14
VALUASI EKONOMI LAHAN HUTAN YANG BERPOTENSI UNTUK KONVERSI MENJADI KAWASAN INDUSTRI KARIANGAU BALIKPAPAPAN KALIMANTAN TIMUR ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN Albarqoni, Firdaus dan Nindyantoro 1) 1) Dosen, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Ir, MSP Abstract The economic value of forest products either directly value or indirect values (environmental services) has value to current and future. Lack of knowledge and understanding of the values of forest resources, forest resources management is not optimal so that forests tend to be converted to other land. In this case forest resources are converted to industrial are. Economic valuation of forest resources is an effort that can be done to improve the understanding of the entire stakeholder and community of tangible and intangible benefits of forests. Economic valuation of forest resources in the study done by quantifying the economic benefits of the goods and services produced by forests that have high economic value, and declared value in the value of money. Results of this study demonstrate the total value of Kariangau forest area is 183 917 161 880 rupiah. Key word: economic value, forest, conversion, industrial area PENDAHULUAN Sumberdaya hutan Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan dan manfaat tidak terukur (intangible) berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebih. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat sumberdaya hutan secara komperehensif. Untuk memahami manfaat dari sumberdaya hutan tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dihasilkan sumberdaya hutan ini. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Kota Balikpapan sebagai salah satu kota terbesar di Propinsi Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi dengan migas mencapai 6,7 persen, sementara pertumbuhan ekonomi tanpa migas sebesar 9,0 persen. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pertambangan, pengelolaan industri minyak atau gas bumi serta pelayanan jasa yang menghasilkan barang industri 1

ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

VALUASI EKONOMI LAHAN HUTAN YANG BERPOTENSI UNTUK KONVERSI MENJADI KAWASAN INDUSTRI KARIANGAU BALIKPAPAPAN

KALIMANTAN TIMUR

ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN

EAST KALIMANTAN

Albarqoni, Firdaus dan Nindyantoro1)

1)Dosen, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Ir, MSP

Abstract

The economic value of forest products either directly value or indirect values

(environmental services) has value to current and future. Lack of knowledge and

understanding of the values of forest resources, forest resources management is not

optimal so that forests tend to be converted to other land. In this case forest resources

are converted to industrial are. Economic valuation of forest resources is an effort that

can be done to improve the understanding of the entire stakeholder and community of

tangible and intangible benefits of forests. Economic valuation of forest resources in the

study done by quantifying the economic benefits of the goods and services produced by

forests that have high economic value, and declared value in the value of money. Results

of this study demonstrate the total value of Kariangau forest area is 183 917 161 880

rupiah.

Key word: economic value, forest, conversion, industrial area

PENDAHULUAN

Sumberdaya hutan Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat

dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas

manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan dan manfaat tidak terukur

(intangible) berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain.

Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga

menimbulkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebih. Hal tersebut

disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai

manfaat sumberdaya hutan secara komperehensif. Untuk memahami manfaat dari

sumberdaya hutan tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang

dihasilkan sumberdaya hutan ini. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk menentukan

nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia.

Kota Balikpapan sebagai salah satu kota terbesar di Propinsi Kalimantan Timur

mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi

dengan migas mencapai 6,7 persen, sementara pertumbuhan ekonomi tanpa migas

sebesar 9,0 persen. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pertambangan, pengelolaan

industri minyak atau gas bumi serta pelayanan jasa yang menghasilkan barang industri

1

Page 2: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

2

dan barang produksi. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan

perdagangan dan usaha-usaha lain yang signifikam di Kota Balikpapan dengan

menimbulkan dampak berupa peningkatan jumlah penduduk. Selain itu Kota Balikpapan

menjadi titik transit dan transportasi jalur perhubungan udara dan laut berkaitan dengan

letak goegrafis yang berada di selat Makassar dan didukung oleh sarana dan prasarana

transportasi udara dan laut yang baik. Faktor-faktor tersebut di atas sangat

mempengaruhi terhadap fungsi utama Kota Balikpapan sebagai kota jasa yang akan

dikembangkan ke depan, baik dalam bentuk pemantapan terhadap fungsi yang sudah

ada maupun penempatan fungsi baru yang akan dikembangkan.

