34
PROPOSAL SKRIPSI PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS X SMK NEGERI 7 SEMARANG TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON TAHUN AJARAN 2014/2015 Diajukan dalam rangka untuk memenuhi persyaratan melakukan penelitian skripsi Disusun Oleh : JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 Nama : Laely Julitasari NIM : 5101411048 Program Studi : Pendidikan Teknik Bangunan, S1

Proposal skripsi laely

  • Upload
    lelyjs

  • View
    163

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL SKRIPSI

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING

TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS X

SMK NEGERI 7 SEMARANG TEKNIK KONSTRUKSI BATU

BETON TAHUN AJARAN 2014/2015

Diajukan dalam rangka untuk memenuhi persyaratan

melakukan penelitian skripsi

Disusun Oleh :

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Nama : Laely Julitasari

NIM : 5101411048

Program Studi : Pendidikan Teknik Bangunan, S1

I. Judul Proposal

Proposal ini berjudul: “PENERAPAN METODE SNOWBALL

THROWING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

SISWA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG

KELAS X SMK NEGERI 7 SEMARANG TEKNIK KONSTRUKSI

BATU BETON TAHUN AJARAN 2014/2015”

II. Pendahuluan

2.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang kompleks, berbagai aspek

kehidupan dikembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran.

Berbagai masalah dalam proses belajar perlu diselaraskan dan distabilkan

agar kondisi belajar tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta

dapat diperoleh semaksimal mungkin. Untuk melengkapi komponen

belajar dan pembelajaran di sekolah, sudah seharusnya guru

memanfaatkan media atau alat bantu yang mampu merangsang

pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam keseluruhan proses pendidikan sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh

siswa sebagai anak didik. Muhibbin (20017:63) mengungkapkan bahwa

“Seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh

munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif.

Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat

mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang

konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak)”

SMK Negeri 7 Semarang merupakan salah satu sekolah negeri

kejuruan yang mempunyai input atau masukan siswa yang cukup

berprestasi. Salah satu prestasi yang didapatkan yaitu SMK Negeri 7

Semarang meraih juara harapan tingkat nasional sebagai Sekolah

Pengembang PAI. Prestasi ini cukup membanggakan bagi SMK Negeri 7

Semarang dan tentunya didorong dengan adanya siswa berprestasi.

Setiap siswa berhak mempunyai kemampuan dan keahlian pada

bidangnya masing-masing, namun setiap siswa juga mempunyai daya

tangkap yang berbeda-beda. Oleh karena itu di dalam kelas terdapat

kelompok siswa yang pandai dan kelompok siswa yang kurang pandai.

Agar materi yang disampaikan dapat dipahami semua siswa dan tujuan

pembelajaran tercapai dengan baik maka dibutuhkan metode pembelajaran

yang tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas X TKBB masih

metode konvensional. Metode ini menempatkan guru sebagai sumber ilmu

pengetahuan dan peran siswa dalam kelas sebagai kelompok pasif,

sehingga kurangnya interaksi guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.

Apabila masalah ini dibiarkan maka siswa yang kurang pandai akan sulit

untuk mengikuti pelajaran dan siswa tersebut akan belajar lebih keras

untuk dapat mengikuti materi berikutnya.

Agar pemahaman antar siswa terhadap materi yang diberikan dapat

maksimal, maka perlu penerapan metode pembelajaran yang fariatif, siswa

dituntut aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Pada kurikulum 2013 siswa

dituntut untuk dapat belajar mandiri dan aktif. Dibuktikan dengan

diterapkannya 5M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi,

dan Mengkomunikasikan) pada praktik pembelajaran, siswa dituntut untuk

dapat aktif dalam mencari dan memecahkan permasalahan yang ada di luar

sesuai bidang keahliannya masing-masing.

Mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung merupakan salah satu mata

pelajaran pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik (siswa) jurusan

Teknik Konstruksi Batu Beton di SMK Negeri 7 Semarang, karena materi-

materi Ilmu Bangunan Gedung adalah materi yang hubungan dengan

konstruksi bangunan dan mata pelajaran yang berkaitan dengan mata

pelajaran lainnya. Apabila siswa tidak atau kurang memahami materi Ilmu

Bangunan Gedung maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti

pelajaran pengembangan salanjutnya yang berhubungan dengan konstruksi

bangunan.

Pondasi merupakan materi baru yang belum pernah didapat di

jenjang pendidikan sebelumnya. Penggunaan metode pembelajaran yang

tepat akan membantu siswa mengenal dan memahami materi pondasi.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata

pelajaran Ilmu Bangunan Gedung dengan kompetensi dasar macam-

macam pondasi berdasarkan daya dukung tanah dan penerapan pondasi

adalah model pembelajaran snowball throwing.

Model Snowball Throwing merupakan salah satu model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual

(CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju

bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajarang dengan

menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk

bola kemudian dilemparkan secara bergilir (Widyatun, 2012).

