Upload
lelyjs
View
163
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL SKRIPSI
PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING
TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS X
SMK NEGERI 7 SEMARANG TEKNIK KONSTRUKSI BATU
BETON TAHUN AJARAN 2014/2015
Diajukan dalam rangka untuk memenuhi persyaratan
melakukan penelitian skripsi
Disusun Oleh :
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
Nama : Laely Julitasari
NIM : 5101411048
Program Studi : Pendidikan Teknik Bangunan, S1
I. Judul Proposal
Proposal ini berjudul: “PENERAPAN METODE SNOWBALL
THROWING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG
KELAS X SMK NEGERI 7 SEMARANG TEKNIK KONSTRUKSI
BATU BETON TAHUN AJARAN 2014/2015”
II. Pendahuluan
2.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses yang kompleks, berbagai aspek
kehidupan dikembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran.
Berbagai masalah dalam proses belajar perlu diselaraskan dan distabilkan
agar kondisi belajar tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta
dapat diperoleh semaksimal mungkin. Untuk melengkapi komponen
belajar dan pembelajaran di sekolah, sudah seharusnya guru
memanfaatkan media atau alat bantu yang mampu merangsang
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam keseluruhan proses pendidikan sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik. Muhibbin (20017:63) mengungkapkan bahwa
“Seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh
munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif.
Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat
mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang
konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak)”
SMK Negeri 7 Semarang merupakan salah satu sekolah negeri
kejuruan yang mempunyai input atau masukan siswa yang cukup
berprestasi. Salah satu prestasi yang didapatkan yaitu SMK Negeri 7
Semarang meraih juara harapan tingkat nasional sebagai Sekolah
Pengembang PAI. Prestasi ini cukup membanggakan bagi SMK Negeri 7
Semarang dan tentunya didorong dengan adanya siswa berprestasi.
Setiap siswa berhak mempunyai kemampuan dan keahlian pada
bidangnya masing-masing, namun setiap siswa juga mempunyai daya
tangkap yang berbeda-beda. Oleh karena itu di dalam kelas terdapat
kelompok siswa yang pandai dan kelompok siswa yang kurang pandai.
Agar materi yang disampaikan dapat dipahami semua siswa dan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik maka dibutuhkan metode pembelajaran
yang tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas X TKBB masih
metode konvensional. Metode ini menempatkan guru sebagai sumber ilmu
pengetahuan dan peran siswa dalam kelas sebagai kelompok pasif,
sehingga kurangnya interaksi guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Apabila masalah ini dibiarkan maka siswa yang kurang pandai akan sulit
untuk mengikuti pelajaran dan siswa tersebut akan belajar lebih keras
untuk dapat mengikuti materi berikutnya.
Agar pemahaman antar siswa terhadap materi yang diberikan dapat
maksimal, maka perlu penerapan metode pembelajaran yang fariatif, siswa
dituntut aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Pada kurikulum 2013 siswa
dituntut untuk dapat belajar mandiri dan aktif. Dibuktikan dengan
diterapkannya 5M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi,
dan Mengkomunikasikan) pada praktik pembelajaran, siswa dituntut untuk
dapat aktif dalam mencari dan memecahkan permasalahan yang ada di luar
sesuai bidang keahliannya masing-masing.
Mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung merupakan salah satu mata
pelajaran pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik (siswa) jurusan
Teknik Konstruksi Batu Beton di SMK Negeri 7 Semarang, karena materi-
materi Ilmu Bangunan Gedung adalah materi yang hubungan dengan
konstruksi bangunan dan mata pelajaran yang berkaitan dengan mata
pelajaran lainnya. Apabila siswa tidak atau kurang memahami materi Ilmu
Bangunan Gedung maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran pengembangan salanjutnya yang berhubungan dengan konstruksi
bangunan.
Pondasi merupakan materi baru yang belum pernah didapat di
jenjang pendidikan sebelumnya. Penggunaan metode pembelajaran yang
tepat akan membantu siswa mengenal dan memahami materi pondasi.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata
pelajaran Ilmu Bangunan Gedung dengan kompetensi dasar macam-
macam pondasi berdasarkan daya dukung tanah dan penerapan pondasi
adalah model pembelajaran snowball throwing.
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual
(CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju
bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajarang dengan
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk
bola kemudian dilemparkan secara bergilir (Widyatun, 2012).
Snowball throwing yang dilakukan dalam kelompok dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi dan
permasalahan mengenai pondasi, karena konsep dari snowball throwing
siswa membuat pertanyaan mengenai permasalahan pondasi kemudian
pertanyaan tersebut dituliskan pada kertas untuk diberikan kepada teman
yang lain. Setiap siswa diberi tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan
yang mereka dapatkan dari siswa lain. Dalam metode Snowball Throwing,
guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam melatih ketrampilan
siswa untuk menyimpulkan materi atau informasi yang mereka peroleh
dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Selain itu siswa diajarkan
untuk berpengalaman melalui pembelajaran dengan proses saling berkaitan
dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik social, pengetahuan,
dan lingkungan sekitar.
