8
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA? Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjutan Soetam Rizky Wicaksono NIM : 110121609138 S3 – TEP – PPS UM

Pembentukan community college

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Pembentukan community college

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

Tugas Mata KuliahPsikologi Pendidikan Lanjutan

Soetam Rizky WicaksonoNIM : 110121609138

S3 – TEP – PPS UM

Page 2: Pembentukan community college

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa

sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk

lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopaSoetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

I. Pendahuluan

Lingkungan pembelajaran orang dewasa sangatlah berbeda dengan lingkungan pembelajaran di

masa kanak-kanak. Pembelajaran orang dewasa yang memang lebih sesuai diterapkan untuk lingkungan

pembelajaran yang berorientasi demokratis, diharapkan lebih membawa “orang dewasa” menapak ke

tahapan yang lebih humanis (Merriam, 2001:6).

Karenanya di era teknologi informasi yang semakin bersifat global, model pembelajaran yang

berasaskan komunitas atau learning community jauh lebih bisa diterima bagi pembelajaran orang

dewasa yang umumnya diasosiasikan dengan level perguruan tinggi. Bahkan di level perguruan tinggi

dinyatakan bahwa pembelajaran berbasis komunitas menjadi sebuah misi terbaik dari reputasi dan fakta

yang bisa didapat dari sebuah perguruan tinggi (Stafford, 2006:1).

Namun demikian, pembelajaran berbasis komunitas masih menjadi sesuatu yang sangat asing di

Indonesia. Fenomena pembelajaran berbasis komunitas masih dianggap sebagai sesuatu yang dapat

merontokkan paradigma sekolah formal. Bahkan di Indonesia saat ini, Universitas Terbuka yang

dianggap sebagai pelopor pembelajaran perguruan tinggi yang menerapkan model self directed learning

masih merasa bahwa pelaksanaannya terkendala, khususnya di sektor infrastruktur yang tidak merata di

seluruh kawasan Indonesia (Belawati & Zuhairi, :6).

Dengan tinjauan tersebut, maka makalah ini didalamya membahas ide konseptual mengenai

pembelajaran berbasis komunitas khususnya bagi pembelajar dewasa di level perguruan tinggi dengan

model pembelajaran self directed learning. Tentu saja penerapan dari ide konseptual ini diharapkan

tidak hanya akan menjadi sebuah utopia, namun diharapkan dapat menjadi sebuah mimpi baru yang

nantinya benar-benar dapat terwujud di kemudian hari.

II. Kajian Pustaka

Pembelajaran orang dewasa atau lazim disebut sebagai andragogy disebut sebagai ilmu dan seni

yang dapat membantu orang dewasa untuk belajar (Merriam, 2001:5). Berbeda dengan pebelajar anak-

anak, maka pebelajar dewasa lebih disarankan untuk tidak berada di lingkungan pembelajaran yang

kaku, penuh peraturan dan berada dalam institusi yang konvensional (Knowles, Holton & Swanson,

2005:38). Karenanya para pebelajar dewasa diharapkan lebih nyaman berada di sebuah lingkungan

pembelajaran yang bersifat komunitas serta saling mendukung satu sama lain di dalam lingkungan

tersebut.

Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 1

Page 3: Pembentukan community college

Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

Salah satu ciri pebelajar dewasa adalah adanya sifat self directed learning yang secara umum

mencirikan beberapa hal penting yakni (Tenant, 2006:8):

1. Kemampuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu

2. Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan

3. Kemampuan untuk mengorganisasi data untuk menjadikan jawaban yang benar

4. Kemampuan untuk dapat melakukan generalisasi dan mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan

yang muncul.

Tetapi seseorang tidak akan menjadi seorang yang dianggap dewasa secara instan, terlebih jika

ditinjau dari sisi model pembelajaran yang memungkinkan seseorang dianggap sebagai pebelajar

dewasa dengan adanya perkembangan dan proses yang terjadi tidak hanya dalam waktu singkat

(Knowles, Holton & Swanson, 2005:220). Pebelajar dewasa atau adult learner diharapkan dapat memiliki

kemampuan utama agar dapat terlibat di dalam lingkup pembelajaran dewasa yakni rasa ingin tahu.