Snowball throwing yang dilakukan dalam kelompok dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi dan

permasalahan mengenai pondasi, karena konsep dari snowball throwing

siswa membuat pertanyaan mengenai permasalahan pondasi kemudian

pertanyaan tersebut dituliskan pada kertas untuk diberikan kepada teman

yang lain. Setiap siswa diberi tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan

yang mereka dapatkan dari siswa lain. Dalam metode Snowball Throwing,

guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam melatih ketrampilan

siswa untuk menyimpulkan materi atau informasi yang mereka peroleh

dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Selain itu siswa diajarkan

untuk berpengalaman melalui pembelajaran dengan proses saling berkaitan

dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik social, pengetahuan,

dan lingkungan sekitar.

Menurut Muhibbin (2007:118) “perubahan yang terjadi dalam proses

belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan

sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan.” Siswa

menyadari akan adanya perubahan yang dialami sekurang-kurangnya

siswa merasakan adanya perubahan pada dirinya, seperti penambahan

pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan tertentu, ketrampilan dan

lainnya

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENERAPAN METODE SNOWBALL

THROWING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

SISWA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS

X SMK NEGERI 7 SEMARANG PROGRAM STUDI TEKNIK

KONSTRUKSI BATU BETON TAHUN AJARAN 2014/2015”

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan

penulis kaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model Snowball Throwing dapat meningkatkan keaktifan siswa

pada mata pelajaran Ilmu Banguan Gedung kelas X SMK Negeri 7

Semarang?

2. Apakah model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 7 Semarang?

2.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas X program studi Teknik

Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang melalui penggunaan

model Snowball Throwing.

2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas X program studi Teknik

Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang melalui penggunaan

model Snowball Throwing.

2.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku

kuliah serta dapat digunakan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Teknik Bangunan di Universitas Negeri Semarang.

b. Bagi Siswa

1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2) Meningkatkan hasil belajar dan menambah pemahaman siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

3) Menumbuhkan minat belajar siswa .

c. Bagi Guru

Membantu guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

d. Bagi Sekolah

1) Bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran di

SMK Negeri 7 Semarang.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.5 Batasan Masalah

Agar permasalahan menjadi efektif jelas dan terpusat serta tujuan

penelitian dapat tercapai, maka penelitian ini dibatasi pada upaya

mengetahui keaktifan siswa, dan peningkatan hasil belajar melalui model

pembelajaran snowball throwing. Penelitian ini akan dilakukan pada mata

pelajaran Ilmu Bangunan Gedung kelas X Program Keahlian Teknik

Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang Tahun ajaran 2014/2015.

Batasan masalah diterapkan untuk menghindari perkembangan

permasalahan yang terlalu luas. Batasan masalah dalam penelitian ini

meliputi :

1) Keaktifan siswa dalam penelitian ini dibatasi pada 5M (Mengamati,

Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan)

melalui penggunaan metode pembelajaran snowball throwing.

2) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Ilmu Bangunan

Gedung kelas X SMK Negeri 7 Semarang.

2.6 Sistematika Skripsi

Secara garis besar penulisan skripsi ini dibagi ini menjadi 3

bagian yaitu bagian awal, isi, dan bagian akhir

1. Bagian awal

Bagian awal skripsi meliputi: judul, abtrak, lembar pengesahan,

motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian isi

Isi skripsi disajikan dalam lima bab dengan beberapa sub bab

pada tiap babnya.

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisi gambaran mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Bagian ini mengemukakan tentang landasan teori yang

mendukung dalam pelaksanaan penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian dan

teknik pengumpulan data.

BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pada bab ini mencakup analisis data penilitian serta

pembahasannya.

BAB V : Penutup

Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang

relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan.

3. Bagian akhir

Bagian akhir skripsi berisikan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

III. Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis

3.1 Konsep Belajar

Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan

memfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Menurut Hamalik (2003:28) mengemukakan bahwa “belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan”. Didalam interaksi antar individu dengan lingkungan maka

terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.

Sardiman (2008:20) juga mengungkapkan bahwa “belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan lainnya”. Dilanjutkan menurut Pidarta

(2007:206) berpendapat bahwa “belajar adalah perubahan perilaku yang

relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan,

pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada

pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.

Menurut Muhibbin (2007:63) berpendapat bahwa “Belajar merupakan

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti,

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri”

Belajar tidak hanya melakukan perubahan pada diri manusia tetapi

belajar memiliki tujuan harus dicapai. Sehingga pada saat manusia

mengalami proses belajar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar

proses belajar yang dilakukan mampu mengubah tingkah laku menjadi lebih

baik.

Peneliti dapat mengambil pendapat dari beberapa ahli mengenai

belajar dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

pada seseorang yang positif dan proses menambah ilmu pengetahuan yang

didapatkan dari pengalaman dan latihan.