Menurut Muhibbin (2007:118) “perubahan yang terjadi dalam proses
belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan.” Siswa
menyadari akan adanya perubahan yang dialami sekurang-kurangnya
siswa merasakan adanya perubahan pada dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan tertentu, ketrampilan dan
lainnya
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENERAPAN METODE SNOWBALL
THROWING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS
X SMK NEGERI 7 SEMARANG PROGRAM STUDI TEKNIK
KONSTRUKSI BATU BETON TAHUN AJARAN 2014/2015”
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uaraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan
penulis kaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah model Snowball Throwing dapat meningkatkan keaktifan siswa
pada mata pelajaran Ilmu Banguan Gedung kelas X SMK Negeri 7
Semarang?
2. Apakah model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 7 Semarang?
2.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas X program studi Teknik
Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang melalui penggunaan
model Snowball Throwing.
2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas X program studi Teknik
Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang melalui penggunaan
model Snowball Throwing.
2.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku
kuliah serta dapat digunakan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Teknik Bangunan di Universitas Negeri Semarang.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2) Meningkatkan hasil belajar dan menambah pemahaman siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
3) Menumbuhkan minat belajar siswa .
c. Bagi Guru
Membantu guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
d. Bagi Sekolah
1) Bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran di
SMK Negeri 7 Semarang.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.5 Batasan Masalah
Agar permasalahan menjadi efektif jelas dan terpusat serta tujuan
penelitian dapat tercapai, maka penelitian ini dibatasi pada upaya
mengetahui keaktifan siswa, dan peningkatan hasil belajar melalui model
pembelajaran snowball throwing. Penelitian ini akan dilakukan pada mata
pelajaran Ilmu Bangunan Gedung kelas X Program Keahlian Teknik
Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang Tahun ajaran 2014/2015.
Batasan masalah diterapkan untuk menghindari perkembangan
permasalahan yang terlalu luas. Batasan masalah dalam penelitian ini
meliputi :
1) Keaktifan siswa dalam penelitian ini dibatasi pada 5M (Mengamati,
Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan)
melalui penggunaan metode pembelajaran snowball throwing.
2) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Ilmu Bangunan
Gedung kelas X SMK Negeri 7 Semarang.
2.6 Sistematika Skripsi
Secara garis besar penulisan skripsi ini dibagi ini menjadi 3
bagian yaitu bagian awal, isi, dan bagian akhir
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi meliputi: judul, abtrak, lembar pengesahan,
motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi
Isi skripsi disajikan dalam lima bab dengan beberapa sub bab
pada tiap babnya.
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi gambaran mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Bagian ini mengemukakan tentang landasan teori yang
mendukung dalam pelaksanaan penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian dan
teknik pengumpulan data.
BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada bab ini mencakup analisis data penilitian serta
pembahasannya.
BAB V : Penutup
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan.
3. Bagian akhir
Bagian akhir skripsi berisikan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
III. Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis
3.1 Konsep Belajar
Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Menurut Hamalik (2003:28) mengemukakan bahwa “belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan”. Didalam interaksi antar individu dengan lingkungan maka
terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Sardiman (2008:20) juga mengungkapkan bahwa “belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lainnya”. Dilanjutkan menurut Pidarta
(2007:206) berpendapat bahwa “belajar adalah perubahan perilaku yang
relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan,
pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.
Menurut Muhibbin (2007:63) berpendapat bahwa “Belajar merupakan
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti,
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri”
Belajar tidak hanya melakukan perubahan pada diri manusia tetapi
belajar memiliki tujuan harus dicapai. Sehingga pada saat manusia
mengalami proses belajar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar
proses belajar yang dilakukan mampu mengubah tingkah laku menjadi lebih
baik.
Peneliti dapat mengambil pendapat dari beberapa ahli mengenai
belajar dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
pada seseorang yang positif dan proses menambah ilmu pengetahuan yang
didapatkan dari pengalaman dan latihan.
Belajar merupakan proses, belajar terjadi karena didorong kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar. Serta belajar merupakan bentuk pengalaman,
dan pengalaman merupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan
terjadi karena hasil pengalaman. Dapat dikatakan terjadi proses belajar
apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Mengenai
perubahan itu, menurut Bloom dalam kutipan Sardiman (2008:23), meliput
tiga ranah/matra, yaitu : matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-
masing matra atau domain dirinci lagi menjadi beberaa jangkauan
kemampuan (level of competence), yaitu :
a. Kognitif Domain
1) Knowladge (pengetahuan, ingatan).
