10
1 Tugas Merangkum Pada Pembelajarn Fisika Oleh : A. Kurniawan Abstrak Kegiatan interaksi pembelajaran fisika harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efesiensinya. Untuk itu guru fusuka perlu menggunakan berbagai teknik penyajian atau yang biasa disebut dengan metode mengajar agar para siswanya dapat belajar secara efektifdan efesien, mengena pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru fisika adalah dengan pemberian tugas merangkum kepada siswa. Dengan pemberian tugas merangkum ini diharapkan siswa akan dapat lebih aktif dalam belajar dan lebih termotivasi untuk meningkatkan belajar yang lebh baik karena siswa diberikan kesempatan untuk belajar mandiri guna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Selain itu pemberian tugas merangkum ini diharapkan akan memiliki hasil belajar yang lebih mantap. Kata kunci : Merangkum, pembelajaran, fisika Pendahuluan Pada hakikatnya peristiwa pembelajaran merupakan satu proses komunikasi yang melibatkan kurikulum sebagai pesan, guru sebagai komunikator , dan siswa sebagai komunikan dan berbagai bentuk objek serta aktivitas sebagai media. Tirik berat tugas dalam proses pembelajaran masih berada di pundak guru. Hal ini antara lain disebabkan masih sederhana dan terbatasnya kondisi yang ada. Untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru harus memilih pola kegiatan belajar mengajar yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan untuk terjadinya interaksi pembelajaran. Dengan adanya interaksi pembelajaran yang baik memungkinkan materi pelajaran yang sulit dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kenyataan yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar pengajaran di sekolah diberikan secara klasikal. Metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dan yang dianggapo palong tepat dan efesien adalah metode ceramah. IL. Pasaribu dan IB. Simanjuntak (1983: 29) mengatakan bahwa cara ini memang sangat baik untuk menyajikan informasi secara lisan tentang informasi suatu mata pelajaran. Pada dasarnya belajara merupakan peristiwa yang bersifa individual, yaitu peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman individu ini dpat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain di luar individu, yang dalam hal ini adalah guru sebagai perancang proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai pengajar hendaknya dapat juga menerapkan pengajaran yang bersifat individual. Yang dapat dilakukan olelh gureu dalam hal ini adalah pemberian tugas (Hamalik, 1992: 167). Sedangkan bentuk tugas tersebut menurut Djamarah (2002: 173) dapat berupa membuat rangkuman suatu bahan pelajaran. Dengan memberikan tugas merangkum maka siswa berkesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya (Djamarah. 2002: 98), membiasakan siswa untu berpikir (Roestiyah NK, 1989: 75). Dengan demikian diharapkan nantinya pelajaran yang telah dipelajarinya dapat dikuasainya dengan baik dan hasilnya dapat lebioh tahan lama melekat dalam benak siswa sehingga hasil belajarnyapun diharapkan dapat meningkat. Pengertian Merangkum Hampir sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan dengan membaca, oleh karena itu agar dapat belajar dengan baik maka harus dapat membaca dengan baik pula. Dalam Belajar Dan Faktor-faktorYang Mempengaruhinya, Slameo (1995: 84) menyaakan bahwa salah satu metode membaca yang baik dan banyak digunakan untuk belajar adalah belajar untuk SQR4 (Survey, Question, Read, Recie, Write, & Review). Maksudnya sebelum membaca perlu ditinjau/diselidiki terlebih dahulu gambar/garis besar bab/buku yang akan dibaca. Seelah iu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan is bab/buku itu, kemudian baru

Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

1

Tugas Merangkum Pada Pembelajarn Fisika Oleh : A. Kurniawan

Abstrak

Kegiatan interaksi pembelajaran fisika harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efesiensinya. Untuk

itu guru fusuka perlu menggunakan berbagai teknik penyajian atau yang biasa disebut dengan metode

mengajar agar para siswanya dapat belajar secara efektifdan efesien, mengena pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru fisika adalah dengan

pemberian tugas merangkum kepada siswa. Dengan pemberian tugas merangkum ini diharapkan siswa akan

dapat lebih aktif dalam belajar dan lebih termotivasi untuk meningkatkan belajar yang lebh baik karena siswa diberikan kesempatan untuk belajar mandiri guna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam

dirinya. Selain itu pemberian tugas merangkum ini diharapkan akan memiliki hasil belajar yang lebih

mantap.

Kata kunci : Merangkum, pembelajaran, fisika

Pendahuluan

Pada hakikatnya peristiwa pembelajaran merupakan satu proses komunikasi yang melibatkan

kurikulum sebagai pesan, guru sebagai komunikator , dan siswa sebagai komunikan dan berbagai bentuk objek serta aktivitas sebagai media.

