2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda يِ ب النَ انَ كِ هِ عﱡلَ نَ ي تِ فُ ن مَ ي التُ هُ بِ جْ عُ يِ ه لُ كِ هِ نْ أَ ي شِ فَ وِ هِ ورُ ھُ طَ وِ هِ جﱡلَ رَ تَ وBahwasanya Nabi Shala- llahu ‘alaihi wassalam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai san- dal, bersisir, bersuci dan da -lam semua urusannya (yg mulia) ”. [4]. Menunaikan hak mas- jid yaitu melakukan sho- lat dua rakaat sebelum du -duk (tahiyatul masjid) ka- pan pun seseorang ma- suk dan walaupun sudah terlanjur duduk. Disebutkan di dlm Shahih Bukhari dan Muslim dari sa -habat Abu Qatadah bin Ri- b’i Al-Anshory, dia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : Jika seseorang dari kamu masuk masjid maka jangan -lah dia duduk (didalamnya) sehingga dia melakukan sholat dua rakaat “. Al Imam Ibnu Hibban telah meriwayatkannya di dalam “Shahihnya” dari sahabat Abu Dzar bahwa dirinya tlh masuk masjid (dan dia du- [Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits]. [1]. Membersihkan mulut dari bau yang tidak enak ketika hendak mendatangi masjid. Disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Shala- llahu ‘alahi wa sallam beliau bersabda: “Siapa yg makan bawang merah, bawang putih atau ba-wang bakung (jeng- kol, petai dan selainnya), ma- ka sungguh janganlah dia mendekat masjid kami, kare- na malaikat terganggu dengn apa manusia terganggu de- ngannya”. [2]. Membaca sholawat atas Nabi dan berdoa ketika hendak masuk ketika telah sampai pada pintunya. Disebutkan dalam Sunan Abu Dawud dan dishahihkan Al Imam Ibnu Hibban dari saha- bat Abu Humaid atau Abu Usaid Al Anshory, berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Jika seseorang dari kamu masuk masjid, maka hendaklah dia membaca sholawat atas Nabi -nya, kemudian hendaknya dia berkata : َ كِ تَ مْ حَ رَ ابَ وْ بَ ي أِ لْ حَ تْ اف مُ ھل الYa Allah ya Tuhan kami, bu- kalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku ” . Kemudian ketika keluar mem- baca : َ كِ لْ ضَ فْ نِ مَ كُ لَ أْ سَ ي أ نِ إ مُ ھل الYa Allah ya Tuhan kami , se -sungguhnya aku meminta kepada-Mu dari keutamaan - Mu“. Atau membaca doa-doa yang terdapat di dlm hadits-hadits shahih yang lainnya . [3]. Ketika masuk menda- hulukan kaki kanan, kerana bagian kanan itu untuk se- suatu yang mulia, sedang- kan ketika keluar melang- kahkan kaki kiri dlm rangka memuliakan yg kanan. Al Imam Bukhari dan Muslim telah mengeluarkan di dalam ” Shahih Keduanya ”, dari Aisyah rodhiyallahu anha, dia berkata : BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014] BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014] BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014] BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014] DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash- - -Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK ADAB KETIKA KE DAN DI MASJID Halaman 2 Tidak melakukan pekerjaan yang manfaatnya kembali ke- pada pribadi seseorang, se- dangkan jika manfaatnya kem -bali kepada keumuman aga- ma kaum muslimin seperti berlatih menggunakan pedang, mempersiapkan alat-alat pe- rang untuk berjihad dan yang lainnya yang tidak mengan- dung makna penghinaan bagi masjid, maka tidak mengapa. Di dalam “Shahih Bukhari dan Muslim” dari Aisyah rodhiyal- lahu anha , dia