13
PSIKOLOGI KEREKAYASAAN Tugas Mata Kuliah : Psikologi Industri dan Organisasi Nama Dosen : Ibu Laila Meiliyandrie I Wardani, PhD Nama Penyusun : Aviza Ananta Bhakti Heggi Aditya Lailatus Sifa FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA

Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

Tugas Mata Kuliah :

Psikologi Industri dan Organisasi

Nama Dosen :

Ibu Laila Meiliyandrie I Wardani, PhD

Nama Penyusun :

Aviza Ananta Bhakti

Heggi Aditya

Lailatus Sifa

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2014

Page 2: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

psikologi kerekayasaan (engineering psychology)

Menurut Chapanis, psikologi kerekayasaan terutama memprerhatikan penemuan dan penerapan

informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan,

dan lingkungan kerja.

Chapanis selanjutnya mengatakan bahwa kerekayasaan factor manusia pada umumnya

dipandang sebagai satu istilah umum untuk bidang yang memperhatikan:

a) Unjuk kerja, perilaku manusia, dan pelatihan dalam sistem mesin-manusia

b) Rancangan dan pengembangan diri sistem mesin-manusia

c) Penelitian medis dan biologis yang berkaitan dengan sistem

Tugas psikologi kerekayasaan memandang pekerjja sebagai suatu konstanta psikologis dan

biologis yang mengandung banyak kecakapan dan keterbatasan yang ditentukan oleh

pembawaan.

Tugas psikologi kerekayasaan ialah mengubah

a) Mesin-mesin dan alat-alat yang digunakan manusia dalam pekerjaannya, atau

b) Lingkungannya tempat ia bekerja, untuk membuat pkerjaannya lebih sesuai dengan

manusia

Singleton memiliki pandangan yang serupa dengan Chapanis dalam arti bahwa ergonomika-

teknologi dari rancangan kerja didasarkan pada ilmu-ilmu biologi manusia: anatomi, fisiologi,

dan psikologi.

Page 3: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

PENDAHULU PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

1. Manajemen Ilmiah

Pekerjaan dari Frederick W. Taylor, yang menekankan efisiensi dalam melakukan tugas

pekerjaan, yang membuat berbagai macam peralatan yang disesuaikandengan bentuk

dan berfungsinya anggota badan merupakan pendahulu dari psikologi kerekayasaan.

2. Analisa Waktu dan Gerak

Dengan menganalisi gerak tangan dan gerak lengan dari tukang pasang batu tembok

Gilberth mengurangi gerak yang tidak prlu dan berhasil meningkatkan pemasangan batu

bata dalam satu jam dari 120 bata sampai 350 bata.

3. Kondisi Kerja

Penelitian lain yang merupakan pendahulu psikologi kerekayasaan ialah penelitian

eksperimental yan dilakukan tentang lingkungan kerja fisik. Penelitian di Hawthorne,

dekat Chicago (Amerika Serikat), yang dilakukan oleh para ilmuean dari Universitas

Harvard di pabrik yang besar dari Western Electric Company bertujuan untuk

mengetahui dampak dari cahaya penerangan terhadap produktivitas. Dari hasil-hasil

penelitian ditemukan bahwa produktivitas bukan hanya merupakan gejala keteknikan

saja, tapi juga merupakan gejala sosial.

KONDISI KERJA

1.       Kondisi Fisik Kerja.

Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan,

lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara dan cahaya yang menimpa meja kerja atau

ruang kerja seorang tenaga kerja.

a)   Iluminasi (penerangan).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity) cahaya,

distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari iluminasi ialah

distribusidari cahaya dalam kamar atau daerah kerja. Untuk pekerjaan tertntu diperlukan kadar

cahaya tertentu sebagai peenerangan.

Page 4: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

b)  Warna.

Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau kombinasi

warna yang tepat untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di pabrik. Hal ini tidaklah

berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:

Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras warna

(Suyatno, 1985).

Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata(Schultz, 1982). Setiap warna berbeda

dalam kemampuan pantulan cahayanya.

Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja (Schultz, 1982),

yang memiliki efek psikologis (Suyatno, 1985).

