Upload
agus-murdadi
View
91
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PERANCANGAN PENULISAN SKENARIO
DALAM PRODUKSI FILM MELODRAMA
“TERBAIK MENJADI TERBALIK”
SKRIPSI APLIKATIF
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1)
Komunikasi Bidang Studi Broadcasting
Disusun oleh:
AGUS MURDADI
44113110086
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya proposal skripsi aplikatif yang berjudul "Studi Perancangan Penulisan
Skenario dalam Produksi Film Melodrama Terbaik menjadi Terbalik". Selama
pembuatan proposal pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan
dari berbagai pihak, maka dari itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada:
- Ibu Feni Fasta, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Riset
Media yang telah memberikan bimbingan, saran, dan juga inspirasi.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.
Jakarta, Oktober 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Permasalahan.............................................................................................21.3 Tujuan Perancangan..................................................................................31.4 Alasan Pemilihan Judul.............................................................................31.5 Manfaat Perancangan................................................................................4
1.5.1 Manfaat Akademis.............................................................................41.5.2 Manfaat Praktis..................................................................................4
BAB II DASAR PEMIKIRAN................................................................................52.1 Landasan Teori..........................................................................................5
2.1.1 Komunikasi Massa.............................................................................52.1.2 Media Massa......................................................................................62.1.3 Film....................................................................................................92.1.4 Genre Film.......................................................................................142.1.5 Drama...............................................................................................192.1.6 Penulis Skenario...............................................................................302.1.7 Skenario...........................................................................................332.1.8 Penulisan Skenario...........................................................................34
BAB III KONSEP PERANCANGAN...................................................................383.1 Tujuan Komunikasi.................................................................................383.2 Strategi Komunikasi................................................................................403.3 Analisa Spesifikasi Program...................................................................42
3.3.1 Gambaran Rancangan Bentuk Karya...............................................423.3.2 Konsep yang digunakan dalam Mengeksekusi Karya.....................423.3.3 Alasan Pilihan Karya.......................................................................433.3.4 Gambaran Isi Pesan dan Media Promosi.........................................43
3.4 Time Table dan Anggaran.......................................................................44
iii
3.4.1 Time Table........................................................................................443.4.2 Anggaran..........................................................................................45
3.5 Konsep Perancangan...............................................................................46
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film melodrama adalah film yang bercerita tentang masalah hati (cinta dan
kasih sayang) baik dengan lawan jenis, persahabatan, maupun keluarga, senang
maupun sedih.1 Kata Melodrama berasal dari kata Melos (musik) dan drama.
Melodrama adalah film drama yang diiringi musik.2 Dari pendapat Dirks dan
Thorburn dapat disimpulkan bahwa film melodrama adalah film yang bercerita
tentang masalah hati baik senang maupun sedih dengan diiringi musik. Musik
film melodrama sering menggunakan instrumen piano dan gesek.3 Srisayekti
(2013: 3) mengatakan bahwa tangga nada mayor sering digunakan untuk adegan
sedih dan tangga nada mayor untuk adegan bahagia.4 Dari pendapat Fischoff dan
Srisayekti dapat disimpulkan bahwa musik film melodrama sering menggunakan
instrumen piano dan gesek. Musik film melodrama biasanya menggunakan tangga
nada mayor untuk adegan bahagia dan tangga nada minor untuk adegan sedih.
Penulisan skenario adalah salah satu aktivitas pada tahap pra-produksi
dalam proses pembuatan film. Aktifitas ini sangat penting karena skenario
berfungsi sebagai kerangka atau cetak biru sebuah film dan juga sebagai pedoman
1 Tim Dirks. Serial Films, diakses pada tanggal 18 Oktober 2016 dari http://www.filmsite.org/serialfilms.html2 David Thorburn, Television Melodrama, 1976, Hlm. 5953 Stuart Fishcoff, The Evolution of Music in Film and its Psychological Impact on Audiences, 2005, Hlm. 54 Wilis Srisayekti, Pengaruh pemberian ilustrasi musik terhadap kelanjutan ceritera film, Universitas Padjajaran, Bandung, 2013, Hlm. 3
1
2
tertulis bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan film (terutama
sutradara) akan bagaimana film tersebut selesai nantinya
Skenario merupakan naskah cerita yang menguraikan urutan-urutan
adegan, tempat, keadaan dan dialog yang disusun dalam konteks struktur
dramatic. Sebagai seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan
setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang
dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari
skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film.
1.2 Permasalahan
Dalam film melodrama “Terbaik Menjadi Terbalik” menceritakan tentang
sepasang kekasih yang sedang merajut asmara. Namun dalam mengarungi lautan
cinta dihadapkan dengan badai pertikaian diantara mereka. Kekecewaan pun
dirasakan hingga akhirnya menentukan pilihan yang terbaik dalam menapaki
perjalanan cinta mereka. Hidup itu susah ditebak, terkadang ada yang
diprasangkakan kita sangat baik ternyata jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.
Padahal kita sudah berkaca pada apa yang sudah biasa dan yang sudah sering
terjadi pada umumnya. Kenyataan yang sesungguhnya cenderung sering
berbanding terbalik dengan apa yang kita sangkakan. Kadang orang yang kita
anggap mencintai kita dan memang tampak mencintai kita ternyata tidak seperti
yang kita bayangkan. Terkadang keputusan yang sering kita anggap paling baik
malah yang paling fatal. Maka dari itu, film melodrama yang akan diproduksi
3
harus menarik agar dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa sehingga dapat
menggugah hati.
1.3 Tujuan Perancangan
Film melodrama yang akan diproduksi berjudul “Terbaik Menjadi
Terbalik” mengangkat realitas percintaan anak remaja zaman sekarang. Sebuah
film yang mengantarkan pemirsa lebih dekat terhadap permasalahan asmara yang
kerap menerpa setiap pasangan kekasih. Dalam penulisan skenario cerita drama
berjenis melodrama diharuskan memperhatikan bagaimana alur ceritanya
cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir situasi. Emosional pemirsa
dipancing untuk merasa sentimen pada tokoh protagonis dengan tidak terjebak
dalam alur yang lambat, konflik harus tetap runtun dan padat. Justru dengan
konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat pemirsa
merasakan sisi permasalahan yang serius sehingga terciptanya suasana yang
menegangkan tetapi tetap mempertahankan sifat melankolis.
