15
Riksan Tungga Muhammad Hilal Sudarbi Mikha Samuel

Pengantar Pendidikan Dasar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengantar Pendidikan  Dasar

Riksan Tungga Muhammad Hilal SudarbiMikha Samuel

Page 2: Pengantar Pendidikan  Dasar

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Bawaan Sejak Lahir atau Lingkungan

Peserta didik itu beragam karakteristik, misalnya, tinggi badan, warna kulit, warna mata, dan sebagainya. Sebagian besar karakteristik peserta didik ditentukan secara genetis. Menurut Chapel Violins (2009), peneliti psikologi cenderung relatif kurang tertarik melakukan studi mengenai ciri-ciri genetika dikaitkan dengan perbedaan individual. Mereka cenderung meyakini bahwa perkembangan dan perbedaan individu banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan, seperti bagaimana seseorang merasa, bertindak, dan berpikir. Mengingat bahwa faktor genetik tampaknya bervariasi dari satu dimensi ke dimensi yang lain (misalnya, keterampilan spasial versus akuisisi bahasa), bagaimana kita bisa menentukan pengaruh relatif dari faktor keturunan dan lingkungan untuk memahami karakteristik peserta didik dan bagaimana guru atau orang dewasa bisa memahami dengan baik dan benar hubungan yang kompleks di antara keduanya?

Sebagai contoh, Lisa memiliki dua anak perempuan dengan ibu biologis yang sama. Keduanya tinggi, sopan, dan gemar musik. Meskipun memiliki kesamaan seperti ini, anak yang lebih tua kurang gaul secara sosial dan tenang, sementara yang lebih muda, yang lahir pada lingkungan keluarga yang sama, tampaknya lebih terbuka. Selain itu, salah seorang anaknya berdasarkan hasil diagnosis menampakkan ketidakmampuan belajar, sementara yang lain tampaknya kemampuan kognitifnya berfungsi sangat baik.

Bagaimana menjelaskan persamaan dan perbedaan antara dua anak ini? Bidang genetika bertujuan untuk memahami perbedaan perilaku yang dapat diamaii dalam berbagai karakteristik manusia, biasanya dengan menganalisis kontribusi faktor keturunan dan lingkungan bagi pengembangan karakteristik individu. Meskipun penelitian genetika perilaku terdiri dari beragam ideologis dan metodologis, adalah wajar untuk menyatakan bahwa sering ia membantu orang berteori tentang berapa besar faktor keturunan dan lingkungan berkontribusi terhadap perilaku yang diamati dan bagaimana berbagai faktor dapat berinteraksiSatu sama lain untuk menciptakan Perilaku tertentu.

Menurut McDevitt dan Ormrod, sering sulit memisahkan pengaruh relatif dari faktor keturunan dan lingkungan terhadap karakteristik peserta didik. Peserta didik yang memiliki genetik yang Sama (misalnya, saudara-saudara, orangtua, dan anak-anak mereka) biasanya tinggal dilingkungan yang sama juga. Jadi ketika kita melihatkesamaan dalam kecerdasan intelektual (IQ) di antara anggota keluarga yang sama, sulit untuk mengetahui apakah kesamaan mereka disebabkan oleh gen atau lingkungan tempat anggota keluarga itu berada. Namun demikian, menurut dua pakar ini secara signifikan hasil penelitian memberitahu kita bahwa faktor keturunan dan lingkungan mempengaruhi kecerdasan peserta didik.

B. Bukti Pengaruh Herediter

Page 3: Pengantar Pendidikan  Dasar

Menurut McDevitt dan Ormrod, hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran kecepatan pengolahan informasi berkorelasi positif dengan skor lQ. Kecepatan pemrosesan tergantung pada efisiensi neurologis dan kematangan yang dikendalikan secara genetik. Dari sudut pandang ini ada bukti kuat bahwa tingkat kecerdasan seseorang sangat ditentukan oleh faktor keturunan (Perkins, 1995). Kenyataan bahwa anak-anak dengan cacat genetik tertentu memiliki IQ rata-rata jauh lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang tidak memiliki cacat yang sama (Keogh & MacMillan, 1996). Penelitian ini lagi-lagi memberikan bukti lebih lanjut mengenai pengaruh hereditas terhadap kecerdasan. Akan tetapi, bukti paling meyakinkan mungkin berasal dari studi kembar dan studi adopsi.

