40
SEJARAH PENGUKUHAN AMBALAN SULTAN AGENG TIRTAYASA DAN DEWI SARTIKA DIPERSEMBAHKAN UNTUK GUDEP 08.109/110 SMA N 1 LARANGAN

Sejarah pengukuhan ambalan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah pengukuhan ambalan

SEJARAH PENGUKUHAN AMBALAN

SULTAN AGENG TIRTAYASA

DAN DEWI SARTIKA

DIPERSEMBAHKAN UNTUK

GUDEP 08.109/110 SMA N 1 LARANGAN

WICAKSANING NAYA

Page 2: Sejarah pengukuhan ambalan

MEMAYU HAYUNING BAWONOSejarah Pengukuhan Ambalan

Sultan Ageng Tirtayasa

Dan Dewi Sartika

Edisi / cetakan pertama, 3 Agustus 2000

Edisi / cetakan kedua, Juni 2012

Page 3: Sejarah pengukuhan ambalan

KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam pramuka !

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya kepada kita semua.

Alkhamdulilah, kami Dewan Ambalan masa bakti 1997/1998 pada akhirnya mampu

memenuhi hajat besar kami, yakni melaksanakan pengukuhan Lambang, Kibaran Citra

Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa dan Dewi Sartika. Keberhasilan kami ini tentu tidak akan

lepas dari dukungan :

1. Kak Sri Handanarwati Rahardjo, selaku Kamabigus SMU N 1 Larangan.

2. Kak Masnuri, Kak Munason, Kak Kuntoro, dan kakak –kakak pembina Gudep 08.109.

3. Kak Emi Fauziati, Kak Erni Erawati, Kak Echa Muslicha, dan kakak – kakak pembina

Gudep 08.110.

4. Kakak – kakak Bantara, pengurus Dewan Ambalan sebelum kami yang telah memberikan

saran dan ide kepada kami.

5. Rekan – rekan seangkatan.

6. Semua pihak yang telah membentu terlaksananya kegiatan pengukuhan.

Kepada beliau – beliau ini, kami tidak dapat member sesuatu yang berharga selain ucapan

terima kasih.

Untuk menunjang pengetahuan adik – adik anggota pramuka khususnya calon

pengurus Dewan ambalan tentang sejarah pengukuhan Ambalan, maka kami menulis buku

ini.

Kami menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan belumlah sempurna. Masih

banyak kekurangan dalam masa bakti kami. Untuk itu kami atas nama seluruh anggota

Ambalan masa bakti 1997/1998 mohon maaf.kami berharap dengan adanya tulisan ini

mudah – mudahan dapat memberkan manfaat yang besar bagi kita semua.

“ Tak ada gading yang tak retak ” begitupun kami menerima dengan rendah hati saran

dan kritik demi terciptanya karya yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tegalglagah, 3 Agustus 2000

Penulis,

Page 4: Sejarah pengukuhan ambalan

DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II DEWAN AMBALAN GUDEP 08.109/110 SMU N 1 LARANGAN

A. Misi dan Tujuan

B. Tugas Pokok Dewan Ambalan

C. Nama Ambalan

D. Tanda/Lambang Ambalan

E. Kibaran Citra Ambalan

F. Pusaka Ambalan

BAB III ROMANTIKA PERJUANGAN DEWAN AMBALAN MENUJU PENGUKUHAN

BAB IV STRUKUR ORGANISASI DAN PERANGKAT AMBALAN

A. Struktur Organisasi Gugus Depan

B. Sruktur Dewan Ambalan Penegak Gudep 08.109/110

C. Sanggar Bakti

D. Sandi Ambalan dan Sesanti Ambalan

I. Sandi Ambalan

I.1 Sandi Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa

I.2 Sandi Ambalan Dewi Sartika

2. Sesanti Ambalan

2.1 Sesanti Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa

2.2 Sesanti Ambalan Dewi Sartika

BAB V PENUTUP

A. Kesan – kesan

B. Pesan – pesan

Lampiran Surat Keputusan GP Gudep 08.109/110 SMU N 1 Larangan Tentang pengukuhan

Nama, Lambanag, dan Kibaran Citra Ambalan.

Page 5: Sejarah pengukuhan ambalan

BAB I PENDAHULUAN

Keinginan untuk mengukuhkan Ambalan sebenarnya telah ada sejak dulu,

yakni sejak terbentuknya pengurus Dewan Ambalan yang pertama kali. Tetapi karena

banyak hal yang harus dipenuhi padahal pangkalan SMU N 1 Larangan ini baru saja

berdiri, sehingga akhirnya keinginan itu hanya tinggal harapan.

Pada periode berikutnya kakak – kakak yang ada dalam Dewan Ambalan

kembali merintis pengukuhan Ambalan. Tetapi kendalanya masih tetap sama, yaitu

keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

- Mempunyai misi dan tujuan organisasi,

- Mempunyai nama Ambalan

- Mengetahui pola kepemimpinan orang yang namanya dijadikan sebagai nama

Ambalan,

- Memiliki sandi dan sesanti Ambalan,

- Memiliki sanggar bakti

- Dapat bersaing dengan gudep lain, minimal tingkat cabang.

Saat Dewan Ambalan kami dilantik tanggal 21 September 1997 kami juga

memiliki keinginan sama, yakni mengukuhkan Ambalan, dan kegiatan ini kemudian

kami masukkan dalam kalender kegiatan Ambalan sebagai kegiatan Utama. Kami

selalu gagal dalam tugas jika tidak dapat mengukuhkan Ambalan.

Berkat do’a dan perjuangan kakak – kakak dan rekan – rekan, alkhamdulilah di

akhir masa bakti kami apa yang menjadi keinginan kami dapat terlaksana, yaitu

pengukuhan Ambalan tanggal 20 September 1998.

Page 6: Sejarah pengukuhan ambalan

BAB II DEWAN AMBALAN

GUDEP 08.109/110 SMA N 1 LARANGAN BREBESA. Misi dan Tujuan

1. Misi Organisasi Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110

Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110, menyiapkan kader – kader bangsa yang

disiplin, cerdas dan terampil, bertanggung jawab, serta setia dan patuh pada

Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dengan dibekali iman dan

taqwa kepada Tuhan YME.

2. Tujuan Organisasi Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110

Bahwa Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110 yang berpangkalan di SMA N 1

Larangan berupaya mendidik para anggotanya agar :

1) Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta memiliki

keyakinan beragama yang kuat,

2) Menjadi manusia yang selalu tepat waktu dan bertanggung jawab dalam

menggunakan kecerdasannya dan ketrampilannya untuk melaksanakan

kewajibannya,

3) Menjadi siswa yang patuh dan taat pada tata tertib sekolah dan selalu

menjaga nama baik sekolah serta nama Ambalannya.

