2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat ke- lak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan dimin- ta pertanggungjawaban dlm mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berba- hagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yg sholeh yg pasti akan beker- ja keras untuk mengajak is- tri dan anaknya menjadi mu -slim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam me- layani suaminya, walau se- berapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagi- alah menjadi seorang sua- mi yg memiliki seorang istri yang sholeh. Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh. Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yg pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW ber -tanya kepada anak muda Siapa yg tidak kenal dengan Ibnu Abbas. Sahabat senior yg selalu menyertai baginda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Dikalangan para mufassir be- liaulah terunggul di antara yg lain. Pada umur 9 tahun saja Ibnu Abbas kecil telah hafal Al-Qur’an dan menjadi imam masjid. Sampai Nabi pernah berdo’a khusus untuk beliau. “Allahumma faqqohhu fi- idaini,wa a’llamhutta’wiila” (ya Allah, berilah kepadanya pemahaman tentang agama dan ajarilah dia tentang takwil) Suatu hari ia pernah ditanya oleh para tabi’in tentang apa yang dimaksud dengan keba- hagiaan dunia. Ibnu Abbas menjawab, ada 7 ‘indicator’ mengenai kebahagiaan dunia: Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu ber- syukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yg pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehing- ga apapun yg diberikan Allah ia akan terpesona dgn pem- berian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulul- lah SAW, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yg lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudah- an, ia bersyukur dngan mem- perbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan me- ngujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dngan kemu- dahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yg pandai bersyukur! Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh. Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana BULETIN JUMAT, No.331 / Th.VII 03 Dzulqa’dah 1435 H [29 Agustus 2014] DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK 7 TANDA-TANDA BAHAGIA Halaman 2 Harta yg halal juga akan men- jauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagia- lah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehala- lan hartanya. Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk me- mahami agama. Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, ma- ka semakin ia terangsang un- tuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yg menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepa- da Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi ca- haya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng“hidup”kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yg penuh semangat memahami ilmu agama Islam. Ketujuh, yaitu umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu artinya umur yg semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hi- dupnya untuk kebahagiaan haruslah orang-orang yg me- miliki nilai tambah terhadap keimanan kita. Dlm sebuah haditsnya, Rasulullah meng- anjurkan kita untuk slalu ber- gaul dengan orang-orang yg sholeh. Orang-orang yg sho- leh akan selalu mengajak ke- pada kebaikan dan mengi- ngatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nik- mat Islam yang selalu trepan- car pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang- orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang dikelilingi oleh orang- orang yang sholeh. Kelima, al malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam me- ngenai harta bukanlah ba- nyaknya harta tapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tdk me- nyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dlm bab sadaqoh, Rasul- ullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yg berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sa- yang makanan, minuman & pakaian dan tempat tinggal- nya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabul- kan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dika- bulkan Allah. itu : “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yg sudah udzur Saya sangat mencintai dia dan saya tidk pernah mele- paskan dia. Saya melepas- kan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu me- nggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Ra- sulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yg sudah berbakti kpada orang tua ?” Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan menga- takan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yg soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cin- ta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita menda- pat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cin- ta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bi- sa memulainya dngan men- jadi anak yang soleh, dima- na doa anak yg sholeh ke- pada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbaha- gialah kita bila memiliki ke- turunan anak yang sholeh. Keempat, albiatu sholih- ah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Yang dimaksud dngan ling- kungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapa- pun tetapi untuk menjadikan -nya sebagai sahabat karib,

331_nasihat ibnu abbas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 331_nasihat ibnu abbas

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat ke-lak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan dimin-ta pertanggungjawaban dlm mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berba-hagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yg sholeh yg pasti akan beker-ja keras untuk mengajak is-tri dan anaknya menjadi mu-slim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam me-layani suaminya, walau se-berapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagi-alah menjadi seorang sua-mi yg memiliki seorang istri yang sholeh. Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh. Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yg pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW ber-tanya kepada anak muda

Siapa yg tidak kenal dengan Ibnu Abbas. Sahabat senior yg selalu menyertai baginda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Dikalangan para mufassir be-liaulah terunggul di antara yg lain. Pada umur 9 tahun saja Ibnu Abbas kecil telah hafal Al-Qur’an dan menjadi imam masjid. Sampai Nabi pernah berdo’a khusus untuk beliau.