Studi Si KembarSejumlah penelitian telah menggunakan kembar monozigotik (identik)

dan kembar dizigotik (persaudaraan) untuk mengetahui berapa kuat faktor hereditas mempengaruhi IQ. Karena kembar monozigotik berawal dari satu telur yang kemudian memisahkan, mereka adalah manusia dengan genetis setara. Sebaliknya, kembar dizigotik dipahami sebagai dua telur yang dibuahi terpisah. Mereka berbagi sekitar 50 persen da1i makeup genetik mereka, dengan 50 persen lainnya adalah unik untuk setiap kembar. Jika kembar identik memiliki skor IQ lebih mirip daripada kembar fratemal, cukup kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan itu merupakan pengaruh dari hereditas.

Kebanyakan kembar dibesarkan bersama-sama dengan orang tua dan di rumah yang sama, mereka dibentuk oleh lingkungan yang sama serta gen yang serupa. Namun bahkan ketika kembar dibesarkan secara terpisah (mungkin karena mereka telah diadopsi dan dibesarkan oleh orang tua yang berbeda), mereka biasanya memiliki skor IQ yang sama (Bouchard dan McGue, 1981. Dalam revieu banyak studi kembar, Bouchard dan McGue (1981) menemukan ini rata-rata (median) korelasi seperti berikut ini.

SuObjek penelitian KoRelasi IQ kembarKeKembar identik dibesarkan di rumah yang sama 0,86KeKembar identik dibesarkan dirumah yang berbeda 0,72KeKembar fraternal dibesarkan di rumah yang sama 0,60

Korelasi 0,72 menunjukkan bahwa kembar identik yang dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda cenderung memiliki skor IQ sangat mirip. Bahkan, kembar ini lebih mirip satu sama lain daripada kembar fraterna dibesarkan di rumah yang sama.

Studi AdopsiCara lain untuk mebedakan pengaruh hereditas dan lingkungan adalah

membandingkan anak-anak yang diadopsi oleh kedua orang tua biologis dan angkat mereka. Anak yang diadopsi cenderung mirip dengan orang tua biologis mereka dalam susunan genetikanya. Lingkungan mereka, tentu saja, lebih dekat cocok dengan orang tua angkat mereka. Para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak yang skor IQ lebih tinggi berkorelasi dengan IQ orang tua biologis mereka dibandingkan dengan IQ orang tua angkat yang

Page 4: Pengantar Pendidikan  Dasar

mengadopsi mereka. Dengan kata lain, dalam sekelompok orang yang menempatkan bayi mereka yang dengan IQ tinggi untuk diadopsi, memiliki keturunan yang juga cenderung dengan IQ tertinggi, meskipun dibesarkan oleh orang lain.

Selain itu, korelasi antara IQ anak yang diadopsi dan orang tua biologis mereka menjadi lebih kuat, dan korelasi antafa anak-anak dan orang tua angkat mereka menjadi lemah, sebagai anak-anak tumbuh lebih tua, terutama selama masa remaja akhir (Bouchard dkk., L997).Perlu diketahui bahwa studi kembar dan studi adopsi tidak sepenuhnya memisahkan pengaruh keturunan dan lingkungan (Collins dkk., 2000). Sebagai contoh, mengadopsi anak bersama lingkungan umum untuk minimal 9 bulan -9 bulan kehamilan dari ibu biologis mereka. Demikian pula, kembar monozigotik yang dibesarkan di rumah yang terpisah telah dipengaruhi oleh lingkungan prenatal umum dan sering mirip, jika tidak identik, juga lingkungan pascakelahiran. Selanjutnya, studi kembar dan studi adopsi tidak memungkinkan peneliti untuk mengkaji cara-cara di mana keturunan dan lingkungan mungkin berinteraksi dalam pengaruhnya terhadap tingkat kecerdasan.

Ini bukan untuk mengatakan bahwa anak-anak ditakdirkan memiliki tingkat kecerdasan yang sama dengan orang tua biologis mereka. Bahkan, kebanyakan anak dengan kecerdasan tinggi dikandung oleh orang tua dengankecerdasan rata-fata, bukan oleh orang tua dengan nilai skor IQ tinggi (Plomin dan Petrill, 1997). Karenanya, faktor genetik mungkin bukan merupakan prediktor pasti tentang potensi IQ mereka sendiri. Faktor lingkungan sangat mungkin juga membuat perbedaan yang cukup.

