Upload
alifzulfikar
View
183
Download
2
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
RAPID ENZYME PRODUCTION AND MYCELIAL GROWTH IN SOLID-STATE FERMENTATION USING
THE NON-AIRFLOW BOX
(KECEPATAN PRODUKSI ENZIM DAN PERTUMBUHAN MISELIUM DALAM FERMENTASI MEDIA PADAT
MENGGUNAKAN KOTAK KEDAP UDARA)
Nama : M. Alif Zulfikar (141211132035)
Irfan Muzakki (141211132011)
Kelas : TIHP
Journal of Bioscience and BioengineeringVOL. 116 No. 5, 585e590, 2013www.elsevier.com/locate/jbiosc
Bahan dan Metode
• Strain kapang dan kultur substrat
Galur Aspergillus oryzae AOK 11 yang digunakan dalam penelitian ini. untuk persiapan strain konidiospora, strain
ditumbuhkan pada pd (potato dextrose) plate agar pada 30oc selama 7 hari. bekatul kering mengandung kadar air 13%
yang digunakan sebagai kultur substrat.
• Kultur biji koji
Bekatul biji koji diinokulasi dengan pengenceran cairan kultur 5x107 sebanyak 0,2 ml (0,2% surfaktan dan 0,9% NaCl)
ke dalam 2 g bekatul yang diautoklaf dengan 1,2 ml air suling dalam tabung 50 ml. inokulum diinkubasi pada suhu
30oc dengan kelembaban relatif (RH) 95% selama 3 hari dalam suhu dan kelembaban ruang di bawah kondisi statis.
• Fermentasi media padat
Bekatul (100 g) dengan volume air yang sesuai dikukus selama 20 menit. Kadar air awal substrat dihitung dengan
penghitungan kadar air dalam bekatul. Substrat dicampur dengan bekatul biji koji yang diinkubasi dengan kelembaban
relatif (RH) 95% dalam koil pendingin stainless steel yang terpasang pada tangki atau kotak kedap udara dengan
membran eptfe yang berisi saringan stainless steel yang melingkar dalam suhu dan kelembaban ruang dalam kondisi
statis, sedangkan mengukur suhu dalam substrat dengan termometer. Substrat memiliki kedalaman kira-kira 2,5cm.
• Persiapan protein yang disekresi
Substrat setelah kultur disuspensi dengan 1 L air suling pada suhu 4oC selama 3 jam untuk mengekstrak enzim
yang dihasilkan. Suspensi disentrifugasi untuk menghilangkan partikel besar, dan supernatan disaring oleh
membran selulosa asetat dengan ukuran pori-pori 0,20 µm. Larutan yang diperoleh digunakan untuk pengujian
enzim setelah 4 kali pengenceran dengan air suling.
• Pengujian enzim
Aktivitas α-amilase, glukoamilase, α-glukosidase and asam karboksipeptidase diuji dengan α- alat uji amilase,
glukoamlase dan alat uji α-glukosidase, dan alat uji aktivitas asam karboksipeptidase. Aktivitas selulase
dideterminasi dengan mengukur gula pereduksi yang dicerna dari carboxymethylcellulose (CMC) sesuai
dengan metode asam dinitrosalisilat (DNS) seperti sebelumnya dijelaskan. Aktivitas xilanase diukur dengan
prosedur yang sama seperti uji aktivitas selulase kecuali larutan ekstrak enzim (4 kali pengenceran) dan
substrat (1,0% xilan dari oat-spelt). Aktivitas asam protease diuji dengan mengukur kemampuan untuk
menghidrolisis kasein. Hidrolisat protein supernatan dideterminasi dengan metode lowry dan aktivitas tersebut
dideterminasi dengan pengukuran kerapatan optik 660 nm. Aktivitas β-glukosidase diukur dengan mengamati
pelepasan OFP-nitrofenol dari P-nitrofenil β-D-glucopyranoside (PNP-GLC) yang digunakan untuk substrat,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Satu unit setiap aktivitas enzim dideterminasi sebagai 1 mmol
produk yang dilepaskan dari substrat per menit.
• Pengukuran total protein tersekresi
Jumlah total protein ekstraseluler dideterminasi dengan menggunakan alat uji Protein Quick-Start dari metode
Bradford yang menggunakan bovine γ-globulin sebagai standar, sesuai dengan petunjuk pabrik. Konsentrasi
protein pada 96-well plate dideterminasi dengan mengukur kerapatan optik 595 nm dengan pembaca lempeng.
• Pengukuran total berat miselium
Kadar miselium ditentukan dengan mengukur pelepasan kadar N-asetilglukosamin (GlcNac) dari dinding sel
jamur menggunakan enzim litik yaitu katalase.
• Pengukuran Aktivitas air (Aw)
Alat untuk mengukur aktivitas air yaitu menggunakan Aw-meter.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
• Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kondisi kultur seragam oleh kultur NAB memiliki produksi enzim
seragam dengan reprodusibilitas yang tinggi.
• Pada gambar 2 menunjukkan bahwa aktivitas berbagai enzim glikolitik selama kultur diukur, dan semuanya
menunjukkan peningkatan drastis di dalam kultur NAB selama 24 jam dalam laju produksi enzim daripada
di dalam kultur TB.
• Pada gambar 2 dan 3 menunjukkan kesamaan pada perbedaan waktu produksi enzim terutama di dalam
kultur NAB. Gambar 2 dan 3 juga menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan dalam total kadar miselium
sangat berhubungan dengan peningkatan produksi enzim.
• Pada gambar 2 sampai 4 (2-4) menunjukkan kecepatan produksi enzim secara signifikan dalam kultur NAB
yang berhubungan dengan peningkatan kadar miselium dibawah kondisi lingkungan yang tetap.
• Pada gambar 4 total kadar miselium dalam kultur NAB meningkat pada waktu 18-24 jam dan hampir
konstan dari waktu 48 jam
• Pada gambar 5A kadar air dalam kultur NAB secara cepat mengalami penurunan pada waktu 18-24 jam,
sementara gambar 5B total berat mengalami penurunan secara bertahap pada waktu 18-24 jam.
• Pada gambar 5C menunjukkan Aktivitas air (Aw) mengalami penurunan secara drastis dan cepat setelah 24
jam dalam kultur NAB
• Pada gambar 6A menunjukkan bahwa kultur TB dijaga pada fermentasi panas yang dihasilkan selama kultur
setelah suhu dalam susbtrat menunjukkan puncak yang luas.
• Pada gambar 6B menunjukkan permukaan substrat di dalam NAB berada dalam kondisi kering setelah
kultur selama 96 jam seperti yang diharapkan dari kelembaban relatif udara pada substrat.
Kesimpulan
Bahwa kultur NAB memiliki banyak kemampuan atau manfaat untuk memproduksi enzim yang lebih efisien
dalam fermentasi media padat. Ukuran partikel substrat mempengaruhi pertumbuhan miselium dan produksi
enzim dalam fermentasi media padat. Peningkatan kecepatan total kadar miselium sangat berhubungan dengan
peningkatan produksi enzim.