebih terperinci lihat Lampiran III di akhir bagian ini.

(Hal. 42)

Page 24: Etiket vaisnava

24 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

untuk menjalani tugas sehari-hari dengan sikha yang tidak diikat. Juga dikatakan bahwa kalau seseorang membiarkan sikha-nya tidak diikat, badan akan menjadi lemah.

Saat mengikat sikha sehabis mandi, ucapkan mantra Hare Krishna atau kalau sudah diinisiasi dengan mantra Gayatri, ucapkan Brahma-Gayatri (mantra Gayatri bait pertama) dalam hati. Sikha hendaknya jangan dikepang (secara tradisi hanya perempuan yang mengepang rambut), juga hendak-nya jangan dibiarkan panjang dan tergerai.

Srila Prabhupada menyebut-kan hal ini dalam sebuah perca-kapan dengan beberapa murid di Hawaii,

“Sikha Gaudiya Vaishnava berdiameter satu setengah inchi, tidak lebih daripada itu. Sikha yang lebih besar daripada itu berarti Sampra-daya yang berbeda. Dan sikha harus diikat.”

(6 Mei 1972, Hawaii.)

Kalau sikha terlalu pendek untuk diikat, bisa dibiarkan lepas namun tidak acak-acakan.

Perempuan: Lebih d iu tamakan bag i perempuan untuk memelihara rambut panjang dan diikat ke belakang.

3. Kanthi-Mala (Kalung

Tulasi):Semua penyembah yang sudah menerima diksa harus memakai kanthi-mala setidaknya dua (2) atau tiga (3) lilitan. Mala harus dililitkan di sekitar pangkal tenggorokan dan hendaknya bisa dilihat dengan jelas.

Penyembah yang belum mene-rima diksa namun telah mengikuti semua prinsip aturan selama bebe-rapa waktu dan yang ingin meneri-ma diksa juga boleh memakai kanthi-mala.

Kalung Tulasi yang dipakai di leher menunjukkan penyerahan-diri seorang penyembah kepada Tuhan, karena itu orang yang memakai ka-lung Tulasi di lehernya sangat dicintai oleh Tuhan.

Namun, orang berbuat kesalahan bila ia memakai kalung Tulasi hanya sekadar meniru seorang Vaish-nava tanpa berusaha secara

Page 25: Etiket vaisnava

25Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

serius untuk berserah-diri kepada Tuhan.Disarankan agar jangan memakai kalung Tulasi apabila

seseorang tidak mengikuti empat prinsip aturan.Beberapa penyembah juga memakai jenis mala bertuah

lainnya baik yang terbuat dari Tulasi, biji bunga padma, tali dari ratha (kereta) Jagannatha, atau pavitra berbahan sutra saat melakukan puja, japa atau kegiatan suci lainnya, di mana benda-benda ini hendaknya dilepas saat mandi atau meninggalkan kuil atau rumah, dan saat ke kamar kecil.

Kanthi-mala dipakai selalu, sebab kalung itu me-lindungi seseorang dari mimpi buruk, kecelakaan, serangan senjata dan utusan Yamaraja. Begitu melihat Tulasi-mala, para Yamaduta lari ketakutan bagai de-daunan diterbangkan angin.

Penyembah yang tidak mengikuti pr ins ip-pr ins ip dasar, t e rutama mengucapkan Nama Suci dan empat prinsip aturan (yakni tidak makan daging, tidak berzinah, tidak berjudi, tidak mabuk-mabukan) hen-daknya jangan memakai kanthi-mala. Berbicara secara tegas, sekali kanthi-mala dipakai, bahkan bawang merah dan bawang putih pun tidak boleh melewati tenggorokan.

Karena itu, orang hendaknya menasihati para pe-nyembah baru dengan cara seperti itu.

4. Jenggot dan kumis :Penyembah yang sudah menerima diksa atau yang akan menerima diksa hendaknya tidak memelihara kumis atau jenggot. (Namun, hendaknya diper-hatikan bahwa dalam beberapa ‘matha’ Vaishnava, laki-laki mencukur wajah dan kepalanya sekali saat bulan mati atau saat bulan purnama; dan dalam peri-ode Caturmasya mereka tidak bercukur sama sekali. Namun standar bagi kita ialah bercukur secara teratur dengan pengecualian untuk yatra tertentu atau alasan lain yang dapat dibenarkan).

Page 26: Etiket vaisnava

G) KEBERSIHAN DAN KESEHATAN

a) Seperti disebutkan sebelumnya, di tempat sembahyang harus memakai pakaian bersih.

b) Sehabis menerima prasadam, lantai tempat menaruh piring harus dibersihkan. Hendaknya jangan melang-kahi area tempat prasadam, sebab tempat itu dianggap tercemar. Tempat di mana kita menerima prasadam menjadi tercemar, dan kalau kita melangkah di tempat itu, maka kaki harus segera dicuci. Area tempat kita menerima prasadam harus segera dibersihkan sehabis menerima prasadam. Oleh karena kuil harus sangat bersih, kita hendaknya berhati-hati agar tidak mence-mari kuil dengan tidak semestinya.

c) Orang hendaknya jangan memasuki aula kuil tanpa mencuci tangan dan kaki sehabis makan.

d) Orang hendaknya memasuki kuil dengan tangan dan kaki yang bersih.

e) Orang hendaknya mandi sehabis buang air besar dan setelah itu baru boleh memasuki aula kuil.

f ) Orang hendaknya jangan memasuki kuil sehabis menghadiri pembakaran mayat atau sehabis menyentuh mayat. Ia harus mandi terlebih dahulu, setelah itu baru boleh memasuki kuil.

g) Orang hendaknya jangan kentut atau beserdawa di dalam tempat sembahyang.

h) Orang hendaknya menghindari memasukkan jari ke mulut, telinga atau hidung saat berada di tempat sem-bahyang. Kalau terpaksa harus melakukan hal itu (demikian juga di luar kuil), sehabis itu ia harus segera mencuci tangan.

i) Selama mengalami menstruasi, para mataji boleh mengunjungi kuil, tetapi mereka tidak boleh melakukan pemujaan Arca, seperti arati, menghias Arca, memasak, membuat garlan atau tugas-tugas lainnya yang mem-butuhkan kehadiran mereka di ruang Arca atau di dapur, atau pekerjaan apa pun yang berhubungan secara lang-sung dengan Arca (misalnya menjahit pakaian Arca).

Page 27: Etiket vaisnava

Selama masa tersebut, mataji yang bersangkutan hendaknya menghindari sentuhan fisik dengan siapa saja yang sedang atau akan melayani Arca.

Mereka boleh mengikuti Tulasi-puja namun hendak-nya tidak mempersembahkan air kepada Tulasi-devi.

Dalam keadaan apa pun, berjapa dengan japa-mala harus terus dilakukan. Tidak ada alangan material untuk mengucapkan Nama Suci Tuhan.

Sejauh menyangkut situasi di rumah, para mataji yang beralangan hendaknya berusaha menjaga standar tadi sebisa mungkin. Dalam beberapa keadaan ba-rangkali hal tersebut tidak dapat diterapkan, seperti jika tidak ada orang lain yang memasak, dsb. Dalam keadaan demikian, mataji bersangkutan bisa mela-kukan apa yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban rumah tangga dan pada saat yang sama juga berusaha agar Arca yang ada di rumah bisa dilayani.

Sebisa mungkin, anggota keluarga lainnya hendak-nya membantu dalam hal ini.

H) PERILAKU UMUMa) Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita adalah seorang

penyembah dan wakil Guru dan Krishna. Apakah di kuil atau di rumah, saat bekerja di kantor atau di jalan, kita hendaknya menunjukkan perilaku yang bisa me-ngundang penghormatan terhadap Guru dan Krishna, dan hendaknya menghindari segala perilaku yang akan memberi kesan buruk terhadap Guru dan Krishna.

b) Penyembah hendaknya jangan memakai perhiasan, jam tangan dsb., yang mahal dan menyolok. Bagi para mataji, perhiasan harus dipakai dengan penuh pertim-bangan (jika memang harus memakai) dan bagi laki-laki lebih baik menghindari sama sekali segala jenis perhiasan seperti kalung emas, gelang, dsb.

c) Sebisa mungkin penyembah hendaknya menghindari menggunakan segala jenis barang yang terbuat dari kulit, dengan mengetahui semua itu sebagai hasil dari pembunuhan binatang. Kecuali tidak bisa dihindari dalam pelayanan, kita hendaknya

Page 28: Etiket vaisnava

28 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

menahan diri dari menggunakan sepatu kulit (dan juga barang-barang seperti tas, dompet, tali jam dsb.).

d) Bahkan (dan khususnya) jika kita dikritik atau orang berbuat kesalahan terhadap diri kita, kita hendaknya mengambil sikap dengan tetap menjaga martabat.

e) Tentu kita berusaha untuk mencegah diri kita ditipu orang atau kita akan mengambil tindakan ketika di-butuhkan, namun hendaknya kita berhati-hati agar menghindari pertengkaran, terlibat dalam adu mulut yang sia-sia, dan sebagainya.

f ) Secara khusus seorang penyembah harus berhati-hati dalam hubungan dengan lawan jenis.

g) Srila Rupa Gosvami mengatakan bahwa seorang penyembah tidak boleh lalai dalam urusan biasa. De-ngan kata lain, kita hendaknya jangan mengabaikan tata krama dan formalitas biasa dengan menganggap semua itu sebagai hal duniawi (dan menganggap diri sudah rohani).

h) Menyentuh seseorang dengan kaki adalah suatu kesa-lahan. Misalkan, kalau seseorang mesti melewati pe-nyembah yang sedang duduk di kuil, ia hen-daknya mengulurkan tangan untuk mengisya-ratkan bahwa ia ingin lewat sehingga mereka akan menggeser lutut untuk memberi jalan (lihat gambar.)

Kalau tanpa sengaja seseorang menyentuh seorang penyembah dengan kakinya, ia hendaknya menyentuh badan penyembah bersangkutan dengan tangan kanan secara lembut dan (kemudian) menyentuhkan tangan kanannya ke kepalanya sendiri; hal ini akan menghapus kesalahan tersebut.

I) MENGHADIRI CERAMAHa) Ketika menghadiri ceramah, kita hendaknya penuh perhatian

dan tenang. Seorang penyembah yang banyak bicara atau mengantuk akan mengurangi semangat dan mengacaukan pikiran yang berpengaruh pada pence-ramah dan penyembah yang sedang mendengarkan. Hal itu juga menjadi kesan yang kurang bagus terhadap perkumpulan kita.

b) Kalau seseorang benar-benar mengantuk, ia hendaknya bergeser

Page 29: Etiket vaisnava

29Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

ke dinding di tepi ruangan dan bisa berdiri.c) Aturan mengenai sikap duduk di dalam kuil sebagai-mana telah

disebutkan sebelumnya hendaknya diikuti.d) Kita hendaknya menghindari keluar-masuk kuil atau ruangan

tempat berlangsungnya ceramah. Hal ini sangat mengganggu.e) Para orang tua harus menjaga anak-anaknya. Kalau anak-anak

ribut, mereka harus diajak keluar ruangan kuil.f ) Pertanyaan yang relevan dan berhubungan dengan topik

ceramah boleh diajukan, dengan sikap rendah hati.

J) MENGHADIRI UPACARA ARATIArati juga disebut niran-jana atau drsti, yang arti-nya mempersembahkan benda-benda bertuah de-ngan cara memutarkannya di hadapan seseorang un-tuk menghilangkan penga-ruh atau unsur-unsur ku-rang mujur, dengan tujuan perlindungan.

Berbagai benda yang dipersembahkan, yang semuanya melambangkan unsur-unsur material dalam bentuknya yang

suci dan obyek-obyek indera yang berkaitan (seperti suara, bentuk, sentuhan, dsb.) adalah bertuah dan me-nyucikan.

Dengan demikian, semua upacara arati yang dipersem-bahkan kepada Tuhan adalah bertuah (mangala) tetapi arati pertama setiap hari, pada pagi

hari, dianggap paling bertuah bagi semua yang menghadiri.Srila Visvanatha Cakravarti Thakura, dari masa per-tengahan

abad ketujuh belas, adalah seorang guru spiritual agung dalam rangkaian garis Guru dan murid yang sadar akan Krishna. Beliau berkata, “Orang yang melantunkan doa-doa pujian yang indah ini kepada guru spiritual dengan suara keras dan penuh perhatian selama brahma-muhurta, pada akhir hayatnya akan mencapai pelayanan langsung kepada Krishna, Penguasa Vrindavana.”

Page 30: Etiket vaisnava

30 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

K) MENGHORMATI MAHA-PRASADAM / NIRMALYAYang dimaksud nirmalya adalah garlan/ kalungan bunga, bunga, candana, air mandi (caranamrita), lampu ghee dan daun Tulasi yang telah dipersembahkan kepada Tuhan oleh pujari selama melakukan puja. Setelah puja selesai, para penyembah hendaknya menerima benda-benda ini di atas kepala, sambil berkata, “jaya maha-prasadam.”

I. Bunga, garlan/ kalungan bunga:Orang hendaknya jangan bersikap tidak hormat ter-hadap nirmalya dengan melangkahinya atau mening-galkannya tergeletak di tempat kotor.

Setelah diperlakukan dengan penghormatan semes-tinya, nirmalya seperti garlan dan bunga bisa dikum-pulkan lalu dihanyutkan di sungai, danau atau laut.

Penyembah menerima prasadam garlan bunga dengan cara menyentuhkannya ke kepala, memakainya dan menciumnya.

Penyembah menerima prasadam garlan Tulasi dengan menyentuhkannya ke kepala dan menciumnya, tapi tidak menggunakannya.

II. Caranamrita :Meminum air mandi Sri Vi Šu ampuh untuk melebur pengaruh

jutaan dosa misalnya dosa membunuh makhluk hidup lain. Tetapi, orang yang membiarkan air mandi yang suci itu jatuh ke tanah bahkan setetes pun harus mengalami derita delapan juta pengaruh dosa tersebut. (Hari-bhakti-vilasa)

Srila Prabhupada menulis:

Harus dilaksanakan ma-ngala-arati secara rutin di kuil pada pagi hari, satu setengah jam sebelum ma-tahari terbit. (Cc. Madhya, 23.334, penjelasan)

Pujari (atau asisten pujari) hen-daknya membagikan caranamrita kepada para penyembah, yang hendaknya mengucap-kan sloka berikut saat meminum dan menaruhnya

Page 31: Etiket vaisnava

31Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

di kepala:Untuk menghindari agar tidak jatuh, taruh tangan kiri di

bawah tangan kanan saat menerima maha-prasada, bunga nirmalya, daun dan manjari Tulasi atau Caranamrita.

III. Lampu Ghee :Di kuil-kuil tradisional lampu ghee terlebih dahulu dibawa kepada Garuda, yang berdiri di belakang kuil.

Di kuil-kuil ISKCON lampu ghee terlebih dahulu dibawa kepada Srila Prabhupada, Acarya-Pendiri ISKCON, sebab beliau adalah Vaisnava-srestha, pemim-pin para Vaishnava yang hadir, dalam hal senioritas. (Perempuan yang sedang beralangan hendaknya tidak menyentuh lampu.)

Orang yang mengedarkan lampu prasada hendaknya tanggap

Lebih lanjut Srila Prabhupada menekankan dalam buku Lautan Manisnya Rasa Bhakti tentang manfaat melihat upacara arati:

Di dalam Skanda Purana terdapat uraian berikut mengenai hasil melihat arati (pemujaan) kepada Arca: “Apabila seseorang melihat wajah Tuhan saat arati berlangsung, ia bisa terbebas dari semua reaksi dosa yang berasal dari ribuan dan jutaan tahun sebelumnya. Ia bahkan diampuni dari dosa membunuh brahmana atau kegiatan terlarang yang sejenis itu.” (Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Bab 9)

mengenai senioritas para penyembah yang hadir; namun, para penyembah yang hadir hendaknya juga jangan mudah tersinggung kalau terlewatkan saat lampu diedarkan.

Lampu itu bukan dimaksudkan untuk menghormati atau memuliakan kita, melainkan justru kita yang di-maksudkan untuk menghormati lampu tersebut sebagai prasadam Tuhan dengan cara menyentuhkan api ke kening dengan singkat memakai kedua tangan sambil berkata, ‘jaya maha-prasadam’.

Page 32: Etiket vaisnava

IV.Pakaian Arca :Jenis nirmalya lainnya yang digunakan adalah pakaian Arca. Pakaian Arca yang dibagikan sebagai prasadam Tuhan hendaknya dihormati.

Kita bisa menghormati pakaian prasada dengan cara menyimpannya bersama perlengkapan puja lainnya, atau bahkan dengan menyimpannya dalam bingkai kaca dan menggantungnya di tembok seperti sebuah lukisan atau foto.

Kita juga boleh memakainya, namun tegas kata, sebaiknya jangan memotong dan menjahit kembali pakaian tersebut, sebagaimana kebiasaan ini sudah tersebar luas. Kalau tindakan memotong dan menjahit itu harus dilakukan, sebaiknya hanya untuk pakaian sembahyang. Kantung japa dan kostum, yang akan digunakan untuk drama anak-anak bisa diterima (kalau drama itu bertujuan untuk mengagungkan Tuhan).

Hindari menggunakan prasada pakaian apa pun di bawah pinggang Anda.

V. Maha-prasadam :Sebagaimana yang lumrah dilakukan di beberapa kuil di India, setelah darsana-arati, pujari biasanya mem-bagikan sejumlah kecil prasadam kepada para penyem-bah langsung dari ruangan altar atau dari luar. Kadang-kadang

untuk tujuan pengajaran sejumlah prasadam dibagikan kepada para tamu. Penyembah menghormati sisa makanan ini dengan cara segera memakannya, dengan sedikit bergeser ke samping

çré-rädhä-kåñëa-pädodakaà prema-bhakti-daà mudä bhakti-bhäreëa vai pétvä çirasä dhärayämy aham

“Air dari kaki-padma ®r… ®r… R€dh€ dan Krishna meng-anugerahkan bhakti yang murni kepada Mereka. Setelah meminum air tersebut dengan rasa riang dan penuh bhakti, aku menyimpan air itu di atas kepalaku.”