Tirik berat tugas dalam proses pembelajaran masih berada di pundak guru. Hal ini antara lain

disebabkan masih sederhana dan terbatasnya kondisi yang ada. Untuk merencanakan dan melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, guru harus memilih pola kegiatan belajar mengajar yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan untuk terjadinya interaksi pembelajaran. Dengan adanya interaksi

pembelajaran yang baik memungkinkan materi pelajaran yang sulit dapat dipahami oleh siswa dan

memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kenyataan yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar pengajaran di sekolah diberikan secara

klasikal. Metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dan yang dianggapo palong tepat

dan efesien adalah metode ceramah. IL. Pasaribu dan IB. Simanjuntak (1983: 29) mengatakan bahwa cara ini memang sangat baik untuk menyajikan informasi secara lisan tentang informasi suatu mata pelajaran.

Pada dasarnya belajara merupakan peristiwa yang bersifa individual, yaitu peristiwa terjadinya

perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman individu ini dpat berupa

situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain di luar individu, yang dalam hal ini adalah guru sebagai perancang proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai pengajar hendaknya dapat juga

menerapkan pengajaran yang bersifat individual. Yang dapat dilakukan olelh gureu dalam hal ini adalah

pemberian tugas (Hamalik, 1992: 167). Sedangkan bentuk tugas tersebut menurut Djamarah (2002: 173) dapat berupa membuat rangkuman suatu bahan pelajaran.

Dengan memberikan tugas merangkum maka siswa berkesempatan untuk mengembangkan

kreativitasnya (Djamarah. 2002: 98), membiasakan siswa untu berpikir (Roestiyah NK, 1989: 75). Dengan demikian diharapkan nantinya pelajaran yang telah dipelajarinya dapat dikuasainya dengan baik dan hasilnya

dapat lebioh tahan lama melekat dalam benak siswa sehingga hasil belajarnyapun diharapkan dapat

meningkat.

Pengertian Merangkum

Hampir sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan dengan membaca, oleh karena itu agar dapat

belajar dengan baik maka harus dapat membaca dengan baik pula. Dalam Belajar Dan Faktor-faktorYang Mempengaruhinya, Slameo (1995: 84) menyaakan bahwa salah satu metode membaca yang baik dan banyak

digunakan untuk belajar adalah belajar untuk SQR4 (Survey, Question, Read, Recie, Write, & Review).

Maksudnya sebelum membaca perlu ditinjau/diselidiki terlebih dahulu gambar/garis besar bab/buku yang

akan dibaca. Seelah iu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan is bab/buku itu, kemudian baru

Page 2: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

2

mambaca. Selanjunya menghafal pokok-pokok pentingnya dan mencata pokok-pokok penting itu untuk

membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajarai atau dengan menuliskan jawaban-

jawaban dari pertanyaan yang dibuat sendiri atau yang sudah ada di dalam buku. Kegiatan terakhir adalah mengulag atau mengingat kembali semua bahan yang sudah dipelajari.

Tetapi mungkin juga bagian-bagian tertentu perlu diinga sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya.

Dalam hal ini Dorothy H. Keither mengemukakan bahwa membaca yang efesien mengharuskan siswa membaca denagn perlahan-lahan untuk mendapakan gambaran yang lengkap tentang ide-ide yang harus

dipelajari, kemudian harus dicatat detilnya. Dalam mencatat ini tidak diperlukan kalimat yang lengkap

melainkan hanya garis besarnya saja (Kartono, 1995: 59).

Membaca buku bukanlah hanya untuk mengetahui kata-katanya saja, tetapi juga mengharuskan pembaca mengikuti jalan pikiran si pengarang buku. Salah satu cara belajar yang baik seperti yang

dikemukakan oleh Nasution (1995: 55-56) yaitu jangan membaca belaka, tetapi juga harus mengungkapkan

kembali apa saja yang telah dibaca dengan menggunakan kalimat sendiri. Beberapa saran untuk mempertinggi efesiensi membaca yaitu :

a. Baca suatu pelajaran denngan cepat untuk mengetahui garis besarnya.

b. Baca lebih lambat untuk kedua kalinya guna membahas bagian-bagiannya serta menyelidiki

hubungannya dengan keseluruhan. Catat hal-hal yang pokok. c. Ulangi dan camkan apa yang telah dibaca.

d. Buat rangkuman.