4) Menjadi siswa negara Indonesia, setia dan patuh pada Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

B. Tugas Pokok Dewan Ambalan

Ada 5 tugas pokok Dewan Ambalan yang harus dilaksanakan, yaitu :

1) Melaksanakan keputusan – keputusan Muasyawarah Gugus Depan,

2) Bertanggung jawan dan mengelola Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110 sesuai

dengan kebijakan yang telah digariskan oleh Mugus,

3) Menyusun, melaksanakan kegiatan Dewan Ambalan yang telah ditetapkan

melalui Mugus,

4) Melaksanakan program dari Kwarran ataupun Kwrtis yang ada di atasnya dan

membantu membina Gudep yang ada di bawahnya,

5) Menyelenggarakan Mugus seperti yang telah ditetapkan oleh Kwarnas.

Page 7: Sejarah pengukuhan ambalan

C. Nama Ambalan

Berdasarkan Surat Keputusan Gerakan Pramuka Gudep 08.109/110 SMU N 1

Larangan No. 001/KPTS.GP/98 tahun 1998 yang ditetapakn pada tanggal 20

September 1998 mengenai Nama Ambalan adalah sebagai berikut :

1) Nama Ambalan Penegak Gudep 08.109 adalag Sultan Ageng Tirtayasa.

2) Nama Ambalan Penegak Gudep 08.110 adalah Dewi Sartika.

Nama Ambalan dipakai/digunakan dalam sebutan.

D. Tanda/Lambang Ambalan

Tanda/Lambang Ambalan dipakai oleh para penegak warga Ambalan dalam

pakaian seragam pramuka pada lengan kiri ± 6 cm di bawah jahitan lengan baju.

Gambar Lambang Ambalan dan arti kiasannya berisikan :

Cita – cita Ambalan,

Jiwa dan semangat kepahlawanan/patriotism,

Lambang Gerakan Pramuka,

Identitas/nomor Gugus depan.

E. Kibaran Citra Ambalan

Kibaran Citra Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa dan Dewi Sartika berukuran

117 x 89 cm dengan warna dasar kuning emas dengan rumbai di tepinya berwarna

merah. Kibaran Citra Ambalan digunakan untuk upacara/acara Ambalan dan

upacara – upacara hari besar nasional serta upacara lainnya yang ditentukan oleh

gugusdepan.

Penggunaan Kibaran Citra Ambalan harus disertai dengan bendera

gugusdepan/bendera pramuka dengan ketentuan :

1. Letak Kibaran Citra di sebelah kiri bendera gugusdepan/bendera pramuka,

2. Tongkat bendera gugusdepan/bendera pramuka harus lebih tinggi daripada

Kibaran Citra,

3. Di dalam upacara – upacara / acara yang dipergunakan Kibaran Citra Ambalan

serta bendera gugusdepan/bendera pramuka, harus dikibarkan bendera

kebangsaan Merah Putih dengan posisi yang lebih terhormat.

Page 8: Sejarah pengukuhan ambalan

F. Pusaka Ambalan

Yang dimaksud Pusaka Ambalan adalah suatu benda yang dimiliki oleh tokoh

yang namanya dijadikan sebagai nama Ambalan atau sesuatu yang dapat

menunjukan perjuangan tokoh tersebut semasa hidupnya dan dimiliki Ambalan.

Penggunaan Pusaka Ambalan diatur dan ditetapkan oleh Ambalan dalam Adat

Ambalan yang harus terus dilaksanakan selama tidak ada perubahan.

a. Pusaka Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa adalah sebuah keris. Ini disesuaikan

dengan senjata yang dimiliki oleh Sultan Ageng Tirtayasa semasa hidupnya

sebagai raja di Banten. Konon dengan keris ini beliau menjadi orang yang sakti

dak kebal dari peluru. Keris pusaka yang dimiliki Ambalan merupakan hadiah

yang diberikan oleh Kak Masnuri yang memang sudah dipersiapkan sejak dulu

untuk pengukuhan Ambalan.

b. Dewi Sartika dipandang sebagai sosok reformis yang berusaha melakukan

gerakan emansipasi wanita pada jamannya. Beliau paling tidak rela jika melihat

kebodohan pada kaumnya yang saat itu tidak boleh sekolah seperti kaum pria.

Dengan segala daya upaya beliau berusaha melakukan peningkatan terutama

dalam hal pendidikan bagi kaum wanita Bangsa Indonesia.

Semangatnya yang sangat besar dan berani melawan tantangan cultural yang

patut diteladani oleh kita semua.

Atas dasar perjuangan beliau dalam dunia pendidikan, maka Ambalan Dewi

Sartika mengambil “ buku sejarah tentang beliau ” sebagai pusaka Ambalan

dengan bertitik tolak pada buku sebagai pengetahuan.

Page 9: Sejarah pengukuhan ambalan

BAB III ROMANTIKA PERJUANGAN

DEWAN AMBALAN MENUJU PENGUKUHAN

Sebelum kami bercerita tentang perjalan kami menuju pengukuhan, tak ada

salahnya bila kami mengulas sedikit Romantika Perjuangan Bangsa Indonesia dalam

Gerakan Pramuka.

Berawal dari berdirinya Budi Utomo ( 20 Mei 1908 ) yang telah mengubah

perjuangan bangsa Indonesia dengan menitikberatkan pada perjuangan nonfisik.

Perjuangan Budi utomo adalah men – SIAGA – kan rakyat untuk berjuang dengan

cara berorganisasi. Masa ini kita namakan SIAGA.

Tanggal 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa sumpah pemuda yang ditandai

dengan ter – GALANG – nya para pemuda dan pemudi untuk bersatu menentang

para penjajah. Masa ini dinamakan masa PENGGALANG.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia merdeka. Kemerdekaan ini

merupakan pintu gerbang menuju Indonesia jaya. Pada masa itu kita namakan masa

PENEGAK.

Untuk mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia kita membutuhkan pemimpin –

pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab untuk MEMANDEGANI pelaksanaan

pembangunan nasional. Di samping itu kita juga membutuhkan masyarakat yang

mampu di – ANDAL – kan dalam rangka mem – BINA pembangunan kit a.

Bangsa Indonesia MULA – I melaksanakan pembangunan yang membutuhkan

BANTU – an kesadaran tinggi seluruh rakyat untuk menciptakan TATA kehidupan

yang baik. Bangsa kita mencari RAMU – an bahan – bahan baik fisik maupun

nonfisik dari sana – sini untuk mencukupi kehidupan yang praktis bangsa kita. Dalam

pelaksanaannya kita memerlukan BANTARA – BANTARA ( KADER ) untuk me –

LAKSANA – kan tugas – tugas mengemban amanat penderitaan rakyat.

Demukian secuil kisah yang mendasari penggolongan pramuka dari SIAGA,

PENGGALANG, PENEGAK, PANDEGA.