Belajar merupakan proses, belajar terjadi karena didorong kebutuhan

dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

berbagai komponen belajar. Serta belajar merupakan bentuk pengalaman,

dan pengalaman merupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya.

Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

terjadi karena hasil pengalaman. Dapat dikatakan terjadi proses belajar

apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Mengenai

perubahan itu, menurut Bloom dalam kutipan Sardiman (2008:23), meliput

tiga ranah/matra, yaitu : matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-

masing matra atau domain dirinci lagi menjadi beberaa jangkauan

kemampuan (level of competence), yaitu :

a. Kognitif Domain

1) Knowladge (pengetahuan, ingatan).

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh)

3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan

baru)

5) Evaluation (menilai)

6) Application (menerapkan)

b. Affective Domain

1) Receiving (sikap menerima)

2) Responding (memberikan respon)

3) Valuing (menilai)

4) Organization (organisasi)

5) Characterization (karakterisasi)

c. Psychomotor Domain

1) Initiatory level

2) Pre-routine level

3) Rountinized level

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam

belajar. Menurut Muhibbin (2007:144), ”Secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: faktor

internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar”.

a) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri memiliki dua aspek,

yaitu :

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatanindera

pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang

disajikan di kelas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas peroleh belajar siswa.

a. Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

hanya persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ

tubuh lainnya.

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan

lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini

bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin

rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil

peluangnya untuk memperoleh sukses.

b. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)

dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa

yang positif, terutama pada pendidik dan mata pelajaran yang disajikan

merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap pendidik dan mata pelajaran

yang diajarkan, apalagi jika diiringi kebencian kepada pendidik atau

mata pelajaran yang diajarkan menimbulkan kesulitan siswa tersebut.

c. Bakat Siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

dating.

Bakan akan mempengaruhi prestasi belajar pada bidang-bidang studi

tertentu seperti bidang keahlian pada jenjang pendidikan di SMK yang

menuntut bakat pada siswa.

d. Minat Siswa

Minar (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Dalam hal ini guru seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa

untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya.

e. Motivasi Siswa

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan

yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok

daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi

intrinsik, 2) motivasi ekstrinsik. Mostivasi intrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termsuk dalam motivasi

intrinsik siswa adalah perasan menyenangi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa

yang bersangkutan.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individual siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan

orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh kongkrit motivasi

ekstrinsik yng dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau

ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat

eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam

melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran.

b) Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua

macam, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para

guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan

memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal

belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong

yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Yang termasuk lingkungan social siswa adalah masyarakat dan

tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa

tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,

pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak

rumah), semuanya dapat memberi dampak baik maupun buruk terhadap

kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,

alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi

yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

3.2 Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Dalam bahasa inggris Snowball artinya bola salju, sedangkan

throwing melempar, sehingga secara keseluruhan artinya melempar bola

salju. Disebut melempar bola salju karena dalam pembelajaran siswa diajak

untuk menuliskan pertanyaan di kertas kemudian dibuat menjadi bola.

Kertas berbentuk bola inilah yang dianggap sebagai bola salju dan dilempar

ke siswa lain. Setiap siswa mendapat bola pertanyaan dan bertanggung

jawab untuk menjawab pertanyaan tersebut.

.Menurut widyatun (2002) mengungkapkan bahwa “Model Snowball

Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang

menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai

model pembelajarang dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas

yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergilir”

Pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu model

pembelajaran yang membagi murid menjadi kelompok, yang masing-

masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar

kertas dan membentuk seperti bola. Bola tersebut dilempar kepada siswa

lain dalam durasi waktu tertentu kemudian masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Dari model pembelajaran Snowball

Throwing ada 3 manfaat yang dapat di ambil, yaitu:

1) Meningkatkan keaktifan belajar siswa, karena siswa dituntut untuk

dapat menjawab pertanyaan sehingga mengharuskan siswa untuk

belajar agar dapat menjawab pertanyaan yang diperolehnya dari bola

kertas tersebut.

2) Menumbuh kembangkan potensi intelektual social, dan emosional yang

ada dalam diri siswa. Dengan diskusi kelompok makan terjadi

komunikasi social antar siswa.

3) Melatih murid mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan

kreatif melalui pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan dalam bola kertas

tersebut.

Menurut suprijono dalam kutipan Nurjana (2013:30) menjelaskan

bahwa “langkah-langkah penerapan Snowball Throwing adalah: a)

penyampaian materi oleh guru, b) pembentukan kelompok, pemanggilan

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi, c) penjelasan materi

dari ketua kelompok kepada anggota, d) pemberian lembar kertas kerja

kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan mengenai materi; e) pembuatan

kertas berisi pertanyaan menjadi bola dan pelemparan bola kertas dari satu

siswa ke siswa lain, f) siswa mendapat bola kertas, menjawab pertanyaan

dalam kertas secara bergantian, g) evaluasi, h) penutup. Dari urian diatas

disimpulkan model

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran

Snowball Throwing adalah pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar

mandiri dan aktif dengan memecahkan masalah bersama-sama untuk

mencapai tujuan bersama, dilakukan dengan mengunakan kertas yang berisi

pertanyaan yang dibentuk menjadi bola kertas kemudian di lemparkan ke

siswa lainnya. Model ini dapat melatih kesiapan siswa, membantu

memahami konsep materi sulit, menciptakan suasana menyenangkan,

membangkitkan motivasi belajar, menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis,

dan menciptakan proses pembelajaran aktif.