Page 33: Etiket vaisnava

ruangan kuil supaya tidak langsung makan di hadapan Arca.Usahakan membagikan prasadam manisan kering, sebab

prasadam yang basah bisa jatuh ke lantai.

2. ETIKA LAINNYA

A) MEMPERLAKUKAN BENDA-BENDA SUCI

I. Buku, japa, kartal, dsb., hendaknya jangan ditaruh di atas lantai atau di tempat yang kotor dan hendaknya dihormati sebagai alat-alat yang pantas dipuja.

II. Hendaknya jangan menyentuh benda-benda suci de-ngan kaki atau menggunakan kaki untuk melakukan apa yang bisa dilakukan dengan tangan.

III. Jika benda-benda suci tersebut jatuh ke lantai atau kaki kita menyentuhnya, segera angkat benda tersebut lalu sentuhkan ke kepala.

IV. Hendaknya jangan melangkahi buku, penyembah, prasadam, bunga yang telah dipersembahkan kepada Tuhan atau melangkahi benda-benda suci lainnya.

V. Semua benda suci hendaknya disimpan di tempat yang bersih dan rapi serta dijaga dengan hati-hati. Benda-benda tersebut tidak boleh dilempar melainkan harus diserahkan kepada orang lain dengan penuh kehati-hatian.

VI. Benda-benda suci seperti japa, buku, tilak, dsb., hendaknya jangan dibawa ke kamar mandi.

VII. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan foto Guru dan Krishna. Benda-benda tersebut harus diper-lakukan dengan penuh perhatian dan hormat.

VIII. Chaddar (selendang/ syal) Hari-Nama hendaknya diperlakukan secara khusus. Karena Nama Suci tercetak pada kain tersebut, maka benda itu menjadi benda suci dan hendaknya jangan dibiarkan menyen-tuh lantai.

IX. Kita hendaknya waspada saat bersujud agar kantung japa yang ada di tangan tidak menyentuh lantai. Japa hendaknya diletakkan terlebih dahulu sebelum ber-sujud.

Page 34: Etiket vaisnava

34 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

X. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan perleng-kapan Arca seperti pakaian, perhiasan, berbagai wa-dah, dsb. Contohnya, pakaian dan handuk hendaknya dilipat dan disimpan dengan baik, wadah-wadah air hendaknya ditaruh di tempat yang baik, dsb.

Kalau tangan menyentuh lantai atau menyentuh sesuatu yang tidak bersih, kita hendaknya mencuci tangan sebelum kembali menyentuh perlengkapan Arca.

Krishna tidak berbeda dengan perlengkapan-Nya, dan memperlakukan perlengkapan Krsna dengan tidak baik berarti memperlakukan Krishna dengan tidak baik pula. Maka bhakti yang sejati tidak akan bangkit di hati. Kita harus sadar selalu bahwa berbagai benda ini bukanlah benda-benda biasa, melainkan semua digunakan dalam pelayanan kepada Krishna sehingga pantas dipuja.

B) KEBIASAAN PRIBADI

I. Orang yang bersungguh-sungguh menempuh kehi-dupan spiritual hendaknya bangun pagi-pagi sekali, lebih bagus lagi sebelum jam ‘brahma-muhurta’ yakni satu setengah jam sebelum matahari terbit.

II. Setelah bangun, pertama-tama gosok gigi.III. Kemudian kita hendaknya mandi dengan air dingin dan

setelah selesai memakai pakaian bersih, memulai sadhana sehari-hari.

IV. Mandi hendaknya dilakukan setelah:- bangun di pagi hari- tidur siang lebih dari satu jam- buang air besar- berkeringat banyak, atau- tercemar dengan cara apa pun (sehabis dari tempat

pembakaran mayat).V. Kesehatan dan kebersihan pribadi hendaknya dijaga. Kuku

hendaknya tetap bersih dan pendek. Potongan kuku harus dibuang di tempat sampah. Srila Rupa Goswami bahkan menyebutkan bahwa orang harus teliti menjaga kebersihan

Page 35: Etiket vaisnava

35Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

gigi dengan baik dan teratur.VI. Tangan dan kaki hendaknya dicuci sehabis buang air kecil

dan tangan hendaknya dicuci bersih dengan sabun sehabis buang air besar. Mereka yang sudah diinisiasi brahmana harus melilitkan tali suci di telinga kanan saat ke kamar kecil.

VII. Hendaknya hanya tangan kanan yang digunakan untuk makan, berjapa dengan menggunakan japa-mala, mempersembahkan sesuatu, menerima sesu-atu, dsb.

VIII. Cuci tangan, kaki dan mulut sebelum dan sesudah melayani prasadam.

IX. Cuci tangan sehabis minum air.X. Jangan meludah saat makan.XI. Jangan meludah ke air.XII. Sannyasi hendaknya mandi tiga kali sehari, grhastha dan

brahmacari mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari.XIII. Mandilah sehabis bercukur, berhubungan badan atau datang

dari tempat pembakaran mayat.XIV. Sebaiknya istirahat/ tidur sekitar enam (6) sampai enam

setengah (6 1/2) jam setiap malam. Kebanyak-an tidur atau kurang tidur tidak baik untuk kesa-daran Krishna kita.

XV. Kita hendaknya berusaha tidur di atas lantai atau dengan alas yang agak keras. Tempat tidur yang empuk dan mewah hendaknya dihindari.

XVI. Tidur yang paling baik adalah dengan posisi miring ke arah kiri. Jika tidak memungkinkan, bisa dengan terlentang, tapi jangan tidur telungkup.

XVII. Hendaknya jangan membuang-buang energi Krishna seperti sabun, pasta gigi, listrik, air, dsb. Hendaknya matikan lampu dan kipas, manakala tidak diper-lukan.

XVIII.Hendaknya gunakan uang Krishna dengan bijak-sana dan penuh tanggung jawab, dengan bertanya pada diri sendiri apakah pengeluaran ini benar-benar perlu untuk meningkatkan pelayanan kepada Krishna.

C) KIRTANA

I. Memimpin kirtana pada suatu satsanga merupakan sebuah

Page 36: Etiket vaisnava

36 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

kehormatan di mana seseorang mewakili seluruh hadirin di hadapan Arca. Oleh sebab itu, kita hendaknya sadar akan hal ini dan memimpin kirtana hanya bila diminta.

II. Kita hendaknya hanya menyanyikan kirtana-kirtana yang dibenarkan (otoritatif ).

III. Doa prema-dhvani (jaya om visnu-pada.......) pada akhir kirtana hendaknya diucapkan oleh penyembah paling senior yang hadir, misalnya sannyasi atau murid Srila Prabhupada.

IV. Hendaknya hanya doa prema-dhvani baku yang diucapkan, kecu-ali pada acara-acara tertentu seperti hari kemunculan, di mana pujian yang cocok bisa ditambahkan.V. Ada melodi-melodi standar yang harus dinyanyikan pada saat-

saat tertentu. Khususnya pada acara pagi, doa samsara-dava dan Hare Krishna maha-mantra hendaknya dinyanyikan dengan menggunakan melo-di pagi.

VI. Kirtana hendaknya sederhana dan bisa diikuti dan diulangi dengan mudah oleh hadirin.

VII. Semua penyembah hendaknya menyanyi bersama-sama dengan penuh semangat.

VIII. Semua penyembah hendaknya mengikuti melodi yang sama seperti yang dinyanyikan oleh pemimpin kir-tana. Karena itu, para penyembah harus memberi perhatian penuh setiap

Disebutkan dalam Srimad-Bhagavatam 3.20.46 (Penjelasan):

“Pagi-pagi sekali, satu setengah jam sebelum ma-tahari terbit, disebut brahma-muhurta. Selama brahma-muhurta ini dianjurkan untuk melakukan kegiatan spiritual. Kegiatan spiritual yang dilakukan saat subuh memberi hasil yang jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan pada saat lain.”

saat.IX. Pemain mridanga dan kartala hendaknya berada dekat

dengan pemimpin kirtana, mengamati dengan saksama, dan MENYESUAIKAN KECEPATAN PERMA-INAN

Page 37: Etiket vaisnava

37Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

MEREKA DENGAN LAGU YANG DINYANYIKAN PEMIMPIN KIRTANA. Karena itu, pemain mridanga dan kartala harus memberi perhatian khusus.

X. Pola umum pada kirtana pagi hendaknya doa-doa samsara-dava, panca-tattva mantra, Hare Krishna maha-mantra dan hari haraye namah krsna yadavaya namah, (gopal govinda ram sri madhu-sudhana).

XI. Bila ada dua atau lebih pemain kartala, mereka harus bermain dengan serasi. Begitu juga dengan pemain mridanga.

XII. Kirtana harus indah dan merdu dan tidak sekadar keras.

D) MENARI

I. Srila Rupa Goswami menyatakan bahwa kita hen-daknya belajar untuk menari di hadapan Arca.

II. Hendaknya menari dengan lemah gemulai dan ber-semangat, tidak kasar dan liar.

III. Menari menurut tradisi Gaudiya seperti yang diper-lihatkan oleh Sr…la Prabhupada hendaknya menjadi standar.

IV. Sebagai tambahan, tarian bisa di-lakukan dalam berbagai formasi. Misalnya:

- barisan penyembah yang secara ber-irama saling mendekati satu sama lain dan kemudian mundur.

- penyembah membentuk barisan, yang satu di belakang yang lain, sambil terus menghadap Arca, ber-gerak maju-mundur secara berirama.

- penyembah bergerak dalam sebuah lingkaran (lihat gambar di bawah).

V. Para penyembah harus berhati-hati agar formasinya tetap terjaga dan mereka tetap berada dalam barisan.

VI. Ketika menari dalam formasi, para penyembah hen-daknya mengangkat tangan, berpegangan tangan, dsb., sebagaimana diperlukan untuk formasi tertentu itu.

VII. Tarian ini bukanlah sebuah “olahraga untuk tontonan” dan para penyembah hendaknya jangan hanya berdiri dan menonton. Semua hendaknya ikut serta. Tapi, bagi mereka yang tidak berkenan (khususnya tamu dan pendatang baru

Page 38: Etiket vaisnava

38 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

atau mereka yang sedang sakit) hendaknya jangan dipaksa.VIII. Tarian yang bisa membahayakan penyembah lainnya

hendaknya dihindari, misalnya:- dua penyembah bertepuk tangan dan berputar-putar, sebab

itu bisa membahayakan penyembah lain.- berputar-putar sendirian sambil merentangkan tangan.- melemparkan anak (dan bahkan anak yang su-dah besar)

di udara atau mengangkat mereka.- mendorong secara berlebihan saat bergerak da-lam

lingkaran.IX. Laki-laki dan perempuan hendaknya menari di tempat

terpisah.X. Kita hendaknya kita selalu memerhatikan gerakan penyembah

yang memimpin, lalu menyesuaikan diri.Tarian yang sempurna adalah seperti gaya Sri Caitanya

yakni dengan mengangkat tangan atau mencakupkan tangan dengan penuh semangat dan rasa bhakti.

E) PEMBICARAAN

I. Dorongan untuk berbicara sangatlah kuat dan begitu kita mendapat kesempatan kita mulai berbicara. Srila Prabhupada menjelaskan bahwa kalau kita tidak ber-bicara tentang Krishna-katha maka kita hanya akan berbicara hal yang bukan-bukan.

II. Pembicaraan seperti itu disebut ‘prajalpa’ yang lahir dari identifikasi (penyamaan diri) material kita. Karena itu penyembah harus menahan diri dari prajalpa.

III. Semua buku duniawi juga merupakan wujud nyata dorongan untuk berbicara. Dalam “Upadesamrita” Srila

Prabhupada menjelaskan bahwa orang-orang mater-ialistik membaca bertumpuk-tumpuk koran, majalah dan novel, mengisi teka-teki silang dan melakukan banyak hal yang

Lebih terperinci lihat Lampiran IV di akhir bagian ini.

(Hal. 46)

bukan-bukan. Dengan gaya hidup seperti ini, orang hanya membuang-buang waktu dan energinya yang amat berharga.

Page 39: Etiket vaisnava

39Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Di negara-negara Barat, orang-orang tua yang sudah pensiun bermain kartu, memancing, menonton televisi dan berdebat tentang rencana-rencana sosiopolitik yang tidak berguna. Semua ini dan kegiatan yang bukan-bukan lainnya termasuk dalam kategori prajalpa. Orang cerdas yang berminat dalam kesadaran Krishna hendaknya jangan pernah melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan ini.

IV. Srila Rupa Goswami menganjurkan proses Krishna-katha berbicara tentang segala pokok bahasan yang berhubungan dengan Krishna sebagai cara untuk me-ngatasi dorongan berbicara. Oleh sebab itu, kalau kita harus berbicara, hendaknya kita berbicara tentang Krishna-katha.

V. Sebelum menyampaikan sesuatu hendaknya kita mempertimbangkan apakah- itu perlu?- itu baik?- itu tepat?

VI. Penyembah hendaknya menghindari pembicaraan yang menyakiti hati orang lain, terutama penghinaan ter-hadap penyembah lain, yang merupakan kesalahan pertama terhadap Nama Suci. ‘Vaishnava aparadha’ pasti akan cepat sekali mematahkan benih bhakti kita yang lembut.

F) KEGIATAN PENGAJARAN

I. Tindakan dan perilaku kita sendiri adalah pengajaran terbaik sebab perbuatan lebih meyakinkan daripada kata-kata belaka. Seperti pepatah mengatakan “Tin-dakan Anda sudah berbicara banyak sehingga saya tidak perlu lagi mendengar apa yang Anda katakan.”

II. Pengajaran artinya untuk mengubah hati, bukan sekadar mengalahkan orang lain secara intelektual.

III. Tentu saja ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh menyajikan filsafat kita dengan benar. Semua penyem-bah harus berusaha mempelajari buku-buku Srila Prabhupada dan memahaminya dengan seksama dan berusaha menyampaikannya dengan penuh keyakinan sebagaimana yang telah ia baca dan dengar,

Page 40: Etiket vaisnava

40 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

dengan sikap rendah hati.IV. Tidaklah perlu membaca buku-buku

lain atau men-dengar dari ahli filsafat lain untuk belajar bagaimana cara mengajarkan. Pelayan tulus sang Guru adalah pengajar terbaik.

V. Prinsip pengajaran dijelaskan dengan baik oleh Srila Rupa Goswami dalam Bhakti Rasamrita Sindhu:

VI. Pada dasarnya, yang akan mengubah hati orang bu-kanlah semata-mata karena filsafat yang kita sam-paikan namun

utamanya pada seberapa luas kita telah mengamalkan filsafat itu dalam kehidupan kita dan menginsafi pengetahuan itu secara nyata.

VII. Pengajaran kita hendaknya dilakukan dengan sikap rendah hati dan bukan dengan sikap tinggi hati.

VIII. Saat mengajarkan kita hendaknya hanya mengulang kata-kata Guru dan menyampaikan ajaran-ajarannya seperti seorang tukang pos dan hendaknya tidak pernah berpikir bahwa kita mengetahui lebih banyak daripada para acarya terdahulu, tentang bagaimana cara mengajarkan. Kita diberi kuasa sesuai dengan seberapa besar kerendahan hati kita untuk menyam-paikan petuah-petuah mereka.

IX. Kita harus memperlihatkan rasa belas kasih dan perhatian kepada orang yang sedang kita ajarkan. Barangkali kita perlu memberi perhatian terhadap masalah-masalah kecil dalam

Page 41: Etiket vaisnava

41Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

kehidupan materialnya.X. Kita harus menyampaikan kebenaran, tetapi sesuai dengan

desa, kala dan patra, yakni tempat, waktu dan orangnya. Tujuan kita ialah untuk membuat orang menjadi sadar akan Krsna dan kita harus mengajarkan sambil senantiasa menyimpan tujuan ini dalam pi-kiran dan melakukan apa yang dipandang perlu.

XI. Kita harus memiliki pendekatan berimbang saat me-ngajarkan. Pengajar yang baik akan selalu mengerti kebutuhan

penyembah dalam golongan yang ber-beda-beda. Seperti halnya dalam kehidupan material ada pegawai bank, pengacara, dokter dan sebagainya, dalam kehidupan spiritual pun dibutuhkan (dan akan selalu ada calon yang ingin untuk) tahap pelepasan ikatan dan juga mereka yang hidup berumah tangga atau golongan profesional. Kedua jenis penyembah itu diperlukan dan bernilai.

XII. Saat mengajarkan kepada orang tertentu, pendekatan kita hendaknya adalah untuk memberi nasihat apa yang terbaik untuk kesadaran Krishna orang tersebut.

XIII. Dibutuhkan brahmacari-brahmacari yang berkua-lifkasi, grhastha yang berkualifikasi, vanaprastha yang berkualifikasi dan sannyasi yang berkualifikasi dan kita hendaknya menyemangatkan seseorang me-nurut kedudukan di mana ia dapat mencapai kema-juan spiritual yang terbaik dan melayani misi Srila Prabhupada.

XIV. Etika-etika dasar harus diikuti ketika penyembah lain juga sedang mengajarkan. Hendaknya ia jangan dipotong secara

Page 42: Etiket vaisnava

42 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

tiba-tiba kecuali ada hal mendesak.XV. Sopan santun yang lumrah harus diikuti, misalnya bertutur

kata sambil tersenyum, siap membantu ka-lau ada orang yang membutuhkan bantuan atau bimbingan.

XVI. Orang-orang baru hendaknya dibuat merasa layaknya berada di rumah sendiri dan hendaknya disambut dengan penuh cinta kasih dan ramah tamah.

XVII. Khususnya saat Sunday feast di kuil, penyembah hendaknya lebih mengutamakan bergaul dengan tamu dan pendatang baru kemudian barulah dengan sesama penyembah.

XVIII. Ketika mengajarkan kepada orang baru, kita harus selalu ingat bahwa mengajarkan kepada penyembah adalah hal yang sama pentingnya, kalau tidak lebih penting.