Selanjutnya kami ingin menampilkan kata AMBALAN yang menjadi tujuan

perjuangan kami. Jika memisalkan Gerakan Pramuka di SMU N 1 Larangan sebagai

desa, maka disitu harus ada balai desa yang menjadi tempat berpusatnya segala

kegiatan pemerintahan. Ambalan merupakan Balai Desa yang menjadi tempat kimpul

Page 10: Sejarah pengukuhan ambalan

warga masyarakat untuk bermusyawarah memenuhi panggilan kentongan yang

dipukul “ ambal – ambalan ( terus – menerus ) kan roda kegiatan sesuai dengan apa

yang telah menjadi program kerja Ambalan.

Tentu tidak mungkin mendirikan balai desa tanpa mengetahui nama tempatnya.

Oleh karena itu kita harus member nama desa itu terlebih dulu sebelum menyusun

pendirian

Sejak Ambalan Gerakan pramuka di SMU kita ini belum memiliki nama yang

diakui secara fakta di kwarcab. Kami mengatakan belum karena

Kita boleh sama – sama maklum karena usia Dewan Ambalan kita masih

tergolong muda. Tetapi kita tidak mungkin berdiam diri terus, ada saatnya kita harus

bangun dan menata kembali Dewan Ambalan di sekolah ini. Saat Dewan Ambalan

kami dilantik, kami memiliki cita – cita untuk mengukuhkan nama Ambalan agar

orang lain tahu jika di SMU N 1 Larangan telah memiliki nama Ambalan dan kami

tidak malu lagi mengenakan Lambang Ambalan di pundak kiri kami. Menurut kakak

– kakak anggota Dewan Ambalan sebelum kami, mengukuhkan Ambalan itu sulit.

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya seperti yang tertulis pada bab

pendahuluan. Itu memang benar dan kami telah merasakannya. Kami harus rela

mengorbankan banyak waktu, tenaga dan fikiran untuk menyelesaikan syarat – syarat

tersebut. Terutama pada saat menyelesaikan syarat – syarat yang harus dipenuhi

sebelum membuat surat keputusan. Kata – kata yang masih kami ingat untuk

memacu semangat kami adalah dari rekan Ali Imron yang mengatakan “jika kita

tidak bisa mengukuhkan nama Ambalan tahun ini, mungkin tahun – tahun

mendatang pun belum tentu nama Ambalan ini dapat dikukuhkan”.

Jum’at, 21 September 1997 kami dilantik. Usai pelantikan kami mengadakan

rapat pertama kali untuk mempersiapkan Mugus yang dilaksanakan pada hari

Minggu, 23 September 1997, sesuai adat kami setiap ada kegiatan, malamnya kami

menginap di pangkalan.

Minggu pagi yang cerah, di dalam ruangan Upacara pembukaan Mugus

dilaksanakan. Banyak yang kami musyawarahkan di sini. Salah satu keputusan dalam

Mugus tersebut, nama Ambalan masih Jendral Soedirman untuk satuan putra dan Nyi

Ageng Serang dengan Tien Hartinah ( Istri mantan presiden Soeharto ) yang saat itu

telah wafat. Tetapi akhirnya ditolak karena jika mengganti dengan nama beliau

seolah – olah kami menunggu Soeharto Wafat untuk mengganti Jendral Soedirman.

Page 11: Sejarah pengukuhan ambalan

Tiga hari berselang sejak pelaksanaan Mugus, rekan Irfai dan rekan Karwono

menemui kak Kharis dan kak Kristin ( pradana putra dan putrid pada saan itu ) untuk

menyampaikan ide pengukuhan dan meminta agar pengukuihan dilaksanakan

secepatnya. Mereka juga menyerahkan sketsa lambang Ambalan Jenderal Soedirman.

Meraka juga menyerahkan sketsa Lambang Ambalan Nyi Ageng Serang untuk

diajukan pada saat rapat Ambalan.

Berikut ini sketsanya :

13 November 1997 terbentuk tim kecil beranggotakan 11 orang yang bekerja

membahas nama dan Lambang Ambalan seperti yang diusulkan kak Irfai dan kak

Karwono. Tim ini beranggotakan :

1. Kharispudin 5. Aris Sugianto 9. Elok Muayanah

2. Kusnadi 6. Karwono 10. Maghfuroh Yuniawati

3. Irfai 7. Kristin Hastuti 11. Nurchasanah

4. Ali Imron 8. Lilies Mustiasih

Senin 17 November 1997 kami mengadakan rapat yang pertama untuk

membahas Lambang Ambalan putra yang dilanjutkan tanggal 24 November 1997.

Rapat kedua ini membahas lambing Ambalan putri.

Agenda rapat kami lanjutkan pada tanggal 4 Desember 1997. Rapat ketiga ini

membahas arti Lambang Ambalan putra dan putri. Saat membahas arti Lambang

Ambalan inilah yang paling banyak menyita waktu sehingga setiap kali rapat harus

pulang sampai sore.

Page 12: Sejarah pengukuhan ambalan

Ada waktu perbedaan pendapat antara kak Kusnadi dengan kak Karwono

mengenai arti dan gambar keris. Rekan Karwono sebagai penggagas lambang yang

pertama ingin tetap mempertahankan bentuk keris berlekuk tiga yang melambangkan

Tri Satya. Sedangkan rekan kak Kusnadi mengusulkan agar bentuk keris lurus dan

bercahaya yang memiliki arti : pandangan yang lurus, sucu dan berwibawa serta

mampu menjadi panutan bagi orang lain. Untuk menengahi perbedaan tersebut rekan

Kharis mengusulkan agar lambang ditambah segitiga sama sisi pada tengah di

belakang keris yang melambangkan janji seorang pramuka ( Tri Satya ) yang akan

dilaksankan dengan selaras, serasi dan seimbang. Dengan ditambahnya segitiga sama

sisi ini maka bentuk keris lurus dan bercahaya. Rapat yang ketiga ini belumdapat

menyelesaikan arti secara keseluruhan sehingga kami memutuskan untuk

melaksanakan rapat yang keempat pengukuhan nanti. Dengan riang kami lakukan

pekerjaan itu sehingga waktu berlalu dengan cepatnya. 7 Pebruari 1998 hari kamis

kembali berkumpul dan kali ini membuat struktur Dewan Ambalan. Banyak canda

dan tawa mengiringi hari – hari kami. Dan kami merasa dekat satu dengan lainnya,

merasakn lapar bersama, lelah bersama, sholat berjamaah di atas meja, hujan –

hujanan saat pulang, dam masih banyak kenangnan lain yang tidak bisa kami

ceritakan semuanya. Jelasnya pulang sore itu menjadi kenangna baru kami sejak aktif

di Ambalan. Padahal dulu, waktu saya baru dilantik ada rasa enggan untuk pulang

sore bahkan orang tua juga sempat melarang saya berangkat latihan. Tetapi setelah

dilantik sebagai pradana ahkirnya kedua orang tua saya mau mengerti dan diizinkan.