Dalam Rahasia Sukses Belajar, Djamarah (2002: 97-107) menguraikan beberapa kiat belajar di sekolah, antara lain membuat cataan mengenai hal-hal penting dari penjelasan guru, memanfaatkan

perpustakaan sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa merangkum adalah suau upaya meringkas atau mengurutkan hal;-hal penting dari suatu pokok bahasan yang dibahas oleh guru dalam

proses pembelajaran. Dilihat dari sudut materi, bahwa materi yang dirangkum oleh siswa sama dengan materi

yang dibahas oleh guru. Sedangkan dari segi uraian pembahasannya, bahwa rangkuman siswa jauh lebih

sedikit atau lebih ringkas dibandingkan dengan uraian yang dibahas oleh guru. Kegiatan merangkum ini dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

1. Merangkum melalui proses pembelajaran dengan pokok bahasan yang dijelaskan oleh guru.

2. Merangkum melalui tugas membaca buku acuan dengan pokok bahasan yang ditetapkan oleh guru. 3. Merangkum melalui pengamaan fakta aau eksperimen, melihat fenomena riil yang harus ditulis sesuai

dengan pokok bahasan yang ditetapkan oleh guru.

Unsur-unsur yang diperlukan dalam merangkum adalah sebagai berikut : 1. Mengenal judul pokok bahasan.

2. Mengetahui urutan materi atau pokok bahasan.

3. Mengetahui inti dari pokok bahasan.

4. Memahami istilah, definisi, simbol, satuan dan dimensi. 5. Menuliskan dalam bentuk tugas rangkuman dan diserahkan pada guru.

Peranan Merangkum Dalam Proses Pembelajaran

Teori belajar psikologi daya menyatakan bahwa otak manusia terdiri atas berbagai kemampuan yang

masing-masing mempunyai fungsi tertentu, seperti mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir. IL.

Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983: 93) mengatakan bahwa bagian-bagian tersebut dapat ditingkatkan

kemampuannya melalui latihan. Sedangkan menurut Djamarah (2002: 173) latihan tersebut dapat berupa membuat rangkukman.

Dalam Psikologi Pendidikan, Suryabrata (1986: 44-46) menyatakan bahwa berfungsinya ingatan

karena dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu mencamkan, menyimpan kesan-kesan, dan mereproduksi kesan-kesan. Aktifitas mencamkan yang dilakukan dengan sengaja disebut menghafal. Adapun salah sau faktor

yang dapat mempertinggi pencaman adalah penggolongan kesatuan dalam ruang. Prinsip inilah yang

mendasari penggunaan bagan, tabel, ikhtisar (rangkuman). Selanjutnya mengenai kemampuan berpikir, Suryabrata (1986: 55-57) mengemukakan bahwa proses

berpikir itu ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan pengertian.

Page 3: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

3

2. Pembentukan pendapat.

3. Penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan untuk menyatakan pendapat merupakan hasil perbuaan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Dan lathan yang dapat membantu

mengembangkan kemampuan berpikir antara lain adalah membuat diagram atau ikhtisar (rangkkuman)

(Suryabrata, 1986: 66). Belajar dapat dkatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata, menempatkan bagian-bagian

pelajaran ke dalam satu kesatuan pengertian. Hal semacam ini dapat membuat siswa yang belajar akan lebih

mengerti dan lebih jelas, serta memahami bahan pelajaran tersebut. Memahami tidak hanya sekedar tahu,

akan tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami itu. Pemahaman akan selalu mengelami perkembangan, sehingga diharapkan pemahaman itu akan

bersifat kreatif. Dan jika siswa memahaminya maka siswa akan memberikan jawaban yang pasti atas

berbagai masalah dalam belajar (Sardiman AM, 1992: 43). Proses pemahaman siswa ini dapat terbantu dengan mengadakan pengulagan kembali bahan pelajaran

dan latihan sehingga dapat menimbulkan daya kreatif siswa. Menngenai kreativitas siswa, Sund

mengemukakan beberapa ciri potensi kreatif individu, antara lain adalah memiliki latar belakang membaca

yang cukup luas dan kemampuan membuat analisis dan sistesis (Slameto, 195: 16-17). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran guru hendaknya dapat memadukan pembelajaran klasikal dan belajar mandiri. Belajar mandiri

merupakan ajang pelatihan bagi siswa untuk bekerja sendiri meningkatkan kemampuan dan penguasaan terhadap bahan pelajaran. Cara yang dapat digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar mandiri adalah

pemberian tugas merangkum kepada siswa. Adapun peranan merangkum dalam proses pembelajaran adalah

sebagai berikut : 1. Supaya siswa mengulangi kembali materi pelajaran yang telah diterimanya di kelas. Dengan demikian

proses pemahamanya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran siswa itu sendiri.

2. Agar siswa membaca buku acuan yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Karena sebagian besar

proses belajar dlakukan dengan membaca. 3. Agar siswa dapat membuat suatu kesimpulan dari materi yang telah dipelajarinya dan mampu

menyatakan kembali dengan menggunakan kalimatnya sendiri.

4. Agar siswa dapat memecahkan persoalan yang dihadapinya. 5. Agar siswa dapat bertukar hasil pemikiran dengan sesama temannya.