Jadi, saat kita membuat penyembah baru merasa betah seperti di rumah sendiri, para penyembah yang sudah biasa datang hendaknya jangan diabaikan.

XIX. Pada program-program luar, pendatang baru dan tamu bisa didahulukan untuk mengajukan pertanyaan seusai ceramah, khususnya bila waktu terbatas. Penyembah-penyembah bisa mengajukan perta-nyaan yang masih berkaitan untuk menciptakan suasana di mana para pendatang baru akan merasa disemangatkan untuk mengajukan pertanyaan, atau bila pendatang baru sudah selesai mengajukan per-tanyaan tapi masih ada waktu tersisa untuk perta-nyaan berikutnya.

XX. Kita hendaknya jangan mengajarkan/ menganjurkan hal yang melanggar hukum-hukum di suatu wilayah tertentu dengan dalih melakukan sesuatu untuk Krishna. Penyembah juga harus mematuhi hukum-hukum ini.

XXI. Kita hendaknya jangan bersifat sektarian. Kita hen-daknya menghormati semua agama dan jalan spiri-tual yang bonafide. Khususnya kita hendaknya memperlihatkan rasa hormat terhadap Sampradaya Vaishnava lainnya.

3. PRASADAM

I. Yang paling pertama dan utama, kita hendaknya hanya makan prasadam yakni makanan yang sudah diper-sembahkan kepada

Page 43: Etiket vaisnava

43Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Krishna dengan rasa bhakti.II. Idealnya kita hanya memakan makanan yang

- dimasak oleh penyembah- dipersembahkan kepada Krishna oleh penyembah- disiapkan oleh penyembahKita hendaknya berusaha sebisa mungkin mendekati standar ideal ini sebagaimana yang dapat kita jalani secara nyata dengan mempertimbangkan keterbatasan kehidupan kota dan keperluan pengajaran.

III. Kecuali benar-benar diperlukan untuk pengajaran atau pelayanan, makanan yang dimasak oleh orang yang bukan penyembah hendaknya dihindari.

IV. Dengan semangat yang sama, semua makanan komersil seperti coklat, es krim, keripik, minuman bersoda, biskuit, roti dsb., jangan disediakan di rumah. Untuk tamu, kita bisa menyajikan makanan yang dibuat sendiri dan minuman alami seperti air jeruk, jus buah, dsb.

V. Makanan komersil mungkin bisa dikonsumsi saat me-lakukan

perjalanan jauh atau dalam keadaan terpaksa. Ketika prasadam yang dibawa tidak mencukupi atau sebagai tambahan, hendaknya lebih dipilih mengon-sumsi makanan mentah dan yang tidak dimasak seperti buah, kacang-kacangan, susu, dsb., daripada makanan yang dimasak secara komersil.

VI. Terkadang saat mengadakan perjalanan jauh atau dalam tujuan pengajaran atau tuntutan pekerjaan mungkin saja kita terpaksa makan di restoran. Sebisa mungkin, kita hendaknya memilih restoran yang murni vegeta-rian dan selanjutnya juga mesti berhati-hati memesan makanan yang tanpa bawang merah dan/ atau bawang putih.

VII.Kita hendaknya memakan prasadam yang bersifat sattvik dan

yena tena prakäreëa manaù kåñëa niveçayet

“Entah bagaimana caranya, kita harus berpikir tentang Krishna.”

Page 44: Etiket vaisnava

44 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

hindari makanan yang rajasik, yakni makanan yang terlalu pedas, banyak minyak dan mewah.

VIII. Bhoga harus dipersembahkan dengan cara yang benar di rumah.

IX. Prasadam hendaknya jangan disia-siakan. Prasadam yang berlebih hendaknya disisihkan ke piring lain sebelum dimakan.

X. Setelah semua anggota keluarga selesai makan, jika prasadam masih tersisa, bisa disimpan selama bebe-rapa saat untuk dimakan berikutnya jika memung-kinkan, atau dibagikan kepada orang lain.

XI. Prasadam hendaknya dimakan dengan menggunakan tangan kanan; tangan kiri hanya untuk menyentuh anggota badan lainnya.

XII. Saat melayani prasadam, sendok yang dipakai untuk membagikan hendaknya jangan sampai menyentuh piring atau prasadam yang telah dimakan sebagian.

XIII. Makan prasadam hendaknya jangan berlebihan dan lebih baik pada saat yang teratur setiap hari. Makan berlebihan dan memakan makanan yang salah tidak baik untuk kehidupan spiritual dan juga tidak baik untuk kesehatan. Mengendalikan pola makan akan membantu kita mengendalikan lidah dan pada gilirannya ini akan membantu kita mengendalikan indera-indera.

XIV. Sebelum menghormati prasadam doa yang sesuai mesti diucapkan.

XV. Prasadam harus dihormati dengan kesadaran bahwa ini adalah karunia Krishna dan tidak berbeda dengan Krishna. Oleh sebab itu, kecuali diperlukan untuk pengajaran, sebaiknya kita diam. Mendengarkan pelajaran atau kaset pada saat ini juga bermanfaat.

XVI. Bila ada tamu datang berkunjung ke rumah kita, bhoga yang sudah dipersembahkan kepada Arca di rumah menjadi maha-prasadam yang hendaknya dibagikan kepada semua tamu sedikit-sedikit. Pra-sadam yang segar dan hangat hendaknya dihidang-kan sesuai kebutuhan masing-masing

Page 45: Etiket vaisnava

45Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

tamu, termasuk Guru dan sannyasi.XVII.Bila Vaishnava senior hadir, kita hendaknya sabar menunggu

sampai mereka mulai makan dan setelah itu barulah kita mulai makan (kecuali kita diminta agar mendahului).

XVIII. Kita boleh bangun berdiri setelah selesai menghor-mati prasadam hanya bila semua sudah selesai makan (kecuali seizin Vaishnava senior yang hadir saat itu).

XIX. Maha-prasadam Guru hendaknya jangan dibagikan di hadapan para pendatang baru.

XX. Setelah mulai memakan prasadam, hendaknya jangan menyentuh apa pun dengan tangan kanan.

XXI. Hendaknya kita jangan membagikan prasadam ke-cuali kita sudah mencuci kedua tangan.

XXII. Kita hendaknya jangan memakan prasadam di ha-dapan umum, di depan orang karmi, misalnya sambil berjalan di jalanan, atau saat berarak-arakan. Sebisa mungkin, prasadam hendaknya dihormati di tempat tersendiri atau berkumpul bersama penyembah lain.

4. DAPUR

I. Dapur merupakan perluasan altar sebab apa pun yang dimasak akan dipersembahkan kepada Arca. Jadi, apa pun yang dikerjakan di dapur harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan penuh perhatian untuk Arca.

II. Tempat di mana Arca distanakan secara formal seperti halnya di kuil, standar yang diharapkan cukup tinggi dan ketat. Sebagai perbandingan, beberapa kelong-garan bisa dilakukan dalam hal persembahan kepada Arca rumah tangga di mana tidak mungkin untuk mem-pertahankan standar yang sama. Misalnya, aturan menyatakan bahwa hendaknya jangan makan di dapur atau di hadapan Arca. Tapi, di banyak rumah, altar, dapur dan meja makan semua ada dalam satu ruangan, jadi tidaklah mungkin untuk mengikuti aturan tadi.

III. Akan tetapi, para grhastha hendaknya selalu berpikir untuk mencapai standar ideal dan berusaha sedapat mungkin untuk

Page 46: Etiket vaisnava

46 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

mendekati standar tersebut, menye-suaikan dengan situasi mereka sendiri. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita memasak untuk Krishna. Se-makin kita berhati-hati terhadap aturan kecil ini, kita akan menjadi semakin sadar bahwa kita memasak bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk Krishna.

IV. Hanya pakaian bersih dan tak tercemar yang boleh di-gunakan untuk memasak. Pakaian yang sudah digunakan di luar atau di kamar mandi tidak boleh digunakan.

V. Kuku harus bersih dan dipotong pendek. Tangan harus dicuci begitu memasuki dapur sebelum mulai mema-sak. Di kuil, sebelum memasak harus mandi. Di rumah juga lebih baik melakukan demikian.

VI. Kita hendaknya tidak memasukkan sesuatu ke dalam mulut ketika berada di dapur. Kita hendaknya tidak mencuci mulut atau berkumur di bak dapur. Terutama, kita hendaknya tidak ‘mencicipi’ atau ‘mencium’ masakan untuk mengetahui rasanya.

VII. Bila mungkin, hendaknya jangan makan atau minum di area dapur. Jika hal ini tidak bisa dihindari, tirai di hadapan Arca harus ditutup.

VIII. Alat-alat bhoga khusus yang digunakan memasak untuk Arca, dan piring serta gelas untuk memper-sembahkan bhoga, hendaknya disimpan dan dicuci secara terpisah dari piring, cangkir dan gelas yang digunakan anggota keluarga untuk makan dan minum.

IX. Jika seseorang menderita penyakit infeksi, ia hen-daknya jangan melakukan sesuatu di area dapur yang bisa mencemari bhoga dan alat-alat memasak.

X. Jika kita menyentuh lantai atau tempat sampah, atau anggota badan bagian bawah, kita harus mencuci tangan.

XI. Hendaknya jangan berbicara yang bukan-bukan di dapur.XII. Permukaan kompor, bak pencuci di dapur, dsb., hendaknya

dibersihkan sebelum dan sesudah memasak.XIII. Kita hendaknya bekerja dengan hati-hati namun efisien dan

menghindari terjadinya kekacauan.XIV. Apa pun yang terjatuh ke lantai tidak boleh ditaruh di atas

meja. Kalau sayuran jatuh ke lantai, cuci terlebih dahulu

Page 47: Etiket vaisnava

47Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

baru bisa digunakan.XV. Tidak boleh langsung memasuki dapur sehabis meng-

gunakan kamar kecil, kecuali langsung mandi.

XVI. SANGAT PENTING: Penyembah harus sangat berhati-hati agar tidak ada rambut yang jatuh dan mencemari persembahan. Perhatian yang sungguh-

Lebih terperinci lihat Lampiran V

di akhir bagian ini. (Hal. 49)

sungguh harus diberikan dalam hal ini. Penyembah harus menjaga rambutnya tertutupi dengan baik saat memasak.

XVII. Maha-prasadam hendaknya jangan dimakan lang-sung dari piring Arca, melainkan dipindahkan ke alat atau piring lainnya sebelum dimakan. Standar kuil menetapkan bahwa kita hendaknya jangan makan sebelum piring Arca selesai dicuci.

Lebih terperinci lihat Lampiran VI di akhir bagian ini. (Hal. 50)

Page 48: Etiket vaisnava

48 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran I

MANTRA-MANTRA PRANAMA

Srila Prabhupada pranati

nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-taleçrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine

namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëenirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe

“Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri Krishna, karena telah berlindung di kaki-padma-Nya. Sembah sujud kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi dari Bhaktisiddhanta Sarasvati Goswami. Anda ber-murah hati menyampaikan ajaran-ajaran Sri Caitanyadeva dan menyampaikannya ke negara-negara Barat, yang penuh dengan filsafat impersonal dan kekosongan.”

Gaurangga pranama

namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya tekåñëäya kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama

“Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krishna sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu. Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani, dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna. Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.”

Sri Krishna pranama

he kåñëa karuëä-sindho déna-bandho jagat-pategopeça gopikä-känta rädhä-känta namo ‘stu te

“Sri K Ša yang hamba cintai, Engkau kawan bagi orang yang

Page 49: Etiket vaisnava

49Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

menderita dan asal mula ciptaan. Engkau tuannya para gopi dan kekasih Radharani. Hamba bersujud dengan hormat kepada-Mu.”

Panca-Tattva mantra

païca-tattvätmakaà kåñëaà bhakta-rüpa-svarüpakambhaktävatäraà bhaktäkhyaà namämi bhakta-çaktikam

“Hamba bersujud kepada Sri Krishna Caitanya, Prabhu Nityananda, Sri Advaita, Gadhadara, Srivasa dan semua yang lainnya dalam garis perguruan bhakti.”

Page 50: Etiket vaisnava

50 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran II

BERSUJUD (Pranama/ Namaskara)

Pada pagi hari atau kapan pun mengunjungi kuil kita hendaknya bersujud kepada Arca setelah Arca dibangun-kan, sebab ditetapkan dalam sastra bahwa kita hendaknya tidak mengganggu Tuhan dengan cara bersujud ketika Tuhan sedang beristirahat atau sedang mandi. (Juga hen-daknya jangan mengelilingi Tuhan pada saat ini).

Juga, kita hendaknya bersujud di luar ruang Arca, ja-ngan bersujud di dalam, sebab dianjurkan untuk bersujud dari jarak yang tidak terlalu dekat. Di dalam ruang Arca, persembahkan pranama dengan cara mencakupkan ta-ngan, dengan mengucapkan mantra dan dengan pikiran.

Astanga Pranama :Kitab Hari-bhakti-vilasa menguraikan bagaimana cara mempersembahkan dandavat-pranama:

Bersujud dengan delapan anga kaki, lutut, dada, ta-ngan, kepala, penglihatan, pikiran dan kata-kata. Dengan kedua kaki, lutut, dada, tangan dan kepala menyentuh lantai dan mata memandang ke bawah setengah terpejam, ucapkan doa yang cocok sambil bermeditasi bahwa ke-pala Anda berada di bawah kaki-padma Tuhan. (Tangan hendaknya dijulurkan di depan kepala, bukan di samping kepala atau dilipat di samping dada.)Pancanga Pranama:

Untuk melakukan pancanga pranama, lakukan sembah sujud dengan lima anga lutut, lengan, kepala, kecer-dasan dan kata-kata. (Dada tidak menyentuh lantai.)

Merupakan suatu kesa-lahan bila bersujud dengan satu tangan yaitu, dengan satu tangan direntangkan di depan kepala sedangkan yang satu lagi memegang kantung japa atau benda-benda suci lainnya jauh dari lantai. Sebelum bersujud, apa pun

Page 51: Etiket vaisnava

51Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

yang dipegang harus diletakkan terlebih dahulu.Laki-laki bisa melakukan pranama yang mana pun, se-dangkan

bagi perempuan secara tradisi hanya melakukan pancanga-pranama.

Saat bersujud, pertama-tama ucapkan pranama-mantra Guru kita sendiri, kemudian pranama Srila Prabhupada dan setelah itu pranama-mantra untuk Arca di altar.

MENGHORMATI VAISHNAVA

Terkadang kita harus menahan diri untuk bersujud secara fisik kepada seorang Vaishnava sebab dengan berbuat demikian mungkin akan menyebabkan ketidaknyamanan. Tapi, kita tidak dilarang untuk menyampaikan sembah sujud di dalam pikiran; maka kemudian kita mencari kesempatan lain untuk bersujud secara fisik.

Aturan ini bisa diterapkan ketika menyampaikan sem-bah sujud kepada atasan; apakah seorang Vaishnava ataupun bukan.

Kemudian, ada dua saat di mana kita hendaknya menyampaikan sembah sujud kepada atasan, yakni pertama ketika kita melihat atasan tersebut dan sekali lagi ketika atasan tersebut yang melihat kita.

51

Page 52: Etiket vaisnava

52 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran III

MEMAKAI TILAKASetelah mengenakan pakaian bersih, du-duklah di atas asana yang bersih (sebaik-nya tikar dari rum-put kusa) lalu pakai urdhva-pundra atau Visnu-tilaka di dua belas bagian badan. Hendaknya jangan memakai tilaka di kamar mandi.

Yang dimaksud dengan tilaka adalah tanda yang dibuat di badan dengan menggunakan berbagai bahan. Urdhva-pundra artinya dua tanda vertikal yang dibuat di kening dan anggota badan lainnya untuk memperlihatkan penye-rahan-diri kepada Sri Vi Šu.

Kitab Padma P™raŠa dan Yajur Veda menyatakan bahwa urdhva-pundra melambangkan kaki-padma Vi Šu. Dua belas bagian badan yang ditandai dengan urdhva-pundra bukanlah sembarang tempat. Bagian-bagian tersebut adalah tempat peka yang dapat dengan mudah menyerap energi spiritual yang dihasilkan dengan pengucapan nama-nama Sri Vi Šu dan menempatkan Tuhan di posisi itu di dalam pikiran.

Kalau seorang penyembah memakai tanda Tuhan dan mengucapkan nama-Nya, Tuhan puas dan tinggal ber-sama dia. Dengan cara demikian badan material menjadi sebuah kuil suci Tuhan.

Brahmanda P™raŠa menyatakan bahwa seorang pe-nyembah yang memakai tilaka dengan penuh perhatian saat bercermin atau melihat bayangannya di air akan mencapai kediaman tertinggi Tuhan.

Dengan memakai tilaka di tempat-tempat ini dan mengucapkan nama-nama Vi Šu, orang menyucikan dan mengabdikan badannya untuk melayani Sri Vi Šu.

Kitab Hari-bhakti-vilasa menyebutkan bahwa tilaka urdhva-pundra boleh jadi berbeda bentuk, warna dan bahan menurut Sampradaya penyembah bersangkutan, namun ciri-ciri lain kurang lebih sama.

Page 53: Etiket vaisnava

53Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Tanda tersebut hendaknya jangan lengkung, tidak rata, tidak menyatu, kotor atau berbau tidak enak.

Di kening, posisi pusat antara dua garis hendaknya terbuka dari alis mata hingga batas tumbuh rambut di kepala, dan bagian bawahnya harus tersambung. Bagian yang tertutup penuh (tulasi) panjangnya boleh sampai tiga perempat turun hingga ke hidung. Saat memakai tilaka, dua garis vertikal yang melambangkan kaki-padma Tuhan dibuat terlebih dahulu, kemudian daun tulasinya.

Disebutkan bahwa Sri Vi Šu bersemayam di bagian tengah, sedangkan Brahma berada di bagian kiri dan Siva di bagian kanan.