C. Perkembangan Peserta DidikStudi tentang perubahan progresif perilaku dan kemampuan manusia,

termasuk peserta didik, dari konsepsi sampai mati merupakan tugas psikologi perkembangan. Ketika dilahirkan, anak manusip itu sudah lengkap secara fisik, namun, bayi manusia itu akan mati jika tidak dirawat. Ketika dilahirkan, bayi tidak bisa mengangkat kepalanya. Dia tidak bisa berbalik dengan sendirinya dan tidak bisa makan sendiri. Namun demikian, dia telah dapat melihat, mendengar, membau, merasa, merespon rasa sakit, dan mengenali sentuhan. Meskipun indera mereka kurang akurat saat lahir, bayi segera responsif terhadap lingkungan mereka. Beberapa dimensi perkembangan anak dijelaskan seperti berikut ini.

1. Pematangan atau maturation. Kemunculan dan perkembangan karakteristik pribadi berjalan dalam sebuah urutan teratur sejalan dengan pertumbuhan fisik. Pematangan mengacu pada pertumbuhan fisik dan perkembangan mengacu terutama pada sistem saraf. Pematangan merupakan urutan teratur sejalan dengan pertumbuhan kemampuan dasar, khususnya kemampuan motorik, seperti merangkak dan berjalan.2. Sekuensi teratur atau orderly sequence. Tingkat kematangan bervariasi pada masing-masing anak, meski urutan hampir universal. Secara umum, peningkatan kontrol otot pada bayi berawal dari kepala sampai kaki dan dari tubuh bagian tengah ke kaki. Urutan yang umumnya universal itu, misalnya,

Page 5: Pengantar Pendidikan  Dasar

kemampuan menahan kepala sebelum bisa tengkurap sendiri, kemampuan duduk sebelum merangkak, kemampuan merangkak sebelum berdiri, kemampuan berdiri sebelum berjalan, dan seterusnya.3. Prinsip kesiapan keutamaan gerak atau readiness principle of motor primacy. Pematangan biasanya menciptakan kondisi kesiapan untuk belajar. Sampai dengan struktur fisik yang diperlukan sudah siap, mestinya tidak dilakukan latihan dengan pemaksaan. Misalnya, mencoba mengajari anak untuk berjalan ke toilet atau naik sepeda sebelum dia siap. Mengajarkan keterampilan kepada anak akan cepat berhasil, jika secara fisik dia sudah siap. Tentu, tidak harus menunggu benar-benar siap sebelum dia dilatih.4. Temperamen atau temperamenL Mengacu pada ciri-ciri kepribadian, seperti suasana hati, kepekaan, dan tingkat energi. Bayi baru lahir berbeda dalam kegiatan, lekas marah, distractibility, dan aspek lain dari temperamen. Karena perbedaan bawaan pada masing-masing anak, berbeda pula kesiapan mereka untuk bisa tersenyum, menangis, menyanyi, menjangkau, atau meminta perhatian.

D. Perkembangan Peserta Didik dan LingkunganManusia hari ini sangat mirip dengan penghuni gua yang tinggal 20.000

atau30.000 tahun lalu. Akan menjadi seperti apa atau siapa ke depannya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Rangsangan-rangsangan lingkungan ribuan tahun lalu, sungguh berbeda dengan sekarang. Anak yang lahir kekinian kelak bisa menjadi seorang pemrogram komputer, insinyur, atau ahli biokimia yang suka melukis dengan cat air, misalnya. Berbeda dengan anak yang lahir ribuan tahun lalu, yang sangat mungkin menjadi pengawal raja, petani, pemburu tradisional, dan lain-lain. Tidak ada peluang bagi mereka untuk meniadi pemrogram komputer atau operator telepon selular, karena memang belum muncul pada zamannya.