Kota Balikpapan berdasarkan RTRW Nasional tahun 2006 diarahkan sebagai

Pusat Pelayanan Orde I, yaitu pusat yang melayani seluruh wilayah Propinsi Kalimantan

Timur dan Wilayah Nasional/ internasional yang lebih luas. Pusat ini diwakili oleh kota

Balikpapan yang diarahkan sebagai kota utama di Propinsi Kalimantan Timur. Fungsi

utama Kota Balikpapan secara detail adalah sebagai pusat pelayanan orde I antara lain

sebagai pusat perdagangan dan jasa regional; pusat distribusi dan kolektor barang dan

jasa regional; pusat pelayanan jasa transportasi laut, udara, sungai dan darat; pusat

industri pengolahan; pusat pelayanan jasa pariwisata.

Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur tahun 2006, kawasan

Balikpapan, ditetapkan sebagai kawasan strategis dengan fungsi penggerak

pertumbuhan. Penetapan kota Balikpapan sebagai salah satu kawasan strategis

didasarkan pada potensi sumber daya alam yang dimiliki, seperti kehutanan,

pertambangan dan industri. Kawasan tersebut merupakan kawasan utama pertumbuhan

perekonomian wilayah yang secara geografis terletak dalam lintasan aliran perdagangan

regional dan internasional, yaitu Segitiga Pertumbuhan ASEAN. Kawasan tersebut dekat

dengan Negara Bagian Sabah-Malaysia dengan pusat pertumbuhan utamanya yaitu Kota

Tawao. Kota Balikpapan telah berkembang sebagai pusat koleksi dan distribusi utama

khususnya untuk komoditi ekspor sehingga merupakan lokasi terkonsentrasinya fasilitas

dan prasarana penting dan merupakan konsentrasi penduduk. Melalui

pengembangannya sebagai wilayah pembangunan ekonomi terpadu dapat membantu

mengurangi kesenjangan wilayah.

Secara umum kondisi tutupan lahan di Kota Balikpapan masih didominasi oleh

lahan tidak terbangun dengan luas 44.813, 21 ha (89,04%) dari luas wilayah Kota

Balikpapan. Sedangkan lahan terbangun mencapai luas 5.517,36 ha (10,96.%) dari luas

wilayah. Lahan tidak terbangun di Kota Balikpapan berupa hutan dengan luas 20.295,86

ha (40,33%), semak dan belukar seluas 12.226,31 HA (24,29%), ladang/kebun seluas

5.100, 29 ha (10,13%), sawah 103,93 ha, tambak 694,59 ha, perkebunan 316,93 ha,

ruang terbuka hijau berupa makam-makam, taman, lapangan seluas 393,46 ha. Lahan

tidak terbangun ini pada umumnya masih mendominasi Kota Balikpapan bagian utara,

Page 3: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

3

barat dan timur, tepatnya di Kecamatan Balikpapan Barat, Utara dan Kecamatan

Balikpapan Timur.

Pembangunan Kawasan Industri Kariangau (KIK) direncanakan seluas 5.000

hektar yang berlokasi di Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat Kalimantan

Timur. Tahap pengembangan pertama seluas 1.989,54 hektar sementara sisanya akan

dikembangkan kemudian. Dalam pengembangan daerah ini, pemerintah daerah

membagi dengan fungsi yang berbeda – beda seperti pelabuhan dengan luas 56,5

hektar, kawasan industri dengan luas 399.288 hektar dan sarana pendukung seluas

339.267 hektar.

Kawasan yang direncanakan untuk Kawasan Industri Kariangau (KIK) berlokasi

di daerah pesisir kota Balikpapan, karakteristik tersebut menjadi dasar prima

perencanaan kawasan tersebut yaitu mengembangkan kawasan perkotaan yang

kondusif terhadap keseimbangan lingkungan hidup pesisir dan sebagai pusat

pertumbuhan baru dengan basis kegiatan industri. Area tersebut sudah masuk beberapa

perusahaan, namun sebagian besar areanya masih berupa hutan belantara, alang –

alang, rumput liar dan sejenisnya sehingga masyarakat sekitar tidak mendapatkan

manfaatnya secara ekonomi karena mereka memanfaatkan lahan tersebut sebagai

perladangan berpindah. Dengan lokasi yang strategis dan didukung oleh pemberlakuan

Undang – Undang no. 32 dan 34 tahun 2004, pemerintah daerah bermaksud untuk

mengembangkan daerah tersebut menjadi kawasan industri dengan nama Kawasan

Industri Kariangau (KIK) untuk kesejahteraan rakyat.

