Upload
irmaade1612
View
114
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERCOBAAN V
KINETIKA REAKSI
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
LAPORAN PRAKTIKUM
KINETIKA REAKSI
OLEH :
KELOMPOK VI
KELAS :
A / S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES MEGA REZKY
MAKASSAR
2016
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
LAPORAN PRAKTIKUM
KINETIKA REAKSI
OLEH :
KELOMPOK VI
ADE IRMA SURYANI 163145201001EMI TRILIA M 163145201008MAZDALIFA WULANSARI 163145201018OKTAVIANA BAY 163145201024SAFIATUN HASANAH 163145201030VIVI NABILLA 163145201036ZHERLY INDAYANTI 163145201040
KELAS : A / S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES MEGA REZKY
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari
berlangsungnya suatu reaksi. Kinetika reaksi menerangkan dua hal yaitu
mekanisme reaksi dan laju reaksi. Dalam kehidupan konsep laju reaksi sudah
banyak diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, dan yang menjadi prinsipnya
adalah semakin besar konsentrasi pereaksi maka lajunya semakin cepat,
semakin tinggi suhu maka reaksinya semakin cepat, semakin luas bidang
sentuh maka akan semakin cepat laju reaksinya, seperti contoh penduduk
pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi beberapa bagian sebelum
dimasukkan ke tungku perapian (Anonim, 2010).
Dalam bidang industri konsep pengaruh luas permukaan bidang sentuh
terhadap laju reaksi diterapkan pada beberapa industri seperti industri
alumunium, logam alumunium diperoleh dari mineral bauksit melalui proses
peleburan dan elektrolisis. Pada industri semen konsep laju reaksi konsep laju
reaksi diterapkan saat batu kapur dihancurkan menggunakan mesin
penghancur sampai halus. Penghancuran ini bertujuan mempercepat reaksi
pada proses selanjutnya (Anonim, 2010).
Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan
berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat cara untuk
menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju reaksi
ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde
reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang
bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi
setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan bagian
langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu produk (Anonim, 2010).
Pada percobaan kali ini akan dibahas mengenai pengaruh konsentrasi
dan suhu terhadap laju reaksi.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan orde reaksi terhadap sistem H2SO4 – Na2S2O3.
2. Untuk menentukan tetapan laju reaksi sistem H2SO4 – Na2S2O3.
3. Untuk menentukan energi aktivasi sistem H2SO4 – Na2S2O3.
4. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.
I.3 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
membuktikan pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat
yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam
suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi
semakin lama semakin bertambah (Anderton, 1997).
Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu
memperbesar energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua
cara itu bertujuan agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energi
yang sama atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi
semakin banyak (Ryan, 2001).
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana
konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan
memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian
kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada (Hiskia
Achmad, 1992). Metode dalam penentuan orde reaksi :
1. Metode integrasi penentuan orde reaksi
Salah satu untuk menentukan orde reaksi untuk menentukan orde reaksi
adalah dengan jalan mencocok persamaan laju reaksi, masalah utama
dalam metode ini adalah adanya reaksi samping dan reaksi
kebalikan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Tetapi cara
inimerupakan cara penentuan orde reaksi yang palking tepat (Bird, 1993).
2. Metode laju reaksi awal
Dengan metode ini, masalah reaksi dan reaksi kebalikan dapat
ditiadakan dalam metode ini prosedur yang dilakuakn adalah mengukur
laju reaksi awal dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda –beda,
Namun dengan cara ini sulit untuk mempengaruhi ini orde reaksi tepat
(Bird, 1993).
3. Metode waktu paruh
Secara umum, untuk suatu yang b earada n waktu paruh reaksi
sebanding denagn konsentrasi dimana adalah konsentrasi awal reaktan.
Jadi data hasil percobaan dimasukkan kedalam persamaan tersebut.
Kemudian dibuat kurva yang terbentuk garis lurus dengan cara yang sama
seperti pada metode integrasi seperti halnya pada metode integrasi,
adanya reaksi samping mempengaruhi kecepatan metode ini (Bird, 1993).
Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum
laju dan konstanta laju, seringkali dilakukan pada beberapa temperature.
Idealnya langkah pertama untuk mengenali semua produknya, dan untuk
menyelidiki ada tidaknya antar hasil sementara dan reaksi samping (Atkins,
1999).
Daya (laju) suatau reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif
(konsentrasi) pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan kecepatan) dengan
setiap massa aktif meningkat sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut
tidak harus angka-angka bulat dan tidak disimpulkan dari persamaan
reaksinya. Hukum Gulberd dan Waage tersebut dikenal sebagai hukum aksi
massa (Anonim, 2010).
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam
reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu
diperhatikan bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung
pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju atau kecepatan reaksi
adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan
waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter. Laju reaksi suatu reaksi
kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut :
A + B → AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :
r = k [A]m [B]n
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :
Sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi pereaksi, suhu reaksi, dan katalis.
1. Sifat dan Ukuran Pereaksi
Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin
relatif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi
berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju
reaksi akan semakin bertambah, hal ini dijelaskan dengan semakin luas
permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin
luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil
ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi
dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk
bongkahan.
Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya
mereka mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour
bereaksi secara meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan
menghasilkan molekul hidrogen fluorida.
H2 + F2 → 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu
lambat sehingga tak Nampak perubahan kimia :
2H2 + O2 → H2O
2. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi
suatu produk. Besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi
pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka
akan timbul endapan putih.
3. Temperatur atau Suhu Reaksi
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur.
Biasanya kenaikan sebesar 10ºC akan melipatkan dua atau tiga laju suatu
reaksi antara molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan
sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian kemari
pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama
lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya, ke molekul-
molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan
dampak (benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih cepat.
Pada temperatur besar, karena makin banyak molekul yang memiliki
kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki energi cukup untuk
bereaksi.
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena
kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi.
Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar.
4. Luas Permukaan Bidang Sentuh
Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, semakin besar
kemungkinan partikel-partikel untuk bertumbukannya / bereaksi sehingga
laju reaksi semakin naik, dan sebaliknya untuk luas permukaan bidang
sentuh yang kecil.
5. Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara
dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi
menggunakan katalis disebut dengan reaksi katalis atau prosesnya
disebut katalisme (Keenan,1980).
II.2 Uraian Bahan
1. H2SO4 (Depkes RI ; 1979)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM.
Nama lain : Asam sulfat.
RM / BM : H2SO4 / 98,07.
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif; tidak berwarna; jika
ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sampel.
2. Natrium Tiosulfat (Depkes RI ; 1979)
Nama resmi : NATRI THIOSULFAS.
Nama lain : Natrium Tiosulfat.
RM / BM : Na2S2O3 / 248,17.
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna / serbuk hablur kasar. Dalam
lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel.
3. Aquadest (Depkes RI ; 1979)
Nama resmi : AQUADESTILLATA.
Nama lain : Air suling, Aquadest.
RM / BM : H2O/ 18,02.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai pengencer / pelarut.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kinetika reaksi adalah gelas
piala (Pyrex Iwaki), kaki tiga (PSI), lampu spritus, pipet skala, pipet tetes,
rak tabung, stopwatch, tabung reaksi (Pyrex Iwaki), dan termometer (Gea
medical).
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2SO4 0,5 M
(Asam sulfat) ; Na2S2O3 0,5 M (Natrium tiosulfat) ; H2O (Aquadest) ; Es
batu ; Tissue ; dan Label.
III.2 Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan pengaruh konsentrasi terhadap kinetika
reaksi adalah pertama-tama disediakan lima buah tabung reaksi dan masing-
masing tabung tersebut diisi dengan 5 ml H2SO4 0,5 M (Asam Sulfat).
Kemudian disediakan lima buah tabung reaksi yang lain dan tiap tabung
tersebut diisi dengan 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml, dan 1 ml Na2S2O3 0,5 M,
diencerkan hingga volume 5 ml dengan aquadest. Lalu dicampurkan isi
tabung reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama kedalam masing-masing 5
sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut,
stopwatch dijalankan. Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi berupa
kekeruhan. Terakhir, Dicatat waktu yang digunakan dan tentukan nilai m, k,
dan persamaan kecepatan reaksinya.
