12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat, melebihi agama-agama lain. karena Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada Sang Kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekerti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari Baginda Rasulullah SAW. Tidak hanaya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang Allah amanatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang lurus. Namun dalam menggunakan akal terbatas akan hal-hal bersifat tauhid, karena ketauhitan Sang pencipta tak akan terukur dalam menemukan titik akhir, begitu pula dengan wahyu sang Esa, karena wahyu diberikan kepada orang-orang terpilih dan semata-mata untuk menunjukkan kebesaran Allah. Maka dalam menangani antara wahyu dan akal harus selalu mengingat bahwa semua itu karna Allah semata. Dan tidak akan terjadi jika Allah tak mengizinkannya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kemusyrikan terhadap Allah karena kesombongannya. Akal mengandung arti daya untuk memperoleh pengetahuan, membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan benda lain dan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya.disamping memiliki kemampuan yang konkrit, akal dapat mengabstralkan benda-benda yang ditangkap panca indra atau benda-benda konkrit bahkan membedakan antara kebaikan dan keburukan atau mempunyai fungsi moral. Akal dalam pengertian Islam adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia: daya, yang memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Pengertian inilah yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia. Wahyu berasal dari bahas Arab al-wahy, artinya suara, api dan kecepatan,bisikan,isyarat,dan tulisan. Juga berati pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat. Pemberitahuan yang dimaksud datang dari luar diri manusia. Yaitu Tuhan. Dengan demikian wahyu diartikan penyampaian sabda Tuhan kepada pilihannya agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Berbeda dengan akal yang memberi

Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat,

melebihi agama-agama lain. karena Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk

manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan

kepada Sang Kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi

pekerti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari

Baginda Rasulullah SAW. Tidak hanaya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan

pilihan yang Allah amanatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan

wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa untuk

membimbing manusia pada jalan yang lurus.

Namun dalam menggunakan akal terbatas akan hal-hal bersifat tauhid, karena

ketauhitan Sang pencipta tak akan terukur dalam menemukan titik akhir, begitu pula dengan

wahyu sang Esa, karena wahyu diberikan kepada orang-orang terpilih dan semata-mata untuk

menunjukkan kebesaran Allah. Maka dalam menangani antara wahyu dan akal harus selalu

mengingat bahwa semua itu karna Allah semata. Dan tidak akan terjadi jika Allah tak

mengizinkannya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kemusyrikan terhadap Allah karena

kesombongannya.

Akal mengandung arti daya untuk memperoleh pengetahuan, membuat seseorang dapat

membedakan antara dirinya dengan benda lain dan antara benda yang satu dengan benda

yang lainnya.disamping memiliki kemampuan yang konkrit, akal dapat mengabstralkan

benda-benda yang ditangkap panca indra atau benda-benda konkrit bahkan membedakan

antara kebaikan dan keburukan atau mempunyai fungsi moral.

Akal dalam pengertian Islam adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia:

daya, yang memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Pengertian

inilah yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia.

Wahyu berasal dari bahas Arab al-wahy, artinya suara, api dan

kecepatan,bisikan,isyarat,dan tulisan. Juga berati pemberitahuan secara tersembunyi dan

cepat. Pemberitahuan yang dimaksud datang dari luar diri manusia. Yaitu Tuhan. Dengan

demikian wahyu diartikan penyampaian sabda Tuhan kepada pilihannya agar diteruskan

kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Berbeda dengan akal yang memberi

Page 2: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

2

pengetahuan dari luar diri, yaitu dari Tuhan. Maka dari itu kita bedakan akal dan wahyu serta

hubungannya dengan ilmu dalam pembahasan ini.

B. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini karena :

1. Ingin mengetahui apa yang dimaksud Islam dan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam.

3. Sebagai suatu media untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

4. Menambah kepustakaan.

C. Rumusan Masalah

1. Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam.

2. Klasifikasi ilmu dalam Islam.

3. Kewajiban menuntut ilmu.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat kami petik dalam pembuatan makalah ini :

1. Menambah ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang Agama Islam.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran masalah Islam dan ilmu

pengetahuan khususnya untuk mahasiswa dan mahasiswi.