Valuasi ekonomi sumber daya hutan merupakan suatu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan seluruh stakholder

terhadap manfaat tangible dan intangible hutan. Dengan adanya valuasi ekonomi,

diharapkan masyarakat akan lebih mengetahui informasi dan nilai manfaat hutan dari

sisi ekonomi dan ekologi, sehingga seluruh elemen masyarakat, stakeholder dan

pengambil kebijakan akan lebih menghargai keberadaan hutan dan selalu ingin

berperan aktif dalam upaya kelestarian lingkungan. Valuasi ekonomi sumber daya

hutan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkuantifikasikan secara ekonomi

manfaat barang dan jasa yang dihasilkan oleh hutan yang sekiranya memiliki nilai

ekonomi tinggi, dan menyatakan nilainya dalam nilai uang (money term). Hasil valuasi

selanjutnya juga dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan hutan di Kelurahan

Kariangau.

Page 4: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

4

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat

Balikpapan Kalimantan Timur. Pengambilan data sekunder dan data primer dilaksanakan

pada bulan Oktober sampai November 2012.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang

dibutuhkan dalam penelitian antara lain adalah jenis dan jumlah komoditas hasil hutan

yang diambil atau dimanfaatkan oleh masyarakat, identitas, responden (nama, usia,

pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan jumlah tanggungan keluarga), persepsi

masyarakat terhadap hutan, persepsi masyrakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan

hutan, besarnya Willingness to Pay (WTP) masyarakat terhadap manfaat keberadaan

dan besarnya WTP masyarakat atas manfaat warisan hutan. Data primer ini diperoleh

dari pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisisan kuisioner terhadap

responden.

Data sekunder yang dibutuhkan meliputi kondisi geografis lokasi penelitian,

keadaan demografis, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Data sekunder ini

diperoleh dari kantor Pemerintah Kota Balikpapan, Kantor Kecamatan dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM).

Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan random

sampling di mana responden dipilih dari populasi dengan cara memberikan kesempatan

yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Responden dalam penelitian ini

adalah warga Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan

Kalimantan Timur. Responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari 3.247

populasi. Pengambilam data dari responden bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai seberapa besar nilai yang hilang antara lain berupa nilai ekonomi berbasis

pemanfataan atau penggunaan (use value) dan nilai ekonomi berbasis bukan

pemanfataan atau penggunaan (non use value).

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data

mengenai persepsi masyarakat yang diperoleh melalui wawancara akan dianalisis secara

kualitatif dan akan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif, sedangkan data lainnya akan

dianalisis secara kuantitatif (Tabel 1).

Page 5: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

5

Tabel 1. Bobot Nilai Jawaban Responden

No Jawaban Responden Skor

1 Sangat Baik 5

2 Baik 4

3 Cukup baik 3

4 Kurang Baik 2

5 Tidak Baik 1

Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden dalam

kuisoner adalah skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

atau persepsi seseorang terhadap variabel penelitian yang telah dijabarkan dalam poin-

poin pernyataan. Skala Likert digunakan untuk mengukur suatu sikap dalam suatu

penelitian, biasanya sikap dalam skala Likert diekspresikan mulai dari yang paling

negatif, netral sampai ke yang paling positif (Sarwono, 2006).

Kesimpulan akan diperoleh dengen menentukan terlebih dahulu skala untuk

kriteria tidak baik sampai sangat baik, besarnya rentang skala akan diperoleh dengan

rumus (Simamora, 2002) berikut :

RS = (𝑚−𝑛)

𝑏

Keterangan :

RS : Rentang skala

m : Angka tertinggi dalam pengukuran (lima)

n : Angka terendah dalam pengukuran (satu)

b : Banyaknya kelas (kategori jawaban)

Tabel 2. Nilai Skor Rataan

Skor Rataan Penilaian Interpretasi Hasil Pelaksanaan

1,00 - 1,80 Tidak Baik Tidak Baik

1,81 - 2,60 Kurang Baik Kurang Baik

2,61 – 3,40 Cukup Baik Cukup Baik

3,41 – 4,20 Baik Baik

4,21 – 5,00 Sangat Baik Sangat Baik

Bobot nilai pada setiap jawaban responden akan dihitung untuk mendapatkan nilai

rataan.

METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini proses pengolahan data menggunakan bantuan komputer

dengan program Microsoft Excel 2007 dan Minitab 15.

Page 6: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

6

Analisis Deskriptif

Anaisis deskriptif digunakan ungtuk menggambarkan persepsi masyarakat

Kelurahan Kariangau. Persepsi masyarakat yang diinterpretasikan berupa persepsi

masyarakat terhadap keberadaan hutan serta pemahaman masyarakat terhadap manfaat

ekonomi dan ekologi hutan. Analisis deskriptif yang digunakan meliputi teknik analisis

untuk menghitung frekuensi dan mentabulasikan dalam bentuk diagram.

Metode Nilai Pasar

Metode ini digunakan untuk menhitung manfaat atau hasil hutan yang memiliki

harga pasar, dalam penelitian ini manfaat hasil hutan yang dihitung adalah nilai air.

Persamaan yang digunakan adalah:

𝑁𝐷𝑈 = 𝐴𝐻

AH = C x N x P

Keterangan:

NDU : Nilai ekonomi manfaat langsung (Rupiah/ha/tahun)

AH : Nilai air hutan (Rp/m3/tahun)

C : Konsumsi air per kapita per tahun (m3/tahun)

N : Jumlah populasi (jiwa)

P : Harga air (Rp/m3)

Analisis WTP

Regresi linear berganda digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel

independen (umur, pendapatan, pendidikan, dan persepsi masyarakat terhadap

keindahan) terhadap variabel dependen (WTP). Model regresi berganda untuk manfaat

keberadaan adalah sebagai berikut:

WTP Warisan = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + μi

Keterangan:

WTP : Keinginan membayar masyarakat atas manfaat keberadaan

β0 : Intersep

β0, β1,. βn : Koefisien regresi

X1 : Umur (tahun)

X2 : Jumlah tanggungan (orang)

X3 : Pendidikan (tahun)

X4 : Pendapatan (rupiah)

X5 : Persepsi responden terhadap keindahan

μi : Error (gangguan)

Sedangkan model regresi untuk manfaat warisan adalah:

Page 7: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

7

WTP Warisan = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + μi

Keterangan :

WTP : Keinginan membayar masyarakat atas manfaat warisan

β0 : Intersep

β0, β1,. βn : Koefisien regresi

X1 : Umur (tahun)

X2 : Jumlah tanggungan (orang)

X3 : Pendidikan (tahun)

X4 : Pendapatan (rupiah)

X5 : Persepsi responden terhadap keindahan hutan

μi : Error (gangguan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Masyarakt Terhadap Kondisi Hutan

Analisis persepsi masyarakat mengenai keberadaan hutan saat ini dilakukan

dengan metode skala pengukuran yaitu rataan skor. Nilai rataan skor tersebut

menunjukan penilaian masyarakat terhadap keindahan, kenyamanan, kesejukan,

keberlanjutan ekosistem, kemananan, dan ketersediaan air. Batasan menggunakan

rumus batasan skala sebagai berikut : nilai 1,00-1,80 menunjukan penilaian tidak baik;

1,81-2,60 menunjukkan penilaian kurang baik; 2,61-3,40 menunjukkan penilaian cukup

baik; 3,41-4,20 menunjukkan penilaian baik dan 4,21-5,00 menunjukkan nilai sangat baik

(Tabel 3).

Tabel 3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Kariangau

No Indikator Penilaian Rataan Skor Keterangan

1 Keindahan 4,05 Baik

2 Kenyamanan 3,80 Baik

3 Kesejukan 4,00 Baik

4 Keberlanjutan Ekosistem 3,45 Baik

5 Keamanan 2,98 Cukup Baik

6 Ketersediaan Air 3,40 Baik

Rataan Total 3,61 Baik

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Nilai Air Hutan Kariangau

Hasil analisis data penggunaan air rumah tangga responden menunjukkan

bahwa besarnya konsumsi air per kapita per tahun adalah 51,71 m3 (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai Air yang Dikonsumsi Masyarakat Kariangau