Srila Prabhupada menasihati penyembah-penyembah di New York agar berusaha menghindari gopi-candana terjatuh saat menggosok di telapak tangan, “Jangan sampai terbuang. Itu berharga.” Jika gopi-candana jatuh ke lantai, segera bersihkan tempat itu.

Ucapkan mantra berikut (A) saat menggosok gopi-candana di telapak tangan kiri; kemudian, saat memakai tilaka dan membersihkan bagian tengah, ucapkan nama dari wujud Tuhan yang sesuai (B).

Sebagai alternatif, ucapkan satu baris sloka di bawah pada saat membuat tilaka di tempat yang telah ditunjuk di badan Anda. Setelah setiap baris sloka, saat mem-bersihkan bagian tengahnya (sebagai tempat Tuhan ber-semayam), ucapkan nama untuk wujud Tuhan yang sesuai.

(B)1) Kening: oà keçaväya namaù2) Perut (di atas pusar): oà näräyaëäya namaù3) Dada: oà mädhaväya namaù4) Tenggorokan: oà govindäya namaù5) Perut bagian kanan: oà viñëave namaù

53

Page 54: Etiket vaisnava

54 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

6) Lengan kanan: oà madhusüdanäya namaù7) Pundak kanan: oà trivikramäya namaù8) Perut bagian kiri: oà vämanäya namaù9) Lengan kiri: oà çrédharäya namaù10) Pundak kiri: oà håñékeçäya namaù11) Punggung atas: oà padmanäbhäya namaù12) Punggung bawah: oà dämodaräya namaù

Sikha tidak ditandai dengan tilaka; melainkan, setelah mencuci tangan kanan, usapkan air yang masih tersisa di tangan ke sikha sambil mengucapkan oà väsudeväya namaù.

Ada larangan di dalam kitab Brhan-Naradiya Purana untuk bersujud kepada seorang Vaishnava saat ia sedang mandi, mengumpulkan kayu untuk korban suci, me-metik bunga, membawa air, atau sedang menghormati prasadam. Jika kita dalam keadaan tidak suci, contoh-nya, jika kita sedang makan, mandi, atau memakai sepatu atau kepala tertutupi, kita hendaknya tidak menyampaikan sembah sujud ataupun menerima sembah sujud secara fisik.

Page 55: Etiket vaisnava

55Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran IV

DOA-DOA PREMA DHVANI

• jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya Añöottara-çata çré çrémad A.C. Bhaktivedanta Svämé Mahäräja çréla Prabhupäda ki jaya.

Segala pujian kepada acarya Om Vi Šu-pada 108 Tridandi Goswami A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang telah berkeliling ke mana-mana, mengajarkan keagungan Sri Hari, dan yang mantap pada tingkatan sannyasa tertinggi.

• Acarya-pendiri ISKCON-BBT çréla Prabhupäda ki jaya.

Segala pujian kepada Srila Prabhupada, Acarya-pendiri ISKCON.

• jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya Añöottara-çata çré çrémad Bhaktisiddhänta Sarasvaté Gosvämé Mahäräja çréla Prabhupäda ki jaya.

Segala pujian kepada acarya Om Visnupada 108 Tridandi Goswami Bhaktisiddhanta Sarsvati Prabhupada, yang berkeliling dunia, mengajarkan keagungan Sri Hari, dan yang mantap pada tingkatan sannyasa tertinggi. • ananta-koöi vaiñëava-vånda ki jaya.

Segala pujian kepada jutaan Vaishnava tanpa batas.

• nämäcärya çréla haridäsa öhäkur ki jaya.Segala pujian kepada Namacarya Srila Haridasa Thakura.• prem-se kaho çré-kåñëa-caitanya-prabhu-nityänanda-çri-

Page 56: Etiket vaisnava

56 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

advaita-gadädhara-çréväsädi çré-gaura-bhakta-vånda ki jaya.

Pujilah dengan penuh cinta nama-nama Sri Krishna Caitanya, Prabhu Nityananda, Sri Advaita, Sri Gadadhara, Srivasa dan semua penyembah Sri Caitanya.

• çré -çré-rädhä-kåñëa-g o p a - g o p é n ä t h a ç y ä m a - k u ë ò a rädhä-kuëòa giri-govardhana ki jaya.

Segala pujian kepada Radha dan Krishna, para gembala sapi, sapi-sapi, Syama-kunda, Radha-kunda dan Bukit Govardhana. (Kita bisa memuji Arca-arca di

Srila Prabhupada mengagungkan tilaka dalam penjelasan Srimad-Bhagavatam berikut ini:

Pada Kali-yuga sulit bagi sese-orang untuk mendapatkan emas atau perhiasan bertatahkan per-mata, tapi dua belas tanda tilaka di badan sudah cukup sebagai hiasan penuh kemujuran untuk menyucikan badan. (SB 4.12.28 penjelasan)

kuil pada saat ini)

• sri mayapur-dhäma ki jaya.

Segala pujian kepada Sri Mayapura-dhama.

• våndävana-dhäma ki jaya.

Segala pujian kepada Sri Vrindavana-dhama.

• jagannätha-puré-dhäma ki jaya.

Segala pujian kepada Sri Jagannatha-puri dhama.

• gaìgämayé ki jaya.

Segala pujian kepada Gangga-devi.

• yamunämayé ki jaya.56

Page 57: Etiket vaisnava

57Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Segala pujian kepada Yamuna-devi.

• tulasédevé ki jaya.

Segala pujian kepada Tulasi-devi.• bhaktidevé ki jaya.

Segala pujian kepada Bhakti-devi.

• çré hari-näma saìkértana ki jaya.

Segala pujian kepada pengucapan nama suci Sri Hari secara bersama-sama.

• samäveta bhakta-vånda ki jaya.

Segala pujian kepada para penyembah yang berkumpul.

• gaura-premänande hari-haribol.

• Segala pujian kepada semua penyembah yang berkumpul di sini. (tiga kali)

• Segala pujian kepada çré Guru dan çré Gauräìga.

Page 58: Etiket vaisnava

58 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

(Contoh: Ucapkan laläöe keçavaà dhyäyen lalu buat tanda tilaka di kening Anda; lalu ucapkan oà keçaväya namaù dan bersihkan bagian tengahnya.)

(A)laläöe keçavaà dhyäyen näräyaëam athodarevakñaù-sthale mädhavaà tu govindaà kaëöha-küpakeviñëuà ca dakñiëe kukñau bähau ca madhusüdanamtrivikramaà kandhare tu vämanaà väma-pärçvakeçrédharaà väma-bähau tu håñékeçaà tu kandharepåñöhe ca padmanäbhaà ca kaöyäà dämodaraà nyaset

Page 59: Etiket vaisnava

59Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran V

DOA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN BHOGA

Setelah semua bhoga ditempatkan dengan baik di piring dan gelas Arca, makanan itu hendaknya ditaruh di depan altar.

Mantra-mantra berikut hendaknya diucapkan masing-masing tiga kali sambil membunyikan genta dengan tangan kiri :

i) Srila Prabhupada pranati mantra.

ii) namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya tekåñëäya kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama

“Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krissna sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu. Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani, dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna. Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.”

iii) namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagat-hitäya kåñëäya govindäya namo namaù

“Wahai Tuhan, Engkau adalah yang mengharapkan kese-jahteraan sapi-sapi dan para brahmana, dan Engkau ada-lah yang mengharapkan kesejahteraan seluruh umat manusia dan dunia.”

Persembahan dibiarkan di altar selama beberapa menit dan kemudian dibawa ke luar setelah bersujud.

Page 60: Etiket vaisnava

60 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran VI

DOA PRASADAM (Doa-doa berikut ini hendaknya dinyanyikan sebelum menghormati prasadam Tuhan)

1) Pujian kepada prasadam Tuhanmahä-prasäde govinde näma-brahmaëi vaiñëavesvalpa-puëyavatäà räjan viçväso naiva jäyate

“Wahai Raja! Orang yang memiliki sedikit sekali kegiatan saleh, keyakinan mereka terhadap maha-prasadam, Sri Govinda, terhadap Nama Suci dan para Vaishnava tidak pernah muncul.” (Mahabharata)

2) Prasada-sevayaçaréra avidyä-jäl, jadendriya tähe käl

jéve phele viñaya-sägaretä’ra madhye jihvä ati-, lobhamay sudurmati,

tä’ke jetä kaöhina saàsärekåñëa baòa dayämay, karibäre jihvä jay,

sva-prasädänna dila bhäisei annämåta päo, rädhä-kåñëa-guëa gäo,

preme òäko caitanya-nitäi

“Wahai Tuhan, badan material ini adalah gumpalan ke-bodohan, dan indera-indera adalah jaringan jalan menuju kematian. Entah bagaimana, kami telah jatuh ke dalam samudera kenikmatan indera material ini, dan di antara semua indera lidahlah yang paling rakus dan sulit diken-dalikan; sangatlah sulit untuk mengendalikan lidah di dunia ini. Namun Engkau, Sri Krishna yang hamba cintai,

60

Page 61: Etiket vaisnava

61Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

begitu bermurah hati kepada kami dan memberikan prasadam yang nikmat ini hanya untuk mengendalikan lidah. Sekarang kami menerima prasadam ini dengan sepuas hati dan memuliakan Sri Sri Radha-Krishna, dan dengan cinta kasih memohon bantuan Sri Caitanya dan Sri Nityananda.” bhäi-re!

eka-dina çäntipure, prabhu adwaitera ghare,dui prabhu bhojane bosilo

çäk kori’ äswädana, prabhu bole bhakta-gaëa,ei çäk kåñëa äswädilo

heno çäk-äswädane, kåñëa-prema aise mane,sei preme koro äswädana

jaòa-buddhi parihari’, prasäd bhojana kori’,‘hari hari’ bolo sarva jan

“Wahai saudaraku! Suatu hari di Santipur, di rumah Sri Advaita, Sri Caitanya dan Nityananda duduk untuk makan siang. Ketika Sri Caitanya mencicipi sayur hijau, Dia ber-kata, ‘Wahai penyembah-Ku, sak ini begitu lezat! Pasti Sri Krishna telah mencicipinya.’”

“Saat mencicipi sak seperti ini, cinta kasih kepada Krishna terbit di hati. Dengan rasa cinta kasih kepada Tuhan seperti itu engkau hendaknya mencicipi prasada ini. Dengan meninggalkan segala paham duniawi, dan menerima prasada Tuhan, kalian semua ucapkan ‘Hari! Hari!’ “

Page 62: Etiket vaisnava

62 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Page 63: Etiket vaisnava

63Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

BAGIAN III

1. MENGHORMATI DAN MELAYANI PRASADAM

Bagaimana cara prasadam dilayani dan dihormati adalah hal penting dalam budaya Vaishnava. Krishna dan Guru sangat puas bukan hanya ketika makanan dimasak dan dipersembahkan dengan baik namun juga ketika prasa-dam dilayani dengan penuh perhatian dan dihormati secara layak.

A) MELAYANI PRASADAM

Idealnya, prasadam hendaknya dibagikan oleh Vaishnava yang sudah menerima diksa. Ia hendaknya suci dalam pikiran, badan, perilaku dan pakaian dan bisa melakukan pekerjaan dengan cekatan, tenang dan efisien. Sebisa mungkin, hindari berbicara dengan suara keras dan hin-dari kegaduhan yang mengganggu.

Harus dipastikan bahwa hidangan yang akan dibagikan memang masih hangat (bukan dihangatkan kembali karena sudah lama) dan bahwa semua hidangan yang hendak dibagikan sudah ada atau akan datang untuk dibagikan pada saat yang tepat.

Baik yang membagikan maupun alat yang digunakan untuk membagikan hendaknya jangan pernah sampai menyentuh piring atau tangan mereka yang sedang makan, sebab hal ini akan mencemari yang sedang membagikan dan alat-alat yang digunakan untuk membagikan. Jika hal ini terjadi, seseorang hendaknya segera mencuci tangan dan alat-alat yang tercemar sebelum melanjutkan mem-bagikan prasada.

Prasadam diletakkan dengan lembut di atas piring yang masih ada ruang kosongnya (jangan di atas garam, misal-nya), hati-hati agar tidak tercampur hidangan yang asin dengan hidangan yang manis.

Prasadam hendaknya tidak dibagikan langsung ke tangan orang yang sedang makan, kecuali yang dibagikan adalah potongan-

63

Page 64: Etiket vaisnava

64 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

potongan kecil maha-prasadam.Kecuali saat membagikan manisan kering atau makanan kering,

kita hendaknya membagikan prasadam dengan menggunakan sendok, bahkan untuk membagikan garam sekalipun.

Hanya tangan kanan yang boleh digunakan untuk mem-bagikan prasadam dan hendaknya jangan menyentuh apa pun yang tidak suci (mulut, kaki, rambut atau badan bagian bawah). Juga hendaknya jangan menguap, bersin atau meludah. Wadah prasadam hendaknya jangan sampai menyentuh kaki siapa pun. Urutan yang benar untuk membagikan berbagai hidangan adalah:· Air hendaknya dibagikan pertama.· Ketika para Gaudiya Vaishnava melayani prasadam, mereka memulai

makanan utama dengan makanan yang pahit, seperti sukta dan bayam.

· Kemudian dilanjutkan dengan dal dan gorengan (seperti pakaura dan kentang goreng).

· Setelah itu sayur-sayuran lainnya (sabji), secara ber-urutan dari sabji yang sederhana hingga mewah dan dari yang basah hingga kering.

· Kemudian sabji basah yang mewah kembali dibagikan.· Diikuti oleh raita dan chutney.· Akhirnya manisan dibagikan dari yang sedikit manis hingga paling

manis.· Nasi dan capati hendaknya dibagikan dari awal dan ditambah

sesuai kebutuhan, sampai mereka yang menghormati prasadam menghabiskan semua sabjinya. (Kalau bisa, capati hendaknya dibagikan saat masih hangat).Prasadam yang dibagikan bisa sedikit, namun ketika penyembah

menghabiskan satu jenis makanan, kita hen-daknya selalu siap untuk menambahkan. Kita hendaknya memberikan sebanyak yang mereka inginkan. Hendaknya jangan pelit dan menyimpan di belakang karena kita ingin memakannya nanti. Prasadam dimaksudkan untuk diba-gikan. Hendaknya jangan sampai penyembah ditinggal dengan piring kosong kecuali saat sudah selesai makan.

Yang membagikan atau tuan rumah bisa menjelaskan hal-hal 64

Page 65: Etiket vaisnava

65Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

baik berkaitan dengan hidangan yang sedang dibagikannya. Kecuali diperlukan untuk pengajaran, kita hendaknya tidak berbicara ketika menghormati prasadam. Mendengar ceramah atau kaset pada saat ini juga ber-manfaat. Beberapa penyembah bisa membacakan Buku Krishna atau Srila Prabhupada Lilamrita.

Semua orang yang ada dalam satu kelompok hendaknya diberikan jenis hidangan yang sama. Bila sekelompok orang makan bersama-sama, hendaknya jangan mem-berikan jenis hidangan kepada seseorang di mana jenis hidangan itu tidak diberikan kepada yang lainnya. Penyembah yang sedang membagikan prasadam hendak-nya jangan pilih kasih. Kalau memungkinkan, mereka yang sedang menjalani diet khusus hendaknya makan di tempat terpisah.

Prasadam bisa dibagikan dari wadah yang biasa digu-nakan untuk keperluan tersebut.

Wadah hendaknya jangan diseret di sepanjang lantai dan juga hendaknya jangan ada suara gemerincing yang diciptakan oleh gagang wadah itu atau alat-alat lainnya.

Setelah semua selesai menghormati prasadam, tempat itu harus segera dibersihkan. Penyembah juga dapat me-ngumpulkan sisa makanan yang jatuh dari piring dan membuangnya ke tempat sampah.

B) MENGHORMATI PRASADAMSaat menghormati prasadam hendaknya kita dalam kea-daan bersih, sudah mencuci tangan, kaki dan mulut. Sikha juga harus diikat, kepala jangan ditutup (bagi laki-laki) dan tidak memakai alas kaki.

Hendaknya makan di tempat yang bersih, lapang dan tenang. Kalau bisa hindari makan di dalam kendaraan. (Saat mengadakan yatra hal ini sulit dihindari).

Hendaknya jangan makan saat sandhya (saat matahari terbit, tepat tengah hari atau matahari terbenam), sebelum mandi, atau sebelum melakukan japa Gayatri atau pemu-jaan Arca pada pagi

Page 66: Etiket vaisnava

66 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

hari.Juga, tidaklah baik makan lagi sebelum makanan yang sudah

dimakan sebelumnya dicerna dengan baik.Sebaiknya makan dengan sikap duduk bersila, tidak dengan

kaki terjulur. Menaruh piring di atas pangkuan juga tidak baik. Ayurveda menganjurkan duduk di lantai (dengan asana) saat prasadam, dengan posisi bersila untuk mempermudah pencernaan. Namun, bagi mereka yang berumur lebih dari lima puluh tahun (saat kondisi badan tidak lagi mendukung), bisa makan sambil duduk di kursi.

Sebelum mulai makan, hendaknya kita memandang ke arah prasadam dan menyampaikan penghormatan, sambil ingat bahwa ini adalah karunia Krsna.

Kita hendaknya menga-gungkan prasadam Tuhan dengan cara mengucap-kan doa pujian.C) ATURAN MAKAN DAN MINUM AIRSaat makan atau minum, jangan membuat suara yang mengganggu atau mencari-cari kejelekan rasa prasadam itu.

Gunakan hanya kelima jari tangan kanan untuk me-nyentuh atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Makan dengan menggunakan jari-jari tangan dianjurkan sebab proses pencernaan berawal saat jari-jari merasakan sentuhan makanan.

Tangan kiri hendaknya digunakan hanya untuk meng-ambil gelas air, dan kemudian saat meminum air usahakan jangan sampai bibir menyentuh gelas.