3.3 Aktivitas Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asa yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar. Menurut Montessori dalam kutipan Sardiman

(2008:96) berpendapat bahwa, “yang lebih banyak melakukan aktivita

didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik

memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan

diperbuat oleh anak didik”. Ditambahkan Rousseau dalam kutipan Sudirman

(2008:96-97) memberikan penjelasan bahwa, “segala pengetahuan itu harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan

sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang disediakan sendiri,

baik secara rohani maupun teknis”.

Dalam kegiatan belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas

proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa tidak

cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim pada sekolah-

sekolah lainnya.

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan

siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif.

Pembelajaran efektif menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri. Siswa dapat melakukan banyak aktivitas selama

mengikuti pembelajaran. Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2008:101)

menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajara antara lain:

a. Visual activities (aktivitas-aktivitas melihat), misalnya membaca,

melihat gambar, mengamati orang lain bekerja, bermain, eksperimen,

demonstrasi, dan pameran.

b. Oral activities (aktivitas-aktivitas lisan), seperti mengemukakan

pendapat, fakta, menghubungkan kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities (aktivitas-aktivitas mendengarkan), misalnya

mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, radio.

d. Writing activities (aktivitas-aktivitas menulis), seperti menulis cerita,

karangan, rangkuman, laporan, angket, menyalin, mengerjakan tes,

mengisi angket.

e. Drawing activities (aktivitas-aktivitas menggambar), misalnya

menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities (aktivitas-aktivitas gerak), antara lain melakukan

percobaan, melaksanakan pemeran, membuat model, menari, bermain,

berkebun.

g. Mental activities (aktivitas - aktivitas mental), misalnya menanggapi,

mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan.

h. Emotional activities (aktivitas-aktivitas emosional), seperti menaruh

minat, gembira, merasa bosan, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Jadi dapat disimpulkan aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan

siswa yang menimbulkan perubahan sika belajar dalam proses pembelajaran

yang dapat diartikan, perubahan sebagai hasil belajar dan siswa memperoleh

perubahan sikap yang berbeda tergantung pada penerimaan pengetahuan,

pemahaman, dan konsep yang diserap ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung.

Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model

Snowball Throwing pada mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung dengan

kompetensi dasar Pondasi, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran (emotional

activities)

2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tentang jenis-jenis

pondasi, dan daya dukung tanah yang ditampilkan melalui media power

point (listening activities, visual activities)

3. Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru (oral activities)

4. Mengelompok dengan teman (motor activities)

5. Menemui dan mendengarkan penjelasan guru tentang materi dan

permasalahan yang akan didiskusikan kelompok (motor activities,

listening activities)

6. Ketua kelompok menjelaskan materi dan anggota lain memperhatikan

materi (oral activities, listening activities)

7. Berdiskusi dengan teman, membahas permasalahan yang diberikan guru

(oral activities, writing activities)

8. Membuat pertanyaan yang dituliskan dalam kertas dibentuk menjadi

bola dan melempar bola kertas ke siswa lain (motor activities)

9. Menerima dan menjawab soal kemudian mempresentasikan kepada

seluruh siswa di kelas (motor activities, writing activities, oral activities,

emotional activities)

10. Menyimpulkan materi pembelajaran dan mengerjakan evaluasi (writing

activities)

3.4 Hasil Belajar

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari

proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu

kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan

tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Proses

perubahan yang terjadi akibat proses belajar dapat diartikan sebagai hasil

belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2003:30) bahwa “Bukti

seseorang belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tahu menjadi

mengerti”.

Setiap perilaku belajar ditandai dengan ciri-ciri perubahan yang

spesifik. Menurut Surya dalam kutipan Muhibbin (2007:117) menyebutkan

bahwa “diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku

belajar yang terpenting adalah: a) Perubahan it intensional, b) Perubahan itu

positif dan aktif, c) Perubahan itu efektif dan fungsional”.

a) Perubahan Intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar aadalah berkat pengalaman

atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan

kata lain bukan kebetulan. Siswa menyadari akan adanya perubahan

yang dialami, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan

pandangan tertentu, ketrampilan dan seterusnya.

b) Perubahan Positif-Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.

Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Perubahan

senantiasa merupakan penambahan sesuatu yang baru (pemahaman dan

ketrampilan baru)yang lebih baik dari yang telah ada sebelumnya.

Perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena

usaha siswa itu sendiri.

c) Perubahan Efetif-Fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif yaitu

berhasil guna. Perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan

manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar

bersifat fungsional dalam arti bahwa perubahan relative menetap dan

setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan dapat diproduksi dan

dimanfaatkan. Perubahan fungsional diharapkan memberi manfaat yang

luas. Selain itu perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat

dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya.

Muhibbin (2007:120) juga merangkan bahwa “mnifestasi atau

perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-

perubahan sebagai berikut : 1) Kebiasaan, 2)Ketrampilan, 3) Pengamatan, 4)

Berfikir asosiatif dan daya ingat, 5) Berfikir rasional dan kritis, 6) Sikap, 7)

Inhibisi (menhentikan tindakan yang tidak perlu), 8) Apresiasi, dan 9)

Tingkah laku afektif”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan hasil belajar

adalah perubahan yang terjadi pada siswa dengan disadari adanya perubahan

berupa penguasaan pengetahuaan, sikap, dan ketrampilan setelah siswa

mengalami suatu proses pembelajaran.

Indikator hasil belajar dalam pembelajaran menggunakan model

snowball throwing adalah nilai yang berupa angka (ranah kognitif). Nlai

tersebut diambil dari hasil post-test siswa setelah penerapan model snowball

throwing di kelas X SMK Negeri 7 Semarang Teknik Konstruksi Batu

Beton. Siswa dinyatakan tuntas apabila mendapatkan nilai lebih besar sama

dengan 75, sedangkan dibawah 75 siswa dinyatakan belum tuntas.

3.5 Kerangka Berfikir

Upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap suatu

materi seorang guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang menarik

dan sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan

pendidikan yaitu ditandai dengan hasil belajar siswa yang tinggi dan

tercapainya ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal.

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam

kegiatan pembelajaran yang sangat mendukung keberhasilan dari kegiatan

pembelajaran. semakin tepat guru dalam memilih metode pembelajaran

diharapkan makin efektif pula kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh

karena itu guru perlu memperhatikan dalam memilih metode pembelajaran

sehingga jangan sampai keliru dalam menentukan metode pembelajaran

yang berakibat kurang efektifnya kegiatan pembelajaran di sekolah.

Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya guru menggunakan metode

konvensional dimana hanya siswa yang aktif saja yang akan maju dan

berkembang. Bagi siswa yang kurang aktif akan menerima begitu saja

materi yang diberikan oleh guru sehingga kemampuan mereka tidak bisa

berkembang dengan maksimal. Penggunaan metode ceramah secara terus

menerus juga dapat menimbulkan kebosanan dalam diri siswa sehingga

menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan

membuat jenuh para siswa sehingga kegiatan pembelajaran menjadi tidak

efektif dan menyenangkan. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus

menciptakan berbagai variasi dalam pembelajaran agar kegiatan

pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan menyenangkan. Salah

satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu

metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah metode

pembelajaran Snowball Throwing.

Dengan diterapkannya pembelajaran Snowball Throwing dalam

pembelajaran llmu Bangunan Gedung, diharapkan dapat membantu siswa

lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami penjelasan guru

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk meningkatkan hasil

belajar Ilmu Bangunan Gedung dalam pembelajarannya harus menarik

sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran

interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa

sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru

merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif

dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga

tercapai hasil belajar. Dengan penerapan prosedur metode pembelajaran

Snowball Throwing ini maka akan muncul keefektifitasan pembelajaran.

Dalam keefektifitasan pembelajaran ini akan muncul pembelajaran yang

berkualitas dan tidak berkualitas. Dikatakan berkualitas jika hasil dari

penerapan metode pembelajaran Snowball Throwing tersebut bisa

meningkatkan hasil nilai Ilmu Bangunan Gedung siswa kelas X Program

Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton SMK Negeri 7 Semarang.

Sedangkan tidak berkualitas jika tidak ada peningkatan nilai hasil belajar

pada siswa sehingga perlu diadakan evaluasi.

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir

3.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan kerangka berfikir di

atas, hipotesis tindakan penelitian adalah penggunaan model pembelajarah

snowball throwing dalam mata pelajaran Ilmu Bangunan Gedung pada siswa

kelas X SMK Negeri 7 Semarang pada keahlian Teknik Konstruksi Batu

Beton dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

IV. Metodologi Penelitian

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan

metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Metodologi penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik

suatu kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

X progam studi Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB) di SMK Negeri 7

Semarang tahun ajaran 2014/2015.

b. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:118), “sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak, 72 orang siswa yang terbagi menjadi dua

kelas, yaitu 36 siswa kelas X TKBB 1 dan 36 siswa kelas X TKBB 2 di

SMK Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2014/2015.

c. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:6), “Variabel penelitian pada dasarnya adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian

ditarik kesimpulan”. Variabel dalam penilitian ini terdiri dari variable bebas

dan variable terikat, yaitu:

1) Variabel bebas (independent variabel) adalah merupakan variabel yang

mempunyai atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel yang mempengaruhi dalam

penelitian ini disebut variable penyebab (X) adalah model pembelajaran

Snowball Throwing. Variabel bebas dapat diukur dengan menggunakan

indicator berikut: (Lihat Tabel 4.1)

2) Variabel terikat (dependent variabel) adalah merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil

belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Batu Beton pada mata pelajaran

Ilmu Bangunan Gedung (Y). Untuk mengukur hasil belajar dengan

menggunaka tes yang terdiri dari pre test dan post test. Pre test

digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa , dan post test

untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah menerima perlakuan.