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh)
3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
baru)
5) Evaluation (menilai)
6) Application (menerapkan)
b. Affective Domain
1) Receiving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respon)
3) Valuing (menilai)
4) Organization (organisasi)
5) Characterization (karakterisasi)
c. Psychomotor Domain
1) Initiatory level
2) Pre-routine level
3) Rountinized level
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar. Menurut Muhibbin (2007:144), ”Secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: faktor
internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar”.
a) Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri memiliki dua aspek,
yaitu :
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatanindera
pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan di kelas.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas peroleh belajar siswa.
a. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
hanya persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan
lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh sukses.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa
yang positif, terutama pada pendidik dan mata pelajaran yang disajikan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap pendidik dan mata pelajaran
yang diajarkan, apalagi jika diiringi kebencian kepada pendidik atau
mata pelajaran yang diajarkan menimbulkan kesulitan siswa tersebut.
c. Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
dating.
Bakan akan mempengaruhi prestasi belajar pada bidang-bidang studi
tertentu seperti bidang keahlian pada jenjang pendidikan di SMK yang
menuntut bakat pada siswa.
d. Minat Siswa
Minar (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dalam hal ini guru seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa
untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya.
e. Motivasi Siswa
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok
daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi
intrinsik, 2) motivasi ekstrinsik. Mostivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termsuk dalam motivasi
intrinsik siswa adalah perasan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa
yang bersangkutan.
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individual siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan
orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh kongkrit motivasi
ekstrinsik yng dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran.
b) Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua
macam, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para
guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong
yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Yang termasuk lingkungan social siswa adalah masyarakat dan
tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberi dampak baik maupun buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
3.2 Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Dalam bahasa inggris Snowball artinya bola salju, sedangkan
throwing melempar, sehingga secara keseluruhan artinya melempar bola
salju. Disebut melempar bola salju karena dalam pembelajaran siswa diajak
untuk menuliskan pertanyaan di kertas kemudian dibuat menjadi bola.
Kertas berbentuk bola inilah yang dianggap sebagai bola salju dan dilempar
ke siswa lain. Setiap siswa mendapat bola pertanyaan dan bertanggung
jawab untuk menjawab pertanyaan tersebut.
.Menurut widyatun (2002) mengungkapkan bahwa “Model Snowball
Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang
menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai
model pembelajarang dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas
yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergilir”
Pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu model
pembelajaran yang membagi murid menjadi kelompok, yang masing-
masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar
kertas dan membentuk seperti bola. Bola tersebut dilempar kepada siswa
lain dalam durasi waktu tertentu kemudian masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Dari model pembelajaran Snowball
Throwing ada 3 manfaat yang dapat di ambil, yaitu:
1) Meningkatkan keaktifan belajar siswa, karena siswa dituntut untuk
dapat menjawab pertanyaan sehingga mengharuskan siswa untuk
belajar agar dapat menjawab pertanyaan yang diperolehnya dari bola
kertas tersebut.
2) Menumbuh kembangkan potensi intelektual social, dan emosional yang
ada dalam diri siswa. Dengan diskusi kelompok makan terjadi
komunikasi social antar siswa.
3) Melatih murid mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan
kreatif melalui pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan dalam bola kertas
tersebut.
Menurut suprijono dalam kutipan Nurjana (2013:30) menjelaskan
bahwa “langkah-langkah penerapan Snowball Throwing adalah: a)
penyampaian materi oleh guru, b) pembentukan kelompok, pemanggilan
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi, c) penjelasan materi
dari ketua kelompok kepada anggota, d) pemberian lembar kertas kerja
kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan mengenai materi; e) pembuatan
kertas berisi pertanyaan menjadi bola dan pelemparan bola kertas dari satu
siswa ke siswa lain, f) siswa mendapat bola kertas, menjawab pertanyaan
dalam kertas secara bergantian, g) evaluasi, h) penutup. Dari urian diatas
disimpulkan model
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran
Snowball Throwing adalah pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar
mandiri dan aktif dengan memecahkan masalah bersama-sama untuk
mencapai tujuan bersama, dilakukan dengan mengunakan kertas yang berisi
pertanyaan yang dibentuk menjadi bola kertas kemudian di lemparkan ke
siswa lainnya. Model ini dapat melatih kesiapan siswa, membantu
memahami konsep materi sulit, menciptakan suasana menyenangkan,
membangkitkan motivasi belajar, menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis,
dan menciptakan proses pembelajaran aktif.
