Upload
nandang-sukmara
View
10.451
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pedoman Pelaksanaan RSBI
iii
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar,
Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu
sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.
Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan
Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat
diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009
mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun
2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan
pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun
berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan
kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program
tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan,
Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.
Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai
Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang
pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan
langsung oleh sekolah.
Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program
di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien
seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan
monitoring, evaluasi dan pelaporannya.
Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan
menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau
kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran
2010.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama,
Didik Suhardi, SH., M.Si
NIP. 196312031983031004
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. LATA BELAKANG ........................................................................................................ 1
BAB II DASAR HUKUM DAN TUJUAN...................................................................................... 5
A. DASAR HUKUM.......................................................................................................... 5
B. TUJUAN ..................................................................................................................... 6
BAB III KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL.................................................................................................................... 7
A. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional................................................................. 7
B. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional ................................................... 8
C. Tujuan Diselenggarakan RSBI..................................................................................... 9
D. Karakteristik RSBI ...................................................................................................... 9
BAB IV PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ..................... 13
A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI ........................................... 13
B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI 14
1. Pemenuhan Standar Isi ........................................................................................ 15
2. Pemenuhan Standar Proses ................................................................................. 17
3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).................................................... 18
4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................... 27
5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana......................................................... 28
6. Pemenuhan Standar Pengelolaan ........................................................................ 28
7. Pemenuhan Standar Pembiayaan ........................................................................ 31
8. Pemenuhan Standar Penilaian ............................................................................. 31
C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman
SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI .................................................................................. 33
D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI ............................................................................. 63
E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI ................................................................................. 66
BAB V PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI........................................................ 73
A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI) ............................................... 73
B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah................................... 74
C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS................................................................... 74
D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone ) .............................. 75
E. Model-Model Penyelenggaraan.................................................................................. 75
F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI ........................... 79
BAB VI PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL................................................................................................................ 127
A. Kultur lingkungan kondusif .................................................................................... 128
B. Kultur belajar......................................................................................................... 129
vi
C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan ................................................ 130
D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG)
143
BAB VIII KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
......................................................................................................................................... 155
A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan ....................................... 155
B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI ...................... 157
BAB IX PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH....................................... 173
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 173
B. Tujuan Umum........................................................................................................ 173
C. Dasar Hukum......................................................................................................... 174
D. Sasaran.................................................................................................................. 174
E. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI............................................................ 174
F. Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI .............................................................. 180
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 191
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATA BELAKANG
Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pada pasal 31 dinyatakan bahwa: (1)
Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; serta (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana strategis
dalam jangka menengah, yaitu: (1) peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi,
dan peningkatan daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan
pencitraan publik.
Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara
nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf
internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan dengan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional ini, maka: (1)
pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang
mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, (2) pendidikan bertaraf
internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan
optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal, (3)
pendidikan bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua, masyarakat,
kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampun pemerintah daerahnya
(kabupaten/kota dan propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf internasional harus
memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes),
proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional.
Untuk menuju kepada satuan pendidikan yang bertaraf internasional atau sekolah
bertaraf internasional (SBI) tersebut, maka pemerintah sejak tahun 2007 telah
melaksanakan pembinaan kepada sekolah atau satuan pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau RSBI, yang berasal dari sekolah-
sekolah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai sekolah standar nasional. Hal ini
didasarkan atas kenyataan bahwa untuk menjadi SBI memerlukan biaya yang sangat
mahal, sehingga ditempuh dengan tidak mendirikan baru, akan tetapi diawali dari SSN
tersebut. Sedangkan secara yuridis, pembinaan RSBI ini dilakukan sesuai dengan
Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 25 bahwa “Pemerintah dapat mendirikan
satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional”.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 2
Penyelenggaraan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasiona, yang selanjutnya disebut dengan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (disingkat dengan RSBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut:
1. Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,
manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan
biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman
produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dapat
mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan kenggulan
sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional,
akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisai ini.
2. Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat,
maka dalam penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan
yang kuat yaitu: (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa
“pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”; (b) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (disingkat SNP); (c) UU
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan
kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Demikian pula
dalam Renstra 2010-2014 bahwa pemerintah mentargetkan pada tahun 2014
minimal 50% kabupaten/kota di Indonesia telah ada SBI.
3. Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme
(fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin
melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,
pro-perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi
eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang
dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan (kreatif,
inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat,
dan kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus
memperhatikan perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat dan minat peserta didik.
Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan
potensi intelektual, emosional, dan spriritualnya. Para peserta didik tersebut
merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan merupakan salah satu faktor
daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan
globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi
dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun
kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 3
internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan
sumberdaya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.
4. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu
learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be
merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar,
sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya. Maksudnya adalah
pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai (learning to know),
tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan
nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to
live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya
(learning to be).
Berdasarkan berbagai peraturan perundangan dan beberapa pertimbangan/alasan di
atas, maka penting kiranya pemerintah berkewajiban untuk memberikan arahan,
bimbingan dan pengaturan terhadap sekolah-sekolah yang akan atau telah ditetapkan
sebagai satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional atau disebut dengan Rintisan SBI (RSBI), baik untuk sekolah negeri
maupun swasta supaya kedepan pengembangannya lebih terarah, terencana, dan
sistematis, serta diharapkan di setiap daerah Kabupaten/Kota di Indonesia terdapat
minimal satu satuan dan jenis pendidikan yang bertaraf internasional atau SBI. Untuk
itu, Direktorat Pembinaan SMP perlu untuk membuat adanya suatu panduan
penyelenggaraan RSBI ini, yang dapat dipergunakan sebagai acuan oleh semua
pemangku kepentingan (stakeholder) dalam rangka penyelenggaraan RSBI.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 5
BAB II
DASAR HUKUM DAN TUJUAN
A. DASAR HUKUM
Penyelenggaraan RSBI ini berlandaskan pada:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 50 menyatakan bahwa:
a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
b. Ayat (3): pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka
panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan
dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan
menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.
6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan
bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf
internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara
pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.
7. Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, antara lain pada halaman 10 disebutkan “.........diharapkan seluruh
pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf internasional...”
8. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12,
13, 16, 18, 19, 20, 24, dan 41 Tahun 2007.
9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 25 menyebutkan:
“Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan bertaraf internasional”.
10. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepesertadidikan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 6
B. TUJUAN
Panduan Penyelenggaraan RSBI ini disusun untuk memberikan penjelasan dan
ketentuan secara umum bagi para pemangku kepentingan pendidikan di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah dalam menyelenggarakan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan adanya panduan ini diharapkan seluruh pemangku kepentingan:
1. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang konsep rintisan
sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);
2. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang
penyelenggaraan RSBI dalam hal: tujuan penyelenggaraan, kurikulum,
pengembangan SDM, proses pembelajaran, manajemen, sarana/prasarana,
pembiayaan, dan sistem penilaian.
3. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang peserta didik
RSBI, kultur sekolah, penanaman karakter, persyaratan, prosedur, perijinan,
pengendalian dan pengawasan serta sanksi pelanggaran.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 7
BAB III
KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH
BERTARAF INTERNASIONAL
Sebelum memahami tentang RSBI, maka terlebih dahulu diketahui tentang SBI itu
sendiri. Oleh karena itu dalam penjelasan ini akan diuraikan masing-masing tentang SBI
dan RSBI tersebut.
A. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional
Seperti dijelaskan dalam kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman
Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan
Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota
Organization for Economic Co-operation and Development dan / atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga
memiliki daya saing di forum internasional. Hal ini sejalan dengan pengertian SBI yang
tertuang dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu bahwa Sekolah Bertaraf Internasional
adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan
mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar
nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya
komponen-komponen, aspek-aspek, dan indicator-indikator SNP tersebut diperkaya,
diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar
pendidikan dari salah satu atau lebih anggota OECD (Australia, Austria, Belgium, Canada,
Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland,
Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland,
Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United
States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore
dan Hongkong), dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara
internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan
demikian diharapkan SBI harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam
penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada
SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun
internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sesuai dengan konsep di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam
memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan
yang mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa
SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan (8) unsur SNP yang
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 8
disebut sebagai indikator kinerja kunci minimal (disingkat IKKM) dan
diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan komponen, aspek, atau
indikator kompetensi yang isinya merupakan penambahan atau
pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari delapan SNP tersebut sebagai
indikator kinerja kunci tambahan (disingkat IKKT) dan berstandar internasional dari salah
satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, maka sekolah dapat
melakukan antara lain dengan dua cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu
pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur tertentu yang
sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah
satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui
secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional;
dan (2) adopsi, yaitu penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara
delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota
OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara
internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.
B. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa satuan pendidikan yang dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional disebut juga dengan rintisan SBI.
Dikatakan sebagai rintisan adalah sekolah-sekolah tersebut dipersiapkan secara
bertahap melalui pembinaan oleh pemerintah dan stakeholders, dalam jangka waktu
tertentu yaitu empat tahun diharapkan sekolah tersebut mampu dan memenuhi kriteria
untuk menjadi SBI.
Selama masa rintisan, sekolah melakukan upaya-upaya baik melalui adaptasi atau adopsi
mengembangkan delapan SNP dan lainnya dalam kerangka pemenuhan IKKT. Dalam hal
ini peran semua pihak, khususnya pemerintah daerah provinsi dan masyarakat
diharapkan dapat terlibat sepenuhnya, di samping peran pemerintah pusat juga tinggi,
termasuk di dalamnya pemerintah daerah kab/kota. Bentuk tanggung jawab masing-
masing pihak tersebut adalah sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam
Permendiknas No 78 Tahun 2009.
Selama masa rintisan, penyelenggaraan RSBI tersebut pada setiap tahunnya dilakukan
supervisi, monitoring, dan evaluasi untuk membina dan sekaligus mengetahui
sejauhmana tercapainya pemenuhan IKKT. Sehingga pada saatnya nanti sekolah
tersebut dikatakan sebagai SBI atau tidak lagi menjadi rintisan. Bagi sekolah yang
ternyata belum atau tidak memenuhi kriteria sebagai SBI, maka akan diupayakan tetap
sebagai rintisan secara mandiri di bawah kewenangan pemerintah daerah provinsi. Dan
tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut justru kembali menjadi SSN.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 9
C. Tujuan Diselenggarakan RSBI
Tujuan penyelenggaraan RSBI adalah:
1. Untuk membina sekolah yang secara bertahap ditingkatkan dan dikembangkan
komponen, aspek, dan indikator SNP dan sekaligus keinternasionalannya;
2. Untuk menghasilkan suatu sekolah yang memenuhi IKKM (SNP) dan memenuhin
IKKT sekaligus, sehingga dapat menjadi SBI;
3. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai
standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah
satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya;
4. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing komparatif
tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal ditingkat
internasional;
5. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing
dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas,
perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya;
6. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing
kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan;
7. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan berperan
aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan
dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup;
8. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara
professional.
D. Karakteristik RSBI
Pada umumnya sekolah disebut sebagai sekolah internasional antara lain memiliki ciri-
ciri: (a) sebagai anggota atau termasuk dalam komunitas sekolah dari negara-
negara/lembaga pendidikan internasional yang ada di negara-negara OECD dan/ atau
negara maju lainnya, (b) terdapat guru-guru dari negara-negara tersebut, (c) dapat
menerima peserta didik dari negara asing, dan (d) terdapat kegiatan-kegiatan kultur
sekolah atau pengembangan karakter peserta didik yang menghargai atau menghormati
negara/bangsa lain di dunia, toleransi beragama, menghormati dan saling menghargai
budaya tiap bangsa, menghormati keragaman etnis/ras/suku, mampu berkomunikasi
berbasis TIK dan berbahasa inggris/asing lainnya, dan sebagainya.
Sedangkan rintisan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang sedang berproses
untuk mampu memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, baik dalam hal masukan,
proses dan hasil-hasil pendidikan terhadap berbagai komponen, aspek, dan indikator
pendidikan. Pada saatnya nanti diharapkan memiliki atau bercirikan keinternasionalan
seperti kemitraan dengan bukti nyata berupa perjanjian yang secara substantif
terlegitimasi dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya (termasuk
juga dari dalam negeri) yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,
diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya
memiliki kemampuan daya saing internasional.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 10
Dalam lulusan RSBI diharapkan, selain menguasai kompetensi dengan SNP di Indonesia,
juga telah berusaha untuk menguasai kemampuan-kemampuan kunci global tertentu,
khususnya dalam bidang matematika, sains, teknologi informasi dan komunikasi serta
bahasa asing, agar setara dengan rekannya dari lulusan negara-negara maju tersebut.
Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan
dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan RSBI. Nilai-nilai
progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia dengan
negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan
ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu keras (hard
science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras meliputi matematika,
fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang meliputi teknologi
komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan. Disiplin ilmu
lunak (soft science) meliputi, misalnya, sosiologi, ekonomi, bahasa asing (Inggris,
utamanya), dan etika global.
Penyelenggaraan RSBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan
internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijabarkan
dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dalam Permendiknas
nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan
Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 bahwa sekolah harus memenuhi delapan unsur Standar Nasional Pendidikan
terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian, dimana semuanya itu merupakan obyek penjaminan
mutu pendidikan/sekolah.
Sebagai suatu sistem, penjaminan akan mutu internasional dapat ditunjukkan oleh
sekolah dengan karakteristik sebagai berikut:
a. output/lulusan RSBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus
internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan
penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global. SNP
merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang
berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh
melampui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi
pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun
spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan
manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental
kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan
keadilan sosial. Sedang penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan
dalam era global merupakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk
bersaing dan berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain, yang
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 11
setidaknya meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang
canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global.
b. proses penyelenggaraan RSBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan
menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan
canggih), norma-norma untuk mengkonkretisasikan nilai-nilai tersebut, standar-
standar, dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan
bangsa. Selain itu, proses belajar mengajar dalam SBI harus pro-perubahan yaitu
yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru, “a joy of discovery”, yang
tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah yang lebih
mementingkan memorisasi dan recall dibanding daya kreasi, nalar dan
eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru. Proses belajar
mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera agar mampu
mengaktualkan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional maupun
spiritualnya sekaligus. Penting digaris bawahi bahwa proses belajar mengajar yang
bermatra individual-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan
perilaku peserta didik sebagai makhluk individual tidak terlepas dari kaitannya
dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, regional dan global. Bahasa pengantar
yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa
Asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang
bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan VCD.
c. Oleh karenanya, tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses
belajar mengajar yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses belajar
mengajar di sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap benar
oleh guru, tidak ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada kekeliruan
akibat kreativitas berpikir karena yang benar adalah apa yang dipersepsikan benar
oleh guru. Itulah yang disebut sebelumnya sebagai memorisasi dan recall. SBI harus
mengembangkan proses belajar mengajar yang: (1) mendorong keingintahuan (a
sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan
baru, (3) prioritas pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari
jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau pengetahuan
baru dimaksud belum dapat digunakan); dan (4) pendekatan yang diwarnai oleh
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru.
d. input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus
memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal
untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertarap internasional meliputi
siswa baru (intake) yang diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu
kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana,
dan lingkungan sekolah. Intake (siswa baru) diseleksi secara ketat melalui saringan
rapor SD, ujian akhir sekolah, scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes
wawancara. Siswa baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan
oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa.
Sementara itu, SBI memiliki instrumental inputs ideal sebagai berikut.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 12
e. Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas dan diperdalam) agar memenuhi standar
isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai sekolah dari
dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi internasional. Guru
harus memiliki kompetensi bidang studi (penguasaan matapelajaran), pedagogik,
kepribadian dan sosial bertaraf internasional, serta memiliki kemampuan
berkomunikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu
bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu, guru memiliki kemampuan
menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan
internasional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, administrasi, dan
kewirausahaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan
komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Tenaga pendukung, baik
jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai untuk mendukung
penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud meliputi pustakawan,
laboran, teknisi, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan, akuntansi, kepegawaian,
akademik, sarana dan prasarana, dan kesekretariatan. Sarana dan prasarana harus
lengkap dan mutakhir untuk mendukung penyelenggaraan RSBI, terutama yang
terkait langsung dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik buku teks,
referensi, modul, media belajar, peralatan, dsb. Organisasi, manajemen dan
administrasi SBI memadai untuk menyelenggarakan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1)
organisasi: kejelasan pembagian tugas dan fungsi, dan koordinasi yang bagus antar
tugas dan fungsi; (2) manajemen tangguh, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi; dan (3) administrasi rapi,
yang ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan
secara efektif dan efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik, sangat
kondusif bagi penyelenggaraan RSBI. Lingkungan nir-fisik (kultur) sekolah mampu
menggalang konformisme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai
pusat gravitasi keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional.
Dengan demikian, tolok ukur atau karakteristik RSBI adalah sekolah harus mampu
memenuhi delapan obyek atau unsur pendidikan tersebut yang secara rinci dijabarkan
dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan akan mutu
pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping itu, sekolah juga harus
mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan, yaitu indikator-indikator
kinerja sekolah yang berstandar internasional sebagaimana dijelaskan di atas. Secara
garis besar dapat dilihat dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009. Secara konsep
karakteristik RSBI dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 13
BAB IV
PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah harus memenuhi berbagai komponen yang
sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terdiri:
komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen proses pembelajaran, komponen
penilaian, komponen pendidik, komponen tenaga kependidikan, komponen sarana dan
prasarana, dan komponen pengelolaan serta komponen pembiayaan pendidikan. Dalam
praktik penyelenggaraannya, semua komponen tersebut merupakan obyek penjaminan
mutu pendidikan. Maksudnya adalah bahwa mutu pendidikan yang akan dicapai oleh
sekolah obyeknya adalah komponen-komponen pendidikan tersebut. Tingkatan dan
kualifikasi mutu pendidikan yang akan dicapai sebagai RSBI untuk menuju SBI minimal
adalah bertaraf atau setara dengan tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan dari negara-
negara anggota OECD, negara maju lain, dan atau sekolah bertaraf internasional lain, baik
dari dalam maupun luar negeri. Komponen-komponen pendidikan dalam sistem tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam IKKM dan IKKT. Oleh karena itu, setiap sekolah
yang menyelengarakan pendidikan sebagai RSBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut
untuk dapat dipenuhi semuanya.
A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI
Pengertian unsur indikator kinerja kunci minimal (IKKM) di sini adalah suatu standar
kinerja sekolah yang meliputi unsur-unsur pendidikan yaitu: akreditasi, kurikulum,
proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan pendidikan. Bagi sekolah yang dirintis sebagai SBI, maka
diharuskan terlebih dahulu memenuhi standar minimal dari berbagai unsur pendidikan
tersebut. Indikator-indikator pendidikan tersebut merupakan kunci pokok yang harus
dipenuhi sebagai tolok ukur bahwa sekolah yang bersangkutan minimal telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan semua Permendiknas yang mengatur tentang
masing-masing SNP tersebut.
Sesuai dengan konsep RSBI yang dikembangkan sebelumnya bahwa RSBI pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah” merupakan ”Sekolah yang dirintis untuk memenuhi
seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing
di forum internasional”.
Pengertian SNP yang diperkaya adalah dipahami sebagai pendalaman, perluasan, dan
penguatan terhadap tiap komponen pendidikan disebut dengan indikator kinerja kunci
tambahan (IKKT), yaitu diperkaya tentang standar isinya, standar proses
pembelajarannya, standar kompetensi lulusannya, standar penilaiannya, standar
pendidik dan tenaga kependidikannya, standar sarana dan prasarananya, dan standar
pengelolaannya serta standar pembiayaannya. Dalam pengayaan tersebut mengenai
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 14
luasan, kedalaman, dan cakupannya sangat ditentukan oleh: (1) kondisi dan kemampuan
sekolah; (2) tuntuan di era globalisasi; (3) tujuan yang diinginkan (termasuk visi dan misi
sekolah yang bersangkutan); dan (4) dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk
penyelenggaraan RSBI, termasuk di dalamnya adalah Pemerintah Daerah Provinsi
sebagai penyelenggara dan peran pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
membantunya.
Sedangkan pengertian tentang mengacu pada standar pendidikan salah satu negara
anggota OECD dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri,
adalah yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang
diselenggarakan tetap pada ”jati diri” bangsa Indonesia. Artinya, RSBI pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di Indonesia tetap terdapat ciri keindonesiaannya,
dimana yang dikatakan ”bertaraf” di sini misalnya dilihat dari kelulusan adalah sebagai
rintisan berusaha untuk dapat bertaraf tentang kompetensi, kemampuan, dan
profesionalitas lulusan minimal sama atau lebih tinggi daripada kompetensi,
kemampuan, dan profesionalitas lulusan dari sekolah internasional dari negara-negara
tersebut. Misalnya, lulusan RSBI di Indonesia bidang metematika harus minimal sama
dengan lulusan sekolah internasional dari salah satu negara anggota OECD dan / atau
negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan. Demikian pula halnya untuk bidang-bidang lainnya
yaitu sains (IPA), Bahasa Inggris, TIK, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemaknaan
”mengacu” di sini dalam hal kelulusan lebih dititikberatkan kepada kesesamaan atau
kesetaraan akan kompetensi, kemampuan, dan profesionalitasnya.
B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi sekolah yang bertaraf internasional
(RSBI) harus memenuhi dua indikator kinerja sekolah, yaitu Indikator Kinerja Kunci
Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT). Sebagai RSBI maka wajib
berusaha selama menjadi rintisan mampu memenuhi IKKM ini, karena komponen-
komponen IKKM merupakan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dalam
UUSP Nomor 20 Tahun 2003, dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 19 Tahun 2005,
dan lebih lanjut dioperasionalkan dalam Peraturan atau Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional serta Kebijakan Direktorat Pembinaan SMP, yaitu sebagai SNP minimal yang
terdiri dari pemenuhan terhadap standar kompetensi lulusan, standar isi, pemenuhan
standar proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar
pendidik dan tenaga kependidikan, pemenuhan standar sarana dan prasarana,
pemenuhan standar pengelolaan, dan pemenuhan standar pembiayaan pendidikan.
Apabila telah memenuhi IKKM ini, maka sekolah akan lebih mudah untuk memenuhi
IKKT-nya.
Sebagai pedoman RSBI dalam pemenuhan SNP (IKKM) ini adalah telah diatur dalam
beberapa peraturan perundangan, seperti:
1. Pemenuhan SKL mengacu kepada Permendiknas No 23 Tahun 2006
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 15
2. Pemenuhan standar isi mengacu kepada Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 dan No 6 Tahun 2007 tentang
Implementasi Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006
3. Pemenuhan standar proses mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
4. Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan mengacu kepada
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah,
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Guru, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan, Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengaturan Beban Kerja
Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
5. Pemenuhan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan mengacu kepada
Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pendidikan, Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah
Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Pelaksanaan dan
Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang
Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP, dan
Permendiknas No 24 Th 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana
6. Pemenuhan standar pengelolaan mengacu kepada Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 dan termasuk pemenuhan akreditasi sekolah mengacu kepada
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2009.
7. Pemenuhan standar pembiayaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor
48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan Permendiknas No 78 Tahun
2009.
8. Pemenuhan standar penilaian mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun
2007.
1. Pemenuhan Standar Isi
Sebagai sekolah yang dirintis menuju bertaraf internasional, maka dalam
penyelenggaraan pendidikannya harus memenuhi standar isi sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Dijelaskan bahwa ”Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu”, termasuk di dalamnya adalah jenjang SMP.
Standar isi secara keseluruhan mencakup: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum
yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan, (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi, yang dalam hal ini disusun dalam Buku-1 KTSP termasuk
di dalamnya adalahstruktur kurikulum dan pemetaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan
pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 16
a. Kerangka Dasar Kurikulum
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Prinsip-prinsip dalam pengembangan
kurikulum antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap
terhadap perkembangan iptek dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan;
menyeluruh dan berkesinambungan; belajar sepanjang hayat; seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-prinsip pelaksanaan
kurikulum: siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis
dan menyenangkan; menegakkan 5 pilar belajar; peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan percepatan; suasana
hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai,
akrab, terbuka dan hangat; menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah; dan diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis
serta jenjang pendidikan. Struktur kurikulum yang harus dikembangkan dan
disusun adalah: kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalam kompetensi
yang harus dikuasai siswa dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum; (a) merupakan pola dan susunan matapelajaran yang harus ditempuh
oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran; (c) kompetensi terdiri dari Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL); dan (d) muatan Lokal dan Pengembangan Diri
merupakan bagian integral dari struktur kurikulum sekolah
b. Beban Belajar
Beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem : (a) Tatap Muka (TM), yaitu
kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidikan, (b) Penugasan Terstruktur (PT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa
pendalaman materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi -
Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru dan (c) Kegiatan Mandiri
Tidak Terstruktur (KMTT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa pendalaman
materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi - Waktu
penyelesaian penugasan ditentukan oleh siswa.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 17
Dalam sistem penyelenggaraan dapat dilaksanakan dengan system paket dan
system SKS. Sistem penyelenggaraan paket adalah dimana program pendidikan
yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh mata pelajaran dan beban
studi yang sudah ditetapkan untuk setiap tingkatan kelas, sesuai dengan struktur
yang berlaku pada satuan pendidikan dimaksud. Sedangkan Sistem Kredit
Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta
didiknya menentukan sendiri jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang
diikuti setiap semester. Dan untuk meningkatkan atau mencapai ketuntasan yang
diinginkan, maka diperlukan adanya program pengembangan diri.
Pengembangan diri pada dasarnya adalah: tidak termasuk beban belajar, karena
substansinya dipilih sendiri oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan bakat, serta dalam pelaksanaannya dialokasikan waktu ekuivalen 2 (dua)
jam pelajaran.
c. KTSP Operasional (Kurikulum Sekolah)
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Sekolah dan Kepala Sekolah mengembangkan KTSP dan
silabus berdasarkan : kerangka dasar kurikulum, dan standar kompetensi di
bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau
Provinsi.
d. Kalender sekolah/pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur.
2. Pemenuhan Standar Proses
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, dimana proses pembelajaran ditinjau dari sisi
manajemen adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan,
sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Karakteristik proses
pembelajaran tersebut haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memberikan motivasi kepada peserta didik agar mampu membangkitkan
semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya.
Kondisi seperti inilah yang diharapkan dapat terjadi dalam proses pembelajaran.
Seperti diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar proses, sebagaimana
tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar proses adalah kriteria
minimal SNP yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 18
Standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas, yang
sekurang-kurangnya memuat standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: (a) persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu: jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, beban tugas minimal pendidik,
sumber belajar, rasio maksimal peserta didik dan guru, dan pengelolaan kelas; (b)
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup pembelajaran.
Sedangkan untuk penilaian hasil belajar harus mengacu kepada standar penilaian
yang menekankan pada proses dan hasil pendidikan. Pelaksanaan penilaian harus
dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram, yang selanjutnya akan
dijelaskan dalam bab tersendiri. Standar pengawasan proses pembelajaran dilakukan
yang dibedakan dalam pengawasan yang bersifat pemantauan, supervisi, dan
evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Pelaporan-pelaporan pemantauan, supervisi,
dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran harus dibuat dan dipergunakan untuk
masukan, perbaikan, dan tindak lanjut terhadap substnasi, pendukung, dan
pelaksana pembelajaran itu sendiri sehingga dapat lebih ditingkatkan proses
pelaksanaan pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai dengan
pengawasan berikutnya.
