28
Teori Perkembangan Kognitif Piaget BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget,dalamBringuier, 1980, hlm. 110. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal. Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi. Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis. Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis. B. Rumusan Makalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari kognitif itu? 2. Bagaimana perkembanagan kognitif itu? 3. Bagaimana teori perkembangan Piaget? 4. Bagaimana implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran? C. Tujuan Setelah dirumuskan masalah tersebut maka pembuatan makalah ini

Teori perkembangan kognitif piaget

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori perkembangan kognitif piaget

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget,dalamBringuier, 1980, hlm. 110.Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.

B.    Rumusan Makalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut:1.    Apa pengertian dari kognitif itu?2.    Bagaimana perkembanagan kognitif itu?3.    Bagaimana teori perkembangan Piaget?4.    Bagaimana implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran?

C.    TujuanSetelah dirumuskan masalah tersebut maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk:1.    Menjelaskan pengertian dari kognitif.2.    Menjelaskan perkembangan kognitif.3.    Menjelaskan tentang teori perkembangan Piaget.4.    Menjelaskan implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran.

Page 2: Teori perkembangan kognitif piaget

BAB IITEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

A.    Pengertian KognitifKognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.B.    Perkembangan KognitifTeori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:1.    Organisasi.Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.2.    Adaptasi.

Page 3: Teori perkembangan kognitif piaget

Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:a.    AsimilasiMerupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.b.    AkomodasiMerupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.c.    EkuilibrasiYaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

C.    Tahap-Tahap Perkembangan KognitifMenurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda.Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:1.    Tahap Sensori Motor.Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:a.    Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.b.    Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.c.    Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)

Page 4: Teori perkembangan kognitif piaget

Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.d.    Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.e.    Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.f.    Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.2.    Tahap Pemikiran Pra-OperasionalTahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:a.    Imitasi tidak langsungAnak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.b.    Permainan SimbolisSifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.c.    MenggambarPada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.d.    Gambaran MentalMerupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.e.    Bahasa UcapanAnak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.3.    Tahap Operasi berfikir Kongkret

Page 5: Teori perkembangan kognitif piaget

Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:a.    PengurutanYaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.b.    Klasifikasi Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).c.    DecenteringAnak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi. d.    ReversibilityAnak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.e.    KonservasiMemahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.f.    Penghilangan sifat EgosentrismeKemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.4.    Tahap Operasi berfikir FormalTahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll. Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.D.    Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam PembelajaranDalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa implementasi yang harus diketahui dan

Page 6: Teori perkembangan kognitif piaget

diterapkan adalah sebagai berikut:1.    Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.2.    Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.3.    Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.4.    Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

BAB IIIPENUTUPA.    KesimpulanDalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.

DAFTAR PUSTAKAMukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit: Psikologi Presshttp://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01 Maret 2013 9:04:06http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget/01 Maret 2013 9:05:32

Page 7: Teori perkembangan kognitif piaget

BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) membahas munculnya dan diperolehnya

skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan,

saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini

digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan

perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), Piaget berpendapat

bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya

terhadap lingkungan. Piaget berpikir sebagaimana tubuh fisik kita memiliki struktur yang memampukan

kita beradaptasi dengan dunia.

Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri,

informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka. Teori Jean Piaget

tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan

hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang

membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang

dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak–kanak awal dan

menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak

berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju

dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir

yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi

dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan suatu

potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan

budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian,

dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem

matematika, dan alat-alat ingatan.

Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif

berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Piaget memandang

anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak

menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk

memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental

yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.

B.     RUMUSAN MASALAH

Page 8: Teori perkembangan kognitif piaget

a.      Pengertian Kognitif

b.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget

c.       Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

C.      TUJUAN

a.      Mengetahui Pengertian Kognitif

b.      Memahami Teori Perkembangan Kognitif Piaget

c.       Memahami Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan

sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional

(akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan

aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,

yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan

merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik

misalnya. Seorang dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut harus

memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan, pengetahuan mengenai cara

mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan sebagainya.

Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun

secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari

perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan

organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-

proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan

bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.

Sedangkan Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental

seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan

masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-

anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang

tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif

Page 9: Teori perkembangan kognitif piaget

berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Menurut Vygotsky,

anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar

dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti

ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.

