16
Koefisien Distribusi (Hukum Partisi) Hubungan zat terlarut yang terdistribusi di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur Walter Nernst : jika solut dilarutkan sekaligus ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut akan terdistribusi di antara kedua pelarut. Pada keadan setimbang, perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap.

Koefisien distribusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Koefisien distribusi

Koefisien Distribusi (Hukum Partisi)

Hubungan zat terlarut yang terdistribusi di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur

Walter Nernst : jika solut dilarutkan sekaligus ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut akan terdistribusi di antara kedua pelarut. Pada keadan setimbang, perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap.

Page 2: Koefisien distribusi

dKC

C

1

2

air fase dalamut zat terlar ikonsentras

organik fase dalamut zat terlar ikonsentras

Zat Terlarut PelarutOrganik (O) Air (A)

IodiumIodiumIodiumAsam suksinatBrom

CCl4CS2

CHCl3(C2H5)O

CCl4

AirAirAirAirAir

85414131

0.12530

ACOCD

Page 3: Koefisien distribusi

Harga Kd tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase.

Kd bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut, jenis solut.

Hukum partisi hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut sama (tidak mengalami perubahan) dalam kedua pelarut.

Hukum partisi tidak berlaku jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase pelarut.

Jika keadaan ideal (zat terlarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau polimerisasi) Kd = D.

Page 4: Koefisien distribusi

Ekstraksi Proses pemisahan zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai

Metoda paling baik dan populer Dapat dilakukan baik dalam tingkat makro

maupun mikro Tidak memerlukan alat khusus/ canggih Proses pemisahan sederhana, cepat dan mudah Digunakan dalam industri untuk menghilangkan

zat-zat yang tidak diinginkan dalam produkContoh : pemurnian minyak tanah, minyak goreng, pemurnian NaOH dalam proses elektrolisis.

Page 5: Koefisien distribusi

Klasifikasi ekstraksiBerdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi

Ekstraksi Padat-cairZat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk padatan.Ekstraksi ini banyak dilakukan dalam usaha mengisolasi zat yang berkhasiat yang terkandung dalam bahan alam steroid, hormon, antibiotika, lipid pada biji-bijian.

Ekstraksi Cair-cair (ekstraksi pelarut)Zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk cair.contoh : pemisahan iod atau logam-logam dalam air.

Page 6: Koefisien distribusi

Klasifikasi ekstraksiBerdasarkan proses pelaksanaannya

Ekstraksi kontinyuPelarut yang sama digunakan berulang kali sampai proses ekstraksi selesai’Alat : soxhlet.

Ekstraksi bertahapPada ekstraksi ini, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai.Alat : corong pisah.

Page 7: Koefisien distribusi

Teknik ekstraksi

Pada ekstraksi cair-cair, dapat dilakukan metode kontinyu maupun bertahap.

Untuk metode bertahap : - tekniknya dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pisah- dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut.- didiamkan beberapa saat terbentuk 2 lapisan.

Page 8: Koefisien distribusi

Pemilihan pelarut Kelarutannya rendah dalam fase air Viskositasnya rendah untuk mencegah

terbentuknya emulsi Toksisitas rendah Tidak mudah terbakar Harga Kd besar untuk zat-zat terlarut Harga Kd kecil untuk kontaminan Mudah mengambil kembali zat terlarut dan pelarut

(perhatikan titik didih).

Page 9: Koefisien distribusi

KOEFISIEN DISTRIBUSI OBATKoefisien distribusi (koefisien partisi) suatu obat : tetapan kesetimbangan kadar obat dalam kedua fase yang saling tidak bercampur.

Kd = CA atau P = [obat]lipid CB [obat]air

Dalam sistem hidup Kd sulit diukur.

Kd ditentukan secara in vitro dengan menggunakan n-oktanol sebagai fase lipid dan buffer fosfat pH 7,4 sebagai fase air.Kd merupakan sifat aditif bagi molekul setiap gugus fungsi turut menetapkan kepolaran, sifat lipofil & hidrofil molekul.