3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan
pendidikan RSBI harus memenuhi (dalam pengertian menghasilkan lulusan)
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan SMP, Standar Kompetensi Kelompok Mata
Pelajaran, dan Standar Kompetensi Lulusan per Mata Pelajaran, yaitu:
a. Standar Kompetensi Lulusan SMP:
1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3) Menunjukkan sikap percaya diri
4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas
5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif
7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 19
9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
10) Mendeskripsi gejala alam dan sosial
11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
13) Menghargai karya seni dan budaya nasional
14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
18) Menghargai adanya perbedaan pendapat
19) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
20) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana
21) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah
22) Memahami dan menghayati jiwa kewirausahaan.
b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran:
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-
kelompok mata pelajaran, yaitu: (1) Agama dan Akhlak Mulia;(2) Kewarganegaraan
dan Kepribadian;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) Estetika;dan (5) Jasmani,
Olah Raga, dan Kesehatan. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran
(SK-KMP) untuk masing-masing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai
berikut:
1) Agama dan Akhlak Mulia
a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
b) Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan
c) Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi
d) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
e) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang sesuai dengan tuntunan agamanya
f) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab
g) Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama
2) Kewarganegaraan dan Kepribadian
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 20
a) Menerapkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia
b) Mematuhi aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan
c) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
d) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
e) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
g) Menunjukkan sikap percaya diri
h) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
i) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
j) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
k) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, dan aman dalam
kehidupan sehari-hari
l) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
m) Menghargai adanya perbedaan pendapat
n) Menghargai karya seni dan budaya nasional Indonesia
3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a) Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif
b) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif
c) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
d) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
e) Mendeskripsi gejala alam dan sosial
f) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
g) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
h) Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
i) Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam
bahasa Indonesia dan Inggris sederhana
k) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah
4) Estetika
a) Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni
b) Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan
lokal
c) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
5) Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 21
a) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan
memanfaatkan waktu luang dengan memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab
b) Mencari dan menerapkan berbagai informasi tentang potensi sumber daya
lokal untuk menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan
waktu luang
c. Standar Kompetensi Lulusan Tiap Mata Pelajaran SMP:
1) Pendidikan Agama Islam SMP
a) Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara
membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan
hukum bacaan mad dan waqaf
b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman
mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar
serta Asmaul Husna
c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh
dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab
dan namimah
d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah
baik shalat wajib maupun shalat sunat
e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat
serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara
2) Pendidikan Agama Kristen SMP
a) Menjelaskan karya Allah dan penyelamatan bagi manusia dan seluruh
ciptaan
b) Menginternalisasi nilai-nilai kristiani dengan menanggapinya secara nyata
c) Bertanggung jawab terhadap diri dan sesamanya, masyarakat dan gereja
sebagai orang yang sudah diselamatkan
3) Pendidikan Agama Katolik SMP
a) Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai
pria dan wanita yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan
untuk berelasi dengan sesama dan lingkungannya.
b) Peserta didik dapat menguraikan pemahamannya tentang Yesus Kristus dan
bagaimana meneladani Yesus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan Allah
c) Peserta didik dapat menguraikan makna Gereja sebagai sakramen
keselamatan dan bagaimana mewujudkannya dalam hidup nyata.
d) Peserta didik dapat menguraikan pamahaman tentang hidup
bermasyarakat dan bagaimana melaksanakan kehidupan bermasyarakat
sesuai ajaran Firman Allah dan pengajaran Yesus Kristus.
4) Pendidikan Agama Hindu SMP
a) Meyakini kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai Asta
Aiswarya, Awatara, Dewa dan Bhatara
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 22
b) Memahami ajaran Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta Timira sebagai aspek diri
yang harus dihindari
c) Memahami latar belakang timbulnya Yadnya dan hakikatnya
d) Memahami Weda sebagai kitab suci dan para Rsi penerima wahyu
e) Memahami keberadaan orang suci agama Hindu
f) Memahami hari-hari suci keagamaan dan hakikatnya
g) Memahami ajaran kepemimpinan Hindu
h) Memahami hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit
i) Memahami Dharma Gita, sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia, dan
keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia
5) Pendidikan Agama Buddha SMP
a) Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui
fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan
kebijaksanaan (panna)
b) Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya
c) Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan
masing-masing aliran
d) Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para
peserta didik utama Buddha
e) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk
memecahkan masalah
f) Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama
g) Mengungkapkan sejarah perkembangan agama Buddha
h) Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan
di SMA
6) Pendidikan Kewarganegaraan SMP
a) Memahami dan menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma
kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
b) Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesuai
dengan suasana kebatinan konstitusi pertama
c) Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat
dengan bertanggung jawab
d) Menampilkan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
e) Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi dan
kedaulatan rakyat
f) Menjelaskan makna otonomi daerah, dan hubungan antara pemerintahan
pusat dan daerah
g) Menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi
h) Memahami prestasi diri untuk berprestasi sesuai dengan keindividuannya
7) Bahasa Indonesia SMP
a) Mendengarkan
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 23
Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan,
penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah,
dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama,
novel remaja, syair, kutipan, dan sinopsis novel
b) Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan
wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam
berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan
drama
c) Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk
wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek,
drama, novel remaja, antologi puisi, novel dari berbagai angkatan
d) Menulis
Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan
singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan,
poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat
pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi,
drama, puisi, dan cerpen
8) Bahasa Inggris SMP
a) Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional
sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative,
procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari
b) Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk
recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks
kehidupan sehari-hari
c) Membaca
Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional
sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative,
procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari
d) Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk
recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks
kehidupan sehari-hari
9) Matematika SMP
a) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya
(komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan
aritmetika dan sifat-sifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan
masalah
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 24
b) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya,
persamaan dan pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dan
operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan
penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
c) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran
dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut
dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat,
teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar dan
lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan
jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
d) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel,
gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median,
serta menerapkannya dalam pemecahan masalah
e) Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta
memanfaatkan dalam pemecahan masalah
f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan
g) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta mempunyai kemampuan bekerja sama
10) Ilmu Pengetahuan Alam SMP
a) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan
percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran
dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan
mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang
diperoleh
b) Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan
ciri, cara-cara pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk
hidup di dalam ekosistem
c) Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup
d) Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat,
perubahan, dan kegunaannya
e) Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik,
magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
f) Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya
11) Ilmu Pengetahuan Sosial SMP
a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan,
dan dampaknya terhadap kehidupan
b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
manusia
c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe
untuk mendapatkan informasi keruangan
d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya
terhadap kehidupan
e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan
sejak Pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa Kolonial Eropa
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 25
f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan kependudukan
dan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan
g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan kemerdekaan,
mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
h) Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat
dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi berbagai penyakit sosial
sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya
pencegahannya
i) Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan dengan
pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera, keterkaitan unsur-
unsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri negara maju dan berkembang
j) Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja sama
internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan
internasional, serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
k) Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi serta
mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi
dalam memenuhi kebutuhannya
l) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk mencapai kemandirian
dan kesejahteraan
12) Seni Budaya SMP
a) Seni Rupa
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui
gambar bentuk obyek tiga dimensi yang ada di daerah setempat
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui
gambar/ lukis, karya seni grafis dan kriya tekstil batik daerah Nusantara
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang
dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara.
b) Seni Musik
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu daerah
setempat secara perseorangan dan berkelompok.
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu tradisional
nusantara secara perseorangan dan kelompok
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu mancanegara
secara perseorangan dan kelompok
c) Seni Tari
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan
berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari daerah setempat
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan
berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari Nusantara
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan
berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari mancanegara
d) Seni Teater
• Mengapresiasi dan bereksplorasi teknik olah tubuh, pikiran dan suara
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 26
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan
dan pesan moral seni teater daerah setempat
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan
dan pesan moral seni teater Nusantara
• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater tradisional, modern
dan kreatif terhadap keunikan dan pesan moral seni teater daerah
setempat, Nusantara dan mancanegara
13) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP
a) Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga
serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
b) Mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat
c) Mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya
punggung
d) Mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan
alat sederhana
e) Mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan
perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik
f) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti
perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara
pencegahannya serta menjauhi narkoba
14) Keterampilan SMP
a) Kerajinan
• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan untuk fungsi pakai/hias
berbahan lunak alami maupun buatan dengan teknik lipat, potong dan
rekat serta teknik butsir dan cetak dengan ragam hias tradisional,
mancanegara maupun modifikasinya
• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan jahit dan sulam dengan
ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya
• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan anyaman dan makrame
• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik potong
sambung dan teknik potong konstruksi dengan ragam hias tradisional,
mancanegara maupun modifikasinya
• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik sayat dan
ukir dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya
b) Teknologi Rekayasa
• Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa alat
penerangan dan alat yang menimbulkan suara dengan listrik arus lemah
(baterai)
• Mengapresiasi dan menerapkan karya teknologi rekayasa penjernihan air
dengan teknologi mekanis dan teknologi kimia
• Mengapresiasi dan membuat benda teknologi rekayasa alat yang berputar
secara mekanis dan digerakkan dengan listrik
c) Teknologi Budidaya
• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya pemeliharaan dan
perawatan hewan unggas petelor dan bibit hewan unggas
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 27
• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya tanaman obat dan
tanaman hias yang menggunakan media tanah
• Mengapresiasi dan menerapan teknologi budidaya ikan air tawar dan ikan
hias air tawar di dalam kolam
d) Teknologi Pengolahan
• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan manisan basah dan
kering bentuk padat dari bahan nabati
• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk
pengawetan bahan mentah nabati dan hewani dengan cara diasinkan
• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk
pengawetan bahan nabati dan hewani dengan cara dikeringkan
15) Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP
a) Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya
di masa datang
b) Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer
c) Menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk
menghasilkan dokumen sederhana
d) Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk
memperoleh informasi
4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Seperti telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa ”Setiap guru wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional”. Kualifikasi akademik ditempuh melalui pendidikan formal atau melalui uji
kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik yang ditempuh melalui pendidikan
formal adalah minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
Sedangkan kualifikasi akademik guru yang ditempuh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan adalah bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijasah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi kewenangan untuk
menguji untuk diangkat menjadi guru. Kualifikasi akademik yang melalui uji ini
sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi guru dalam bidang-bidang yang sangat
diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi. Sedangkan standar
kompetensi guru yang juga harus dipenuhi adalah terdiri dari: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Sebagai bukti bahwa guru telah memenuhi persyaratan sebagai pendidik yang
memenuhi standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi, maka diwajibkan
juga memiliki sertifikat dalam jabatannya sebagai guru yang dapat diperoleh melalui
sertifikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini telah ditetapkan melalui
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang ”Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan”.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 28
Selain guru atau tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan
kompetensi, maka tenaga kependidikan lain juga harus memenuhi persyaratan,
khususnya tentang kepala sekolah. Hal ini telah ditetapkan dalam Permendiknas
Nomor 13 Tahun 2007 tentang ”Standar Kepala Sekolah/Madrasah”. Dijelaskan
bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib
memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Standar
kepala sekolah pada jenjang SMP harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi.
Kualifikasi kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus.
Kualifikasi umum meliputi: (a) memiliki kualifikasi akademik S1 arai D-IV
kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, (b)
pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun, (c)
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan (d) memiliki
pangkat serendah-rendahnya IIIC bagi PNS dan non PNS disetarakan dengan
kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
Kualifikasi khusus adalah: berstatus sebagai guru SMP, memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru SMP, dan memilki sertifikat kepala sekolah SMP yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan pemerintah. Disamping kepala sekolah memenuhi
persyaratan kualifikasinya, maka juga dituntut memenuhi kompetensinya, yaitu:
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam hal pemenuhan
tenaga kepandidikan lainnya, seperti laboran, tenaga tata usaha/karyawan, dan
sebagainya dapat mengacu kepada peraturan lain yang maih relevan.
5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah juga yang harus
terpenuhi sesuai dengan amanat UUSPN No 20 Th 200, PP No 19 Th 2005, dan
Permendiknas No 24 Th 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari ketentuan
pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan dalam: (1)
Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pendidikan; (2) Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah
Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan Pelaksanaan
dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang
Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana
dan prasarana pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis,
volume, luasan, dan lain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya masing-
masing.
6. Pemenuhan Standar Pengelolaan
Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun
2007 bahwa ”setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan
pendidikan yang berlaku secara nasional”. Beberapa aspek standar pengelolaan
sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi: (1) perencanaan program, (2)
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 29
pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4) kepemimpinan
sekolah/madrasah, dan (5) sistem informasi manajemen.
Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah,
tujuan sekolah, rencana kerja sekolah. Standar pelaksanaan rencana kerja sekolah,
maka harus terpenuhi dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan
pendidikan yaitui: kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai
aspek pengelolaan secara tertulis, struktur organisaisi sekolah, pelaksanaan kegiatan,
bidang kesisweaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik
dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan
pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan peran serta masyarakat dan
kemitraan.
Pengawasan dan evaluasi yang harus juga dipenuhi dan dilaksanakan sekolah adalah:
aspek-aspek program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan,
evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah.
Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara lain:
adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu wakil kepala
sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah memiliki kemampuan
memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) sekolah, dan terdapat
pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada wakilnya. Sedangkan sistem
informasi manajemen (SIM) merupakan suatu sistem yang mengaplikasikan berbagai
bidang pendidikan berbasiskan komputer/internet. Hal ini diharapkan dapat
dipenuhi oleh sekolah untuk mengelola dan mendukung berbagai administrasi
sekolah, memberikan fasilitas yang efisien, dan sebagai bentuk layanan informasi
dan komunikasi kepada para pemangku kepentingan.
Salah satu komponen SNP atau IKKM yang harus dipenuhi juga adalah komponen
akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif
terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan, yang
dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan alat
regulasi (self-regulation) agar sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta
melakukan upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan kekuatan dan
memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses
pendidikan. Di samping itu, akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk
sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar
layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah
dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah sebagai sebuah
institusi belajar berdasarkan pada standar mutu tertentu. Standar diharapkan dapat
mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan
memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan
perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan, yaitu standar
mutu nasional maupun internasional.
Proses akreditasi sekolah berfungsi untuk: (a) pengetahuan, yakni sebagai informasi
bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 30
yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya;
(b) akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada publik,
apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi
harapan atau keinginan masyarakat; (c) pembinaan dan pengembangan, yakni
sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan
atau pengembangan mutu sekolah.
Hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:
acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah;
umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah
dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah;
pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara
bertahap, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional
bahkan regional dan internasional.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam persiapan akreditasi adalah
sebagai berikut: (a) pemantapan rencana pengembangan sekolah dan komponen
akreditasi, (b) pembentukan/pemantapan tim penjamin mutu sekolah, (c)
pemantapan sistem informasi manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui
kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan komponen sekolah, (f)
evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi. Strategi sekolah dalam pelaksanaan
akreditasi antara lain dapat ditempuh dengan: (a) penyiapan warga seklah, (b)
penyiapan dokumen dan komponen akreditasi, (c) pendampingan dan penjelasan
selama visitasi, dan (d) klarifikasi temuan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam
peringkat akreditasi sekolah. Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi
berdasarkan skor keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu: A (Amat Baik); B
(Baik); C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (Cukup),
dinyatakan tidak terakreditasi.
Setelah menerima hasil akreditasi dan saran-sarannya, sekolah perlu mencermati,
menindaklanjuti, dan melakukan refleksi terhadap hasil akreditasi dan saran-
sarannya. Apabila memperoleh akreditasi A (Amat Baik) atau B (Baik), sekolah tetap
mencermati hasil penilaian dan saran pada setiap komponen. Pada komponen-
komponen yang masih belum optimal hasilnya, sekolah perlu mengkaji apa
penyebabnya dan bagaimana strategi untuk mengoptimalkan. Hasil C (Cukup) pada
dasarnya belum menunjukkan kinerja sekolah yang memuaskan. Apalagi kalau
hasilnya tidak terakreditasi. Beberapa atau bahkan pada setiap komponen masih
terdapat indikator-indikator yang kondisi/mutunya kurang baik.
Sekolah, termasuk tim penjamin mutu perlu melakukan pengkajian secara sistematis.
Komponen apa saja yang kurang baik dan apa penyebabnya serta upaya apa yang
perlu dilakukan untuk memperbaikinya. Sekolah diberi kesempatan dua tahun untuk
meningkatkan kinerjanya, kemudian bisa mengajukan akreditasi lagi. Dengan
demikian sebagai SBI, maka sekolah harus terus menerus melakukan upaya untuk
mempertahankan mutu pendidikan dengan nilai akreditasi sekolah (IKKM) yang
maksimal yaitu A sebagai sekolah bertaraf internasional.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 31
7. Pemenuhan Standar Pembiayaan
Dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 telah ditetapkan
bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar pembiayaan yang memadai yang
didasarkan atas kebutuhan pencapain ketuntasan kompetensi, sebagaimana yang
ada dalam kurikulum sekolah. Diasumsikan bahwa, makin tinggi standar prestasi
atau hasil-hasil pendidikan yang dituntut atau ditetapkan, maka akan memerlukan
pembiayaan yang makin tinggi pula. Rendahnya prestasi atau hasil-hasil pendidikan
antara lain disebabkan oleh karena rendahnya standar pembiayaan pendidikan.
Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, baik pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat maupun
orang tua peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing
sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan. Pembiayaan meliputi biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan
pendidikan, dan biaya pribadi. Sekolah diharapkan mampu menggali potensi daerah,
masyarakat, dan lingkungan untuk pemenuhan standar penyelenggaraan atau bakan
biaya satuan pendidikan tersebut. Namun demikian, penetapan standar pembiayaan
pendidikan ini tetap harus memperhatikan aspek: gender, latar belakang ekonomi
peserta didik/orang tua, geografi, dan sebagainya.
Pemerintah melalui dana BOS diharapkan dapat memberikan stimulan kepada
stakeholder lain dalam kerangka memenuhi standar pendidikan pada setiap
sekolah/daerah. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sangat diharapkan
untuk menetapkan standar biaya pendidikan, sehingga dapat diketahui sejauhmana
kekurangan yang diperlukan dari BOS pusat yang ada untuk dipenuhi oleh
pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan mutu pendidikan yang
ditetapkan. Apabila ternyata dari pemerintah dan pemerintah daerah belum cukup,
maka masyarakat dapat memberikan bantuan kepada skolah, melalui pungutan
sekolah dan atau sumbangan menurut kemampuan masyarakat.
8. Pemenuhan Standar Penilaian
Standar penialaian pendidikan adalah SNP yang berkaitan dengan prosedur,
mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hal ini sesui dengan
PP No 19 Th 2005 dan Permendiknas No 20 Tahun 2007. Penilaian merupakan
rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan
untuk pengambilan keputusan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian adalah:
bertujuan mengukur pencapaian kompetensi, menggunakan acuan kriteria yaitu
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang telah
ditentukan/ditetapkan, dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, hasil
penilaian dipergunakan sebagai tindak lanjut berupa perbaikan (remidial),
pengayaan, dan percepatan pencapaian kompetensi peserta didik, serta penilaian
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam pembelajaran.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 32
Penilaian juga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan peningkatan program
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
penilaian harus dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyajian hasil,
sampai dengan pemanfaatan atau tindak lanjut penilaian. Pelaksanaan penilaian
atau asesmen pada dasarnya adalah prosedur atau langkah-langkah untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, yang dapat
dilakukan melalui pengukuran dengan hasil bersifat numerik/kuantitaif, dan/atau
non pengukuran dengan hasil bersifat deskriptif atau kualitatif. Evaluasi merupakan
kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program dan berfokus kepada
keberhasilan program tersebut atau kelompok peserta didik apakah berhasil atau
gagal. Dalam lingkup mikro, maka evaluasi merupakan penilaian sistemik terhadap
keberhasilan suatu program untuk mengetahui kemampuan, kreativitas, sikap,
minat, bakat, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan penilaian harus memenuhi beberapa prinsip penilaian, yaitu:
valid, reliabel, jujur, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, terbuka,
menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, mengakui kompetensi yang telah dimiliki,
dan menggunakan acuan kriteria. Berdasarkan perencanaan dan penafsiran hasil
penilaian, maka acuan penilaian yang dipergunakan dapat menggunakan dua macam
yaitu acuan norma dan atau acuan kriteria. Tes acuan norma berasumsi bahwa
kemampuan orang berbeda dan digambarkan menurut distribusi normal. Hasil tes
seseorang dibandingkan dengan hasil tes keseluruhan dalam kelompoknya, sehingga
diketahui posisi seseorang tersebut.
Sedangkan tes acuan kriteria berasumsi bahwa semua orang mampu relajar apa saja,
kapan, dan dimana saja. Dalam acuan kriteria, penafsiran hasil tes selalu
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal
yang harus dicapai peserta didik harus ditetapkan terlebih dahulu. Hasil-hasil
pencapaian ketuntasan oleh peserta didik berdasarkan hasil tes dengan acuan
kriteria ini dapat dipergunakan untuk perbaikan/remidi, pengayaan, atau
percepatan, dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu persyaratan untuk
kenaikan kelas peserta didik.
Untuk mewujudkan sistem penilaian yang memenuhi kriteria di atas, maka dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan atau memenuhi kualitas penilaian itu sendiri,
baik kualitas alat atau instrumen penilaian yang dipergunakan maupun kualitas
dalam pelaksanaan penilaian itu sendiri. Kualitas instrumen ditentukan oleh
kesahihan, kehandalan, dan efisiensi; sedangkan pelaksanaannya berkaitan dengan
keadaan penilai, yang dinilai, cara menilai, dan kondisi penilaian. Kesahihan atau
validitas berkaitan dengan ketepatan pengukuran, kehandalan atau reliabilitas
berkaitan dengan keajegan hasil-hasil penilaian, dan efisiensi berkaitan dengan
kemudahan dan murahnya penggunaan instrumen penilaian.
Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan ujian nacional
sebagaimana amanat UUSPN No 20 Tahun 2003, sehingga setiap sekolah yang
ditetapkan sebagai SBI tetap wajib mengikutinya. Demikian juga halnya sekolah, juga
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 33
wajib mengadakan ujian sekolah sebagai tolok ukur untuk penentuan kelulusan
peserta didik. Antara hasil ujian sekolah dan ujian nacional adalah sama-sama
kedudukkannya, yaitu untuk menentukan kelulusan peserta didik. Ujian nacional
bukan satu-satunya penentu kelulusan, demikian halnya ujian sekolah juga bukan
satu-satunya untuk menentukan kelulusan peserta didik.
.
C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman
SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sekolah yang termasuk sebagai
rintisan sekolah bertaraf internasional harus memenuhi Indikator Kinerja Kunci
Tambahan (IKKT), yaitu sebagai ciri-ciri keinternasionalan sekolah. Dimana IKKT ini
merupakan syarat mutlak bagi RSBI yang harus dipenuhi sebelum ditetapkan sebagai
SBI. Pemenuhan IKKT oleh sekolah dapat dilakukan secara bertahap dan dengan skala
prioritas.
Sebagai tambahan dari komponen-komponen dalam IKKM, maka IKKT adalah
merupakan pengayaan dari tiap standar, komponen, aspek, dan indikator dalam IKKM
tersebut. Makin banyak komponen IKKM yang dapat ditambahkan (yang berarti makin
banyak pengayaan, perluasan, dan pendalaman), maka akan makin kuat eksistensi
sebagai sekolah yang dirintis menjadi SBI untuk benar-benar nantinya sebagai SBI.
Adapun komponen-komponen IKKM yang dapat dikembangkan atau ditambahkan
untuk memenuhi jaminan mutu pendidikan yang dirintis atau setelah menjadi bertaraf
internasional antara lain sebagai berikut:
1. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Isi dalam
penyelenggaraan SBI
Dalam pengayaan atau pengembangan standar isi SNP menjadi bertaraf
internasional sebagai indikator kinerja kunci tambahan (IKKT), dapat dilakukan
dengan adopsi atau adaptasi. Penambahan atau pengembangan Standar
Kompetensi (SK) dan atau beberapa Kompetensi Dasar (KD) serta indikator-
indikator kompetensi dari masing-masing SKL SMP, SK-KMP, dan SKL tiap mata
pelajaran. Cakupan, luasan, dan kedalaman masing-masing (SK,KD, dan indikator
kompetensi) disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan
sekolah mampu mengembangkan (dalam pengertian lebih tinggi/banyak) SK, KD,
dan indikator kompetensi tersebut sesuai dengan standar yang ada dan berlaku di
sekolah bertaraf internasional baik yang ada di dalam negeri maupun di luar
negeri, dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Standar isi yang telah diperkaya atau dikembangkan SK, KD atau IK-nya, maka
selanjutnya dikembangkan menjadi suatu silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berlaku untuk selama tiga tahun pembelajaran. Semua
itu kemudian disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berlaku di sekolah yang bersangkutan sebagai SBI. Sistematika dan format
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 34
pembuatan KTSP ini dapat mengacu dari ketentuan yang telah ada selama ini.
Dengan demikian, ditinjau dari kurikulum yang dilaksanakan, SBI dengan kurikulum
yang benar-benar telah menjamin mutu pendidikannya bertaraf internasional.
Direktorat Pembinaan SMP telah memberikan beberapa contoh pengayaan atau
pengembangan standar isi SNP untuk menjadi bertaraf internasional, khususnya
untuk Mata Pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD, yaitu:
a. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata
pelajaran Matematika adalah tentang: Tesselasi, Estimasi dan Aproksimasi,
Strategi Pemecahan Masalah, dan ICT matematika.
b. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata
pelajaran IPA adalah tentang: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan, Materi
dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam Semesta
c. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata
pelajaran Bahasa Inggris seperti terlihat di bawah ini yang digaris bawah dan
cetak tebal:
1) Mendengarkan: Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan
transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi
formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,
descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan
specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)
dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,
sains, dan teknologi.
2) Berbicara: Mengungkapkan makna dalam wacana lisan interpersonal dan
transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi
formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,
descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan
specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)
dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,
sains, dan teknologi.
3) Membaca: Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan
transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi
formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,
descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan
specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)
dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,
sains, dan teknologi.
4) Menulis: Mengungkapkan makna dalam wacana tertulis interpersonal dan
transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi
formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,
descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan
specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)
dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,
sains, dan teknologi.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 35
d. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata
pelajaran TIK/PTD terdapat penambahan SK/KD dalam SKL ”Menggunakan
perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data, pengolah
grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi” (lihat garis
bawah). Di samping itu juga terdapat penambahan muatan Standar Isi dalam
Mata Pelajaran PTD, yaitu: sistem teknik, teknologi pengendali, teknologi
konstruksi, dan yang pilihan antara lain meliputi teknologi produksi, teknologi
transportasi, dan teknologi penjernihan air.
Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan sendiri bersama stakeholder lain tentang
Standar Isi ini untuk mata pelajaran lainnya, seperti IPS; Olah raga, kesehatan, dan
jasmani; Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan
Global, Seni Budaya, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah
atau daerah.
2. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Proses dalam
penyelenggaraan SBI
Mengajar atau “teaching” adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara
belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta
didik. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat
perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta
didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan
bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Dengan demikian perlu diperhatikan
adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan
isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang
ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan
dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a)
Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik,
karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar
(belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata)
secara maksimal; (b) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik
peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam
proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan,
(c) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan
sumber belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 36
secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang
profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.
Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif sebagai
diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam
bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education). Prinsip pembelajaran
yang dikembangkan untuk mencapai kefektifan dan efisiensi pengelolaan
pembelajaran, antara lain: (a) Pembelajaran berfokus pada peserta didik (student
cenrtered), artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik
menjadi subyek pembelajaran dan kecepatan belajar peserta didik yang tidak sama
perlu diperhatikan, (b) Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya
pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan
pembelajaran yang berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu
tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan, (c) Pembelajaran individu
(individual learning), artinya peserta didik memiliki peluang untuk melakukan
pembelajaran secara individual, (d) Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya
pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan
masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu
kemampuan dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya, (e) Pemecahan
masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada
aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan menggunakan
pendekatan belajar kontekstual, (f) Experience-based learning, yakni pembelajaran
dilaksanakan melalui pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam mencapai
kemampuan belajar tertentu.Selain pemanfaatan prinsi-prinsip tersebut, guru
dimungkinkan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan.
a. Pengayaan pembelajaran dengan memperbanyak variasi dan metode
pembelajaran.
Pada dasarnya penggunaan metode dan banyaknya jenis pembelajaran yang
dipergunakan pendidik pada dasarnya sangat tergantung daripada tuntutan
kompetensi dalam kurikulum (standar isi dan SKL). Baik bagi SBI ata sekalipun SSN
pada dasarnya semua metode dan jenis pembelajaran secara prinsip sama.
Pembedanya adalah disebabkan karena kurikulum atau kompetensi-kompetensi
yang berbeda dari setiap kategori sekolah tersebut. Beberapa alsannya adalah: (a)
Makin banyak kompetensi dalam kurikulum, maka makin banyak metode dan jenis
pembelajaran yang harus dipergunakan, (b) makin sulit atau kompleks kompetensi,
maka menuntut makin banyak metode dan variasi pembelajaran, (c) makin luas,
dalam, dan makin banyak cakupan kurikulum (isi), maka makin menuntut metode
dan jenis pembelajaran yang relevan.