Untuk percobaanpengaruh suhu, pertama-tama dipilih salah satu
konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3. Kemudian disiapkan 6 buah tabung reaksi,
3 buah diisi dengan H2SO4 dan 3 buah lainnya diisi dengan Na2S2O3. Lalu
dimasukkan sepasang tabung reaksi kedalam gelas piala yang berisi air
dingin (air es) dengan suhu 5oC beberapa menit sehingga suhunya merata
termasuk suhu larutannya. Setelah itu diambil sepasang tabung reaksi (1
buah yang berisi H2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3). Kemudian dicampurkan
isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat, stopwatch
dijalankan (tabung reaksi yang telah berisi campuran H2SO4 tetap pada gelas
piala yang berisi air es / es batu). Stopwatch dihentikan setelah terjadi reaksi
seperti pada percobaan bagian 1 sebelumnya. Setelah itu dicatat waktu yang
digunakan dan suhu reaksi. Lalu dikerjakan kembali poin a sampai
g,padainterval suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar 27oC dan suhu panas
60oC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
1. Pengaruh Konsentrasi
No. VolumeH2SO4
VolumeNa2S2O3
VolumeH2O
t (s) x y xy x2
1. 5 ml 5 ml - 66 1 4.2 4.2 1
2. 5 ml 4 ml 1 ml 98 0.8 4.6 3.7 0.64
3. 5 ml 3 ml 2 ml 143 0.6 5 3 0.36
4. 5 ml 2 ml 3 ml 182 0.4 5.2 2.1 0.16
5. 5 ml 1 ml 4 ml 237 0.2 5.5 1.1 0.04
∑❑ 726 3 24.5 14.1 2.2
2. Pengaruh Suhu
No. VolumeH2SO4
VolumeNa2S2O3
t (s) T (oC) x y xy x2
1. 3 ml 3 ml 112 5 5 4.7 23.5 25
2. 3 ml 3 ml 75 27 27 4.3 116.1 729
3. 3 ml 3 ml 19 60 60 2.9 174 3.600
∑❑ 206 92 92 11.9 313.6 4.354
IV.2 Pembahasan
Kinetika reaksi atau laju reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan
konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi per satuan waktu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi yaitu : Sifat dan ukuran pereaksi,
konsentrasi, temperatur atau suhu reaksi, luas permukaan bidang sentuh, dan
katalis.
Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan
berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat cara untuk
menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju reaksi
ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde
reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang
bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi
setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan bagian
langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu produk.
Pada praktikum kali ini membahas tentang pengaruh konsentrasi dan
pengaruh suhu terhadap laju reaksi dengan menggunakan bahan H2SO4 dan
Na2S2O3.
Percobaan pertama yaitu pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi,
disiapkan 10 buah tabung reaksi, lima buah tabung diisi 5 ml H2SO4 0.5 M
dan lima tabung reaksi lainnya diisi 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml, dan 1 ml Na2S2O3
0.5 M kemudian diencerkan hingga volume 5 ml dengan aqudest, setelah itu
dicampurkan isi tabung reaksi tersebut dari lima sediaan pertama kedalam
masing-masing lima sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya
kedua zat tersebut stopwatch dijalankan, stopwatch dihentikan setelah ada
reaksi berupa kekeruhan, dicatat waktu terjadinya reaksi. Pada percobaan
pengaruh konsentrasi ini didapatkan hasil untuk pasangan tabung (I) (I)
bereaksi setelah 66 detik, tabung (II) (II) bereaksi setelah 98 detik, tabung
(III) (III) bereaksi setelah 143 detik, tabung (IV) (IV) bereaksi setelah 82
detik, dan tabung (V) (V) bereaksi setelah 237 detik, sehingga dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin pekat suatu zat atau semakin
tinggi konsentrasi maka semakin cepat terjadinya reaksi.