Page 3: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Akal dan Wahyu

a. Pengertian Akal

Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل),

yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya

‘aqaluuh (عـقـلوه) dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat,

ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti

faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia

yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta

menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.

b. Fungsi Akal

Akal mempunyai banyak fungsi antara lain :

1. Sebagai tolak ukur antara kebaikan dan keburukan.

2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.

3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.

c. Kekuatan Akal

Kekuatan akal antara lain :

1. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya.

2. Mengetahui adanya hidup dan akhirat.

3. Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akherat bergantung pada mengenal

Tuhan dan berbuat baik, sedangkan kesengsaraan di akherat adalah bergantung

pada tidak mengenal Tuhan dan berbuat jahat.

4. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia menjahui

perbuatan jahat untuk kebahagiaan di akherat.

5. Membuat hukum-hukum tentang kewajiban-kewajiban itu.

d. Pengertian Wahyu

Kata wahyu berasal dari kata arab الوحي, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan

bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan.[1] Dan

ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan

cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan

cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya.

Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhada Nabi-NabiNYA ini

Page 4: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

4

sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi. Menurut Muhammad

Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan

yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa

semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara.

Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.

e. Fungsi Wahyu

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi

informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima

kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang

buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima

manusia di akhirat.

Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan Allah

kepada nabi-nabiNya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-

orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah

utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

f. Kekuatan Wahyu

Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita

tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini

memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:

1) Wahyu ada karena izin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.

2) Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3) Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.

4) Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.

5) Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.

B. Klasifikasi Ilmu dalam Islam

Akal menjadi faktor utama yang melahirkan pengetahuan, baik yang dilahirkan

dalam diri manusia sendiri, maupun pengetahuan yang datang dari Tuhan.

Berdasarkan dua macam sumber tersebut, para ahli membuat klasifikasi ilmu yang

sesuai dengan kehendak ajaran Islam. Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu dalam

empat sistem sebagai berikut :

1. Pembagian ilmu atas dasar teoritis dan praktis

Ilmu teoritis adalah ilmu yang diketahui sebagaimana adanya. Sedangkan ilmu

praktis adalah tindakan-tindakan manusia yang bertujuan untuk mencari aktifitas

kodusif manusia untuk kesejahteraannya di dunia dan akherat.

Page 5: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

5

2. Pembagian atas dasar yang dihadirkan dan dicapai

Pembagian ini didasarkan atas perbedaan paling mendasar berkenaan dengan

cara-cara mengetahui. Pengetahuan yang dihadirkan bersifat langsung,serta

merta,supra rasional,intuitif, dan kontemplatif. Ilmu semacam ini disebut ilmu

laduuni (pengetahuan dari yang tinggi) dan ilmu mukasyafah (pengetahuan

menangkap misteri Illahi). Pengetahuan yang dicapai atau pengetahuan perolehan

bersifat tidak langsung, rasional, logis dan diskursif.

Pengetahuan yang dihadirkan lebih unggul daripada pengetahuan yang dicapai

karena terbebas dari kesalahan dan keraguan. Pengetahuan kategori ini jugfa

memberikan kepastian tertinggi mengenai kebenaran-kebenaran spiritual.

3. Pembagian atas dasar religius dan intelektual

Ilmu religius adalah ilmu yang diperoleh nabi-nabi dan tidak hadir pada

mereka melalui akal. Sedangkan ilmu-ilmu intelektual adalah ilmu yang diperoleh

melalui itelek manusia.

4. Pembagian atas dasar kewajiban individu (fardu ain), dan kewajiban umat (fardhu

kiffayah).

Topik ini mula diberi perhatian oleh Imam al-Ghazali setelah beliau mendapati

sebagian daripada ilmuan Islam dari berbagai bidang disiplin ilmu seperti ilmu kalam

[tawhid], fiqh, tasawuf, tafsir dan hadist bercanggah pendapat tentang bidang-bidang ilmu

yang wajib dikuasai oleh setiap individu Islam.

Berdasarkan sabda Nabi Muhammad (s.a.w) yang bermaksud “Menuntut ilmu adalah

fardhu yang diwajibkan ke atas setiap individu Islam”. Imam al-Ghazali menimbulkan

persoalan tentang ilmu; adakah menuntut ilmu itu fardhu ‘ain ataupun fardhu kifayah atas

individu Islam ?

Berpandukan persoalan tersebut Imam al-Ghazali telah mengkalsifikasikan ilmu kepada

dua bagian utama yaitu :

a) Ilmu Mu‘amalah.