Tabel 4.1 Indikator Variabel Bebas (X)

No. Indikator

1. Dapat mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki dengan

bahasa yang baik dan benar

2. Dapat menerapkan aturan Snowball Throwing sesuai yang

ditetapkan

3. Menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan arahan guru

4. Bekerjasama dengan baik antar kelompok

5. Tidak memihak dari salah satu kelompok

6. Memiliki tanggung jawab sebagai anggota kelmpok

7. Menghormati pendapat antar kelompok

8. Dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan

pengetahuannya

8. Bertanggung jawab dengan bola kertas berisi pertanyaan

yang didapatkan dari siswa lain

9. Menghormati jawaban pertanyaan yang didapat dari

pertanyaan siswa lain

Tabel 4.2 Indikator Variabel Terikat (Y)

No Indikator

1. Dapat mengenal pondasi

2. Dapat menyebutkan macam-macam pondasi

3. Dapat menentukan pondasi berdasarkan daya dukung tanah

4. Bekerja sama dengan baik antar kelompok

5. Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

6. Menjawab pertanyaan dengan penuh tanggung jawab

7. Menghormati pendapat anggota kelompok lain

8. Menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan arahan guru

9. Hasil belajar post test lebih baik daripada pre test

4.2 Metode pengumpulan Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh oleh

peneliti. Oleh karena itu dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam

penyusunan skripsi, penulis menggunakan teknik pengumplan data sebagai

berikut:

a. Metode Dokumentasi

Arikunto (1998:236) mengungkapkan bahwa “metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan

sebagainya”. Dalam penelitian, dokumentasi digunakan untuk

mengetahui daftar nama dan nilai siswa sebagai dasar melaksanakan

penelitian. Selain itu juga dilengkapi foto selama penelitian dilakukan.

b. Metode Observasi

Menurut Sutrisno didalam kutipan Sugiyono (2012:203) mengemukakan

bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Observasi

penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa melalui

model Snowball Throwing. Observasi dilakukan sebelum, selama, dan

sesudah pelaksanaan penerapan metode pembelajaran dan dilakukan

melalui pengamatan langsung melalui obyek yang diteliti. Lembar

observasi digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan

peningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran melalui Snowball Throwing.

c. Metode Tes

Tes merupakan metode yang sering digunakan untuk mengambil data

dalam penelitian. Menurut Sukmadinata (2009:223) “tes hasil belajar

kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Pada penelitian

ini menggunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk materi macam-macam

pondasi, daya dukung tanah dan pondasi berdasarkan daya dukung

tanah. Tes yang diberikan pada siswa ada dua macam yaitu pre test dan

post test. Pre test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum

diterapkan metode Snowball Throwing, sedangkan post test untuk

mengetahui hasil belajar siswa sesudah penerapan metode pembelajaran

Snowball Throwing. Dari kedua tes maka akan diketahui peningkatan

hasil belajar siswa setelah penerapan metode pembelajaran Snowball

Throwing.

Tabel 4.3 Jabaran Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Data Cara Pengumpulan Data

1. Keaktifan Siswa Dokumentasi, observasi

2. Hasil Belajar Dokumen, Tes

4.3 Langkah Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Tahap pendahuluan adalah mengadakan uji coba instrument

penelitian pada siswa kelas XI Teknik Konstruksi Batu Beton 1 SMK

Negeri 7 Semarang (yang telah memperoleh materi Ilmu Bangunan

Gedung). Hasil uji coba instrument diuji validitas, realibilitas, tingkat

kesukaran soal, dan daya pembeda soal untuk mengetahui soal-soal mana

yang harus dipakai dan harus dibuang. Tahp berikutnya adalah menentukan

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Memberikan penjelasan kepada siswa

kelompok eksperiemen yang akan dilakukan penelitian, tentang metode

pembelajaran Snowball Throwing sedangkan siswa kelompok control tetap

melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa yaitu pembelajaran

konvensional.Langkah terakhir mengadakan pre test pada kelompok

eksperimen dan kelompok control untuk mengetahui hasil belajar.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran guru membagi kelompok,

masing-masing terdiri dari 4 siswa yang dipilih dengan memperhatikan

heterogenesis siswanya, dari siswa yang mempunyai kemampuan kurang,

sedang, dan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Sebelumnya guru

menjelaskan aturan dalam pembelajaran menggunakan metode Snowball

Throwing.