B.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai

hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan

dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan

lingkungan sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme

agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

a.      Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara

maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan

kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung

dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar

sendiri.

b.      Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia

fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat

memanfaatkan pengalaman tersebut.

c.       Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau

menghambat perkembangan struktur kognitif

d.      Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik dari individu dengan

lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan

perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan

menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah struktur kognitif yang

digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara

intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang

menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:

1.      Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat

subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya

agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.

Page 10: Teori perkembangan kognitif piaget

2.      Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat

adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi

pemunculan skema yang baru sama sekali.

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan

semakin canggih seiring pertambahan usia:

1.         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan

sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa

suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk

mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.

Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya.

Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun

mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol,

misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.

2.         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak

lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat

objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih

berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan

panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan

belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

3.         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda

konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk

mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara

objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya

objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di

hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-

tugas logika.

4.         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan

menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa

harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur

kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia

telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di

antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

Page 11: Teori perkembangan kognitif piaget

C.      Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka.

Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky

berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai

akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.

1.      Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit

dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-

anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual

development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu

tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang

dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki

anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima

oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada

interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.

2.      Konsep Scaffolding

Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan

kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran,

dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat

yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan

spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis,

logis dan rasional.

3.      Bahasa dan Pemikiran

Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga

untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini

menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky

mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak

harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan

ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan

menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan

bicara ekternal menjadi internal.

BAB III

PENUTUP

Page 12: Teori perkembangan kognitif piaget

Jean Piaget (1896-1980) pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun

secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan

batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak dengan lingkungannya.

Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan

adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi

dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak, anak

belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap

dengan indranya. Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi

hal-hal yang abstrak (tak berwujud).

Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak

berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa

anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Vygotsky

menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran

melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan

alat-alat ingatan.

Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif lebih

banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk

memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental

yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Pada intinya dapat disimpulkan

bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan

pendidikan dan budaya.

C.  Teori Bruner1.  Dasar Teori

Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal

telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan.

Bruner setuju dengan Piaget bahawa perkembangan kognitif anak-anak adalah melalui peringkat-peringkat

tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan yaitu mengolah

apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip

konstruktivisme).

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan dilantik

sebagai pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan

penting dalam struktur Projek Madison di Amerika Syarikat.  Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor

Psikologi di Universiti Oxford di England.

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.

Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi

Page 13: Teori perkembangan kognitif piaget

persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia

sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga

proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental

itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model

mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya

ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang

menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.

Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya

sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang

diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar

penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-

keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:

1)         Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi,

pemeliharaan dan pengarahan.

2)         Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan

kuasa.

3)         Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor

belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

4)         Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Beliau berpendapat bahawa seseorang anak belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep

yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri

persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang anak terhadap konsep itu

dengan pengetahuan yang ada. Misalnya,anak-anak membentuk konsep segiempat dengan mengenal

segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan

memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan

kreatif jika anak dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner

membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:

1)         Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,

2)         Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta

ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,

3)         Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

Page 14: Teori perkembangan kognitif piaget

            Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif anak-anak. Ia menekankan cara-cara manusia

berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam. Menurut Bruner,

perkembangan kognitif juga melalui peringkat-peringkat tertentu. Peringkat-peringkat tersebut adalah

seperti berikut:

a.       Peringkat enaktif ( 0 – 2 tahun )

b.      Peringkat ikonik ( 2 – 4 tahun )

c.       Peringkat simbolik ( 5 – 7 tahun )

            Bruner amat menekankan pembelajaran konsep atau kategori. Beliau mengutamakan pembelajaran

secara induktif dengan menggunakan konsep atau kategori. Beliau juga mementingkan sistem pengekodan

dalam uraiannya tentang pemikiran. Dengan adanya sistem pengekodan, kita dapat membuat inferens

( kesimpulan ) daripada rangsangan yang diterima.