Lingkungan nyaris selalu memodifikasi dengan potensi bawaan dan itu berlangsung sepanjang perkembangan anak manusia. Perbedaa konsisten dalam temperamen dapat dideteksi untuk setidaknya 2 tahun pertama kehidupan anak. Kepribadian anak yang muncul pada usia 10 kemudian, seperti lekas marah, kecenderungan beraktivitas, atau perhatiannya banyak dipengaruhi oleh kehidupannya semasa bayi (Kagan, 1976) termasuk kondisi lingkungan sosialnya. Ketika dilahirkan, sejatinya bayi adalah makhluk sosial. Sensitivitas mereka kepada orang lain merupakan contoh kemampuannya meniru orang dewasa dan adaptasi mereka dalam menghadapi manusia lainnya. Ini merupakan bagian dari kesadaran diri seorang bayi. Kesadaran pengembangan secara sosial itu bersumber dari dirinya sendiri dan dari interaksinya dengan orang lain. Berikut ini disajikan beberapa ragamperkembangan anak, baik karena faktor bawaan maupun terutama karena bentukan lingkungan itu sendiri, khususnya lingkungan sosial.1. Kesadaran diri. Seperti halnya perkembangan anak pada umumnya, kesadaran diri tergantung pada pematangan sistem saraf. Ketika kesadaran-diri anak digabungkan dengan kesadaran orang lain, kesadaran-diri mereka mulai membentuk inti dari perkembangan kehidupan sosialnya. Dengan demikian, anak jangan terlalu diisolasi, sehingga jarang melakukan kontak

Page 6: Pengantar Pendidikan  Dasar

sosial. Di sekolah pun, ketika anak bermain sendirian dan dengan caranya sendiri dalam waktu lama dan frekuensial, harus memandang hal itu sebagai ketiadaan daya suai dan memerlukan pemecahan.2. Pengacuan sosial. Anak memiliki kemampuan melirik ekspresi wajah orang lain untuk memutuskan cara tertentu dalam menanggapi mereka. Pada usia sekitar 12 bulan, sebagian besar bayi mereferensi (melirik) ibunya ketika ditempatkan dalam keadaan yang tidak familiar. Pada akhir tahun pertama, bayi sadar akan ekspresi wajah orang lain dan mencari bimbingan dari mereka. Ini merupakan akar dari suatu keterampilan sosial penting. Karenanya, keterampilan sosial danperkembangan emosional ikut dibentuk oleh bagaimana cara mengasuhnya.3. Periode kritis. Suatu waktu sensitivitas anak menjadi meningkat sebagai pengaruh dari lingkungan mereka, baik positif maupun negatif. Peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi selama periode kritis akan menentukan anak berkembang secara normal atau sebaliknya. Sentuhan lingkungan pada periode kritis ini seringkali menjadi pengalaman awal yang memberi efek lama bagi kehidupan anak di kemudian hari. 4. Perawatan primer. Anak mengalami perawatan atau pelayanan primer dari lingkungannya, terutama orang tua dan pengasuhnya. Mereka mengembangkan hubungan emosional dan fisik dengan orang lain,terutama selama tahun pertama kehidupan.5. Pengayaan dalam pengembangan. Lingkungan merangsang perkembangan fisik, emosi, persepsi, dan intelektual anak. Ketika usia sekitar 5 bulan, misalnya, dia ingin menyentuh apa saja yang ada di sekitamya. Ini menjadi bagian dari perkembangan motoriknya, asalkan tidak membahayakan.

E. Tugas-tugas Perkembangan Peserta DidikTugas perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten pada atau sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu (Havighurst, 1953). Konsep tugas perkembangan didasari asumsi bahwa perkembangan manusia, termasuk peserta didik, dalam masyarakat modern ditandai oleh serangkaian tugas di mana individu harus belajar sepanjang hidupnya.

Beberapa dari tugas perkembangan ini memiliki kesamaan di masa kanak-kanak dan remaja, sedangkan yang lain timbul pada saat manusia memasuki usia dewasa dan usia tua. Keberhasilan pencapaian tugas perkembangan tertentu diharapkan dapat melahirkan kebahagiaan dan kesuksesan bagi individu untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan itu dapat mengakibatkan ketidakbahagiaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan dengan tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan manusia, termasuk peserta didik, muncul dari tiga sumber yang berbeda (Havighurst, 1953). pertama, kematangan fisik, misalnya, untuk belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktural dan budaya, misalnya, umur minimpm untuk perkawinan, umur minimum untuk memperoleh surat izin mengemudi (s[\4), dan sebagainya. Ketiga. nilai-nilai pribadi dan aspirasi. Faktor-faktor pribadi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor ontogenetik dan lingkungan, dan memainkan peran aktif

Page 7: Pengantar Pendidikan  Dasar

dalam munculnya tugas perkembangan tertentu, misalnya, memilih. Jalurpekerjaan tertentu.