Potong atau robek makanan yang berukuran lebar seperti capati dan puri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan dan kemudian masukkan ke dalam mulut dalam ukuran kecil-kecil. Jangan menggunakan tangan kiri untuk memotong/ merobek capati dan puri. Hendak-nya jangan memakan makanan yang lebar dengan cara memasukkan ke dalam mulut lalu merobeknya dengan menggunakan gigi.

Saat tangan kanan masih bersih (sebelum mulai makan), bisa digunakan memegang gelas untuk meminum air supaya gelas tidak menyentuh bibir. Saat sudah mulai makan, tangan kanan menyentuh mulut, jadi kita hendak-nya mengambil gelas dengan

Page 67: Etiket vaisnava

67Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

tangan kiri dan meminum air tanpa menyentuh bibir. Jika tidak bisa meminum dengan baik, bisa menggunakan tangan kanan dan minum dengan menggunakan bibir.

D) BANYAKNYA MAKANAN

Makan berlebihan menyebabkan penyakit dan mengu-rangi umur, juga bisa menghentikan kemajuan spiritual kita, menimbulkan dosa dan menjadikan kita sebagai sasaran kritik.

Idealnya kita makan supaya setengah bagian perut kita berisi makanan, seperempat bagian terisi air dan sisanya udara.

E) SEHABIS MAKAN

Dibenarkan untuk mengucapkan prema-dhvani sehabis makan, sebelum beranjak bangun.

Sehabis makan dan saat menunggu yang lainnya sele-sai, kita bisa mengucapkan dengan suara keras berbagai sloka dan doa yang mengagungkan Tuhan.

Untuk menghormati yang lain yang masih sedang ma-kan, semua yang berada dalam satu baris hendaknya me-nunggu yang lainnya dalam baris yang sama selesai, sebelum beranjak bangun.

Setelah beranjak bangun, kita hendaknya segera men-cuci tangan tanpa menunda lagi, kemudian berkumur sekurang-kurangnya tiga kali dan akhirnya mencuci kaki.

Jangan tidur atau melakukan pekerjaan berat apa pun langsung sehabis makan.

Sebaiknya kita menenangkan pikiran begitu selesai makan, dengan cara mengingat Tuhan, berjapa serta men-diskusikan lila-Nya.

Selesai makan, area tempat makan hendaknya segera dibersihkan dengan air.

67

Page 68: Etiket vaisnava

68 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Page 69: Etiket vaisnava

69Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

BAGIAN IV

1. HUBUNGAN DENGAN BERBAGAI GOLONGAN PENYEMBAH

A) TIGA GOLONGAN PENYEMBAH

Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam Upadesamrita bahwa orang hendaknya menghormati di dalam pikiran penyembah yang mengucapkan Nama Suci Krishna, ber-sujud dengan penuh hormat kepada penyembah yang sudah menjalani inisiasi spiritual, dan bergaul serta mela-yani dengan tulus seorang penyembah murni yang sudah maju dalam bhakti yang tidak pernah menyimpang dan yang hatinya bebas sepenuhnya dari kecenderungan mengkritik orang lain.

B) HUBUNGAN DENGAN GURU SPIRITUAL

a) Kita hendaknya bersikap rendah hati di hadapan Guru dan melakukan pelayanan kepada Guru.

b) Kita hendaknya mengemban perintah Guru dengan se-penuh jiwa dan raga.

c) Di hadapan Guru, kita hendaknya jangan mengajarkan orang lain tanpa menerima izin Guru.

d) Saat Guru masih ada, hendaknya kita tidak menerima murid kita sendiri.

e) Kita hendaknya bersungguh-sungguh menjalankan pe-rintah Guru tanpa membantah. Kita hendaknya tidak mengabaikan perintah Guru dengan berpikir bahwa kita mengetahui “maksud yang sebenarnya”.

f ) Kita hendaknya jangan pernah mengajari Guru kita sendiri. Bahkan jika kita ingin menyampaikan sesuatu kepada Guru dengan berpikir bahwa informasi ini mungkin bisa membantu, kita hendaknya selalu me-nyampaikannya dengan sikap sangat

Page 70: Etiket vaisnava

70 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

rendah hati.g) Kita hendaknya jangan berbantahan dengan Guru.h) Kita hendaknya jangan memamerkan kemampuan kita di

hadapan Guru dan hendaknya selalu bersikap rendah hati.i) Kita hendaknya jangan pernah duduk sejajar dengan Guru

kecuali atas restunya.Seperti halnya Sri Krishna tidak berbeda dengan Nama atau

gambar-Nya, begitu pula tidak ada perbedaan antara Guru dan nama serta gambarnya, sehingga kita hendaknya menyimpan gambar Guru dan Krishna di tempat yang layak.

Kita hendaknya jangan membaca buku yang ditulis bukan oleh Guru dan parampara kecuali atas izin dan restu Guru.

C) HUBUNGAN DENGAN SENIOR

a) Dalam tradisi Vaishnava, menghormati orang yang lebih senior daripada kita merupakan suatu ungkapan pen-ting kerendahan hati kita.

b) Dalam deretan senioritas, Vaishnava yang paling senior adalah Guru, yang harus dihormati sebagai wakil Tuhan, jadi beliau harus dihormati layaknya penghor-matan lepada Krishna sendiri.

c) Berikutnya adalah para sannyasi. Di kalangan para san-nyasi sendiri, senioritas dipertimbangkan berdasarkan siapa yang menerima diksa sannyasa lebih dahulu.

Kita hendaknya bersujud dengan hormat kepada setiap sannyasi, khususnya bila kita lebih dahulu me-lihat mereka.

B a h k a n s a n n y a s i m a y a va d i s e k a l i p u n hendaknya dihormati dengan pantas, meskipun

Lebih terperinci lihat Lampiran VI (Hal. 50)

kita hendaknya jangan bergaul dengan mereka.d) Berikutnya adalah saudara seguru Guru kita. Mereka hendaknya

dihormati seperti kita menghormati Guru.e) Penyembah yang sudah menerima diksa Brahmana hendaknya

dihormati. Kembali, senioritas ditentukan berdasarkan siapa yang didiksa lebih dahulu.

Page 71: Etiket vaisnava

71Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

f ) Penyembah yang menerima diksa lebih dahulu daripada kita hendaknya dihormati.

g) Penghormatan khusus harus diberikan kepada penyem-bah yang berusia lebih tua daripada kita.

h) Hendaknya kita jangan mengajar orang lain di hadapan Vaishnava senior tanpa memperoleh restunya terlebih dahulu.

i) Saat lampu ghee diedarkan kepada para penyembah setelah arati, senioritas harus diperhatikan.

D) HUBUNGAN DENGAN SAUDARA SEGURU

a) Sesama saudara seguru hendaknya saling memanggil “Prabhu”. Akan tetapi, kita hendaknya jangan mencoba menjadi Prabhu hanya karena kita dipanggil demikian. Kita hendaknya tetap sebagai pelayan semata dan mem-perlakukan yang lainnya sebagai Prabhu.

b) Kita adalah pelayan dari saudara seguru dan kita harus melayani sesuai dengan tingkatan tertentu saudara seguru kita.

Kepada saudara seguru yang lebih senior, hendaknya kita bertanya dengan rendah hati, mematuhi nasihatnya dan berusaha menjadi pelayan yang patuh.

Terhadap saudara seguru yang sejajar, kita hendak-nya melayani dengan sikap bersahabat, saling memban-tu dan menyemangatkan.

Terhadap yang lebih junior daripada kita, hendaknya kita melayani mereka dengan cara membimbing, meng-arahkan, menyemangatkan dan memberi pencerahan.

c) Ketika bertemu dengan saudara seguru hendaknya kita bersujud sambil mengucapkan doa

väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù

d) Kita hendaknya kita jangan pernah menerima saudara seguru sebagai pelayan kita kecuali diizinkan atau diperintahkan oleh Guru.

e) Kita harus menghindari agar pepatah “Keakraban melahirkan

Page 72: Etiket vaisnava

72 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

sikap tidak hormat” memasuki hubungan antar penyembah. Hubungan sesama penyembah hen-daknya penuh penghormatan dan tanpa berbuat kesa-lahan serta tanpa sikap berpura-pura.

f ) Penyembah tidak boleh memanggil sesama penyembah dengan menggunakan nama karminya.

g) Hendaknya jangan memuji diri sendiri atau membang-gakan prestasi atau kemampuan diri sendiri kepada penyembah lain. Kita hendaknya mengetahui bahwa sesungguhnya kita tidak memiliki kualifikasi. Apa pun yang mampu kita lakukan semata-mata atas karunia Guru dan para Vaishnava.

h) Apabila ada saudara seguru yang mengalami kesulitan karena sakit atau kehilangan anggota keluarga dan/ atau sedang mengalami gangguan emosi karena alasan tertentu, kita harus membantu dengan kata-kata atau tindakan. Seperti pepatah mengatakan “Kawan dalam kesusahan adalah kawan sejati.” Persaudaraan di antara penyembah akan diuji saat mengalami kesulitan. Kita tidak dapat mengabaikan perkembangan yang seperti itu dengan menganggapnya sebagai ‘duniawi’.

i) Kalau ada penyembah yang menyimpang dari jalur bhakti dan tidak lagi bergaul dengan para penyembah selama waktu tertentu, ia hendaknya jangan disalahkan karena berada dalam ‘maya’ atau dinasihati sedemikian rupa sehingga semakin mendorong mereka menjauh dari kaki-padma Guru. Kita harus memberi kasih sa-yang, dorongan dan persahabatan dan menjadikan mereka kembali merasa sebagai satu keluarga dalam pergaulan penyembah.

E) HUBUNGAN DENGAN PEREMPUAN

a) Seorang perempuan hendaknya sungguh-sungguh di-hormati, terutama kalau ia seorang Vaishnavi, dan hendaknya diperlakukan sebagaimana mestinya.

b) Seorang brahmacari hendaknya memandang setiap perempuan sebagai ibunya dan seorang grhastha hen-daknya melihat setiap perempuan kecuali istrinya sendiri sebagai ibu.

c) Brahmacari hendaknya bergaul dengan para Mataji ha-nya sejauh yang diperlukan untuk melakukan pela-yanan bhakti

Page 73: Etiket vaisnava

73Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

dan tidak lebih daripada itu.

F) HUBUNGAN DENGAN TAMUKetika ada tamu datang berkunjung ke kuil atau rumah kita, menurut etika Vaishnava kita harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat dan kasih sayang. Mereka hendaknya disambut dengan tutur kata yang manis, tempat duduk, air dan prasadam sesuai kemam-puan kita.

G) MENYAPA VAISHNAVA

a) Srila Prabhupada harus disapa sebagai “His Divine Grace,” Guru dan sannyasi sebagai “His Holiness” dan saudara seguru sebagai “His Grace”

b) Nama saudara seguru bisa diberi awalan “Sriman”.c) Nama seorang brahmacari bisa ditambahi dengan sebutan

“Brahmacari”, misalnya Krishna dasa Brahma-cari, seorang grhastha dengan sebutan “Adhikari” dan seorang sannyasi dengan sebutan “Maharaja,” “Swami” atau “Goswami.”

H) HUBUNGAN DENGAN VAISHNAVA LAINNYA

Kita boleh menghormati, namun hendaknya jangan ber-gaul dengan orang-orang golongan berikut:

# Vaishnava dengan watak yang buruk atau meragukan# Para Sahajiya# Sampradaya Vaishnava yang tidak bisa dipercaya# Para Sannyasi Mayavadi

I) VAISHNAVA JANGAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG MATERIALa) Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam ‘Upadesamrita’ berkaitan

dengan Vaishnava:“..... Penyembah yang demikian hendaknya jangan dilihat dari sudut pandang material. Memang, hen-daknya tidak dianggap penting kalau seorang penyembah memiliki badan yang lahir

73

Page 74: Etiket vaisnava

74 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

dalam keluarga rendah, badan dan wajah yang kurang baik, badan cacat, badan sakit atau badan lemah.”

b) Dengan kata lain, kita hendaknya mengabaikan segala kekurangan badaniah berupa penampilan yang kurang baik, kelahiran rendah, pendidikan rendah, dsb. Setiap Vaishnava yang berusaha melayani Tuhan harus diang-gap Suci.

c) Dinyatakan dalam sastra bahwa merupakan mentalitas jahat bila menganggap seorang Vaishnava berasal dari kasta tertentu atau menganggapnya sama dengan orang biasa.

J) BADAN SEORANG VAISHNAVA ADALAH SEBUAH KUILa) Badan seorang Vaishnava harus dipandang sebagai kuil Vishnu.

Karena itu, ketika bersujud kepada seorang Vaishnava kita hendaknya ingat bahwa kita juga sedang bersujud kepada Sri Vishnu yang bersemayam di hati.

b)Oleh sebab itu, kita hendaknya jangan pernah melang-kahi badan seorang Vaishnava.

K) KARUNIA PARA VAISHNAVA SANGAT DIBUTUHKAN

a) Kita hendaknya tidak memulai suatu kegiatan penting dalam kehidupan kita tanpa terlebih dulu menerima karunia para Vaishnava.

b) Orang harus selalu menganggap dirinya bergantung pada karunia para Vaishnava.

L) HUBUNGAN CINTA KASIH SESAMA VAISHNAVA

a) Srila Rupa Gosvami menjelaskan dalam Upadesamrita bahwa ada enam pertukaran cinta kasih sesama Vaishnava :· memberi hadiah sebagai sumbangan,· menerima hadiah sebagai sumbangan,· mengungkapkan isi hati secara rahasia,· bertanya secara rahasia,· menerima prasadam,· memberi prasadam.

b) Bila seseorang mengunjungi kuil ia hendaknya mene-rima prasadam dari para Vaishnava.

c) Bagi para grhastha, merupakan kewajiban mereka un-tuk

Page 75: Etiket vaisnava

75Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

mengundang para Vaishnava ke rumahnya untuk menyuguhi prasadam.

d) Hadiah yang paling bernilai yang bisa kita berikan atau terima adalah Krishna-katha, pengetahuan spiritual kesadaran Krishna.

e) Para grhastha yang tinggal di luar kuil hendaknya ber-usaha mengundang penyembah yang berada dalam tahap pelepasan ikatan untuk mengajarkan di rumah mereka.

2) HUBUNGAN DENGAN ORANG YANG BUKAN PENYEMBAH

I. Kita hendaknya tidak membiarkan orang yang bukan penyembah menyentuh kaki kita. Tetapi kalau mereka bersikeras untuk melakukannya dan tidak ada cara untuk menghindar, kita bisa mengingat para acarya terdahulu dan Guru, dan terima namaskara mereka lalu kembalikan sambil mencakupkan tangan.

II. Dua golongan orang yang bukan penyembahKepada orang yang tulus kita hendaknya menjadi orang yang mengharapkan kebaikan. Dengan sikap hormat, kita hendaknya berusaha memberi pencerahan dan memberi pergaulan Guru kita. Tetapi kita hendaknya jangan menerima pergaulan mereka dengan sibuk da-lam kegiatan yang memberi mereka kesenangan hidup misalnya dalam kegiatan duniawi.

Terkait para ateis, kita hendaknya menghindari me-reka. Merupakan kesalahan terhadap Nama Suci jika kita mengajarkan kepada orang-orang semacam itu. Tapi, kita boleh mengajarkan jika mereka mau men-dengar dari kita dengan sikap rendah hati.

III. Menyapa orang yang bukan penyembaha) Jika orang tersebut seorang teman, kita bisa meng-ucapkan

Hare Krishna dan sambil mencakupkan tangan menyentuh kepala kita.

b) Jika orang tersebut anggota keluarga kita yang lebih tua maka kita hendaknya mengucapkan Hare Krishna dan bersujud kepadanya.

IV. Kalau kita berhadapan dengan orang yang mengkritik Guru,

Page 76: Etiket vaisnava

76 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Vaishnava atau sastra, maka kita harus mampu mengalahkannya dalam adu argumen atau mening-galkan tempat itu dengan segera. Mendengarkan penghinaan seperti itu merupakan salah satu halangan terbesar bagi kemajuan spiritual kita.

Page 77: Etiket vaisnava

77Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran VII

MENERIMA TAMU ATITHI-SEVA (di kuil atau di rumah)

Kata Sanskerta ‘atithi’ artinya ‘tidak terjadwal’. Tamu yang tidak terjadwal atau tak terduga dianggap sebagai utusan Tuhan, sebab kedatangannya tanpa pemberitahuan, ba-rangkali Tuhan ingin menguji penyembah-Nya dan ingin melihat bagaimana kesiapannya untuk melayani dalam segala situasi. Dengan pemahaman seperti ini, kita hen-daknya melayani tamu tersebut.

Lebih terperinci lihat Lampiran

VII di akhir bagian ini. (Hal. 67)

Kuil Tuhan, baik yang terbuka untuk umum maupun d i rumah pr ibad i , hendaknya menjadi sebuah tempat di mana pengunjungnya dapat ikut serta dalam kegiatan kuil sebisa mungkin.

Dalam ISKCON, pene-rimaan tamu secara layak sangatlah penting, sebab perkumpulan kita adalah sebuah misi pengajaran.

Penerimaan tamu seca-ra layak dapat mencip-takan perbedaan antara orang yang datang ke kuil sekali dan tidak pernah kembali, atau menjadi tamu yang teratur berkunjung dan akhirnya menjadi penyembah Krishna.

Pengunjung yang datang teratur, tamu yang diundang khusus, life member, Vaishnava yang berkunjung, kerabat para Vaishnava semua hendaknya diperlakukan sede-mikian rupa sehingga mereka akan merasa nyaman dan ingin datang kembali.

Setiap penyembah harus belajar bagaimana melayani tamu, tetapi penyembah yang tinggal di kuil yang secara teratur memuja Arca hendaknya memiliki keahlian khusus dalam hal ini, sebab mereka secara langsung mewakili Sang Pemilik kuil. Bahkan pemujaan Arca kelas-utama secara mewah sekalipun, akan gagal memikat kedatangan tamu kalau penghuni kuil mengabaikan

Page 78: Etiket vaisnava

78 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

sang tamu.Penerimaan tamu secara layak merupakan tugas khusus para

grhastha. Kalau para grhastha tidak melayani secara hangat tamu tak terduga, tidak peduli siapa dia, maka dia melakukan kesalahan besar. Namun bukan hanya para grhastha, siapa saja dalam setiap asrama dan varna hen-daknya menerima tamu dengan layak.