Kalau kata rekan Ali setiap ditanya jika pulang sore dia jawabnya “ ada rapat ”.

justru setelah kami sering pulang sore dan aktif di sekolah. Kami merasa semakin

cinta dan suka dengan pramuka. Kamis sore saat kami lagi asyik bercanda di sela

kerja kami, Pak Sumaryono datang di ruang kerja kami. Lalu kami meminta beliau

untuk membantu mencarikan Sesanti Ambalan Dewi Sartika yang pada saat itu

belum ada. Beliau mengusulkan sebuah Sesanti yang berbunyi “ Memayu Hayuning

Bawono ” yang artinya “ memelihara keindahan / perdamaian dunia ”. Bulan Maret

kami gunakan untuk mempersiapkan acara pelantikan Bantara yang akan

dilaksanakan pada tanggal 10 s,d 12 April 1998 dan untuk sementara rapat persiapan

pengukuhan dihentikan dulu.

Usai melaksankan pelantikan kami kembali mengadakan rapat untuk

menetukan waktu pelaksanaan pengukuhan. Dari hasil rapat ditetapkan bahwa

pelaksanaan pengukuhan dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 1998 bertepatan

dengan hari Jadi Pramuka. Keputusan ini kemudian diajukan kepada Kak Sri

Page 13: Sejarah pengukuhan ambalan

Handanarwati Rahardjo selaku Kamabigus waktu itu. Setelah melobi beberapa kali

dengan beliau, akhirnya kami harus mengalah dengan alasan terlalu banyak acara dan

dana yang harus dikeluarkan ( untuk pengukuhan dan perjumsami ) serta akan

dilaksanakannya sidang umum MPR sehingga tidak diperkenenkan melaksanakan

kegiatan mengumpulkan massa. Namun demikian kamin tetap meminta kepada

beliau agar mengizinkan acara Perjumsami. Dari hasil rapat selanjutnya diputuskan

agar pengukuhan dilaksanakan tanggal 20 September 1998 bertepatan dengan hari

dilaksanakannya Musyawarah Gugusdepan.

Bulan Mei dan Juni kami menghentikan rapat untuk konsentrasi menghadapi

tes cawu 3 yang sekaligus tes penentuan jurusan. Pada pertengahan Juni Kak Kristin

menyerahkan sandi Ambalan Dewi Sartika yang sudah selesai oleh Kak Bachtiar

Imani. Satu minggu sebelum berangkat study tour ke Bali, tepanya tanggal 19 juni

1998 Kak Kharis dan Kak Ali Imron berangkat ke Brebes untuk memesan Kibaran

Citra Ambalan di percetakan PANDU. Di Bali, 29 Juni 1998 kami sempat

mengadakan pertemuan kecil dengan juru uang Ambalan, Kak Ali dan kak Santi

untuk membahas anggran pengukuhan.

Selama liburan cawu 3 hanya ada sedikit kegiatan, yaitu mengurus pesanan

Kibaran Citra. Tanggal 2 Juli 1998 Kak Ali, Kak Kristin dan kak Kharis pergi ke

percetakan untuk mengambil pesanan. Kedatangan kami yang pertama harus pulang

dengan tangan hampa karena gambar Lambang Ambalan yang sudah di setting

terdapat kekeliruan sehingga harus diperbaiki dulu. Kesalahan itu terdapat pada

gambar lidah api yang seharusnya ada sepuluh lidah api ternyata disetting ada 11

lidah api. Berikutnya tanggal 13 Juli 1998 kami kembali ke percetakan tetapi

kedatangan kami yang kedua juga harus pulang dengan tangan hampa karena

Kibaran Citra belum selesai di Cetak. Seminggu kemudian kami kembali ke

percetakan dan yang ketiga kali ini pula harus pulang dengan tangan hampa. Tetap

kami tidak begitu kecewa karena kami tinggal menunggu hasil cetakan itu kering.

Tepatnya hari senin, 27 Juli 1998 usai sekolah Kak Kharis mengambil Kibaran Citra

Ambalan yang sudah selesai di cetak. Dan untuk pertama kalinya Kibaran Citra

diabadikan bersama anggota Dewan Ambalan masa bakti 1997/1998 pada jum’at

sore kali latihan 31 Juli 1998.

Bulan Agustus kami disibukkan dengan persiapan perjumsami yang

dilaksanakan tanggal 14 s.d 16 Agustus 1998. September, mendekati hari

pengukuhan banyak sesuatu yang harus dipersiapkan, dari mulai perlengkapan

Upacara sampai urut – urutannya Upacara itu sendiri. Di sini kami dituntut untuk

Page 14: Sejarah pengukuhan ambalan

dapat bekerja sama antara sesame anggota Dewan Ambalan baik kelas 2 maupun

kelas 1. Satu hal yang kami merasa sulit adalah saat latihan berjalan membawa

Kibaran Citra dan Sandi Ambalan dengan mengikuti irama gending. Satu peristiwa

yang menarik yang dialami oleh Kak Aris Sugianto dan kak Nurkhafifah. Mereka

berdua diserhi tugas untuk membawa Kibaran Citra Ambalan dengan memakai

pakaian adat Jawa. Pada saat mau berangkat salon mereka berpesan agar nanti

dijemput. Upacara dimulai pukul Sembilan sedangkan mereka berdua belum juga

pulang sementara Kak Wahidin dan Kak Teguh Adik Priono yang disuruh

menjemput juga tidak ada kabarnya. Salahnya ketika berangkat ke salon mereka

tidak memberitahu dengan jelas tempatnya sehingga yang menjemput harus bolak –

balik menjemput. Kak Aris dan Kak Nurkhafifah yang menunggu di salon,

menyadari waktu yang semakin siang memutusakan untuk pulang naik motor sendiri,

padahal ia memakai kain panjang. Sepanjang perjalanan orang – orang pada lihat

semua, mungkin orang – orang pada bingung melihat mereka yang berhias seperti

pengantin tetapi tapi menyetir motor sendiri. Jangan – jangan orang yang

menggangap kalian lari dari KUA……..????

Itu mereka sampai Upacara segera dimulai. Sandi Ambalan dibacakan oleh

Kak Kharis dan Kak Kristin. Gending yang mengiringi langkah kami adalah

“ gending Laras Moyo ”. setelah beberapa tahun dari kakak – kakak pendahulu kami

sampai pada kami berjuang untuk mengukuhkan Ambalan. Alkhamdulilah akhirnya

kami dapat mengukuhkan Nama Ambalan. Tepatnya pada hari Minggu, 20

September 1998 pukul 10.00 WIB Kak Sri Handanarwati Rahardjo dengan

didampingi Kak Masnuri, Kak Kuntoro, Kak Maspui dan Kak Echa Muslicha

mengukuhkan Sultan Ageng Tirtayasa sebagai nama Ambalan putra Gudep 08.109

dan Dewi Sartika sebagai nama Ambalan putrid Gudep 08.110 SMU N 1 Larangan

Brebes.