Dengan asumsi bahwa sekolah yang menyelenggarakan SBI adalah akan makin tinggi
tuntutan penggunaan metode dan jenis pembelajaran, mengingat isi kurikulum (SKL,
SK, KD, dan IK) akan semakin banyak, luas, dalam, dan tingkat
kesulitan/kekomplekan makin tinggi. Sedangkan pada sekolah yang masih dalam
kelompok SSN isi kurikulum relative lebih rendah, lebih sedikit, dan lebih sederhana
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 37
dibandingkan dengan isi kurikulum SBI. Dengan demikian dapat diasumsikan
kelompok sekolah ini lebih sedikit metode dan variasi pembelajarannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penting dipahami bahwa metode dan variasi
pembelajaran pada SBI menuntut lebih kompleks dan lebih banyak daripada SSN,
sehingga standar proses pembelajaran ini harus diperkaya dengan model-model
proses pembelajaran lain sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI. Dalam hal ini juga
dituntut bahwa proses pembelajaran tersebut harus menerapkan pendekatan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan, dan kontekstual.
Beberapa contoh model-model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk
memenuhi tuntutan isi kurikulum SBI adalah sebagai berikut:
1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak peserta didik sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik perlu
menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan
demikian peserta didik memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya
dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, peserta didik memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing.Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru
adalah membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru
(pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata
guru.
Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model
pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 38
peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu
permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan
pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam
pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya.
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (b) Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic, (c) Kembangkan sifat ingin tahu
peserta didik dengan bertanya, (d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok), (e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (f) Lakukan
refleksi di akhir pertemuan, (g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai
cara.
2) Model Pembelajaran Examples non examples, dengan langkah-langkah : (a) Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, (c) Guru memberi
petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisa gambar , (d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, (e) Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, (f) Mulai dari
komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai, dan (g) Kesimpulan.
3) Model Pembelajaran Picture and picture, dengan langkah-langkah : (a) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Menyajikan materi sebagai
pengantar, (c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi, (d) Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, (e)
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (f) Dari
alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan (g) kesimpulan/rangkuman
4) Model Pembelajaran Numbered heads together, dengan langkah-langkah : (a)
Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok
mendapat nomor, (b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya, (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, (d) Guru
memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 39
melaporkan hasil kerjasama mereka, (e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian
guru menunjuk nomor yang lain dan (f) Kesimpulan.
5) Model Pembelajaran Cooperative script (Skrip kooperatif) : metode belajar dimana
peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,
bagian-bagian dari materi yang dipelajari), dengan langkah-langkah : (a) Guru
membagi peserta didik untuk berpasangan, (b) Guru membagikan wacana/materi
tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan, (c) Guru dan peserta didik
menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar, (d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, (e) Sementara
pendengar (Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dan Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya), (f) Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas,
(g) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru, dan (h) Penutup.
6) Model Pembelajaran Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah : (a)
Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok
mendapat nomor, (b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan
nomorkan terhadap tugas yang berangkai, (c) Misalnya : peserta didik nomor satu
bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan peserta
didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya, (d) Jika perlu, guru bisa
menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, (e) Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain, dan (f) Kesimpulan.
7) Model Pembelajaran Tim peserta didik kelompok prestasi, dengan langkah-langkah
: (a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), (b) Guru menyajikan pelajaran, (c) Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti, (d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta
didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, (e) Memberi evaluasi,
dan (f) Kesimpulan.
8) Model Pembelajaran tim ahli, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik
dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim, (b) Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda, (c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan,
(d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka, (e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab
yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 40
sungguh, (f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (g) Guru memberi evaluasi,
(h) Penutup
9) Model Pembelajaran Berdasarkan masalah, dengan langkah-langkah : (a) Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih,
(b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll, (c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (d) Guru membantu peserta
didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (e) Guru membantu peserta
didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
10) Model Pembelajaran Artikulasi, dengan langkah-langkah : (a) Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa, (c) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang, (d) Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya, (e)
Suruh peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan
hasil wawancaranya, (f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang
sekiranya belum dipahami peserta didik, (g) Kesimpulan/penutup
11) Model Pembelajaran Main mapping, dengan langkah-langkah : (a) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban, (c) Membentuk kelompok yang
anggotanya 2-3 orang, (d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif
jawaban hasil diskusi, (e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca
hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru, (f) Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
12) Model Pembelajaran Mencari pasangan (make-a match), dengan langkah-langkah :
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban; Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu;Tiap peserta didik
memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; Setiap peserta didik mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban);
Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin ; Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya; Demikian seterusnya; Kesimpulan/penutup
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 41
13) Model Pembelajaran Think pair and share, dengan langkah-langkah : Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; Peserta didik diminta
untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru; Peserta didik
diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; Guru memimpin pleno kecil diskusi,
tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; Berawal dari kegiatan
tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diuangkapkan para peserta didik; Guru memberi kesimpulan;
Penutup
14) Model Pembelajaran Debate, dengan langkah-langkah: Guru membagi 2 kelompok
peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra; Guru memberikan tugas untuk
membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas; Setelah selesai
membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya;
Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang
diharapkan guru terpenuhi ; Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap;
Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
15) Model Pembelajaran Role playing, dengan langkah-langkah: Guru
menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; Menunjuk beberapa
peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm; Guru membentuk
kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang ; Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai; Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk
untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan ; Masing-masing peserta didik
duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario
yang sedang diperagakan ; Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik
diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas ; Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya; Guru memberikan kesimpulan secara umum;
Evaluasi ; Penutup
16) Model Pembelajaran Group investigation, dengan langkah-langkah: Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok heterogen; Guru menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok ; Guru memanggil ketua-ketua untuk satu ; ateri
tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain; Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan ; Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua
menyampaikan hasil pembahasan kelompok; Guru memberikan penjelasan singkat
sekaligus memberi kesimpulan; Evaluasi ; Penutup
17) Model Pembelajaran Talking stick, dengan langkah-langkah :Guru menyiapkan
sebuah tongkat ; Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/paketnya ; Setelah selesai membaca buku
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 42
dan mempelajarinya mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya ; Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; Guru memberikan kesimpulan;
Evaluasi ; Penutup
18) Model Pembelajaran Bertukar pasangan, dengan langkah-langkah : Setiap peserta
didik mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau peserta
didik menunjukkan pasangannya; Guru memberikan tugas dan peserta didik
mengerjakan tugas dengan pasangannya ; Setelah selesai setiap pasangan
bergabungdengan satu pasangan yang lain; Kedua pasangan tersebut bertukar
pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban mereka; Temuan baru yang didapat dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula
19) Model Pembelajaran Snowball throwing, Langkah-langkah : Guru menyampaikan
materi yang akan disajikan, Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; Kemudian
masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok ; Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit ; Setelah peserta didik
dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian ; Evaluasi ; Penutup
20) Model Pembelajaran Student facilitator and explaining, Langkah-langkah : Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai ; Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan kesempatan peserta
didik/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta
lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya ; Guru menyimpulkan
ide/pendapat dari peserta didik; Guru menerangkan semua materi yang disajikan
saat itu; Penutup
21) Model Pembelajaran Course review horay, Langkah-langkah : Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ;
Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab; Untuk menguji pemahaman,
peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap
kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing peserta didik ; Guru membaca
soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya
disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan
salan diisi tanda silang (x); Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya ; Nilai peserta
didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh ; Penutup
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 43
22) Model Pembelajaran Demonatrtation, Langkah-langkah :Guru menyampaikan TPK;
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan ; Siapkan bahan
atau alat yang diperlukan ; Menunjukan salah seorang peserta didik untuk
mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan ; Seluruh peserta didik
memperhatikan demontrasi dan menganalisa ; Tiap peserta didik atau kelompok
mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman peserta didik
didemontrasikan ; Guru membuat kesimpulan
23) Model Pembelajaran Pengajaran langsung (explicit instruction), dengan langkah-
langkah : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik ;
Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan ; Membimbing pelatihan ;
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik ; Memberikan kesempatan
untuk latihan lanjutan
24) Model Pembelajaran Kooperatif terpadu membaca dan menulis, dengan langkah-
langkah :Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen ;
Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran ; Peserta didik
bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas ;
Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok ; Guru membuat kesimpulan
bersama ; Penutup
25) Model Pembelajaran Lingkaran kecil-lingkaran besar, dengan langkah-langkah :
Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar ; Separuh
kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
; Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam
waktu yang bersamaan ; Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau
dua langkah searah jarum jam.; Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran
besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya
26) Model Pembelajaran Tebak kata: media yang dipergunakan: Buat kartu ukuran
10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban
(istilah) pada kartu yang ingin ditebak.; Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis
kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada
dahi ataudiselipkan ditelinga, dengan langkah-langkah : Jelaskan TPK atau materi ±
45 menit ; Suruhlah peserta didik berdiri didepan kelas dan berpasangan ; Seorang
peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2
cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau
diselipkan ditelinga.; Sementara peserta didik membawa kartu 10x10 cm
membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak
apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi
kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.; Apabila jawabannya tepat (sesuai yang
tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 44
telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung
memberi jawabannya.; Dan seterusnya
27) Model Pembelajaran Concept sentence, dengan langkah-langkah : Guru
menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai ; Guru menyajikan materi
secukupnya ; Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara
heterogen ; Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan ; Tiap
kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat ; Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang
dipandu Guru; Kesimpulan
28) Model Pembelajaran Complete sentence : Media : Siapkan blangko isian berupa
paragraf yang kalimatnya belum lengkap, dengan langkah-langkah : Guru
menyampaikan yang ingin dicapai ; Menyampaikan materi secukupnya atau peserta
disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya ; Bentuk kelompok
2 atau 3 orang secara heterogen ; Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang
kalimatnya belum lengkap (lihat contoh); Peserta diharap berdiskusi untuk
melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia ; Bicarakan bersama-sama
anggota kelompok ; Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta
disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal; Kesimpulan
29) Model Pembelajaran Time token (Struktur yang dapat digunakan untuk
mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari peserta didik mendominasi
pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali), dengan langkah-langkah :
Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL) ; Tiap
peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik
diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan ; Bila telah selesai bicara kopon yang
dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara satu kupon ; Peserta didik yang
telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara
sampai kuponnya habis ; Dan seterusnya
30) Model Pembelajaran Keliling kelompok (Maksudnya agar masing-masing anggota
kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya ), Caranya: Salah satu
peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan ;
Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya ; Demikian seterusnya
giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan
31) Model Pembelajaran Dua tinggal dua tamu, Caranya : Peserta didik bekerja sama
dalam kelompok berempat seperti biasa; Setelah selesai, dua orang dari masing-
masing bertamu kedua kelompok yang lain; Dua orang yang tinggal dalam kelompok
bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka ; Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain; Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja
mereka
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 45
32) Model-model pembelajaran lainnya seperti PAKEM/PAIKEM, CBSA, dan sebagainya
sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI
Khusus untuk pembelajaran Matematika perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Membiasakan peserta didik untuk menggali informasi dari website, library, atau dari
resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (teman-
temannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll
2) Membiasakan peserta didik untuk menulis jurnal refleksi belajarnya
3) Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan
belajar peserta didik
4) Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah
5) Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara
sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks
6) Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama
asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
bahkan harapan yang dibawa peserta didik ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa
dengan cara membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab.
7) Bekal yang dimiliki peserta didik hendaknya diperhatikan dan dijadikan
pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran
harus berangkat dari apa yang dikenal peserta didik.
8) Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran
konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak
lagi berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-
atik (dimanipulasi) dengan tangan peserta didik secara efisien.
9) Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran
kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkah-
langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Namun demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi.
Tidak setiap informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang
menuntut pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual.
10) Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas
akan menantang peserta didik belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi
juga tidak terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi peserta didik kalau
tugas tersebut membantu peserta didik menghubungkan materi yang satu dengan
yang lain, dan mampu meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari
materi berikutnya.
11) Perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu: penguasaan konsep
matematika,kemampuan memecahkan masalah,kemampuan bernalar dan
berkomunikasi,kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, serta mengatasi masalah
sehari-hari.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 46
Khusus untuk pembelajaran IPA perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara
ilmiah.
2) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif.
3) Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil
keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah.
4) Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.
5) Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui
cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan.
6) Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran.
7) Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan
mengkomunikasikan data.
8) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan
teknologi sederhana.
9) Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain.
Khusus untuk pembelajaran TIK/PTD perlu memperhatikan hal-hal :
1) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar
secara utuh.
2) Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Guru harus selalu
berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar peserta didik memiliki kompetensi
yang telah ditetapkan.
3) Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan
sarana yang tersedia
4) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran
materi tertentu).
5) Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta
didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi,
dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.
6) Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori
dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata
pelajaran TIK
7) Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya
sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis sistem
yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing).
Pemberian peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; Metoda pembelajaran:
demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan pembuatan karya bidang TIK.
8) Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK untuk
memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai produk produk
teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang utuh
dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan peserta didik dapat
menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan bertanggung jawab.
Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk melakukan inovasi
(pengembangan) suatu produk.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 47
9) Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses
berpikir yang sistematis.
..
b. Pengayaan pembelajaran dengan menggunakan fasilitas (berbasis) TIK.
Sebagaimana dijelaskan dalam pembelajaran yang memenuhi SNP di atas, yaitu bahwa
dalam standar proses pembelajaran harus memenuhi tiga komponen, yaitu persiapan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Pada dasarnya
RSBI dituntut untuk mencoba dan mendalami model-model pembelajaran
sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya. Semua model pembelajaran tersebut
akan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien adalah dengan memanfaatkan
perkembangan fasilitas TIK melalui pembelajaran dengan elektronik atau disebut
dengan e-learning. E-learning juga akan memberikan peluang bagi pengajar dan
peserta didik untuk secara mandiri baik dalam mengajar maupun belajar. Sangat
diharapkan bahwa bagi sekolah yang telah sebagai SBI dapat mengimplementasikan
proses pembelajaran ini dengan berbasis TIK tersebut.
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology
(ICT) adalah: (a) mentransfer area teknologi dari sistem informasi, (b) cara untuk
mendeskripsikan sejumlah sistem informasi, pengguna, dan manajemen untuk
kepentingan organisasi, disamping termasuk perangkat keras juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi, (c) teknologi yang menggabungkan
komputasi (komputer) dengan jalan komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data,
suara, dan video, penggunaan teknologi dalam pengendalian dan memproses
informasi, keterpaduan antara hardware (komputer, LCD proyektor, printer, camera,
scanner, dll), shoftware (sistem aplikasi, program aplikasi, dan jaringan seperti
internet, LAN, program multi media, homepage), dan brainware (SDM yang
mengoperasikan hardware dan shoftware).
Internet (kependekan dari interconnected-networking) merupakan jaringan global
yang menghubungkan jutaan komputer melalui suatu jaringan. Terdapat lima aplikasi
standar dalam internet yang dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu E-
mail, Mailing list (milis), Newsgroup, Files Transfer Protocol (FTP), dan World Wide
Web (www). Internet juga merupakan fondasi transformasi aplikasi Web yang biasa
disebut Website, yaitu kumpulan dari halaman-halaman situs yang terangkum dalam
sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya di dalam World Wide Web (www) di
internet. Sebuah Website dapat berupa sebuah hasil kerja dari perorangan, organisasi,
perusahaan dengan menunjukkan beberapa topik khusus atau kepentingan tertentu
seperti penanyangan Sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, dll. Website ini memiliki
peranan penting yaitu sebagai media informasi, komunikasi, dan transaksi.
Untuk proses pembuatan bahan ajar atau pembelajaran dimulain dari penulisan uraian
teori, gambar, tabel, penugasan, pembuatan soal, dll dapat dilakukan dalam suatu
sistem yang menjamin kompatibilitas dan keutuhan yaitu dengan sistem manajemen
materi pembelajaran (Learning Content Management System). Dan untuk keperluan
penayangan, pengaturan akses, penjadwalan penayangan, pencatatan nilai
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 48
ujian/tugas, dll memerlukan suatu media yang disebut dengan Sistem Manajemen
Pembelajaran (learning management system).
Dengan demikian pembelajaran berbasis TIK (e-learning) adalah pembelajaran yang
dibantu dengan sebuah media berupa aplikasi berbasis Web yang dalam beberapa
bagian proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan berinteraksi dalam sebuah
website, seperti: penayangan materi on-line, penugasan on-line, tatap muka virtual
(video conference), dan tes, ulangan, ujian on-line, dan dilengkapi dengan materi yang
”off-line”. Pengembangan program pembelajaran berbasis TIK adalah kegiatan
pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan TIK dari berbagai sumber belajar.
Infrastruktur yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran berbasis TIK antara lain:
ruang server dan sistem operasi, laboratorium komputer, perangkat keras, perangkat
lunak (data base dan aplikasi e-learning), SDM, koneksi internet.
c. Model pembelajaran dalam Bahasa Inggris
Implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris harus menghindari dihasilkannya
lulusan dengan bahasa Inggris kelas 2 karena jeleknya tatabahasa dan ucapan. Perlu
diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris dapat
diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang
studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang
tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang
lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan.
Program semacam ini disebut program imersi (immersion program). Di beberapa
negara yang telah mengimplementasikan program semacam ini (misalnya Canada,
Australia, Hongaria, Finlandia, dan Hongkong) dengan guru yang kompetensi dalam
bahasa target (inggris) sangat tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan sarana
pendukung yang memadai pada umumnya melaporkan hasil bahwa: (a) Capaian
kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding dengan kelas reguler; (b)
Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa yang hendak
dikuasai bahasa inggris) dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan.
Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh
pencapaian yang agak rendah dalam aspek lainnya. Apabila pencapaian kompetensi
dalam bahasa target tinggi, pencapaian kompetensi dalam bidang studi tidak setinggi
pencapaiannya dalam bahasa target atau sebaliknya.; (c) Penguasaan bahasa
lulusan/peserta didik dalam bahasa target jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
lulusan/peserta didik yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan
kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan
ucapan.
Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan
seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung antara lain: (a)
Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung; (b) Penyelenggaraan
Bridging Course bahasa Inggris; (c) Penyediaan Self-Access Learning Centre; (d)
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mendorong atau memfasilitasi penggunaan
bahasa Inggris di sekolah secara efektif. Selain itu perlu dikembangkan model
pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 49
Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran mata pelajaran
Matematika dan IPA (MIPA).
Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model
yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam
bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara
proporsional. Focus on language sangat penting untuk menghindarkan peserta didik
dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Berikut adalah contoh
model penyelenggaraan pembelajaran.
Terpisah (parallel): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi melalui kegiatan
penunjang di luar pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam
Bahasa Inggris yang diikuti peserta didik di sekolah, yaitu: (a) Peserta didik menerima
pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science yang dilakukan oleh
guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini didasarkan
pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada
pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum peserta didik mempelajari
pokok bahasan tertentu, peserta didik sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata,
tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok
bahasan tersebut.; (b) Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki
pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru bahasa Inggris
dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik.; (c) Dalam model ini pembelajaran
MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran
seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya.; (d) Model ini agak mahal dan
memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan
kemahiran berbahasa Inggris).
Terpadu (integrated): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi secara terpadu
dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris.
Artinya, peserta didik menerima materi English for Mathematics and Science
bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam dalam bahasa Inggris. Model ini cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan
pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran terbagi menjadi tiga
tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson),
dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment).
Catatan:
Pembelajaran yang tidak boleh menggunakan bahasa Inggris adalah pada Mata
Pelajaran: Pendidikan Agama, PKn, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Muatan Lokal.
3. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
dalam penyelenggaraan RSBI
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa SNP untuk SKL SMP secara kuantitatif terdapat
sejumlah 22 buah SKL (dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006), dan standar kompetensi
(SK) untuk tiap kelompok mata pelajaran (SK-KMP) terdiri dari: kelompok mata pelajaran
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 50
: (1) Agama dan Akhlak Mulia sebanyak tujuh (7) buah;(2) Kewarganegaraan dan
Kepribadian sebanyak 14 buah;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebanyak 10 buah;
(4) Estetika sebanyak tiga (3) buah;dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan sebanyak
dua (2) buah.
Sedangkan untuk SKL tiap mata pelajaran adalah: SKL Pendidikan Agama Islam sebanyak
lima (5) buah, SKL Pendidikan Agama Kristen sebanyak ltiga (3) buah, SKL Pendidikan
Agama Katholik sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan Agama Hindu sebanyak
sembilan (9) buah, SKL Pendidikan Agama Budha sebanyak delapan (8) buah, SKL
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebanyak delapan (8) buah, SKL Bahasa Indonesia
sebanyak empat (4) buah, SKL Bahasa Inggris sebanyak empat (4) buah, SKL Matematika
sebanyak tujuh (7) buah, SKL IPA sebanyak enam (6) buah, SKL IPS sebanyak 12 buah, SKL
Seni Rupa sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Musik sebanyak tiga (3( buah, SKL Seni Tari
sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Teater sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan
Jasmani, Olah raga dan Kesehatan sebanyak enam (6) buah, SKL Keterampilan Kerajinan
sebanyak lima (5) buah, SKL Keterampilan Teknologi Rekayasa sebanyak tiga (3) buah, SKL
Keterampilan Teknologi Budidaya sebanyak tiga (3) buah, SKL Keterampilan Teknologi
Pengolahan sebanyak tiga (3) buah, dan SKL TIK sebanyak empat (4) buah.
Sebagai RSBI, maka diharapkan dapat memperkaya atau menambah jumlah SKL SMP, SKL
atau SK-KMP, dan SKL per mata pelajaran atau menerapkan standar kelulusan sekolah
yang lebih tinggi dari yang ditetapkan secara nasional.Berikut ini dijelaskan tentang
beberapa contoh mata pelajaran yang ditambahkan IKKT.
a. Sebagai contoh penambahan SKL SMP SNP dikembangkan dari 22 SKL SMP SNP
menjadi 24 SKL SMP SBI, dengan demikian terdapat penambahan dua (2) SKL, yaitu:
(1) memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang TIK dan mampu memilih serta
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana (menguasai
teknologi informasi dan komunikasi); (2) memiliki ketangguhan, kedisiplinan, dan
kecermatan dalam bekerja.
b. Contoh penambahan SKL mata pelajaran Matematika dari 7 SKL SNP menjadi 11 SKL
SMP SBI, dengan demikian terdapat 4 SKL adalah: (1) Memiliki kemampuan menggali
dan mengkomunikasikan ide-ide matematis secara tertulis maupun lisan; (2)
Memiliki kemampuan refleksi terhadap kemampuan atau pemikiran matematikanya
sendiri; (3) Memiliki kemampuan matematika dengan keterampilan ICT tertentu; (4)
Memiliki berbagai macam strategi pemecahan masalah matematika.
c. SKL SNP mata pelajaran IPA sebanyak 6 buah dan SKL SBI tetap 6 buah (tidak ada
penambahan, karena setelah dikaji telah memenuhi atau setara dengan negara-
negara lain) atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI mapel IPA.
Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK (Indikator Kompetensi) dari SKL SNP
tersebut.
d. Untuk SKL SNP Mata pelajaran Bahasa Inggris, untuk menjadi SKL SBI tidak ada
penambahan SKL, atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI pada
mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK
(Indikator Kompetensi).
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 51
e. Mata pelajaran TIK dikembangkan menjadi Mata Pelajaran TIK/PTD (Pendidikan
Teknologi Dasar), sehingga terdapat satu (1) penambahan SKL mata pelajaran
TIK/PTD ini, dari jumlah SKL SNP empat (4) buah menjadi lima (5) buah untuk SKL SBI.
Contoh penambahan satu buah SKL tersebut yaitu memahami prinsip-prinsip
teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan
produk teknologi serta perancangan dan pembuatan produk teknologi.
f. Sementara itu, Direktorat Pembinaan SMP belum membuatkan contoh penambahan
SKL untuk mata pelajaran lainnya, seperti mata pelajaran IPS (tidak termasuk
sejarah), mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga-kesehatan dan jasmani, dan
Mata Pelajaran Seni Budaya (tidak termasuk muatan lokal). Sangat diharapkan
penyelenggara SBI dapat menambahkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
sekolah/daerah serta tuntuan global.
4. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dalam penyelenggaraan RSBI
Pendidik (guru) memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat strategis dalam peran
dan fungsinya sebagai pendidik SBI, yaitu harus memenuhi IKKM pendidik (SNP
pendidik). Tugas, peran, dan fungsi pendidik harus mampu ditunjukkan dalam
kompetensi dan profesinya, baik kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan
profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan, sebagaimana telah
dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2006. Pemenuhan standar
kompetensi guru tersebut harus ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi kompetensi
sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007.
Terpenuhinya standar pendidik (IKKM) ini berarti telah mampu menunjukkan sebagai
tenaga profesional yang akan membawa kepada pencapaian standar mutu pendidikan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
Namun demikian, sebagai tenaga pendidik yang telah memenuhi standar nasional atau
IKKM, apabila daalam menjalankan tugas dan fungsinya pada sekolah yang bertaraf
internasional dituntut juga harus memenuhi IKKT dalam upaya memenuhi tuntutan
pencapaian mutu pendidikan yang bertaraf internasional pula. Indikator Kinerja Kunci
Tambahan (IKKT) sebagai guru RSBI antara lain adalah: (1) semua guru mampu
memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK; (2) guru mata pelajaran kelompok sains,
matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris; dan
(3) minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
berakreditasi A untuk SMP. Pendidik yang menjalankan profesinya pada SBI, maka
dalam melaksanakan proses pembelajaran sepanjang diperlukan dan sesuai dengan
kebutuhannya, selain menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga bisa
menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti
bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab, dan China. Sangat dimungkinkan bagi
guru RSBI untuk mampu memenuhi juga tuntutan kompetensi profesional yang
ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi profesi yang bertaraf internasional sesuai
dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 52
Dalam hal sekolah kekurangan pendidik, maka dapat mempekerjakan pendidik warga
negara asing apabila tidak ada pendidik warga negara Indonesia yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk mengampu mata pelajaran/bidang
studi tertentu paling banyak 30% dari keseluruhan pendidik dan harus mampu
berbahasa Indonesia dengan baik.
Sedangkan untuk tenaga kependidikan seperti telah ditetapkannya standar kepala
sekolah sebagai tenaga kependidikan dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007
adalah untuk memberikan jaminan terhadap proses perencanaan, penyelenggaraan,
pelayanan, pengontrolan, dan evaluasi pendidikan dapat mencapai standar mutu yang
diinginkan. Dengan kata lain, seorang kepala sekolah harus mampu menjalankan tugas,
fungsi, dan peran profesionalitas dan kompetensinya secara penuh. Kepala sekolah
harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang manajer atau pemimpin institusi
pendidikan baik yang bersifat edukatif maupun administratif.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi kompetensinya yaitu
kompetensi kepribadian, supervise manajerial, supervise akademik, evaluasi
pendidikan, penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial. Pemenuhan akan
kompetensi dan tugas tanggungjawab sebagai kepala sekolah tersebut, berarti telah
mampu menunjukkan jaminan kepada pemangku kepentingan terhadap institusi atau
sekolah yang dipimpinnya memenuhi standar nasional, dan khusus kepala sekolahnya
telah memenuhi standar kependidikan (kepala sekolah). Pemenuhan kompetensi dan
pemenuhan keberhasilan yang dijalankan akan tugas tanggungjawabnya tersebut,
berarti kepala sekolah dapat memenuhi standar minimal sebagai kepala sekolah
(mencapai IKKM sebagai tenaga kependidikan).
Namun demikian, sebagai tenaga kependidikan pada SBI kepala sekolah juga masih
dituntut untuk memenuhi syarat untuk pemenuhan IKKT (indikator kinerja kunci
tambahan), yaitu: (a) berkewarganegaraan Indonesia; (b) berpendidikan minimal S2
dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi atau dari perguruan tinggi
negara lain yang diakui setara S2 di Indonesia; (c) telah menempuh pelatihan kepala
sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; (d) mampu
berbahasa Inggris, dan/atau bahasa asing lainnya secara aktif; (e) memiliki skor TOEFL
≥ 7,5 atau bahasa asing lainnya secara aktif; (f) memiliki jiwa kewirausahaan; (g)
kemampuan di bidang manajemen, organisasi, dan kepemimpinan pendidikan serta
kewirausahaan; (h) mampu membangun jejaring internasional; (i) kemampuan
mengoperasikan komputer/teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya; dan (j) kemampuan mengembangkan rencana
pengembangan sekolah (RPS)/rencana kerja sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS).