F. Tahapan-Tahap Perkembangan Peserta DidikPerkembangan peserra didik menjadi bagian integral dari perkembangan manusia pada umumnya. Perkembangan dimaksud adalah perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan itu ddalani oleh anak manusia khususnya, sejak lahir hingga mencapai tingkat kedewasaan atau kematangan. Sistematis mengandung makna bahwa perkembangan itu dalam makna normal urutannya. Progresif bermakna perkembangan itu merupakan metamorfosis menuju kondisi ideal. Berkesinambungan bermakna ada konsistensi laffi perkembangan itu sampai dengan tingkat optimum yang bisa dicapai. Perkembangan manusia melalui tahapan yang sistematis dalam urutan tertentu yang bersifat serial. Perkembangan itu bergerak langkah demi langkah, dan sebagian gerakannya lebih dekat untuk beberapa bentuk status dewasa. Gerakan perkembangan manusia ini mencakup perubahan fisik dan daya intelektual. Perkembangan daya intelektual berkaitan dengan perubahan kecerdasan, keahlian, dan kemampuan menalar, serta dampak dari peristiwa dan pengalaman hidup.

Masing-masing pemikir dan pakar mempunyai pendapat atau teori yang berbeda mengenai tahapan-tahapan itu. Setiap tahap perkembangan itu bersifat khas. Setiap masa transisi di antara masing-masing tahap perubahan dalam karakter kehidupan memakan waktu tertentu, misalnya, antara tiga sampai dengan enam tahun untuk menyelesaikannya. Pada saat yang sama ada proses individualisasi yang terjadi pada diri manusia. Seperti apa tahap-tahap perkembangan manusia? Levinson, seperti dikutip oleh Tennant dan Pogson (1995) berpendapat bahwa siklus kehidupan manusia terdiri dari empat urutan, yang masing-masing berlangsung selama sekitar dua puluh lima tahun. Dia juga mengidentifikasi beberapa periode perkembangan manusia, seperti berikut ini.

l. Masa anak-anak dan remaja, sejak lahir sampai dengan usia dua puluh tahun. Transisi awal masa kanak-kanak pada usia tiga tahun.

2. Masa dewasa awal, yaitu umur 17 - 45 tahun . Transisi awal, umur 17 -22 tahun. Memasuki dunia dewasa, umur22 - 28 tahun Umur 30 tahun, transisi antara 28 - 33 tahun . Menetap, umur 33 - 40 tahun

3. Masa dewasa tengah, umur 40 - 65 tahun . Transisi setengah baya, umur 40 - 45 tahun Memasuki usia dewasa tengah, umur 45 - 50 tahun . Umur 50 tahun, transisi umur 50 - 55 tahun Puncak dari dewasa tengah, umur 55 - 60 tahun4. Masa dewasa akhir dewasa, usia 60 tahun5. Akhir dewasa, transisi umur 60 - 65 tahun

Page 8: Pengantar Pendidikan  Dasar

Menurut Levinson, masing-masing era berbeda dan mempersatukan karakter hidup yang lengkap pada masing-masingnya. Ada transisi di antara masing-masing era, sehingga memerlukan dasar perubahan karakter hidup seseorang, yang mungkin memakan waktu antara tiga dan enam tahun. Era yang luas adalah periode perkembangan, di mana setiap periode ditandai oleh serangkaian tugas dan upaya untuk mengembangkan atau memodifikasi satu struktur kehidupan.

Erik Erikson seperti dikutip oleh Arlene F. Harder (2009) berpendapat bahwa ciri-ciri kepribadian mansusia itu muncul secara berlawanan. Kutub yang berlawanan itu dapat mewujud sebagai pesimis atau optimis, independen atau tergantung, emosional atau tanpa emosi, petualang atau hati-hati, pemimpin optimis atau pengikut, agresif atau pasif, dan sejenisnya.