Percobaan kedua yaitu pengaruh temperatur atau suhu terhadap laju
reaksi, disiapkan enam buah tabung reaksi, tiga buah diisi dengan 3 ml
H2SO4 0.5 M dan tiga buah lainnya diisi dengan 3 ml Na2S2O3 0.5 M,
dimasukkan sepasang tabung reaksi kedalam gelas piala yang berisi air
dingin (air es) dengan suhu 5oC selama beberapa menit hingga suhunya
merata termasuk suhu larurannya, kemudian diambil sepasang tabung reaksi
tersebut (satu buah yang berisi H2SO4 dan satu buah berisi Na2S2O3, setelah
itu dicampurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat
stopwatch dijalankan, stopwatch hanya akan dihentikan setelah terjadi reaksi
berupa kekeruhan, seperti pada percobaan pengaruh konsentrasi, catat waktu
yang digunakan dan suhu reaksi, dikerjakan kembali mulai dari tahap awal
hingga penulisan hasil pada interval suhu yang berbeda, yaitu suhu ruangan
27oC dan suhu panas 60oC. Pada percobaan pengaruh suhu ini didapatkan
hasil untuk pasangan tabung (I) (I) dengan suhu dingin 5oC bereaksi setelah
112 detik, tabung (II) (II) dengan suhu ruangan 27oC bereaksi setelah 75
detik, tabung (III) (III) dengan suhu panas 60oC bereaksi setelah 19 detik,
sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
maka semakin cepat terjadinya reaksi.
Aplikasi percobaan ini dalam bidang farmasi adalah ketika seseorang
apoteker mengambil keputusan apakah obat tersebut masih layak untuk
dikonsumsi atau tidak, maka terlebih dahulu Ca harus mengetahui stabilitas
kimia dari bahan obat tersebut. Jika seorang apoteker akan membuat suatu
sediaan obat baru dari suatu obat maka harus mengetahui stabilitas obat
yang dibuat menjadi sedian baru tersebut dan harus dapat menentukan waktu
dan tempat penyimpanan obat tersebut.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kinetika reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi zat
pereaksi atau produk reaksi per satuan waktu. Faktor yang
mempengaruhi yaitu : Sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi, suhu, luas
permukaan bidang sentuh, dan katalis.
2. Pada percobaan pengaruh konsentrasi didapatkan hasil untuk pasangan
tabung (I) (I) waktu yang digunakan 66 detik, tabung (II) (II) 98 detik,
tabung (III) (III) 143 detik, tabung (IV) (IV) 82 detik, dan tabung (V)
(V) 237 detik, sehingga dinyatakan jika semakin pekat suatu zat atau
semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat terjadinya reaksi.
3. percobaan pengaruh suhu didapatkan hasil untuk pasangan tabung (I) (I)
dengan suhu 5oC waktu yang digunakan 112 detik, tabung (II) (II)
dengan suhu 27oC selama 75 detik, tabung (III) (III) dengan suhu 60oC
selama 19 detik, sehingga dinyatakan jika semakin tinggi suhu maka
semakin cepat terjadinya reaksi.
V.2 Saran
Pada saat menentukan waktu, stopwatch sebaiknya dihentikan sebelum
terjadi kekeruhan yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.1992. Penuntun Belajar Kimia Dasar Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : PT. Citra Aditia Bakti.
Anderton, J. D. 1997. Foundations of Chemistry Edisi kedua. Melbourne: Longman.
Kamaludin, Agus. 2013. Cara Jitu Sukses UN dengan Mudah. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Keenan, dkk.1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Suroso, A. Y. 2002. Ensiklopedia Sains dan Kehidupan. Jakarta: Tarity Samudra Berlian.
Ryan, Lawrie. 2001. Chemistry For You. London: Nelson Thornes.
Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Firdaus, Sirajul. 2016. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Kimia Dasar. Makassar : Stikes Mega Rezky.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I. Perhitungan
Pengaruh Konsentrasi :
x = Volume H2SO 4Volume NaS2 O3
y = In (t)
Pengaruh Suhu :
x = T
y = In (t)
Untuk reaksi aA + bB cC + dD, persamaan laju reaksi ditulis :
r = k[A]m.[B]n
Keterangan :
r = laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi zat A dalam mol per liter
[B] = konsentrasi zat B dalam mol per liter
m = orde reaksi terhadap zat A
n = orde reaksi terhadap zat B
Penyelsaian :
Pengaruh Konsentrasi Persamaan garis
x = Volume H2SO 4Volume NaS2O3
x1 = 5 ml5 ml = 1
x2 = 4 ml5 ml = 0,8
x3 = 3 ml5 ml = 0,6
x4 = 2 ml5 ml = 0,4
x5 = 1 ml5 ml = 0,2
y = a + b (x)
y1 = 4,349 + 0,585 (1)= 4,934
y2 = 4,349 + 0,585 (0,8)= 3,947
y3 = 4,349 + 0,585 (0,6)= 2,960
y4 = 4,349 + 0,585 (0,4)= 1,974
y5 = 4,349 + 0,585 (0,2)= 0,987
Koefisien A =
= (2,2 ) (24,5 )−(3 ) (14,1 )
5 (2,2 )−32
= 53,9−42,3
11−9
= 11,62
= 5,8
Koefisien B =
= 5 (14,1 )−3(24,5)
5 (2,2 )−32
= 70,5−73,5
11−9
= −32
= -1,5
Kecepatan reaksi pengaruh konsentrasi :
V1 = dxdt
= 166
=0,015 m /s
V2 = dxdt
=0,898
=0,008m /s
V3 = dxdt
= 0,6143
=0,004 m /s
V4 = dxdt
= 0,4182
=0,002 m /s
V5 = dxdt
= 0,2237
=0,001m / s
Tetapan kecepatan reaksi :
Log V1 = Log K1 + m . a
Log K = Log V + m . a
Log K1 = (-1,8) + 1 . 1
= -0,8
Log K2 = (-2,1) + 1 . 0,8
= -1,3
Log K3 = (-2,4) + 1 . 0,6
= -1,8
Log K4 = (-2,7) + 1 . 0,4
= -2,3
Log K5 = (-3) + 1 . 0,2
= -2,8
Sudut kemiringan :
tan α = ∆ X∆ Y =
X2−X1
Y 2−Y 1 = 1−0,8
66−98 = −0,232 = -0,006
Pengaruh Suhu Persamaan garis :
y1 = a + bx = 5,37 + 0,04 (5) = 5,51
y2 = a + bx = 5,37 + 0,04 (27) = 6,45
y3 = a + bx = 5,37 + 0,04 (60) = 7,77
Kecepatan reaksi pengaruh suhu :
V1 = dxdt
= 5112
=0,02m / s
V2 = dxdt
=2775
=0,36 m /s
V3 = dxdt
=6019
=3,16 m/ s
Ketetapan kecepatan reaksi :
In K = In A - EART
In K1 = 11,52 + 0,03
0,082(5)
= 11, 5 + 0,030,41
= 11, 57
In K2 = 11,5 +0,03
0,082(27)
= 11,5 + 0,032,21
= 11,51
In K3 = 11,5 + 0,03
0,082(60)
= 11,5 + 0,034,92
= 11,50
Koefisien A =
= (4.354 ) (11,9 )−(92 ) (313,6 )
3 (4.354 )−922
= 51.812,6−28.851,213.062−8.464
= 52.960,44598
= 11,52
Koefisien B =
= 3 (313,6 )−92(11,9)
3 (4.353 )−922
= 940,8−1.094,813.062−8.464
= −1544598
= -0,03
Sudut kemiringan :
tan α = ∆ X∆ Y = X2−X1
Y 2−Y 1 = 27−5
4,3 – 4,7 = −220,4 = -55
Lampiran II. Gambar Hasil Percobaan
Gambar I: Terjadinya reaksi berupa kekeruhan.
Gambar II : Kekeruhan yang berlebih.
Lampiran III. Dokumentasi Kelompok Praktikum