berkata : “Sungguh aku melihat Rasul- ullah Shalallahu ‘alahi wa sa- llam pada suatu hari di pintu kamarku, sedangkan kaum muslimin Habasyah sedang bermain-main tombak (berla- tih menggunakannya) di da- lam masjid , sementara Ra- sulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam menutupi aku dengan pakaiannya, maka aku melihat permainan mereka”. Di dalam salah satu lafadznya Umar masuk lalu merendah- kan badannya untuk mengam- bil kerikil, maka kerikil itu di- lemparkannya kepada mere- ka, kemudian beliau Shalalla- hu ‘alahi wa sallam berkata : “Biarkan wahai Umar ” . [8]. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara. Di dalam ”Shahih Bukhari” da- ri sahabat Sa’ib bin Yazid ra- dhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku pernah berdiri di dalam masjid, maka ada seseorang yang telah melempar kerikil kepadaku, lalu aku perhatikan orangnya ternyata dia adalah Umar bin Khathab, maka dia Jual beli secara syar’i adalah tukar menukar barang dengn suka rela di atas sisi yang di- syariatkan, maka jual beli itu ada empat macam: 1). Barang dijual (ditukar) dengan barang. 2). Barang dijual dengan mata uang. 3). Mata uang dijual dengan mata uang (tukar menukar uang) baik yg sejenis seperti ringgit dengan ringgit atau yg tidak sejenis seperti ringgit dengan dolar. 4). Manafaat dengan harta (jual jasa). Catatan : Segala sesuatu yg tergolong dalam makna jual beli secara syar’i dan dilakukan di dalam masjid maka dia telah mela- kukan pelanggaran di dalam- nya sehingga berhak dido’a- kan kerugian sebagaimana yg ditunjukkan di dlm hadits ini, dan sebagian ulama me- makruhkan memberikan pe- lajaran utk anak-anak (juga dewasa) di dalam masjid yg ditetapkan upah di dalamnya karena tergolong dalam jual beli kecuali yang dibolehkan oleh syarak seperti yang di- fahamkan oleh riwayat ber- hubung kisah bayaran uang jualan unta yg didoakan oleh Nabi kepada sahabat yg men -jualkannya kepada Nabi saw yang ketika itu Nabi saw. Se- dang solat dengan para sa- habat yaitu ketika itu berada dalam masjid. [7]. Tidak melakukan peker- jaan yang manfaatnya kem- bali kepada pribadi seseo- rang. duk sebelum sholat), maka Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam berkata kepadanya,: ’Apakah kamu telah mela- kukan sholat dua rakaat ?’, dia berkata, “Belum”, maka beliau katakan : “Berdirilah kamu dan sholatlah dua ra- kaat ‘” . [5]. Tidak mengumumkan barang yang hilang di dalamnya . Al-Imam Ahmad, Muslim dan selain dari keduanya telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. “Barang Siapa yang mende- ngar seseorang sedang mencari barang yang hilang di dalam masjid, maka hen- daklah dia berkata : Semo- ga Allah tidak mengembali- kannya kepadamu, sesung- guhnya masjid-masjid itu ti- daklah dibangun untuk de- mikian ini ”. 6. Tidak melakukan jual beli di dalamnya. Disebutkan di dalam hadits yang telah diriwayatkan Al Imam Tirmidzi, Nasai dan selain keduanya, juga disha -hihkan oleh Al Imam Ibnu Khuzaimah dan Hakim dari sahabat Abu Hurairah radhi- yallahu ‘anhu, sesungguh- nya Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : Jika kalian melihat seseo- rang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, maka katakanlah Semoga Allah tidak memberikan ke- untungan pada perdagang- anmu… ” .