“Allahumma faqqohhu fi-idaini,wa a’llamhutta’wiila” (ya Allah, berilah kepadanya pemahaman tentang agama

dan ajarilah dia tentang takwil)

Suatu hari ia pernah ditanya oleh para tabi’in tentang apa yang dimaksud dengan keba-hagiaan dunia. Ibnu Abbas menjawab, ada 7 ‘indicator’ mengenai kebahagiaan dunia: Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu ber-syukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada

ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yg pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehing-ga apapun yg diberikan Allah ia akan terpesona dgn pem-berian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulul-lah SAW, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yg lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudah-an, ia bersyukur dngan mem-perbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan me-ngujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dngan kemu-dahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yg pandai bersyukur! Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh. Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana

BULETIN JUMAT, No.331 / Th.VII 03 Dzulqa’dah 1435 H [29 Agustus 2014]

DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

7 TANDA-TANDA BAHAGIA

Halaman 2

Harta yg halal juga akan men-jauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagia-lah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehala-lan hartanya. Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk me-mahami agama. Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, ma-ka semakin ia terangsang un-tuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yg menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepa-da Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi ca-haya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng“hidup”kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yg penuh semangat memahami ilmu agama Islam. Ketujuh, yaitu umur yang baroqah. Umur yang baroqah itu artinya umur yg semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hi-dupnya untuk kebahagiaan

haruslah orang-orang yg me-miliki nilai tambah terhadap keimanan kita. Dlm sebuah haditsnya, Rasulullah meng-anjurkan kita untuk slalu ber-gaul dengan orang-orang yg sholeh. Orang-orang yg sho-leh akan selalu mengajak ke-pada kebaikan dan mengi-ngatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nik-mat Islam yang selalu trepan-car pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh. Kelima, al malul halal, atau harta yang halal. Paradigma dalam Islam me-ngenai harta bukanlah ba-nyaknya harta tapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tdk me-nyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dlm bab sadaqoh, Rasul-ullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yg berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sa-yang makanan, minuman & pakaian dan tempat tinggal-nya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabul-kan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dika-bulkan Allah.

itu : “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yg sudah udzur Saya sangat mencintai dia dan saya tidk pernah mele-paskan dia. Saya melepas-kan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu me-nggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Ra-sulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yg sudah berbakti kpada orang tua ?” Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan menga-takan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yg soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cin-ta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita menda-pat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cin-ta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bi-sa memulainya dngan men-jadi anak yang soleh, dima-na doa anak yg sholeh ke-pada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbaha-gialah kita bila memiliki ke-turunan anak yang sholeh. Keempat, albiatu sholih-ah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Yang dimaksud dngan ling-kungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapa-pun tetapi untuk menjadikan-nya sebagai sahabat karib,

Page 2: 331_nasihat ibnu abbas

Halaman 3

dunia semata, maka hari tua-nya akan diisi dngan banyak bernostalgia (berangan2) ten-tang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syn-drome). Disamping itu piker-annya terfokus pada bagai-mana caranya menikmati si-sa hidupnya, maka iapun si-buk berangan-angan terha-dap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmat-an yang diangankannya. Sedangkan orang yg mengisi umurnya dngn banyak mem-persiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya di-isi dengan bermesraan dngn Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk me-ninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang2 yg baroqah umurnya, maka ber-bahagialah orang-orang yg umurnya baroqah. Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra mengenai 7 indikator kebahagiaan du-nia. Bagaimana caranya agar ki-ta dikaruniakan Allah ketujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usa-ha keras kita untuk memper-baiki diri, maka mohonlah ke-pada Allah SWT dengan se-sering dan se-khusyu’ mung-

umur hidup kita tidaklah se-banding dengan nikmat sur-ga yang dijanjikan Allah. Kata Nabi SAW, “Amal sha-leh yang kalian lakukan tidk bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana de-ngan Engkau ya Rasulull-ah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali ber-tanya : “Kalau begitu dngan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menja-wab : “Kita dapat masuk sur-ga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”. Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk sur-ga tetapi untuk mendapat-kan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita men-dapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Rohmat saputra Mahasiswa STID M.Natsir,