Fenomena semacam ini merupakan faktor bawaan, meski banyak sifat temperamen atau karakteristik lain dapat dipelajari berdasar pada tantangan dan dukungan yang diterima selama menjalani hidup sampai tumbuh dewasa.Ahli yang melakukan banyak studi untuk mengeksplorasi konsep ini adalah Erik Erikson. Meskipun pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Freud, dia percaya bahwa ada ego sejak lahir dan tidak ada perilaku yang benar-benar defensif. Berdasarkan studinya, Erikson menyadari bahwa pengaruh besar terhadap perilaku dan budaya lebih ditentukan oleh dunia luar, seperti depresi dan perang. Dia mengemukakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengaruh interaksi antara faktor genetika (biologis), pikiran (psikologis), dan budaya (etos). Erikson mengklasifikasikan perkembangan kehidupan manusia ke dalam delapan tahap yang membentang dari lahir sampai mati. Pada fase dewasa, Erikson membagi tahapannya ke dalam pengalaman orang dewasa muda, dewasa, dan dewasa tengah, dan dewasa tua. Sementara usia yang sebenarnya mungkin berbeda dari satu tahap ke yang lain, usia tampaknya cocok untuk kebanyakan orang.

Kedelapan tahap perkembangan manusia versi Erikson seperti dikutip olehArlene F. Harder (2009), disajikan berikut ini.1. Fase bayi: sejak lahir sampai usia 18 bulan. Menurut Erikson hasil perkembangun ego pada fase ini adalah kepercayaan vs ketidakpercayaan. Dasar kekuatannya adalah dorongan dan harapan. Masa bayi oleh Erikson disebut sebagai tahap sensori oral (oral sensory stage), ditandai dengan kebiasaannya memasukkan segala sesuatu ke mulut. Pada fase ini penekanan utama adalah pada ibu yang harus merawat anak secara positif dan penuh kasih sayang, dengan penekanan utama pada kontak visual dan sentuhan. Kalau anak berhasil melewati masa ini dengan baik, dia akan belajar percaya bahwa hidup pada dasarnya baik-baik saja dan ini menjadi keyakinan dasarnya di masa depan. Jika pada fase ini anak gagal menumbuhkan kepercayaan dan terus-menerus frustasi karena kebutuhannya tidak terpenuhi, sangat mungkin berakhir dengan perasaan mendalam yang tidak berharga dan muncullah ketidakpercayaan mereka pada dunia ini di masa depan. Banyak studi tentangbunuh diri dan percobaan bunuh diri menunjukkan pentingnya tahun-tahun awal dalam mengembangkan kepercayaan dasar bahwa dunia ini dapat

Page 9: Pengantar Pendidikan  Dasar

dipercaya dan bahwa setiap individu memiliki hak untuk berada di dunia. Tidak mengherankan, hubungan yang paling penting adalah dengan orang tua atau ibu, atau siapa pun yang paling signifikan dan konstan menjadi pengasuhnya.