316_berbicara di dalam masjid

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 316_berbicara di dalam masjid

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

له كان النبي ن في تنع يعجبه التيمله وطھوره وفي شأنه كله وترج

“Bahwasanya Nabi Shala-llahu ‘alaihi wassalam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai san-dal, bersisir, bersuci dan da-lam semua urusannya (yg mulia) ”. [4]. Menunaikan hak mas-jid yaitu melakukan sho-lat dua rakaat sebelum du-duk (tahiyatul masjid) ka-pan pun seseorang ma-suk dan walaupun sudah terlanjur duduk. Disebutkan di dlm Shahih Bukhari dan Muslim dari sa-habat Abu Qatadah bin Ri-b’i Al-Anshory, dia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Jika seseorang dari kamu masuk masjid maka jangan-lah dia duduk (didalamnya) sehingga dia melakukan sholat dua rakaat “. Al Imam Ibnu Hibban telah meriwayatkannya di dalam “Shahihnya” dari sahabat Abu Dzar bahwa dirinya tlh masuk masjid (dan dia du-

[Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits]. [1]. Membersihkan mulut dari bau yang tidak enak ketika hendak mendatangi masjid. Disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Shala- llahu ‘alahi wa sallam beliau bersabda: “Siapa yg makan bawang merah, bawang putih atau ba-wang bakung (jeng-kol, petai dan selainnya), ma-ka sungguh janganlah dia mendekat masjid kami, kare-na malaikat terganggu dengn apa manusia terganggu de-ngannya”. [2]. Membaca sholawat atas Nabi dan berdoa ketika hendak masuk ketika telah sampai pada pintunya. Disebutkan dalam Sunan Abu Dawud dan dishahihkan Al Imam Ibnu Hibban dari saha-bat Abu Humaid atau Abu Usaid Al Anshory, berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Jika seseorang dari kamu masuk

masjid, maka hendaklah dia membaca sholawat atas Nabi-nya, kemudian hendaknya dia berkata : اللھم افتح لي أبواب رحمتك “Ya Allah ya Tuhan kami, bu-kalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku ” . Kemudian ketika keluar mem-baca : اللھم إني أسألك من فضلك “Ya Allah ya Tuhan kami , se-sungguhnya aku meminta kepada-Mu dari keutamaan -Mu“. Atau membaca doa-doa yang terdapat di dlm hadits-hadits shahih yang lainnya . [3]. Ketika masuk menda-hulukan kaki kanan, kerana bagian kanan itu untuk se-suatu yang mulia, sedang-kan ketika keluar melang-kahkan kaki kiri dlm rangka memuliakan yg kanan. Al Imam Bukhari dan Muslim telah mengeluarkan di dalam ” Shahih Keduanya ”, dari Aisyah rodhiyallahu anha, dia berkata :

BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014]BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014]BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014]BULETIN JUMAT, No.316 / Th.VII 09 Rajab 1435 H [09 M e i 2014]

DKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid Ash----Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

ADAB KETIKA KE DAN DI MASJID

Halaman 2

Tidak melakukan pekerjaan yang manfaatnya kembali ke-pada pribadi seseorang, se-dangkan jika manfaatnya kem-bali kepada keumuman aga-ma kaum muslimin seperti berlatih menggunakan pedang, mempersiapkan alat-alat pe-rang untuk berjihad dan yang lainnya yang tidak mengan-dung makna penghinaan bagi masjid, maka tidak mengapa. Di dalam “Shahih Bukhari dan Muslim” dari Aisyah rodhiyal-lahu anha , dia berkata : “Sungguh aku melihat Rasul-ullah Shalallahu ‘alahi wa sa-llam pada suatu hari di pintu kamarku, sedangkan kaum muslimin Habasyah sedang bermain-main tombak (berla-tih menggunakannya) di da-lam masjid , sementara Ra-sulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam menutupi aku dengan pakaiannya, maka aku melihat permainan mereka”. Di dalam salah satu lafadznya Umar masuk lalu merendah-kan badannya untuk mengam-bil kerikil, maka kerikil itu di-lemparkannya kepada mere-ka, kemudian beliau Shalalla-hu ‘alahi wa sallam berkata : “Biarkan wahai Umar ” . [8]. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara. Di dalam ”Shahih Bukhari” da-ri sahabat Sa’ib bin Yazid ra-dhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku pernah berdiri di dalam masjid, maka ada seseorang yang telah melempar kerikil kepadaku, lalu aku perhatikan orangnya ternyata dia adalah Umar bin Khathab, maka dia

Jual beli secara syar’i adalah tukar menukar barang dengn suka rela di atas sisi yang di-syariatkan, maka jual beli itu ada empat macam: 1). Barang dijual (ditukar) dengan barang. 2). Barang dijual dengan mata uang. 3). Mata uang dijual dengan mata uang (tukar menukar uang) baik yg sejenis seperti ringgit dengan ringgit atau yg tidak sejenis seperti ringgit dengan dolar. 4). Manafaat dengan harta (jual jasa). Catatan : Segala sesuatu yg tergolong dalam makna jual beli secara syar’i dan dilakukan di dalam masjid maka dia telah mela-kukan pelanggaran di dalam-nya sehingga berhak dido’a-kan kerugian sebagaimana yg ditunjukkan di dlm hadits ini, dan sebagian ulama me-makruhkan memberikan pe-lajaran utk anak-anak (juga dewasa) di dalam masjid yg ditetapkan upah di dalamnya karena tergolong dalam jual beli kecuali yang dibolehkan oleh syarak seperti yang di-fahamkan oleh riwayat ber-hubung kisah bayaran uang jualan unta yg didoakan oleh Nabi kepada sahabat yg men-jualkannya kepada Nabi saw yang ketika itu Nabi saw. Se-dang solat dengan para sa-habat yaitu ketika itu berada dalam masjid. [7]. Tidak melakukan peker-jaan yang manfaatnya kem-bali kepada pribadi seseo-rang.

