22
MAKALAH KELOMPOK SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN KONDISI UMUM SANITASI & FASILITAS KESEHATAN DI PERMUKIMAN KUMUH FLAMBOYANT BAWAH, RT 02, RW VIII, KELURAHAN LANGKAI, KECAMATAN PAHANDUTANGGOTA KELOMPOK : 1. EKO PRIANTO NIM : GAA 112 013 2. ISKA NUGROHO NIM : GAA 112 018 3. FATA YARSA NIM : GAA 112 046 4. AGUSTINE CAROLINA NIM : GAA 112 063 5. YOSSY ASDIANTY P. NIM : GAA 112 066 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK TA. 2014/2015

KONDISI UMUM SANITASI & FASILITAS KESEHATAN DI PERMUKIMAN KUMUH FLAMBOYANT BAWAH, RT 02, RW VIII, KELURAHAN LANGKAI, KECAMATAN PAHANDUT - KOTA PALANGKA RAYA

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH KELOMPOK

SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN

“KONDISI UMUM SANITASI & FASILITAS KESEHATAN DI PERMUKIMAN

KUMUH FLAMBOYANT BAWAH, RT 02, RW VIII, KELURAHAN LANGKAI,

KECAMATAN PAHANDUT”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. EKO PRIANTO NIM : GAA 112 013

2. ISKA NUGROHO NIM : GAA 112 018

3. FATA YARSA NIM : GAA 112 046

4. AGUSTINE CAROLINA NIM : GAA 112 063

5. YOSSY ASDIANTY P. NIM : GAA 112 066

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

TA. 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat

rahmat-Nya lah sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Sosiologi

Kependudukan mengenai “Kondisi Umum Sanitasi dan Fasilitas Kesehatan di Permukiman

Kumuh Flamboyant Bawah” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak mungkin dapat terselesaikan dengan

sempurna tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih

yang terhingga kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Kependudukan, ibu Nurul

Hikmah, M.AP yang telah banyak memberikan masukan dan pembelajaran kepada penulis.

Penyusun berharap kepada pembaca yang intelektual untuk memberikan kritikan dan

saran demi kesempurnaan makalah mengenai “Kondisi Umum Sanitasi dan Fasilitas

Kesehatan di Permukiman Kumuh Flamboyant Bawah” ini. Akhirnya semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pihak lain yang membacanya.

Palangka Raya, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah 1

3. Tujuan Penulisan 1

4. Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Kesehatan 3

2. Pengertian Permukiman Kumuh 3

3. Kondisi Kesehatan di Permukiman Kumuh Flamboyant Bawah

RT 02 RW VIII, Kelurahan Langkai Kecamatan Pahandut 7

4. Kondisi Sanitasi dan Fasilitas Kesehatan di Permukiman

Kumuh Flamboyant Bawah RT 02 RW VIII, Kelurahan

Langkai Kecamatan Pahandut 10 7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan 9

2. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Foto 4

2. Dokumentasi Kuesioner

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan, sampah dan sanitasi merupakan salah satu masalah sosial di

lingkungan permukiman kumuh pada umumnya yang tidak mudah untuk diatasi, terutama

pada lingkungan permukiman kumuh di kota Palangka Raya. Beragam upaya dan program

dari pemerintah dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai

masalah-masalah kesehatan terutama di permukiman-pemukiman kumuh di setiap sudut kota.

Misalnya, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di pinggir sungai kahayan atau

Flamboyant bawah.

Terbentuknya permukiman kumuh yang ada dipinggiran sungai inilah yang menjadi

problematika lingkungan yang akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar.

Mereka menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan mereka

yang seharusnya patut untuk di jaga. Namun akibat gaya hidup yang cenderung sederhana

inilah makanya mereka menomor duakan kesehatan, hal ini yang nantinya akan berdampak

buruk bagi mereka.

Hal inilah yang membuat kami tertarik untuk menyoroti pemasalahan tersebut. Sebagai

bahan penelitian kami untuk membuat makalah sosiologi kependudukan. Dengan tema

permasalahan-permasalahan di permukiman kumuh kami lebih mengkhususkan tentang

kondisi sanitasi serta fasilitas kesehatan di pemukiman kumuh sebagai bahan kami.

2. RUMUSAN MASALAH

1) Apa pengertian dari kesehatan?

2) Apa pengertian dari permukiman kumuh ?

3) Bagaimana kondisi lingkungan warga di permukiman kumuh Flamboyant bawah

RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut?

4) Seperti apa kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh

Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut?

3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1) Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan

2) Untuk mengetahui pengertian dari permukiman kumuh.

3) Untuk mengetahui kondisi lingkungan warga di permukiman kumuh Flamboyant

bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut

4) Untuk mengetahui kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh

Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut

4. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:

1) Manfaat teoritis: Agar penulis serta kalangan akademisi lainnya dapat

memahami kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh di

Flamboyant Bawah serta dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada

kolega-kolega sejawat dalam bidang kemasyarakatan.

2) Manfaat praktis: Agar dapat memberikan gambaran umum bagi masyarakat

dalam menindaklanjuti kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan yang terdapat di

permukiman mereka.

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KESEHATAN

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948

menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial kesejahteraan yang positif dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.

Dalam Undang-Undang Kesehatan Indonesia pengertian kesehatan ialah: keadaan sejahtera

dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis.

Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80% rakyat Indonesia tidak mampu

mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan

kesehatan, seperti Jamkesmas, Taspen, dan Jamsostek.

Golongan masyarakat yang dianggap „teranaktirikan‟ dalam hal jaminan kesehatan

adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan,

masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja

terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan

itu sendiri.

2. PENGERTIAN PERMUKIMAN KUMUH

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat

merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

McAndrew, dkk mengemukakan bahwa kata permukiman merupakan terjemahan kata-

kata land settlement dan resettlement dan biasanya dikaitkan dengan kata-kata yang

mempunyai arti sama yaitu scheme dan project. Pada hakekatnya permukiman adalah hidup

bersama, sebab itu fungsi rumah dalam kehidupan manusia adalah sebagai tempat tinggal

yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya. Selanjutnya dikemukakan

bahwa permukiman adalah suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai

suatu sosial ekonomi dan fisik ke tata ruang, lingkungan, sasaran umum dan fasilitas sosial

sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan membudayakan sumber- sumber daya dan dana,

mengelola lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan dan peningkatan mutu

kehidupan manusia, memberi rasa aman, tentram, nikmat dan sejahtera dalam keselarasan,

keserasian dan keseimbangan agar berfungsi sebagai wadah yang dapat melayani kehidupan

pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari rumusan-rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman

merupakan kawasan perumahan yang sengaja dibuat lengkap dengan prasarana dan fasilitas

lingkungan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya. Suatu permukiman akan

cukup ideal kalau di dalamnya terdapat pengelolaan lingkungan yang memadai. Untuk dapat

menilai bahwa suatu permukiman sehat atau tidak perlu didasarkan pada karakteristik daerah

permukiman yang merupakan standar yang telah disepakati. Karakteristik atau standar itu

didasarkan pada beberapa aspek yaitu :

Keadaan fisik perumahan yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang, bahan

bangunan, ventilasi dan sebagainya.

Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun jalan

lokal.

Fasilitas persampahan, meliputi tempat penampungan, pembuangan sementara

maupun pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.

Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem

pengelolaannya.

Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta sistem

kerjanya.

Fasilitas-fasilitas sosial lainnya yang merupakan kebutuhan penghuni permukiman,

antara lain sarana peribadatan, pendidikan, tempat bermain anak, dan sebagainya.

Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai

kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat, becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi

justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.

Pada kenyataannya banyak wilayah permukiman yang kondisi atau keadaannya berada di

bawah standar yang telah ditetapkan. Keadaan seperti itu terutama banyak dijumpai pada

negara-negara yang sedang berkembang. Terbentuknya permukiman-permukiman yang tidak

memenuhi standar tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk yang sulit

terkendali. Selain itu terjadinya arus urbanisasi yang cukup tinggi telah menimbulkan

berbagai masalah di sektor permukiman tersebut. Sebagai akibat dari proses di atas maka

terbentuklah permukiman-permukiman yang tidak dapat terkendali dengan kondisi yang

sangat memprihatinkan, dan lebih dikenal dengan nama permukiman kumuh.

Menurut Soermadi, terjadinya permukiman kumuh karena besarnya arus urbanisasi

penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Lebih jauh dikemukakan bahwa perkampungan kumuh

adalah bagian kota yang jorok, bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi syarat serta

didiami oleh orang miskin, serta fasilitas tempat pembuangan sampah maupun fasilitas air

bersih tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Ciri-ciri lain permukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan yang tidak teratur,

sarana dan infrastruktur kota sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada sama sekali, tingkat

pendidikan rendah, pendapatan rumah tangga dan pendapatan penduduk rendah, serta

kebanyakan bekerja di sektor informal. Dalam keadaan seperti ini mengakibatkan tingkat

berfikir dan daya kreasi yang kurang dan sulit menerima sesuatu yang baru seperti

pembangunan ke arah perbaikan lingkungan permukiman itu sendiri .

Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang

pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam

menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan

perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio

permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara

geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh.

Yang menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.

Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)

1) Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata

6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani

karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman

yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.

2) Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat

mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas

keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman

disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan

mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat

yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun,

selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu”

seperti residivis, WTS dan lain-lain.

Kriteria Umum Permukiman Kumuh:

1) Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang

perlu dibenahi.

2) Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,

namun masih dapat ditingkatkan.

3) Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata

pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan

rendah.

4) Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang

paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan

pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.

5) Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan

program pembangunan kota pada umumnya.

6) Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang

satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.

Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:

1) Berada di lokasi tidak legal

2) Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah

(miskin)

3) Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

4) Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)

5) Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal),

ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum

walau tidak selalu murah.

Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh

Dimulai dengan dibangunnya perumahan oleh sektor non-formal, baik secara

perorangan maupun dibangunkan oleh orang lain. Pada proses pembangunan oleh

sektor non-formal tersebut mengakibatkan munculnya lingkungan perumahan kumuh,

yang padat, tidak teratur dan tidak memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang

memenuhi standar teknis dan kesehatan.

3. KONDISI LINGKUNGAN WARGA DI PERMUKIMAN KUMUH

FLAMBOYANT BAWAH RT 02 RW VIII, KELURAHAN LANGKAI,

KECAMATAN PAHANDUT

Kondisi lingkungan warga di pinggiran sungai kahayan atau Flamboyant bawah

khususnya di RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka

Raya termasuk dalam kategori lingkungan tidak ideal untuk permukiman, hal ini dapat dilihat

dari tidak adanya selokan kecil dan tempat pembuangan sampah. Berdasarkan hasil dari

survei yang kami lakukan di lingkungan tersebut, kami melihat masyarakat sekitar memiliki

kesadaran yang rendah untuk menjaga kebersihan. Seperti, membuang sampah ke sungai

ataupun disekitar rumah mereka saja. Ini juga berdampak pada air sungai yang tercemar

akibat dari masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Jelas ini akan berdampak buruk

untuk kesehatan masyarakat sekitar.

Namun, dari sekian banyak masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungannya,

masih terdapat juga segelintir masyarakat yang memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan

betapa pentingnya kesehatan dan memiliki inisiatif untuk menjaga kebersihan lingkungan

sekitar.

4. KETERSEDIAAN SANITASI DAN FASILITAS KESEHATAN DI

PERMUKIMAN KUMUH FLAMBOYANT BAWAH

Hasil dari pengamatan dan analisa yang kami lakukan, bahwa ketersediaan sanitasi di

pemukiman kumuh termasuk beragam, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat di

sepanjang deretan perumahan yang mengarah ke tepian sungai sudah memiliki MCK pribadi,

sedangkan masyarakat yang permukimannya berada di dekat tepi sungai lebih

menggantungkan kegiatan MCK mereka di sungai. Disamping itu pula ketersediaan air bersih

di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut,

Kota Palangka Raya juga beragam. Dari 20 orang responden, 6 orang menjawab

menggantungkan ketersediaan air bersih mereka pada PDAM, 6 orang lainnya menggunakan

pompa air/sumur bor dalam mencukupi kebutuhan air bersih mereka, dan sisanya menjawab

menggantungkan ketersediaan air bereka mereka pada aliran sungai. Selain meneliti tentang

ketersediaan sanitasi yang dipakai warga, kami juga mengecek ada atau tidaknya fasilitas

kesehatan sebagai penujang untuk masyarakat di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW

VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya seperti posyandu dan

Puskesmas. Dan jawaban yang kami terima pun beragam. Dari 20 orang responden, 12 orang

menjawab di permukiman mereka terdapat fasilitas kesehatan seperti puskemas/posyandu.