Page 8: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

8

No Uraian Jumlah Nilai (Rp/Tahun)

1 Konsumsi air per kapita/tahun

(m3)

51,71

2 Harga air untuk masyarakat

(rupiah)

7.010

3 Populasi masyarakat (orang) 3.427

4 Total air yang dikonsumsi

masyarakat (m3)

177,210.17

5 Nilai air yang dimanfaatkan

(rupiah)

1.242.243.291,70

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Berdasasarkan Tabel 4, harga air untuk masyarakat di Kelurahan Kariangau

sebesar Rp 7.010. Jumlah populasi penduduk sebanyak 3.427 jiwa maka jumlah air yang

digunakan seluruh masyarakat sebanyak 177,210.17m3

sehingga nilai manfaat air yang

digunakan sebanyak Rp 1.242.243.291,70/tahun.

Tabel 5. Nilai Air yang Dikonsumsi Perusahaan di Kelurahan Kariangau

No Uraian Jumlah Nilai

(Rp/Tahun)

1 Konusmsi air per

karyawan/tahun (m3)

1,08

2 Harga air (Rp/ m3) 7.010

3 Jumlah tenaga kerja (orang) 2.362

4 Total air yang dikonsumsi

karyawan (m3)

2,552.04

5 Nilai air yang dimanfaatkan 17,889,800.40

Sumber : Data Sekunder, Diolah (2012)

Di samping konsusmi air masyarakat, adanya Kawasan Industri Balikpapapn (KIK)

mengakibatkan adanya pertambahan penggunaan air. Kawasan Industri Kariangau (KIK)

dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 2.362 orang. Setiap karyawan diasumsikan

menggunakan air sebanyak 1,08 m3 per tahun. Jumlah air yang digunakan karyawan

sebanyak 2.552,00 m3 sehingga total nilai air adalah 17.889.800,40/tahun (Tabel 5).

Nilai Karbon

Manfaat tidak langsung yang dihitung dalam penelitian ini adalah manfaat hutan

dalam menyerap karbon dan nilai pilihan. Manfaat hutan dalam menyerap karbon

dihitung menggunakan metode nilai relatif, sedangkan nilai ekonomi hutan dalam

mencegah erosi dihitung berdasarkan biaya kerugian akibat adanya erosi. Nilai ekonomi

Page 9: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

9

hutan rakyat dalam menyerap karbon dihitung berdasarkan penelitian Syarir Yusuf (2010)

satu hektar hutan sekunder dapat menyimpan 95 ton karbon dan satu hektar hutan

primer menyimpan 263 ton karbon dengan nilai karbon saat ini $10 ( $1 = Rp 9.650,00).

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka nilai serapan karbon hutan kariangau yang

hilang dapat dihitung sebagai berikut:

Hutan primer Kariangau = 3.010,46 x 263 x 10 x 9.650

= 176.932.169.070

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai karbon hutan primer Kariangau

adalah Rp 176.932.169.070.

Nilai Pilihan

Manfaat pilihan hutan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan nilai manfaat

kenakeragaman hayati. Berdasarkan keanekargaman ilmiah hutan ini dibagi menjadi

hutan primer dan hutan sekunder. Nilai manfaat keanekaragaman hayati hutan primer

sebesar 3.11 US$/Ha/Tahun (www.dephut.go.id) dan nilai keanekargaman hayati hutan

sekunder sebesar 5.65 US$/Ha/Tahun (www.dephut.go.id). Apabila keadaan hutan

tersebut secara secara ekologis penting dan tetap terpelihara relatif alami maka nilai

ekonomi manfaat pilihan diperoleh dengan mengalikan nilai manfaat keanekaragaman

hayati per hektar per tahun dengan seluruh luasan hutan yang ada menggunakan nilai

kurs 1US$ = Rp 9.650 maka diperoleh nilai ekonomi manfaat pilihan hutan primer

Kariangau sebesar Rp 2.092.239.717,90.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP Keberadaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP Keberadaan masyarakat Kelurahan

Kariangau dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menduga

lima valraiabel penjelas (independent) seperti variabel usia, jumlah tanggungan,

pendidikan, pendapatan serta persepsi masyarakat mengenai keindahan hutan.