Unsur utama dalam menerima tamu adalah penyam-paian rasa hormat dan kenyamanan, meliputi makanan dan air, tempat duduk, tutur kata yang manis, pelayanan demi kenyamanan sang tamu (seperti fasilitas kamar mandi), dan tempat untuk beristirahat.

Ketika tamu baru datang, kita hendaknya datang me-nyambut dan ketika tamu pergi, hendaknya kita mene-maninya, setidak-tidaknya sampai di depan rumah atau halaman.

Persembahkan pe-mujaan sederhana ataupun terperinci. (Supaya praktis, kita bisa memuja tamu de-ngan dua jenis sarana, yakni krim cendana dan bunga atau garlan atau tempat duduk dan air pencuci kaki.)

Memberikan hadiah seperti pakaian, emas, uang atau biji-bijian.Kita hendaknya menghormati orang yang lebih tua, orang tua

dan Guru dengan cara bangkit dari tempat duduk, memperkenalkan diri lalu bersujud. Pemujaan dan hadiah disediakan untuk Guru.

PERILAKU YANG PANTAS MENJADI SEORANG TAMU

Seorang tamu Vaishnava hendaknya berperilaku ideal, baik tuan rumahnya juga Vaishnava ataupun simpatisan/ teman baik para Vaishnava. Berikut ini adalah beberapa etika umum yang diterapkan sebagai tamu Vaishnava :

1) Jika Anda tamu yang diundang, hendaknya jangan melebihi/ memperpanjang waktu kunjungan. Misalnya, kalau diundang untuk makan-makan, Anda bisa beris-tirahat sejenak sehabis makan untuk memperlancar pen-cernaan, tapi jangan membebani tuan rumah dengan tinggal dan berbincang-bincang selama berjam-jam, kecuali diminta untuk itu.

Page 79: Etiket vaisnava

79Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

2) Jangan mengajak tamu/ teman sendiri dalam memenuhi undangan kita. Kalau kita ingin mengajak tamu lain, minta izin terlebih dahulu kepada tuan rumah.

3) Jika diizinkan menggunakan telepon, mesin fax atau fasilitas semacam itu, tawarkan untuk membayar biaya pemakaian.

4) Ketika berencana untuk mengunjungi teman atau ke-nalan tanpa diundang, usahakan agar calon tuan rumah mengetahui kapan Anda tiba dan berapa lama ingin tinggal.

5) Kecuali diundang atau telah menyampaikan kepada tuan rumah, usahakan agar tidak tiba di kuil atau di rumah yang akan menjamu kita pada siang hari atau pada awal sore hari, saat Arca maupun orang-orang umumnya beristirahat setelah makan siang.

6) Apabila tinggal selama beberapa hari di rumah yang menjamu kita, dibenarkan untuk memberikan hadiah kenang-kenangan kepada anggota keluarga tersebut sebagai ucapan terima kasih.

PROSEDUR UNTUK MENERIMA VAISHNAVAKita hendaknya memberi perhatian khusus untuk men-jamu Vaishnava senior, sannyasi dan terutama Guru kita. Sebelum tamu Vaishnava itu tiba, tempat tinggalnya harus disiapkan, dibersihkan dan dilengkapi dengan sarana yang diperlukan (seperti panca-patra, cermin, tilaka, han-duk, air minum serta tempat tidur yang bersih). Kalau bisa, sediakan satu set buku Srila Prabhupada. Kita juga bisa menyediakan beberapa dupa, pegangan dupa serta korek api. Ruangan untuk tamu juga bisa dihiasi dengan vas bunga, gambar-gambar rohani dsb.

Ketika seorang tamu Vaishnava tiba, kita hendaknya ke luar untuk menyambut, lebih baik lagi dengan kirtana, garlan serta krim cendana (kecuali cuaca di luar dingin). Kemudian kita bersujud dan menyambut dengan kata-kata manis lalu mengajak tamu duduk. Apabila kita menerima Guru kita sendiri, hendaknya kita memuja beliau pada saat ini (seizin beliau) dengan mempersembahkan arati, mempersembahkan bunga di kaki beliau dan bersujud. Kita harus siap menyuguhkan prasadam dengan segera, tapi terlebih dahulu tanyakan apakah tamu tersebut ingin mandi atau beristirahat sebelum menerima prasadam. Jika pantas,

Page 80: Etiket vaisnava

kita hendaknya memperkenalkan tamu tersebut kepada penghuni kuil atau anggota keluarga lainnya, dan hendaknya bertanya jika ada pelayanan yang bisa di-lakukan.

Kita juga bertanya kepada tamu bersangkutan berapa lama ingin tinggal, dengan berhati-hati agar tidak memberi kesan bahwa kita menanti-nanti kepergiannya. Justru, kita hendaknya mendorong tamu kita agar tinggal lebih lama dari rencananya.

Page 81: Etiket vaisnava

BAGIAN V

SADHANADalam latihan kesadaran Krishna orang harus menerima dan mengikuti beberapa prinsip aturan dengan tulus, baik yang berupa larangan (negatif ) maupun yang berupa an-juran (positif ). Srila Rupa Gosvami telah memberi daftar 64 prinsip aturan tersebut, lima di antaranya dianggap paling penting.

· Memuja Arca· Mendengar Srimad Bhagavatam· Bergaul dengan penyembah Tuhan· Mengucapkan Nama Suci Tuhan· Tinggal di Dhama Suci (atau memuja Tulasi-devi)

A) JAPAa) Mengucapkan Nama Suci

Tuhan adalah kegiatan ter-penting dalam kehidupan penyembah. Berjapa adalah proses inti yang diberikan oleh semua acarya agung untuk penyucian hati.

Sebagai pengikut Srila Prabhu-pada, Acarya-Pendiri ISKCON, kita hendaknya menganggap bahwa setiap tamu yang da-tang ke kuil adalah tamu beliau.

Berjapa adalah sumpah pertama yang diucapkan penyembah di hadapan Guru saat me-nerima diksa. Karena itu, berjapa Maha-mantra Hare Krishna yang telah ditentukan sekurang-kurangnya enam belas putaran sehari, tanpa pernah gagal, adalah hal mutlak bagi setiap penyembah yang serius.

b) Srila Prabhupada mengatakan bahwa 99% kemajuan spiritual kita bersumber dari pengucapan Nama Suci. Dengan demikian, penyembah yang tulus dan teratur berjapa sekurang-kurangnya enam belas putaran sehari, menghindari kesalahan-kesalahan,

81

Page 82: Etiket vaisnava

82 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

akan cepat men-capai kemajuan dalam kesadaran Krishna.c) Japa Sebuah Kegiatan yang Eksklusif/ Tersendiri.

Bila kita menganggap suatu kegiatan itu penting, maka kita akan meluangkan waktu secara khusus untuk ke-giatan tersebut. Begitu pula, setiap penyembah harus meluangkan waktu yang dibutuhkan untuk menuntas-kan putaran japanya secara eksklusif tanpa melakukan kegiatan lainnya, meskipun barangkali kegiatan itu merupakan bentuk kegiatan bhakti lainnya.

Misalnya, saat berjapa enam belas putaran kewajiban kita, hendaknya jangan membaca koran atau berbin-cang-bincang dengan orang lain atau bahkan sambil mendengar kirtana. Japa adalah kegiatan yang menun-tut perhatian sempurna kita, tanpa terbagi.

Saat berjapa, panggilan telepon hendaknya jangan dilayani. Dengan ramah si penelpon bisa diminta untuk meninggalkan pesan atau menelpon kemudian. Bahkan tamu yang datang berkunjung hendaknya diminta un-tuk menunggu.

Saat kita mengucapkan Nama Suci, kita langsung ber-ada dalam hubungan erat dengan Tuhan Yang Maha-kuasa,

Sri Krishna, sebab Krishna tidak berbeda dengan nama-Nya. Dalam wujud sebagai nama-Nya, Krishna, Personalitas/ Sosok yang paling penting di seluruh ciptaan, s e d a n g m e m b e r i perhatian kepada kita. Karena itu, jangan b iarkan ada yang menyela “Pertemuan”

Menurut Pancaratrika-vidhi, kita bisa menyampikan rasa hormat dengan cara:

- Bangkit dari tempat duduk saat atasan datang.

- Memperkenalkan diri dan me-nyampaikan salam.

- Menyampaikan sembah sujud dengan lima atau delapan ba-gian anggota badan,

suci ini. (Ingat: Di mana ada kemauan, di sana ada jalan)

d) Keinginan yang Kuat

Page 83: Etiket vaisnava

83Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Dasar kehidupan spiritual kita adalah keinginan yang kuat. Keinginan dan semangat yang kuat untuk meng-ucapkan Nama Suci adalah hal yang sangat memuaskan bagi Krishna dan merupakan kebutuhan dasar untuk japa yang bagus.

Keinginan yang kuat harus terwujud berupa tekad yang mantap untuk menuntaskan putaran japa yang telah ditentukan setiap hari bahkan dalam keadaan yang sangat sulit dan penuh cobaan dan juga berupa usaha tabah untuk meningkatkan kualitas japa kita. Oleh se-bab itu, kita harus bertekad untuk melakukan tindakan apa pun yang diperlukan untuk bisa mencapai standar japa yang bagus, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan menghindari setiap tindakan yang dapat mencemari japa kita.

Bagaimana cara meningkatkan intensitas keinginan dan tekad kita? Melalui proses “nityam bhagavata sevaya” melayani para penyembah secara teratur dan mendengar Krsna-katha dengan rendah hati.

e) Mendengar Dengan Penuh PerhatianKualitas japa kita ditentukan oleh kualitas kita mende-ngarkannya. Karena itu, mendengar dengan penuh perhatian adalah aspek terpenting dalam japa. Srila Prabhupada berkata, “...Pusatkan pikiran sepenuhnya pada vibrasi suara mantra, sambil mengucapkan setiap nama dengan jelas... jangan berjapa dengan tergesa-gesa, yang lebih penting adalah mendengar.” Selan-jutnya, “Saat berjapa, berusaha dengarkan kata demi kata dengan penuh perhatian...”

Tanpa mendengar dengan penuh perhatian, japa kita akan menjadi hal mekanis dan terasa hambar.

f ) Keyakinan yang Mantap Terhadap Nama Suci. “Apa yang mesti kita lakukan adalah mengucapkan Nama Suci Tuhan dengan penuh keyakinan, antusias/ semangat dan kepercayaan yang mantap terhadap per-nyataan Sri Caitanya bahwa hanya dengan mengu-capkan Maha-mantra, orang bisa diangkat secara berangusr-angsur hingga tingkatan tertinggi.”

Page 84: Etiket vaisnava

84 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

- Srila Prabhupadag) Memahami Arti Maha-mantra

Oleh karena Maha-mantra adalah vibrasi suara rohani, mantra ini akan bertindak baik kita mengetahui artinya ataupun tidak. Tapi, kita harus mengetahui apa sebenarnya doa yang sedang kita panjatkan saat mengucapkan Maha-mantra.

h) Dengan Mood/ Suasana Hati yang MemelasOleh karena Maha-mantra Hare Krishna adalah sebuah doa, maka kita harus mengucapkannya dengan mood/ sikap memohon, dengan mengerti sepenuhnya arti mantra itu. Pengucapan kita hendaknya seperti tangisan keputusasaan seorang anak kecil yang kehilangan ibu-nya dan berusaha memanggil sang ibu. Suasana hati kita haruslah seperti orang yang tak berdaya dan me-nyampaikan rasa kebergantungan kepada Krishna.

i) Tanpa Motivasi MaterialDalam bhakti-marga yang kita jalani, kita dilatih untuk melang-kah maju menuju tu-juan bhakti yang mur-ni, tanpa motif dan dilaksanakan tanpa henti.

Karena itu kita hen-daknya berjapa ja-ngan untuk mencari keuntungan material atau menda-patkan fasilitas untuk kenikmatan indera. Satu-satunya karunia yang dibenarkan yang bisa dimohon kepada Tuhan ialah agar bisa melayani-Nya dan kemampuan serta kesempatan untuk mengucapkan Nama Suci-Nya senantiasa.

j) Kerendahan HatiSri Caitanya menyatakan dalam doa ‘Siksastaka’ bahwa sebelum kita bisa bersikap lebih rendah hati daripada sehelai rumput (trnad api sunicena), maka kita tidak akan bisa mengucapkan Nama Suci senantiasa. Memang kerendahan hati muncul secara alami dan datang secara otomatis seiring dengan kemajuan bhakti, tapi kita harus berusaha secara sadar untuk menjadi rendah hati dalam segala sikap dan kontak kita dengan orang lain, ter-utama dengan penyembah. Kita harus selalu mewas-

Page 85: Etiket vaisnava

85Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

padai rasa bangga yang palsu dan segera mengambil tindakan begitu hal itu menunjukkan tanda-tanda ke-munculan. Sikap sombong dan Nama Suci tidak bisa berjalan beriringan.

k) Lingkungan yang MendukungKita hendaknya memilih lingkungan yang mendukung untuk bisa berjapa dengan baik. Sebisa mungkin di tempat yang terisolir, tempat yang tenang dan tanpa gangguan. Duduk di beranda/ teras dan berjapa sambil mengamati orang lalu-lalang di jalan bukanlah cara yang baik untuk berjapa.

Namun, ada banyak penyembah yang harus me-nempuh perjalanan jauh dengan kendaraan umum untuk sampai ke tempat kerjanya. Dengan segala cara, penyembah bisa berjapa saat melakukan perjalanan pulang-pergi, tapi japa tersebut hendaknya dianggap sebagai tambahan dan bukan bagian dari enam belas (16) putaran japa yang telah ditentukan sebab kualitas japa itu tidak akan bagus.

l) Sikap Bada duduk, berdiri dan berjalanApabila pikiran kita selalu dalam keadaan penuh per-hatian, sikap duduk membuat kualitas japa menjadi sangat bagus. Dianjurkan agar kita duduk bersila, dengan punggung tegak lurus. Menyan-darkan punggung ke tembok atau membungkukkan pung-gung atau bahkan menaruh siku di atas lutut atau paha hen-daknya dihindari sebab sikap itu membuat kita cepat mengantuk. Lebih buruk lagi, terlentang di kursi atau berbaring di tempat tidur ini merupakan cara cepat untuk tertidur.

Jika kita merasa mengantuk atau kalau pikiran sangat ge-lisah, lebih baik berjapa sambil berdiri atau berjalan. Bagai-manapun, apa gunanya jika ba-dan diam tenang tapi pikiran mengembara ke sana-kemari?

Juga, saat berdiri kita hen-daknya menghindari godaan untuk bersandar di dinding agar jangan tertidur. Pikiran yang ter-ikat selalu mencari-cari cara untuk menipu diri kita dari me-rasakan nama Krishna.

Banyak penyembah yang lebih memilih untuk berjapa sambil 85

Page 86: Etiket vaisnava

86 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

berjalan-jalan. Sementara memang cara ini dibenarkan oleh para acarya, tapi kita hen-daknya menghindari menoleh ke sana-kemari atau perhatian ter-alihkan oleh benda yang kita lewati atau orang-orang di se-panjang jalan. Sebuah saran yang cukup membantu ia-lah berjalan dengan kepala sedikit menunduk.

m) KewaspadaanKita harus waspada untuk mempertahankan kesadaran pikiran setiap saat selama berjapa. Kalau kita merasa mengantuk saat duduk, hendaknya segera berdiri atau berjalan. Begitu juga saat pikiran mengembara, kita harus segera menariknya kembali untuk memu-satkannya agar mendengarkan Nama Suci.

n) Japa Bukanlah LombaTerkadang mungkin kita tergoda untuk berusaha me-ngejar waktu, mempercepat japa untuk menyelesaikan enam belas (16) putaran dalam waktu yang lebih singkat daripada hari kemarin. Hal ini harus dihindari. Pene-kanan hendaknya selalu pada pengucapan yang jelas dan penuh perhatian, dan kita bisa menyesuaikan ke-cepatan yang mana kita merasa nyaman secara wajar. Kata-kata dalam Maha-mantra tidak boleh ‘ditelan’. Bagaimanapun juga kualitas japa tidak bisa ditawar-tawar. Bagi kebanyakan penyembah berjapa enam belas (16) putaran membutuhkan waktu kurang dari dua jam.

o) Selalu Dibahas/ DidiskusikanJapa begitu pentingnya sehingga para penyembah hendaknya selalu mendiskusikan hal ini dan mene-kankan makna pentingnya serta berbagi keinsafan.

p)Japa Yang Terbaik adalah Dalam Pergaulan PenyembahWalaupun japa adalah disiplin spiritual setiap individu/ perorangan, dianjurkan untuk melakukannya dalam pergaulan para penyembah. Saat berjapa sendirian, mungkin saja kita merasa sedikit lemah, lalai atau me-ngantuk. Dalam pergaulan penyembah kita selalu di bawah pengamatan dan akan selalu ada orang yang menjaga agar kita tidak “terlena”. Saat penyembah

Page 87: Etiket vaisnava

87Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

berjapa bersama-sama, hal ini membangun vibrasi yang kuat dan sungguh luar biasa berjapa dalam suasana seperti itu.