Di samping itu, sebagai SBI maka sekolah dapat memiliki sekurang-kurangnya adalah
kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar,
tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan dari Standar Nasional
Pendidikan tentang Tenaga Kependidikan. Demikian juga halnya dengan keberadaan
wakil kepala sekolah dan urusan sekolah, maka dapat dikembangkan jumlahnya sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan tiap sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 53
Hal ini penting mengingat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala
sekolah bertaraf internasional akan banyak berhubungan dengan lingkungan dan
pergaulan internasional. Dalam mengemban tugas profesionalitasnya pada SBI, maka
diperlukan jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang kreatif, inovatif, dinamis, berani
mengambil resiko, berani menghadapi tantangan, demokratis, dan tidak melupakan
sifat kepemimpinan yang mampu menjadi tauladan sekaligus mampu memberikan
motivasi kepada bawahannya (”ing ngarso sung tulodho-ing madyo mangun karso-tut
wuri handayani”).
5. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan SBI
Selain dijamin bahwa SBI harus memenuhi standar sumber daya manusianya (pendidik
dan tenaga kependidikan), maka juga dituntut memenuhi standar sarana dan
prasarana. Sebagai IKKM (indikator kinerja kunci minimal) yang harus dipenuhi, maka
sarana dan prasarana dijamin akan mutunya. Pemenuhan baik secara kuantitas
maupun kualitas sarana dan prasarana tersebut, sekolah yang bertaraf internasional
harus memenuhi spesifikasinya untuk memberikan jaminan bahwa secara teknis IKKM
sarana prasarana memenuhi persyaratan internasional.
Standar sarana dan prasarana pokok sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan SBI
seperti: (a) laboratorium Bahasa Inggris, (b) laboratorium IPA ( laboratorium Biologi,
Laboratorium Fisika-Kimia), (c) laboratorium komputer, (d) jaringan internet yang
terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, ruang kelas, perpustakaan, ruang guru,
ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), (e) pusat multi media,
(f) peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll), (g)
laboratorium IPS, (h) laboratorium Matematika, (i) Laboratorium PTD.
Di samping itu, sebagai sekolah yang bertaraf internasional wajib memberikan jaminan
atau mampu memenuhi sarana dan prasarana tambahan yang sesuai tuntutan
kurikulum bertaraf internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional
mampu menunjukkan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) tentang
sarana prasarana tersebut, yaitu: (1) setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana
pembelajaran berbasis TIK; (2) perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang
memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (e-library); (3)
dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga,
klinik, dan lain sebagainya; dan (4) laboratorium tambahan seperti pengembangan
laboratorium alam, green hause, dan sebagainya, (5) ruang data dab informasi, (6)
ruang riset dan pengembangan bagi pendidik dan lainnya, (7) ruang para wakil kepala
sekolah, (8) ruang seminar, diskusi, workshop, dll, (8) ruang atau sarpras lainnya seperti
luas tanah sesuai tuntutan kurikulum RSBI.
6. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pengelolaan dalam
penyelenggaraan RSBI
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 54
Sekolah bertaraf internasional dalam pengelolaan sekolah dituntut berhasil
mengimplementasikan prinsip-prinsip pokok manajemen berbasis sekolah, yaitu
kemandirian atau otonomi, keterbukaan, akuntabilitas, partisipatif, fleksibilitas, dan
sustainibilitas. Dalam tataran implementasinya, RSBI harus mampu menjamin
pengelolaan sekolah memenuhi fungsi-fungsi manajemen secara profesional
sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan, yaitu: (a) perencanaan terdiri: kepemilikan rumusan visi dan misi
sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah, (b) pelaksanaan rencana kerja terdiri
pedoman sekolah, ruktur organisasi sekolah, pelaksanaan kegiatan sekolah, bidang
kepeserta didikan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan
tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan,
budaya dan lingkungan sekolah, dan peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah; (c)
pegawasan dan evaluasi terdiri program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan
pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan
akreditasi sekolah; (d) kemepimpinan; dan (e) SIM sekolah.
Selanjutnya, sebagai RSBI maka sekolah harus memenuhi IKKT pengelolaan pendidikan,
diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau
sesudahnya ISO 14000; (2) Merupakan sekolah multi-kultural; (3) Menjalin hubungan
atau mitra dengan sekolah bertaraf internasional di dalam dan atau luar negeri; (4)
Bebas narkoba dan rokok; (5) Bebas kekerasan (bullying); (6) Menerapkan prinsip
kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah; (7) mempersiapkan
peserta didik yang diharapkan mampu meraih medali tingkat internasional pada
berbagai kompetisi ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, seni, dan olah raga, (8)
menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi
pada delapan standar nasional pendidikan.
Pemenuhan sertifikasi ISO 9001 pada dasarnya adalah sekolah dituntut untuk mampu
memberikan jaminan bahwa sistem manajemen mutu yang diterapkan telah memenuhi
standar manajemen internasional. Oleh karena itu persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh sekolah untuk mengembangkan sistem manajemen mutu pengelolaan
pendidikan harus dipenuhi. Khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan
dokumentasi manajemen mutu harus memperhatikan kebutuhan sekolah sebagai RSBI
dan persyaratan ISO 9001. Penerapan sistem manajemen mutu yang berstandar ISO
9001 pada dasarnya dalam kerangka pemenuhan akan kebutuhan pelanggan, yaitu
peserta didik, orang tua, masyarakat, lulusan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan menerapkan standar sistem manajemen mutu ISO 9001 ini akan menghasilkan
tata kelola sekolah yang bermutu dengan ditandai oleh pencapaian standar kompetensi
lulusan tinggi dan proses layanan pendidikan memadai. Untuk itu diperlukan adanya
dokumen kebijakan dan sasaran dengan standar mutu tinggi, serta pedoman dan
prosedur layanan yang standar juga. Tanggungjawab manajemen sekolah harus mampu
ditunjukkan dengan komitmennya untuk mengembangkan, menerapkan sistem
manajemen mutu, dan secara terus menerus meningkatkan efektivitasnya.
Dalam hal menjalin hubungan kerjasama kemitraan adalah kerjasama dalam bidang
akademik dan non-akademik dengan satuan pendidikan setara yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya. Tujuan
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 55
kerja sama ini antara lain untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan
dasar atau pendidikan menengah dan memperluas jaringan kemitraan untuk
kepentingan satuan pendidikan. Kerja sama akademik dan non-akademik tersebut
dapat berbentuk: (a) penyelenggaraan program sekolah kembaran (sister school); (b)
penyelengggaraan program kegiatan perolehan kredit; (c) penyelenggaraan program
transfer kredit; (d) pertukaran peserta didik; (e) pertukaran pendidik dan/atau tenaga
kependidikan; (f) pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; (g) penyelenggaraan
kegiatan ekstrakurikuler; (h) pemagangan khusus pendidikan menengah kejuruan; (i)
penyelenggaraan pertemuan ilmiah; (j) penyelenggaraan program penelitian; dan/atau
(k) penyelenggaraan seminar bersama. Kerja sama pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan dapat dibatalkan, apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim
Pengendali pusat terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
Secara substansi, kerja sama ini penting untuk : (a) pengembangan kurikulum SBI, (b)
legitimasi kurikulum SBI, (c) pembelajaran, (d) evaluasi (penilaian hasil belajar,
akreditasi), (e) ujian dan sertifikasi internasional, (f) dan lainnya. Sebagai wujud nyata
kerja sama ini antara lain dibutktikan dengan adanya perjanjian kesepahaman atau
MoU (Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerjasama atau bentuk lainnya.
Pencapaian IKKT pengelolaan sekolah dapat dijamin apabila sistem yang diterapkan
dilakukan yang secara teknis dengan berbasis TIK, seperti manajemen dalam aspek:
kepeserta didikan, akademik atau pembelajaran, fasilitas, perpustakaan, penilaian,
tenaga, penerapan website, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi IKKT pengelolaan
yang memenuhi indikator kinerja tambahan ini secara memadai, maka diperlukan
adanya pola kepemimpinan sekolah yang dinamis, kreatif, dan memiliki jiwa
entrepreneurship. Bagi kepala sekolah dan jajarannya diharapkan mampu berupaya
secara terus menerus untuk mencari terobosan dalam berbagai bidang dan kepada
semua lapisan masyarakat/lembaga demi terpenuhinya standar SBI secara cepat dan
memadai.
Pengelolaan SBI dapat diselenggarakan secara satu sistem-satu atap, satu sistem tidak-
satu atap, atau beda sistem tidak-satu atap. Model terpadu-satu sistem-satu atap
dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan
yang sama. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang
berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang
sama. Dan model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang
berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.
Disamping telah terakreditasi secara nasional oleh Badan Akreditasi Sekolah-Nasional
dengan kualifikasi sangat baik (A), maka SBI juga harus memenuhi jaminan mutu
berstandar internasional. Salah satu upaya yang harus dipenuhi adalah bersertifikasi
atau terakreditasi secara internasional. Hal ini dipergunakan sebagai indikator kinerja
kunci tambahan yang sangat penting untuk menunjukkan kepada dunia internasional
bahwa sekolah tersebut telah terjamin mutunya setara internasional pula.
(Catatan: Hal ini berlaku khusus bagi sekolah yang bermitra dengan sekolah lain dan
menuntut adanya persyaratan akreditasi internasional dari sekolah mitra).
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 56
Hasil akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi sekolah pada salah satu negara
anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Beberapa negara anggota OECD tersebut adalah: Australia, Austria, Belgium, Canada,
Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland,
Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland,
Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United
States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore
dan Hongkong yang mutunya telah diakui secara internasional. Di samping itu, sekolah
juga dapat diakreditasi oleh pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga
tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-
pusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO,
dan sebagainya.
Proses yang ditempuh oleh sekolah apabila akan memperoleh akreditasi internasional
diantaranya melalui pentahapan: (a) pemenuhan persyaratan minimal yang ditetapkan,
misalnya telah memenuhi SNP atau IKKM, (b) melakkan evaluasi diri (internal sekolah),
(c) mengajukan ke lembaga/badan akreditasi internasional dari salah satu negara
anggota OECD tersebut atau dari negara maju lainnya, (d) dilakukan verifikasi eksternal,
(e) penetapan sebagai sekolah yang terakreditasi internasional untuk jangka waktu
tertentu, (f) dilakukan penilaian pertengahan masa atau tahun tertentu, (g) penetapan
kembali apabila memenuhi persyaratan, dan seterusnya. Pada dasarnya sertifikasi
akreditasi adalah bukan harga mutlak, akan tetapi setiap periode waktu tertentu akan
gugur apabila berdasarkan penilaian tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai skeolah
yang bertaraf internasional.
7. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pembiayaan dalam
penyelenggaraan RSBI
Unsur pembiayaan pendidikan merupakan salah satu indikator pokok maupun
tambahan yang sangat penting untuk dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara
pendidikan bertaraf internasional. Jenis-jenis pembiayaan pendidikan yang harus
dipenuhi meliputi pembiayaan investasi, pembiayaan operasional, dan pembiayaan
personal. Apabila suatu sekolah bertaraf internasional telah mampu menjamin
terpenuhinya pembiayaan investasi, operasional, dan personal pendidikan, maka
berarti sekolah tersebut telah memenui standar pembiayaan (IKKM pembiayaan).
Sebagai sekolah bertaraf internasional juga dituntut mampu memenuhi IKKT
pembiayaan, yaitu menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai
berbagai target Indikator Kinerja Kunci Tambahan tersebut. Pendidikan yang efisien
dapat dipastikan efektif, akan tetapi pendidikan yang efektif belum tentu efisien.
Efisiensi pendidikan dapat diukur melalui dua indikator pokok efisiensi, yaitu efisiensi
internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal pendidikan adalah rasio antara
keluaran pendidikan (hasil pendidikan) dengan input pendidikan. Pendidikan dikatakan
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 57
efisien secara internal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau biaya makin rendah
menghasilkan keluaran yang makin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil atau keluaran
diukur dari prestasi akademik, jumlah kelulusan, pencapaian kompetensi, atau kenaikan
kelas. Dari sisi produk, dikatakan efisien pendidikan tersebut apabila makin sedikit anak
yang mengulang kelas, remidi, dan atau drop out/putus sekolah.
Sedangkan efisiensi eksternal lebih menunjukkan kepada rasio antara out comes atau
dampak pendidikan terhadap input pendidikan. Out comes diukur dari indikator lulusan
yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan),
memperoleh pekerjaan dan atau penghasilan (ekonomi), kedudukan (sosial),
kematangan kepribadian, dan sebagainya. Pendidikan dikatakan efisien secara
eksternal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau makin kecil menghasilkan
dampak pendidikan yang makin tinggi. Analisis cost effectiveness dapat dipergunakan
untuk mengetahui sejauhmana tingkat efisiensi pendidikan secara eksternal tersebut.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan untuk RSBI jenjang
pendidikan SMP ini adalah:
a. Biaya penyelenggaraan RSBI memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan
menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel;
b. Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membiayai penyelenggaraan RSBI;
c. RSBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan biaya diatas
standar pembiayaan yang didasarkan pada RPS/RKS dan RKAS;
d. Pemerintah dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan
tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau masyarakat;
e. Pemerintah provinsi dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana,
pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan
penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah
kabupaten/kota, atau masyarakat;
f. Pemerintah kabupaten/ kota dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan
prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk
keperluan penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, atau masyarakat;
g. Masyarakat dapat memberi bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan
tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan RSBI
yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat;
h. Bantuan pada RSBI dituangkan dalam dan digunakan sesuai dengan rencana
pengembangan sekolah/rencana kerja sekolah, rencana kegiatan, dan anggaran
sekolah;
i. Bantuan pada RSBI dapat dihentikan apabila sekolah yang bersangkutan tidak
menunjukkan kinerja yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan RSBI;
j. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan RSBI
berpedoman pada prinsip efisiensi, efektivitas, keterbukaan dan akuntabilitas sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 58
k. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pembiayaan
penyelenggaraan RSBI dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia.
Di samping itu, sekolah wajib mengalokasikan beapeserta didik atau bantuan biaya
pendidikan bagi peserta didik warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik
tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi paling sedikit 20% dari jumlah seluruh
peserta didik.
Bagi sekolah rintisan SBI diharapkan mampu memberikan atau memenuhi jaminan akan
efsisiensi pendidikan sebagai salah satu IKKT, sehingga publik akan memiliki tingkat
kepercayaan tinggi, dan citra yang terbangun di publik meningkat, dan selanjutnya akan
menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama di masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan yang bertaraf internasional. Pendidikan yang bertaraf internasional secara
otomatis memerlukan biaya yang besar, karena target pencapaian kompetensi lulusan
juga tinggi, yaitu bertaraf internasional. Dengan demikian pendidikan dengan biaya
tinggi akan tetapi juga menghasilkan lulusan yang bertaraf internasional bukanlah
disebut pendidikan mahal. Kesan pendidikan yang mahal pada dasarnya adalah tidak
ada, yang sebenarnya terjadi adalah pendidikan apakah efisien atau tidak efisien.
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergi antara berbagai pihak antara sekolah,
komite sekolah, Bappeda (Provinsi dan Kabupaten/Kota), DPRD Tk I dan II, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, Direktorat Pembinaan SMP
serta pihak lain para pemangku kepentingan. Secara bertahap sekolah bersama komite
sekolah yang didukung oleh daerahnya masing-masing mampu secara mandiri
menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional secara efektif dan efisien. Sebab
sesuai dengan kewenangannya, maka pemerintah pusat akan memberikan dana
bantuan dalam waktu dan jumlah yang terbatas. Setelah ditetapkan bukan sebagai
rintisan lagi, maka sekolah bersama-sama komite sekolah, pemerintah kabupaten/kota,
dan provinsi harus melanjutkan dan berupaya secara mandiri mampu
menyelenggarakan SBI.
8. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar penilaian dalam
penyelenggaraan RSBI
Pada dasarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh sekolah yang ditetapkan sebagai
RSBI adalah tetap mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh BSNP atau Pusat
Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu memenuhi standar
penilaian sebagai wujud dari pemenuhan IKKM penilaian atau telah mampu memenuhi
standar penilaian.
a. Penilaian hasil belajar didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
• Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
• Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 59
• Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
• Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
• Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
• Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
• Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
• Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
• Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
b. Teknik dan Instrumen Penilaian
• Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian
berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik.
• Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
• Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung
dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
• Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas
rumah dan/atau proyek.
• Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)
konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang
baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik.
c. Mekanisme Penilaian oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan
untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
kegiatan sebagai berikut.
• Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan
dan kriteria penilaian pada awal semester.
• Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar (KD) dan memilih
teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 60
• Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan
teknik penilaian yang dipilih.
• Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
• Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan
belajar peserta didik.
• Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik.
• Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
• Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk SATU NILAI PRESTASI BELAJAR
peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
Namun demikian, sebagai SRBI sekolah harus melakukan pengembangan sistem
penilaian yang bersifat memperkaya, memperluas, dan bervariatif untuk mencapai
standar IKKT penilaian, yaitu yang berlaku di dunia pendidikan bertaraf intenasional.
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam sistem penilaian yang merupakan
IKKT penilaian bagi RSBI, yaitu: Pertama, input penilaian seperti instrumen penilaian,
acuan atau kriteria penilaian, standar pencapaian ketuntasan kompetensi, bahan atau
materi yang dinilai (cakupan atau kedalaman), dan fasilitas sumber daya penilaian.
Khusus dalam hal kriteria atau standar penilaian seperti penentuan KKM, target
ketuntasan kompetensi, target nilai ujian akhir semester, ujian akhir tahun, ujian
sekolah, ujian nasional lebih besar darpada bukan RSBI.
Kedua, adalah proses penilaian yang dirintis berstandar internasional, dalam hal ini
sekolah dengan menggunakan berbagai input penilaian tersebut dapat melaksanakan
penilaian kepada peserta didik menggunakan berbagai pendekatan atau model
penilaian dari salah satu anggota negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, yaitu untuk menilai
kinerja, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan lainnya yang mencerminkan bentuk
penilaian sesungguhnya (authentic assesment). Dan, ketiga adalah kriteria hasil
pendidikan, yang pada prinsipnya adalah minimal sama atau setara dengan standar dari
sekolah-sekolah yang telah bertaraf internasional atau bahkan lebih tinggi acuan atau
standarnya, baik menggunakan acuan norma maupun acuan kriteria.
RSBI menerapkan dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi
dan komunikasi. Sebagaimana telah diuraikan dalam pembelajaran berbasis TIK, maka
sistem penialaian merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaannya juga harus berbasis TIK. Jenis-jenis penilaian dan evaluasi
yang berbasis TIK antara lain: ulangan harian on-line, ulangan tengah semester on-line,
ulangan akhir semester on-line, ulangan akhir tahun on-line, ujian sekolah on-line dan
ujian nasional serta internasional on line. Penayangan penilaian tersebut terutama
adalah hasil-hasilnya, dan beberapa pelaksanaan ujian atau ulangan juga dapat
dilakukan. Penayangan soal-soal ulangan dan ujian merupakan bagian dari penilaian
berbasis TIK. Dengan sistem ini, maka semua pihak dapat mengetahui sistem penilaian
oleh sekolah secara cepat dan akurat serta bersifat transparan.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 61
Pelaksanaan penilaian dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran di
kelas/laboratorium (berbasis kelas) melalui test tertulis, pengumpulan kerja peserta
didik (potofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek) dan kinerja (performance).
Prosedur pelaksanaan penilaian disesuaikan dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran.
Melalui keterpaduan antara penilaian dan pembelajaran, pelaksanaan penilaian
dilakukan pada sebelum pembelajaran, selama pembelajaran dan setelah
pembelajaran.
Teknik penilaian menggunakan on going assessment dengan multi metode meliputi
penilaian proses dan produk, antara lain: paper and pencil test, performance test,
portfolio, individual oral presentations, yang dilakukan baik secara formal maupun
informal. Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.
Instrument dikembangkan secara sistimatis sesuai dengan prosedur pengembangan
instrumen. Instrumen harus valid, reliablel, fokus pada kompetensi yang diharapkan,
komprehensif, obyektif, berkesinambungan, dan mendidik. Oleh karena itu, bentuk
instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik:
a. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dan
sebagainya.
b. Tes lisan: pada test lisan, soal-soal dan jawabannya disampaikan secara lisan. Test
yang dilakukan dengan cara demikian akan memungkinkan peserta didik dapat
belajar kembali, hal ini disebabkan adanya dialog antara peserta didik dengan
penguji. Intrumen yang digunakan dapat berupa daftar pertanyaan.
c. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja produk,
uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk. Pada test unjuk
kerja ini guru mengevaluasi peserta didik mengenai aspek-aspek keterampilan,
kemampaun dan sikap melakukan sesuatu dalam bidang teknologi, baik di dalam
workshop, di lingkungan sekolah, maupun di lapangan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada test semacam ini, soal-soal test biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-
tugas. Penilaiannya dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tugas-tugas
tersebut maupun terhadap hasil yang dicapai.
d. Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
e. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
f. Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara
g. Portofolio: Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja dan tugas-tugas peserta didik
yang diberi komentar oleh guru tentang kemajuan peserta didik dalam mengerjakan
tugas-tugas tersebut. Penilaian portofolio ini bermanfaat untuk pelayanan peserta
didik secara individual. Skor nilai dalam portofolio menggunakan cacatan
perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru. Untuk membuat penilaian
yang adil, obyektif, dan akurat, guru harus bersikap optimal, yaitu: (a)
Memanfaatkan bukti-bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian yang
dilakukan dengan berbagai cara, (b) membuat keputusan yang adil terhadap
penguasaan kemampuan peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja yang
dikumpulkan seperti dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi dalam bidang
karya peserta didik.
h. Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 62
i. Penilaian Antarteman: penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
temannya dalam berbagai hal.
Beberapa hal khusus sebagai RSBI yang harus diperhatikan terkait dengan system
penilaian ini adalah:
a. Peserta didik wajib mengikuti ujian nasional dan sangat diharapkan bahwa hasil-
hasil atau prestasi ujian nasional lebih baik daripada sekolah yang bukan RSBI.
Hasil ujian nasional dipergunakan sebagai salah satu syarat kelulusan peserta
didik, di samping nilai ujian sekolahnya.
b. sekolah melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan
pendidikan yang bersangkutan sebagai RSBI. Ujian sekolah ini juga dipergunakan
sebagai persyaratan atau penentu kelulusan peserta didik, di samping nilai lain
yang diuji secara nasional.
c. sekolah dapat melaksanakan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau bahasa
asing lainnya. Hal ini didasari bahwa pada setiap proses pembelajaran telah
terbiasa dan menggunakan pendekatan bahasa pengantar dengan bahasa ingris,
bahan ajar berbahasa inggris, dan penugasan-penugasan berbahasa inggris.
d. sekolah dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang
diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat
dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Peserta didik yang telah
menyelesaikan program pendidikan dan lulus ujian nasional serta ujian sekolah
yang diselenggarakan oleh RSBI memperoleh ijazah. Peserta didik yang mengikuti
dan lulus sertifikasi dari lembaga yang diakui secara internasional berhak
memperoleh sertifikat yang diakui secara inernasional.Ujian ini dilaksanakan
bersama dan atau oleh mitranya sebagaimana dalam pembelajaran. Persyaratan
dan criteria bagi peserta didik untuk dapat mengikuti ujian ini ditentukan oleh
sekolah dan atau bersama mitranya. Khusus bagi peserta didik yang memenuhi
syarat ikut ujian, akan tetapi kurang mampu dalam pembiayaan, maka menjadi
tanggungjawab penyelenggara RSBI atau stakeholder lainnya.
e. Sekolah dapat membuat raport sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan dan
dapat berbentuk bahasa inggris dan bahasa Indonesia, di samping juga
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan
selama ini oleh pemerintah.
Catatan:
Selama masa rintisan, sistem dan standar penilaian menggunakan atau menerapkan dari apa
yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP dan untuk ujian pengayaan sebagai RSBI
secara nasional tetap dilaksanakan oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Ujian ini
dapat dilakukan dengan bahasa pengantar bahasa inggris dan atau bahasa indonesia.
Demikian juga dalam hal sertifikasi akan diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 63
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 63
D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI
Untuk dapat menetapkan dan mnyelenggarakan RSBI, maka diperlukan adanya
persyaratan-persyaratan dan prosedur atau mekanisme yang harus dipenuhi dan ditempuh
oleh semua pihak pemangku kepentingan menyelenggarakan RSBI. Diperlukannya
persyaratan-persyaratan tertentu dalam penyelenggaraan RSBI adalah untuk menjamin
bahwa sekolah yang ditetapkan telah memenuhi IKKM dan IKKT sehingga layak disebut
sebagai sekolah bertaraf internasional. Sedangkan prosedur atau mekanisme
penyelenggaraan juga diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa RSBI yang
diselenggarakan adalah telah memperoleh ijin resmi dari pemerintah dimana secara
hukum, sosial, dan aspek lainnya adalah diakui keberadaannya (legal).
1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan RSBI
Sesuai dengan ketentuan dan kebijakan RSBI Departemen Pendidikan Nasional
sebagaimana disebutkan dalam ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah” bahwa untuk
menyelenggarakan RSBI harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang secara
umum (berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah), yaitu:
a. Sekolah membuat proposal yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP oleh
Dinas Pendidikan Propinsi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai
RSBI;
b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN-S sekolah dengan
nilai minimal predikat ”A”;
c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Yayasan (bagi sekolah
swasta).
2. Persyaratan Khusus Penyelenggaraan RSBI
Di samping persyaratan umum di atas, sekolah yang akan
melaksanakan/menyelenggarakan RSBI harus memenuhi persyaratan khusus.
Persyaratan khusus yang dimaksudkan di sini adalah persyaratan-persyaratan yang
hanya berlaku untuk jenjang pendidikan SMP, yaitu sebagai berikut:
a. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Pusat dan
Provinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM)*),
yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen
sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi
SSN tahun terakhir; Catatan: *) telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional seperti yang tercantum dalam Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”.
2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat
Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak
tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP bersama
Dinas Pendidikan propinsi dan Kabupaten/Kota. Secara administratif sekolah
melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN; Catatan:
Apabila suatu daerah telah menetapkan dan mempersiapkan suatu sekolah negeri
sebagai rintisan SBI dan dilakukan evaluasi oleh pusat ternyata benar-benar
memenuhi karakteristik RSBI dan bahkan telah melampui sebagai SSN, maka
sekolah yang bersangkutan dapat diberikan SK sebagai rintisan SBI daerah oleh
pemerintah pusat (meskipun belum dirintis sebagai SSN sebelumnya). Hal ini
hanya bersifat khusus dan kasus saja, hanya dengan pertimbangan dan kebijakan
tertentu, tidak berlaku secara umum sebagaimana yang lainnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 64
3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah
propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari
pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk memberikan
pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa pemenuhan IKKM dan
IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam APBD;
4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah
kabupatn/kota untuk menyelenggarakan RSBI. Secara administratif sekolah
mengirmkan surat pernyataan kepada Dit. PSMP yang berisi kesanggupan dari
bupati/walikota untuk membantu memenuhi IKKM dan IKKT melalui pemberian
subsidi dana dari APBD;
5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite sekolah
untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah
melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk
membantu pencapaian pemenuhan IKKM dan IKKT khususnya pemberian
bantuan dana dari masyarakat;
6) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/disyahkan
oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi;
7) Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama
dengan sekolah/lembaga;
8) Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang kesanggupan
untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai RSBI dan
kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian;
9) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai dengan
perkembangan kebijakan pemerintah pusat.
b. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Propinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM),
yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen
sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan
evaluasi SSN tahun terakhir;
2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat
Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak
tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan Pusat.
Secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN
dan rapor SSN;
3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah
daerah tingkat I (propinsi). Secara administratif sekolah melampirkan surat
pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk
memberikan pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa
pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam
APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama antara sekolah
dengan pemerintah provinsi;
4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah
kabupatn/kota untuk membantu menyelenggarakan RSBI. Secara administratif
sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan dari
bupati/walikota untuk memenuhi IKKM dan IKKT melalui bantuan pemberian
subsidi dana dari APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama
antara sekolah dengan Pemda kabupaten/kota;
5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite
sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 65
melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk
membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana
dari masyarakat;
6) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan
disetujui/disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota;
7) Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama
dengan sekolah/lembaga lain;
8) Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang
kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai
RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian;
9) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai
dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
c. Persyaratan Khusus bagi RSBI Swasta yang Diselenggarakan oleh Yayasan
atau Lembaga Lainnya:
1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM),
yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen
sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan
evaluasi SSN tahun terakhir (apabila telah ditetapkan sebagai SSN oleh
pemerintah pusat). Catatan: sekolah yang akan diajukan sebagai RSBI TIDAK
HARUS BERSTATUS SEBAGAI SSN YANG DITETAPKAN PUSAT;
2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat
Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP apabila sekolah tersebut
statusnya SSN yang ditetapkan oleh pusat, sebagai syarat layak tidaknya
dilakukan verifikasi RSBI oleh propinsi/pusat. Secara administratif sekolah
melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN. Sedangkan
apabila tidak berstatus sebagai SSN pusat, maka tidak perlu melampirkan;
3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari yayasan atau
lembaga lainnya. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan
dari yayasan atau lembaga lainnya yang berisi kesanggupan untuk memberikan
pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui bantuan dana
yang dianggarkan dalam APB yayasan atau dibuat dalam bentuk surat
perjanjian bersama antara sekolah dengan yayasan atau lembaga lainnya;
4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite
sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah
melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk
membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana;
5) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan
disetujui/disyahkan oleh komite sekolah, Yayasan/lembaga lain dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi;
6) Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan kerjasama dengan
sekolah/lembaga lain;
7) Surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila
ditetapkan sebagai RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila
melanggar perjanjian;
8) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai
dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah dan yayasan/lembaga lain.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 66
E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksudkan dengan prosedur
penyelenggaraan Rintisan SBI disini adalah mekanisme atau tata urutan pelaksanaan
penyelenggaraan/penetapan sekolah sebagai rintisan SBI. Beberapa prosedur atau
pentahapan yang harus dilalui adalah: (a) prosedur pendirian, (b) pelaksanaan verifikasi,
(c) penetapan sebagai rintisan SBI, dan (d) persiapan sekolah sebelum
melaksanakan/menyelenggarakan rintisan SBI. Pada dasarnya semua langkah tersebut
dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan, yaitu Direktorat pembinaan SMP,
Dinas Pendidikan propinsi, dan dibantu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
1. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP
Pengertian pendirian penyelenggaraan RSBI di sini adalah bahwa sekolah atau
yayasan yang akan menyelenggarakan rintisan pendidikan bertaraf internasional harus
terlebih dahulu mengajukan kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu dalam proses
pengajuan pendirian ini diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi ditujukan kepada
Mendiknas melalui Direktur Pembinaan SMP Ditjen Manajemen pendidikan Dasar
dan Menengah.
a. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP
Secara garis besar langkah-langkah awal yang ditempuh oleh Direktorat
Pembinaan SMP dalam pendirian penyelenggaraan rintisan SBI ini adalah:
• menetapkan konsep dan persyaratan atau kriteria rintisan (sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya);
• memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;
• menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;
• mengirimkan informasi kepada Dinas Pendidikan propinsi dan
Kabupaten/Kota tentang data sekolah yang akan diverifikasi;
• melaksanakan verifikasi bersama Dinas Pendidikan Propinsi.
Gambar 1. Proses Awal Pendirian Penyelenggaraan RSBI
b. Pelaksanaan Verifikasi RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP
Dalam pelaksanaan verifikasi ini Direktorat Pembinaan SMP melakukan secara
bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu Kabupaten/Kota. Hal
ini lebih didasarkan atas pertimbangan bahwa pemerintah daerah tingkat I yang
MENETAPKAN
KONSEP DAN
KRITERIA
MEMILIH SMP SSN
YANG MEMENUHI
KRITERIA
MENETAPKAN SMP
SBG CALON
SEMENTARA RSBI
MENGIRIMKAN
DATA/INFORMASI CALON
SEMENTARA YANG AKAN
DIVERIFIKASI
MELAKSANAKA
N VERIFIKASI
BERSAMA DINAS
DAERAH
DAFTAR
LONG LIST
DAFTAR
SHORT LIST
USULAN DAERAH
SESUAI
KRITERIA
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 67
memiliki kewenangan penyelenggaraan nantinya, dan tingkat II memiliki tanggung
jawab membantu pembinaan. Di samping itu, daerah lebih memahami masing-masing
profil dan kondisi sekolah calon rintisan yang ada di wilayahnya.
Materi yang dipergunakan untuk dasar verifikasi adalah seperangkat instrumen yang
meliputi instrumen kinerja sekolah (sebagai instrumen utama), instrumen pendukung
(instrumen yang mengungkap keinternasionalan sekolah), instrumen kualitatif,
instrumen dokumen portofolio, profil sekolah, dan panduan penilaian/pensekoran.
Tujuan verifikasi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kinerja sekolah dan
eksistensi sekolah serta untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan sekolah sebagai
rintisan. Sebagai sasaran atau responden dalam verifikasi ini adalah unsur kepala
sekolah dan jajarannya, guru, peserta didik, komite sekolah, tenaga pendukung
sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Petugas verifikasi berasal dari unsur dari Direktorat Pembinaan SMP, perguruan
tinggi, LPMP, praktisi, Balitbang Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
sebagainya. Beberapa hal pokok yang harus dipahami dalam melaksanakan verifikasi
adalah: (a) calon sementara sekolah yang akan diverifikasi bisa ditambah/dirubah atas
usulan daerah, asalkan memenuhi kriteria yang ditetapkan pusat; (b) petugas
pendamping dari daerah semata-mata untuk memberikan penilaian ke sekolah dan
masukan kepada pusat; (c) keputusan final tentang sekolah yang layak ditetapkan
sebagai rintisan adalah oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP).
Data-data yang diperoleh selama verifikasi selanjutnya dianalisa tiap sekolah, baik
secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisa data ini akan dihasilkan
daftar calon tetap sebagai rintisan SBI.
c. Penetapan Calon Tetap Rintisan SBI oleh Direktorat Pembinaan SMP
Telah dijelaskan di atas bahwa kewenangan untuk penetapan sekolah sebagai rintisan
adalah pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Pemerintah daerah/yayasan sebatas
pada memberikan masukan dan atau pertimbangan secara obyektif tentang sekolah
yang diverifikasi.
Dasar penetapan sekolah sebagai rintisan SBI adalah hasil dari pensekoran/penilaian
kinerja sekolah (IKKM), IKKT, profil sekolah, dokumen portofolio, dan data lain
yang relevan. Kriteria nilai kinerja minimal adalah yang termasuk kategori baik/layak
sebagai rintisan SBI, yaitu merupakan gabungan dari nilai kinerja IKKM dan IKKT.
Profil sekolah dipergunakan sebagai tambahan penguatan, di samping sebagai cek
silang terhadap data kinerja sekolah. Untuk sementara daerah yang ditetapkan
sekolahnya sebagai rintisan SBI adalah daerah kabupaten/kota yang sama sekali
belum ada dan daerah lain yang memiliki sekolah memenuhi kriteria yang ditetapkan
(dalam jumlah terbatas), meskipun telah ada rintisan SBI sebelumnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 68
Gambar 2. Prosedur pendirian RSBI
Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMP melaksanakan workshop untuk memberikan
pemahaman tentang RSBI dan SBI kepada calon rintisan SBI. Selama workshop ini
sekolah diberikan materi tentang berbagai aspek seperti: kebijakan Direktorat
Pembinaan SMP, konsep RSBI, manajemen RSBI, dan aspek-aspek lain yang
termasuk dalam IKKM dan IKKT. Secara khusus sekolah diharapkan membuat RKS
dan RKAS selama kegiatan workshop.
Berdasarkan hasil verifikasi dan kegiatan workshop ini, maka Direktorat Pembinaan
SMP menetapkan sekolah sebagai calon tetap Rintisan SBI. Secara skematis
pelaksanaan verifikasi dan penetapan sekolah sebagai rintisan SBI dapat dilihat pada
Gambar 4.
d. Persiapan Sekolah sebagai RSBI
Direktorat Pembinaan SMP dalam melaksanakan verifikasi dan penetapan sekolah
sebagai rintisan adalah satu tahun sebelum tahun ajaran dimulai. Tujuannya antara
lain adalah agar sekolah memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan-persiapan
sebelum melaksankan berbagai program atau kegiatan untuk mengimplmenetasikan
pendidikan bertaraf internasional. Beberapa kegiatan pokok yang dapat dilakukan
oleh sekolah dan atau Dinas Pendidikan Daerah antara lain:
SELEK.
TAHAP I (SYARAT
UMUM)
VERIFIKASI
KE SEKOLAH, DINAS, DAN
PEMDA
WORKSHOP
CALON
TETAP RSBI
KONDISI
SEKOLAH DAN DAERAH
PENGGABUNGAN NILAI
VERIFIKASI DAN PERSYARATAN
YG DIAJUKAN
ANALISIS DATA
VERIFIKASI
PERBAIKAN PROPOSAL DAN PEMBUATAN
RKS DAN RKAS RSBI
DAFTAR
CALON
TETAP RSBI
SHORT LIST
CALON
RINT.SBI
SEKOLAH MEMBUAT
PROPOSAL DAN
MENGUMPULKAN
PERSYARATAN LAIN
SEKOLAH/DINAS
PENDIDIKAN
DAERAH/YAYASA
N MENGUSULKAN
RSBI DILAMPIRI
PERSYARATAN
NYA
PENYUSUNAN
KRITERIA CALON RSBI
PENYUSUNAN
KONSEP RSBI
PENETAPAN
SEKOLAH SEBAGAI
RSBI
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 69
1) Peningkatan Kapasitas/kemampuan:
a) Meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan (capacity building)
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, misalnya adalah:
• Tenaga pendidik: ditingkatkan kemampuan mengajar dengan bilingual
(bahasa Inggris), kemampuan komputer/TIK, kemampuan bidang studi,
dan pengembangan kurikulum SBI;
• Kepala sekolah: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris, TIK,
manajemen ISO 9001: 2000 dan ISO 14000 serta kemampuan
mengembangkan RKS dan RKAS;
• Tenaga pendukung: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris dan TIK.
b) Mengembangkan kurikulum RSBI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah, terutama dalam hal pengembangan silabus, RPP, bahan ajar, sistem
penilaian, dan perangkat pendukung kurikulum;
c) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan kurikulum RSBI;
d) Merintis jalinan kerjasama atau sister school dengan sekolah lain, perguruan
tinggi, dan sebagainya.
2) Penerimaan Peserta Didik Baru
Sekolah Bertaraf Internasional mensyaratkan calon siswa baru harus memiliki
kompetensi dan kecerdasan tinggi. Hal ini didasari oleh tuntutan kurikulum
bertaraf internasional, yang mengharuskan anak-anak yang masuk dalam kelas
internasional harus mampu berkompetisi secara global dengan anak-anak dari
negara lain. Beberapa kemampuan umum yang lazim menjadi tolok ukur
keinternasionalan adalah kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris
(bahasa asing), kemampuan dalam sains, kemampuan dalam bidang teknologi, dan
kemampuan lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif. Oleh karena itu,
sekolah dapat menerapkan aturan atau kriteria khusus bagi calon-calon siswa baru
yang akan masuk dalam kelas internasional. Beberapa contoh kriteria tersebut
adalah: (a) memiliki rata-rata nilai akademik (raport) dari kelas IV sd VI SD
minimal 7,0, (b) memiliki kemampuan mengoperasionalkan komputer, (c)
memiliki kemampuan dasar Bahasa Inggris, (d) memiliki kecerdasan di atas rata-
rata, (e) memiliki pemikiran, sikap dan perilaku yang kritis dan inovatif, (f) dan
sebagainya.
Untuk menjaring kemampuan anak tersebut perlu dilakukan seleksi secara ketat
melalui tes dan non tes yang digabung menjadi satu secara proporsional dengan
cara anak dijaring sejak duduk di Sekolah Dasar atau menggunakan dokumen
portofolio prestasi anak ketika di SD. Kemudian diseleksi melalui tes yang terdiri
dari tes kemampuan akademik atau Test Potensi Akademik, tes kemampuan
komputer/TIK, dan tes psikologi. Sekolah dapat menambahkan bentuk seleksi
lainnya seperti melalui wawancara atau dengan kuesioner untuk mengungkap
beberapa hal yang mendukung penilaian guna menentukan kelulusan calon siswa.
Tidak kalah pentingnya adalah mengungkap tentang latar belakang anak,
keluarga, dan aspek lainnya. Namun demikian bagi sekolah harus tetap
memperhatikan betul terhadap anak-anak yang potensial akan tetapi latar belakang
ekonominya kurang mampu harus tetap memiliki hak yang sama menjadi siswa
internasional. Prinsip ”affirmative action” bagi anak miskin dengan kemampuan
akademik tinggi merupakan skala prioritas yang harus diperhatikan bagi sekolah,
komite sekolah dan pemerintah daerahnya. Pelaksanaan seleksi dapat dilakukan
melalui kerjasama dengan pihak lain yang relevan. Sistem yang dipergunakan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 70
dapat terintegrasi dengan seleksi calon siswa lain dari sekolah lain apabila secara
on line dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian sekolah melakukan
seleksi secara khusus sesuai dengan kepentingannya. Tidak menutup
kemungkinan pemerintah daerah membuat kebijakan khusus bagi rintisan SBI
untuk melakukan seleksi secara tersendiri tanpa terikat oleh peraturan yang
diberlakukan kepada sekolah bukan rintisan SBI.
Melalui sistem seleksi seperti ini diharapkan sekolah benar-benar memperoleh
calon-calon peserta didik yang dapat berprestasi dan mampu bersaing dengan
lainnya yang sederajad, baik di dalam maupun di luar negeri.
3) Workshop Persiapan Rintisan SBI
a) Setelah ditetapkan sebagai rintisan SBI, sekolah wajib mengikuti workshop
yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMP;
b) Tujuan workshop antara lain untuk sosialisasi dan penguatan kapasitas sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI;
c) Biaya penyelenggaraan workshop antara lain menggunakan dana subsidi
persiapan rintisan SBI;
d) Segala sesuatu tentang penyelenggaraan workshop diatur khusus dalam
panduan workshop.
2. Pendirian Penyelenggaraan Rintisan RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi
Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I dan atau Tingkat II adalah sama dengan langkah-langkah yang dilakukan
oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan
RSBI, melaksanakan verifikasi bersama-sama dengan pusat, pusat (Dit. PSMP)
menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah sebelum
melaksanakan pendidikan bertaraf internasional. Perbedannya adalah bahwa
pemerintah daerah bertanggungjawab penuh dalam pembiayaan bersama komite
sekolah yang bersangkutan.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau Tingkat II
adalah sebagai berikut:
1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau
Tingkat II:
a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar
untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan
yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP;
b. Memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;
c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;
d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi;
e. Melaksanakan verifikasi bersama antara Direktorat Pembinaan SMP, Dinas
Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Pelaksanaan Verifikasi oleh Direktorat PSMP, Pemerintah Daerah Tingkat I dan
Tingkat II
a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan
Propinsi dan Kabupaten/Kota
b. Verifikasi menggunakan instrumen yang dibuat oleh Dit. PSMP
c. Teknik analisis data dan penilaian sama dengan yang dilakukan oleh Dit. PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 71
3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI
Penetapan sekolah yang layak sebagai RSBI daerah (Tingkat I dan atau Tingkat II)
dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP, sedangkan daerah bertanggungjawab
dalam penyelenggaraannya.
4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf
Internasional)
Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI oleh Dit. PSMP, maka sekolah dan
pemerintah daerah tingkat I dan II harus melaksanakan berbagai langkah persiapan,
seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan sebagai RSBI oleh
Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah, melaksanakan
penerimaan siswa baru rintisan SBI, dan melaksanakan workshop RSBI.
5. Pemerintah daerah tingkat I dan II melaksanakan monitoring dan evaluasi secara
periodik.
3. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga Lain (untuk Sekolah
Swasta)
Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh yayasan/lembaga lain adalah
sama dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMP atau
Daerah Tingkat I dan II, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan SMP-BI,
melaksanakan verifikasi, menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah
sebelum melaksanakan pendidikan bertaraf internasional.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Yayasan/Lembaga lain adalah sebagai berikut:
1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga lain
a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar
untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan
yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP;
b. Memilih sekolah yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;
c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;
d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi;
e. Melaksanakan verifikasi.
2. Pelaksanaan Verifikasi a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Yayasan dan Direktorat Pembinaan SMP
serta Dinas Pendidikan Daerah;
b. Perangkat instrumen verifikasi menggunakan sama dengan yang dibuat oleh
Direktorat Pembinaan SMP;
c. Teknik analisis data dan penilaian dilakukan oleh pusat (Direktorat Pembinaan
SMP)
3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI
Penetapan sekolah sebagai RSBI yayasan dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP.
4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf
Internasional)
Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI, maka harus melaksanakan berbagai
langkah-langkah persiapan, seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan
sebagai RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah,
penerimaan siswa baru, dan melaksanakan workshop Rintisan SBI. Yayasan atau
pihak penyelenggara rintisan SBI berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi
secara periodik.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 73
BAB V
PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengembangan RKS dan RKAS merupakan bagian
awal dari pelaksanaan pendidikan bertaraf internasional yang mutlak harus dilakukan
sekolah. RKS dan RKAS yang baik akan mendukung pelaksanaan yang baik pula, sehingga
hasilnyapun akan maksimal. Demikian pula sebaliknya, kegagalan pelaksanaan dan hasil juga
bisa disebabkan adanya perencanaan sekolah yang jelek (tidak baik).
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan sebagai sekolah rintisan yang bertaraf internasional,
maka sekolah harus melaksanakan berbagai kegiatan/program/ antara lain: (a) sosialisasi
sekolah sebagai rintisan SBI (RSBI), (b) pembentukan tim pengembang rintisan SBI (RSBI),
(c) sosialisasi dan pemahaman RKS dan RKAS, (d) menentukan tonggak-tonggak kunci
keberhasilan, (e) model-model penyelenggaraan RSBI, dan (f) implementasi pentahapan
pelaksanaan program dan kegiatan RSBI. Masing-masing pelaksanaan kegiatan tersebut
diuraikan di bawah ini.
A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI)
Bagi sekolah yang telah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI) diharapkan mampu
melaksanakan sosialisasi kepada stakeholder atau pemangku kepentingan (orang tua
siswa, komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komisi Pendidikan di DPRD,
dan lembaga atau masyarakat lain yang terkait). Tujuan sosialisasi ini adalah untuk
memberikan informasi, penjelasan, dan harapan-harapan tentang hal-hal yang terkait
dengan keberadaan sekolah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI). Beberapa hal pokok
yang disosialisasikan antara lain: (a) dasar-dasar / landasan yuridis pentingnya Rintisan
SBI (RSBI), (b) program-program sekolah yang akan direncanakan/dilaksanakan sebagai
Rintisan SBI (RSBI), (c) target atau indikator keberhasilan sekolah sebagai Rintisan SBI
(RSBI), baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, (d) peran serta
stakeholder dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), (e) hal lain yang dipandang
perlu oleh sekolah.
Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan sedini mungkin, dengan harapan akan menjadi
perhatian dan pemahaman yang sama sejak awal, sehingga dapat memberikan dampak
yang positif bagi sekolah. Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai strategi dan media,
misalnya: melalui rapat-rapat, pertemuan, brosur, media cetak, media elektronik, dan
sebagainya. Pada dasarnya sosialisasi tidak dibatasi oleh waktu, akan tetapi diharapkan
makin cepat dan makin banyak jangkauan sosialisasi akan makin baik.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai sekolah Rintisan SBI (RSBI), sekolah
sangat membutuhkan peran serta dari masyarakat dan fihak-fihak lain yang terkait sangat
tinggi. Hal ini antara lain didasarkan atas kebutuhan unit cost operasional per anak per
tahun sangat tinggi pula, yaitu minimal di atas lima juta rupiah. Partisipasi tersebut dapat
langsung berupa finansial maupun non finansial. Sebagai bahan bandingan, bagi
kelompok sekolah SSN (sekolah standar nasional) besarnya unit cost operasional per
anak per tahun kurang lebih tiga juta rupiah, dan untuk kelompok sekolah potensial dan
kelompok sekolah paling bawah (rintisan) jeuh lebih kecil daripada itu. Standar ideal bagi
SMP yang bukan Rintisan SBI (RSBI), rata-rata biaya per anak per tahun adalah dua juta
rupiah. Biaya yang dimaksudkan di atas adalah hanya khusus biaya operasional. Dengan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 74
demikian sangatlah strategis bagi sekolah Rintisan SBI (RSBI) untuk dapat melaksanakan
sosialisasi tentang penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI) ini, mengingat sangatlah besar
akan biaya operasional yang harus ditanggung oleh setiap siswa. Untuk itu, peran
masyarakat dan stakeholder lainnya sangatlah diharapkan.
B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah
Dalam upaya memperlancar, mempermudah manajemen, dan membangun sistem di
sekolah yang lebih baik dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), maka diharapkan
setiap sekolah membentuk Tim Pengembang yang bertugas membantu kepala sekolah
dalam hal penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuan utamanya adalah untuk
mempercepat penyiapan penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), pengembangan berbagai
aspek pendidikan (IKKM) yang akan dikembangkan menjadi aspek-aspek yang berciri
internasional (IKKT), dan membantu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program
Rintisan SBI (RSBI) di sekolah. Di samping itu, Tim Pengembang berperan aktif untuk
membantu penataan manajemen sekolah, khususnya dalam hal mencari jalinan kerjasama
dengan pihak lain dan mempersiapkan sistem manajemen yang berstandarkan
internasional.
Anggota Tim Pengembang ini diusahakan terdiri dari unsur guru dan karyawan yang
memiliki kemampuan manajerial yang baik, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris. Tim harus diberikan waktu khusus untuk menjalankan tugasnya. Struktur
organisasi Tim dapat dibuat secara jelas sehingga tugas tanggung jawab serta
wewenangnya dapat dirinci dan jelas pula. Secara prinsip, keberadaan tim ini
bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS
Sebagaimana halnya sekolah yang bukan Rintisan SBI (RSBI), maka bagi sekolah yang
ditetapkan menjadi Rintisan SBI (RSBI) diwajibkan membuat RKS dan RKAS,
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan oleh
sekolah dalam membuat RKS dan RKAS ini antara lain: (a) tim Rintisan SBI (RSBI)
sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan RKS dan RKAS ini, (b) harus
melibatkan semua warga sekolah, (c) melibatkan komite sekolah, (d) melibatkan pihak
lain yang dipandang perlu, (e) dibuat dua macam yaitu RKS (jangka panjang/menengah)
dan jangka pendek (satu tahun) disebut RKAS. Bilamana diperlukan, maka di dalam RKS
dan RKAS tersebut terdapat berbagai program dan kegiatan persiapan yang akan
dijalankan sebelum benar-benar melaksanakan RSBI sesungguhnya. Maksudnya adalah,
sebelum benar-benar melaksanakan RSBI, sekolah harus melakukan persiapan-persiapan
khusus sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan dalam pelaksanaan
persiapan inii terdapat sharing dana dari pemerintah daerah dalam upaya memberikan
bantuan (tenaga, dana, dan lainnya), sehingga dapat dicapai persiapan yang optimal (hal
ini akan diatur tersendiri).
Agar apa saja yang tertuang dalam RKS dan RKAS dapat dijalankan dan dihasilkan
sesuai tujuan, maka sekolah wajib melaksanakan sosialisasi RKS dan RKAS kepada
semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuannya antara
lain untuk: (a) memberikan pemahaman yang sama mengenai berbagai hal yang akan
dijalankan sekolah sebagai Rintisan SBI (RSBI); (b) memberikan pemahaman yang sama
tentang tugas dan tanggung jawab setiap pemangku kepentingan, khususnya tim
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 75
pengembang Rintisan SBI (RSBI); (c) menyamakan gerak langkah pelaksanaan program
secara proporsional dan profesional; dan (d) menghindari atau mengeliminir kesalahan
dan penyimpangan yang akan terjadi terhadap RKS dan RKAS yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan sosialisasi dan strateginya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
sekolah, namun disarankan semakin cepat disosialisasikan akan semakin baik.
Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan ini akan makin mendukung kesuksesan
pelaksanaan program nantinya.
D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone )
Setelah RKS dan RKAS dipahami dan disepakati bersama antara pemangku kepentingan,
maka sekolah diharapkan menyusun dan merumuskan tonggak-tonggak kunci
keberhasilan yang berisi tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai. Manfaat
adanya tonggak-tonggak kunci keberhasilan ini direncanakan adalah:
• Bagi sekolah dapat dipergunakan sebagai target yang harus dicapai sekolah dari
rintisan menjadi SBI sepenuhnya;
• Bagi sekolah dapat secara bertahap menyelenggarakan pendidikan dengan perbaikan
atau peningkatan berbagai aspek sehingga menjadi SBI penuh dalam jangka waktu
yang pendek;
• Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta Direktorat Pembinaan
SMP dapat dipergunakan untuk melakukan pembinaan secara kongkret pada aspek-
aspek apa saja yang masih belum memenuhi syarat atau sebagai kekurangan sekolah
pada setiap tahunnya;
• Bagi pihak-pihak lain yang terkait dapat ikut serta melakukan pembinaan dalam
rangka mempercepat pencapaian sekolah bertaraf internasional.
E. Model-Model Penyelenggaraan
Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dituntut harus memenuhi indikator-indikator
kinerja kunci minimal maupun tambahan (IKKM dan IKKT) sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Dimana terdapat beberapa indikator kinerja yang standar minimal akan dimiliki sama antara satu
dengan seklah lainnya, dan akan terdapat variasi yang tinggi aapabila dilihat dari sisi pemenuhan
IKKT nantinya. Hal ini sangat tergantung dari kemampuan dan kondisi sekolah/daerahnya masing-
masing. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, maka terdapat berbagai alternatif model
penyelenggaraan RSBI, dimana suatu daerah/sekolah penyelenggara dapat memilih salah satu
diantaranya sesuai dengan kebutuhan, kekhasan, keunikan, dan kemampuan yang dimiliki oleh
setiap sekolah, baik untuk penyelenggaraan sekolah yang baru maupun pengembangan Sekolah
yang sudah ada sebelumnya. Beberapa alternatif model penyelenggaraan RSBI tersebut adalah
sebagai berikut: (a) satu sistem-satu atap; (b) satu sistem tidak- satu atap; dan (c) beda sistem
tidak-satu atap.
1. Model terpadu-satu sistem-satu atap dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan
sistem pengelolaan pendidikan yang sama.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpadu-
satu sistem-satu atap yaitu penyelenggaraan RSBI pada jenjang SMP di dalam satu
lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. RSBI yang
diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang
mengkoordinasikan tiga kepala sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar
dan menengah (SD-SMP-SMA/SMK). Pengertian ” terpadu-satu sistem-satu atap” di
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 76
sini adalah bahwa keberadaan SD, SMP, SMA, dan SMK RSBI berada dalam satu
lokasi atau tempat aeral tertentu, tidak terpisah-pisah atau berbeda lokasi/tempat.
Dengan model ini akan memerlukan sarana dan prasarana, khususnya tanah, sangat luas
yaitu minimal lima sampai enam hektar atau lebih dengan asumsi IKKM untuk luas
tanah jenjang SD satu hektar dan SMP seluas satu setengah hektar. Model ini sangat
dimungkinkan hanya dengan membanguan sekolah baru. Terdapat beberapa
kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):
a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi;
b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi dengan sistem
pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat beberapa kepala
sekolah sesuai jumlah sekolah, dan terdapat manajer/direktur yang mengelola
(memadukan) semua sekolah;
c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi
satu lokasi;
d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi
satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama. Dalam hal ini masing-masing ada
kepala sekolah dan terdapat direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua
sekolah tersebut;
e. Ditinjau dari sisi pentahapan penyelenggaraan pendidikan, sangat mungkin ada
sekolah yang masih dalam tahap rintisan, sementara sekolah lain sudah memasuki
tahap mandiri, dan lokasinya dan atau sistem manajemennya sama;
f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah memiliki
kemampuan yang memadai terhdap sarana dan prasarana (tanah) untuk
menyelenggarakan secara terpadu.