Sedangkan keunggulan dari tugas merangkum adalah sebagai berikut :

1. Dapat mempertinggi proses pencaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. 2. Membantu mengembangkan proses berpikir siswa.

3. Dapat meningkatkan pemahama siswa terhadap suatu materi pelajaran.

4. Meningkatkan kemampuan membaca siswa.

5. Melatih siswa untuk mengutarakan pendapat dengan menarik kesmpulan dari materi yang sedang dipelajari.

6. Menimbulkan daya kreativ siswa.

Adapun kelamahan dari tugas merangkkum ini adalah sebagai berikut : 1. Banyak menghabiskan waktu, baik itu membaca, mangamati, dan menyimpulkannya.

2. Tugas-tugas siswa menjadi bertambah.

3. Kadang-kadang siswa hanya menyalin hasil kerja temannya.

4. Jika tugas itu dianggap siswa terlalu berat dapat menurunkan motivasi siswa untuk belajar.

Tujuan Merangkum

Setiap saat dalam kehidupan individu selalu terjadi satu proses pembelajaran, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang dilakukan secara tidak sengaja, yang disadari maupun yang tidak disadari. Dari

proses pembelajaran tersebut akan diperoleh suatu hasil yang disebut dengan tujuan pembelajaran atau hasil

pembelajaran yang biasa disingkat dengan hasil belajar. Agar diperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan disengaja serta terorganisir secara baik. Oleh karena

merangkum ini merupakan suatu cara belajar maka dengan demikian tujuan merangkumpun sama dengan

tujuan belajar.

Page 4: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

4

Dalam Motivasi dan Interaksi Belajar Mengajar, Sardiman AM (192: 28-29) mengemukakan tiga

tujuan belajar, yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuan ini memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam kegiatan belajar. Hal ini

ditandai dengan kemampuan berpikir dan pemilikan pengetahuan. Kemampuan berpikir akan

memperkaya pengetahuan. Cara yang dapat digunakan untuk kepentingan tujuan ini umumnya dilakukan dengan model ceramah dan pemberian tugas-ugas bacaan. Dengan demikian diharapkan akan menambah

pengetahuan siswa dan sekaligus siswa akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir

dalam rangka memperkaya pengetahuannya.

2. Penanamman konsep dan keterampilan.

Penanaman / merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani

maupun yang bersifat rohani. Keterampilan rohani menyangkut penghayatan, keterampilan berpikir dan kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan satu masalah. Konsep keerampilan ini dalat

ditingkatkan dengan banyak melatih kemampuan seperti mengungkapkan secara lisan maupun tulisan

dan bukan hanya sekedar menghafal.

3. Pembentukan sikap.

Dalam menumbuhkan sikap mental, psikologi dan pribadi siswa dibutuhkan kecakapan mengerahkan

motivasi dan berpikir dengan menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai model atau contoh.

Proses belajar merupakakn perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Proses belajar terjadi jika seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Perubahan tingkah laku ini menurut Bloomdalam WS. Winkel (2002: 245) meliputi tiga ranah, yaitu :

a. Ranah kognitif (cognitive doman), meliputi :

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehension) 3. Penerapan (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (synthesis) 6. Evaluasi (evaluation)

b. Ranah afektif (affecive doman), meliputi : 1. Penerimaan (receiving)

2. Partisipasi (responding)

3. Penilaian/penenuan sikap (valuing)

4. Organisasi (organization) 5. Pembentukan pola hidup (characterization by value or value complex)

c. Ranah psikomotorik (psychomotoric doman), meliputi : 1. Persepsi (perception)

2. Kesiapan (set)

3. Gerakan terbimbing (guide response)

4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) 5. Gerakan yang kompleks (complex response)

6. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

7. Kreativitas (creativity)

Kemampuan inelektual seorang siswa diharapkan dapat berbuat lebih dari hanya sekedar mengingat

atau menghafal. Dan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa merangkum dapat dikatakan menuliskan kembali hal-hal penting dari suatu pokok bahasan yang sedang dibahas oleh guru ataupun melalui

bacaan yang salah satu gunanya untuk meingkatkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran. Khusus

mengenai pemahaman ini Winataputra dan Rosita (1994: 181-182) mengemukakan “…Pemahaman berarti

Page 5: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

5

bahwa siswa mampu memahami (mengartikan) apa yang sedang dikomunkasikan kepadanya dan dapat

mempergunakan materi yang dikomunikasikan tadi tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain”.

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa ada tiga kegiatan yang dijadikan petunjuk terjadinya pemahaman, yaitu penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi. Penerjemahan terjadi apabila seorang siswa

dapat mengubah bentuk komunikasi dari materi yang diberikan padanya dengan tidak mengubah makna

komunikasi tersebut. Kegiatan penafsiran terjadi apabila siswa dapat menjelaskan atau menarik kesimpulan dari materi

yang diberikan padanya, tetapi materi yang diberikan iu bukanlah maeri yang telah dipelajari sebelumya.