Warna Efek jarak Efek suhu Efek psikis

Biru Jauh Sejuk Menenangkan

Hijau Jauh Sangat sejuk Sangat menenangkan

Merah Dekat Panas Sangat mengganggu

Orange Sangat dekat Sangat panas  merangsang

c)   Bising (noise).

McCormick menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari

Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi

atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan

tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.

Tingkat-tingkat kerasnya suara atu bunyi tertentu dapat merupakan ancaman bagi

pendengar. Menurut Schultz (1982) seorang pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pad

tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang lama pasti akan menderita kehilangan

pendengaran tertentu.

Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:

a) Timbulnya perubaha fisiologis. orang-orang yang mendengar bising pada tingkat 95-110

desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-

pupil mata dan bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut

mengakibatkan sakit jantung juga meningkatkan ketegangan otot.

Page 5: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

b) Adanya dampak psikologis. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising

lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja

dalam lingkungan yang lebih sepi.

McCormick menyimpulkan bahwa terdapat ‘’bukti’’ bahwa bising:

a) Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja.

b) Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja.

c) Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.

Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara:

a) Mengurangi bunyi mesin, dengan cara membuat mesin-mesin yang lebih halus suaranya,

dengan meredam suara dari mesin-mesin.

b) Memasang dinding yang kedap suara.

c) Mengharuskan para karyawan memakai alat pelindung pendengaran, misalnya dengan

menggunakan kapas penutup telinga,atau lat penutup telinga (ear plugs).

d)  Musik dalam bekerja.

Sejak tahun 1940-an banyak perusahaan di Amerika Serikat mulai memperdengarkan music

yang mengiri, sebagai latar belakang karyawan bekerja. Sebagaimana halnya dengan warna,

banyak yang berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja dapat meningkatkan

produktivitas karyawannya. Hasil penelitian tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang hal ini.

Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak

banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja.

Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana,

rutin dan monoton, sedangkan pad pekerjaan yang lebih majemuk dan memerlukan konsentrasi

yang tinggi pad pekerjaan, pengaruhnya dapat menjadi sangat negatif.

Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan

sebagai berikut:

1.   Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan efek

menguntungkan pada pikiran.

Page 6: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

2.   Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan lain

yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.

3.   Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras.

4.   Musik bernada meriah diperdengarkan secar singkat pada awal hari, permulaan kerja, untuk

membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada akhir hari, dan empat kali masing-masing

selama setengah jam diperdengarkan musik ringan ditengah hari.

5.   Tempo musik janga terlalu lambat (slow) tetapi juga janga terlalu cepat.

2.       Kondisi Lama Waktu Kerja

a)   Jam kerja.

Jumlah jam kerja diIndonesia umumnya adalah 40jam. Ada organisasi kerja yang membagi

40jam kerja kedalam 6hari kerja. Ada juga yang membaginya kedalam 5hari jam kerja. Hasil

penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara jam-jam kerja nominal dan

aktual. Jika jam kerja nominal ditambah maka jam kerja aktual malahan menurun. 

b)  Kerja paro-waktu tetap.

Menurut Schultz (1982) mempekerjakan paro waktu menarik bagi:

Orang-orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.

Orang-orang yang cacat jasmaniah, yang menghadapi masalah mobilitas yaitu masalah

pergi dan pulang dari tempat kerja.

Orang-orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.

Orang-orang yang memang tidak bersedia bekerja selama 40 jam per minggu kerja di

kantor atau di pabrik.

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda yang menyukai gaya

hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan bekerja paro waktu. Mereka senang dengan

peluang untuk bekerja paro-waktu karena, disamping mendapatkan tambahan penghasilan,

dapat memenuhi kebutuhan mereka akan aktivitas yang bermakna.

c)   Empat hari minggu kerja.

Dengan 4 hari kerja per minggu mereka harapkan akan terjadi peningkatan pada

produktivitas dan efisiensi pekerja dan pengurangan dari jumlah absensi tenaga kerja. Dari

hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, secara keseluruhan, penerapan 4 hari kerja per

minggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) meruakan suatu keberhasilan, namun bukan tanpa

Page 7: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya sedikit penuruna dari penerapan4 hari kerja

per minggu, digantikan dengan pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur.  

d)  Jam kerja lentur.

Ternyata penerapan jam kerja lentur berhasil dan memberikan beberapa keuntungan.

Kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk jauh lebih berkurang, malah pada kasus-kasus

tertentu sudah tidak merupakan masalah lagi.para tenaga kerja tiba di tempar kerja dengan

perasaanyang lebih tenang dan dapat segera di mulai  bekerja.

Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan jadwal jam kerja lentur

menunjukkan keuntungan berikut:

Produktivitas naik pada hampir separo dari perusahaan-perusahaan.

Angket absensi berkurang pada lebih dari 75% dari perusahaan-perusahaan.

Keterlambatan datang berkurang 84% dari perusahaan-perusahaan.

Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari perusahaan-

perusahaan.

Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hampir semua perusahaan.

4. Sistem Mesin-Manusia

Pada permulaan perang dunia II para sarjana psikologi kerekayasaan bersibuk diri

dengan masalaj-masalah rancangan peralatan. Keadaan ini berkembang menjadi lebih luas

dengan melihat manusia tenaga kerja sebagai komponen tidak terpsisahkan dari komponen

mesin dalam satu sistem.

Sistem Mesin-Manusia adalah sistem dimana kedua komponen harus bekerja sama

untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen (komponen manusia saja, atau

komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen yang lain sebagai pelengkapnya.

Ada dua macam sistem mesin manusia, yaitu sistem mesin manusia yang ber-ikal-

terbuka dan yang ber-ikal-tertutup (open-loop dan closed-loop men-macinesystem).

Pada ikal terbuka suatu masukan memasuki titik tertentu, membuat suatu mekanisme

kembali bekerja, dan terjadilah suatu kegiatan tertentu. Misalnya sistem alat pengaman

kebakaran (overhead sprinkler system) yang kita temukan dalam ruang-ruang gedung

bertingkat. Sedangkan sistem ikal tertutup sebaliknya, merupakan sistem yang dapat mengatur

diri sendiri. Misalnya ruangan dengan sistem pendingin (AC dengan alat termostat). Sistem

mesin manusia yang ber-ikal-tertutup lebih efisien dari pada sistem ber-ikal-terbuka. Tugas

Page 8: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

dalam merancang sistem mesin manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk

menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan,

peragaan pendengaran atau peragaan perabaan.

       Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang ruang kerja

(work space).

5. Penyajian Informasi

            Dalam merancang konstruksi mesin, yang pengaruhnya besar terhadap efisiensi kerja,

ialah keputusan yang harus di ambil tenteng perga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan

atau pendengaran) sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia serta bagaimana

bentuk peraga tersebut. Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia

tergantung pada :

a. Jenis informasi yang harus di alihkan

b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan

c. Lokasi dari tenaga kerja

d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi

e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata)

6. Fungsi-fungsi kendali

            Dalam kebanyakan sistem mesin manusia, operator menerima informasi melalui

beberapa alat indranya, mengolah informasi ini dengan berbagai macam cara, untuk kemudian

mengambil suatu tindakan. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui suatu kendali, misalnya

suatu tombol, kenop, engkol atau oengungkit. Hasil penelitian dan pengalaman menunjukan

bahwa dengan cara apa alat-alat kendali dirancang dapat mempunyai dampak yang penting

terhadap kecepatan dan kecermatan tindakan tenaga kerja dalam mengoperasikan mesin.

Dengan kata lain jika alat kendali kurang tepat dapat saja tenaga kerja kurang cepat atau kurang

cermat menggunakan alat kendali tersebut sehingga memberikan akibat yang merugikan.

Page 9: Psikologi kerekayasaan lailatus sifa

KESIMPULAN

psikologi kerekayasaan (engineering psychology) Memperhatikan penemuan dan penerapan

informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan

dan lingkungan kerja.

Kenyamanan seorang tenaga kerja dalam ruangan tergantung pada bagaimana kita menerapkan

konsep yang senyaman mungkin. Dari mulai tatanan meja, pencahayaan yang normal hingga

music.

Jam kerja yang pas juga menentukkan kenyaman seorang tenaga kerja. Agar tenaga kerja tidak

terlalu lelah dalam berkerja, maka dari itu waktu jam kerja dapat diatur agar kondisi tenaga

kerja tetap fresh.

DARFTAR PUSTAKA

munandar, a. s. (2001). psikologi industri dan organisasi. jakarta: penerbit universitas indonesia.