3.3 Aktivitas Siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asa yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar. Menurut Montessori dalam kutipan Sardiman
(2008:96) berpendapat bahwa, “yang lebih banyak melakukan aktivita
didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan
diperbuat oleh anak didik”. Ditambahkan Rousseau dalam kutipan Sudirman
(2008:96-97) memberikan penjelasan bahwa, “segala pengetahuan itu harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang disediakan sendiri,
baik secara rohani maupun teknis”.
Dalam kegiatan belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas
proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa tidak
cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim pada sekolah-
sekolah lainnya.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan
siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif.
Pembelajaran efektif menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Siswa dapat melakukan banyak aktivitas selama
mengikuti pembelajaran. Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2008:101)
menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajara antara lain:
a. Visual activities (aktivitas-aktivitas melihat), misalnya membaca,
melihat gambar, mengamati orang lain bekerja, bermain, eksperimen,
demonstrasi, dan pameran.
b. Oral activities (aktivitas-aktivitas lisan), seperti mengemukakan
pendapat, fakta, menghubungkan kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities (aktivitas-aktivitas mendengarkan), misalnya
mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, radio.
d. Writing activities (aktivitas-aktivitas menulis), seperti menulis cerita,
karangan, rangkuman, laporan, angket, menyalin, mengerjakan tes,
mengisi angket.
e. Drawing activities (aktivitas-aktivitas menggambar), misalnya
menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities (aktivitas-aktivitas gerak), antara lain melakukan
percobaan, melaksanakan pemeran, membuat model, menari, bermain,
berkebun.
g. Mental activities (aktivitas - aktivitas mental), misalnya menanggapi,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
h. Emotional activities (aktivitas-aktivitas emosional), seperti menaruh
minat, gembira, merasa bosan, bersemangat, berani, tenang, gugup.
Jadi dapat disimpulkan aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan
siswa yang menimbulkan perubahan sika belajar dalam proses pembelajaran
yang dapat diartikan, perubahan sebagai hasil belajar dan siswa memperoleh
perubahan sikap yang berbeda tergantung pada penerimaan pengetahuan,
pemahaman, dan konsep yang diserap ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model
Snowball Throwing pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung dengan
kompetensi dasar Pondasi, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran (emotional
activities)
2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tentang jenis-jenis
pondasi, dan daya dukung tanah yang ditampilkan melalui media power
point (listening activities, visual activities)
3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru (oral activities)
4. Mengelompok dengan teman (motor activities)
5. Menemui dan mendengarkan penjelasan guru tentang materi dan
permasalahan yang akan didiskusikan kelompok (motor activities,
listening activities)
6. Ketua kelompok menjelaskan materi dan anggota lain memperhatikan
materi (oral activities, listening activities)
7. Berdiskusi dengan teman, membahas permasalahan yang diberikan guru
(oral activities, writing activities)
8. Membuat pertanyaan yang dituliskan dalam kertas dibentuk menjadi
bola dan melempar bola kertas ke siswa lain (motor activities)
9. Menerima dan menjawab soal kemudian mempresentasikan kepada
seluruh siswa di kelas (motor activities, writing activities, oral activities,
emotional activities)
10. Menyimpulkan materi pembelajaran dan mengerjakan evaluasi (writing
activities)
3.4 Hasil Belajar
Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu
kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Proses
perubahan yang terjadi akibat proses belajar dapat diartikan sebagai hasil
belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2003:30) bahwa “Bukti
seseorang belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tahu menjadi
mengerti”.
Setiap perilaku belajar ditandai dengan ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Menurut Surya dalam kutipan Muhibbin (2007:117) menyebutkan
bahwa “diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku
belajar yang terpenting adalah: a) Perubahan it intensional, b) Perubahan itu
positif dan aktif, c) Perubahan itu efektif dan fungsional”.
a) Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar aadalah berkat pengalaman
atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan
kata lain bukan kebetulan. Siswa menyadari akan adanya perubahan
yang dialami, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan
pandangan tertentu, ketrampilan dan seterusnya.
b) Perubahan Positif-Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Perubahan
senantiasa merupakan penambahan sesuatu yang baru (pemahaman dan
ketrampilan baru)yang lebih baik dari yang telah ada sebelumnya.
Perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena
usaha siswa itu sendiri.
c) Perubahan Efetif-Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif yaitu
berhasil guna. Perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan
manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar
bersifat fungsional dalam arti bahwa perubahan relative menetap dan
setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan dapat diproduksi dan
dimanfaatkan. Perubahan fungsional diharapkan memberi manfaat yang
luas. Selain itu perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat
dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya.