1.4 Alasan Pemilihan Judul
Penulisan skenario yang dilakukan dalam proses produksi film melodrama
yang secara audio, dialognya diucapkan dengan iringan latar melodi atau musik
sedangkan secara visual menyampaikan pesan komunikasi melalui adegan gambar
video.
4
Dari berbagai uraian di atas, maka penulis mengambil judul skripsi
aplikatif “Studi Perancangan Penulisan Skenario dalam Produksi Film
Melodrama Terbaik Menjadi Terbalik”
1.5 Manfaat Perancangan
Hasil skripsi aplikatif yang sesuai dengan proses seharusnya dijalankan
ketika memproduksi sebuah film melodrama, diharapkan dapat menjadi acuan dan
motivasi bagi pemirsa. Selain itu, skripsi aplikatif ini juga dapat digunakan dalam
keperluan yang mencakup kegunaan akademis maupun praktis yang akan
dijabarkan sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil dari film
melodrama yang berjudul “Terbaik Menjadi Terbalik” ini dapat bermanfaat dan
memberikan referensi dalam teknik penulisan skenario khususnya bagi mahasiswa
jurusan broadcasting dalam memproduksi sebuah film melodrama.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan adalah sebagai salah satu tayangan yang
memberikan hiburan kepada pemirsa khususnya kalangan remaja. Selain itu, dapat
juga dijadikan sebagai referensi mengenai teknik penulisan skenario dalam
mengimplementasikan sinematografi pada tayangan film melodrama ini.
BAB IIDASAR PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Massa
Menurut para ahli komunikasi, “Komunikasi massa pada dasarnya
merupakan singkatan dari komunikasi melalui media massa (mass meida
communication), yakni komunikasi melalui media massa, seperti surat kabar,
majalah, tabloid, radio, televisi atau internet”.5
Menurut John Vivian, komunikasi massa (mass communication) adalah
“proses dimana pesan sampai ke audien melalui media massa”.6
Atau secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa “komunikasi massa
adalah suatu bentuk komunikasi yang menggunakan media massa, baik itu media
cetak maupun media elektronik dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu
kepada khalayak atau masyarakat luas yang tersebar di seluruh penjuru dunia”.7
2.1.2 Media Massa
5 Elvinario, Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatana Media, Bandung, 2005, Hlm. 76 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 4537 Nawiroh Vera, Pengantar Komunikasi Massa, Renata Pratama Media, Jakarta, 2008, Hlm. 7
5
6
2.1.2.1 Pengertian Media Massa
Bicara mengenai komunikasi massa, berarti tidak terlepas juga dengan
institusi yang disebut dengan media massa. Secara umum media massa dimengerti
sebagai sumber berita dan hiburan. Media massa juga memuat banyak pesan-
pesan penting, serta pesan-pesan yang bersifat persuasif untuk membawa
audiennya kepada pemahaman dan opini yang berbeda mengenai suatu isu.
Melihat peranan media massa yang cukup signifikan dalam proses
komunikasi massa ini, maka penulis mencoba memaparkan apa saja yang
membuat media massa menjadi alat yang paling populer dalam hubungannya
dengan komunikasi massa. Berikut adalah hal-hal yang menjadikan media sangat
penting menurut John Vivian:
1. Melalui media massa kita dapat mempelajari hamper segala sesuatu yang
kita ketahui tentang dunia ini dengan lebih dalam secara cepat dan tanpa
batas waktu. Apa yang kita lihat, rasakan, lakukan, atau alami selama ini,
menjadi suatu pelajaran lebih ketika sudah diberitakan atau ditayangkan
melalui media massa.
2. Masyarakat yang berpengatuhan dan maju baru akan tercapai di massa
demokrasi ini jika media massanya bekerja dengan baik. Salah satu
tanggung jawab media massa adalah memastikan bahwa “The public must
be well informated”.
3. Masyarakat membutuhkan media massa sebagai penyakur ide, wawasan
dan aspirasi secara lebih luas dan menyebar. Biar bagaimanapun,
7
masyarakatpun, butuh eksistensi dengan menjadi partisipan dalam kinerja
media massa.
4. Pihak yang lebih berkuasa dapat memanfaatkan media massa secara lebih
fungsional untuk mempengaruhi audience dengan ideoligi atau kebijakan
yang mereka perbuat baik untuk kepentingan bersama maupun
kepentingan komersial.8
Media massa sendiri dibagi kedalam dua jenis, ada media massa periodic
dan media massa non-periodic. Non-periodic berarti media massa yang ridak
memiliki kurun waktu dan jadwal tertentu dalam kinerja penyampaian pesan,
misalnya flayer, brosur, selebaran atau spanduk yang hanya dipasang atau
disebarkan ketika suatu institusi atau lembaga tertentu hendak melaksanakan
event atau sedang melakukan kampanye khusus. Sedangkan penulis tekankan
dalam pembahasan teoritis ini adalah media massa periodic yang memiliki
kesinambungan dalam penyampaian pesannya, misalnya koran, televisi dan radio
yang memiliki kurun waktu dan jadwal tertentu dalam penyampaian informasinya.
2.1.2.2 Jenis-jenis Media Massa
Media massa, sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi
atas dua jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.8 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 451
8
1. Media Elektronik
Media elektronik meruapakan media komunikasi atau media massa
yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis),9 media elektronik kini
terdiri dari:
a. Radio
b. Film
c. Televisi
d. Internet
2. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan
fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri
dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau oto dalam tata warna
dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau
menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang
dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis
dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya.10
2.1.3 Film
2.1.3.1 Pengertian Film
9 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Hlm. 410 Ardianto dan Elvinaro, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2009, Hlm. 99
9
Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu
kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film
dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian
yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan. Komunikasi massa adalah
komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio dan
visual dalam bentuk film.11
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa
visual dibelahan dunia ini . Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding
radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas popular bagi orang
Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang
diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan
memperoleh estetika.12
Film tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan arus budaya.
Sebagai media massa, film harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para
penontonnya. Namun sayangnya, film-film kita yang beredar kebanyakan
mengangkat kisah-kisah yang bersifat praktis dan disajikan dalam kemasan yang
hedonis. Hal ini bersimbiosis dengan rendahnya kreatifitas masyarakat kita.
Sehingga gejala psikologis yang tampak pada mereka adalah kecenderungan
untuk berkompromi dengan fenomena yang berkembang.
Film juga berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk
menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan
11 Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2010, Hlm. 13812 Elvinaro Ardianto, Lukianti Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2009, Hlm. 143
10
cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada
masyarakat umum.13
Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan
konstruksi yang lebih artifical pula (melalui manipulasi) dari pada media lain,
karena film memiliki jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas
yang hebat dan juga film mudah dipengaruhi, maka film harus menerima banyak
campur tangan.
Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi
pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara isi pesan itu disampaikan
muncul. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai
tertentu, seperti bias ideology atau politik dari si pembuat film kemudian disusul
televisi.14
2.1.3.2 Karakteristik Film
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar
lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.
a. Layar yang Luas atau Lebar
13 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta, 1987, Hlm. 1314 Ibid, Hlm. 14
11
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan
media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi
yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan
biasanya diruangan terbuka, seperti dalam pertunjukan musik dan
sejenisnya. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan
penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film.
b. Pengambilan Gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau
shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauk atau extreme long
shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan secara
menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan
suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik.
c. Konsentrasi Penuh
Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton
film dibioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah
tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak didepan kita layar luas
dengan gambar-gambar cerita film tersebut. Semua mata hanya tertuju
pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita dimana
hal itu akan mempengaruhi emosi khalayak yang menontonnya.
d. Identifikasi Psikologis
Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop
telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan.
Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak
12
sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah
seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang
sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai
identifikasi psikologis.15
2.1.3.3 Fungsi Film
Fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan
kebutuhan kita sebagai hiburan, pendidikan, dan penerangan bagi manusia.
Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam
kehidupan. Kumpulan gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur
melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh sebuah film.
Beda fisik teater dan film adalah bahwa pertunjukan teater itu hidup (live)
dan film adalah citra (image). Tapi beda yang paling mendasar adalah bahwa
pertunjukan teater mengutamakan informasinya pada dialog pemain, sedangkan
film pada informasi visual.16
2.1.3.4 Jenis-jenis Film
a. Film Dokumenter (Documentary Film)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama
karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues)
15 Elvinaro Ardianto, Lukianti Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosis Rekataka Media, Bandung, 2009, Hlm. 145-14816 Biran dan Misbach Yusa, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Pustaka Jaya, Jakarta, 2007, Hlm. 45
13
yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita
melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun
harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan
penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau
kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal
senyata mungkin. Seiring dengan perjalannya waktu, muncul berbagai
aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam
docudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar
dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara
kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tidak berbeda
jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan.
b. Film Cerita Pendek (Short Film)
Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak
negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga
Indonesia, film pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu
loncatan bagi seseorang atau kelompok orang yang kemudian
memproduksi film panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para
mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film
dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada
juga yang memang mengkhususkan diri memproduksi film pendek,
umumnya hasil produksi film dipasok kerumah-rumah produksi atau
saluran televisi.
c. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)
14
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100
menit. Film yang diputar dibioskop umumnya termasuk kelompok ini.
Beberapa film misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari
120 menit, dan bahkan film India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.17
2.1.4 Genre Film
2.1.4.1 Pengertian Genre Film
Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau
“tipe”. Kata genre sendiri mengacu pada istilah Biologi yakni, genius, sebuah
klasifikasi flora dan fauna yang ditingkatannya berada diatas spesies dan dibawah
family. Genius mengelompokkan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri-
ciri fisik tertentu. Dalam film, genre dapat diklasifikasikan dari sekelompok film
yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subjek cerita,
tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta
karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre popular seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horror, western, thriller, film noir, roman, dan
sebagainya.
Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film.
Genre juga membantu kita memilah film-film tersebut sesuai dengan
spesifikasinya. Dalam industri film sendiri sering menggunakan sebagai strategi
17 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, Erlangga, Jakarta, 2009, Hlm.3-4
15
marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi
penonton terhadap film yang akan ditonton.18
Sebenarnya tidak ada patokan baku tentang penggolongan dan kriteria-
kriteria genre film. Kalaupun ada, penggolongan ini tidaklah bersifat kaku atau
statis, tetapi selalu berubah. Bahkan dapat dikatakan bahwa genre film dalam
beberapa hal tergantung penonton. Karena penonton selalu berubah kriteria genre
pun berubah. Asumsi tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada satu
kesepakatan pun tentang definisi genre sehingga kita sering menggunakan secara
longgar, dan tidak ada kesepakatan diantara para kritikus tentang batasan-batasan
dari masing-masing genre film.
Sebuah genre film sering terdiri lebih dari satu genre karena banyak film
yang menggabungkan elemen-elemen yang biasa terdapat dalam beberapa genre,
atau film tersebut merupakan gabungan dari beberapa genre sehingga tidak
memiliki genre tersendiri. Oleh karena itu, satu genre dapat saja tumpang tindih
dengan genre yang lain, apalagi bila cerita dalam sebuah film memadukan
bermacam format yang berbeda.
Jumlah genre film secara keseluruhan lebih dari tiga ratus genre. Bahkan
Daniel Lopez dalam bukunya Film by Genre (1993) yang dikutip oleh Ida
Rochani Adi mencatat sebanyak 775 kategori atau genre.19
Masing-masing genre tersebut memiliki karakteristik serta pola dasar yang
berbeda-beda.20
18 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Hlm. 1019 Ida Rochani Adi, Mitos di Balik Film Laga Amerika, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,2008, Hlm. 6220 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Hlm. 13
16
2.1.4.2 Genre Film Induk Primer
Genre film induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan
popular sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an.
a. Aksi
Film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,
menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film-
film aksi umumnya berisi adegan kejar-mengejar, perkelahian, tembak-
menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik
lainnya.
b. Drama
Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak
diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama
umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta
suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh
lingkungan, diri sendiri, maupun alam.
c. Epik Sejarah
Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah)
dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi
mitos, legenda atau kisah biblikal.
17
d. Fantasi
Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter
yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis,
mitos,negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.
e. Fiksi Ilmiah
Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan
angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau
kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan
teknologi serta kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa
kini.
f. Horror
Film horror memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut,
kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horror
umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan
kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural
atau sisi gelap manusia.
g. Komedi
Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling popular diantara
semua genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan
utamanya memancing tawa penontonnya. Film komedi biasanya berupa
drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga
karakternya.
h. Kriminal dan Gangster
18
Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi
kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian,
pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah
tanah yang bekerja diluar sistem hukum. Sering kali genre ini mengambil
kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasikan dari kisah nyata.
i. Musikal
Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur music, lagu,
tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya
mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita.
j. Petualangan
Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau
ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.
Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis seperti
hutan rimba, pegunungan, savanna, gurun pasir, lautan, serta pulau
terpencil.
k. Perang
Genre perang mengangkat tema kengerian serta terror yang
ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan
adegan pertempuran seru di darat, laut, maupun udara.
l. Western
Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti
genre- genre sebelumnya westren memiliki beberapa ciri karakter tema
serta fisik yang sangat spesifik. Setting sering kali menampilkan kota
19
kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus,
peternakan, serta perkampungan suku Indian. Western memiliki karakter
yang khas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff dan lain-lain.
2.1.5 Drama
2.1.5.1 Pengertian Drama
Kata drama berasal dari kata Greek (bahasa Yunani) ‘draien’, yang
diturunkan dari kata draomai yang semula berarti berbuat, berlaku, bertindak,
beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama’
mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan. Ada beberapa pengertian yang
dirumuskan oleh banyak ahli di bidang drama. Menurut Moulton yang dikutip
oleh Satoto, drama adalah kehidupan yang ditampilkan dalam gerak (life
presented in action).21 Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi kita,
maka dalam jenis drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara
langsung di muka kita sendiri. Drama adalah kualitet komunikasi, situasi, action,
yang menimbulkan perhatian, kehebatan, ketegangan pada pendengar atau
penonton.22
Harymawan RMA yang dikutip oleh Satoto, drama adalah cerita konflik
manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas, yang
menggunakan bentuk cakapan dan gerak atau penokohan di hadapan para
21 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 322 Ahmad Badrun, Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Usaha Nasional, Surabaya, 1983, Hlm. 24
20
penonton.23 Dalam bahasa perancis drama disebut drame yang artinya lakon
serius.24 Lakon serius yang dimaksud, tidak berarti drama melarang adanya
humor. Serius dalam hal ini cenderung merujuk pada aspek penggarapan. Drama
perlu garapan yang matang. Drama adalah seni cerita dalam percakapan dan tokoh
akting. Dalam drama harus ada akting dan lakon.
Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan
kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan
dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan lakuan serta
dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Drama merupakan penciptaan
kembali kehidupan nyata atau jika menurut Aristoteles adalah peniruan gerak
yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Drama pada umumnya
dimaksudkan untuk memenuhi pengertian yang wajar, yaitu sesuatu yang harus
diinterpretasikan oleh para aktor. Bentuk drama lain daripada bentuk prosa yang
sudah disebutkan dahulu. Drama mempergunakan kalimat-kalimat langsung
sehingga apabila cerita itu akan dipentaskan, masing- masing pemegang peran
hanya tinggal menghafalkan kalimat-kalimat yang menjadi bagiannya untuk
diucapkan.25
Sebuah drama dibagi-bagi atas bagian yang disebut babak dan babak
dibagi pula atas adegan. Ada drama yang terdiri hanya atas satu babak, tetapi ada
pula yang lebih. Percakapan antara dua orang pelaku disebut dialog. Kata
pendahuluan yang biasanya diucapkan pada pembukaan untuk membangkitkan 23 Soediro Satoto, loc.it24 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 1125 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 132
21
minat penonton terhadap apa yang akan dipertunjukan nanti disebut prolog, dan
kata penutup untuk mencamkan dan yang mengikhtisarkan sari pelajaran yang
terdapat dalam pertunjukan tadi disebut epilog. Drama atau sandirwara adalah
seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan
laku jasmani, dan ucapan kata-kata.26
Mempelajari naskah drama dapat dilakukan dengan cara mempelajari
dengan seksama kata-kata, ungkapan, kalimat atau pernyataan tertentu yang
dipergunakan oleh pengarang dalam naskah drama yang ditulisnya. Memang
penonton mungkin tidak pernah membaca sendiri dialog dalam naskah. Mereka
mendengarkan dialog diucapkan oleh aktor di panggung. Menurut Waluyo yang
dikutip oleh Didipu, drama sebagai salah satu genre (seni) sastra yang disejajarkan
dengan puisi dan prosa disebut drama naskah, sedangkan drama sebagai kesenian
mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik,
tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan sebagainya disebut drama
pentas.27
Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa drama
adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan
tokoh berisi konflik manusia. Drama sebagai karya sastra dapat dibedakan
menurut dua penggolongan mendasar yaitu drama sebagai sastra lisan dan drama
sebagai karya tulis. Sebagai sastra lisan drama adalah teater, sedang drama
sebagai karya tulis adalah peranan naskah terhadap komunikasi drama itu sendiri.
26 J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983, Hlm. 5427 Herman Didipu, Berkenalan dengan Sastra. Dapur Buku, Jakarta, 2012, Hlm. 101
22
2.1.5.2 Unsur-unsur Drama
a. Tema
Tema merupakan sumber gagasan atau ide cerita yang
dikembangkan menjadi sebuah karangan yang digunakan pengarang dalam
menyusun cerita. Untuk bisa menentukan tema, seseorang perlu
mengetahui minimal tiga unsur cerita, yaitu rangkaian cerita, setting, dan
tokoh-tokoh yang mendukung cerita bersama karakternya.28
b. Plot
Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun
harus bergerak dari satu permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan
(middle) menuju suatu akhir (ending). Dalam drama, bagian-bagian ini
dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement).29
1) Eksposisi suatu lakon atau cerita yang menentukan aksi dalam waktu
dan tempat; memperkenalkan tokoh, menyatakan situasi suatu cerita;
mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama
cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan
dibuat dalam cerita itu.
28 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 3929 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 135
23
2) Komplikasi bertugas mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau
pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan
tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan
untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini. Pengarang dapat
mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk
memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan,
menjelaskan suatu situasi atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-
aksinya.
3) Resolusi hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah
mendahuluinya didalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan
komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).
Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang
tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada
sesuai tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
c. Penokohan (Karakterisasi atau Perwatakan)
Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama,
karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti
ketika ada orang yang bertanya; “Berapa karakter yang ada dalam cerita
itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari
berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-
individu.30
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut:30 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 41
24
1) Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil). Tokoh ini mempunyai
pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran
tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu.
2) Tokoh idaman (the type character). Tokoh ini berperan
sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah,
berkeadilan, atau terpuji.
3) Tokoh statis (the static character). Tokoh ini memiliki peran
yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga
akhir cerita.
4) Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan
selama cerita itu berlangsung. Misalnya tokoh yang awal
ceritanya sangat setia, secara cepat berkembang dan berubah
menjadi tidak setia, menjadi orang yang berkhianat pada akhir
cerita.
d. Dialog
Ciri khas drama adalah naskah tersebut berupa dialog. Dalam
menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh.
Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih
sesuai dengan dramatic-actiondari plot yang ada.31
Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.
31 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 136
25
1) Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah
dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum
cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu
berlangsung dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran
serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
2) Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada
ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja,
para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu
disampaikan secara wajar dan ilmiah.
e. Latar
Istilah latar (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang
dan waktu kejadiannya peristiwa. Bagian dari teks dan hubungan yang
mendasari suatu lakuan (action) terhadap keadaan sekeliling. Latar adalah
keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu didalam naskah drama.32
1) Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah
drama.
2) Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah
drama.
32 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 136
26
3) Latar suasana atau budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun
budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam
drama misalnya dalam budaya masyarakat betawi, melayu, sunda.
f. Amanat
Pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui
tokoh dan konflik dalam suatu cerita. Hal mendasar yang membedakan
antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog.
Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat (bila dalam
naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam
bentuk drama pementasan. 33
2.1.5.3 Jenis-jenis Drama
2.1.5.3.1 Jenis Drama Ditinjau dari Bentuk Penampilan
a. Drama Komedi
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di
dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya
berakhir dengan kebahagiaan. Drama ini bersifat humor dan
pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang.
Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol, sedikit porno,
gagap, atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Komedi sering menampilkan
alur yang latah. Jalan cerita menjadi kacau atau sengaja dilanggar.34
33 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 4034 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 125
27
b. Pantomim
Pantomim adalah drama gerak. Dalam pantomim diutamakan
adalah kelucuan. Biarpun ada ajaran di dalamnya, namun disampaikan
dengan gerak- gerak humor. Pantomim adalah drama komedi yang
mengutamakan permainan ragawi. Biarpun drama pantomim itu hanya
berupa gerak fisik, ternyata sering memukau penonton.35
c. Drama Tragedi dan Drama Duka
Dalam tragedi, tokohnya adalah tragichero artinya pahlawan
yang mengalami nasib tragis. Dalam sejarah drama, kita mengenal
drama-drama Yunani yang bersifat duka. Diceritakan pertentangan
antara tokoh protagonis dengan kekuatan yang luar biasa yang
berakhir dengan kematian tokoh protagonis itu.
Drama duka adalah drama yang pada akhir cerita tokohnya
mengalami kedukaan contoh Romeo-Juliet, Machbeth, Hamlet, Roro
Mendut. Drama tragedi juga dapat dibatasi sebagai drama duka yang
berupa dialog bersajak yang menceritakan tokoh utama yang menemui
kehancuran karena kelemahannya sendiri, seperti angkuh dan sifat
iri hati.36
d. Melodrama
Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan
tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh
35 Ibid, Hlm. 12836 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 132
28
dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh
agung seperti dalam tragedi). Melodrama merupakan pengembangan
dari genre drama yang sering diistilahkan opera sabun atau film
“cengeng” (menguras air mata). Melodrama menggunakan cerita yang
mampu menggugah emosi penontonnya serta mendalam dengan
dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik).
e. Drama Eksperimental
Penanaman drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan
bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan
belum memasyarakat. Biasanya drama jenis ini adalah drama
nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum
struktur lakon, baik dalam struktur tematik maupun dalam hal struktur
kebahasaan.37
2.1.5.3.2 Jenis Drama Ditinjau dari Aspek Konteks dan Tempat Pentas
a. Drama Pendidikan
Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau
drama didaktis. Pada abad pertengahan, lakon menunjukkan pelaku-
pelaku yang dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau
keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan
sebagainya. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton
dengan maksud untuk mendidikan.
37 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 136
29
b. Closed Drama
Drama jenis ini hanya indah untuk dibaca. Para sastrawan
yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis
closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau
kemungkinan pentasnya kecil. Para penulis drama biasanya menulis
drama yang tidak hanya memperhatikan struktur atau keindahan
bahasa, akan tetapi yang terpenting adalah kemungkinannya untuk
dipentaskan.
c. Drama Teatrikal
Menurut kodratnya seharusnya semua naskah drama dapat
dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan
untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya
yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama teatrikal mungkin
nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dapat
dipentaskan sangat tinggi. Drama teatrikal memang menciptakan
untuk dipentaskan.38
2.1.6 Penulis Skenario
Naskah film atau skenario yang disebut juga script diibaratkan sebagai
kerangka manusia. Dimana Penulis Skenario (Script Writer) adalah orang yang
38 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 139-140
30
mempunyai keahlian dalam membuat film dalam bentuk tertulis atau pekerja
kreatif yang mampu mengembangkan sebuah ide menjadi cerita tertulis yang
selanjutnya divisualisasikan.
Penulis Skenario memiliki tugas penting yang harus dikerjakan:
a. Membangun cerita melalui jalan cerita yang baik dan logis.
b. Menjabarkan ide atau gagasan melalui jalan cerita dan bahasa.
c. Harus mampu menyampaikan maksud atau pesan tayangan audio
visual tersebut.
d. Membangun emosi melalui bahasa dan kalimat pada sebuah adegan
tanpa harus memvisualisasikan kekerasan yang tidak mendidik
(film/sinetron).
e. Menyajikan cerita yang yang tidak habis saat selesai ditonton,
namun harus berkesan di mata penonton atau membekaskan sesuatu
yang berarti di dalam di hati penontonnya.39
Seorang Penulis Skenario harus bisa bekerja sama dalam tim produksi.
Produser akan memilih Penulis Skenario yang cerdas dan mampu berkompromi
dengan tim produksinya. Sehingga sebagai seorang Penulis Skenario dituntut
bekerja keras dan mampu melihat secara jeli setiap kata, bahasa, kalimat yang
akan disusun menjadi rangkaian naskah.
Setiap divisi sangat penting peranannya serta harus mampu bekerja sesuai
dengan job description. Walau masing-masing tidak dapat dipisahkan. Posisi
39 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, Jakarta, Grasindo, 2004, Hlm. 14-15
31
kerabat kerja tidak dapat dipisahkan mana yang paling penting, demikian pula
Penulis Skenario dalam program acara televisi yang selalu terlibat dalam proses
kreatif dari pra hingga pasca produksi baik bentuk drama maupun non drama
dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam (out door) dan menggunakan
sistem produksi single maupun multi kamera.