Berdasarkan hasi regresi berganda tersebut diketahui nilai RSq(adj) sebesar 94.6

persen. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa keragaman nilai WTP responden dapat

dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 94.6 persen sedangkan sisanya sisanya

5.4 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 138.81 dengan nilai

P sebesar 0.000 menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf (α) 5 persen

(Tabel 6).

Page 10: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

10

Tabel 6. Hasil Regresi Berganda WTP Keberadaan

Predictor Coef SE Coef T P Keterangan

Constant -0.6342 0.7892 -0.80 0.427 Tidak Berpengaruh Nyata

Umur 0.02547 0.08618 0.30 0.769 Tidak Berpengaruh Nyata

Jumlah

tanggugan

0.01818 0.03956 0.46 0.649 Tidak Berpengaruh Nyata

Pendidikan 0.3498 0.1524 2.30 0.028 Berpengaruh Nyata

Pendapatan 0.64779 0.07800 8.30 0.000 Berpengaruh Nyata

Persepsi -0.05772 0.09473 -0.61 0.546 Tidak Berpengaruh nyata

RSq(adj) 94.6% - - - -

F-Stat 138.81 - - 0.000

DW 1.52188 - - - -

Sumber : Data Primer, Diolah (2012)

Model yang dihasilkan telah diuji multikoleniaritas, heteroskedestisitas dan

normalitasnya, berdasarkan hasil uji tersebut diketahui bahwa model tidak mengalami

pelanggaran asumsi OLS. Adapun model yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

LnWTP = - 0.634+0.0255LnX1+0.0182LnX2+0.350LnX3+0.648LnX4-0.0577 LnX5

Pada model diketahui bahwa variabel-variabel penjelas yang mempengaruhi WTP

responden Kelurahan Kariangau adalah variabel pendidikan dan pendapatan. Variabel

pendidikan memiliki nilai P sebesar 0.028 menunjukkan bahwa variabel pendidikan

berpengaruh secara nyata terhadap nilai WTP responden Kelurahan Kariangau pada

taraf kepercayaan (α) 5 persen. Nilai koefisien yang bertanda positif (+) dengan nilai

0.350 berarti bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan responden sebesar satu tahun

maka nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 0,350. Hal tersebut

dikarenakan pendidikan yang tinggi akan pemahaman yang lebih mengenai pentingnya

lingkungan.

Nilai P sebesar 0.000 pada variabel pendapatan menunjukan bahwa variabel ini

berpengaruh secara nyata terhadap nilai WTP responden Kelurahan Kariangau pada

taraf (α) 5 persen. Sedangkan nilai koefisien pada variabel pendapatan bertanda positif

(+) dengan nilai sebesar 0.648 memiliki arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar satu

rupiah akan meningkatkan WTP responden sebesar Rp 0.648. Pendapatan yang tinggi

akan membuat responden memiliki dana lebih untuk membayar dalam pelestarian

lingkungan.

Memperikrakan Rataan WTP Keberadaan

Dugaan nilai rata-rata WTP keberadaan responden Kelurahan Kariangau

diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan jmlah

total reponden yang bersedia membayar (Tabel 7).

Page 11: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

11

Tabel 7. Distribusi Nilai WTP Keberadaan Hutan Kariangau

No WTP (RP) Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

WTP X Jumlah

Responden (RP)

A B C A x B

1 5.000,00 7,00 17,00 35.000,00

2 10.000,00 18,00 45,00 180.000,00

3 15.000,00 3,00 7,00 45.000,00

4 20.000,00 3,00 8,00 60.000,00

5 25.000,00 9,00 23,00 225.000,00

Total 40,00 100,00 545.000,00

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Berdasarkan data pada Tabel 7 diperoleh nilai rata-rata WTP keberadaan hutan

sebesar Rp 13.625. Nilia rataan WTP ini dikalikan dengan sseluruh populasi Kelurahan

Kariangau yaitu sebanyak 3.427 jiwa. Hasil dari perkalian antara rataan WTP dengan

jumlah populasi Kelurahan Kariangau merupakan nilai keberadaan hutan di Kelurahan