Muhibbin (2007:120) juga merangkan bahwa “mnifestasi atau
perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-
perubahan sebagai berikut : 1) Kebiasaan, 2)Ketrampilan, 3) Pengamatan, 4)
Berfikir asosiatif dan daya ingat, 5) Berfikir rasional dan kritis, 6) Sikap, 7)
Inhibisi (menhentikan tindakan yang tidak perlu), 8) Apresiasi, dan 9)
Tingkah laku afektif”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan hasil belajar
adalah perubahan yang terjadi pada siswa dengan disadari adanya perubahan
berupa penguasaan pengetahuaan, sikap, dan ketrampilan setelah siswa
mengalami suatu proses pembelajaran.
Indikator hasil belajar dalam pembelajaran menggunakan model
snowball throwing adalah nilai yang berupa angka (ranah kognitif). Nlai
tersebut diambil dari hasil post-test siswa setelah penerapan model snowball
throwing di kelas X SMK Negeri 7 Semarang Teknik Konstruksi Batu
Beton. Siswa dinyatakan tuntas apabila mendapatkan nilai lebih besar sama
dengan 75, sedangkan dibawah 75 siswa dinyatakan belum tuntas.
3.5 Kerangka Berfikir
Upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap suatu
materi seorang guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang menarik
dan sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pendidikan yaitu ditandai dengan hasil belajar siswa yang tinggi dan
tercapainya ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal.
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam
kegiatan pembelajaran yang sangat mendukung keberhasilan dari kegiatan
pembelajaran. semakin tepat guru dalam memilih metode pembelajaran
diharapkan makin efektif pula kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh
karena itu guru perlu memperhatikan dalam memilih metode pembelajaran
sehingga jangan sampai keliru dalam menentukan metode pembelajaran
yang berakibat kurang efektifnya kegiatan pembelajaran di sekolah.
Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya guru menggunakan metode
konvensional dimana hanya siswa yang aktif saja yang akan maju dan
berkembang. Bagi siswa yang kurang aktif akan menerima begitu saja
materi yang diberikan oleh guru sehingga kemampuan mereka tidak bisa
berkembang dengan maksimal. Penggunaan metode ceramah secara terus
menerus juga dapat menimbulkan kebosanan dalam diri siswa sehingga
menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan
membuat jenuh para siswa sehingga kegiatan pembelajaran menjadi tidak
efektif dan menyenangkan. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus
menciptakan berbagai variasi dalam pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan menyenangkan. Salah
satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah metode
pembelajaran Snowball Throwing.
Dengan diterapkannya pembelajaran Snowball Throwing dalam
pembelajaran llmu Bangunan Gedung, diharapkan dapat membantu siswa
lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami penjelasan guru
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk meningkatkan hasil
belajar Ilmu Bangunan Gedung dalam pembelajarannya harus menarik
sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran
interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa
sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru
merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif
dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga
tercapai hasil belajar. Dengan penerapan prosedur metode pembelajaran
Snowball Throwing ini maka akan muncul keefektifitasan pembelajaran.
Dalam keefektifitasan pembelajaran ini akan muncul pembelajaran yang
berkualitas dan tidak berkualitas. Dikatakan berkualitas jika hasil dari
penerapan metode pembelajaran Snowball Throwing tersebut bisa
meningkatkan hasil nilai Ilmu Bangunan Gedung siswa kelas X Program
Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang.
Sedangkan tidak berkualitas jika tidak ada peningkatan nilai hasil belajar
pada siswa sehingga perlu diadakan evaluasi.
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
3.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan kerangka berfikir di
atas, hipotesis tindakan penelitian adalah penggunaan model pembelajarah
snowball throwing dalam mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada siswa
kelas X SMK Negeri 7 Semarang pada keahlian Teknik Konstruksi Batu
Beton dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
IV. Metodologi Penelitian
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan
metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X progam studi Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB) di SMK Negeri 7
Semarang tahun ajaran 2014/2015.
b. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:118), “sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak, 72 orang siswa yang terbagi menjadi dua
kelas, yaitu 36 siswa kelas X TKBB 1 dan 36 siswa kelas X TKBB 2 di
SMK Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2014/2015.
c. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:6), “Variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian
ditarik kesimpulan”. Variabel dalam penilitian ini terdiri dari variable bebas
dan variable terikat, yaitu:
1) Variabel bebas (independent variabel) adalah merupakan variabel yang
mempunyai atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel yang mempengaruhi dalam
penelitian ini disebut variable penyebab (X) adalah model pembelajaran
Snowball Throwing. Variabel bebas dapat diukur dengan menggunakan
indicator berikut: (Lihat Tabel 4.1)
2) Variabel terikat (dependent variabel) adalah merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Batu Beton pada mata pelajaran
Ilmu Bangunan Gedung (Y). Untuk mengukur hasil belajar dengan
menggunaka tes yang terdiri dari pre test dan post test. Pre test
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa , dan post test
untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah menerima perlakuan.