Penulis Skenario yang baik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan
semua yang telah ditulisnya. Berikut 3 macam pekerjaan yang dilakukan:
a. Mencatat seluruh informasi yang terkumpul selama riset. Mungkin ini
merupakan fakta-fakta yang diperoleh dari bacaan atau keterangan yang
didapat lewat telepon. Namun biasanya sebagian besar informasi diperoleh
dari pembicaraan langsung.
b. Semua data yang diperoleh tersebut dipergunakan untuk mengarang
shooting script. Shooting script adalah rencana kerja untuk produksi.
Idealnya di dalam shooting script sudah tercatat semua shot yang pada
tahap kemudian akan diambil dengan kamera.
c. Membuat komentar dan komentar itu biasanya dicantumkan disamping
cerita bergambar.
Dalam proses penulisan naskah, juga terdapat kriteria-kriteria penting bagi
seorang penulis skenario:
a. Ketajaman dan kepekaan penulis dalam mengurai suatu kejadian nyata di
dalam masyarakat dan mendudukan pada proporsi yang tepat.
32
b. Penulis harus mampu menilai mitos yang dianggap kenyataan dan
kenyataan yang dipalsukan, sehingga ia mampu menampilkan kenyataan
yang sesungguhnya.
Apabila syarat diatas telah terpenuhi maka hasil akhir dari sebuah produksi
dapat dipertanggungjawabkan.40
2.1.7 Skenario
Produksi sebuah program video dan televisi selalu dimulai dari ide
atau gagasan yang kemudian dituangkan kedalam sebuah skenario atau script.
Skenario merupakan sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah
program video dan televisi apapun bentuknya. Penulisan sebuah skenario program
video dan televisi yang didasarkan pada sebuah ide biasanya mempunyai tujuan
spesifik yaitu:
a. Memberi informasi (to inform)
b. Memberi inspirasi (to inspire)
c. Menghibur (to entertain)
d. Propaganda
Sebuah skenario mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah
program video dan televisi. Fungsi skenario dalam produksi program video dan
40 Jos Van Der Valk, Mengarang Naskah Video, terjemahan oleh Roesdi S.J, Kanisius, Jakarta, 1992, Hlm. 7
33
televisi adalah sebagai konsep dasar (basic concept), arah (direction), acuan
(reference).
Bentuk skenario juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan
informasi yang terdapat didalamnya yaitu:
a. Kerangka naskah (Rundown script)
b. Semi naskah (Semi script)
c. Naskah penuh (Full script)
Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline) dari
informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada
umumnya memerlukan improvisasi dari presenter atau ahli (expert) yang akan
muncul didalam program. Semi script adalah naskah yang sudah lebih rinci dari
pada rundown script. Sedangkan full script adalah naskah yang berisi informasi
lengkap dan rinci tentang program yamg akan diproduksi. Dalam sebuah full
script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan. setting dan
property.41
2.1.8 Penulisan Skenario
Penulisan skenario adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang
script writer secara bertahap, bermula dari ide, kemudian dikembangkan menjadi
41 D.V Swain dan J.R Swain, Film Scriptwriting: A Practical Manual, Focal Press, Boston, 1988, Hlm. 7
34
sebuah naskah akhir untuk divisualisasikan oleh sutradara. Script Writer dalam
penulisan skenario sebuah program video terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu:42
Langkah-langkah penulisan skenario dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ide sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan
televisi dapat diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau non
fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sumber ide yang dapat dijadikan
inspirasi untuk menulis sebuah script video dan televisi. Misalnya,
novel, cerita nyata, dan lain-lain. Ide bisa didapat dari seorang
Sutradara dan selanjutnya tugas Script Writer untuk mengembangkan ide
tersebut.
b. Berdasarkan ide atau gagasan tersebut produser menunjuk Script
Writer untuk mengembangkan karyanya menjadi suatu cerita. Ide yang
masih bersifat umum ini kemudian dikongkritkan menjadi suatu tema yang
42 Ibid, Hlm. 8
Merumuskan Ide
Tema
Riset
Naskah Outline
Penulisan Sinopsis
Penulisan Treatment
Penulisan Naskah
Review Naskah
Finalisasi Naskah
35
dipilih. Tujuan dibuatnya tema adalah untuk membatasi topik dan untuk
menentukan kelompok sasaran . Tema itu sendiri mengandung arti sesuatu
yang bebas untuk dibahas dan diulas. Tema merupakan sesuatu yang
masih terbuka dan bukan bukan suatu formulasi siap pakai.
c. Riset sangat diperlukan setelah menemukan sebuah ide yang akan dibuat
menjadi sebuah program audio visual. Riset dalam konteks ini adalah
suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait
dengan naskah yang akan ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku,
literature, koran atau bahan publikasi lain dan orang atau narasumber yang
dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan
ditulis.
d. Setelah memahami hasil riset atau informasi yang terkumpul, anda dapat
membuat kerangka atau outline dari informasi yang akan dituangkan
menjadi sebuah script. Outline pada umumnya berisi garis besar
informasi yang akan ditulis menjadi sebuah script.
e. Langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau deskripsi singkat
mengenai program. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan
perhatian pada pengembangan ide yang telah dipilih sebelumnya.
Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang
isi program video atau televisi yang akan dibuat.
f. Script Writer harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment
menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan
fondasi yang kokoh yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah
36
treatment berisi deskripsi yang jelas tentang lokasi, waktu, pemain,
adegan, shot-shot penting dan property yang akan direkam ke dalam
program video. Treatment merupakan pengembangan jalan cerita dari
sebuah sinopsis.
g. Treatment menjadi acuan untuk penulisan sebuah naskah. Naskah adalah
alur cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog dalam sebuah
tayangan audio visual, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual.
h. Review Naskah merupakan langkah dimana penulisan naskah diteliti
kembali oleh Script Writer itu sendiri bersama produser dan sutradara.