Kariangau yakni sebersar Rp 1.867.715.000.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP Warisan

faktor-faktor yang mempengaruhi WTP warisan masyarakat Kelurahan Kariangau

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menduga lima

valraiabel penjelas (independent) seperti variabel usia, jumlah tanggungan, pendidikan,

pendapatan serta persepsi masyarakat mengenai keindahan hutan (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil Regresi Berganda WTP Warisan Hutan Kariangau

Predictor Coef SE Coef T P Keterangan

Constant 2.147 1.580 1.36 0.183 Tidak Berpengaruh Nyata

Umur 0.1517 0.1726 0.88 0.386 Tidak Berpengaruh Nyata

Jumlah tanggugan 0.02859 0.07921 0.36 0.720 Tidak Berpengaruh Nyata

Pendidikan 0.6943 0.3052 2.27 0.029 Berpengaruh Nyata

Pendapatan 0.3514 0.1562 2.25 0.031 Berpengaruh Nyata

Persepsi -0.0077 0.1897 -0.04 0.968 Tidak Berpengaruh nyata

RSq(adj) 75.2% - - - -

F-Stat 24.65 - - - -

DW 1.70370 - - - -

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Model yang dihasilkan telah diuji multikoleniaritas, heteroskedestisitas dan

normalitasnya, berdasarkan hasil uji tersebut diketahui bahwa model tidak mengalami

pelanggaran asumsi OLS. Adapun model yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

LnWTP = 2.15+0.152LnX1+0.0286LnX2+0.694LnX3+0.351LnX4-0.008Lnx5

Page 12: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

12

Pada model diketahui bahwa variabel-variabel penjelas yang mempengaruhi WTP

responden Kelurahan Kariangau adalah variabel pendidikan dan pendapatan. Variabel

pendidikan memiliki nilai P sebesar 0.029 menunjukkan bahwa variabel pendidikan

berpengaruh secara nyata terhadap nilai WTP responden Kelurahan Kariangau pada

taraf kepercayaan (α) 5 persen. Nilai koefisien yang bertanda positif (+) dengan nilai

0.694 berarti bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan responden sebesar satu tahun

maka nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 0.694. Hal tersebut

dikarenakan pendidikan yang tinggi akan pemahaman yang lebih mengenai pentingnya

lingkungan.

Nilai P sebesar 0.031 pada variabel pendapatan menunjukan bahwa variabel ini

berpengaruh secara nyata terhadap nilai WTP responden Kelurahan Kariangau pada

taraf (α) 5 persen. Sedangkan nilai koefisien pada variabel pendapatan bertanda positif

(+) dengan nilai sebesar 0.351 memiliki arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar satu

rupiah akan meningkatkan WTP responden sebesar Rp 0.351. Pendapatan yang tinggi

akan membuat responden memiliki dana lebih untuk membayar dalam pelestarian

lingkungan.

Memperkirakan WTP Warisan

Berdasarkan data pada Tabel 9 diperoleh nilai rata-rata WTP warisan hutan

sebesar Rp 12.875. Nilai rataan WTP ini dikalikan dengan jumlah populasi di Kelurahan

Kariangau yaitu sebanyak 3.427 jiwa. Hasil dari perkalian antara rataan WTP dengan

jumlah populasi kelurahan kariangau merupakan nilai warisan hutan yakni sebesar

Rp 1.764.905.000.

Tabel 9. Distribusi Nilai WTP Warisan Hutan Kariangau

No WTP (RP) Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

WTP X Jumlah

Responden (RP)

A B C A x B

1 5.000,00 7,00 17,00 35.000,00

2 10.000,00 18,00 45,00 180.000,00

3 15.000,00 6,00 15,00 90.000,00

4 20.000,00 3,00 8,00 60.000,00

5 25.000,00 6,00 15,00 150.000,00

Total 40,00 100,00 515000,00

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Nilai Ekonomi Kawasan Hutan

Berdasarkan Tabel 10 nilai ekonomi lahan Hutan Kariangau yang hilang adalah

nilai air masyarakat, nilai air industri, nilai karbon, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai

warisan. Total nilai ekonomi lahan Hutan Kariangau adalah sebesar Rp 183.917.161.880.