Sore harinya selesai melaksankan upacara pengukuhan dilanjutkan dengan

melaksanakan Musayawarah gugusdepan sekaligus seraj terima jabatan dari Pradana

masa bakti 1997/1998 Kak Kharispudin dan Kak Kristin Hastuti kepada Pradana

masa bakti 1998/1999 Kak Teguh Rahmat P. dan Kak Siti Hasanatul Umaroh.

Seiring itu pula berakhir sudah masa bakti kami selama satu periode. Tidak banyak

yang kami persembahkan untuk kemajuan Gudep tercinta ini. Oleh karena itu kami

atas nama Dewan Ambalan mas bakti 1997/1998 mohon maaf kepada kakak – kakak

pendahulu kami juga kepada adik – adik kami. Kepada rekan – rekan seangkatan

kami ucapkan terima kasih.

Page 15: Sejarah pengukuhan ambalan

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI DAN PERANGKAT AMBALAN

A. Stuktur Organisasi gugusdepan

Gugusdepan dibentuk atas dasar prakarsa masyarakat setempat melalui suatu

Musyawarah atau pertemuan.

Bagan Organisasi Gugusdepan :

B. Struktur Dewan Ambalan Penegak Gudep 08.109/110

Ambalan Penegak dibina oleh seorang Pembina Penegak dan seorang

Pembantu Pembina Penegak atas usul Dewan Ambalan Penegak. Dewan Ambalan

Penegaka disingkat menjadi Dewan Ambalan yang dipimpin oleh seorang ketua

dipanggil Pradana.

Bagan Srtuktur Dewan Ambalan :

Majelis PembimbingGugusdepan

GUGUS DEPANPembina Gugusdepan

AMBALAN PENEGAK1 Orang Pembina Penegak Putra dan putri1 Orang Pembantu Pembina Penegak Putra dan putridMaksimal 40 orang Penegak

SANGGA SANGGA SANGGA SANGGA

Pembina PenegakPembantu PembinaPenegak

Dewan Ambalan PenegakPradana/wakil Pradana

Keranai Juru Uang

Juru Giat Tek. Pram Lit. Bang Juru Adat

Pelaksana Harian

humas perlengkapan Lapangan Kesehatan,Keagamaan, Keamanan

Umum

Page 16: Sejarah pengukuhan ambalan

C. Sanggar Bakti

Sanggar Bakti adalah tempat berkumpul bagi seluruh anggota Ambalan pada

setiap kesempatan, juga tempat untuk menyimpan barang – barang milik

Ambalan.

D. Sandi Ambalan dan Sesanti Ambalan

1. Sandi Ambalan

Sandi Ambalan berupa karangan atau ungkapan bebas berisi kode kehormatan

dan gambaran pernyataan kata hati para Pramuka Penegak di suatu Ambalan.

Karena berbentuk karya sastra ( Puisi ) maka untuk dapat mengerti maksud yang

terkandung di dalamnya perlu penterjemahan yang bijaksana.

Sandi Ambalan diciptakan dengan tujuan agar para Pramuka Penegak dapat

menunjukan sikap positif dan kreatif dalam kehidupan sehari – hari. Lebih khusus

lagi bagi anggota Ambalan. Sandi Ambalan ini diciptakan agar anggota Ambalan

yang bersangkutan tahu apa yang menjadi cita – cita yang ingin dicapai oleh

Dewan Ambalan.

Hendaknya Sandi Ambalan ini diciptakan sendiri oleh Pramuka Penegak dan

diterima oleh anggota Ambalan yang bersangkutan. Setiap anggota Ambalan

berhak membuat Sandi untuk diusulkan pada Musyawarah Ambalan. Sandi

Ambalan yang terpilih ditetapkan menjadi milik Ambalan dan ditentukan saat

pembacaanya, antara lain dalam rangkaian acara Upacara Pembukaan dan

Penutupan Latihan.

1.1 Sandi Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa

Sandi Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa diciptakan oleh Kak Kuntoro. Beliau

lahir di Brebes, 13 September 1968 sebagai guru di SMU N 1 Larangan juga

sebagai pembina Gudep 08.109. senin, 14 September 1998 Ambalan meminta

beliau untuk mengarang Sandi Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa, dan beliau

menyanggupinya. Keesokan hari saat beliau baru berjaga dari tidur, beliau

tidak langsung bangkit tetapi tetap tinggal di tempat tidur sambil mengingat –

ingat apa saja yang telah beliau tulis semalam. Baru setelah menemukan ide

beliau bangkit dan membaca lagi baris demi baris. Ada beberapa kalimat yang

beliau ganti.

Lain hari saat beliau mau berangkat ke sekolah, saat sang istri sedang

disibukkan oleh ibu – ibu yang membeli beras, si kecil pingkan menangis.

Pada saat yang bersamaan muncul ide untuk menulis sehingga beliau tidak

membantu istrinya malah cepat – cepat mengambil kertas untuk menulis.

Page 17: Sejarah pengukuhan ambalan

Demi Ambalan beliau rela mengorbankan waktu sampai larut malam untuk

sekedar mencoretkan kalimat – kalimat Sandi Ambalan.

Sebenarnya banyak cerita yang mengiringi proses penciptaan Sandi Ambalan

Sultan Ageng Tirtayasa. Tetapi yang peril diketahui bukan hanya peristiwa –

peristiwa itu, melainkan lebih dalam lagi kita sebagai anggota Ambalan

hendaknya mengetahui dan melaksanakan amanat yang ingin disampaikan

oleh Kak Kuntoro melalui Sandi Ambalan ciptaanya itu. Cerita yang tertulis

tadi hanyalah sebagai payokan yang menandai munculnya gagasan untuk

menulis Sandi Ambalan.

Diharapkan dengan adanya sedikit cerita ini menjadi tahu bagaimana beliau

mencurahkan perhatian demi Ambalan ini. Begitupun bagi kita seharusnya

memperhatiakan dan tetap menjaga Ambalan ini tanpa adanya rasa terikat

pada sekolah kita ini. Artinya kita akan tetap ingat bahwa kita masih memiliki

Ambalan di SMU N 1 Larangan ini kapanpun dan di manapun. Dan dengan

membaca Sandi Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa kita kembali mengenang

perjuangan beliau saat mengusir penjajah dan kita kembali teringat Kak

Kuntoro sebagai pengarangnya.

Sandi ini selesai ditulis pada tanggal 18 September 1998. Hari itu juga konsep

Sandi Ambalan diserahkan kepada Kak Kharis untuk segera diketik pada

malam harinya. Tepat sehri sebelum pelaksanaan Upacara Pengukuhan Sandi

Ambalan telah siap dibacakan.