Dengan demikian, sebisa mungkin penyembah hen-daknya mengikuti japa pagi di kuil. Sebagai alternatif, para penyembah yang tinggal bersama-sama di sebuah lingkungan bisa bertemu di tempat yang disepakati sesering mungkin dan berjapa bersama. Hal ini sangat dianjurkan.

q) Japa Pagi-Pagi Sekali (Subuh)Japa hendaknya dilakukan saat subuh, idealnya saat ‘Brahma-muhurta’. Jika saat itu tidak memungkinkan, hendaknya dilakukan sesegera mungkin sehabis itu. Bangun pagi-pagi merupakan keharusan bagi semua penyembah dan hendaknya tidak ada kompromi tentang hal ini. Juga diharapkan agar kita memiliki waktu yang teratur untuk japa pagi. Disiplin waktu merupakan unsur penting dalam sadhana bhakti. Kita hendaknya ber-usaha menyelesaikan setidak-tidaknya 10 atau 12 pu-taran sebelum meninggalkan rumah untuk bekerja. Lebih banyak lebih baik.

r) Volume SuaraJapa bisa dilakukan dengan suara kecil untuk kita dengar sendiri atau juga dengan suara keras. Japa yang baik tidak mesti japa dengan suara keras. Yang ter-penting bukanlah seberapa keras suara japa kita, melainkan seberapa perhatian kita mendengarkan pengucapan japa itu. Ketika berjapa bersama penyem-bah lain kita hendaknya sensitif untuk tidak meng-ganggu konsentrasi mereka.

s) Nama Suci atau Lila?Pertanyaan yang sering diajukan oleh penyembah ialah apakah mereka boleh berpikir tentang lila/ kegiatan Krishna saat berjapa.

Page 88: Etiket vaisnava

88 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Mari kita s imak a p a k a t a S r i l a P r a b h u p a d a mengenai hal ini:“ . . . Jad i engkau jangan membedakan antara mendengar suara maha-mantra dan berpikir tentang

Srila Prabhupada menjelaskan: “Doa Maha-mantra kita ini berarti menyapa Radha dan Krishna untuk memohon agar disibukkan dalam pelayanan kepada Mereka.” “Hare Krishna” berarti, “Oh Hare! Oh Radha-rani! Oh Krishna! Mohon sibukkan hamba dalam pelayanan kepada-Mu agar hamba terbebas dari pelayanan kepada maya.”

lila/ kegiatan Krishna. Tapi, prosesnya adalah mendengar, dan kemu-dian lila, wujud, sifat-sifat Krishna, dsb., akan muncul dengan sendirinya dalam pikiran...”

Pada kesempatan lain Srila Prabhupada berkata:“Secara umum, prosesnya ialah hanya mengucapkan dan mendengar, tetapi kalau lila Krishna muncul dalam ingat-an maka itu sangat bagus. Hal itu hendaknya muncul dengan sendirinya... Tidaklah bahwa kalian mengingat-nya secara artifisial atau dibuat-buat.”

t) Kesalahan Terhadap Nama SuciKita hendaknya menghindari sepuluh jenis kesalahan ter-

Srila Prabhupada mengatakan bahwa kita hendaknya berdoa kepada Krishna sebagai berikut, “Sri Krishna yang hamba cintai, mohon jangan menempatkan hamba dalam kea-daan lupa... bahkan jika Engkau mengirim hamba ke neraka, itu bu-kanlah masalah, selama hamba bisa selalu mengucapkan Hare Krishna.”

hadap Nama Suci. Sr i la Pra-bhupada mengatakan bahwa japa yang ‘berkualitas’ artinya menghindari kesalahan-kesa-lahan tadi.

u) Hendaknya jangan

lupa untuk mengucapkan mantra Pranama Guru dan mantra Panca-tattva sebelum me-mulai berjapa Maha-mantra Hare Krishna.

Page 89: Etiket vaisnava

89Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

B) EMPAT PRINSIP ATURAN

a) Kita harus mengikuti empat prinsip aturan secara tegas:

• Tidak makan daging termasuk ikan dan telor (dan bahan-bahan seperti bawang merah, bawang putih dan jamur.)

• Tidak mengkonsumsi bahan yang memabukan me-liputi minuman keras, teh, kopi, tembakau dalam bentuk apa pun, buah pinang (paan), dsb.

• Tidak berzinah (tidak melakukan hubungan seks di luar nikah dan idealnya tidak melakukan hubungan seks dalam pernikahan kalau tidak untuk mem-peroleh keturunan.)

• Tidak berjudi termasuk berspekulasi di bursa saham atau dalam hubungan bisnis, lotre dan permainan ‘lotto” dsb.

b) Penyembah hendaknya menghindari:

• menonton film komersil,• televisi dan video-video yang tidak berhubungan de-ngan

bhakti,• membaca novel dan karya-karya tulis lainnya yang tidak

berhubungan dengan bhakti,• membaca majalah yang membahas tentang film, olah raga,

politik, seks, masalah sosial dsb.• kegiatan semacam itu hanya akan mencemari kesa-daran

kita dan bahkan mendorong kita untuk me-langgar empat prinsip aturan.

C) PERGAULAN DENGAN PENYEMBAH

a) Kita harus bergaul dengan penyembah SECARA TER-ATUR. ‘Teratur’ artinya sesering mungkin menyesuaikan dengan keadaan kita.

b) Semakin banyak kita bergaul dengan penyembah yang tulus, semakin cepat kemajuan kita dalam kesadaran Krishna.

c) ‘Satsanga’ bukan berarti bahwa penyembah hanya ber-kumpul bersama secara fisik. Apa yang dilakukan dalam pergaulan itu adalah hal yang sangat penting. Landasan dari satsanga itu adalah Sankirtana, Krsna-katha dan seva. Prajalpa (pembicaraan

Page 90: Etiket vaisnava

90 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

yang duniawi) hendaknya dihindari.d) Kita hendaknya bersikap rendah

hati dalam satsanga, berusaha mendengar dengan kerendahan hati dan hendaknya jangan hanya ingin berbicara.

e) Pergaulan dengan penyembah adalah harta kita yang paling berharga, tanpa itu hidup kita akan menjadi kering dan tidak berarti. Orang pasti akan menjauh dari kesadaran Krishna kalau ia tidak bergaul secara teratur.

f ) Pergaulan bisa dilakukan secara fisik (VAPU yakni kehadiran Guru dan Vaishnava secara fisik), atau dalam kata-kata (VANI yakni melalui ajaran Guru dan Vaish-nava). Keduanya penting.

g) Satsanga akan penuh makna bila kita berusaha dengan tulus untuk mempraktikkan dalam kehidupan kita apa yang telah kita dengar dengan penuh perhatian.

Kita hendaknya mencari seorang konselor/ penasihat yang bisa menjadi sahabat dan pembimbing.

D) MENGHINDARI ORANG YANG BUKAN PENYEMBAHa) Sebagaimana halnya satsanga

diperlukan untuk mem-pertahankan semangat kehidupan spiritual, demikian pula menghindari asatsanga (yakni pergaulan dengan orang yang bukan penyembah) juga sama pentingnya.

Page 91: Etiket vaisnava

91Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

b) Kita hendaknya mengurangi pergaulan dengan orang yang bukan penyembah sebab pergaulan semacam itu mencemari kesadaran kita.

c) Kita hendaknya bergaul dengan orang yang bukan penyembah hanya sebatas untuk: memenuhi profesi atau urusan bisnis, memenuhi tanggung jawab sosial yang mendasar; misalnya kerabat dekat, tetangga, rekan kerja, dsb.

d) Sri Caitanya mengajarkan kepada Sanatana Gosvami bahwa dasar utama perilaku seorang penyembah ialah bahwa ia menyisih dari pergaulan yang tidak suci.

e) Ada dua jenis pergaulan yang tidak suci:1. Pergaulan dengan orang yang terlalu terikat kepada wanita

(lawan jenis) dan terikat pada kemewahan material.2. Pergaulan dengan orang yang bukan penyembah Krishna.

E) MEMBACA

a) Penyembah hendaknya setiap hari membaca buku-buku Srila Prabhupada seperti Bhagavad-gita, Srimad-Bhagavatam dsb. Kita bisa mengawali dengan buku-buku kecil seperti Upadesamrita, Pertanyaan Yang Benar Jawaban Yang Sempurna, Kesadaran Krishna: Hadiah Yang Tiada Taranya.

b) Buku-buku lain hendaknya dihindari.c) Membaca harus dilakukan dengan serius, penuh per-hatian dan

sistematis, bukan iseng-iseng seperti mem-baca sebuah novel. Disarankan untuk membuat catatan saat membaca dan untuk mengingat sloka-sloka pen-ting.

d) Membaca diperlukan untuk meningkatkan pemahaman filsafat. Ini juga menguatkan keyakinan dan tekad kita.

e) Membaca adalah hal penting untuk seorang pengajar.f ) ‘Membaca’ juga berarti ‘mendengar’ (sravanam).

Kita juga hendaknya memanfaatkan kumpulan ceramah yang tersedia dalam bentuk kaset di perpustakaan.

F) PELAYANAN

a) Kita hendaknya berusaha menyibukkan diri dalam su-atu seva khusus untuk misi Guru. Kita bisa berkon-sultasi dengan

Page 92: Etiket vaisnava

92 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

konselor kita berkaitan dengan hal ini.b) Juga ada berbagai jenis seva yang mungkin bisa di-lakukan di

kuil dan saat ada program-program khusus di kuil.

G) PEMUJAAN ARCA

a) Semua grhastha perlu melakukan pemujaan Arca di rumah. Arca bisa dalam bentuk gambar, atau terbuat dari kayu, tanah liat, marmer, logam dsb. Altar bisa dirancang dan diatur sesuai kemampuan kita.

b) Kita bisa meminta bantuan penyembah lain untuk dapat mengetahui secara terperinci bagaimana menyusun altar, prosedur dan standar pemujaan, perlengkapan yang diperlukan dsb.

c) Memuja Arca Gaura-Nitai sebagai Arca pujaan mem-berikan manfaat yang sangat besar bagi rumah tangga walau pemujaan Radha-Krishna juga boleh dilakukan.

d) Altar yang baku terdiri atas Arca atau gambar Guru, Param Guru, Gaura-Nitai atau Panca-tattva dan Radha-Krsna.

e) Tidaklah diharuskan bahwa standar pemujaan Arca di rumah sama seperti Arca yang distanakan di kuil. Tapi, usaha harus dilakukan untuk memastikan keteraturan pemujaan sesuai dengan jadwal dan keadaan kita.

f ) Mengunjungi kuil selalu menjadi prioritas. Kita bisa menidurkan Arca di rumah untuk tujuan ini.

g) Syarat minimum yang mesti dilaksanakan ialah:Segala yang dimasak di rumah harus dipersembahkan kepada

Arca. Disarankan agar arati dilakukan sekurang-kurangnya dua kali sehari (pagi dan sore, diiringi kir-tana). Semua arati harus didahuli dengan persembahan. Saat melakukan arati kita hendaknya jangan berbin-cang-bincang, membuat gerak-isyarat, menoleh ke belakang, dsb.

h) Ketika keluarga tidak di rumah, Arca bisa ditidurkan.

Page 93: Etiket vaisnava

93Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

i) Anak-anak juga bisa diajak ikut serta dalam pemujaan Arca.j) Mengurus Arca, mempersiapkan persembahan, mem-buatkan

pakaian dan perhiasan untuk Arca merupakan kesibukan menyucikan yang amat baik dan semua ang-gota keluarga bisa dilibatkan.

k) Tulasi-devi:Jika memungkinkan, pohon Tulasi harus ditanam di rumah. Diperlukan ketersediaan cahaya sinar matahari dan penyiraman teratur. Daun-daun Tulasi dapat diser-takan pada tiap persembahan untuk Krishna dan juga diletakkan di kaki-padma-Nya.

Harus diperhatikan bahwa daun Tulasi hendaknya jangan ditaruh di kaki-padma Guru atau bahkan kaki-padma Srimati Radharani atau dalam persembahan kepada Guru. Tapi, daun Tulasi bisa ditaruh di tangan Radharani.

Tulasi-devi adalah tanaman kesayangan Krishna. Dikatakan bahwa Krishna tidak akan menerima persem-bahan kecuali ada Tulasi (bila tersedia).

Jika memungkinkan, pemujaan kepada Tulasi-devi hendaknya dilakukan.

l) Perhatian khusus harus diberikan saat membuat pakaian Arca dan membuat garlan:

Untuk memasukkan benang ke jarum, jangan meng-gunakan bantuan ludah.

Bunga, pakaian dsb., hendaknya jangan diletakkan di atas lantai melainkan menggunakan alas khusus untuk tujuan ini.

Hanya bunga yang harum dan tak tercemar yang hendakya dipersembahkan.

Makna penting mantra Panca-tattva lihat Lampiran VIII di akhir bagian ini.

(Hal. 89)

Sepuluh jenis kesalahan lihat Lampiran IX di

akhir bagian ini. (Hal. 91)

Page 94: Etiket vaisnava

94 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

H) PERTAPAANa) Sadhana seorang penyembah harus meliputi beberapa pertapaan

mendasar seperti bangun pagi-pagi, mandi dengan air dingin, makan dan minum secara teratur, pergaulan yang teratur, mengurangi kenyamanan ba-daniah serta kepemilikan dsb. Hal ini sudah disinggung sebelumnya.

b) Satu pertapaan yang penting bagi penyembah adalah puasa pada hari-hari tertentu seperti ekadasi, perayaan-perayaan penting serta saat kemunculan dan berpulang-nya para acarya.

c) EKADASIEkadasi adalah hari kesebelas dari bulan purnama maupun bulan mati sehingga akan muncul dua kali setiap bulan. Inilah hari pertapaan yang dijalani secara teratur oleh para Vaishnava.

Prinsip dasar Hari Ekadasi bukan hanya sekadar men-jalani puasa, melainkan untuk menambah keyakinan dan cinta kita kepada KRISHNA. Karena itu, semua pe-nyembah harus mengikuti puasa Ekadasi.

Alasan sesungguhnya mengikuti puasa Ekadasi ialah untuk mengurangi permintaan badan dan menggu-nakan waktu kita dalam pelayanan bhakti.

Puasa dibuka keesokan harinya yakni saat Dvadasi, dalam rentang waktu parana sebagaimana tercantum dalam kalender Vaishnava.

Dianjurkan agar kita berjapa lebih banyak dan ber-usaha mengingat kegiatan-kegiatan Tuhan.

Pada hari Ekadasi, kita hendaknya menghindari seca-ra tegas memakan biji-bijian dan kacang-kacangan.

Kalau kita bisa mengikuti puasa penuh (yakni puasa makan dan minum) dan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab seperti biasa, maka kita boleh mela-kukannya.

Akan tetapi, misi kita adalah misi pengajaran dan apabila dengan berpuasa penuh akan menghalangi pelayanan atau pengajaran kita, sebaiknya jangan di-ikuti. Kita bisa

Page 95: Etiket vaisnava

95Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

mengkonsumsi ma-kanan dan minuman seperlunya untuk mempertahankan pelayanan.

Kita harus mengikuti puasa pe-nuh pada Nirjala (Bhima) Ekadasi.

d) CATUR-MASYASecara tradisi, periode empat bulan musin hujan ini adalah waktu bagi para sadhu untuk menetap di satu tempat dan tidak melakukan perjalanan. Pertapaan yang ditetapkan selama empat bulan ini adalah sebagai berikut :

I) PRINSIP-PRINSIP YANG MENGUNTUNGKAN DAN TIDAK MENGUNTUNGKAN

a) Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam Upadesamrita (sloka 2 & 3): “Bhakti seseorang dirusakkan bila ia menjadi terlalu larut dalam enam kegiatan berikut:1. makan melebihi kebutuhan atau mengumpulkan ke-kayaan

lebih dari yang diperlukan,2. berusaha terlalu keras untuk mendapatkan hal-hal duniawi

yang sangat sulit diperoleh,3. berbicara hal duniawi ketika pembicaraan seperti itu tidak

diperlukan,4. menjalani aturan-aturan spiritual hanya sekedar un-

tuk mengikutinya, dan tidak mematuhi aturan kitab suci,bertindak secara bertingkah sesuai keinginan sendiri,

5. bergaul dengan orang berwatak duniawi yang tidak berminat terhadap kesadaran Krishna,

6. tamak terhadap pencapaian-pencapaian duniawi.”

b) “Ada enam prinsip yang menguntungkan dalam melak-sanakan pelayanan bhakti:1. bersemangat atau antusias,2. berusaha dengan penuh keyakinan,3. sabar,4. bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip aturan (se-perti

sravanam, kirtanam, visnoh smaranam mendengar, memuji

Page 96: Etiket vaisnava

96 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

dan mengingat Krishna),5. meninggalkan pergaulan dengan orang yang bukan

penyembah, dan6. mengikuti jejak langkah para acarya sebelumnya.”

Srimad-Bhagavatam menyebutkan bahwa dengan pergaulan yang demikian seseorang kehilangan semua sifat baik seperti kejujuran, kebersihan, karunia, ketenangan, kecerdasan, dsb., serta segala kemewahan yang dicapai dengan sendirinya oleh seorang penyembah. Seseorang tidak bisa menjadi semerosot itu selain dengan bergabung dalam pergaulan yang tidak suci seperti itu.

Keenam prinsip ini tidak diragukan lagi menjamin keberhasilan yang lengkap dalam bhakti yang murni.

J) PARA BRAHMANA

a) Para penyembah yang sudah m e n e r i m a d i k s a k e d u a

Sri Caitanya mengatakan, dengan mengutip Kitab Suci, bahwa seseorang hen-daknya lebih memilih untuk terjebak di tengah goa dike-lilingi api daripada bergaul dengan orang yang bukan penyembah Tuhan.

(Brahmana) hendaknya taat mengucapkan mantra Gayatri.b) Segala upaya harus dilakukan untuk mempelajari prin-sip-

prinsip dan praktik pemujaan Arca.

K) PENTINGNYA WAKTU

Mohon diingat :• Setiap detik dalam kehidupan manusia sangatlah berharga.

Jadi, kita hendaknya tidak menyia-nyiakan waktu meski hanya sesaat.

• Kita hendaknya melakukan segala upaya untuk se-bisa mungkin sibuk dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan.

• Berkat mulia yang telah kita terima hendaknya jangan disia-siakan.