Page 10: Koefisien distribusi

Koefisien distribusi sangat berpengaruh pada :

Ciri pengangkutan obat Cara obat mencapai sisi kerjanya dari sisi pemakaian Cara obat menembus dan melintasi sejumlah sel untuk mencapai

sisi kerja

Mis : obat yang sangat larut dalam air, tidak sanggup dengan cepat melewati cairan lipid untuk mencapai organ kaya lipid (otak & jaringan syaraf), tetapi melalui darah dengan cara difusi dari fase air ke fase yang lain akhirnya bisa sampai ke tempat tujuan.

Penentuan jaringan mana saja yang dapat dicapai oleh senyawa tertentu

Cara kerja obat depresan, anestetika, hipnotika, desinfektan

Page 11: Koefisien distribusi

HIPOTESIS OVERTON - MEYER

Abad 19 Overton & Meyer mengajukan hipotesis bahwa kerja narkotik dari obat adalah fungsi koefisien distribusi suatu senyawa antara medium lipid dan air.

Kesimpulan : Semua zat netral yang larut lipid mempunyai sifat depresi

terhadap syaraf Aktivitas tersebut sangat nyata pada sel kaya lipid Efek naik dengan naiknya koefisien partisi tanpa menghiraukan

struktur zat.Berbagai variasi obat dengan tipe kimia berbeda menghasilkan kerja narkotik yang sama pada konsentrasi sama dalam sel lemak (membran sel).

Page 12: Koefisien distribusi

HIPOTESIS MULLIN (1954)

Mullin memodifikasi hipotesis Overtone-Meyer : bahwa di samping konsentrasi anestetika dalam membran, volume juga penting yang dinyatakan dalam fraksi volume.

Fraksi volume = fraksi mol x volume molar parsial

Anestetika memuaikan membran sel Anestesi terjadi pada saat nilai pemuaian kritis tercapai,

sekitar 0,3 – 0,5% volume asalnya. Daerah permukaan membran juga turut memuai.

Page 13: Koefisien distribusi

KAIDAH FERGUSON (1939)

Fergusson memperluas hipotesis untuk anestetika yang diberikan sebagai fase gas dengan cara dihirup

Tanpa memperhatikan biofase (sisi kerja anestetika atau konsentrasi mutlak zat dalam fase gas/cair efek anestetika terjadi dalam rentang aktivitas termodinamik yang konstan

Aktivitas termodinamik : a = Pi(untuk gas) Ps

Pi = tekanan uap parsial dalam udaraPs = tekanan uap zat murniSi = konsentrasi molar obat terlarutSs = kelarutan molar obat.

Page 14: Koefisien distribusi

Ferguson menyatakan bahwa tingkat kerja narkotik yang sama akan terjadi pada keaktifan termodinamik obat yang sama dalam larutan

Harga tertinggi untuk keaktivan termodinamik = 1 merupakan titik jenuh

Aktivitas termodinamik berguna untuk membedakan obat berstruktur khas dan tidak khas.

Obat berstruktur tidak khas bekerja pada aktivitas termodinamik tinggi (0,01 – 1) hanya aktif pada dosis tinggiAktivitas hayatinya tidak berkaitan dengan struktur kimia.Senyawa berlainan aktivitas hayati sama

Page 15: Koefisien distribusi

Obat berstruktur khas sebagian besar senyawa yang digunakan untuk pengobatan.

Menunjukkan efek farmakologi yang berkaitan dengan aktivitas termodinamiknya.

Aktif pada konsentrasi yang sesuai dengan aktivitas termodinamik yang sangat rendah (< 0,001)

Struktur kimia mirip menghasilkan efek sama dengan mekanisme yang sama

Perubahan pada struktur kimia mengubah sifat fisikokimianya sifat farmakologi berubah

Page 16: Koefisien distribusi

Senyawa berstruktur khas berantaraksi dengan reseptor obat yang khas dan sangat selektif

Umumnya struktur makromolekul bersifat lipoprotein atau glikoprotein

Kerapatan reseptor rendah untuk tiap satuan permukaan membran ( 10 – 10.000 reseptor/µm2.

Catatan : kelompok obat tidak khas anestetika umum strukturnya beragam mulai dari gas mulia(Ar, Xe)

sampai pada steroid yang rumit. Farmakologi anestesi rumit dan luas.