1.2 Sandi Ambalan Dewi sartika

Sandi Ambalan Dewi sartika ditulis oleh Bachtiar Imani atas permintaan

Ambalan melalui Kak Kristin ( adik beliau ). Beliau putra kelahiran Brebes,

11 Juni 1978. Suka dengan tulis – menulis puisi, makan pedas – pedas, juga

berorganisasi. Sekarang ini beliau masih kuliah di FKIP FISIKA UNS.

Selama di kampus banyak pengalaman berorganisasi yang belum miliki,

antara lain masih beliau ikuti adalah : sebagai Presidium HMJ P-MIPA

( 1998 – 2000 ), Dewan Mahasiswa ( 1998 – 2000 ) UNS, Kabid KPU HMI

cabang Surakarta. Sandi Ambalan yang dibuat beliau ciptakan ditulis

berdasarkan kepribadian serta perjuangan Dewi Sartika. Berikut ini kata –

kata beliau tentang dasar pemikiran Sandi :

“ …. Dewi Sartika dipandang sebagai sosok yang reformis yang berusaha

melakukan gerakan emansipasi wanita pada jamannya. Dengan segala daya

upaya, beliau berusaha melakukan peningkatan derajat wanita bangsa

Page 18: Sejarah pengukuhan ambalan

Indonesia. Semangatnya yang sangat besar dan berani melawan tantangan

kultural patut diteladani oleh kita, khususnya srikandi – srikandi Indonesia.

Maju terus pantang mundur, oejuang Bangsa ! Jangan mengalah sebelum

berjuang … !”.

Sandi Ambalan ini diselesaikan di Solo, di sela – sela kesibukan beliau

belajar, selain untuk Ambalan Sandi ini juga di persembahkan untuk adiknya,

Kak Kristin yang kebetulan pas ulang tahun yaitu tanggal 15 Juni 1998.

Sandi Ambalan yang dibacakan pada saat pengukuhan ditulis pada bilah – bilah

kayu tipis yang dibuat oleh Kak Irfai dan Kak Teguh Rahmat P.

2. Sesanti Ambalan

Sesanti adalah kalimat atau kata – kata ( biasa menggunakan bahasa

Sansekerta ) yang dijadikan sebagai semboyan yang akan dipegang oleh

anggota Ambalan.

2.1 Sesanti Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa

Pada awalnya Sesanti Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa adalah “ Rawe –

Rawe Rantas Malang – Malang Putung ” yang diusulkan oleh Kak Kharis.

Alasannya karena sesanti tersebut sesuai dengan perjuangan rakyat Banten di

bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa yaitu mengadakan perang “ Dadali ”

( Perang Penghabisan ). Namun kemudian diganti dengan adanya beberapa

usulan, antara lain :

1. Ambar Wijanarko dengan “ Suradira Jayaningrat Lebur Dining

Pangastuti” ( semua perbuatan yang jahat, bertentangan dengan kebenaran

akan hancur ).

2. Sunanto dengan “ Rastra Sewahotama ” ( sebagai abdi utama negara ) dan

“ Gining Praptidena ” ( Mengagungkan negara ),

3. Ali Imron dengan “ Wicaksaning Naya ” ( sifat kebijakan dalam segala

tindakan ), dan masih banyak lagi usulan dari rekan – rekan Bantara yang

tidak bisa kami tuliskan di sini.

Dalam rapat Ambalan yang dilaksanakan pada hari kamis,15 Januari 1998

ditetapkan sesanti Ambalan adalah “ Wicaksaning Naya ” yang diusulkan

oleh Kak Ali Imron dengan alas an sesanti tersebut samping memiliki arti

yang luas, kata – katanya singkat, mudah diingat dan diucapkan.

Page 19: Sejarah pengukuhan ambalan

2.2 Sesanti Ambalan Dewi sartika

Atas persetujuan anggota Ambalan maka ditetapkan :

“ Memayu Hayuning Bawono ” dikukuhkan sebagai Sesanti Ambalan

Dewi sartika. Sesanti ini diusulkan oleh Kak Sumaryono. Beliau sebagai

guru di SMU N 1 Larangan yang kebetulan hadir ketika sedang

dilaksanakan pertemuan kecil, 27 Pebruari 1998.

Page 20: Sejarah pengukuhan ambalan

BAB V

PENUTUP

A. Kesan – kesan

Kami merasa waktu yang ada terlalu cepat berlalu bagi kami sehingga tanpa

terasa satu tahun sudah terlewati. Selama kurun waktu 21 September 1997 sampai

dengan 20 September 1998 kami mengurus Dewan Ambalan ini. Banyak kesan

yang kami peroleh, baik selama latihan Pramuka maupun saat melaksanakan

kegiatan besar seperti Perjumsami dak kegiatan Pelantikan. Mungkin kesan yang

ada dalam benak kami. Ada rasa suka, duka, kadang juga merasa sedih sampai

harus menitikkan air mata. Terutama yang paling berkesan adalah saat

pengukuhan Ambalan. Semua itu telah menjadi kenangan bagi kami dan kami

jadikan satu pintalan cerita dalam buku ini.

B. Pesan – pesan

Meskipun Ambalan sudah terbentuk dan memiliki nama, namun perjuangan

belumlah usai. Dengan pengukuhan ini merupakan awal babak baru bagi adik –

adik yang akan memegang tampuk pimpinan. Apakah akan membawa Ambalan

ini terus maju dan berkibar dengan nama yang harum ? atau akan surut dan

tenggelam seiring kepergian kami. Jelasnya, maju atau mundurnya Ambalan ini

tergantung pada seluruh anggota Ambalan yang adik – adik pimpin.

Akhirnya kepada rekan – rekan seangkatan serta kepada adik –adik kami ucapkan

selamat dan terima kasih. Kepada Ka. Mabigus, Ka Gudep dan kakak – kakak

Pembina Gudep 08.109/110 SMU N 1 Larangan Brebes, kami atas nama seluruh

anggota Ambalan masa bakti 1997/1998 menyatakan penghargaan setinggi –

tingginya dan mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, perhatian serta

bimbingan yang telah diberikan selama ini. Semaoga apa yang telah kita capai

pada hari ini akan mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Kami ingin berpesan pada adik – adik juga diri kami sendiri, janganlah

mengembangkan sifat iri yang dapat menghancurkan diri sendiri dan organisasi.

Selamat bekerja selalu berpegang pada “ Wicaksaning Naya ” dan “ Memayu

Hayuning Bawono ”.

“ JAYA SULTAN AGENG TIRTAYASA, JAYA DEWI SARTIKA …. !”

Page 21: Sejarah pengukuhan ambalan

SURAT KEPUTUSAN

GERAKAN PRAMUKA GUDEP 08.109/110

SMU N 1 LARANGAN BREBES

NOMOR : 001/KPTS GP/1998

TAHUN 1998

TENTANGNAMA, LAMBANG, DAN KIBARAN CITRA AMBALAN GUGUSDEPAN 08.109/110

Ketua Gugusdepan Gerakan Pramuka 08.109/110 SMU N 1 Larangan :

Menimbnag : 1. Bahwa Gerakan Pramuka menggunkan berbagai macam tanda pengenal yang

dikenakan pada pakaian seragam Pramuka untuk member dorongan gairah, dan

semangat pada pemakainya sehingga mereka dapat melakukan tugas sesuai

dengan tanggung jawab dengan sebaik – baiknya serta meningkatkan

pengetahuan, kecakapan, kemampuan, dan pengalamanya.