Page 97: Etiket vaisnava

97Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran VIII

Makna Penting MANTRA PANCA-TATTVA

(jaya) çré-kåñëa-caitanya prabhu-nityänandaçré-advaita gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda

Sri Caitanya Mahaprabhu selalu ditemani oleh perba-nyakan paripurna-Nya, Sri Nityananda Prabhu, inkarnasi-Nya yakni Sri Advaita Prabhu, tenaga internal-Nya yakni Sri Gadadhara Prabhu, dan tenaga marjinal-Nya yakni Srivasa Prabhu. Sri Caitanya Mahaprabhu berada di tengah sebagai Personalitas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa. Kita hendaknya mengetahui bahwa Sri Caitanya Mahaprabhu senantiasa ditemani oleh tattva-tattva lainnya ini. Karena itu, sembah sujud kita kepada Sri Caitanya Mahaprabhu akan lengkap jika kita mengatakan çré-kåñëa-caitanya prabhu-nityänanda çré-advaita gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda. Sebagai pengajar dalam perkumpulan kesa-daran Krishna, pertama-tama kita bersujud kepada Sri Caitanya Mahaprabhu dengan mengucapkan mantra Panca-tattva kemudian kita mengucapkan,

Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare HareHare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare

Ada sepuluh jenis kesalahan terhadap pengucapan Maha-mantra Hare Krishna, tapi kesalahan ini tidak dipertim-bangkan dalam pengucapan mantra Panca-tattva, yakni çré-kåñëa-caitanya prabhu-nityänanda çré-advaita gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda Sri Caitanya Mahaprabhu dikenal sebagai avatar maha-vadanyaya, yakni inkarnasi yang paling murah hati, sebab

Page 98: Etiket vaisnava

98 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Sri Caitanya tidak mem-pertimbangkan kesalahan roh-roh yang jatuh. Dengan demikian, untuk memperoleh manfaat penuh dari peng-ucapan maha-mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare, Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, pertama-tama kita harus berlindung kepada Sri Caitanya Mahaprabhu, mempelajari mantra Panca-tattva, dan kemudian mengucapkan maha-mantra Hare Krishna. Maka ini akan sangat efektif.

Prosedur mempersembahkan arati lihat Lampiran X, hal. 92

Page 99: Etiket vaisnava

99Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran IX

SEPULUH JENIS KESALAHAN TERHADAP NAMA SUCI1. Menghina para penyembah Tuhan yang telah meng-abdikan

hidupnya untuk menyebarluaskan Nama Suci.2. Menganggap nama-nama para dewa seperti Dewa Siva atau

Dewa Brahma sejajar dengan atau berdiri tersendiri dari nama Sri Visnu.

3. Melanggar perintah-perintah Guru.4. Menghina sastra Veda atau sastra lainnya yang sesuai dengan

ajaran Veda.5. Menganggap kemuliaan Nama Suci sebagai imajinasi/ khayalan.6. Menafsirkan nama suci Tuhan.7. Berbuat dosa di atas kekuatan nama suci Tuhan.8. Menganggap pengucapan Hare Krishna sebagai salah satu

kegiatan ritual bertuah yang disajikan dalam Veda sebagai kegiatan yang berpahala (Karma-kanda).

9. Mengajarkan kepada orang-orang yang tidak beriman tentang keagungan nama suci.

10.Tidak yakin sepenuhnya terhadap pengucapan nama suci dan masih memelihara ikatan material, bahkan setelah memahami begitu banyak ajaran mengenai hal ini. Juga merupakan suatu kesalahan jika kita berjapa tanpa perhatian.

Setiap penyembah yang menyatakan diri sebagai Vaishnava harus menghindari sepuluh jenis kesalahan ini agar ia cepat mencapai keberhasilan yang diha-rapkan KRISHNA PREMA.

Page 100: Etiket vaisnava

100 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran X

MEMPERSEMBAHKAN ARATI1. Sarana-sarana berikut hendaknya disiapkan di atas sebuah nam-

pan dan diletakkan di sebelah kiri altar:• Tiga batang dupa (agarbatti)

Lebih terperinci lihat Lampiran XI di akhir bagian ini.

(Hal. 96)

• Lampu ghee (dengan satu sumbu. Jika memunginkan, dengan lima sumbu)

• Kerang untuk memandikan Arca• Wadah kecil untuk menampung air

mandi Arca

• Kain lembut atau saputangan• Bunga harum di atas sebuah piring kecil

2. Sarana-sarana lain yang hendaknya sudah tersedia di dekat altar adalah:

• Kipas camara

Bulan & Makanan yang Mesti Dihindari

Pertama Asadha Sayuran Berdaun Hijau

Kedua Bhadrapada Yoghurt

Ketiga Aswina Susu

Keempat Kartika Urad Dal

Page 101: Etiket vaisnava

101Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

• Kipas bulu merak• Genta• Pancapatra (untuk mela-kukan acamana)• Kerang tiup• Asana (tikar kecil) untuk berdiri/ duduk saat mem-persembahkan

arati3. Acamanai. Acamana dilakukan untuk menyucikan diri sendiri sebe-lum

memulai puja. Air untuk acamana ditempatkan dalam sebuah wadah kecil (panca-patra) yang khusus untuk tujuan ini.ii. Tuangkan tiga sendok air (dengan sendok khusus yang

biasa digunakan untuk tujuan ini, yang disebut kusi) dari pancapatra ke atas telapak tangan kanan dan setelah mengucapkan “om kesavaya namah”, diminum sedikit lalu setelah menuangkan satu sendok lagi, buang air ke samping.

iii. Proses ini diulangi dua kali seperti sebelumnya, dengan mengganti mantra pertama dengan “om narayanaya namah,” kemudian dengan mantra “om madhavaya namah.”

iv. Akhirnya, tuangkan tiga sendok air di telapak tangan seperti sebelumnya lalu buang ke samping, sambil mengucapkan mantra “om govindaya namah.”

Kemudian kita hendaknya bersujud dan memohon izin kepada Gurudeva untuk memulai pemujaan.

4. Urutan arati adalah sebagai berikut:i. Sangka ditiup tiga kali untuk menandakan dimu-lainya arati.

Kemudian sangka dicuci dengan air dari pancapatra.ii. Sebelum mempersembahkan tiap-tiap sarana, suci-kan

tangan kanan dan sarana itu dengan cara me-mercikkan air dari pancapatra. Kita bisa menyucikan sarana dengan cara mengambil sendok dengan tangan kanan lalu percikkan air di atas sarana lang-sung dari sendok. Kemudian sarana itu dipersem-bahkan dengan tangan kanan sementara tangan kiri digunakan untuk membunyikan genta dengan me-megangnya di atas batas pinggang.

iii. Semua sarana dipersembahkan 3 kali kepada Guru,

Page 102: Etiket vaisnava

102 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

sekali kepada Parama Guru, untuk memohon izin mempersembahkan kepada Arca, dengan urutan dari bawah ke atas; kemudian dari Sri Krishna ke-pada Guru dengan urutan dari atas ke bawah untuk memperoleh berkat. Bila ada Tulasi-devi, semua sarana juga harus dipersembahkan kepada beliau sebanyak tiga kali putaran. Akhirnya, sarana tersebut harus dipersembahkan dengan 3 putaran kepada seluruh Vaishnava yang hadir.

iv.Dupa dipersembahkan kepada tiap-tiap Arca sebanyak tujuh kali untuk seluruh anggota badan (dengan cara membuat lingkaran mengelilingi badan Arca).

v. Lampu ghee dipersembahkan kepada tiap-tiap Arca sebanyak empat kali di kaki-padma, dua kali di pinggang, tiga kali di wajah-padma dan tujuh kali mengelilingi seluruh badan.

vi. Air untuk memandikan dituang ke dalam kerang yang untuk memandikan. Kemudian kerang diper-sembahkan tiga kali di atas kepala Arca dan kemudian tujuh kali mengitari seluruh badan.

vii. Kain/ saputangan (untuk mengelap badan Arca se-habis mandi) dipersembahkan tujuh kali ke sekeliling badan Arca.

viii. Bunga dipersembahkan tujuh kali mengitari badan Arca.ix. Camara dipersembahkan dengan cara mengipaskan dengan

hati-hati.x. Kipas bulu merak juga dipersembahkan dengan cara yang

sama, kecuali pada musim dingin (yakni bia-sanya dari bulan Kartika hingga Sivaratri, kipas bulu merak tidak dipersembahkan).

xi. Kita harus selalu ingat untuk membunyikan genta dengan tangan kiri saat mempersembahkan tiap-tiap sarana tersebut.

xii.Saat mempersembahkan berbagai sarana tersebut kepada Guru dan para Vaishnava yang hadir, pujari yang melakukan arati hendaknya jangan memper-sembahkannya di bawah pinggang atau ke arah kaki mereka. Berbagai sarana yang dipersembahkan se-bagai maha-prasadam hendaknya diputar tiga kali mengitari wajah.

xiii.Kemudian sangka ditiup tiga kali untuk me-nandakan

Page 103: Etiket vaisnava

103Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

berakhirnya arati, dan sangka dibasuh dengan air dari pancapatra.

xiv.Doa prema-dhvani ha-rus diucapkan.xv.Altar dan lantai hen-daknya dibersihkan de-ngan kain

terpisah.5. Apabila arati penuh tidak mungkin dilakukan, bisa dila-

kukan arati singkat, di mana hanya tiga sarana berikut yang dipersembahkan:i) Dupaii) Bungaiii) Kipas camara

6. Ada banyak aturan dan ketentuan terperinci lainnya untuk pemujaan Arca. Para penyembah yang ingin me-ngetahui lebih banyak bisa menghubungi kepala pujari di kuil.

7. Tapi, kita harus ingat bahwa unsur terpenting dalam pemujaan Arca ialah bahwa semua sarana harus di-persembahkan dengan perasaan dan bhakti yang tulus.

103

Page 104: Etiket vaisnava

104 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Lampiran XI

MENGIKUTI EKADASI-VRATA Ekadasi adalah hari puasa yang diikuti oleh semua pe-nyembah. Srila Prabhupada biasanya menjalani puasa Ekadasi dengan cara yang paling sederhana yang dite-tapkan dalam sastra dengan tidak memakan biji-bijian, kacang-kacangan, dan dahl.

Beberapa penyembah hanya makan buah-buahan saat Ekadasi, ada yang hanya minum air dan ada yang puasa penuh (ini disebut Nirjala-vrata).

Semua penyembah harus menghindari makanan berikut saat Ekadasi semua biji-bijian (gandum, beras, dsb.), dahl, kacang-kacangan, kacang sayur, biji sawi dan seje-nisnya (tepung terigu, minyak sawi, dsb) dan makanan yang terbuat dari bahan-bahan ini.

Hati-hati menggunakan bumbu-bumbu dalam bentuk bubuk. Jika tercampur dengan tepung maka tidak bisa digunakan saat Ekadasi. Kita juga hendaknya menghindari bubuk asafoetida (hing) karena mengandung biji-bijian.

Wijen juga harus dihindari kecuali saat Sat-tila Ekadasi, di mana wijen boleh dipersembahkan dan boleh dimakan.

Mereka yang tegas mengikuti Ekadasi hendaknya meng-hindari segala bumbu-bumbuan kecuali merica, garam dan jinten hitam.

Jangan menggunakan bahan-bahan apa pun yang sudah dipakai memasak yang mungkin tercampur dengan biji-bijian, seperti ghee yang sudah digunakan untuk meng-goreng puri, atau bumbu yang tersentuh tangan yang ber-lumuran tepung capati. Usahakan menggunakan ghee yang baru saat Ekadasi.

Ekadasi dibuka keesokan harinya (Dvadasi), dengan memakan prasadam yang terbuat dari biji-bijian. Puasa harus dibuka dalam rentang waktu tertentu. Untuk tanggal Ekadasi dan waktu buka puasa, lihat kalender Vaishnava (tersedia di pusat ISKCON).

Namun, tujuan sesungguhnya menjalani puasa Ekadasi

Page 105: Etiket vaisnava

105Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

bukanlah hanya sekadar puasa, melainkan menambah waktu untuk mendengar dan memuji tentang Sri Krishna. Srila Prabhupada menganjurkan agar penyembah berjapa dua puluh lima putaran atau lebih saat Ekadasi.

Mencukur rambut dan memotong kuku dilarang saat Ekadasi.

105

Page 106: Etiket vaisnava

106 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

BAGIAN VI

1. MENGUNJUNGI TEMPAT SUCIi. Melakukan perjalanan bersama-sama dalam perziarahan

s u c i k e b e r b a g a i tempat suci merupakan unsur pent ing dan sangat dinanti dalam kehidupan Vaishnava.

ii. Kita hendaknya merencanakan dengan baik dan mem-bereskan tanggung jawab rumah tangga dan kantor supaya kita dapat mengurangi kekhawatiran selama melakukan yatra. Gagasannya ialah bahwa kita hen-daknya menyiapkan diri untuk membenamkan pikiran sepenuhnya pada Nama Suci dan Krsna-katha.

iii.Yatra-yatra semacam itu bertujuan untuk penyucian spiritual dan dengan demikian hendaknya jangan ada ‘prajalpa’ dan perilaku yang tidak-tidak. Yang ada hanyalah Krsna-katha dan Nama Suci.

iv.Penyembah hendaknya bergaul dengan bebas dan penuh kasih sayang satu sama lain dengan mengesam-pingkan k e c e n d e r u n g a n u n t u k m e m b e n t u k k e l o m p o k -kelompok menurut kenalan lama.

v. Penyembah hendaknya dengan tulus mematuhi segala aturan dan d i s ip l in yang t e l ah ditentukan untuk yatra. Hal ini

106

Page 107: Etiket vaisnava

107Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

akan membantu bukan hanya membuat upaya pengorganisasian menjadi lebih mudah tapi juga akan menciptakan suasana yang

lebih baik.Khususnya , penyembah

hendaknya mengikuti aturan m e n g e n a i w a k t u u n t u k berkumpul kembali setelah is-tirahat dan tinggal bersama yakni tidak terpencar ke sana-kemari.

Penyembah hendaknya jangan sampai tertinggal melainkan hendaknya selalu berkumpul ber-sama setiap saat.

vi. Kita hendaknya menjalani tapasya dan keadaan tidak nyaman dengan tulus tanpa mengeluh. Kalau ada saran mengenai susunan rencana perjalanan dsb., hendaknya disampaikan dengan rendah hati kepada orang yang tepat. Kritikan dan keluhan hanya akan merusak sua-sana yatra.

vii.Kita hendaknya jangan berusaha ikut bergabung de-ngan yatra pada detik-detik terakhir. Pemberitahuan dibuat dengan baik sejak sebelumnya dan hendaknya mengajukan nama kita (dan uang/ laksmi) kepada pengurus dengan tanggal yang pasti.

viii.Kita hendaknya jangan mengajukan nama orang yang sangat baru atau tidak begitu tulus atau yang tidak mengikuti aturan prinsip dasar.

ix. Kita hendaknya tinggal bersama penyembah selama yatra. Kita hendaknya jangan membuat rencana ter-sendiri untuk pergi ke tempat lain atau melakukan pe-kerjaan lain selama yatra.

x. Setiap penyembah hendaknya berperan serta untuk menjaga ritme spiritual yang tinggi. Jika ada satu orang penyembah saja yang tidak bersemangat atau malas, maka akan memberi pengaruh yang mengganggu suasana yatra.

xi.Kita hendaknya bersemangat untuk memberi bantuan dalam melayani penyembah dan sungguh-sungguh senang menerima kesempatan untuk melakukan pe-layanan.

xii.Penyembah hendaknya jangan membeli makanan “khusus” dari luar untuk dirinya sendiri. Semangat yatra hendaknya makan dan hidup bersama sebagai sebuah keluarga.

Page 108: Etiket vaisnava

108 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

xiii.Kita hendaknya berhati-hati agar tidak berbuat kesa-lahan terhadap Dhama Suci.

xiv. Apabila saat yatra penyembah bersama-sama mengun-jungi kuil ISKCON atau Gaudiya Matha, kita harus sangat waspada menghormati prinsip dan kebijak-sanaan kuil tersebut. Misalnya, di kuil ISKCON kita hendaknya tidak menyanyikan nama Guru yang mana pun kecuali Srila Prabhupada. Kita hendaknya meng-hindari segala bentuk perdebatan.

2. SEPULUH JENIS KESALAHAN TERHADAP DHAMA SUCI

1. Mencela dan bersikap tidak hormat terhadap Guru yang mengungkap tentang dhama kepada muridnya.

2. Menganggap bahwa dhama suci bersifat sementara.3. Melakukan tindak kekerasan terhadap penghuni

dhama suci atau terhadap peziarah yang datang ke sana, atau berpikir bahwa mereka adalah manusia biasa yang duniawi.

4. Melakukan kegiatan duniawi saat tinggal di dhama suci.

5. Mengumpulkan uang dengan cara melakukan bisnis pemujaan Arca dan pengucapan Nama Suci.

6. Berpikir bahwa dhama suci adalah milik suatu negeri atau propinsi duniawi seperti Benggala, atau berpikir bahwa dhama Tuhan sama dengan tempat suci yang berhubungan dengan para dewa, atau berusaha mengukur wilayah dhama.

7. Melakukan kegiatan berdosa saat tinggal di dhama.8. Menganggap Vrindavana berbeda dengan Navadvipa.9. Menghina sastra yang mengagungkan dhama.10.Tidak yakin dan berpikir bahwa keagungan dhama

hanyalah khayalan.

Page 109: Etiket vaisnava

109Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

Doa Prema-dhvani bi sa dilihat di Lampiran IV

(Hal. 46)

Page 110: Etiket vaisnava

110 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava

110

Mari kita mengingat perintah Sri Caitanya kepada Raghunatha Dasa Gosvami di dalam Caitanya Caritamrita:

“Jangan berbicara layaknya orang kebanyakan atau mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Engkau hendaknya jangan

makan makanan yang lezat, juga janganlah berpakaian mewah.”

“Jangan mengharapkan penghormatan, sebaliknya hormatilah semua orang. Selalulah ucapkan Nama Suci Sri Krishna dan di dalam

pikiranmu persembahkanlah pemujaan kepada Radha dan Krishna di Vrindavana.”

Memang jalan bhakti mahamulia!

Segala Pujian Kepada Sri Guru dan Gaurangga!

Page 111: Etiket vaisnava

111Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava