Upload
universitas-palangka-raya
View
111
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH KELOMPOK
SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN
“KONDISI UMUM SANITASI & FASILITAS KESEHATAN DI PERMUKIMAN
KUMUH FLAMBOYANT BAWAH, RT 02, RW VIII, KELURAHAN LANGKAI,
KECAMATAN PAHANDUT”
ANGGOTA KELOMPOK :
1. EKO PRIANTO NIM : GAA 112 013
2. ISKA NUGROHO NIM : GAA 112 018
3. FATA YARSA NIM : GAA 112 046
4. AGUSTINE CAROLINA NIM : GAA 112 063
5. YOSSY ASDIANTY P. NIM : GAA 112 066
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
TA. 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat-Nya lah sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Sosiologi
Kependudukan mengenai “Kondisi Umum Sanitasi dan Fasilitas Kesehatan di Permukiman
Kumuh Flamboyant Bawah” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
sempurna tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
yang terhingga kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Kependudukan, ibu Nurul
Hikmah, M.AP yang telah banyak memberikan masukan dan pembelajaran kepada penulis.
Penyusun berharap kepada pembaca yang intelektual untuk memberikan kritikan dan
saran demi kesempurnaan makalah mengenai “Kondisi Umum Sanitasi dan Fasilitas
Kesehatan di Permukiman Kumuh Flamboyant Bawah” ini. Akhirnya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pihak lain yang membacanya.
Palangka Raya, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penulisan 1
4. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Kesehatan 3
2. Pengertian Permukiman Kumuh 3
3. Kondisi Kesehatan di Permukiman Kumuh Flamboyant Bawah
RT 02 RW VIII, Kelurahan Langkai Kecamatan Pahandut 7
4. Kondisi Sanitasi dan Fasilitas Kesehatan di Permukiman
Kumuh Flamboyant Bawah RT 02 RW VIII, Kelurahan
Langkai Kecamatan Pahandut 10 7
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan 9
2. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Foto 4
2. Dokumentasi Kuesioner
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan, sampah dan sanitasi merupakan salah satu masalah sosial di
lingkungan permukiman kumuh pada umumnya yang tidak mudah untuk diatasi, terutama
pada lingkungan permukiman kumuh di kota Palangka Raya. Beragam upaya dan program
dari pemerintah dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai
masalah-masalah kesehatan terutama di permukiman-pemukiman kumuh di setiap sudut kota.
Misalnya, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di pinggir sungai kahayan atau
Flamboyant bawah.
Terbentuknya permukiman kumuh yang ada dipinggiran sungai inilah yang menjadi
problematika lingkungan yang akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar.
Mereka menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan mereka
yang seharusnya patut untuk di jaga. Namun akibat gaya hidup yang cenderung sederhana
inilah makanya mereka menomor duakan kesehatan, hal ini yang nantinya akan berdampak
buruk bagi mereka.
Hal inilah yang membuat kami tertarik untuk menyoroti pemasalahan tersebut. Sebagai
bahan penelitian kami untuk membuat makalah sosiologi kependudukan. Dengan tema
permasalahan-permasalahan di permukiman kumuh kami lebih mengkhususkan tentang
kondisi sanitasi serta fasilitas kesehatan di pemukiman kumuh sebagai bahan kami.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian dari kesehatan?
2) Apa pengertian dari permukiman kumuh ?
3) Bagaimana kondisi lingkungan warga di permukiman kumuh Flamboyant bawah
RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut?
4) Seperti apa kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh
Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut?
3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1) Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan
2) Untuk mengetahui pengertian dari permukiman kumuh.
3) Untuk mengetahui kondisi lingkungan warga di permukiman kumuh Flamboyant
bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut
4) Untuk mengetahui kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh
Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut
4. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
1) Manfaat teoritis: Agar penulis serta kalangan akademisi lainnya dapat
memahami kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan di permukiman kumuh di
Flamboyant Bawah serta dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada
kolega-kolega sejawat dalam bidang kemasyarakatan.