Ilmu mu‘amalah dimaksudkan sebagai suatu ilmu yang diperolehi manusia melalui utusan

Allah, akal [pembelajaran], pengalaman dan pendengaran. Pada asasnya ilmu tersebut

[mu‘amalah] tiada sebarang perbedaan melainkan menerusi nama-nama khas yang dberikan

kepadanya seperti ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah oleh para ilmuan Islam.

Ilmu mu‘amalah menurut beliau terbagi kepada dua bagian yaitu :

1- Ilmu fardhu ‘ain.

Page 6: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

6

Ilmu fardhu ‘ain secara ringkas dimaksudkan sebagai ilmu tentang asas-asas

agama Islam seperti mengucap syahadah, menunaikan sembahyang, mengeluarkan

zakat, berpuasa dan menunaikan fardhu haji bagi yang berkemampuan. Ia merupakan

suatu ilmu yang wajib dituntut oleh setiap individu Islam kerana menerusi ilmu

pengetahuan tersebut individu Islam dapat melaksanakan segala tuntutan yang

ditaklifkan samada berbentuk iktikad [kepercayaan], melaksanakan perintah dan

menjauhi laranganNya. Ilmu fardhu ‘ain hanya diperolehi menerusi utusan Allah iaitu

para rasulNya.

2- Ilmu fardhu kifayah.

Ilmu fardhu kifayah menurut ajaran Islam merupakan suatu ilmu yang perlu

dikuasai oleh sebahagian manusia yang mendiami sesebuah kawasan, daerah atau negeri. Hukum mempelajari ilmu fardhu kifayah berubah menjadi fardhu ‘ain apabila

tiada seseorang pun di sesebuah kawasan, daerah atau negeri mengetahui tentang sesuatu ilmu seperti ilmu perubatan, pertanian, pembinaan, pengiraan dan sebagainya. Ilmu fardhu kifayah juga dimaksudkan sebagai ilmu yang berhubung kait dengan

kehidupan sosial. Ilmu tersebut terbahagi kepada tiga bahagian iaitu : i) Terpuji

Ilmu terpuji adalah ilmu yang bermanfaat kepada kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Menurut Imam al-Ghazali ilmu terpuji merangkumi dua kategori iaitu :

a) Ilmu syariah. Ilmu syariah hanya dapat diperolehi menerusi utusan Allah atau dalam

kata lain ilmu yang tak tercapai oleh akal, pengalaman dan pendengaran untuk mengetahuinya seperti ilmu tentang hari kiamat.

b) Ilmu umum.

Ilmu umum pula mampu diperolehi manusia menerusi akal (pembelajaran), pengalaman dan pendengaran seperti ilmu bahasa dan

ilmu perubatan. ii) Harus.

Ilmu yang harus dipelajari oleh manusia adalah seperti ilmu-ilmu

kesusasteraan, sejarah dan sebagainya. iii) Tercela.

Ilmu tercela merupakan ilmu yang dilarang kepada manusia untuk mempelajarinya seperti ilmu sihir dan sebagainya.

b) Ilmu Mukasyafah.

Ilmu mukasyafah merupakan suatu ilmu yang hanya diperolehi oleh manusia menerusi

ilham yang diberikan oleh Allah kepadanya setelah melalui peringkat-peringkat tertentu

dalam amalannya. Ilmu ini lebih dikenali di kalangan ahli-ahli tasawuf sebagai ilmu ladunni.

Pembagian ilmu-ilmu tersebut adalah berdasarkan kepada pemerhatian Imam al-Ghazali

tentang :

a) Sejauh manakah ilmu-ilmu tersebut bermanfaat kepada manusia dari segi

penggunaanya seperti ilmu bahasa.

Page 7: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

7

b) Sejauh manakah ilmu-ilmu tersebut bermanfaat kepada kehidupan beragama

manusia.

c) Sejauh manakah ilmu-ilmu tersebut bermanfaat kepada kehidupan manusia

di dunia seperti ilmu perobatan dan pengiraan.

d) Sejauh manakah kesan ilmu-ilmu tersebut dalam memberi ilmu pengetahuan

dan keseronokan kepada manusia seperti ilmu kesusasteraan dan ilmu sejarah.