2. Fase usia dini: usia 18 bulan sampai 3 tahun. Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah otonomi vs malu. Kekuatan dasarnya adalah kontrol diri, keberanian, dan kemauan. Menurut Erikson, selama tahap ini anak belajar menguasai keterampilan untuk dirinya sendiri. Pada fase ini, anak tidak hanya belajar berjalan, berbicara, dan makan sendiri, melainkan juga dia belajar mengembangkan gerakan yang lebih halus serta melakukan pelatihan yang banyak berharga baginya. Di sini anak memiliki kesempatan membangun harga diri dan otonomi sebagai manusia, serta memperoleh lebih banyak kontrol atas tubuhnya, mendapatkan keterampilan baru, serta belajar benar dan salah. Dalam tradisi Barat atau di negara-negara berbahasa Inggris, pada fase ini anak sudah berani mengatakan "No" atau "tidak". Anak-anak Indonesia pun pada fase ini sudah berani mengatakan kata "tidak mau”, "gak mau", atau lafal sejenis. Mungkin sakit bagi orang tua mendengar kata-kata ini, tetapi ini menjadi fase penting bagi anak untuk mengembangkan keterampilan sesuai dengan kemauannya. Jika anak malu melakukan pelatihan atau belajar keterampilan penting lainnya, sangat mungkin dia merasa malu besar dan meragukan kemampuannya. Hasil akhirnya bisa mewujud dalam bentuk rendah diri. Dalam kaitan ini, yang paling signifikan adalah hubungan dengan orang tua.3. Fase bermain: umur 3 - 5 tahun. Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah inisiatif vs rasa bersalah. Kekuatan dasarnya adalah tujuan atau dorongan. Selama periode ini anak mengalami suatu keinginan untuk meniru orang dewasa di sekitarnya dan mengambil inisiatif dalam menciptakan situasi bermain. Mereka bisa bermain dengan boneka Barbie, menggunakan telepon mainan dan miniatur mobil, bermain peran, dan sebagainya. Pada fase ini, dalam batas tertentu anak sudah bisa menjawab pertanayaan "mengapa" atau mengajukan pertanyaan seperti itu: "mengapa? Erikson yang dipengaruhi oleh pemikiran Freud meremehkan seksualitas biologis yang mendukung fitur konflik psikososial antara anak dan orang tua. Namun demikian, dia mengatakan bahwa pada tahap ini biasanya anak menjadi terlibat dalam "perjuangan klasik", oedipal, dan menyelesaikan perjuangan melalui "identifikasiperan sosial." Jika anak frustrasi atas keinginan alami dan tujuannya, dia dengan mudah dapat mengalami rasa bersalah. Pada fase ini, yang paling signifikan adalah hubungan dengan keluarga inti.

4. Fase sekolah: umur 6 - 12 tahun. Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah industri vs inferior. Kekuatan dasarnya adalah metode dan kompetensi. Selama tahap ini, sering disebut latency, manusia mampu belajar, menciptakan dan menyelesaikan berbagai keterampilan baru dan pengetahuan, dengan demikian mengembangkan "semangat industri" atau "mencipta".

Fase ini juga merupakan tahap yang sangat penting bagi pengembangan sosial dan jika manusia mengalami perasaan yang belum terselesaikan,

Page 10: Pengantar Pendidikan  Dasar

ketidakcukupan kemampuan, dan inferioritas di antara rekan-rekannya, dia dapat memiliki masalah serius dalam hal kompetensi dan harga diri. Ketika dunia pergaulan meluas, yang paling signifikan adalah hubungan manusia dengan sekolah dan lingkungan. Orang tua tidak lagi menjadi sumber otoritas lengkap mereka seperti fase sebelumnya, meskipun keberadaannya masih dirasa penting.

5.Fase remaja: umur 12 - 18 tahun. Menurut Erikson hasil perkembanganego pada fase ini adalah identitas vs kekacauan peran. Kekuatan. dasarnya adalah pengabdian dan fidelity. Sampai tahap ini, menurutErikson, perkembangan manusia sebagian besar tergantung pada apayang dilakukannya. Masa remaja merupakan suatu tahap di manamanusia bukan lagi anak-anak dan belum masuk fase kehidupan orangdewasa. Kehidupannya pasti semakin kompleks, karena mereka mencoba menemukan jati dirinya sendiri, perjuangan melalui interaksisosial, dan bergulat dengan isu-isu moral. Tugas pribadi adalah untukmenemukan siapa diri sendiri sebagai individu yang teryisah darikeluarga asal dan sebagai anggota masyarakat yang lebih luas.Sayangnya, dalam proses ini banyak orang-orang di sekitarnyamenampakkan tanda-tanda menghindari dan menarik diri dari tanggungjawab, yang oleh Erikson disebut moratorium.Jika manusia tidak berhasil dalam menjelajahi tahap ini, dia akanmengalami kekacauan atau kebingungan peran dan pergolakan. Sebuahtugas penting bagi orang tua atau orang dewasa adalah mengembangkanfilsafat hidup dengan cita-cita atau harapan, serta bebas dari konflik.Masalahnya, manusia tidak memiliki banyak pengalaman dan merasamudah untuk mengganti cita-cita. Pada fase ini hubungan dengan temansebaya menjadi sangat penting.