Page 13: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

13

Tabel 10. Nilai Ekonomi Lahan Hutan Kariangau

No Keterangan Nilai yang Hilang

1 Nilai air masyarakat 1.242.243.291,70

2 Nilai air industri 17.889.800,40

3 Nilai karbon 94.643.077.520,00

4 Nilai Pilihan 141.993.894,30

5 Nilai Keberadaan 1.867.715.000,00

6 Nilai Warisan 1.764.905.000,00

7 Total 183.917.161.880,00

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 10 nilai ekonomi lahan Hutan Kariangau yang hilang adalah

nilai air masyarakat, nilai air industri, nilai karbon, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai

warisan. Total nilai ekonomi lahan Hutan Kariangau adalah sebesar Rp 183.917.161.880.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari permasalahan dalam penelitian yang

telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Nilai langsung (tangible) berupa air dari kawasan konservasi yang dimanfaatkan oleh

masyarakat adalah sebesar Rp. 1.260.133.092,10/tahun.

2. Nilai jasa lingkungan (intangible) hutan Kariangau adalah sebesar

Rp. 98.275.697.520/ tahun. Nilai jasa llingkungsn (intengile) terdiri dari :

a. Nilai Hutan Kariangau sebagai penyerap karbon adalah sebesar

Rp. 94.643.077.520.

b. Nilai pilihan Hutan Kariangau yang menunjukan bahwa nilai pemeliharaan hutan

Kariangau untuk kemungkinan dimanfaatkan di masa yang akan datang adalah

sebesar Rp. 141.993.894,43.

c. Nilai keberadaan yang menunjukkan pada nilai yang didasarkan pada

terpeliharanya hutan Kariangau tanpa menghiraukan manfaat dari keberadaan

hutan tersebut adalah sebesar Rp. 1.867.715.000

d. Nilai warisan yang menunjukan nilai yang diberikan generasi pada saat ini

terhadap hutan Kariangau agar dapat diwariskan kepada generasi yang akan

datang adalah sebesar sebesar Rp. 1.764.905.000.

3. Nilai total yang dimiliki Hutan Kariangau adalah sebesar Rp 99,677,824,506.40.

Page 14: ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU INDUSTRIAL AREA BALIKPAPAPAN EAST KALIMANTAN

14

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan

sebelumnya, saran yang dapat disampaikan dalam valusai kawasan hutan Kariangau

adalah:

1. Pengelolaan kawasan konservasi secara ekonomi memberikan keuntungan yang

tinggi kepada masyarakat, namun nilai hasil hutan juga perlu diperhitungkan untuk

masa depan sehingga dapat terbentuk suatu keseimbangan.

2. Perlunya dilakukan sosialisasi nilai manfaat kawasan konservasi / kawasan lindung

pada masyarakat, pengambil kebijakan.

3. Perlu adanya kebijakan pemerintah (Kementrian Kehutanan) berupa penambahan

jumlah hutan kota dan ruang terbuka hijau yang kondusif dan dapat mendukung

terlaksananya program-program pengelolaan kawasan konservasi.

4. Melihat besarnya nilai hutan yang hilang serta dampak yang ditimbulkan terhadap

ekosistem sebaiknya proporsi luasan hutan Kariangau diperbesar.

5. Perlu adanya kompensasi kepada masyarakat berupa penambahan fasilitas umum

karena hilangnya jasa lingkungan yang dihasilkan oleh hutan.

DAFTA PUSTAKA

Anonim. 2012. Persentase Nilai dan Jasa Hutan.

www,dephut.go.id/information/intaq/pkn/makalah/persentase_nilai_dan_jasa_hut

an.pdf. diakses pada 02 oktober 2012

Dijiono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan

di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsasah Saint

Program Pasca Sarjana Intiut Pertanian Bogor, Bogor

RTRW Balikpapan. 2006. BAPPEDA Balikpapan. Balikpapan. Kalimantan Timur

Sanim, B. 2006. Valuasi Ekonomi (Economic Valuation) dalam Pemanfaatan Sumber

Daya Alam (SDA), Bagi Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan [Bahan Kuliah;

PSL-713 Ekonomi Lingkungan dan Analisis Kebijakan-Tidak Dipublikasi].

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pasca

Sarjana IPB. Bogor.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Yusuf, S. 2010. Nilai Hasil Hutan yang Hilang Bila Terjadi Perubahan Fungsi Hutan

Lindung. Agritek Vol. 18. FPUB. Balikpapan.