Keuntungan penyelenggaraan model ini antara lain: (a) ditinjau dari sisi fungsi-fungsi
manajemen seperti regulasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat
diterapkan satu sistem manajemen sekolah yang terintegrasi, (b) mudah melakukan
koordinasi, komunikasi, dan lainnya antar jenjang pada semua bidang manajemen
dalam sisi manajemennya terhadap unsur-unsur sekolah (SDM, sarana prasarana,
keuangan, akademik, pembelajaran, evaluasi, dan sebagainya), (c) pengembangan
kelembagaan dapat lebih mudah dan terintegrasi, (d) pengelolaan hasil-hasil pendidikan
(lulusan) dapat lebih mudah dikelola, dan sebagainya. Namun demikian, kelemahan
dengan model ini antara lain: memerlukan lahan luas, lebih kompleks permasalahan
yang timbul, dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan luasnya tugas tanggung jawab direktur, maka
penyelenggara RSBI dalam model ini dapat mengangkat pembantu-pembantu direktur
yang bertugas untuk menangani berbagai bidang persekolahan. Beberapa bidang
tersebut antara lain bidang: akademik (kurikulum, PBM, dan Penilaian), kesiswaan,
ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan kerjasama, penelitian dan
pengembangan, dan sebagainya. Banyak sedikitnya pembantu direktur tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Tiap pembantu direktur
bertanggung jawab kepada direktur dalam menjalankan tugasnya, yaitu
mengkoordinasikan bidang-bidang persekolahan pada semua jenjang
sekolah/pendidikan yang ditanganinya. Sistem pengelolaan pendidikan yang diterapkan
dalam pola ini adalah sama untuk semua jenjang pendidikan RSBI yang
diselenggarakan, baik manajemen untuk SD, SMP maupun SMA/SMK.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 77
2. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang berbeda atau
terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisah-
satu sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional SMP di dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan
sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Sekolah Bertaraf Internasional yang
diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang
mengkoordinasikan tiga kepala Sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar
dan menengah yang berada pada lokasi berbeda. Dalam model penyelenggaraan ini
perbedaan yang mendasar dengan model pertama adalah hanya pada letak atau lokasi
sekolah yang tidak menjadi satu area/tempat. Misalnya SD RSBI di lokasi A, SMP
RSBI di lokasi B, SMA RSBI di lokasi C, dan SMK RSBI di lokasi D atau diantaranya
ada dua jenjang pendidikan satu lokasi, sementara lainnya terpisah. Model ini
dimungkinkan terjadi karena keterbatasan lokasi atau tanah yang tidak mencukupi
untuk menjadikan satu lokasi dari semua jenjang pendidikan RSBI. Terdapat beberapa
kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):
a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu
lokasi;
b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu
lokasi dengan sistem pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat
dua kepala sekolah, dan ada manajer/direktur yang mengelola (memadukan)
keduanya;
c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-
beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi;
d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-
beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama
atau terpadu. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan ada
direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut;
e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan
SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi
lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama, sementara yang
terpisahpun (SMA/SMK) menggunakan pola sama yaitu terdapat kepala sekolah.
Seorang manajer/direktur bertnggung jawab mengelola dua kelompok sekolah yang
berbeda lokasi tersebut;
f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah mengalami
keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat untuk terpadu.
g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan
masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain;
h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya
masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah;
Dalam model menajemennya sama dengan model pertama, dimana dari semua jenjang
sekolah tersebut dikendalikan oleh satu pimpinan (manajemen). Bukan satu jenjang
pendidikan satu manajemen. Meskipun berbeda lokasinya tidak mempengaruhi dalam
sistem manajemen yang diterapkan. Dengan model ini ditinjau dari sisi manajemen
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 78
memerlukanl koordinasi dan komunikasi yang lebih intensif. Karena sistem
pengelolaannya sama dan yang berbeda hanya lokasi atau tempat sekolah pelaksana
RSBI yang berbeda (tidak menjadi satu tempat), maka model organisasi yang
diterapkan atau dikembangkan sama dengan model penyelenggaraan satu atap satu
sistem. 3. Model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang berbeda (terpisah)
dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.
Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisah-beda
sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
SMP di lokasi yang berbeda-beda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan
yang berbeda-beda juga. Pengertian terpisah di sini adalah bahwa keberadaan sekolah
yang menyelenggarakan RSBI tidak berada dalam satu lokasi atau tempat, dimana
secara geografis terpisahkan secara alam (kondisi lingkungan). Sedangkan sistem
pengelolaan yang dimaksudkan adalah sekolah satu dengan lainnya dikendalikan,
diatur, dikelola, ditangani oleh masing-masing penyelenggara di sekolah masing-
masing. Dalam hal ini tidak ada kaitan atau hubungan atau koordinasi antara satu
sekolah dengan lainnya. Mereka menyelenggarakan dengan polanya masing-masing. Di
samping itu, sangat dimungkinkan dua sekolah dalam satu lokasi dengan pengelolaan
terpadu, sementara sekolah yang ada di tempat lain dikelola tersendiri (misalnya dalam
satu daerah kabupaten/kota). Terdapat beberapa kemungkinan terjadi dalam
penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):
a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu
lokasi;
b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)
diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu
lokasi dengan sistem pengelolaan yang berbeda atau tidak terpadu. Dalam hal ini
terdapat dua kepala sekolah, tanpa ada manajer/direktur yang mengelola
(memadukan) keduanya;
c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-
beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi;
d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD
dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-
beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang
berbeda. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan tidak ada
direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut;
e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan
SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi
lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama (terpadu) sehingga
terdapat seorang manajer/direktur yang bertanggungjawab keduanya, sementara
yang terpisah (SMA/SMK) menggunakan pola tersendiri yaitu terdapat kepala
sekolah tanpa adanya direktur/manajer yang membawahinya;
f. Semua model tersebut (terpisah-beda sistem) dapat terjadi apabila dalam suatu
daerah mengalami keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat
untuk terpadu. Demikian juga dalam hal manajemen, daerah tersebut mengalami
kesulitan untuk melakukan koordinasi, komunikasi, dan pelaksanaan program
secara terpadu atau tersistem, sehingga pola yang diterapkan berbeda lokasi dan
berbeda sistem manajemennya;
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 79
g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan
masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain;
h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya
masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah;
F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI
Pengembangan RSBI dilakukan secara intensif, terarah, terencana, bertahap berdasarkan
skala prioritas mengingat keterbatasan sumber daya dan mempertimbangkan keberagaman
status serta eksistensi sekolah-sekolah yang ada saat ini. Kondisi sekolah saat ini beragam,
diantaranya adalah: (a) terdapat sejumlah sekolah yang hampir memenuhi syarat sebagai
sekolah bertaraf internasional (telah hampir memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal
atau Standar Nasional Pendidikan) dan sekolah-sekolah ini hanya memerlukan dukungan
kecil atau fasilitasi-fasilitasi ringan, dan (b) terdapat sejumlah sekolah yang memerlukan
persiapan dan dukungan secara intensif untuk menjadi sekolah bertaraf internasional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan SMP di Indonesia untuk menjadi
RSBI dilakukan secara bertahap dan mendasarkan pada data-data aktual dan faktual
sehingga pembinanan atau intervensi yang dilakukan terhadap SMP RSBI tidak harus
seragam. Bagi sekolah-sekolah yang hampir memenuhi IKKM atau SNP, dalam intervensi
atau pembinaan tidak harus mulai dari nol, atau sebaliknya. Terlebih bagi sekolah-sekolah
swasta yang telah memenuhi IKKM atau SNP dan akan atau telah menjadi RSBI, maka
pembinaan yang dilakukan juga harus proporsional.
Berdasarkan pada kondisi, fakta, dan kenyataan yang ada, maka sangat diharapkan dalam
pengembangan RSBI pada jenjang SMP ini tidak dilakukan secara tiba-tiba, tetapi
pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Direktorat Pembinaan SMP
mengembangkan RSBI pada jenjang SMP, khususnya sekolah negeri dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan. Dengan kata lain, Direktorat Pembinaan SMP dalam
melakukan pengembangan RSBI tidak membentuk atau mendirikan RSBI yang serba baru
semua komponen pendidikan, yaitu dimulai dari pembinaan rintisan SBI dari sekolah
yang ada dan memenuhi kriteria yang ditentukan dikembangkan menuju SBI dalam kurun
waktu tertentu.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) adalah suatu sekolah yang hampir atau telah memenuhi IKKM atau
Standar Nasional Pendidikan (SNP) plus penambahan (pengayaan, pendalaman, dan
perluasan) pada tiap komponen pendidikan yaitu meliputi kompetensi lulusan, isi, proses,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan
penilaian serta dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang bertaraf internasional.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan rintisan adalah suatu fase atau tahapan awal dari
pengembangan RSBI yang masih bersifat sementara, ”uji coba”, berkembang, belum
mampu mandiri, dan masih memerlukan campur tangan pembinaan dari pihak lain untuk
menuju ke arah SBI.
Dengan demikian, RSBI adalah suatu tahap awal pengembangan sekolah menjadi sekolah
bertaraf internasional, yang dilakukan pembinaan secara bertahap agar komponen-
komponen pendidikannya mencapai taraf internasional, baik tentang kelulusan, kurikulum
(isi), proses pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, penilaian
maupun pembiayaan. Pada saatnya nanti apabila benar-benar semua itu telah memenuhi
standar internasional, maka dari tahap rintisan ini akan dikembangkan menjadi SBI. Oleh
karena itu, pembinaan dan pengembangan RSBI yang dilakukan oleh Direktorat
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 80
Pembinaan SMP ini bersifat hanya sementara. Sebagai sekolah Rintisan SBI, maka pada
setiap tahunnya akan dilakukan evaluasi untuk menentukan keberlanjutan rintisan, apakah
tetap sebagai rintisan atau meningkat menjadi mandiri dan atau bahkan turun menjadi
sekolah formal mandiri (SSN).
Direktorat Pembinaan SMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu
Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pembinaan rintisan sekolah
bertaraf internasional ini. Selama kurun waktu pembinaan tersebut, sekolah yang
ditetapkan sebagai rintisan harus selalu berupaya untuk memenuhi IKKM dan IKKT yang
bertaraf internasional. Apabila sekolah telah memenuhi kriteria sebagai RSBI secara
penuh (terpenuhinya IKKM dan IKKT taraf internasional), maka selanjutnya akan dibina
dan dikembangkan menjadi SBI, tidak lagi disebut sebagai rintisan RSBI.
Bagi sekolah yang ditetapkan menjadi rintisan SBI , maka diharapkan sekolah tersebut
mampu melakukan langkah-langkah strategis, sebagai suatu persiapan menuju sekolah
yang benar-benar memiliki karakteristik internasional yang mandiri. Strategi yang dapat
ditempuh secara ideal antara lain melalui analisis SWOT di sekolahnya sendiri, untuk
mengetahui sejauhmana potensi kekuatan sekolah untuk menjadi rintisan SBI , seberapa
besar kelemahan yang ada, seberapa besar ancaman dari dalam dan dari luar sekolah, serta
seberapa besar peluang yang ada bagi sekolah untuk melaksanakan rintisan SBI . Dari
hasil analisis ini selanjutnya sekolah secara khusus dapat melakukan berbagai langkah
yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman yang timbul,
sehingga dalam waktu yang relatif pendek sekolah mampu menjalankan rintisan SBI
secara baik dan profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-masing. Oleh karena
itu, bagi sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai rintisan SBI , maka diharapkan
dapat mengembangkan berbagai program/kegiatan untuk pemenuhan IKKM dan IKKT,
khususnya pengembangan kapasitasnya diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Standar Kompetensi Lulusan
Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang
Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah
perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional.
Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu melaksanakan IKKM tentang SKL
sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL
SMP. Selanjutnya, sekolah secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan SKL
sendiri dan bertaraf internasional sehingga memenuhi IKKT SKL bertaraf
internasional, termasuk di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf
internasional.
Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang SKL ( termasuk
di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional) ini dapat
ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a) memperluas dan
memperdalam SKL dan KTSP yang sudah ada di sekolah sesuai Permendiknas Nomor
23 Tahun 2006, dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari SKL internasional yang
ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain. Secara teknis langkah-langkah yang
ditempuh dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT SKL (termasuk di dalamnya
adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional.) yang bertaraf internasional
ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat
dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT SKL ini dapat
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 81
dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta komite
sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan sekolah lain
yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang partisipasi dan
dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP, Puspendik, dan lembaga
lain yang relevan.
Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model SKL bertaraf
internasional untuk SMP.
2. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Kurikulum
Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang
Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah
perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum
sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional. Pengembangan kapasitas
kurikulum RSBI antara lain meliputi pengembangan silabus, pengembangan RPP,
pengembangan bahan ajar, pengembangan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian. Untuk tiga aspek terakhir (pengembangan bahan ajar, pembelajaran, dan
penilaian) akan dibahas tersendiri. Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu
melaksanakan IKKM tentang kurikulum sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi SMP. Dengan kata lain, sekolah rintisan SBI
harus telah memilki seperangkat kurikulum sesuai IKKM (SNP). Selanjutnya, sekolah
secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan kurikulum sendiri dan bertaraf
internasional sehingga memenuhi IKKT kurikulum bertaraf internasional, baik
mengenai silabus maupun RPP-nya.
Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang kurikulum
(silabus dan RPP) ini dapat ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a)
memperluas, menambah, dan memperdalam kurikulum yang telah ada dan memenuhi
IKKM (SNP), dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari kurikulum internasional
yang ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain dengan tetap memperhatikan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara teknis langkah-langkah yang ditempuh
dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT kurikulum yang bertaraf internasional
ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat
dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT kurikulum ini
dapat dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta
komite sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan
sekolah lain yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang
partisipasi dan dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP,
Puspendik, dan lembaga lain yang relevan.
Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model kurikulum
bertaraf internasional untuk SMP.
3. Pengembangan Bahan Ajar
Direktorat pembinaan SMP bekerjasama dengan berbagai pihak (BSNP, Balitbang
Depdiknas khususnya Pusat Kurikulum dan Penilaian, Perguruan Tinggi, sekolah
pelaksana rintisan SBI , dan pemangku kepentingan lainnya), telah mengembangkan
bahan ajar dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran Matematika dan IPA kecuali TIK
dan Bahasa Inggirs. Bahan ajar tersebut selanjutnya didistribusikan ke sekolah rintisan
SBI untuk dapat dipergunakan dala PBM dan atau sekolah berhak untuk memperkaya,
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 82
melengkapi, dan membuat bahan ajar sendiri sesuai kebutuhan. Bahan ajar di sini
dikembangkan dalam segi isi, cakupan, kedalaman, dan variasinya disesuaikan dengan
tuntutan kurikulum. Sedangkan dari segi kebahasaan, maka diharapkan setiap sekolah
atau guru mampu mengembangkan bahan ajar dalam bentuk sajian bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Bahan ajar ini dapat dikembangkan dalam bentuk modul, diktat,
buku, dan lainnya sesuai dengan strategi pembelajaran yang diterapkan.
Mengingat kurikulum yang dikembangkan dalam RSBI ini adalah berbasis kompetensi,
penting untuk diperhatikan oleh guru dalam kaitannya dengan pengembangan bahan
ajar yang mengacu standar kompetensi ini, yaitu: (a) memilih bahan ajar berdasarkan
standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus diajarkan kepada peserta didik, (b)
cara mengajarkan bahan ajar kepada peserta didik agar mereka menguasai standar
kompetensi (kompetensi dasar) yang telah ditetapkan, (c) bahan ajar adalah apa yang
harus diajarkan/dipelajari oleh siswa dalam rangka untuk mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan, dan (d) bahan ajar terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan nilai/sikap yang diturunkan dari standar
kompetensi. Pengertian dari fakta adalah: nama (orang, obyek, tempat), lambang,
peristiwa sejarah, dsb; konsep adalah: definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri, dsb;
prinsip adalah: dalil, rumus, hukum, teori, postulat, dsb.; proseduradalah: bagan
arus/alur, langkah-langkah kerja, urutan, dsb.; nilai/sikap: kejujuran, kasih sayang,
kesopanan, toleransi, empati, dsb.; dan keterampilan meliputi: olah raga, kejuruan,
kesenian, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar antara lain: (a) prinsip relevansi, yaitu
keterkaitannya dengan standar kompetensi; (b) prinsip konsistensi, yaitu yang diajarkan
harus konsisten dengan standar kompetensi yang akan dicapai; dan (c) prinsip
kecukupan, yaitu bahan ajar cukup memadai untuk membantu siswa dalam menguasai
standar kompetensi. Langkah-langkah dalam pemilihan bahan ajar antara lain: (a)
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor); (b) mengidentifikasi jenis-jenis bahan ajar (fakta, konsep, prinsip,
prosedur, nilai, dsb.); (c) memilih jenis bahan ajar yang sesuai dengan standar
kompetensi; (d) memilih sumber bahan ajar (buku, jurnal, internet, majalah, koran,
VCD, CD Room, dsb.); (e) penentuan cakupan dan urutan; (f) penentuan cakupan
(ruang lingkup) bahan ajar; (g) penentuan kedalaman bahan ajar; dan (h) penentuan
urutan bahan ajar, baik menggunakan pendekatan prosedural maupun pendekatan
hierarkis.
Sekolah dapat mengusahakan beberapa sumber bahan ajar yang lainnya seperti: buku
teks, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, ilmuwan/Pakar, profesional/Paktisi, buku
kurikulum, terbitan berkala (harian, mingguan, bulanan), internet, media audiovisual,
dan lingkungan (alam, sosial, perusahaan, dsb.)
4. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Pembelajaran
Sekolah rintisan SBI -SMP berasal dari Sekolah Standar Nasional. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa masih sangat jarang sekolah yang telah menerapkan PBM dengan
standar internasional, kecuali sekolah koalisi yang telah mulai merintis dengan
pembelajaran MIPA bilingual. Sebagai rintisan SBI , maka sekolah diwajibkan
mengembangkan PBM yang mengarah kepada standar internasional. Pengembangan
pemelajaran diantaranya adalah menerapakan pembelajaran bilingual dan menggunakan
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 83
fasilitas ICT secara optimal. Dalam pentahapan pelaksanaan pembelajaran bilingual
atau pembelajaran dalam bahasa Inggris, sekolah dapat menerapkan pada minimal satu
kelas rombongan belajar pada kelas tujuh, yang selanjutnya dalam jangka waktu tiga
tahun sekolah mampu melaksanakan hal tersebut kepada semua kelas dan tingkatan
yang bertaraf internasional. Namun demikian semua itu sangat tergantung dari kondisi
dan kemampuan tiap sekolah.
Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris
(bilingual) dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam
kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian
kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa
Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan. Agar
pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang,
perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata antara lain:
penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung, penyelenggaraan Bridging
Course bahasa Inggris, penyediaan Self-Access Learning Centre, dan pelaksanaan
kegiatan ” English Experience Day” di sekolah secara efektif. Selain itu perlu
dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan
karakter yang ada pada sekolah pelaksana program. Berikut ini diuraikan beberapa
contoh model pembelajaran dimaksud.
Model pembelajaran yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian
kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter
and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on language
sangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa
yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur
asli bahasa Inggris.
Pengembangan model-model pembelajaran yang lain agar pemenuhan IKKT
pembelajaran terpenuhi, maka dapat dilakukan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi/kemampuan sekolah. Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh sekolah
adalah: (a) pemenuhan pengembangan kapasitas tenaga pendidik sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, (b) pemenuhan pengembangan kapasitas sekolah tentang sarana
dan prasarana, (c) pengembangan kapasitas peserta didik, khususnya kemampuan
berbahasa Inggris, dan (d) penciptaan iklim atau budaya belajar bertaraf internasional di
lingkungan sekolah. Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk pengembangan
IKKT pembelajaran ini antara lain: (a) pelatihan/workshop tentang Bahasa Inggris, (b)
pemberian tugas pengambangan bahan ajar, media pembelajaran, dll; (c) pelatihan TIK
dan perangkat lunaknya, (d) magang atau melaksanakan school sister dengan sekolah
lain dari negara lain atau di dalam negeri yang sudah bertaraf internasional, dan
sebagainya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 84
Gambar 3. Proses Pembelajaran
5. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Sistem Penilaian
Sebagai sekolah rintisan SBI , maka dalam sistem evaluasi dan penilaian tetap mengacu
kepada SNP dan sekaligus standar internasional. Artinya, peserta didik akan dinilai dan
dievaluasi dengan standar nasional penilaian/evaluasi dan juga standar atau kriteria
internasional. Meskipun sebagai RSBI, sekolah ini tetap diwajibkan mengikuti sistem
evaluasi yang dilaksanakan oleh BSNP/pemerintah. Sehingga lulusannya juga memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang berstandar nasional. Namun demikian, peserta didik juga
akan dikenakan sistem evaluasi atau penilaian yang berstandar atau berlaku secara
internasional.
Untuk itu, sekolah dapat mengembangkan dan mengambil langkah-langkah nyata sebagai
upaya menuju sistem evaluasi dan penilaian yang berstandar nasional maupun
internasional, misalnya: (a) pengembangan sistem penilaian dalam PBM yang bervariasi
dan dengan model penilaian yang standar; (b) melaksanakan try out untuk mengetahui
tingkat ketercapaian kompetensi; (c) melaksanakan kerjasama dan mengoptimasikan
pembinaan dari Puspendik Depdiknas, Lembaga Uji dan Sertifikasi Internasional dari
salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan
internasional dalam bidang pendidikan; (d) dan sebagainya.
6. Pengembangan Kapasitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik dan kependidikan yang dimakdsudkan di sini meliputi muru (sebagai
tenaga pendidik), kepala sekolah (sebagai tenaga kependidikan), dan tenaga kependidikan
lainnya seperti laboran, pustakawan, tata usaha, penjaga sekolah, dan sebagainya. Semua
tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah rintisan SBI harus dikembangkan
kemampuan (kapasitasnya) sampai memenuhi kriteria sebagai tenaga di sekolah yang
bertaraf internasional.
a. Pengembangan Kapasitas Pendidik (Guru)
Pengembangan kapasitas guru meliputi peningkatan kemampuan/kompetensi yang
utama meliputi kemampuan bidang studi, peningkatan bahasa Inggris untuk
pembelajaran, peningkatan kemampuan komputer atau TIK, dan kemampuan
pengembangan bahan ajar. Pengembangan kemampuan guru ini dapat dilakukan
oleh berbagai pihak terkait seperti Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan Propinsi dan
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 85
Kabupaten/Kota, LPMP, dan sekolah sendiri sebagai rintisan SBI . Dalam kerangka
pembinaan, Direktorat Pembinaan SMP telah melaksanakan workshop untuk
peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru tersebut dalam hal: pemahaman
kurikulum internasional, pengembangan kurikulum yang bertaraf internasional,
peningkatan pembelajaran bilingual (kemampuan Bahasa Inggris, penilaian dalam
SBI, dan hal lain yang relevan.
Hal ini didasarkan atas pemahaman bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Gambar 4. Tenaga Kependidikan Harus Menguasai ICT
Implikasi dari semua itu dan dalam upaya pemenuhan IKKM dan IKKT bagi guru RSBI ,
maka sekolah rintisan SBI harus melaksanakan berbagai kegiatan untuk peningkatan
kapasitas guru khususnya meliputi kemampuan guru untuk: (a) mengembangkan
kompetensi lulusan sekolah bertaraf internasional, (b) mengembangkan silabus
bertaraf internasional, (c) membuat RPP, (d) mengajar dengan bilingual yaitu
menggunakan salah satu bahasa asing, khususnya dengan Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia, dengan demikian guru harus memiliki kemampuan berbahasa inggris, (e)
menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
bertaraf internasional, dengan menarpak prinsip pembelajaran tuntas, PAKEM, CTL,
dan lain-lain, (f) mampu menggunakan perangkat TIK untuk proses pembelajaran
atau untuk pengembangan profesinya, misalnya menggunakan komputer, internet,
LCD, berbagai program komputer, OHP, dan sebagainya, (g) menerapkan berbagai
metode penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran bertaraf internasional, (h)
mengembangkan berbagai media pembelajaran dan bahan ajar sesuai dengan
tuntutan kurikulum bertaraf internasional, (i) dan sebagainya. Hal lain yang tidak
kalah pentingnya dalam pengembangan kapasitas guru ini adalah peningkatan
kualifikasinya, dimana sebagai guru SBI minimal terdapat sejumlah 20% guru-guru
yang telah berpendidikan S2 dari program studi perguruan tinggi yang terakreditasi
A. Sangat dimungkinkan sekolah mendorong bagi guru-gurunya yang belum memiliki
untuk menempuh pendidikan S2.
Untuk merealisasikan progam-program tersebut, maka beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh sekolah secara bertahap dan berkelanjutan antara lain: (a)
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 86
melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b)
melaksanakan pelatihan pengembangan kurikulum, silabus, dan RPP yang bertaraf
internasional, (c) melaksanakan pelatihan TIK, (d) melaksanakan pelatihan CTL,
mastery learning, dll untuk mendukung PBM yang bilingual, (e) melaksanakan
pelatihan manajemen mutu ISO khususnya yang berkaitan dengan tugas guru, (f)
melaksanakan IHT untuk mempercepat guru dalam penguasaan PBM bertaraf
internasional, (g) melaksanakan pelatihan pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran, (h) dan sebagainya. Startegi yang dapat ditempuh antara lain melalui
kerjasama dengan perguruan tinggi, LPMP, lembaga internasional, sister school
dengan sekolah internasional, magang di sekolah internasional, in house training,
dan sebagainya.
Terkait dengan tugas utama guru pada sekolah rintisan SBI ini, maka tugas dan
tanggungjawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota antara lain: (a) memberikan
pembinaan, pembimbingan, dan pengarahan secara nyata untuk peningkatan
kompetensi dan profesionalitas guru, (b) pengembangan pola rekruitmen tenaga
guru yang mengacu kepada kriteria guru pada SBI, misalnya yang memiliki
kemampuan ICT dan berbahasa Inggris, (c) penataan penempatan guru yang
proporsional dan profesional sesuai dengan kebutuhan sekolah dan daerah, (d)
apabila diperlukan dan dengan pertimbangan tertentu, misalnya untuk
mempercepat ketercapaian dan kesuksesan SBI di daerahnya, maka perlu adanya
penataan ulang penempatan guru, (e) meningkatkan kualifikasi guru yang belum
memenuhi persyaratan sebagaimana amanat undang-undang, misalnya dengan studi
lanjut, (f) memfasilitasi sekolah/guru untuk melaksanakan studi banding ke sekolah
lain/negara lain yang telah melaksanakan SBI, (g) kerjasama dengan LPMP dan
perguruan tinggi setempat untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru,
(h) dan sebagainya. Sedangkan bagi Dinas Pendidikan Propinsi dapat melaksanakan
pembinaan, pembimbingan, pemberdayaan, dan pengarahan yang lebih luas kepada
sekolah-sekolah pelaksana SBI, khususnya untuk peningkatan kompetensi dan
profesionalitas guru.
b. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan (Kepala Sekolah)
Direktorat pembinaan SMP juga telah melakukan workshop bagi para kepala sekolah
rintisan SBI untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensinya dalam jabatannya
sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan pada sekolah rintisan SBI , memiliki tugas dan fungsi
cukup strategis. Sebagai kepala sekolah RSBI harus memiliki karakteristik sebagai
berikut: (a) memiliki visi, misi, dan strategi, (b) kemampuan mengkoordinasikan
menyerasikan sumberdaya dengan tujuan, (c) kemampuan mengambil keputusan
secara terampil, (d) toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak
toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi standar, dan nilai-
nilai, (e) memobilisasi sumberdaya, (e) memerangi musuh-musuh kepala sekolah, (f)
menggunakan sistem sebagai cara berpikir, mengelola dan menganalisis sekolah, (g)
menggunakan input manajemen, (h) menjalankan perannya sebagai manajer,
pemimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyelia, pencipta iklim kerja,
administrator, pembaharu, dan pembangkit motivasi, (i) melaksanakan-dimensi-
dimensi tugas, proses, lingkungan, dan keterampilan personal, (j) menjalankan gejala
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 87
empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan
untuk mencapai sasaran, melakukan analisis SWOT dan mengupayakan langkah-
langkah untuk meniadakan persoalan, (k) menggalang teamwork yang cerdas dan
kompak, (l) mendorong kegiatan-kegiatan yang kreatif, (m) menciptakan sekolah
belajar, (n) menerapkan manajemen berbasis sekolah, (o) memusatkan perhatian pada
pengelolaan proses belajar mengajar, dan (p) memberdayakan sekolah.