Sedangkan ekstrapolasi terjadi apabila siswa dapat menarik kesimpulan dari komunikasi yang diberikan

padanya.

Tugas Merangkum Sebagai Alat Motivasi Dalam Proses Pembelajaran

Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Sardiman

AM, 1992: 101). Sedangkan menuru Mc Donald, ”Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadapp adanya tujuan”

(Sardiman, 1992: 73). Dalam kegiaan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan, menjaminkelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga

diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan seperti yang dikutip oleh

Sardiman AM (1992: 78), ada beberapa jenis kebutuhan misalnya kebutuhan untuk melakukan suatu

aktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Selajutnya Sardiman Am (1992: 81) mengemukakan beberapa ciri tentang motivasi, antara lain tekun

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah, lebih

senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin/mekanis, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Di dalam kegiata pembelajaran peranan motivasi baik intrnsik maupun ekstrinsk sangat diperlukan.

Hal ini dikarenakan siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri. Namun walaupun demikian guru dapat mempengaruhi

gambaran siswa tentang dirinya itu dengan maksud agar tercapai gambaran diri mereka yang lebih positif

dengan memberikan rangsangan-rangsangan tertentu agar tumbuh motivasi dalam diri siswa itu sendiri. Dengan adanya motvasi ini, maka setiap siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatf, dapat

mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Sardiman Am (192: 91-94)

mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk memotivasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, antara

lain memberi angka, hadiah, persaingan/kompetisi, ego-involvemet, memberi ulangan, menngetahui hasil, memberi pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

Semua motif memberikan dorongan yang kuat terhadap belajar. Dorongan untuk berkembang itu

dapat dinyatakan dengan kegiatan sendiri terhadap materi pelajaran melalui proses pembelajaran yang menarik. Keberhasilan proses pembelajaran ergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan

motovasi pada siswanya untuk belajar. Jika minat siswa dapar dibangkitkan, kemudian seluruh perhatianya

dapat dipusatkan kepada materi pelajaran yang diberikan oleh guru, maka kelas akan menjadi tenang dan

kondusif. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, materi pelajaran akan mudah diterima dan dimengerti oleh siswa untuk selajutnya akan disimpan dan diingatnya, dan kemudian

pada waktunya nanti akan mudah disimak dan dimunculkan kembali.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan, dan menyeleksi

perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan tadi. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Sehubungan dengan motovasi ini, Djamarah (2002: 83) mengemukakan bahwa penggunaan metode

mengajar yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Dan salah

satu metode mengajar yang dapat digunakan adalah pemberian tugas merangkum kepada siswa. Pemberian

Page 6: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

6

tugas merangkum kepada siswa ini juga berkaitan dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas, dan untuk

mencapai hasil seperti yang telah dikemukan pada uraian sebelumnya. Disamping itu dengan pemberian

tugas merangkum ini diharapkan siswa memiliki motovasi yang kuat untuk belajar. Dan apabila siswa telah memiliki ciri-ciri tentang motivasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diharapkan hasil

belajarnyapun akan menjadi lebih baik.

Belajar Fisika

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Soetarmo, 1986 :1). Brockhaus berpendapat

bahwa ”Fisika adalah pelajaran tenang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dan percobaan,

pengukuran yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Sedangkan Gerhsen berpendapat bahwa ” Fisika adalalh suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam

sesederhana-sesederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya...” (Druxes,

1983: 1). Kertiasa (1985: 1) berpendapat bahwa ”...Bidang garapan fisika adalah zat dan energi. Jadi dapat dikatakan bahwa fisika adalah ilmu tentang zat dan energi”.

Belajar fisika lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghapalan. Dalam Sumber-sumber

Ilmu Pengeahuan Alam (UNESCO, 1965: vii) dikatakan bahwa keberhasilan belajar fisika terleak pada

kemampuan memahami tiga hal pokok fisika, yaitu konsep, hukum, dan teori. Pemahaman terhadap tiga hal pokok itu ditunjukkan melalui kemampuan menerapkan berbagai hasil pokok tersebut.

Belajar fisika itu bukanlah hanya sekedar mendengarkan hal yang sedang dipelajari, tetapi juga

bertindak terhadap hal yang sedang dipelajari itu. Seperti mengamati, melakukan percobaan, membaca, membuat catatan, mengerjakan latihan. Dalam Sumber-sumber Ilmu Pengeahuan Alam (UNESCO, 1965: 25-

29) dikemukakan beberapa cara mempelajari IPA, yaitu eksperimen, membaca, mengamati, karya wiwsata,

dan menggunakan alat-alat visual. Selain dari cara-cara yang telah dikemukakan itu, menurut Amien (1987: 101) kegiatan belajar IPA juga dapat dilakukan dengan cara diskusi, tanya jawab, seminar, demontrasi,

pemecahan masalah.