6.Fase dewasa muda: umut 18 - 35 tahun. Menurut Erikson, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah keintiman dan solidaritas vs isolasi. Kekuatan dasarnya adalah afiliasi dan cinta. Pada tahap awal menjadi seorang dewasa manusia mencari satu atau lebih sahabat dan cinta. Saat ini dia mencoba mencari hubungan saling memuaskan, terutama melalui perkawinan, hubungan dengan teman-teman, dan memulai sebuah keluarga.

7. Meski harus diakui, saat ini banyak pasangan yang tidak memulai berkeluarga sampai mereka berusia tiga puluhan. Jika negosiasi tahap ini berhasil, manusia dapat mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Jika kita tidak berhasil, akan sangat mungkin muncul rasa isolasi dan jarak dari orang lain. Ketika manusia tidak merasa mudah untuk menciptakan hubungan yang memuaskan, dunianya pergaulannya dapat mulai menyusut, seperti bertindak mempertahankan diri. pada kondisi ini seseorang bisa merasa superior dari orang lain. Hubungan yang signifikan adalah dengan mitra perkawinan dan teman-teman.

8.Fase dewasa tengah: umut 35 sampai dengan 55 atau (mungkin bahkan usia 65 tahun). Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah generativitas vs penyerapan-diri atau stagnasi. Kekuatan dasarnya adalah

Page 11: Pengantar Pendidikan  Dasar

produksi dan perawatan. Pekerjaan adalah yang paling penting fase ini. Erikson mengamati bahwa usia pertengahan adalah ketika manusia cenderung mampu melakukan karya kreatif yang bermakna dan membicarakan seputar kehidupan keluarga. Fase ini biasanya manusia berharap banyak untuk bertanggungjawab atas perannya. Tugas penting di sini adalah mel6starikan budaya dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui keluarga, serta bekerja untukmembangun lingkungan yang stabil. Fase ini pun ditandai dengan meningkatnya kepedulian kepada orang lain dan menghasilkan sesuatu yang memberikan kontribusi untuk perbaikan masyarakat, yang oleh Erikson disebut generativitas atau generativity. Jadi, ketika manusia berada pada fase ini adakalanya muncul rasa takut tidak bisa aktif dan memberikan sumbangsih yang berarti kepada masyatakat. Sebagian anak-anak pun sudah meninggalkan rumah. Hubungan dengan anak pun sudah berubah, baik cara maupun tujuannya. Manusia pun mungkin menghadapi perubahan besar dalam kehidupan yang mungkin krisis, berikut perjuangan untuk menemukan arti dan tujuan baru. Jika manusia tidak berhasil melewati tahap ini, dia bisa menjadi egois dan mandek. Hubungan yang signifikan berada di tempat kerja, masyarakat, dan keluarga.

9. Dewasa akhir: umur 55 atau 65 tahun hingga kematian. Menurut Erikson pada fase ini hasil perkembangan ego adalah integritas vs despair atau putus asa. Dasar kekuatannya adalah kebijaksanaan. Erikson berpendapat bahwa banyak aspek dari kehidupan dimana orang mempersiapkan kehidupan pada tahap dewasa tengah dan tahap terakhir dia sudah merasa nyaman. Mungkin hal ini dikarenakan sebagai orang dewasa manusia sering bisa melihat kembali kehidupannya dengan kebahagiaan dan materi. Juga, dipenuhi dengan perasaan yang mendalam bahwa kehidupan ini memiliki makna dan dia telah membuat kontribusi bagi kehidupan. Perasaan semacam ini oleh Erikson disebutintegritas. Pada fase ini pun orang merasakan besarnya hikmat dunia dan kemudian mereorientasi kepedulian yang mulai "terpisah" dengan kepentingan kehidupan duniawi, menerima kematian sebagai penyelesaian atau kehidupan. Di sisi lain, sebagian orang dewasa dapat mencapai tahap puncak,. namun sebagian lagi putus asa pada pengalaman mereka dan merasakan kegagalan. Mereka mungkin takut mati karena mereka berjuang untuk menemukan tujuan untuk hidupnya, bertanya-tanya "Apakah perjalanan hidup telah dilakukan secara layak?" Atau, mereka mungkin merasa bahwa dirinya memiliki semua jawaban (yang tidak berbeda seperti halnya remaja) dan diakhiri dengan dogmatisme yang kuat yang hanya melihat mereka telah benar. Hubungan yang signifikan adalah dengan semua manusia.