Menurut Imam al-Ghazali dasarnya sesuatu ilmu tidak tercela sehingga ilmu tersebut :

1- Mendatangkan kemudaratan ke atas diri orang yang mempelajarinya serta orang

lain.

2- Mendatangkan lebih banyak kemudaratan kepada penuntutnya.

3- Tidak memberikan sebarang faedah kepada penuntutnya maupun orang lain.

Berdasarkan kepada klasifikasi ilmu yang diberikan oleh Imam al-Ghazali ilmu fardhu

‘ain merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu Islam. Manakala lain-lain

ilmu adalah berdasarkan kepada sejauh manakah ilmu-ilmu tersebut bermanfaat kepada

kehidupan individu ataupun masyarakat di dunia dan di akhirat.

C. Kewajiban Menuntut Ilmu

Di dalam Islam, menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana Nabi bersabda.

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari).

Ditambah lagi dalam firman Allah “Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan

manusia juga di hadapan-Nya”.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan mengangkat

derajat orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di bawah ini ” ….Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS

Al Mujaadilah [58] : 11). Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dan di bawah ini ada beberapa

hadits yang berhubungan dengan menuntut ilmu.

Hadits riwayat Ibnu Abdil Bar

اق ل ل لو ر ع ر ىللول ار ط الالق لسر ل ر ر ال ا ل مر ل اللرل بلال ف ر ل ال لل طرل ا ل: بال مر ر ال لا الالف ل ل لل م لر ل تل

ل لحا لطرتل ط ر ر ا ر مر ل رحلل ر لال ي لبلرطل Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka

kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar).

Penjelasan Hadits:

Page 8: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

8

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu

wajib dan para malaikat turut bergembira.

Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah saw. mewajibkan

umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan.

Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui? (Az-Zumar:9). “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11).

Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:

“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan

menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim) “Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam

sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan) “Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan

menuju surga.” (HR.Muslim) “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dan (agama).” (HR.Bukhari)

Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang

bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.

Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang

mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra) Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut

(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak

akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)

Bagaimana dengan orang yang selalu mengamalkan ilmunya? “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi,

hingga semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan

shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Merupakan bagian dari hadits Abu Umamah di atas.).

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali.”Nabi bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan

apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan

surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka“.

Page 9: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

9

Banyak to keutamaan mencari ilmu dengan manfaat mengamalkan ilmu. Terus bagaimana selengekan pada awal notes ini? Bagaimana seharusnya niat yang ada didalam hati dalam

mencari ilmu? Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai,

hamba Allah yang rajin menuntut ilmu.Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah

SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]. Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan

maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi.

Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri. Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu

yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]. Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut

ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah].

Terkait dengan harta :

Jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara Ilmu dengan harta : ” Ilmu lebih utama daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka

Karun, Sadad, Fir’aun, dan lain-lain.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau

yang harus menjaganya.” ” Harta itu bila engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tasarrufkan malahan bertambah.”

” Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan.

” Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh safa’at.”

” Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.”

” Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat

harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.”

Lalu, apakah semua ilmu akan mendapatkan balasan luar biasa seperti diatas? Tidak. Hanyalah ilmu yang bermanfaatlah yang mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang bermanfaat?

“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.

Page 10: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

10

“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-

Ku.” Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda,

“Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan

akhirat.”Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”.‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu

yang tidak bermanfaat.’ Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi

Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”

Itulah sedikit hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi pencari ilmu. Baik sebagai penyemangat dan menjadi ilmu buat kedepan.

Page 11: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Itulah sedikit hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi pencari ilmu. Baik sebagai penyemangat dan menjadi ilmu buat kedepan. Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang

haus akan ilmu yang bermanfaat yang akan berguna bagi kita di dunia dan di akhirat. Amin.

B. Saran

Sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang baik dan berbudi luhur, maka kita sebagai para pencari ilmu hendaknya mencari ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk di dunia maupun di

akhirat. Dimanapun kita berada, apapun yang kita kerjakan hendaknya disertai dengan niat yang baik semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT.

Page 12: Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu

12

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud, Prof, S.H., Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 1997

Suryana, Toto, Drs, M.Pd., Pendidikan Agama Islam, Bandung, Tiga Mutiara, 1997

Asa-2009.blogspot.com

Galuhe.wordpress.com

Pendiislami.tripod.com

Hikmah-kata.blogspot.com/2012/09/hadist-tentang- ilmu-pengetahuan.html