2) Manfaat praktis: Agar dapat memberikan gambaran umum bagi masyarakat
dalam menindaklanjuti kondisi sanitasi dan fasilitas kesehatan yang terdapat di
permukiman mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KESEHATAN
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan yang positif dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Dalam Undang-Undang Kesehatan Indonesia pengertian kesehatan ialah: keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80% rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Jamkesmas, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap „teranaktirikan‟ dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan,
masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja
terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan
itu sendiri.
2. PENGERTIAN PERMUKIMAN KUMUH
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat
merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
McAndrew, dkk mengemukakan bahwa kata permukiman merupakan terjemahan kata-
kata land settlement dan resettlement dan biasanya dikaitkan dengan kata-kata yang
mempunyai arti sama yaitu scheme dan project. Pada hakekatnya permukiman adalah hidup
bersama, sebab itu fungsi rumah dalam kehidupan manusia adalah sebagai tempat tinggal
yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya. Selanjutnya dikemukakan
bahwa permukiman adalah suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai
suatu sosial ekonomi dan fisik ke tata ruang, lingkungan, sasaran umum dan fasilitas sosial
sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan membudayakan sumber- sumber daya dan dana,
mengelola lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan dan peningkatan mutu
kehidupan manusia, memberi rasa aman, tentram, nikmat dan sejahtera dalam keselarasan,
keserasian dan keseimbangan agar berfungsi sebagai wadah yang dapat melayani kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari rumusan-rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman
merupakan kawasan perumahan yang sengaja dibuat lengkap dengan prasarana dan fasilitas
lingkungan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya. Suatu permukiman akan
cukup ideal kalau di dalamnya terdapat pengelolaan lingkungan yang memadai. Untuk dapat
menilai bahwa suatu permukiman sehat atau tidak perlu didasarkan pada karakteristik daerah
permukiman yang merupakan standar yang telah disepakati. Karakteristik atau standar itu
didasarkan pada beberapa aspek yaitu :
Keadaan fisik perumahan yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang, bahan
bangunan, ventilasi dan sebagainya.
Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun jalan
lokal.
Fasilitas persampahan, meliputi tempat penampungan, pembuangan sementara
maupun pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.
Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem
pengelolaannya.
Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta sistem
kerjanya.
Fasilitas-fasilitas sosial lainnya yang merupakan kebutuhan penghuni permukiman,
antara lain sarana peribadatan, pendidikan, tempat bermain anak, dan sebagainya.
Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai
kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat, becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi
justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Pada kenyataannya banyak wilayah permukiman yang kondisi atau keadaannya berada di
bawah standar yang telah ditetapkan. Keadaan seperti itu terutama banyak dijumpai pada
negara-negara yang sedang berkembang. Terbentuknya permukiman-permukiman yang tidak
memenuhi standar tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk yang sulit
terkendali. Selain itu terjadinya arus urbanisasi yang cukup tinggi telah menimbulkan
berbagai masalah di sektor permukiman tersebut. Sebagai akibat dari proses di atas maka
terbentuklah permukiman-permukiman yang tidak dapat terkendali dengan kondisi yang
sangat memprihatinkan, dan lebih dikenal dengan nama permukiman kumuh.
Menurut Soermadi, terjadinya permukiman kumuh karena besarnya arus urbanisasi
penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Lebih jauh dikemukakan bahwa perkampungan kumuh
adalah bagian kota yang jorok, bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi syarat serta
didiami oleh orang miskin, serta fasilitas tempat pembuangan sampah maupun fasilitas air
bersih tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Ciri-ciri lain permukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan yang tidak teratur,
sarana dan infrastruktur kota sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada sama sekali, tingkat
pendidikan rendah, pendapatan rumah tangga dan pendapatan penduduk rendah, serta
kebanyakan bekerja di sektor informal. Dalam keadaan seperti ini mengakibatkan tingkat
berfikir dan daya kreasi yang kurang dan sulit menerima sesuatu yang baru seperti
pembangunan ke arah perbaikan lingkungan permukiman itu sendiri .
Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang
pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan
perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio
permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara
geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh.
Yang menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
1) Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata
6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani
karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman
yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
2) Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat
mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas
keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman
disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan
mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat
yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun,
selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu”
seperti residivis, WTS dan lain-lain.
Kriteria Umum Permukiman Kumuh:
1) Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang
perlu dibenahi.
2) Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,
namun masih dapat ditingkatkan.
3) Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata
pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan
rendah.
4) Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang
paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan
pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
5) Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan
program pembangunan kota pada umumnya.
6) Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang
satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:
1) Berada di lokasi tidak legal
2) Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah
(miskin)
3) Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota
4) Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)
5) Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal),
ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum
walau tidak selalu murah.
Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh
Dimulai dengan dibangunnya perumahan oleh sektor non-formal, baik secara
perorangan maupun dibangunkan oleh orang lain. Pada proses pembangunan oleh
sektor non-formal tersebut mengakibatkan munculnya lingkungan perumahan kumuh,
yang padat, tidak teratur dan tidak memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang
memenuhi standar teknis dan kesehatan.
3. KONDISI LINGKUNGAN WARGA DI PERMUKIMAN KUMUH
FLAMBOYANT BAWAH RT 02 RW VIII, KELURAHAN LANGKAI,
KECAMATAN PAHANDUT
Kondisi lingkungan warga di pinggiran sungai kahayan atau Flamboyant bawah
khususnya di RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka
Raya termasuk dalam kategori lingkungan tidak ideal untuk permukiman, hal ini dapat dilihat
dari tidak adanya selokan kecil dan tempat pembuangan sampah. Berdasarkan hasil dari
survei yang kami lakukan di lingkungan tersebut, kami melihat masyarakat sekitar memiliki
kesadaran yang rendah untuk menjaga kebersihan. Seperti, membuang sampah ke sungai
ataupun disekitar rumah mereka saja. Ini juga berdampak pada air sungai yang tercemar
akibat dari masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Jelas ini akan berdampak buruk
untuk kesehatan masyarakat sekitar.
Namun, dari sekian banyak masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungannya,
masih terdapat juga segelintir masyarakat yang memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan
betapa pentingnya kesehatan dan memiliki inisiatif untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekitar.
4. KETERSEDIAAN SANITASI DAN FASILITAS KESEHATAN DI
PERMUKIMAN KUMUH FLAMBOYANT BAWAH
Hasil dari pengamatan dan analisa yang kami lakukan, bahwa ketersediaan sanitasi di
pemukiman kumuh termasuk beragam, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat di
sepanjang deretan perumahan yang mengarah ke tepian sungai sudah memiliki MCK pribadi,
sedangkan masyarakat yang permukimannya berada di dekat tepi sungai lebih
menggantungkan kegiatan MCK mereka di sungai. Disamping itu pula ketersediaan air bersih
di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut,
Kota Palangka Raya juga beragam. Dari 20 orang responden, 6 orang menjawab
menggantungkan ketersediaan air bersih mereka pada PDAM, 6 orang lainnya menggunakan
pompa air/sumur bor dalam mencukupi kebutuhan air bersih mereka, dan sisanya menjawab
menggantungkan ketersediaan air bereka mereka pada aliran sungai. Selain meneliti tentang
ketersediaan sanitasi yang dipakai warga, kami juga mengecek ada atau tidaknya fasilitas
kesehatan sebagai penujang untuk masyarakat di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW
VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya seperti posyandu dan
Puskesmas. Dan jawaban yang kami terima pun beragam. Dari 20 orang responden, 12 orang
menjawab di permukiman mereka terdapat fasilitas kesehatan seperti puskemas/posyandu.