Tabel 4.1 Indikator Variabel Bebas (X)
No. Indikator
1. Dapat mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki dengan
bahasa yang baik dan benar
2. Dapat menerapkan aturan Snowball Throwing sesuai yang
ditetapkan
3. Menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan arahan guru
4. Bekerjasama dengan baik antar kelompok
5. Tidak memihak dari salah satu kelompok
6. Memiliki tanggung jawab sebagai anggota kelmpok
7. Menghormati pendapat antar kelompok
8. Dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengetahuannya
8. Bertanggung jawab dengan bola kertas berisi pertanyaan
yang didapatkan dari siswa lain
9. Menghormati jawaban pertanyaan yang didapat dari
pertanyaan siswa lain
Tabel 4.2 Indikator Variabel Terikat (Y)
No Indikator
1. Dapat mengenal pondasi
2. Dapat menyebutkan macam-macam pondasi
3. Dapat menentukan pondasi berdasarkan daya dukung tanah
4. Bekerja sama dengan baik antar kelompok
5. Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
6. Menjawab pertanyaan dengan penuh tanggung jawab
7. Menghormati pendapat anggota kelompok lain
8. Menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan arahan guru
9. Hasil belajar post test lebih baik daripada pre test
4.2 Metode pengumpulan Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh oleh
peneliti. Oleh karena itu dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam
penyusunan skripsi, penulis menggunakan teknik pengumplan data sebagai
berikut:
a. Metode Dokumentasi
Arikunto (1998:236) mengungkapkan bahwa “metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan
sebagainya”. Dalam penelitian, dokumentasi digunakan untuk
mengetahui daftar nama dan nilai siswa sebagai dasar melaksanakan
penelitian. Selain itu juga dilengkapi foto selama penelitian dilakukan.
b. Metode Observasi
Menurut Sutrisno didalam kutipan Sugiyono (2012:203) mengemukakan
bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Observasi
penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa melalui
model Snowball Throwing. Observasi dilakukan sebelum, selama, dan
sesudah pelaksanaan penerapan metode pembelajaran dan dilakukan
melalui pengamatan langsung melalui obyek yang diteliti. Lembar
observasi digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan
peningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran melalui Snowball Throwing.
c. Metode Tes
Tes merupakan metode yang sering digunakan untuk mengambil data
dalam penelitian. Menurut Sukmadinata (2009:223) “tes hasil belajar
kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Pada penelitian
ini menggunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk materi macam-macam
pondasi, daya dukung tanah dan pondasi berdasarkan daya dukung
tanah. Tes yang diberikan pada siswa ada dua macam yaitu pre test dan
post test. Pre test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum
diterapkan metode Snowball Throwing, sedangkan post test untuk
mengetahui hasil belajar siswa sesudah penerapan metode pembelajaran
Snowball Throwing. Dari kedua tes maka akan diketahui peningkatan
hasil belajar siswa setelah penerapan metode pembelajaran Snowball
Throwing.
Tabel 4.3 Jabaran Data dan Teknik Pengumpulan Data
No. Data Cara Pengumpulan Data
1. Keaktifan Siswa Dokumentasi, observasi
2. Hasil Belajar Dokumen, Tes
4.3 Langkah Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Tahap pendahuluan adalah mengadakan uji coba instrument
penelitian pada siswa kelas XI Teknik Konstruksi Batu Beton 1 SMK
Negeri 7 Semarang (yang telah memperoleh materi Ilmu Bangunan
Gedung). Hasil uji coba instrument diuji validitas, realibilitas, tingkat
kesukaran soal, dan daya pembeda soal untuk mengetahui soal-soal mana
yang harus dipakai dan harus dibuang. Tahp berikutnya adalah menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Memberikan penjelasan kepada siswa
kelompok eksperiemen yang akan dilakukan penelitian, tentang metode
pembelajaran Snowball Throwing sedangkan siswa kelompok control tetap
melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa yaitu pembelajaran
konvensional.Langkah terakhir mengadakan pre test pada kelompok
eksperimen dan kelompok control untuk mengetahui hasil belajar.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran guru membagi kelompok,
masing-masing terdiri dari 4 siswa yang dipilih dengan memperhatikan
heterogenesis siswanya, dari siswa yang mempunyai kemampuan kurang,
sedang, dan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Sebelumnya guru
menjelaskan aturan dalam pembelajaran menggunakan metode Snowball
Throwing.
Fungsi utama dibentuk kelompok dalam proses pembelajaran adalah
untuk membuat semua siswa aktif belajar, disini siswa tidak boleh bersikap
individualisme karena semua siswa bertanggung jawab atas kelompoknya.