Hal-hal yang sekiranya belum sempurna, naskah dapat direvisi kembali
pada tahap ini.
i. Finalisasi naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah
divisualisasikan oleh sutradara bersama tim produksi. Naskah final
merupakan hasil revisi terhadap masukan-masukan yang diberikan oleh
Sutradara maupun Produser. Jadi dalam finalisasi naskah ini, naskah
sudah benar-benar matang, sudah mendapatkan persetujuan dari tim
produksi dan sudah siap untuk divisualisasikan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan naskah yaitu agar jangan sampai naskah
menjadi tempat segala hal kegiatan produksi bergantung. Perhatikan juga
kondisi lapangan saat produksi sehingga naskah tidak akan mematikan
kreativitas sutradara dan kerabat kerja produksi.43
43 D.V Swain dan J.R Swain, Film Scriptwriting: A Practical Manual, Focal Press, Boston, 1988, Hlm. 9
BAB IIIKONSEP RANCANGAN
3.1 Tujuan Komunikasi
Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat memberikan beberapa
nilai fungsi tertentu. Film dibuat dengan latar belakang produksi yang sangat
rumit. Dari proses pra-produksi sampai hingga pasca produksi melibatkan banyak
orang dengan fungsi yang berbeda. Film dikonsep sedemikian rupa, dengan
pemilihan pemain, lokasi, kostum, musik dan unsur lainnya. Di samping mencapai
suatu nilai profit bisnis, film juga berfungsi untuk mentransmisikan suatu pesan
dari si pembuat film kepada khalayak luas dengan cara menyisipkan suatu nilai
edukasi dan motivasi. Dengan fungsi mentransmisikan pesan, menempatkan film
dalam sebuah proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang
mentransmisikan pesan kepada khalayak dalam jumlah yang luas pada saat yang
bersamaan disebut dengan komunikasi massa. Dalam bentuk komunikasi ini tidak
ada kontak langsung antara si pengirim dan penerima pesan. Pesan akan
disampaikan melalui beberapa media seperti televisi, radio, majalah, surat kabar,
dan lainnya termasuk film.
Film dalam bentuk komunikasi massa mengacu pada model komunikasi
linear. Artinya bahwa film ada dalam proses komunikasi yang sifatnya searah.
Bagaimana model komunikasi ini berjalan? Sender, dalam hal ini adalah si
pembuat film, akan mengirimkan pesan melalui channel, yaitu film itu sendiri.
37
38
Pesan berisi tentang ide cerita yang disampaikan dalam film. Pesan akan ditujukan
kepada receiver, yaitu penonton film. Noise atau pun gangguan akan
mempengaruhi proses transmisi pesan, misalnya kondisi tempat pertunjukan yang
kurang nyaman, sikap audien saat menonton film, gangguan teknis saat menonton
film dan hal lainnya. Penyampaian pesan melalui film juga sangat dipengaruhi
oleh pengalaman dan referensi si penonton saat mengintrepretasikan film. Film
memiliki kemampuan untuk mengantarkan pesan secara unik. Tiap konsep film
akan sesuai dengan konsep pesan yang akan disampaikan. Untuk itu setiap
pembuat film berkewajiban membuat konsep film yang sesuai aturan dan layak
dikonsumsi masyarakat. Film seharusnya bisa menjadi media komunikasi yang
memberikan fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya, ekonomi,
selain juga memberikan fungsi hiburan kepada masyarakat. Dalam kaitannya
dengan teknologi, film dengan segala teknologi di dalamnya mempengaruhi
masyarakat dalam mengkonsumsi pesan.
Konsep McLuhan menyebutkan bahwa teknologi dapat mengekstensi
kemampuan manusia. Dilihat dari proses produksinya, teknologi pembuatan film
dapat mengektensi kemampuan si pembuat film untuk membuat film dengan detil
ruang dan waktu tertentu, yang jelas berbeda dengan kondisi asli saat film dibuat.
Dari sisi penonton, dengan adanya teknologi, penonton dapat menikmati suasana
dengan nuansa tahun tertentu, di negara tertentu melalui pertunjukan film.
Teknologi digital juga memudahkan penonton untuk mengakses semua jenis film
produksi negara mana pun tanpa harus pergi langsung ke negara tersebut.
39
McLuhan juga memberikan konsep medium is the message. Diartikan bahwa
teknologi yang menjadi media pembawa pesan.44
Dalam hal ini teknologi film yang membawa pesan, yaitu isi dari film itu
sendiri. Pesan dikemas dengan audio dan visual, film mampu bercerita banyak hal
dalam waktu yang singkat. Selanjutnya, mengenai media untuk mengakses film,
berkaitan dengan teknologinya, masyarakat mempunyai keleluasaan dalam
memilih teknologi media mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya,
beberapa orang lebih memilih menonton di bioskop daripada menonton film
melalui DVD atau internet. Ada juga masyarakat yang saat ini lebih memilih
menggunakan telepon genggam untuk menonton film. Dalam teori technology
determinsm memberikan pandangan bahwa teknologi memberikan pengaruh
terhadap masyarakat dalam proses mengkonsumsi film.45
3.2 Strategi Komunikasi
Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam
menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan sebuah media sebagai alat
penyampaian informasi sangat dipengaruhi oleh komunikasi sebagai unsur
penting didalamnya. Dalam media ini terdapat suatu bentuk komunikasi yang
berfungsi untuk serta memberi informasi sehingga audien terpengaruh hingga
melakukan tindakan.
44 M. McLuhan, Understanding Media: The Extensions of Man, NJ: New American Library, Bergen Field, 196445 J. Straubhaar, R. LaRose, dan R. Davenport, Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition, Thomson-Wadsworth, 2011
40
Penyampaian komunikasi dalam film ini lebih menitik-beratkan pada
pemakain narasi, latar musik dan dikombinasikan dengan gambar-gambar
pendukung agar dapat memudahkan audien mencerna pesan dan memahami isi
film. Keunggulan yang didapat dari narasi, yaitu dapat menyampaikan informasi
abstrak yang sulit digambarkan melalui shot gambar serta dapat memperjelas
peristiwa melalui rangkaian cerita.
Penceritaan melalui narasi akan membuat audien membayangkan suatu
rangkaian cerita mengenai apa yang terjadi dan audien dapat menangkap isi pesan
dengan mudah jika perangkaian cerita melalui narasi tersebut dapat dikemas
dengan jelas. Nantinya film juga akan menggunakan subtitle teks berbahasa
Inggris, agar maksud dan tujuan yang disampaikan dapat dimengerti semua
kalangan pemirsa di luar Indonesia.
Sedangkan secara tampilan visual yang akan diperlihatkan mengacu pada
kejelasan penyampain informasi realita yang mempunyai kesan sederhana, tegas,
minimalis dan berisi sebagaimana umumnya sebuah film melodrama. Lalu akan
ditambahkan dengan efek-efek visual sederhana yang mendukung kekuatan
sebuah film melodrama dan memakai sudut dan teknik pengambilan gambar yang
menarik dan nyaman untuk dilihat. Visual diarahkan pada suasana realita pada
zaman terkini yang berkesan dramatis dan emosional, serta menggunakan sudut
(angle) kamera yang menarik
Dalam perancangan alur cerita film ini, akan dibuat dengan alur yang
sederhana, tidak mengulang dan menggunakan alur maju agar pemirsa dengan
mudah menerima pesan film yang disampaikan.