2. Implikasi Teori Bruner ke atas pengajaran dan pembelajaran.

            Anak  belajar melalui pengalaman. Dengan itu guru perlu menyediakan peluang untuk anak

menroka, memegang, mencium dan merasa. Pengalaman seperti ini mewujudkan proses pembelajaran yang

bermakna. Bagi anak-anak di Tahap Satu, gambar, cartu kata dan objek perlu digunakan bagi memudahkan

pembentukan konsep.            Bagi anak-anak  Tahun Enam ke atas, hukum dan prinsip perlu ditekankan

agar murid-murid berupaya mengaplikasikannya dalam proses penyelesaian masalah. Bruner juga

menekankan pembelajaran yang terhasil daripada interaksi anak dengan guru, interaksi dengan anak-anak

lain dan interaksi dengan bahan pengajaran. Maka kerja berkumpulan dan sesi perbincangan perlu diadakan

dari masa ke semasa.        Penglibatan anak-anak penting agar mereka dapat menikmati pembelajaran

bermakna. Pengetahuan juga perlu disusun dan diperingkatkan agar pembentukan konsep bermula daripada

peringkat yang mudah kepada peringkat yang rumit. Ini bermakna guru perlu memeringkatkan isi

pelajaran.

            Bruner juga menekankan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Ini bermakna guru perlu

memberi ganjaran dan pujian apabila sesuatu tingkahlaku yang diingini dilakukan. Kesediaan belajar juga

ditekankan oleh Bruner. Dengan itu, guru perlu mengambil kira kesediaan belajar anak-anak ketika

merancang proses pengajarannya. Sementara itu, nilai-nilai murni seperti bekerjasama, bertolak ansur dan

tolong-menolong akan dapat dipupuk dalam aktiviti pengumpulan maklumat projek dan perbincangan.

Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

a.      Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan

struktur pengetahuan kita menolong anak untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya

tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.

Page 15: Teori perkembangan kognitif piaget

Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas

penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk

mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-

teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis

untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia

pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

b.  Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa

perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau

Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak

hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan

informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam

(model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model

seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan

membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau

membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.    

c.  Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan.

Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji

relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).

Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang

atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang

dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok

dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan

cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan

kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian

(modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara

simbolik.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang

mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas

penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang

enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Page 16: Teori perkembangan kognitif piaget

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan

gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya

sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh

kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,  memberikan

struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam

suatu cara kombinatorial.

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil

hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki

papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat.

Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.

”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu

timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga

dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain

Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu

belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut

pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”.

Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari

yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul

kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga

siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep

yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri

persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan

konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

d. Belajar Penemuan       

          Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang

dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil

yang paling baik. Bruner menyarankan agar anak hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.

Diantaranya adalah:

1.      Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.

Page 17: Teori perkembangan kognitif piaget

2.      Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.

3.     Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran anak dan kemampuan untuk berfikir secara

bebas.

Asumsi umum tentang teori belajar kognitif:

a.       Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya.

b.      Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning).

c.       Pemaknaan berdasarkan hubungan.

d.      Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.

Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang

yang telah berkembang sebelumnya. Model  kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik

memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian

menemukan  hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini

menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.  Dari ketiga peneliti

ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.  Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan

(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut

dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja

pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas  bagaimana peserta

didik  memperoleh informasi dari lingkungan.  Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan

intelektual, yaitu:

1.      enactive, dimana seorang peserta didik  belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek, anak

melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.

2.      iconic,  dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar

3.      symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan

abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem

simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak

mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat

diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan

jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana

materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan

dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah

dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu

kesimpulan (discovery learning).

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan gagne), ternyata teori kognitif

melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang individu. Teori ini ada kaitan dengan ingatan jangka

Page 18: Teori perkembangan kognitif piaget

pendek dan ingatan jangka panjang. Sesuatu pengetahuan yang diperolehi melalui pengalaman atau

pendidikan formal akan disimpan dan disusun   melalui proses pengumpulan pengetahuan supaya dapat

digunakan kemudian. 

DAFTAR PUSTAKA

Adek. “Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky”. Online. http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses 13 Desember 2011.

Anonim. “Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/. Diakses 12 Desember 2011.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.Nur Azizah Fadhillah. “Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky”. Online.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-pendidikan-teori-perkembangan-sosial-kognitif-lev-vygotsky/ . Diakses 14 Desember 2011.

Pristiadi Utomo. “Piaget dan Teorinya”. Online. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/. Diakses 13 Desember 2011.