Implikasi dari tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut, maka bagi tiap
sekolah rintisan SBI harus meningkatkan kapasitas kepala sekolahnya, yaing berupa
pelatihan, kerjasama dengan lembaga lain, magang, dan sebagainya. Materi
pengembangan kapasitas kepala sekolah diantaranya dalam hal kemampuan:
intelektualitas, manajemen, kepribadian, keterampilan dalam berbagai bidang, bahasa
Inggris, manajemen ISO, komunikasi, penguasaan ICT, dan sebagainya, sehingga
karakteristik kepala sekolah yang tangguh dan berwawasan internasional dapat
tercapai secara bertahap dan berkelanjutan. Disamping itu, kepala sekolah rintisan
SBI juga harus berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program
studinya terakreditasi A. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi dapat
berperan lebih proporsional dalam hal melaksanakan pembinaan,
penempatan/pengangkatan, pembimbingan, dan pengarahan kepada kepala sekolah
yang bertugas di sekolah rintisan SBI . Prinsip-prinsip mengedepankan aspek
profesionalitas dan kualitas lebih diutamakan dalam pengembangan kepemimpinan
sekolah yang bertaraf internasional.
c. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan Lainnya (Pendukung)
Seperti diketahui bahwa tenaga pendukung sekolah pada umumnya terdiri dari
laboran komputer, laboran IPA, laboran bahasa, tenaga TU, pustakawan, teknisi
komputer, tenaga administrasi keuangan, tenaga administrasi kepegawaian, tenaga
administrasi akademik, tenaga administrasi sarpras, tenaga administrasi
kesekretariatan, dan tenaga lainnya. Kemapuan atau kompetensi utama yang
diperlukan sebagai kemampuan tenaga pendukung antara lain: (a) memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya, (b) memiliki keterampilan sesuai dengan
bidang tugasnya, (c) memiliki kemampuan berkomunikasi berbahasa asing (bahasa
Inggris), (d) memiliki kemampuan ICT, (e) dan sebagainya.
Dalam kerangka pengembangan SBI, maka bagi semua tenaga pendukung tersebut
juga harus ditingkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kualifikasi dan kompetensi
yang memadai sebagai tenaga kependidikan di sekolah rintisan SBI . Pengembangan
kapasitas tenaga pendukung yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai
penyelenggara RSBI antara lain melakukan upaya-upaya sebagai berikut: (a)
melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b)
melaksanakan pelatihan ICT, (c) melaksanakan pelatihan manajemen mutu
khususnya yang berkaitan dengan tugas tenaga pendukung, (d) dan sebagainya. Bagi
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi diharapkan dapat melaksanakan
pembinaan secara intensif bagi tenaga pendukung, baik secara kuantitas maupun
kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka pada sekolah yang bertaraf
internasional.
d. Pengembangan Kapasitas dan Pemberdayaan Tim Pengembang RSBI
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 88
Dalam rangka sebagai pengembangan rintisan SBI , maka diharapkan setiap sekolah
memiliki tim pengembang RSBI pada masing-masing sekolah. Tim ini sifatnya tidak
permanen, dan bertanggungjawab untuk membantu mempercepat sekolah untuk dapat
mencapai sekolah yang benar-benar bertaraf internasional atau memenuhi IKKM dan
IKKT. Oleh karena itu keberadaan tim ini harus benar-benar ditingkatkan kapasitas
dan diberdayakan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pemberdayaan adalah prinsip dasar kehidupan dan kesuksesan yaitu kebangga-an dan
perasaan sukses yang datang dari kepemilikan suatu pekerjaan dan rasa
bertanggungjawab terhadap hasil kerja. Orang termotivasi untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus karena mereka menikmati rasa kebanggaan yang mereka peroleh
dari prestasinya. Orang berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ada rasa memiliki
terhadap pekerjaannya, bertanggungjawab, andil dalam memajukan pekerjaan di
tempat kerjanya, pekerjaannya sangat berarti bagi tempat kerjanya, tahu dimana harus
berdiri, memiliki kontrol terhadap pekerjaan, dan pekerjaan merupakan bagian
hidupnya. Untuk dapat memberdayakan orang, maka dalam hal pemberian wewenang
dan tanggungjawab dapat ditempuh melalui: pemberian pekerjaan yang bermakna,
pemecahan masalah secara berkelompok, variasi tugas, prestasi kerja terukur, adanya
tantangan, pemberian kepercayaan, ujian karena keberhasilan, penghargaan atas ide-
ide brilian, perlakuan secara manusiawi, dan sebagainya.
Untuk itu, sekolah harus melaksanakan program-program misalnya pelatihan,
magang, sister school dengan sekolah lain, dan sebagainya untuk meningkatkan
kapasitas tenaga kependidikan ini sesuai bidangnya, yang secara umum adalah
peningkatan kapasitas bahasa Inggris, TIK, manajemen, administrasi sekolah, dan
sebagainya.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan
Propinsi untuk membantu peningkatan kapasitas tenaga kependidikan ini adalah
melalui magang atau pelatihan untuk lebih memahamkan tentang: (a) kedudukan dan
kapasitas dirancang untuk memberikan kepemilikan dan tanggungjawab, (b)
pentingnya gerakkan kerja secara kelompok, (c) peningkatan kemampuan dan
kesanggupan kerja seseorang, (d) pemahaman kepemimpinan dan pemberdayaan, (e)
pemahaman pendelegasian dan kontrol, (f) pemahaman visi, misi, tujuan, dan strategi
yang jelas dan dapat diterima oleh warga sekolah lain, (g) cara-cara komunikasi yang
efektif tentang rencana, implementasi, dan hasil kerja, (h) pemahaman sistem yang
memberdayakan terhadap komunikasi, konpensasi, evaluasi, disiplin, kebijakan
personel, seleksi dan promosi, informasi, pelatihan dan pengem-bangan,
pengembangan karir, dan (i) pemahaman dan komitmen terhadap pemberdayaan.
e. Pengembangan Kapasitas Peserta Didik tentang Bahasa Inggris dan TIK
Pengembangan kapasitas peserta didik terhadap kemampuan Bahasa Inggris dan TIK
mutlak harus dilakukan oleh sekolah. Hal ini dalam upaya untuk memenuhi IKKT
yang wajib dicapai sekolah. Tujuannya antara lain adalah agar terjadi interaksi dalam
pembelajaran yang komunikatif dan efektif. Guru mengajar dengan Bahasa Inggris
dan TIK, maka peserta didik juga harus memiliki kapasitas yang sama yaitu Bahasa
Inggris dan TIK. Sehingga akan terjadi pembelajaran dengan bilingual dan
pemanfaatan TIK secara profesional.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 89
Untuk mencapai semua itu, maka sekolah harus mengupayakan suatu program dan
langkah-langkah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal
Bahasa Inggris dan TIK. Bentuknya antara lain: kursus/pelatihan, pengayaan dengan
kegiatan ekstra kurikuler, IHT, kerjasama dengan lembaga kursus, kerjasama dengan
perguruan tinggi, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan selama peserta didik masih
di sekolah (belum lulus) sampai dicapai tingkat penguasaan tertentu (dengan test
TOEFL).
7. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Bidang Sarana dan Prasarana
Sebagai rintisan SBI , maka setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana
pokok sebagai berikut: tanah, gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium fisika-
kimia-biologi-komputer-bahasa-IPS-matematika-PTD, dll, kantin, auditorium, sarana
OR, pusat belajar dan riset guru, unit kesehatan, toilet, tempat ibadah, dan tempat
bermain, kreasi dan rekreasi dan sebagainya yang bertaraf internasional.
a. Pengembangan Luas Tanah
Dalam jangka menengah dan panjang diharapkan sekolah rintisan SBI telah
menyelenggarakan pembelajaran bertaraf internasional minimal 12 rombongan
belajar, sehingga dituntut memenuhi IKKM tentang luas tanah dan IKKT
sekaligus seluas minimal 15000 m2 ( 1.5 ha). Keperuntukan luas tanah tersebut
antara lain untuk: (a) pembangunan gedung atau ruang: kelas, semua
laboratorium, kepala sekolah dan jajarannya, guru, perkantoran, perpustakaan,
multi media, olah raga dalam sekolah, riset guru, kurikulum, penilaian, kesiswaan,
kesehatan, auditorium, ibadah, kreasi dan rekreasi, koperasi, kantin, kesenian,
unjuk prestasi, tempat parkir, OSIS, kamar kecil/mandi, rumah dinas Kepala
Sekolah, guru, dan karyawan, dan sebagainya; (b) sarana olah raga di luar sekolah
(renang, sepak bola, bola voly, atletik, basket, dll); (c) tamanisasi; (d) sarana
pembelajaran; (e) dan sebagainya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 90
Gambar 5. Luas Tanah RSBI
Mengingat penetapan rintisan SBI sekarang ini masih banyak yang belum
memenuhi ketentuan luas tanah tersebut, maka bagi sekolah-sekolah yang
kondisinya kurang dari ketentuan ini diharapkan dapat melakukan upaya-upaya
pemenuhan sehingga pembelajaran dan manajemen dalam sekolah rintisan SBI
dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Beberapa upaya yang dapat ditempuh
antara lain: (a) kerjasama dengan pemerintah daerah tingkat I atau II untuk
perluasan tanah yang memiliki kekuatan hukum tetap (bersertifikat), (b)
bekerjasama dengan komite sekolah, (c) membuat master plan atau rancangan
pembangunan sekolah bertaraf internasional termasuk Rencana Anggaran
Bangunan melalui kerjasama dengan jasa konsultan bagunan/arsitek, (d)
kerjasama dengan lembaga lain internasional dari salah satu negara anggota
OECD atau negara maju lainnya, (e) dan sebagainya.
8. Pengembangan kapasitas Laboratorium (IPA, Matematika, Bahasa, Komputer,
IPS, dll)
Bagi sekolah rintisan SBI pemenuhan IKKM tentang laboratorium IPA, Bahasa,
dan Komputer dan isinya mutlak harus terlaksana. Sedangkan laboratorium
untuk mata pelajaran lain menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagai
rintisan SBI . Untuk memenuhi IKKT laboratorium bertaraf internasional, maka
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 91
setiap laboratorium tersebut harus dilengkapi dengan jaringan internet. Ukuran
laboratorium minimal (8 X 15)m untuk kapasitas peserta didik antara 24-30
orang. Diharapkan isi laboratorium memenuhi spesifikasi dan kualitas yang
memadai sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional.
Gambar 6. Laboratorium IPA
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 92
Gambar 7. Laboratorium TIK
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 93
Gambar 8. Laboratorium Bahasa
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium
dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKT
laboratorium bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk
rintisan SBI, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk
orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan
sebagainya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 94
9. Pengembangan kapasitas Ruang Kelas
Luasan pembakuan ruang kelas bagi rintisan SBI pada dasarnya berukuran sama
dengan IKKM ruang kelas yaitu minimal (7 X 9) m untuk kapasitas peserta didik
antara 24-30 orang. IKKT yang harus dipenuhi di dalam ruang kelas antara lain:
fasilitas tulis menulis guru (papan, whall chart, papan magnet/electric, layar
monitor, dll), komputer guru, komputer siswa, jaringan internet untuk komputer
guru dan tiap siswa, AC, media pembelajaran, LCD, TV, VCD, tape recorder/radio,
locker/almari guru dan siswa, dan kebutuhan lain sesuai dengan tuntutan
kurikulum dan pembelajaran.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ruang
kelas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi fasilitas sesuai standar IKKT
bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk rintisan SBI-SMP,
(b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta
didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.
Gambar 9. Ruang Kelas dan Perlengkapan Belajar Berbasis TIK
10. Pengembangan Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan merupakan salah satu IKKM yang harus dipenuhi, dan
bahkan sebagai sekolah rintisan SBI sangat membutuhkan pemenuhan fasilitas
tambahan, sehingga sebagai IKKT perpustakaan yang bertaraf internasional
dapat tercapai. Fasilitas yang harus dipenuhi sebagai IKKM dan IKKT
perpustakaan antara lain: mebelair; rak/tempat buku; komputer administrasi dan
jaringan internet, buku-buku seperti referensi, manual, jurnal, pegangan guru,
pegangan peserta didik, majalah, suart kabar, dll; ruang baca umum dan khusus,
ruang diskusi, ruang pertemuan, ruang media, komputer pengunjung dan
jaringan internet, AC, ruang tamu, kantin, ruang reproduksi, dan sebagainya.
Pembangunan ruang perpustakaan luasnya minimal memenuhi ketentuan IKKM
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 95
perpustakaan, dan dikembangkan sesuai dengan IKKT perpustakaan yang
bertaraf internasional.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 96
Gambar 10. Ruang Perpustakaan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM
perpustakaan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai
standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait
termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d)
kerjasama dengan penerbit, pusat perbukuan, dan percetakan, (e) kerjasama
dengan lembaga/perpustakaan daerah, (f) kerjasama dengan lembaga/sekolah
bertaraf internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju
lainnya, (g) dan sebagainya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 97
11. Pengembangan tempat Kreasi,Kesenian, Bermain, dan Rekreasi
Mengingat bahwa para peserta didik sekolah rintisan SBI adalah memiliki
beberapa kelebihan dan didukung oleh fasilitas dan proses pembelajaran yang
bertaraf internasional, maka akan tercipta kreasi peserta didik sesuai dengan
bakat, minat, dan keterampilan mereka. Bentuk kreasi atau hasil-hasil karya
mereka misalnya kerajinan, kesenian, karya teknologi, karya ilmiah, penelitian,
penemuan, keagamaan, pengabdian masyarakat, dan sebagainya. Semua karya
peserta didik tersebut memerlukan sarana untuk unjuk penampilan yang
memadai. Fasilitas yang diperlukan adalah: ruang, peralatan presentasi,
peralatan media sesuai karyanya, fasilitas promosi, dan sebagainya. Luasan atau
ukuran bangunan atau tempat sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas
hasil-hasil karya peserta didik/sekolah.
Disamping itu, fasilitas ini dapat pula dibangun sebagai sarana bermain atau
rekreasi warga sekolah untuk memberikan rasa nyaman dan senang dalam
kehidupan di sekolah. Tujuannya antara lain untuk menyeimbangkan kerja antara
”otak kanan dan kiri” , sehingga dihasilkan lulusan yang kompeten,
berkerpibadian baik, dan memiliki jiwa yang entrepreneurship.
Gambar 11. Ruang Kesenian
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama
dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c)
kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf
internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau
negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan
perguruan tinggi, dan sebagainya.
12. Pengembangan Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar
Di samping beberapa laboratorium seperti dijelaskan di atas, bagi sekolah
rintisan SBI dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan IKKT Laboratorium
Teknologi Dasar. Fsilitas yang harus ada dalam laboratorium ini antara lain:
komputer, jaringan internet, AC, media praktik teknologi informasi, media praktik
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 98
teknologi komunikasi, media praktik teknologi rekayasa, media praktik teknologi
manufacturing, media praktik teknologi bio, media praktik teknologi boga-
busana, media praktik teknologi industri, media praktik teknologi konstruksi,
media praktik teknologi transportasi, media praktik teknologi lainnya sesuai
kebutuhan, mebelair, dan sebagainya. Luas atau ukuran laboratorium ini minimal
sama dengan laboratorium lainnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 99
Gambar 12. Fasilitas PTD
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas laboratorium teknologi dasar ini antara lain: (a) secara bertahap
melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas riset guru, (b) kerjasama
dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c)
kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf
internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau
negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan
perguruan tinggi, dan sebagainya.
13. Pengembangan Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
Untuk mendukung tatalaksana persekolahan yang baik sebagai rintisan SBI, maka
dibutuhkan adanya ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya yang memadai.
Oleh karena itu sekolah diharuskan menyediakan ruang kepala sekolah dan para
wakilnya untuk menunjang kegiatan, tugas, dan tanggungjawabnya secara
profesional. Ukuran ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya masing-masing
minimal (7X5) m, terutama diperuntukkan sebagai ruang tamu, ruang kerja,
ruang penyimpanan arsip/administrasi, dan kamar kecil. Fasilitas di dalamnya
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 100
yang utama adalah mebeler, AC, CCTV, komputer, jaringan internet, almari, dan
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Diuayakan pembangunan
ruang ini berdekatan dengan ruang perkantoran/tata usaha dalam upaya
kemudahan melakukan koordinasi.
Gambar 13. Ruang Kepala Sekolah dan Wakil
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang
kepala sekolah dan para wakilnya serta dan isinya ini antara lain: (a) secara
bertahap melengkapi sesuai standar IKKM ruang kepala sekolah dan wakil-
wakilnya, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang
tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.
14. Pengembangan Ruang Guru
Pengembangan dan pemenuhan ruang guru sekolah rintisan SBI sesuai tuntutan
IKKM dan IKKT harus terpenuhi. Tujuannya antara lain agar guru dapat
menajalankan tugas profesionalitasnya dengan baik, seperti membuat persiapan
pembelajaran, melakukan penilaian, penyusunan bahan ajar, melakukan
penelitian/pembuatan karya ilmiah, dan sebagainya. Ukuran atau luas ruang guru
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 101
sangat tergantung dengan jumlah guru yang ada di sekolah. Namun demikian,
minimal tiap guru membutuhkan space tempat kerja guru (2X2) m. Dengan
asumsi bahwa tiap guru memerlukan fasilitas mebelair, komputer, jaringan
internet, almari/locker, AC, kamanr kecil, dan lainnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 102
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 103
Gambar 14. Ruang Guru
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
ruang guru dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai
standar IKKM dan IKKT ruang, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,
(d) dan sebagainya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 104
15. Pengembangan Laboratorium di Luar Kelas/Sekolah
Pengembangan kapasitas IKKT laboratorium pembelajaran yang harus dipenuhi
sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional antara lain laboratorium IPA
dan IPS atau laboratorium pendukung lainnya. Hal ini sangat penting bahwa
dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL menuntut adanya fasilitas di luar
sekolah untuk pencapaian kompetensi peserta didik. Terutama untuk
pembelajaran yang harus melakukan pengamatan, praktik lapangan, dan
percobaan-percobaan. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, maka sekolah
harus menyediakan lahan dan fasilitas yang diperlukan. Luasan, variasi, dan
banyaknya laboratorium dan fasilitas pendukung lain tergantung kepada kondisi
sekolah. Diharapkan, apabila luasan terbangun maksimal 40-50% dari luas tanah
yang ada, maka kebutuhan pemenuhan laboratorium di luar sekolah ini dapat
terpenuhi dengan memadai.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 105
Gambar 15. Laboratorium Alam
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium,
fasilitas pendukung, dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi
sesuai standar IKKT laboratorium di luar sekolah bertaraf internasional, (b)
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 106
kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta
didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, perusahaan, masyarakat sekitar
sekolah, pemerintah desa, (d) dan sebagainya.
17. Pengembangan Ruang Multi Media
Keberadaan ruang multi media merupakan IKKT sebagai sekolah rintisan bertaraf
internasional. Luas atau ukura ruang multi media minimal sama dengan ukuran
laboratorium bahasa. Fasilitas yang harus dipenuhi dalam ruang ini antara lain:
AC, komputer dengan jaringan internet, TV, VCD, Film, OHP, LCD, Monitor, CCTV,
berbagai media untuk semua mata pelajaran, khususnya yang utama untuk
mapel MIPA, CD/kaset, dan sebaginya. Mengingat kebutuhan fasilitas ruang multi
media sangat banyak dan bervariasi, maka kecukupan luas bangunan dapat
ditambah dari standar IKKM sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 107
Gambar 16. Ruang Multi Media
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM multi
media dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar
IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk
orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan
sebagainya.
18. Ruang Akademik
Ruang akademik merupakan pusat pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan
sistem penilaian. Untuk kebutuhan ini dapat dibangun secara terpisah dalam tiga
ruang atau satu ruang besar untuk keperluan tiga hal pokok di atas. Luas atau
ukuran masing-masing ruang ini minimal sama dengan luas ruang kepala sekolah.
Fasilitas yang harus terpenuhi diantaranya adalah: komputer dengan jaringan
internet tiap ruang, mebelair, almari, locker, etalase, AC, perangkat lunak
pengembangan aplikasi administrasi sekolah khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, scaner, dan sebainya.
Pada dasarnya ruang ini sekaligus sebagai pusat data dan informasi akademik
dan sistem penilaian sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 108
Gambar 17. Ruang Akademik
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM akademik
dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM
dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang
tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.
19. Pengembangan Ruang Unit Kesehatan (PMR, UKS)
Pemenuhan IKKM dan IKKT unit kesehatan di sekolah rintisan SBI adalah untuk
mendukung terpenuhinya penylenggaraan pendidikan yang menghasilkan
lulusan sehat jasmani dan rohani sekaligus. Fasilitas ini juga untuk memberikan
pendidikan kepada anak tentang pentingnya kesehatan, sehingga diperlukan
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 109
tenaga ahli/dokter dan berbagai fasilitas pendukung, seperti: ruangan, peralatan
periksa kesehatan yang memadai, AC, obat-obatan, dan sebagainya.
Gambar 18. Fasilitas Ruang Kesehatan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas unit kesehatan ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai
standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,
(d) kerjasama dengan Puskesmas atau rumah sakit atau PMI, (e) kerjasama
dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.
20. Pengembangan Ruang Perkantoran
Untuk mendukung kesuksesan dalam tata kelola administrasi sekolah, maka
mutlak dibutuhkan ruang perkantoran atau tata usaha yang memadai. Sebagai
sekolah rintisan SBI , maka selain pemenuhan IKKM, maka juga diperlukan
pemenuhan IKKT ruang perkantoran/tatausaha. Beberapa pekerjaan administrasi
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 110
sekolah yang harus disediakan fasilitas dan ruangan antara lain administrasi
kesiswaan, pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan sebagainya.
Pembangunan ruang perkantoran ini ukurannya sangat ditentukan oleh
kebutuhan sekolah, namun demikian minimal dengan ukuran tiap bidang
pekerjaan administrasi tersebut adalah (7X5) m.
Gambar 19. Ruang Data
Beberapa fasilitas yang harus terpenuhi antara lain: mebelair, almari, komputer,
jaringan internet, mesin ketik, kamar kecil, ruang tamu, dan
sebagainya.Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan
IKKM ruang perkantoran dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap
melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku
kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan
komite sekolah, (d) dan sebagainya.
21. Pengembangan Ruang Auditorium/Unjuk Prestasi Sekolah
Sebagai sekolah bertaraf internasional dituntut memenuhi kebutuhan IKKM dan
IKKT auditorium sekolah yang multi guna (seminar, lokakarya, unjuk prestasi
siswa, wisuda, dan sebagainya). Luas atau ukuran fasilitas ini minimal (20 X40) m.
Fasilitas di dalamnya antara lain meliputi: ruang peralatan, ruang tamu, ruang
persiapan, ruang utama, ruang balkon, ruang pimpinan dan staf, ruang media,
ruang hias, ruang dapur, ruang transit, dan ruang lainnya serta didukung
peralatan komputer, AC, jaringan internet, TV, LCD, layar monitor, Film, dan
sebaginya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 111
Gambar 20. Ruang Aula
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan
IKKT auditorium, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk
orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama
dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu
negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan
perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.
22. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier
Sebagai sekolah rintisan SBI diwajibkan memenuhi IKKM dan IKKT tentang Ruang
dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier. Sebagai ukuran bahwa telah
bertaraf internasional apabila lulusannya mampu melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi yang bertaraf internasional juga. Untuk itu, sangat
diperlukan adanya proses pembelajaran yang mampu memberikan bekal
kompetensi anak sesuai dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Sehingga
diperlukan proses pembimbingan yang kontinyu, terprogram, insedental, dan
berkelanjutan. Peran guru, kepala seklah, dan komite sekolah dalam
mengarahkan peserta didik sangat diperlukan.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 112
Gambar 21. Ruang BP/BK
Untuk itu harus dipenuhi sekolah tentang Ruang dan Fasilitas Bimbingan-
Konseling dan Karier yang memadai, yaitu: ruang luasnya minimal sama dengan
ruang kelas, ruang tamu, ruang bimbingan putra, ruang bimbingan putri,
mebelair, AC, komputer, jaringan internet, mebelair, almari, dan sebagainya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini
antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama
dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan
perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga tes psikologi, (g) dan sebagainya.
23. Pengembangan Ruang Humas
Sebagai sekolah rintisan SBI sangat dituntut terpenuhinya IKKM dan IKKT ruang
dan fasilitas untuk hubungan masyarakat. Keberadaan fasilitas ini untuk
mendukung kesuksesan sekolah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak, termasuk sister school dengan sekolah bertaraf internasional dari salah
satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya dalam bidang pendidikan.
Luasan ruang yang diperlukan minimal setengahnya ukuran auditorium sekolah.
Beberapa fasilitas minimal yang harus ada antara lain: ruang pimpinan, ruang
staf, ruang tamu, ruang pertemuan, ruang peralatan, kamar mandi/WC, ruang
media, komputer dan jaringan internet, mebelair, TV, VCD, LCD, AC, dan
lainnnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan
IKKT fasilitas ruang humas, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait
termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d)
kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari
salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan
lainnya.
24. Pengembangan Ruang Kesiswaan atau OSIS
Kegiatan ekstra kurikuler ataupun kegiatan pembiasaan dan pengembangan diri
peserta didik sangat dituntut dapat terpenuhi oleh sekolah dalam upaya
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 113
meningkatkan daya inovasi, kreasi, dan peningkatan kompetensi anak. Oleh
karena itu diperlukan IKKM dan IKKT fasilitas kesiswaan dan OSIS seperti:
ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair, almari, etalase, media
pembelajaran, dan fasilitas lain yang diperlukan sesuai dengan bakat, minat, dan
kreasi anak. Ukuran atau luasan ruang yang diperlukan minimal dua kalinya
dengan ruang kelas atau laboratorium.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
ruang kesiswaan dan OSIS ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai
standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,
(d) kerjasama dengan sekolah lain, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f)
kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.
26. Ruang bendahara/keuangan
Sebagai sekolah yang dirintis bertaraf internasional, maka diperlukan adanya
ruang khusus bendahara/keuangan yang representatif. Tujuannya antara lain
untuk memberikan rasa aman, kelancaran, dan pembuatan pertanggungjawaban
penggunaan dana dengan baik sesuai peraturan yang berlaku. Fasilitas yang
dibutuhkan antara lain: brankas, mesin ketik, AC, komputer (bila perlu terpasang
jaringan internet), mebelair, almari atau locker, dan lainnya yang dipandang
penting). Luasan atau ukuran ruang keuangan ini menyesuaikan dengan kondisi
sekolah dengan tetap memperhatikan fasilitas yang seharusnya ada dilengkapi
dengan staf keuangan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang
keuangan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai
standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait
termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan
sebagainya.
27. Pengembangan Ruang Ibadah
Pemenuhan ruang ibadah sekolah rintisan SBI di Indonesia sangat dituntut untuk
dipenuhi mengingat landasan berbagsa dan bernegara adalah Pancasila yang
menunjung tinggi terhadap keyakinan dan agama yang harus diimplementasikan
selama pendidikan peserta didik sekalipun bertaraf internasional. Ukuran dan
luasan ruang atau bangunan sangat ditentukan oleh jumlah penganut agama dan
keyakinan warga sekolah. Hal terpenting adalah sekolah harus memenuhi semua
fasilitas untuk semua warga sekolah sesuai keyakinan dan agamanya. Beberapa
fasilitas tersebut adalah: ruang/gedung, mebelair, sound system, gudang,
peralatan ibadah lainnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM
tempat ibadah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 114
orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan
sebagainya.
28. Penge mbangan Ruang Komite Sekolah
Pemenuhan ruang Komite Sekolah mutlak harus terpenuhi sebagaimana
tuntutan dalam IKKM dan IKKT. Peran Komite Sekolah sebagai link-supporting-
advising-controlling amat diperlukan dalam pengembangan rintisan SBI ,
sehingga harus dipenuhi kebutuhan fasilitasnya. Beberapa fasilitas minimal yang
harus dipenuhi antara lain: ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair,
almari, AC, dan sebaginya. Luasan fasilitas ini minimal sama dengan ruang kepala
sekolah.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan
IKKT fasilitas ruang komite sekolah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan perusahaan, dan
sebagainya
29. Pengembangan Ruang Koperasi
Ruang koperasi sebagai fasilitas penunjang bagi rintisan SBI di Indonesia sangat
bermanfaat untuk warga sekolah, sesuai dengan amanat UUD 1945, khususnya
koperasi peserta didik dan guru-karyawan. Sebagai suatu bentuk badan usaha di
sekolah diharapkan dapat dikelola secara profesional. Bentuk usaha yang dapat
dikembangkan dapat berbagai macam, misalnya toko/swalayan, katering/kantin,
jasa telekomunikasi, dan usaha-usaha lain sesuai dengan kondisi lingklungan
konsumen. Sehingga dalam pengembangan sarana koperasi antara lain:
ruang/gedung, mebeler, komputer dan internet, etalase, perkantoran, manajer
dan stafnya, dan peralatan lain sesuai dengan jenis usaha atau bentuk koperasi.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini
antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama
dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan
perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga perbankan, (g) kerjasama
dengan lembaga koperasi lain, (h) dan sebagainya.