Salah satu hal yang diharapkan dapat mengikat pebelajar dewasa untuk mendapatkan rasa ingin tahu

adalah dengan terlibat ke dalam sebuah proses pembelajaran secara kolaboratif (Knowles, Holton &

Swanson, 2005:183).

Lingkup pembelajaran kolaboratif yang diasumsikan paling sesuai di dalam lingkungan pebelajar

dewasa adalah dengan memasuki lingkungan pembelajaran berbasis komunitas di level perguruan tinggi

atau lazim disebut sebagai community college. Perguruan tinggi berbasis komunitas atau community

college ini dianggap sebagai sebuah solusi yang dapat secara cepat memberikan pembelajaran bagi

pebelajar dewasa dengan sebuah sistem yang demokratis serta berbiaya rendah (Stafford, 2006:3).

Pengadaan community college saat ini bahkan secara formal telah diakui keberadaannya dan

dianggap sebagai sebuah kompensasi dari keberadaan sekolah formal yang seringkali menisbikan

keberadaan pendidikan yang tidak setara berdasarkan ras, etnis dan jenis kelamin (Stafford, 2006:4).

Keberadaan sekolah formal juga dianggap tidak menerapkan keadilan di beberapa negara yang

didalamnya memberikan sedikit kesempatan bagi penduduknya untuk bersekolah (Ilich, 1970:5).

Karenanya diharapkan terjadi sebuah hukum yang dapat menjamin tidak adanya diskriminasi di dalam

mendapatkan sumber belajar (Ilich, 1970:4).

Dengan adanya community college yang bersifat terbuka, baik dari sisi perekrutan yang tidak

lagi mengharuskan seseorang memiliki level tertentu di dalam hasil akhir nilai untuk masuk ke dalam

lingkungan tersebut, maka kesempatan belajar akan lebih terbuka bagi siapa saja yang menginginkan

Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 2

Page 4: Pembentukan community college

Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

sebuah proses pembelajaran yang tetap layak untuk diakui secara formal (Stafford, 2006). Ini berarti

bahwa pembentukan sebuah lingkungan pembelajaran yang mengutamakan kesetaraan dapat lebih

menjamin pemerataan pendidikan dibandingkan pembentukan sekolah formal (Ilich, 1970).

III. Pembahasan

Pembentukan community college yang lebih ditujukan kepada pebelajar dewasa saat ini secara

formal telah diakui keberadaannya di Amerika Serikat. Community college yang memiliki biaya lebih

murah dikarenakan para pengajarnya juga berasal dari komunitas, begitu pula bahan ajarnya, hingga

saat ini masih belum terwujud di Indonesia.

Keberadaan Universitas Terbuka yang secara formal dibentuk oleh pemerintah, tidaklah sama

dengan keberadaan community college. Hal ini disebabkan bahwa prinsip dari pelaksanaan Universitas

Terbuka adalah distance learning yang dikelola secara resmi dengan kurikulum serta bahan ajar yang

telah baku layaknya yang ada di sebuah perguruan tinggi biasa. Sedangkan keberadaan community

college lebih mengarah kepada sumbangsih dari komunitas yang secara terbuka menjadi sumber bahan

ajar bagi satu sama lain tetapi tetap terkontrol dan dikelola secara profesional.

Salah satu ciri lain dari community college adalah pengakuan secara formal dari pemerintah bagi

para pebelajar yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya di dalam perguruan tinggi tersebut

(Stafford, 2006). Sehingga masih terdapat ijazah yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pekerjaan

secara formal. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi sebuah mimpi besar yang sepertinya masih akan

jauh dari kenyataan di Indonesia.