Setelah pada kondisi yang sama siswa diminta untuk membuat pertanyaan
yang dituliskan pada kertas untuk kemudian dibentuk menjadi bola,
kemudian dilemparkan ke siswa lain. Setiap siswa bertanggung jawab untuk
menjawab pertanyaan yang didapatnya melalui pertayaan dari bola kertas
tersebut.
Siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan tepat diberi
penghargaan nilai tambah atas kerja kerasnya dalam belajar dan berpendapat
untuk menjawab pertanyaan. Maksudnya diberikan kepada siswa yang
benar-benar berhasil dalam menjalani pembelajaran ini sehingga terjadi
kenaikan nilai dari perolehan nilai sebenarnya.
Tahap terakhir kerlas eksperimen diberikan post test, dan kemudian
membandingkan hasil post test dan pre test, serta membandingkan
pengamatan keaktifan siswa sebelum dan sesudah penerapan metode
pembelajaran Snowball Throwing.
4.4 Uji Instrumen Tes
4.4.1 Validitas
Menurut Scarvia B. Anderson dalam kutipan Arikunto (2012:80)
menyebutkan bahwa, “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur”. Sugiyono (2012:173) juga
menambahkan “dengan menggunakan instrument yang valid fan reliable
dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi
valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable”. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Uji validitas ini akan menggunakan rumus:
(Arikunto, 2012: 93)
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang
dicari korelasinya dengan tes
Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)
P = Proporsi siswa yang menjawab benar
St = standar deviasi skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar (𝑝 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)
q = proporsi siswa yang menjawab salah (𝑞 = 1 − 𝑝 )
selanjutnya untuk nilai rpbis yang diperoleh dikonsultasikan dengan table
prodect moment. Soal dikatakan valid apabila rpbis mempunyai korelasi lebih
besar dari nilai rtabel, dan jika rpbis< rtabel maka soal dikatakan tidak valid.
4.4.2 Reliabilitas
Menurut Arikunto (2012:104) “Reliabilitas adalah ketetapan suatu
tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”. Reliabilitas berhubungan
dengan ketetapan hasil suatu tes. Suatu tes dikatakan reliable apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya tes dikenakan pada
sejulmah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasil yang diperoleh akan
tetap sama/relative sama. Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus K-
R.21 :
𝑟11 =(
𝑘𝑘−1
)(1 − 𝑀( 𝑘−𝑀 )
𝑘𝑉𝑡)
(Arikunto, 1998: 185)
Keterangan :
𝑟11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = Skor rata-rata
𝑉𝑡 = Standar deviasi dari tes (varians total)
Kriteria pengujian reliabilitas soal tes yaitu setelah didapatkan harga
𝑟11 kemudian harga 𝑟11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product
moment, jika 𝑟11> rtabel maka item tes yang diuji cobakan reliable.
4.4.3 Daya Pembeda Butir Soal
Analisis daya pembeda butir soal adalah kemampuan sebuah soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak
pandai. Dalam penelitian hal ini menggunakan rumus Daya Pembeda Belah
Dua:
DP = 𝐽𝐵𝐴−𝐽𝐵𝐵
𝐽𝑆𝐴
Keterangan :
DP = daya beda soal (indeks diskriminasi)
JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria soal-soal yang dapat yang dapat dipakai sebagai instrument
berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut:
0,00<DP<0,20 maka daya pembeda jelek
0,20<DP<0,40 maka daya pembeda baik
0,40<DP<0,70 maka daya pembeda baik
0,70<DP<1,00 maka daya pembeda baik sekali
Bila DP negatif, semua tidak baik, jadi butir soal yang mempunyai
DP negatif sebaiknya dibuang, akan tetapi soal akan dipakai semua sebagai
alat evaluasi tetapi soal-soal yang mempunyai DP negatif diperbaiki.
4.4.4 Taraf Kesukaran Soal
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasikan soal. Rumus yang
digunakan adalah:
IK = JBA+ JBB
JSA+ JSB
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria yang menunjukkan tingkat kesukaran soal:
0,00<IK<0,30 maka soal dikategorikan soal
0,30<IK<0,70 maka soal dikategorikan sedng
0,70<IK<1,00 maka soal dikategorikan mudah
4.5 Lembar Observasi
Untuk lembar observasi dilakukan uji reliabilitas dari obsevasi yang
akan melakukan penilaian. Prosedur ini ditempuh dengan tujuan untuk
menguji apakah penilai atau rater mampu memberikan penilaian yang sama.