41
3.3 Analisa Spesifikasi Program
3.3.1 Gambaran Rancangan Bentuk Karya
Film melodrama dengan judul “Terbaik menjadi Terbalik” merupakan
sebuah drama dengan tema yang diadaptasi dari kehidupan nyata dengan
mengangkat tentang kisah percintaan sepasang kekasih yang sangat rumit
dihadapi. Film ini diproduksi dengan tujuan untuk memberikan inspirasi serta
pembelajaran hidup terutama soal asmara.
- Format Program : Film, Drama Fiksi, Melodrama
- Format Media : DVD PAL AVI HD
- Judul Program : Terbaik menjadi Terbalik
- Durasi Program : 24 menit
- Target Audien
a. Usia : Remaja dan Dewasa
b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
c. Status Sosial Ekonomi : B dan C
3.3.2 Konsep yang digunakan dalam Mengeksekusi Karya
Konsep dari film melodrama “Terbaik menjadi Terbalik” adalah
mengangkat sebuah kehidupan percintaan anak remaja zaman sekarang yang
penuh dengan konflik. Dalam memproduksi film ini dikemas dengan adanya
42
unsur duka nestapa dan supaya menarik, film ini menyajikan akhir yang cukup tak
terduga. Endingnya membuat audien 'tak sadar' kalau film telah berakhir dengan
keromantisan (happy ending). Agar film terasa lebih dekat dengan target audien,
peran tokoh yang ditampilkan merupakan dari kalangan mahasiswa atau
mahasiswi yang sedang beranjak dari status remaja menuju dewasa.
3.3.3 Alasan Pilihan Karya
Film melodrama ini diproduksi untuk memberikan sebuah tayangan yang
tidak hanya menghibur, melainkan juga memberikan edukasi serta pengaruh yang
positif kepada audien lewat sebuah karya film. Lewat karya film ini, dapat
memberikan hiburan yang sesuai dengan realita yang ada mengenai kehidupan
percintaan. Film melodrama mengembangkan kejadian sehari-hari dalam bentuk
narasi yang melibatkan emosi dan perasaan sehingga audien seolah-olah berada
dalam situasi tersebut dan memaksa audien menonton hingga akhir solusi
penyelesaian. Oleh karena itu, pemilihan karya film melodrama ini untuk
ditayangkan di televisi nasional sehingga mampu menjangkau hampir seluruh
masyarakat Indonesia.
3.3.4 Gambaran Isi Pesan dan Media Promosi
Sedikit gambaran dan isi pesan dalam film melodrama “Terbaik menjadi
Terbalik” mengenai keikhlasan, penerimaan dan arti cinta sejati. Bahwa segala
sesuatu yang hanya untuk memenuhi nafsu akan mengecewakan tetapi ketika kita
percaya pada takdir Tuhan, segalanya pasti indah.
43
Media Promosi yang digunakan untuk mempromosikan film ini, yaitu
menggunakan sebuah poster dan media sosial. Pada media social akan
menggunggah karya film tersebut di situs berbagi video Youtube, serta
mempromosikannya lewat jejaring sosial, seperti Twitter, Facebook ataupun
Instagram dengan cara memposting poster serta pranala streaming Youtube yang
berisi karya film pada jejaring sosial tersebut, sehingga film melodrama “Terbaik
menjadi Terbalik” dapat disaksikan lebih banyak audien.
3.4 Time Table dan Anggaran
3.4.1 Time Table
Adapun Time Table target perbulan mulai bulan September 2017 –
Februari 2018, dengan rincian sebagai berikut.
Tahap Aktifitas ProduksiTarget Perbulan
(September 2017 - Februari 2018)
1 2 3 4 5 6
Pra Produksi
Penentuan Tema Riset Pembuatan Naskah Budgeting
Produksi Proses Shooting
Pasca ProduksiEditing Offline Editing Online Preview
44
3.4.2 Anggaran
Adapun target anggaran dari biaya produksi film melodrama “Terbaik
menjadi Terbalik” adalah Rp. 13.850.000,- dengan perincian sebagai berikut.
No. Subject Item Unit Cost
(Rp)Total(Rp) Note
PRA PRODUKSI
1Riset dan Hunting Lokasi
PRODUKSI
2 Konsumsi Makan 3 kali sehari
10 hari (3 orang) 500.000 1.500.000 Beli
3 Kamera
Canon EOS Kiss X7i 1 buah Memiliki
Canon EOS 700D 1 buah Memiliki
4 Lensa Kamera
Canon 18-55 mm 2 buah Memiliki
Canon 50 mm f/1.8 2 buah 800.000 1.600.000 Beli
5 SliderParalax Latour GP80T
1 buah(5 hari) 250.000 1.250.000 Sewa
6 Glidecam HD-4000 1 buah 650.000 650.000 Beli
7 Tripod Manfrotto 725B 2 buah Memiliki
8 Shootgun Mic
Kenwood 320 1 buah Memiliki
9 Clip OnSennheiser EW 112-p G3
3 buah (10 hari) 450.000 4.500.000 Sewa
10 Memory Card
SD Card Extream 2 buah Memiliki
11 Hardisk External
Seagate 1 TB 1 buah 700.000 700.000 Beli
45
12 Lampu
Red Head Lamp 800 W
2 buah(5 hari) 400.000 2.000.000 Sewa
LED Light Yongnuo
1 buah(5 hari) 100.000 500.000 Sewa
13 Talent Biaya pemain 3 orang 300.000 900.000
PASCA PRODUKSI14 Komputer HP 1 buah Memiliki
15 Kaset DVD R 8 GB 10 buah 10.000 100.000 Beli
16 Poster A2 5 buah 30.000 150.000 BeliTotal Biaya Produksi 13.850.000
3.5 Konsep Perancangan
Penulisan skenario yang sudah tentu menjadi inti konsep yang ada dalam
perancangan film melodrama ini akan memilih alur cerita yang sederhana namun
tetap memiliki teka-teki yang membuat audien penasaran. Sehingga audien akan
terpacu untuk menyaksikan film hingga akhir cerita. Pada akhir segmen film akan
dibubuhi kutipan dari inti pesan keseluruhan film yang berguna untuk
memberikan motivasi yang positif sebagai panutan kehidupan asmara.