Mengembangkan kecakapan membaca dapat sejalan dengan mempelajari IPA. Karena dengan

membaca, maka materi pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik. Dan dengan membaca juga akan diperoleh keterangan yang lebih banyak mengenai hal yang berhubungan dengan materi yang sedang

dipelajari itu. Namun sebelum membaca hendaklah ditetapkan terlebih dahulu tujuan, kemudian membaca

bagian-bagian yang penting, dan coba memahami hal yang sedang dibaca itu. Selain iu perlu juga membuat catatan-catatan mengenai apa yang sedang dibaca itu (UNESCO, 1965: 25).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhui Belajar Fisika

Belajar merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Dalam proses belajar ini banyak

faktor yang mempegaruhinya. Sri Rahayu dalam Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi (1995:

63-69) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu secara umum ke dalam dua golongan, yaitu :

A. Faktor endogin Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri atas :

1. Faktor biologis

2. Faktor psikologis

B. Faktor eksogin

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Faktor keluarga

2. Faktor sekolah 3. Faktor masyarakat

Sedangkan homas F. Staton dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman AM, 1992:

39-44) menguraikan enam macam faktor pskologis dalam belajar, yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan. Ada juga yang menggolongkan faktor psikologis dalam belajar itu

menjadi delapan macam, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, motif

(Sardiman AM, 1992: 39-44).

Page 7: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

7

Khusus belajar fisika, seperi yang diuraikan oleh Amien (1987: 99-100) bahwa salah satu metode

yang sering dipakai dalam mengajar IPA adalah belajar mandiri, dan Djamarah (2002: 40-46)

mengemukakan bahwa kiat belajar sendiri itu anara lain harus mempunyai fasilitas belajar, mempunyai waktu belajar, membaca buku, membuat rangkuman, memanfaatkan perpustakaan.

Sebelumnya telah diuraian mengenai beberapa cara mempelajari IPA, seperti eksperimen, membaca,

karya wisata, dan menggunakan alat-alat visual. Untuk dapat melaksanakan eksperimen tentunya harus tersedia peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk eksperimen tersebut. Demikian pula halnya

dengan penggunaan alat-alat visual. Selanjunya agar dapat membaca dengan baik diperlukan segala

fasilitasnya antara lain buku pelajaran. Buku pelajaran ini merupakan penunjuk jalan dalam mempelajari IPA,

baik itu melalui bimbingan guru maupun belajar sendiri (UNESCO, 1965: 29). Dengan adanya buku pelajaran, segala hal yang telah dijelaskan oleh guru dapat dipelajari kembali sehingga materi pelajaran dapat

dipahami dengan lebih luas dan mendalam.

Kesemua fasilitas belajar seperti yang telah disebutkan itu menyangkut kemampuan sekolah untuk menyediakan sarananya, seperti laboratorium dan perpustakaan. Juga menyangkut kondisi ekonomi orang tua

siswa untuk dapat menyediakan dan melengkapi segala kebutuhan belajar anaknya.

Selain daripada itu, dalam belajar sangat diperlukan kosentrasi. Mengenai hal ini Abu Ahmadi dalam

Djamarah (2002:17-18) mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar, antara lain harus berminat terhadap pelajaran, harus mempunyai ruang khusus untuk belajar, mempunyai meja

belajar dan perlengkapan belajar, mencatat bagian-bagian penting dari hal yang dipelajari.

Selanjunya seperti yang telah dikemukakan oleh Brockhous (Druxes, 1983: 3) bahwa fisika disajikan secara matematis. Arinya persamaan matematis mengisi seluruh bidang fisika. Hal ini menjadi ciri khas bagi

fisika. Abdulah Aly dan Eny Rahma (1994: 23-30) menyatakan bahwa matematika memberikan ciri khas

tersendiri pada IPA yang disebut dengan bahasa matematika yang sangat berguna bagi peningkatan daya abstraksi otak manusia. Matematika juga berperan sebagai faktor penunjang untuk memahami alam semesta

dan dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pengalaman empirik. Weizacker mengatakan

bahwa ”Matematika terbukti sebagai alat yang paling berguna untuk menjelaskan alam...” (Druxes, 1983:

42). Karena demikian eratnya hubungan antara fisika dan matematika, maka Druxes (1983: 43) berpendapat bahwa sebagian pelajar tidak menguasai materi fisika karena mereka tidak memahami matematika.

Druxes (1983: 62) menyatakan bahwa fisika memilliki struktur operatif-formal. Dan menurut RD.