2. Bahwa untuk mendorong maju, memberi semangat kebanggan bagi para Pramuka

Penegak Gugusdepan 08.109/110 SMU N 1 Larangan maka ditetapkan Lambang

Ambalan.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka;

2. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor: 080 Tahun 1998 Tentang Pola

Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega;

3. Keputusan Kwarda XI Jawa Tengah Nomor 19/KPTS/D.XI/79 tentang Tanda,

Lambang, Bendera, dan Kibaran Citra Ambalan Penegak dan Racana Pandega.

Memperhatikan : Saran, Usul, dan Pengajuan dari Dewan Ambalan Penegak Gudep 08.109/110

SMU N 1Larangan

Page 22: Sejarah pengukuhan ambalan

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

P e r t a m a : Nama Ambalan Penegak Gudep 08.109 adalah Sultan Ageng Tirtayasa dan

Ambalan Penegak 08.110 adalah Dewi Sartika.

K e d u a : Gambar Lambang Ambalan Gudep 08.109/110 berbentuk segi lima beraturan,

sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.

K e t I g a : Kibaran Citra Ambalan Gudep 08.109/110 berbentuk empat persegi panjang

berukuran 90 x 60 cm dengan rumbai di tepinya dan di dalamnya terdapat lambang

Ambalan.

K e e m p a t : Uraian Arti kiasan lambang Ambalan Gudep 08.109/110 seperti terlampir dalam

surat keputusan ini.

K e l I m a : Lambang Ambalan dipakai oleh anggota Ambalan di lengan kiri ± 6 cm di bawah

jahitan lengan baju seragam Pramuka dan pemakainya dengan upacara sederhana.

K e e n a m : keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dengan ketentuan apabila di

kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan pembetulan.

Ditetapkan di : Larangan

Pada tanggal : 20 September 1998

GERAKAN PRAMUKA

GUGUSDEPAN 08.109/110 SMU N 1 LARANGAN

K e t u a,

Drs. Sri Handanarwati Rahardjo

NIP 1 3 0 7 9 4 3 4 5

Page 23: Sejarah pengukuhan ambalan

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN GERAKAN PRAMUKA GUGUSDEPAN 08.109/110

NOMOR : 001/KPTS GP/98

TANGGAL : 20 September 1998

TENTANG : NAMA, LAMBANG, DAN KIBARAN CITRA AMBALAN GUDEP 08.109/110

AMBALAN GUDEP 08.109

I. NAMA

“SULTAN AGENG TIRTAYASA”

Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten yang ke – 6, lahir pada tahun 1631

M. Nama kecil beliau Abul Fath Abdul Fattah. Beliau tidak sombong,

berkepribadian kuat, tidak mau ikut – ikutan dan tidak mudah terpengaruh

lingkungan yang akan menjerumuskannya. Beliau bergelar “ Tirtayasa ” setelah

membangun istana Tirtayasa yang menjadi lambang kedaulatan Banten. Dengan

“ RAWE – RAWE RANTAS, MALANG – MALANG PUTUNG ” mengadakan

perang dadali berjuang mengusir VOC dari Banten. Sang Banteng dari Banten

ini wafat di penjara pada tahun 1683 oleh karena keserakahan putaranya sendiri,

yaitu Sultan Haji. Beliau belum berhasil, tetapi perjuangannya itu telah

memberikan inspirasi bagi generasi penerus. Karena perjuangannya, pemerintah

Indonesia menganugerahi Almarhum dengan Pahlawan Nasional.

II. BENTUK DAN MOTIF DALAM GAMBAR

1. Daun lambang Ambalan yang berbentuk segi lima melambangkan dasar

falsafah negara, yaitu Pancasila.

2. Berbentuk relief yang menyerupai bentangan alam melambangkan tempat

membina diri dan berbakti dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan di alam

terbuka.

3. Bintang yang bersudut lima melambangkan bahwa anggota Ambalan Sultan

Ageng Tirtayasa adalah insan yang berketuhanan Yang Maha Esa.

4. Bentuk segi tiga sama sisi melambangkan janji seorang pramuka ( Tri Satya )

yang akan dilaksankan secara selaras, serasi, dan seimbang.

5. Keris yang lurus dan bercahaya sebagai pusaka kebanggaan Sultan Ageng

Tirtayasa, melambangkan bahwa anggota Ambalan memiliki pandangan yang

lurus, suci, dan berwibawa serta mampu menjadi panutan bagi yang lain.

Page 24: Sejarah pengukuhan ambalan

6. Pagar api yang sepuluh lidah api melambangkan bahwa anggota Ambalan

Sultan Ageng Tirtayasa dalam berperilaku tidak akan menyimpang dari

batasan Dasa Darma.

7. Dua buah tunas kelapa yang berpasangan melambangkan keselarasan gerak

anggota Ambalan yang sedang membina dirinya sebagai makhluk pribadi,

social, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa menuju cita – cita bangsa yang

tinggi untuk kemudian mengabdikan dirinya ke dalam dan ke luar organisasi

Gerakan Pramuka.

8. Pita yang menghubungkan dua buah Merah Putih bertuliskan nama Ambalan

Sultan Ageng Tirtayasa, melambangkan bahwa anggota Ambalan akan terus

bersatu untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan Sang Merah Putih

dari berbagai ancaman.

III. WARNA

Makna warna – warna yang dipakai dalam lambang Ambalan sesuai dengan

penggunaanya adalah sebagai berikut :

1. Hitam bermakna : Kesungguh – sungguhan /keteguhan/keabadian.

2. Biru bermakna : Persahabatan/pengabdian/ketaatan/udara.

3. Kuning bermakna: kesejahteraan/kebesaran/keagungan/kebijaksanaan

/kejayaan/kecerdasan.

4. Merah bermakna : keberanian/dinamika/kasih sayang.

5. Putih bermakna : kemurnian/kejujuran/keprasajahan/kebersihan/kesucian

Kewajiban.

6. Cokelat bermakna : kekuatan/stabilitas.

IV. SESANTI

Sesanti Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa “ WICAKSANING NAYA ”, yang

memiliki arti selalu bertindak bijaksana dalam segala kegiatan.