Jakarta pusat http://www.eramuslim.com

∞▓∞

Nabi SAW. pernah

berpesan : Laysa al-muwashil bil

mukafi’ wa lakin al-muwashil ‘an tashil man

qatha’ak. Artinya, bukanlah bersila-

turrahim orang yang membalas kunjungan atau

pemberian, tetapi yang bersilaturrahim adalah

yang menyambung apa yang terputus.

(HR. Bukhari).

kin membaca doa `sapu ja-gat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aati-na fid dun-yaa hasanaw” (artinya, “Ya Allah karuniakan-lah aku kebahagiaan dunia“), mempunyai makna bahwa ki-ta sedang meminta kepada Allah ketujuh indikator keba-hagiaan dunia yang disebut-kan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman2 atau lingkung-an yang soleh, harta yg halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yg baroqah. Walaupun kita akui sulit men-dapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, se-tidak-tidaknya kalau kita men-dapat sebagian saja sudah patut kita syukuri. Sedangkan mengenai kelan-jutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasan-aw” (artinya, “dan juga keba-hagiaan akhirat”), untuk mem-perolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah se-bagian kecil dri rahmat Allah, kita masuk surga bukan kare-na amal soleh kita, tetapi ka-rena rahmat Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket msuk sur-ga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan se-

Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.” Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada per-mainan mereka yg suka hi-dup bersantai-santai. Sean-dainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka ting-gal di dunia ini.” Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kele-zatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qi-yamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.” Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan: “Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yg bertanya: “Aku tidak dapat bangun un-tuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid). Pembaca yang budiman, ini-lah beberapa keutamaan dan keindahan qiyamul lail. Sungguh, akan merasakan keindahannya bagi orang yg memang hatinya telah diberi taufik oleh Allah Ta’ala, dan tidak akan merasakan kein-dahannya bagi siapa pun yg dijauhkan dari taufik-Nya.

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh: DKM Masjid Ash-Shofa

INDAHNYA QIYAMUL LAIL

Oleh: Ustadz Abu Hamzah Yusuf

Disebutkan dalam sebuah ri-wayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiy-allahu ‘anhu justru mulai ba-ngun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yak-ni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena be-liau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada diseki-tarnya, ed.), sampai menje-lang fajar menyingsing. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menja-wab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yg

Mudah2-an, kita semua ter-masuk diantara hamba2-Nya yang diberi keutamaan me-nunaikan qiyamul lail secara istiqamah. Wallahu waliyyut taufiq.

Sumber: salafy.or.id

∞▓∞

MUTIARA HIKMAH

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda : Allah Ta’ala berfirman :

Aku sediakan bagi hamba-

hambaKu yang shalih sesuatu yang tidak pernah

dilihat oleh mata tidak pernah didengar oleh

telinga, dan tidak pernah tergores dalam hati manusia,

sebagai simpanan, biarkanlah (tinggalkanlah)

apa yang ditampakkan kepadamu”.

Kemudian beliau membaca:

“FALAA TA’LAMU NAFSUN MAA UKHFIYA LAHUM MIN QURRATI A’YUNIN JAZAA-

AN BIMAA KAANUU YA’MALUUN”

(Seseorang itu

tidak mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka

yaitu yang menyejukkan mata sebagai balasan

terhadap apa yang mereka kerjakan).

(Ditakhrij oleh Bukhari).

●●●