Dan sisanya menjawab tidak ada/tidak tahu. Selain itu kesadaran warga untuk tidak

menggunakan obat-obatan yang diracik sembarangan pada saat sakit pun masih tergolong

sedikit. Dari 20 orang responden, 12 orang menjawab lebih menggunakan obat-obatan yang

dibeli dari warung pada saat ada anggota keluarga yang sakit daripada yang menggunakan

resep dokter. Hal ini dapat membuktikan bahwa keterjangkauan fasilitas kesehatan tersebut

masih belum bisa dirasakan oleh sebagian warga di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW

VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka,

juga masih sangat rendah. Terbukti, dengan banyaknya sampah yang berserakkan di sekitar

lingkungan permukiman tersebut. Meskipun begitu, tak sedikit pula anggota masyarakat yang

memiliki kesadaran atau kepedulian yang cukup baik untuk menjaga kebersihan lingkungan

dengan melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan. Terbukti, dari 20 orang responden, 8

orang menjawab melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan, 10 orang menjawab tidak ada

, dan sisanya menjawab tidak tahu.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan warga di pinggiran sungai kahayan

atau Flamboyant bawah khususnya di RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan

Pahandut, Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori lingkungan tidak ideal untuk

permukiman. Karena tempat tersebut tidak memenuhi standar-standar permukiman ideal

seperti tidak adanya fasilitas persampahan; fasilitas air bersih yang masih belum merata

karena sebagian warga masih menggunakan air sungai untuk mencukupi kebutuhan air bersih

mereka padahal banyak warga yang membuang sampah serta melakukan MCK di sungai

sehingga dapat dipastikan bahwa air sungai tersebut tidak baik untuk kesehatan dan tidak

layak konsumsi; serta tidak adanya sarana pembuangan air kotor seperti selokan kecil. Selain

itu, kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan pun sangat rendah sehingga

masih banyak ditemukan sampah-sampah yang berserakkan di lingkungan permukiman

tersebut. Dan yang terakhir, keterjangkauan fasilitas kesehatan seperti Puskemas/Posyandu

masih belum bisa merata dirasakan oleh sebagian warga di kawasan Flamboyant bawah RT

02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya.

2. SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah:

1) Membuat kegiatan bersih-bersih lingkungan yang diadakan maksimal 3 kali dalam

sebulan, yang dikoordinir oleh Ketua RT setempat.

2) Mensosialisasikan tentang keberadaan fasilitas kesehatan kepada para warga

3) Mensosialisasikan tentang kebijakkan dilarang membuang sampah ke sungai

4) Membuat tempat pembuangan sampah disekitar permukiman yang dapat

dilakukan secara swadaya oleh masyarakat sekitar.

5) Mensosialisasikan pentingnya membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat

fasilitas kesehatan seperti posyandu/puskesmas, dan menganjurkan untuk tidak

memberikan obat yang diracik tidak sesuai dengan resep dari orang-orang yang

kompeten di bidang kesehatan/ tenaga kesehatan seperti dokter/mantri kampung.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan Ditjen

Pengambangan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006,

diakses dari digital library UNIKOM, unikom.digilib.id

http://syahriartato.wordpress.com/2013/10/02/permukiman-kumuh-perkotaan/ diakses pada

tanggal 11 Juni 2014

http://eksistensikesehatan.blogspot.com/2013/05/pengertian-kesehatan-secara-umum.html

diakses pada tanggal 11 Juni 2014

http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/permukiman-kumuh-pengertian-dan-ciri.html diakses

pada tanggal 11 Juni 2014

LAMPIRAN

(Gbr. Rumah Ketua RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.1.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.2.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.3.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.4.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.5.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.6.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.7.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)

(Gbr.1.3, Warga setempat yang diwawancarai)

(Gbr.2.3, Warga setempat yang diwawancarai)

(Gbr.3.3, Warga setempat yang diwawancarai)

(Gbr.4.3, Warga setempat yang diwawancarai)

(Gbr.1.4, Saluran Pipa PDAM)

(Gbr. 2.4, Saluran Pipa PDAM)

(Gbr. 1.5, Kondisi rumah yang terletak di tepian sungai)

(Gbr. 2.5, Kondisi rumah yang terletak di tepian sungai)

(Gbr. 1.6, Kondisi rumah yang letaknya menuju tepian sungai)

(Gbr. 2.6, Kondisi rumah yang letaknya menuju tepian sungai)