Jika ternyata penilaiannya sama atau konsisten antara rater satu dengan yang
lainnya, maka kedua rater ini layak untuk dipakai. Rumus reliabilitas yang
digunakan sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑥′ = 𝑆𝑆2 − 𝑆
𝑒2
𝑆𝑆2 +(𝑘−1)𝑆𝑒2
Keterangan:
𝑟𝑥𝑥1 = koefisien korelasi
𝑆𝑆2 = varians antar subyek yang dikenai rating
𝑆𝑒2 = varians error, yaitu varians interaksi antara subyek (s) dengan
rater (r)
4.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun
metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
4.6.1 Deskripsi Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diungkap dengan
mengunakan lembar observasi. Penilaian dalam observasi yaitu 1 untuk poin
aktif dan 0 untuk tidak aktif.
% = 𝑛
𝑁 𝑥 100%
Arikunto (2012:296)
Keterangan:
n = jumlaj skor yang diperoleh
N = jumlah skor ideal ( jumlah skor x skor tertinggi )
Dari perhitungan tersebut dapat disusun tebel interval skor, interval
prosentase skor, dan kategori sebagai berikut:
Tabel 4.4 Interval Skor, Interval Presentase Skor, dan Kategori
Interval Skor Interval % Skor Kriteria
0,00 ≤ skor ≤ 1,75 0 % ≤ skor ≤ 25 % Rendah
1,75 < skor ≤ 3,50 25 % < skor ≤ 50 % Cukup
3,50 < skor ≤ 5,25 50 % < skor ≤ 75 % Tinggi
5,25 < skor ≤ 7,00 75 % < skor ≤ 100 % Sangat tinggi
4.6.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa
4.6.2.1 Penskoran Hasil Belajar Siswa
Penskoran hasil belajar siswa menggunakan rumus berikut :
S = R - (𝑊)
𝑛−1
Arikunto (2012:263)
Keterangan:
S = skor
R = banyaknya pilihan jawaban yang benar
W = banyaknya pilihan jawaban yang salah
n = banyaknya pilihan jawaban
4.6.2.2 Penilaian Hasil Belajar Siswa
Penilaian hasil belajar siswa menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menentukan rata-rata dengan rumus
�̅� = ∑ 𝑥𝑖
𝑛
Sudjana (2005:67)
b. Menentukan varian dengan rumus
S2 = ∑(𝑥𝑖−𝑥̅)2
𝑛−1
Sudjana (2005:93)
c. Menentukan standar deviasi dengan rumus
SD = √∑(𝑥𝑖−𝑥̅)2
𝑛−1
Arikunto (2012:299)
4.6.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan berupa data yang berdistribusi normal atau tidak. Pada data
keaktifan belajar, karena datanya tidak dapat dibuat bentuk interval maka
tidak dapat mengunakan uji Chi kuadrat sehingga uji normalitasnya
menggunakan uji Kolmograv Smirnow dengan cara data dimasukkan ke
program SPSS. Sedangkan pada data hasil belajar tidak perlu dilakukan uji
normalitas lagi sebab data sudah merupakan data normal karena pendekatan
dalam penilaiannya telah menggunakan Penilaian Acuan Normal (PAN)
4.6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini bertujuan untk mengetahui hasil akhir
penelitian. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan keaktifan
dan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode
pembelajaran Snowball Throwing dengan siswa yang menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Uji yang digunakan adalah uji pihak kanan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 (Hipotesa null) = peningkatan keaktifan dan hasil belajar
kelompok eksperimen lebih rendah atau sama
dengan kelompok control
Ha (Hipotesa Alternatif) = Peningkatan keaktifan dan hasil belajar
kelompok eksperimen lebih tingi daripada
kelompok control.
Hipotesa statistikanya adalah sebagai berikut :
H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2
Ha : 𝜇1 > 𝜇2
Karena jumlah sampel n1 = n2 dan varians homogen σ1 = σ2 maka
digunakan uji t dengan rumus:
𝑡 =𝑥1̅̅̅ − �̅�2
𝑠 √1𝑛1
+ 1𝑛2
Sudjana (2005:239)
Dimana,
s = √(𝑛1−1)𝑠1
2 +(𝑛2−1) 𝑠22
𝑛1+ 𝑛2−2
keterangan:
t = uji t
𝑥1̅̅ ̅ = rata-rata kelompok eksperimen
𝑥2̅̅ ̅ = rata-rata kelompok control
𝑠 = simpangan baku
𝑠12 = varians kelompok eksperimen
𝑠22 = varians kelompok control
n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = banyaknya samel kelompok control
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Afdila, Nurjana Tri. 2013. Penarapan Model Snowball Throwing dengan Media Teka-Teki Silang untuk mningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran
IPA kelas IV SDN Gugungpati 05 Semarang. Skripsi, Jurusan PGSD UNNES.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudirman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudjna. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. MEtode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. .Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Widyatun, Diah. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://jurnalbidandiah. blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-snowball-throwing.html.
Diunduh 15 Januari 2015 pukul 13:48.