Ciri lain dari community college yang utama adalah penyesuaian dengan gaya belajar dari

pebelajar dewasa yang lebih dilandasi oleh rasa keingintahuan dan motivasi belajar yang

mengakumulasikan pengalaman serta kebutuhan dibandingkan dengan keterpaksaan dalam

mempelajari sesuatu (Merriam, 2001:5). Hal tersebut seringkali dianggap bertentangan dengan

paradigma yang ada di pendidikan Indonesia di berbagai level yang lebih mengutamakan pendidikan

dengan model behavioristik dibandingkan model konstruktifistik. Ini juga berarti bahwa pembentukan

community college sepertinya hanya menjadi sebuah utopia di masa kini untuk Indonesia.

Namun dari sekian banyak pesimisme yang tersirat, pembentukan community college

sesungguhnya dapat dirintis secara perlahan hingga nantinya mendapatkan pengakuan secara formal.

Seperti halnya yang terjadi di Amerika Serikat, pembentukan community college harus didukung dengan

adanya sebuah komunitas yang memiliki komitmen kuat akan pemerataan pendidikan serta niatan yang

Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 3

Page 5: Pembentukan community college

Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

tulus bahwa saat kita berbagi pengetahuan, maka kita akan semakin menambah pengetahuan yang kita

miliki.

Hingga saat ini pembentukan community college telah dirintis oleh beberapa komunitas dengan

mendirikan sistem pembelajaran secara online, seperti ilmukomputer.com. Sayangnya, rintisan tersebut

masih bersifat mentah dari sisi rancangan pembelajaran sehingga tampaknya akan sangat sulit untuk

mendapatkan pengakuan secara formal. Di rintisan lainnya, telah dilakukan oleh beberapa vendor besar

kelas dunia seperti Microsoft yang mendirikan Microsoft Virtual Academy. Dengan rancangan

pembelajaran yang lebih terarah dan teruji secara internasional, hasil yang diperoleh sesungguhnya

sangat komprehensif, namun masih juga belum mendapatkan pengakuan secara formal di Indonesia.

IV. Kesimpulan

Dari paparan yang telah diuraikan tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pembentukan sebuah community college lebih sesuai diterapkan untuk level pebelajar dewasa yang

lebih menekankan rasa keingintahuan mendalam dan keinginan untuk belajar sesuai dengan apa

yang dibutuhkan atau penekanan sifat self directed learning.

2. Pembentukan community college membutuhkan teknologi pembelajaran yang komprehensif agar

hasil pembelajarannya dapat lebih terarah meski proses pembelajaran yang ada didalamnya

menekankan terhadap kebebasan belajar.

3. Pengakuan secara formal terhadap community college di Indonesia memang masih belum terjadi,

namun jika pada saatnya nanti sebuah komunitas berhasil menerapkan sistem ini secara “baik dan

benar”, bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk mewujudkan mimpi adanya community college di

Indonesia.

4. Rintisan pembentukan community college di Indonesia dapat diwujudkan melalui pembentukan

komunitas belajar secara online, dengan melibatkan pebelajar ataupun pembelajar dewasa yang

dapat secara tulus menyumbangkan bahan ajar sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal di

dalam komunitas tersebut tanpa memandang perbedaan ras, etnis, agama ataupun diskriminasi

lainnya.

V. Daftar Pustaka

Belawati, Tian & Amin Zuhairi, 2007, The Practice of a Quality Assurance System in Open and Distance Learning: A case study at Universitas Terbuka Indonesia (The Indonesia Open University) , International Review of Research in Open and Distance Learning, Volume 8 (1), 2007

Ilich, Ivan, 1970, Deschooling Society, CIDOC

Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 4

Page 6: Pembentukan community college

Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?

Knowles, Malcolm, Elwood F. Holton III & Richard A. Swanson, 2005, The Adult Learner sixth edition, Elsevier

Merriam, Sharan B, 2001, Andragogy and Self Directed Learning dalam The New Update on Adult Learning Theory (ed. Sharan B. Merriam), Jossey-Bass

Stafford, Susan H, 2006, Community College : Is It Right for You?, Wiley PublishingTenant, Mark, 2006, Pshycology and Adult Learning third edition, Routledge Publishing

Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 5