Wilis (1989: 155-156) tingkat operatif formal ini ditandai dengan adanya : 1. Berpikir hipotesis-deduktif

2. Berpikir proporsional

3. Berpikir kombinatorial 4. Berpikir refleksif

Sedangkan Abdullah Aly dan Eny Rahma (1984: 7-13) berpendapat bahwa perlu adanya berpikir deduktif

dan berpikir induktif dalam IPA.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar fisika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut adalah faktor endogin dan faktor eksogin.

Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi belajar fisika itu adalah sebagai berikut :

1. Memiliki sarana belajar yang memadai 2. Tersedianya buku pelajaran fisika dan buku-buku lain yang mendukung

3. Memiliki kemampuan membaca yang baik

4. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran fisika

5. Memiliki motivasi yang kuat untuk belajar fisika 6. Pemusatan perhatian terhadap materi pelajaran fisika

7. Tekun dalam menghadapi tugas-tugas fisika

8. Ulet dalam menghadapi kesulitan dalam belajar fisika 9. Senang mencari dan menyelesaikan soal-soal fisika

10. Dorongan dari orang tua

11. Memiliki peralaan dan bahan praktikum yang memadai di sekolah 12. Perpustakaan yang lengkap

13. Kemampuan berpikir deduktif dan berpikir induktif

14. Kemampuan berpikir hipoesis-deduktif

Page 8: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

8

15. Kemampuan berpikir proporsional

16. Kemampuan berpikir kombinatorial

17. Kemampuan berpikir releksif

Merangkum Pada Pembelajaran Fisika

Pemberian tugas merangkum pada siswa pada pelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini disebabkan siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri guna mendalami situasi atau

pengalaman yang berbeda, melakukan latihan-latihan, mengambangkan kreativitas berpikirnya. Dengan

demikian hasil belajarnya akan lebh tahan lama melekat di dalam benaknya, sehingga akan lebih mudah

direproduksi kembali pada saat diperlukan oleh siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah NK (1998: 133-135) bahwa tujuan pemberian tugas kepada

siswa agar siswa memilki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa belajar sendiri, melakukan latihan

sendiri. Dengan demikian pengalamannya dalam mempelajari sesuatu akan menjadi lebih terintegrasi. Disamping itu melalui tugas merangkum ini dimaksudkan agar siswa memperoleh pengetahuan secara

mendalam, memperluas dan memperkaya pengetahuan serta kemampuannya. Melalui tugas merangkum ini

siswa juga akan memiliki kesempatan untuk membandingkan hasil uraiannya dengan teman-emannya dan

sekaligus dapat mempelajari hasil uraian teman-temannya. Karena siswa mendalami dan mengalami sendiri pengeahuan yang dicarinya, maka hasil belajarnyapun akan lebih bertahan lama dalam jiwanya.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hasil

belajar akan optimal apabila disertai dengan motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, maka akan semakin berhasil pula kegiatan pembelajaran itu.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dengan memberikan tugas merangkum kepada siswa dalam

pembelajaran fisika berarti guru telash memberikan motivasi kepada siswanya untuk belajar, untuk terlilbat aktif dalam proses pembelajaran fisika, dan merangsang kreativitas berfikir siswa serta mengarahkan siswa

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran akan mengakibatkan pelajaran menjadi lebih menarik dan lebih berarti bagi siswa. Sehingga

pemahamannya terhadap materi pelajaran tersebut akan menjadi lebih baik pula. Hal yang dikemukakan di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah (2002: 83) bahwa

penggunaan metode mengajar yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan teknik-teknik mengajar yang variatif akan sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk belajar. Dan apabila guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan satu

metode saja secara monoton, maka cenderung akan mengakibatkan rasa bosan dalam diri siswa.

Dengan adanya usaha yang tekun dan ulet, serta didasarkan atas motivasi yang kuat, maka siswa yang belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik pula. Inensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Keberhasilan proses pembelajaran juga tergantung pada usaha guru untuk dapat membagkitkan minat

belajar siswanya. Apabila minat belajar siswa dapat dibangkitkan, kemudian seluruh perhatianya dapat dipusatkan kepada maeri pelajaran yang diberikan oleh guru, maka keadaan kelas akan menjadi kondusif.

Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efesien, materi pelajaran akan

mudah dierima dan dimengerti oleh siswa. Dan selanjutnya akan mudsah disimpan dan diingat oleh siswa, dan pada waktunya nanti akan mudah pula untuk disimak dan diungkapkan kembali oleh siswa.

Pemusatan perhatian sangat penting artinya bagi siswa. Siswa menjadi erlatih untuk memusatan

perhatiannya, tidak semata-mata pada hal yang digemarinya saja melainkan juga terhadap objek yang tidak

menarik perhatiannya. Dengan demikian berarti siswa harus memaksakan drinya untuk mengerahkan segenap kemampuannya guna memberikan perhatian pada pelajaran, hal ini juga memiliki makna bahwa siswa harus

memperkeras kemauannya untuk belajar.