Fungsi utama dibentuk kelompok dalam proses pembelajaran adalah

untuk membuat semua siswa aktif belajar, disini siswa tidak boleh bersikap

individualisme karena semua siswa bertanggung jawab atas kelompoknya.

Setelah pada kondisi yang sama siswa diminta untuk membuat pertanyaan

yang dituliskan pada kertas untuk kemudian dibentuk menjadi bola,

kemudian dilemparkan ke siswa lain. Setiap siswa bertanggung jawab untuk

menjawab pertanyaan yang didapatnya melalui pertayaan dari bola kertas

tersebut.

Siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan tepat diberi

penghargaan nilai tambah atas kerja kerasnya dalam belajar dan berpendapat

untuk menjawab pertanyaan. Maksudnya diberikan kepada siswa yang

benar-benar berhasil dalam menjalani pembelajaran ini sehingga terjadi

kenaikan nilai dari perolehan nilai sebenarnya.

Tahap terakhir kerlas eksperimen diberikan post test, dan kemudian

membandingkan hasil post test dan pre test, serta membandingkan

pengamatan keaktifan siswa sebelum dan sesudah penerapan metode

pembelajaran Snowball Throwing.

4.4 Uji Instrumen Tes

4.4.1 Validitas

Menurut Scarvia B. Anderson dalam kutipan Arikunto (2012:80)

menyebutkan bahwa, “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut

mengukur apa yang hendak diukur”. Sugiyono (2012:173) juga

menambahkan “dengan menggunakan instrument yang valid fan reliable

dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi

valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat

mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable”. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Uji validitas ini akan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2012: 93)

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

P = Proporsi siswa yang menjawab benar

St = standar deviasi skor total

P = proporsi siswa yang menjawab benar (𝑝 =

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)

q = proporsi siswa yang menjawab salah (𝑞 = 1 − 𝑝 )

selanjutnya untuk nilai rpbis yang diperoleh dikonsultasikan dengan table

prodect moment. Soal dikatakan valid apabila rpbis mempunyai korelasi lebih

besar dari nilai rtabel, dan jika rpbis< rtabel maka soal dikatakan tidak valid.

4.4.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto (2012:104) “Reliabilitas adalah ketetapan suatu

tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”. Reliabilitas berhubungan

dengan ketetapan hasil suatu tes. Suatu tes dikatakan reliable apabila tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya tes dikenakan pada

sejulmah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasil yang diperoleh akan

tetap sama/relative sama. Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus K-

R.21 :

𝑟11 =(

𝑘𝑘−1

)(1 − 𝑀( 𝑘−𝑀 )

𝑘𝑉𝑡)

(Arikunto, 1998: 185)

Keterangan :

𝑟11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan

M = Skor rata-rata

𝑉𝑡 = Standar deviasi dari tes (varians total)

Kriteria pengujian reliabilitas soal tes yaitu setelah didapatkan harga

𝑟11 kemudian harga 𝑟11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product

moment, jika 𝑟11> rtabel maka item tes yang diuji cobakan reliable.

4.4.3 Daya Pembeda Butir Soal

Analisis daya pembeda butir soal adalah kemampuan sebuah soal

untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak

pandai. Dalam penelitian hal ini menggunakan rumus Daya Pembeda Belah

Dua:

DP = 𝐽𝐵𝐴−𝐽𝐵𝐵

𝐽𝑆𝐴

Keterangan :

DP = daya beda soal (indeks diskriminasi)

JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas

JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria soal-soal yang dapat yang dapat dipakai sebagai instrument

berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut:

0,00<DP<0,20 maka daya pembeda jelek

0,20<DP<0,40 maka daya pembeda baik

0,40<DP<0,70 maka daya pembeda baik

0,70<DP<1,00 maka daya pembeda baik sekali

Bila DP negatif, semua tidak baik, jadi butir soal yang mempunyai

DP negatif sebaiknya dibuang, akan tetapi soal akan dipakai semua sebagai

alat evaluasi tetapi soal-soal yang mempunyai DP negatif diperbaiki.

4.4.4 Taraf Kesukaran Soal

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasikan soal. Rumus yang

digunakan adalah:

IK = JBA+ JBB

JSA+ JSB

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas

JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria yang menunjukkan tingkat kesukaran soal:

0,00<IK<0,30 maka soal dikategorikan soal

0,30<IK<0,70 maka soal dikategorikan sedng

0,70<IK<1,00 maka soal dikategorikan mudah

4.5 Lembar Observasi

Untuk lembar observasi dilakukan uji reliabilitas dari obsevasi yang

akan melakukan penilaian. Prosedur ini ditempuh dengan tujuan untuk

menguji apakah penilai atau rater mampu memberikan penilaian yang sama.

