Upload
irulhana
View
1.533
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
SELAMAT DATANG DI PRESENTASI KAMI:“RADEN MAS IRUL”
“KANG MAS UMAM”
ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH
1
Pengertian saddu dzari’ah secara etimologis dan terminologi
•Secara etimologisKata sadd adz-dzari’ah ( الذريعة (سد merupakan bentuk frase (idhafah) yang terdiri dari dua kata,
yaitu sadd (د� �ع�ة) dan adz-dzari’ah(س� Secara .(الذ�ر�ي etimologis, kata as-sadd(د� � (الَّس merupakan kata benda abstrak (mashdar) dari د�ا س� د� �َّس ي �د Kata as-sadd tersebut berarti menutup sesuatu yang cacat atau rusak .س�dan menimbun lobang. Sedangkan adz-dzari’ah(ع�ة� merupakan (الذ�ر�ي kata benda (isim) bentuk tunggal yang berarti jalan, sarana (wasilah)dan sebab terjadinya sesuatu. Bentuk jamak dari adz-dzari’ah (ع�ة� (الذ�ر�يadalah adz-dzara’i(ع� اِئ Karena .(الذ�ر� itulah, dalam beberapa kitab usul fikih, seperti Tanqih al-Fushul fi Ulum al-Ushul karya al-Qarafi, istilah yang digunakan adalah sadd adz-dzara’i.
•Secara terminologiMenurut al-Qarafi, sadd adz-dzari’ah adalah memotong jalan
kerusakan (mafsadah)sebagai cara untuk menghindari kerusakan tersebut. Meski suatu perbuatan bebas dari unsur kerusakan (mafsadah), namun jika perbuatan itu merupakan jalan atau sarana terjadi suatu kerusakan (mafsadah), maka kita harus mencegah perbuatan tersebut. Dengan ungkapan yang senada, menurut asy-Syaukani, adz-dzari’ah adalah masalah atau perkara yang pada lahirnya dibolehkan namun akan mengantarkan kepada perbuatan yang dilarang (al-mahzhur).
Kehujjahan Sadd Adz-Dzari’ah
2•Firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 108:
..… األية بغيرعلم الله دون من يدعون [2]والتَّسبواالذينArtinya:“Dan jangan kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah,karena mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”.(QS.Al-An’am:108)•Hadist Rosulullah SAW.antara lain: , ” : , أبا يَّسب نعم والديه؟قال الرجل يشتم وهل الله يارسول قالوا والديه الرجل الكباِئرشتم من
) ( , وأبوداود ومَّسلم البخاري رواه أمه فيَّسب أمه ويَّسب أباه أباالرجل فيَّسب [3]الرجلArtinya:“Sesungguhnya sebesar-besar dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya.Lalu Rosulullah SAW.ditanya,Wahai Rosulullah ,bagaimana mungkin seseorang akan melaknat ibu dan bapaknya.Rosulullah SAW.menjawab,”Seseorang yang mencaci maki ayah orang lain,maka ayahnya juga akan dicaci maki orang lain,dan seseorang mencaci maki ibu orang lain,maka orang lain pun akan mencaci maki ibunya”.(HR.Bukhari,Muslim,dan Abu Dawud).
Ulama’ Hanafiyah,Syafi’iyah,dan Syi’ah dapat menerima sadd al-dzari’ah Dalam memandang dzari’ah, ada dua sisi yang
dikemukakan oleh para ulama’ ushul: Motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu. Contohnya, seorang laki-laki yang menikah dengan
perempuan yang sudah ditalak tiga oleh suaminya dengan tujuan agar perempuan itu bisa kembali pada suaminya yang pertama.Perbuatan ini dilarang karena motivasinya tidak dibenarkan syara’.
Dari segi dampaknya(akibat), Contohnya, seorang muslim mencaci maka
sesembahan orang,sehingga orang musyrik tersebut akan mencaci Allah.Oleh karena itu,perbuatan seperti itu dilarang
3
Macam –Macam Saddu Dzari’ah
Saddu Dzari’ah dari Segi Kualitas Kemafsadatan
Saddu Dzari’ah dari Segi Kemafsadatan yang Ditimbulkan
4
Pendukung dan penentang Saddu Dzari’ah
> Pendukung : hanafiyah, syafi’iyah, Abu Hanifah dan syi’ah
> Penentang : Ahmad bin hambal, Imam Malik dan mazhab Zahiri (Ibnu Hazm).
5
Tidak semua ulama sepakat dengan sadd adz-dzariah sebagai metode dalam menetapkan hukum. Secara umum berbagai pandangan ulama tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
1) yang menerima sepenuhnya 2) yang tidak menerima sepenuhnya 3) yang menolak sepenuhnya
6
Unsur-unsur Saddu Dzari’ah
Sadd Dzari’ah, hukumnya ada 2, yaitu
boleh berdasarkan nash, dan tidak boleh karena menghindari kemafsadatan.
Mafsadat Ghoyah(tujuan)
7
Contoh-contoh Saddu Dzari’ah ”. Apabila niat sebelum dan sesudah akad itu
baik, maka tidak هakan merusak akad tersebut, sebaliknya apabila niat sebelum dan sesudahnya itu tidak ditempatkan pada tempatnya maka niat tersebut akan merusak akad yang dilakukan. Imam syafi’I berkata: apabila tidak ada niat yang merusak بيع dan ح maka tidak akan rusak نكاkeduanya, karna عقد yang dilakukan adalah benar. Contoh lain adalah Ada perbuatan yang dilarang secara langsung dan ada yang dilarang secara tidak langsung. Yang dilarang secara langsung, ialah seperti minum khamar, berzina dan sebagainya.
8
9
Mangan kupat campur santenmenawi lepat
nuwun ngapunten..
10
Matur Agunging Panuwun nggeh????
Penulis
Ingkang Pungkasan