Selanjunya Mohammad Aly (1984: 49) menyaakan bahwa ”...hasil belajar iu dapat dicapai melalui proses belajar yang bersifat aktif”. Hal ini menuntut lebih banyak keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Rousseau (Sardiman AM, 1990: 96) menjelaskan bahwa

”...pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang dibuat sendiri...”. Sedangkan Montesori (Sardiman AM, 1990: 95) menegaskan bahwa

”...anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik berperan

sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”. Dengan perkaaan lain bahwa

Page 9: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

9

siswa itu sendiri yang seharusnya lebih banyak melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran. Sedangkan

guru hanya membimbing, merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, dan medorong siswa agar

mau melaksanakan seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pemberian tugas merangkum, siswa akan mengerahkan segenap kemampuan dasar yang

telah dimilikinya untuk berkembang menurut kemampuannya masing-masing guna memperoleh hasil belajar

yang lebih baik. Apalagi jika dalam melaksanakkan tugas tersebut didukung oleh minat dan perhatian yang tinggi sehingga dapat menimbulkan motivasi intrinsik bagi dirinya sendiri. Adanya motivasi yang kuat dalam

belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lan bahwa adanya usaha yang tekun dan

terutama didasarkan pada motivasi maka seorang saiswa yang belajar akan mendapatkan hasil belajar yang

baik.Akan tetapi perlu juga diinga bahwa intensitas motivasi setiap siswa tidaklah sama sehingga akan menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik itu faktor yang

berasal dari dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Juga perlu diketahui bahwa teknik pemberian tugas merangkum ini tidak luput dari berbagai kelemahan. Seperti adanya siswa yang hanya menjiplak hasil kerja temannya, kurangnya sarana bagi siswa

untuk melaksanakan tugas merangkum. Apalagi bila tugas merangkum dalam pembelajaran fisika ini baru

pertama kali diberikan kepada siswa,tentunya siswa masih akan banyak tanya dan bingung mengenai apa

yang harus mereka rangkum. Untuk itu guru harus memberikan penjelasan yang terperinci mengenai kegiatan yang akan dilakkan siswa sehubungan dengan tugas merangkum yang mereka terima. Mungkin perlu juga

bagi guru untuk membuatkan satu contoh rangkuman dari meteri pelajaran sebelumnya.

Penutup

Hasil belajar fisika ialah segala sesuatu yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kegiatann yang

dilakukan dalam proses pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran fisika di kelas. Metode merangkum

dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika. Dengan merangkum siswa telah diberikan kesempatan untuk

belajar mandiri, sehingga siswa akan mengerahkan segenap kemampuannya guna mengembangkan potensi

yang ada pada dirinya sendiri. Namun sebelum kegiatan merangkum diberikan kepada siswa, guru perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar siswa tidak lepas dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan

demikian pembelajaran fisika akan dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. 1984, Guru dalam ProsesBelajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.

Aly, Abdullah; Eny Rahma. 1984, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.

Amien, Muhammad. 1987, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode

”Discovery” dan ”Inquiry”, Jakarta, Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.

A.M. Sardiman. 1992, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon

Guru¸Jakarta, Rajawali Pers. Dahar, Ratna Wilis. 1989, Teori-teori Belajar, jakarta, Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain. 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.

Druxes, Herbert; Gernot Born; Fritz Siemen. 1983, Kompodium Didaktik Fisika, Bandung, Remadja Karya. Keiter, Dorothy H. 1995, ”Meningkatkan kemampuan Membaca”. Kartini Kartono (ed). Bimbingan Belajar

di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Kertiasa, Nyoman. 1993, Fisika 1 untuk Sekolah Menengah Umum kelas 1, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mangunwiyoto, Widagdo. 1985, Buku Pelajaran Fisika Jilid 1, Jakarta, Erlangga.

Nasution, S. 1995, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara. N.K. Roestiyah. 1985, Didaktik Metodik, Jakarta, Bina Aksara.

Pasaribu, I.L; B. Simanjuntak. 1983, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito.

Slameto. 1995, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta.

___________. 1979, Metodologi Pengjaran Nasional, Bandung, Djemars.

Page 10: Tugas merangkum pada pembelajarn fisika

10

Suryabrata, Sumadi. 1987, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers.

UNESCO. 1965, Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta, Bharata.

Winataputra, Udin S; Tita Rosita. 1994, Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran. Modul 1-6, Jakarta, Universitas Terbuka Depdikbud.

Winkel, W.S. 2002, Psikologi Pangajaran, Jakarta, Grasindo.