duk sebelum sholat), maka Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam berkata kepadanya,: ’Apakah kamu telah mela-kukan sholat dua rakaat ?’, dia berkata, “Belum”, maka beliau katakan : “Berdirilah kamu dan sholatlah dua ra-kaat ‘” . [5]. Tidak mengumumkan barang yang hilang di dalamnya . Al-Imam Ahmad, Muslim dan selain dari keduanya telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. “Barang Siapa yang mende-ngar seseorang sedang mencari barang yang hilang di dalam masjid, maka hen-daklah dia berkata : Semo-ga Allah tidak mengembali-kannya kepadamu, sesung-guhnya masjid-masjid itu ti-daklah dibangun untuk de-mikian ini ”. 6. Tidak melakukan jual beli di dalamnya. Disebutkan di dalam hadits yang telah diriwayatkan Al Imam Tirmidzi, Nasai dan selain keduanya, juga disha-hihkan oleh Al Imam Ibnu Khuzaimah dan Hakim dari sahabat Abu Hurairah radhi-yallahu ‘anhu, sesungguh-nya Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “Jika kalian melihat seseo-rang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, maka katakanlah Semoga Allah tidak memberikan ke-untungan pada perdagang-anmu… ” .

Page 2: 316_berbicara di dalam masjid

Halaman 3

berkata: “Datangilah 2 orang itu kemudian bawalah mere-ka kepadaku”, lalu aku men-datanginya dengan 2 orang itu, dan dia berkata: “Siapa kalian ini atau dari mana kali-an berdua ini ?”, maka kedua-nya berkata: dari Thaif, lalu Dia (Umar) berkata : “Kalau kalian berdua dari penduduk negeri (Madinah) ini tentu aku cambuk kalian, karena kalian telah mengeraskan suara di masjid Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam”. Sebagian ulama memboleh-kan mengeraskan suara da-lam pembicaraan ilmu (aga-ma) dan selainnya yg diper-lukan kaum muslimin karena ia adalah tempat berkumpul-nya mereka yang terkadang harus melakukannya. [9]. Tidak membaca syair-syair yang mengandung makna syirik dan mungkar. Tidak membaca syair-syair yang mengandung makna syirik dan mungkar, sedang-kan jika mengandung makna yang benar seperti makna tauhid dan ketaatan tidaklah terlarang selama tidak men-jadikan orang lain yang ada di masjid tersibukkan dengan-nya dari ibadahnya. Terdapat di dalam “Shahih Bukhari dan Muslim”, dari sa-habat Abu Hurairah bahwa-sanya Umar berjalan mele-wati Hasan bin Tsabit sedang mendendangkan syair-syair di dalam masjid, maka Umar mengarahkan perhatian ke-padanya dengan tidak suka, maka Hasan berkata, “Sung-

Bukhari” dan selainnya bah-wa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu tidur di masjid Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam di masa beliau ketika dirinya masih muda sebelum berke-luarga. Al Imam Bukhari menyebut-kan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia ber-kata : "Sungguh aku melihat tujuh puluh ahli suffah – yai-tu para sahabat yang fakir – (tidur di masjid Nabi), tidak ada dari mereka yg memiliki rida (pakaian bagian atas badan), sebaliknya di antara mereka ada yg memiliki kain penutup badan saja, atau sa-tu helai pakaian saja, kain itu mereka ikatkan pada le-her-leher mereka, maka di antara pakaian itu ada yang naik sampai pertengahan ke-dua betisnya, dan di anta-ranya ada yang naik sampai kedua mata kakinya, lalu dia rapatkan dengan tangannya karena tidak suka auratnya terbuka". Wahai saudaraku muslimin hiasilah diri engkau dengan adab dan akhlak yang mulia di manapun berada terlebih lagi ketika di dalam masjid, pakailah masjid itu hanya sebagai tempat dzikir (beri-badah) kepada Allah, jangan-lah dijadikan sebagai tem-pat bermain, berbisnis, tem-pat duduk-duduk, mengo-brol, dan sebagai jalan tan-pa ada sebab, janganlah engkau berikan bagian (iba-dah) itu untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalamnya. Dia Yang Maha Suci berfirman :