Dan sisanya menjawab tidak ada/tidak tahu. Selain itu kesadaran warga untuk tidak
menggunakan obat-obatan yang diracik sembarangan pada saat sakit pun masih tergolong
sedikit. Dari 20 orang responden, 12 orang menjawab lebih menggunakan obat-obatan yang
dibeli dari warung pada saat ada anggota keluarga yang sakit daripada yang menggunakan
resep dokter. Hal ini dapat membuktikan bahwa keterjangkauan fasilitas kesehatan tersebut
masih belum bisa dirasakan oleh sebagian warga di kawasan Flamboyant bawah RT 02, RW
VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka,
juga masih sangat rendah. Terbukti, dengan banyaknya sampah yang berserakkan di sekitar
lingkungan permukiman tersebut. Meskipun begitu, tak sedikit pula anggota masyarakat yang
memiliki kesadaran atau kepedulian yang cukup baik untuk menjaga kebersihan lingkungan
dengan melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan. Terbukti, dari 20 orang responden, 8
orang menjawab melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan, 10 orang menjawab tidak ada
, dan sisanya menjawab tidak tahu.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan warga di pinggiran sungai kahayan
atau Flamboyant bawah khususnya di RT 02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan
Pahandut, Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori lingkungan tidak ideal untuk
permukiman. Karena tempat tersebut tidak memenuhi standar-standar permukiman ideal
seperti tidak adanya fasilitas persampahan; fasilitas air bersih yang masih belum merata
karena sebagian warga masih menggunakan air sungai untuk mencukupi kebutuhan air bersih
mereka padahal banyak warga yang membuang sampah serta melakukan MCK di sungai
sehingga dapat dipastikan bahwa air sungai tersebut tidak baik untuk kesehatan dan tidak
layak konsumsi; serta tidak adanya sarana pembuangan air kotor seperti selokan kecil. Selain
itu, kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan pun sangat rendah sehingga
masih banyak ditemukan sampah-sampah yang berserakkan di lingkungan permukiman
tersebut. Dan yang terakhir, keterjangkauan fasilitas kesehatan seperti Puskemas/Posyandu
masih belum bisa merata dirasakan oleh sebagian warga di kawasan Flamboyant bawah RT
02, RW VIII Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya.
2. SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah:
1) Membuat kegiatan bersih-bersih lingkungan yang diadakan maksimal 3 kali dalam
sebulan, yang dikoordinir oleh Ketua RT setempat.
2) Mensosialisasikan tentang keberadaan fasilitas kesehatan kepada para warga
3) Mensosialisasikan tentang kebijakkan dilarang membuang sampah ke sungai
4) Membuat tempat pembuangan sampah disekitar permukiman yang dapat
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat sekitar.
5) Mensosialisasikan pentingnya membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat
fasilitas kesehatan seperti posyandu/puskesmas, dan menganjurkan untuk tidak
memberikan obat yang diracik tidak sesuai dengan resep dari orang-orang yang
kompeten di bidang kesehatan/ tenaga kesehatan seperti dokter/mantri kampung.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan Ditjen
Pengambangan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006,
diakses dari digital library UNIKOM, unikom.digilib.id
http://syahriartato.wordpress.com/2013/10/02/permukiman-kumuh-perkotaan/ diakses pada
tanggal 11 Juni 2014
http://eksistensikesehatan.blogspot.com/2013/05/pengertian-kesehatan-secara-umum.html
diakses pada tanggal 11 Juni 2014
http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/permukiman-kumuh-pengertian-dan-ciri.html diakses
pada tanggal 11 Juni 2014
LAMPIRAN
(Gbr. Rumah Ketua RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.1.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.2.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.3.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.4.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.5.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.6.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr.7.2, Kondisi permukiman di RT 02, RW VIII, Kel. Langkai, Kec. Pahandut)
(Gbr. 1.5, Kondisi rumah yang terletak di tepian sungai)
(Gbr. 2.5, Kondisi rumah yang terletak di tepian sungai)