V. ARTI KESELURUHAN

Bahwa Ambalan Sultan Ageng Tirtayasa bertekad akan terus membina diri,

berlatih dan berkarya di alam terbuka agar menjadi manusia yang kuat fisik dan

mental, yang selanjutnya mampu memberikan teladan bagi yang lain sesuai

dengan Dasa Darma yang diamalkannya untuk melaksankan darma baktinya ke

dalam dan di luar organisasi Gerakan Pramuka, serta mengabdikan diri kepada

bangsa dan negara Republik Indonesia dengan terus memupuk rasa persatuan

Page 25: Sejarah pengukuhan ambalan

dan kesatuan, ikut membangun dan mempertahankan Sang Merah Putih seabagai

lambang kedaulatan tanpa rasa takut.

AMBALAN GUDEP 08.110

I. NAMA

“ DEWI SARTIKA ”

Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Jawa Barat tanggal 4 Desember 1884.

Beliau lahir dari pasangan R. Rangga Somanagara dengan R. A Raja Permas.

Cita – cita beliau, mendidik anak – anak gadis agar kelak menjadi ibu rumah

tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes dan terampil. Tahun 1905 beliau

mendirikan “ Sekolah Istri ” atas bantuan kakeknya R. A. A. Martanegara dan

den Hamer, seorang inspektur di kantor pengajaran. Tahun 1910 sekolah ini

berganti nama “ Sekolah Kautaman Istri ”. bilau bersama suaminya, R.

Kanduruan Agah Suriawinata bahu – membahu mendirikan sekolah kautaman

istri. Atas jasa – jasanya, pada tahun 1922 pemerintahan Belanda

menganugerahkan bintang perak kepada beliau. Beliau wafat dalam usia 63

Tahun. Tepatnya pada hari kamis,11 September 1947 pukul 09.00 di rumah sakit

Cinean, jenazahnya dimakamkan di Cinean, dan pada tahun 1951 makam beliau

dipindahkan ke makam keluarga Bupati di jalan karanganyar. Beliau mendapat

gelar pahlawan Kemerdekaan Nasional, sesuai dengan SK Presiden RI No. 252

tanggal 1 Desember 1966.

II. BENTUK DAN MOTIF DALAM GAMBAR

1. Daun lambang Ambalan yang berbentuk segi lima melambangkan dasar

falsafah negara, yaitu Pancasila.

2. Berbentuk relief yang menyerupai bentangan alam melambangkan tempat

membina diri dan berbakti dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan di alam

terbuka.

3. Bintang yang bersudut lima melambangkan bahwa anggota Ambalan Dewi

Sartika adalah insan yang berketuhanan Yang Maha Esa.

4. Bentuk segi tiga sama sisi melambangkan janji seorang pramuka ( Tri Satya )

yang akan dilaksankan secara selaras, serasi, dan seimbang.

5. Buku dan pena melambangkan perjuangan Dewi Sartika dalam rangka

mendidik anak – anak gadis priyayi pada zamannya, dan perjuangannya ini

akan dilanjutkan oleh anggota Ambalan Dewi Sartika.

Page 26: Sejarah pengukuhan ambalan

6. Dua tangkai binga melati dengan kelopak bunga yang berjumlah sepuluh,

melambangkan sepuluh butir kode moral pramuka yang luhur, yang harum

seperti halnya bunga melati yang putih dan akan menjadi pandangan bagi

seluruh anggota Ambalan Dewi Sartika.

7. Dua buah tunas kelapa yang berpasangan melambangkan keselarasan gerak

anggota Ambalan yang sedang membina dirinya sebagai makhluk pribadi,

social, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa menuju cita – cita bangsa yang

tinggi untuk kemudian mengabdikan dirinya ke dalam dan ke luar organisasi

Gerakan Pramuka.

8. Pita yang menghubungkan dua buah Merah Putih bertuliskan nama Ambalan

Dewi Sartika, melambangkan bahwa anggota Ambalan akan terus bersatu

untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan Sang Merah Putih dari

berbagai ancaman.

III. WARNA

Makna warna – warna yang dipakai dalam lambang Ambalan sesuai dengan

penggunaanya adalah sebagai berikut :

1. Hitam bermakna : Kesungguh – sungguhan /keteguhan/keabadian.

2. Biru bermakna : Persahabatan/pengabdian/ketaatan/udara.

3. Kuning bermakna: kesejahteraan/kebesaran/keagungan/kebijaksanaan

/kejayaan/kecerdasan.

4. Merah bermakna : keberanian/dinamika/kasih sayang.

5. Putih bermakna : kemurnian/kejujuran/keprasajahan/kebersihan/kesucian

Kewajiban.

6. Cokelat bermakna : kekuatan/stabilitas

IV. SESANTI

Sesanti Ambalan Dewi Sartika adalah “ MEMAYU HAYUNING BAWONO ”

tyang berarti selalu menjaga keindahan alam, menjaga perdamaian dunia.

V. ARTI KESELURUHAN

Bahwa Ambalan Dewi Sartika bertekad akan terus membina diri, berlatih dan

berkarya di alam terbuka agar menjadi manusia yang kuat fisik dan mental, yang

selanjutnya mampu memberikan teladan bagi yang lain sesuai dengan Dasa

Darma yang diamalkannya untuk melaksankan darma baktinya ke dalam dan di

luar organisasi Gerakan Pramuka, serta mengabdikan diri kepada bangsa dan

negara Republik Indonesia dengan terus memupuk rasa persatuan dan kesatuan,

Page 27: Sejarah pengukuhan ambalan

ikut membangun dan mempertahankan Sang Merah Putih seabagai lambang

kedaulatan tanpa rasa takut.

SANDI AMBALAN SULTAN AGENG TIRTAYASA

GUDEP 08.109 SMU N 1 LARANGAN BREBES

Terlajir seorang satria gagah perkasaJujur, rendah hati dan berbudi luhurPemimpin yang cita – citanya tak pernah padamBerdiri kokoh di tengah badaiBerbekal keyakinan akan kebenaranMengusir kebatilan’

Perwira bangsa agung laksanaTeguh dalam pendirianSekali tapak satu kehendakBerbakti dan mengabdiTanah air bumi pertiwi

Wilwatikta persadaMengharap pada tunas muda bangsaPengalaman dasa darma dan tri satyaBerstu paduMengangkat laksa, karkat dan martabatInsan yang taat dan bertaqwaKepada agama dan Tuhannya SANDI AMBALAN DEWI SARTIKASelamat sentausa GUDEP 08.110 SMU N 1 LARANGAN BREBESBahagia dunia akhirat.

Dalam semangat juang di dadaMenjunjung tinggi kebenaranBertekad …..Mengisi pembangunan Republik iniDengan segala daya kekuatan yang dipunyaAtas berkat Allah yang mahakuasaNiat hati mantap membelanyaDengan kelemahan lembutanEndah prasetya tan manunggalWanita utama luhur budinyaIkrar setia pada NegaraSemangat dasa darmaAtaupun jiwa Tri SatyaRekat bersatuTanpa memandang BhinekaIkrar teguh mengisi kemerdekaanKarya agung bangsa berwibawaAlam Bhineka Tunggal Ika