guh aku pernah mendendang-kan syair (di dalam masjid) dan di dalamnya ada seseo-rang yang lebih baik dari eng-kau (yaitu Rasulullah Shalal-lahu ‘alahi wa sallam)”. [10]. Tidak duduk melingkar di dalamnya sebelum dite-gakkannya sholat juma'at. Tidak duduk melingkar di da-lamnya sebelum ditegakkan-nya sholat juma'at, walaupun untuk mempelajari ilmu (aga-ma), disebabkan akan memu-tus shaf-shaf kaum muslimin dan disamping itu mereka di-perintahkan untuk berkumpul lebih awal pada hari jum’at dan merapatkan shaf yang di depan dan seterusnya. Terdapat di dalam hadits yg diriwayatkan Al Imam Ibnu Khuzaimah di dalam “Shahih-nya”, dan Tirmidzi di dalam “Sunannya” dan dia mengha-sankannya dari Amer bin Syu-’aib dari bapaknya dari datuk-nya, dari Rasulullah Shalal-lahu ‘alahi wa sallam : .…“Sesungguhnya beliau melarang manusia duduk me-lingkar (di dalam masjid) pa-da hari jum’at sebelum sholat (jum’at) “. [11]. Tidur di dalam masjid dibolehkan baik laki-laki maupun perempuan. Tidur di dalam masjid diboleh-kan baik laki-laki maupun pe-rempuan, terlebih lagi bagi para musafir dan orang yang tidak memiliki rumah atau ka-rena ada hajat . Terdapat di dalam “Shahih

Berbicara Soal Dunia di Dalam Masjid

Pertanyaan: Bolehkah berbicara masalah duniawi di dalam masjid, di luar waktu shalat? Jawaban: Tidak diperbolehkan menja-dikan masjid sebagai tempat jual beli dan urusan dagang, serta perkara duniawi yg se-jenis, yg di dalamnya meng-andung mengeraskan suara (ribut). Karena masjid hanya-lah dibangun untuk dzikrul-lah, membaca Al-Qur’an, dan shalat. Namun dibolehkan pembicaraan yg ringan dlm permasalahan duniawi, tan-pa mengganggu orang2 yg sedang membaca Al-Qur’an dan shalat di sekitarmya.

(Fatawa Al-Lajnah, 6/283, Pertanyaan kesembilan dari fatwa no. 8898).Dikutip dari http://www.asysyariah.com/

syariah.php?

§§§

Berbicara Keras di Dalam Masjid

Allah Ta’ala berfirman, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah su-aramu. Sesungguhnya sebu-ruk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19). Seperti dinyatakan oleh Ibnu Katsir, maksud ayat ini, ja-ngalah berbicara keras dlm hal yang tidak bermanfaat. Karena sejelek-jelek suara adalah suara keledai. Muja-hid berkata, “Sejelek-jelek

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh:

DKM Masjid Ash-Shofa

“Dan sesungguhnya masjid2 itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyem-bah seseorangpun di dalam-nya di samping (menyembah) Allah”. (QS Al-Jin :18). Seseorang yg menegakkan perintah-perintah dan menja-uhi larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya niscaya dia meraih keberuntungan di du-nia dan di akhirat kelak . “Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah men-dapat kemenangan yang be-sar“. (QS Al-Ahzab:71). WaLlahu 'alam.

Sumber: http://rashidjais-darulnaim.blogspot.com/p/

adab-adab-ketika-ke-masjid-dan-semasa.html—(edited).

suara adalah suara keledai.” Jadi siapa yang berbicara dengan suara keras, ia mirip dengan keledai dalam hal mengeraskan suara. Dan suara seperti ini dibenci oleh Allah Ta’ala. Dinyatakan ada keserupaan menunjukkan akan keha-raman bersuara keras dan tercelanya perbuatan sema-cam itu sebagaimana Ra-sulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada bagi kami permisalan yang jelek. Orang yang menarik kembali pemberiannya ada-lah seperti anjing yang men-jilat kembali muntahannya” ‘(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 58). Syaikh As Sa’di rahimahul-lah berkata, “Seandainya mengeraskan suara diang-gap ada faedah dan manfa-at, tentu tidak dinyatakan secara khusus dengn suara keledai yg sudah diketahui jelek dan menunjukkan ke-lakuan orang bodoh.” (Taisir Al Karimir Rahman, h. 648). Sungguh tanda tidak bera-dabnya seorang muslim jika ia berbicara dengan nada keras di hadapan orang tua-nya sendiri, apalagi jika sam-pai membentak. Ini di anta-ra contoh kurang beradab di hadapan orang tua sendiri.

Rumaysho.com: http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3807-

jangan-berbicara-keras-seperti-keledai.html

§§§