Jika ternyata penilaiannya sama atau konsisten antara rater satu dengan yang

lainnya, maka kedua rater ini layak untuk dipakai. Rumus reliabilitas yang

digunakan sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑥′ = 𝑆𝑆2 − 𝑆

𝑒2

𝑆𝑆2 +(𝑘−1)𝑆𝑒2

Keterangan:

𝑟𝑥𝑥1 = koefisien korelasi

𝑆𝑆2 = varians antar subyek yang dikenai rating

𝑆𝑒2 = varians error, yaitu varians interaksi antara subyek (s) dengan

rater (r)

4.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun

metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

4.6.1 Deskripsi Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diungkap dengan

mengunakan lembar observasi. Penilaian dalam observasi yaitu 1 untuk poin

aktif dan 0 untuk tidak aktif.

% = 𝑛

𝑁 𝑥 100%

Arikunto (2012:296)

Keterangan:

n = jumlaj skor yang diperoleh

N = jumlah skor ideal ( jumlah skor x skor tertinggi )

Dari perhitungan tersebut dapat disusun tebel interval skor, interval

prosentase skor, dan kategori sebagai berikut:

Tabel 4.4 Interval Skor, Interval Presentase Skor, dan Kategori

Interval Skor Interval % Skor Kriteria

0,00 ≤ skor ≤ 1,75 0 % ≤ skor ≤ 25 % Rendah

1,75 < skor ≤ 3,50 25 % < skor ≤ 50 % Cukup

3,50 < skor ≤ 5,25 50 % < skor ≤ 75 % Tinggi

5,25 < skor ≤ 7,00 75 % < skor ≤ 100 % Sangat tinggi

4.6.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa

4.6.2.1 Penskoran Hasil Belajar Siswa

Penskoran hasil belajar siswa menggunakan rumus berikut :

S = R - (𝑊)

𝑛−1

Arikunto (2012:263)

Keterangan:

S = skor

R = banyaknya pilihan jawaban yang benar

W = banyaknya pilihan jawaban yang salah

n = banyaknya pilihan jawaban

4.6.2.2 Penilaian Hasil Belajar Siswa

Penilaian hasil belajar siswa menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menentukan rata-rata dengan rumus

�̅� = ∑ 𝑥𝑖

𝑛

Sudjana (2005:67)

b. Menentukan varian dengan rumus

S2 = ∑(𝑥𝑖−𝑥̅)2

𝑛−1

Sudjana (2005:93)

c. Menentukan standar deviasi dengan rumus

SD = √∑(𝑥𝑖−𝑥̅)2

𝑛−1

Arikunto (2012:299)

4.6.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan berupa data yang berdistribusi normal atau tidak. Pada data

keaktifan belajar, karena datanya tidak dapat dibuat bentuk interval maka

tidak dapat mengunakan uji Chi kuadrat sehingga uji normalitasnya

menggunakan uji Kolmograv Smirnow dengan cara data dimasukkan ke

program SPSS. Sedangkan pada data hasil belajar tidak perlu dilakukan uji

normalitas lagi sebab data sudah merupakan data normal karena pendekatan

dalam penilaiannya telah menggunakan Penilaian Acuan Normal (PAN)

4.6.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini bertujuan untk mengetahui hasil akhir

penelitian. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan keaktifan

dan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode

pembelajaran Snowball Throwing dengan siswa yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional. Uji yang digunakan adalah uji pihak kanan

dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 (Hipotesa null) = peningkatan keaktifan dan hasil belajar

kelompok eksperimen lebih rendah atau sama

dengan kelompok control

Ha (Hipotesa Alternatif) = Peningkatan keaktifan dan hasil belajar

kelompok eksperimen lebih tingi daripada

kelompok control.

Hipotesa statistikanya adalah sebagai berikut :

H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2

Ha : 𝜇1 > 𝜇2

Karena jumlah sampel n1 = n2 dan varians homogen σ1 = σ2 maka

digunakan uji t dengan rumus:

𝑡 =𝑥1̅̅̅ − �̅�2

𝑠 √1𝑛1

+ 1𝑛2

Sudjana (2005:239)

Dimana,

s = √(𝑛1−1)𝑠1

2 +(𝑛2−1) 𝑠22

𝑛1+ 𝑛2−2

keterangan:

t = uji t

𝑥1̅̅ ̅ = rata-rata kelompok eksperimen

𝑥2̅̅ ̅ = rata-rata kelompok control

𝑠 = simpangan baku

𝑠12 = varians kelompok eksperimen

𝑠22 = varians kelompok control

n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen

n2 = banyaknya samel kelompok control

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Afdila, Nurjana Tri. 2013. Penarapan Model Snowball Throwing dengan Media Teka-Teki Silang untuk mningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran

IPA kelas IV SDN Gugungpati 05 Semarang. Skripsi, Jurusan PGSD UNNES.

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudirman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sudjna. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. MEtode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. .Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widyatun, Diah. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://jurnalbidandiah. blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-snowball-throwing.html.

Diunduh 15 Januari 2015 pukul 13:48.