30. Pengembangan Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah
Secara prinsip pemenuhan sarana Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan
Kepala Sekolah bagi sekolah rintisan SBI harus tersedia sesuai dengan IKKM dan
IKKT dan tidak ada perbedaan dari segi kualitas antara satu dengan lainnya.
Jumlah Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah menyesuaikan
dengan jumlah rombongan belajar (putra dan putri disendirikan), jumlah guru,
jumlah karyawan, dan pimpinan sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 115
Gambar 22. Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah
31. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Kantin
Pemenuhan sarana kantin sekolah bagi rintisan SBI sangat penting untuk
memenuhi tuntutan IKKM dan IKKT. Kantin bisa terpusat atau bisa juga tiap
departemen/bagian di sekolah dengan pertimbangan faktor efisiensi dan
efektivitas layanan. Sasarannya adalah semua warga sekolah. Prinsip dasarnya
bahwa untuk membantu kesuksesan penyelenggaraan SBI, maka sarana ini
sangat diperlukan, karena termasuk kebutuhan asasi manusia. Persyaratan
penting adalah hygienis, minimal empat sehat lima sempurna, dan memenuhi
perysratan kesehatan. Menu, jumlah, variasi, dan kualitas sarana dan isinya
termasuk bahan yang disajikan sangat tergantung dengan budaya, karakteristik
masyarakat atau warga sekolah. Luasan dan ukuran sarana ini sangat tergantung
dari jumlah siswa, guru, karyawan, dan lainnya. Fasilitas yang diperlukan
utamanya adalah dapur, ruang bahan, ruang peralatan kantin, peralatan saji,
ruang makan, dan fasilitas penunjang lainnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini
antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama
dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan
koperasi, (f) dan sebagainya.
32. Pengembangan Fasilitas / Ruang Olah Raga
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 116
Pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas olah raga diusahakan berada di luar sekolah,
akan tetapi masih berada di dalam lingkungan atau kompleks sekolah. Beberapa
fasilitas olah raga tersebut antara lain: (a) lapangan sepak bola, bola voli, sepak
takrau, batminton, basket, atletik, tenis meja, dll; (b) catur, kolam renang,
senam, tenis lapangan, lapangan sepak bola putsal, dan sebagainya. Spesifikasi
semua fasilitas tersebut mengikuti standar internasional. Namun demikian untuk
pengembangan jenis dan jumlah kegiatan olah raga yang akan diselenggarakan
sangat ditentukan oleh kebutuhan sekolah masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT
fasilitas olah raga dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi
sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas olah raga, (b) kerjasama dengan pemangku
kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan
komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga
internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e)
dan sebagainya.
33. Pengembangan Sarana dan Prasarana lain (Rumah/Asrama untuk Kepala
Sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah,
tempat parkir, dan sebagainya)
Pemenuhan IKKT tentang Rumah/Asrama untuk Kepala Sekolah, Guru, Karyawan,
dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah, tempat parkir, dan
sebagainya adalah sangat perlu untuk sekolah rintisan SBI . Ketercapaian
pemenuhan semua ini akan sangat mendukung tercapainya pembelajaran yang
efektif dan efsisien. Di samping itu untuk memberikan rasa aman, kesejahteraan,
dan jaminan terhadap kelancaran penyelenggaraan pendidikan secara
profesional.
Luasan dan ukuran masing-masing sangat ditentukan oleh kondisi sekolah dan
masyarakat, kemampuan sekolah, dan tuntutan kurikulum, dan dukungan pihak
lainnya. Namun demikian diharapkan sekolah dapat mengupayakan pemenuhan
semuanya itu dalam jangka waktu yang pasti.
33. Pengembangan Kapasitas Sumber Dana dan Pendanaan Sekolah
Pemenuhan IKKM dan IKKT tentang sumber dana dan pendanaan/pembiayaan
dalam sekolah rintisan SBI sangatlah diperlukan. Penyelenggaraan sekolah yang
bertaraf internasional memiliki konsekuensi pembiayaan yang besar, khususnya
dalam tahapan rintisan dan pengembangan sekolah untuk mencapai tingkat
kompetensi dan lulusan peserta didik yang bertaraf internasional. Unsur-unsur
pokok yang memerlukan pembiayaan besar antara lain meliputi pembiayaan
pengembangan SDM yang profesional dan bertaraf internasional, sarana dan
prasarana bertaraf internasional, pengembangan kurikulum bertaraf internasional,
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 117
pencapaian manajemen standar ISO, PBM yang bilingual, penilaian bertaraf
internasional, akreditasi internasional, dan pengembangan lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, dalam tahap rintisan ini tanggung jawab untuk
pendanaan/pembiayaan ditanggung bersama oleh berbagai pihak, yaitu pemerintah
pusat, pemerintah tingkat I, pemerintah tingkat II, komite sekolah atau pihak lain.
Diharapkan dalam jangka waktu tiga tahun sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI ,
sekolah dan pemerintah daerah bersama komite sekolah mampu menyelenggarakan
secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan pemerintah pusat dalam memberikan
bantuan yang bersifat pancingan ini makin lama makin kecil secara proporsional.
Untuk itu, sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI , sekolah bersama komite sekolah
dan pemerintah daerah telah membuat perencanaan yang matang untuk
mengembangkan SBI ini sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Penggalian
berbagai sumber dana dapat dilakukan pada berbagai stakeholder sekolah yang ada.
Pendanaan atau pembiayaan penyelenggaraan SBI dilakukan secara transparan,
akuntabel, proporsional, dan profesional dengan tetap mempertimbangkan aspek
pemerataan dan skala prioritas. Misalnya dalam pendanaan pengembangan sumber
daya sekolah, maka pembiayaan atau pendanaan terlebih dahulu diutamakan untuk
pengembangan SDM dan sarana/prasarana.
Hal lain yang juga amat penting dalam hal pembiayaan ini adalah pemanfaatan dana
secara efisien, dimana merupakan salah satu IKKT bagi sekolah bertaraf
internasional, yaitu dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Maksudnya, rasio antara
hasil-hasil pendidikan SBI terhadap biaya yang diperlukan selalu pada proporsi atau
rasio yang maksimal (idealnya satu atau 100%). Makin besar biaya pendidikan dan
makin tinggi hasil pendidikan menunjukkan penyelenggaraan pendidikan efsisien.
Dengan biaya minimal dan hasil pendidikan maksimal, maka juga efisien, atau
dengan biaya btetap dan hasil pendidikannya makin meningkat berarti juga efisien.
Oleh karena itu, pendidikan mahal dan pendidikan gratis pada dasarnya adalah tidak
ada.
Untuk menghasilkan beberapa sumber pendanaan dan sekaligus memperoleh dana
yang besar, maka sekolah dapat melakukan berbagai upaya, misalnya: (a) terdapat
subsidi pemerintah (pusat/propinsi/kabupaten/kota); (b) terdapat subsidi dari
donatur tetap; (c) kerjasama dengan lembaga/salah satu negara anggota OECD atau
negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan; (d) kerjasama
dengan dunia usaha/industri, (e) kerjasama dengan lembaga donor; (f) kerjasama
dengan komite sekolah; (g) kerjasama dengan lembaga non profit; (h)
mengupayakan adanya badan usaha di sekolah (unit produksi); dan sebagainya.
34. Pengembangan Lingkungan Sekolah
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 118
Secara umum yang dimaksudkan dengan lingkungan sekolah ini ditinjau dari
tingkatannya terdiri dari lingkungan global/internasional, regional, nasional, daerah,
dan sekolah itu sendiri. Ditinjau dari aspek-aspeknya maka lingkungan sekolah terdiri
dari lingkungan sosial, politik, ekonomi, keamanan, geografis, demografi, budaya,
kemajuan IPTEK, dan sebagainya. Ditnijau dari tingkatan mikro maka lingkungan
sekolah terdiri dari kondisi intern sekolah dan ekstern sekolah, yaitu secara intern
sekolah meliputi warga sekolah dan kondisi sekolah itu sendiri. Sedangkan secara
ekstern terdiri dari masyarakat sekitar sekolah, tingkat ekonomi masyarakat sekitar,
budaya masyarakat yang ada, lingkungan alam sekitar sekolah, faktor keamanan
sekolah, letak atau posisi sekolah secara kewilayahan, dan sebagainya.
Gambar 23. Pengolahan Sampah
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 119
Gambar 24. Lingkungan Sekolah
Sebagai sekolah yang merintis SBI, maka diharapkan sekolah mampu secara optimal
mengembangkan lingkungannya, baik lingkungan ditinjau secara bertingkat sampai
dengan lingkungan mmikro di sekolah. Pengembangan yang dimaksudkan adalah
bagaimana upaya-upaya sekolah untuk secara optimal mampu memberdayakan,
memanfaatkan, dan menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar memberikan
kontribusi positif untuk menuju sekolah sebagai SBI.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain: (a) pengembangan kurikulum
yang akan dijalankan melibatkan lingkungan sekolah secara keseluruhan sehingga
bercirikan internasional dan sekaligus sesuai dengan tuntutan sekitarnya; (b)
kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan dari segi politis,
ekonomi, sosial, dan keamanan; (c) pemberdayaan dan pemanfaatan lingkungan
sekolah untuk kegiatan PBM; (d) pemberdayaan tokoh masyarakat/lembaga
berpengaruh; (e) pemberdayaan lingkungan perusahaan; (f) pemberdayaan aparat
pemerintah sekitar; (i) pendataan dan analisis kontinyu perkembangan penduduk; (j)
pemberdayaan dan pemanfaatan teknologi; (k) dan sebagainya.
35. Pengembangan Budaya Sekolah
Pengembangan budaya sekolah yang dimaksudkan di sini adalah pengembangan
budaya sekolah yang bermutu. Artinya, sekolah sebagai rintisan SBI diharapkan
mampu menciptakan suatu kondisi sekolah yang selalu berorietntasi pada pola
kehidupan kampus yang bermutu. Pada dasarnya, budaya adalah nilai dan keyakinan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 120
dalam suatu masyarakat, baik yang berdaya preservatif maupun progresif, yang
digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku bagi masyarakat
pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu mana yang benar dan yang salah.
Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas kejiwaan manusia diwujudkan
dlm bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan politik. Keyakinan
melibatkan istilah: “jika..……….., maka ……………… Jika saya melakukan ini, maka
akibat/hasil-nya adalah seperti ini”.
Sedangkan mutu, dalam arti umum, adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau yg tersirat. Dalam pendidikan (sekolah sebagai
sistem), mutu mencakup input, proses dan output. Input adalah segala hal yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar (PBM), PBM adalah
kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi terdidik, dan output
adalah prestasi belajar (hasil PBM). Budaya mutu adalah nilai dan keyakin-an mutu
dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber pengga-langan
konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Dalam
suatu penelitian menunjukkan: ada korelasi antara peningkatan budaya mutu dan
peningkatan mutu. Budaya mutu diperlukan karena pendidikan memerlukan
penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi antar unsur yang terkait
dalam organisasi pendidikan. Sekolah sebagai organisasi memiliki sifat “pasangan-
renggang” atau “diskoneksi” antara kebijakan dan hasil, cara dan tujuan akhir,
peraturan dan kegiatan senyatanya, bahkan antar unsur.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam rangka mwnuju pada
budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara lain: bangunlah “teamwork”
yang kompak, cerdas, dan dinamis serta perkuat nilai-nilai, keyakinan dan norma-
norma inti yang mendukung peningkatan mutu pendidikan secara konsisten melalui
pemberdayaan, arahan, bimbingan, modeling, coaching, pujian, seremonial
keberhasilan mutu, dan pemberian hadiah atas prestasinya. Secara lebih rinci
pentahapan pengembangan budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara
lain adalah: (a) fahamilah budaya mutu yang ada saat ini (nilai-nilai, keyakinan,
norma, perilaku, dsb.); (b) identifikasikan budaya mutu (nilai-nilai, keyakinan, norma
dan perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) ika perubahan budaya
mutu yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang
disepakai oleh semua unsur terkait; (d) hadapilah resistensi untuk berubah, jangan
dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (e) garisbawahi prioritas-prioritas nilai-
nilai, keyakinan, dan perilaku tambahan yang diperlukan untuk mendukung
peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi keberadaan mereka belum ada saat ini;
dan (f) sekolah harus memiliki kebijakan mutu, sistem mutu, manajemen mutu,
jaminan mutu, rencana mutu, pengendalian mutu, pengamatan mutu, dan audit
mutu, yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan mutu.
Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan “Sekolah Belajar” yang memiliki
perilaku-perilaku berikut: (a) memberdayakan sumberdaya manusianya seoptimal
mungkin; (b) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar kembali, dan
belajar melupakan; (c) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga sekolahnya;
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 121
(d) memberikan tanggungjawab kepada warganya; (e) mendorong warganya untuk
mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya; (f) mendorong adanya teamwork yang
kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman; (g)
menanggapi dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (siswa utamanya); (h)
mengajak warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (siswa
utamanya); (i) mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi
perubahan; (j) mengajak warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara
mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya; (k) mengajak warganya untuk
komitmen terhadap keunggulan mutu; (l) mengajak warganya untuk melakukan
perbaikan secara terus menerus, dan (m) melibatkan warganya secara total dalam
penyelenggaraan sekolah.
36. Pemenuhan IKKM dan IKKT Akreditasi
Pemenuhan IKKM dan IKKT akreditasi sekolah akan tercapai apabila semua
pengembangan pemenuhan komponen-komponen pendidikan di atas telah
terpenuhi semua. Dengan kata lain, baik akreditasi sekolah dalam negeri maupun
akreditasi sekolah dari lembaga internasional/negara maju dapat dilakukan apabila
semua komponen pendidikan dapat terpenuhi IKKM dan IKKT-nya.
37. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Manajemen dan Organisasi Sekolah
Sebagai sekolah RSBI, maka manajemen sekolah harus berstandar internasional.
Untuk itu sekolah diharuskan mengembangkan manajemen sekolahnya kearah
sistem manajemen mutu sebagaimana yang telah distandarkan dalam ISO.
Implementasi MBS di sekolah selama ini secara konsep telah memberikan
pemahaman dan pengalaman yang dapat dijadikan tonggak atau dasar bagi sekolah
untuk mencapai sistem manajemen mutu tersebut. MBS yang bercirikan
otonomi/kemandirian, transparansi, akuntabilitas, fleksibilitas,
kerjasama/penggalangan partisipasi masyarakat, dan sustainibilitas diharapkan
dapat sebagai modal bagi SBI untuk mengembangkan lebih jauh dan sesuai tuntutan
manajemen internasional.
Berbagai langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah menuju sistem manajemen
mutu yang berstandar internasional antara lain: (a) melaksanakan MBS secara
totalitas, (b) melaksanakan pengkajian dan pemahaman terhadap kriteria standar
sistem manajemen mutu ISO; (c) melengkapi berbagai perangkat dan sistem TIK
pendukung terselenggaranya sistem manajemen mutu di sekolah yang berupa
perangkat lunak dan keras; (d) mengembangkan SDM yang mampu menjalankan
sistem manajemen mutu berstandar internasional yang berupa pelatihan, magang,
dan sejenisnya; (e) dan sebagainya. Sedangkan dalam hal pengembangan organisasi
sekolah untuk mendukung tercapainya RSBI adalah didasarkan atas kontribusinya
terhadap pencapaian tujuan sekolah. Dalam pengembangan struktur organisasi
sekolah, maka tugas dan fungsi dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan
struktur organisasi sekolah tersebut.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 122
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan organisasi sekolah
adalah: (a) organisasi sekolah membagi pekerjaan keseluruhan menjadi bagian-
bagian yang saling terkait sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya manusia
secara efektif; (b) sekolah diorganisasikan sedemikian rupa sehingga kesatuan dan
kerja tim lebih ditekankan melalui koordinasi upaya yang efektif untuk mencapai
tujuan sekolah; (c) struktur organisasi agar dibuat sesederhana mungkin, konsisten
dengan kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan sekolah; (d) setiap unit
dalam struktur organisasi sekolah harus tugas dan fungsinya, kewenangan, dan
tanggungjawabnya; (e) setiap orang dalam struktur organisasi harus mengetahui
kepada siapa dia harus memper- tanggungjawabkan kinerjanya; (f) dan sebagainya.
Pengembangan budaya organisasi sekolah juga merupakan faktor penting untuk
mencapai suatu sekolah yang bermutu dan bertaraf internasional, oleh karena itu
langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencapai semua itu antara lain: (a)
fahamilah budaya organisasi yang ada saat ini (keyakinan, nilai-nilai, norma, perilaku,
dsb.); (b) identifikasikan budaya organisasi (nilai-nilai, keyakinan, norma dan
perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) jika perubahan budaya
organisasi yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang
disepakai oleh semua unsur terkait; (d) bangunlah “teamwork” yang kompak, cerdas,
dinamis dan lincah; (e) perkuat keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma inti yang
mendukung pengembangan budaya organisasi sekolah secara konsisten melalui
pemberdayaan, arahan, bimbingan, pemodelan, pelatihan, lokakarya, pujian,
seremonial keberhasilan, dan pemberian hadiah atas prestasinya; (f) hadapilah
resistensi untuk berubah, jangan dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (g)
garisbawahi prioritas-prioritas keyakinan, nilai-nilai, norma-norma dan perilaku
tambahan yang diperlukan untuk men-dukung pengembangan organisasi sekolah,
yang keberadaannya belum ada saat ini; dan (h) sekolah harus memiliki kebijakan,
sistem, manajemen, jaminan, rencana, pengendalian, pengamatan dan audit
organisasi sekolah yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan
organisasi sekolah.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh sekolah untuk meningkatkan kapasitas
organisasi persekolahan, diantaranya: (a) menjalin kerjasama atau networking
dengan sekolah lain/lembaga lain dari salah satu negara anggota OECD atau dari
negara maju lainnya yang memiliki keunggulan pendidikan; (b) pelatihan kapasitas
pejabat/penanggungjawab RSBI atau program terhadap pengembangan model-
model organisasi; (c) pelatihan pelatihan peningkatan kapasitas
pejabat/penanggungjawab terhadap struktur keorganisasian sekolah sesuai
kebutuhan sekolah yang mencerminkan adanya pembagian tugas dan pendelegasian
wewenang yang jelas tiap fungsi/jabatan dalam organisasi; (d) meningkatkan
kapasitas tiap pejabat/penanggungjawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
melalui pelatihan, magang, dan sebagainya; (e) meningkatkan kapasitas pemahaman
dan keterampilan penanggungjawab program/jabatan dalam bidang koordinasi,
konsolidasi, perencanaan, pengevaluasian, peregulasian, dan sebagainya melalui
pelatihan atau sejenisnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 123
G. Implementasi Pemantauan dan Evaluasi
Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, maka dalam
penyelenggaraan RSBI ini juga akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinyu
dan berkesinambungan. Bahkan untuk hal ini akan dilakukan lebih ketat, mengingat
sebagai sekolah yang bertaraf internasional memerlukan perhatian yang lebih oleh
semua pihak yang terkait. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi ini dilakukan adalah
dalam kerangka pembinaan sekolah sebagai penyelenggara SBI, baik oleh pusat maupun
daerah.
1. Pemanatauan RSBI
Pemantauan atau monitoring adalah suatu kegiatan, bertujuan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan RSBI, apakah sesuai dengan yang
direncanakan atau tidak, sejauhmana kendala dan hambatan ditemui, dan
bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala
dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program RSBI. Monitoring lebih
berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis.
Melalui monitoring ini dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang
terkait untuk mensukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, penting untuk
dilakukan bersama-sama antara pusat dan daerah (termasuk komite sekolah)
melakukan monitoring ini sesuai dengan kapasitas dan tugas tanggungjawabnya
masing-masing.
Beberapa unsur yang dilakukan dalam monitoring terutama adalah semua unsur
yang termasuk dalam IKKM (akreditasi, standar kurikulum, standar pembelajaran,
standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan). Disamping itu juag dimonitor tentang aspek-aspek dalam IKKT, yaitu
berbagai aspek yang merupakan ciri-ciri keinternasionalan dari pengembangan
unsur-unsur IKKM. Dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
tahun monitoring dilakukan oleh pusat, dan diharapkan frekuensi monitoring yang
dilakukan oleh daerah (dalam hal ini Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota)
lebih daripada itu. Prinsipnya, makin sering dilakukan kegiatan ini oleh daerah, maka
akan makin memberikan dampak positif bagi sekolah.
2. Evaluasi RSBI
Kegiatan evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan
pelaksanaan penyelenggaraan RSBI dan sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai
dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada waktu akhir tahun
kegiatan/akhir tahun ajaran, sehingga dilakukan setiap satu tahun sekali. Di samping
itu, evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan/atau mencari informasi mengenai
kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional yang
berdasarkan pada komponen-komponen penjaminan mutu Sekolah Bertaraf
Internasional. Pelaksanaan evaluasi dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut: (1) kejelasan tujuan dan hasil yang hendak diperoleh dari evaluasi,
(2) pelaksanaan dilakukan secara komprehensif (input, proses, dan output), objektif,
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 124
transparan, dan akuntabel, (3) dilakukan oleh evaluator yang profesional, (4)
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan, (5)
dilaksanakan tepat waktu, (6) dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, dan (7)
mengacu pada indikator keberhasilan kinerja.
Tujuan utama kegiatan evaluasi ini antara lain: (a) untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan program, (b) untuk mengetahui keberhasilan program, (c) untuk
bahan masukan dalam perencanaan penyelenggaraan RSBI tahun berikutnya, (d)
untuk memberikan penilaian layak tidaknya dilanjutkan sebagai SBI, dan (e) secara
umum untuk melakukan pembinaan bagi sekolah yang menyelenggarakan RSBI agar
pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang lebih baik/meningkat secara signifikan.
Secara substansi, pada dasarnya evaluasi ini adalah evaluasi kinerja sekolah
penyelenggara RSBI. Dengan demikian materi yang dijadikan bahan untuk melakukan
evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan, baik yang termasuk dalam SNP
serta yang lebih penting lagi adalah aspek-aspek pendidikan yang dikembangkan dan
dijalankan di sekolah sebagai ciri keinternasionalannya dalam IKKT.
Secara metodologis, evaluasi ini dilakukan menggunakan pendekatan expost facto,
yaitu mengungkap apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah/pihak lain
terkait dalam penyelenggaraan RSBI. Dalam evaluasi ini tidak dilakukan sampling
responden, artinya semua sekolah yang melaksanakan RSBI akan dievaluasi.
Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuesioner/angket dari unsur-unsur
pendidikan RSBI seperti dijelaskan di atas (IKKM dan IKKT) Untuk kelengkapan data
agar lebih komprehensif, maka instrumen juga dikembangkan dalam bentuk isian
terbuka (kualitatif dan kuantitatif). Sumber data diambil dari para pengelola RSBI,
guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kab/Kota. Hasil analisis dari data
evaluasi ini akan disampaikan kembali ke sekolah dan pihak lain terkait untuk
dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan program RSBI tahun berikutnya.
H. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporannya
Pelaksana kegiatan monitoring dan evaluasi dalam implementasi program RSBI terdiri
dari :
1. Tim Monitoring dan Evaluasi Direktorat Pembinaan SMP
Direktorat Pembinaan SMP melakukan monitoring dan evaluasi pada semua
program. Kegiatan ini dilaksankan pada akhir program kegiatan untuk mengetahui
keberhasilan program dilihat dari berbagai unsur IKKM dan IKKT. Untuk program-
program SBI Indikator-indikator penilaian disesuaikan dengan rencana program yang
direncanakan melalui RKS dan RKAS RSBI, sehingga yang lebih diprioritaskan adalah
implementasi program RSBI.
2. Tim Monitoring dan Evaluasi Propinsi
Selain Direktorat Pembinaan SMP, untuk melakukan monitoring dan evaluasi juga
dilibatkan Tim ME dari tingkat propinsi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meng-
Belajar Untuk Masa Depanku
Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 125
efisiensi-kan waktu dan dana, terutama bagi sekolah-sekolah yang sulit dijangkau.
Tim ME propinsi akan membantu pelaksanaan ME, sekaligus juga melakukan
monitoring pelaksanaan program melalui hirarki birokrasi (Dinas Pendidikan
Propinsi). Monitoring dari propinsi ini penting dilakukan untuk menjamin
pelaksanaan program dan transparansi kegiatan-kegiatan di sekolah sebagai RSBI.
3. Laporan Monitoring dan Evaluasi
Laporan monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah
secara komprhensif. Di samping itu secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di masing-masing
sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisir
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan.
Dengan demikian program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.
I. Pelaporan Pelaksanaan
1. Tingkat Sekolah
Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SBI diwajibkan membuat pelaporan.
Pelaporan yang dimaksudkan di sini adalah tentang semua hal yang dijalankan
sekolah beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangannya. Pelaporan
oleh sekolah dibagi menjadi dua, yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan program
yang dilakukan pada setiap pertengahan tahun ajaran (Bulan Nopember-Desember),
dan pelaporan keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran
(Bulan Mei-Juni).
Hal-hal pokok yang harus dilaporkan antara lain meliputi pengembangan,
pelaksanaan penyelenggaraan SBI, dan hasil-hasilnya tentang unsur-unsur dan
indikator-indikator dalam IKKM dan IKKT. Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu
untuk propinsi, kabupaten/kota, komite sekolah, dan sekolah, yang harus dilegalisir
atau disetujui oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat.
2. Tingkat Propinsi
Pelaporan tingkat propinsi harus dibuat mengingat pembinaan rintisan SBI harus
dilakukan secara komprehensif dan integratif, di samping itu pembinaan juga harus
dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan pembinaan tingkat
kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat propinsi cq Dinas pendidikan propinsi
harus membuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk kabupaten-kabupaten
atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 127
BAB VI
PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Pengertian kultur menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “pembudidayaan,
pengembangbiakan, kebudayaan, peradaban, tamadun; adat, etik, gaya hidup, pandangan
hidup, kebiasaan, nilai, norma, tata cara, tata susila, dan tradisi. Sedangkan pengertian
kultur secara umum yaitu suatu nilai dan keyakinan dalam suatu masyarakat, baik yang
berdaya preservatif maupun progresif, yang digunakan sebagai sumber penggalangan
konformisme perilaku bagi masyarakat pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu
mana yang benar dan yang salah. Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas
kejiwaan manusia diwujudkan dalam bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan
politik.
Misalnya budaya mutu, maka dimaksudkan di sini adalah nilai dan keyakinan mutu dalam
suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang
bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Budaya belajar di sekolah, merupakan nilai
dan keyakinan belajar yang ada di sekolah dapat dipergunakan sebagai suatu perilaku
belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan jaminan yang akan mengantarkan
kesuksesan dan keberhasilan pelajar dalam wujud social, ekonomi, politik, keagamaan, dan
sebagainya. Masyarakat belajar pada dasarnya tercipta dari lingkungan belajar dengan etos
dan semangat tinggi yang sudah menjadi darah daging dalam kehidupan pembelajar.
Budaya lingkungan kondusif, baik lingkungan mental maupun fisik, adalah suatu keyakinan
dan nilai bahwa dengan lingkungan yang kondusif misalnya di sekolah, akan mendukung
terhadap suatu kehendak, cita-cita, tujuan pendidikan yang akan merubah kehidupan
seseorang/masyarakat menjadi lebih baik. Dalam hal ini, SBI diharapkan dapat
mengkondisikan keadaan, fisik, kehidupan, organisasi, pembelajaran, dan sebagainya
menjadi suatu perilaku yang mematri dalam kehidupan kampus sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk menumbuhkembangkan budaya (dalam pengertian apa saja atau umum tentang nilai
dan keyakinan) mejnadi suatu perilaku nyata, maka dapat dilakukan langkah-langkah
pendukung sebagai suatu pengkondisian kebiasaan atau rutinitas yang sekaligus sebagai
prasyarat secara terukur antara lain sebagai berikut: (1) memberdayakan sumberdaya
manusianya seoptimal mungkin, (2) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar
kembali, dan belajar melupakan, (3) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga
sekolahnya, (4) memberikan tanggungjawab kepada warganya, (5) mendorong warganya
untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya, (6) mendorong adanya teamwork yang
kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, (7) menanggapi
dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (peserta didik utamanya), (8) mengajak
warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (peserta didik utamanya), (9)
mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi perubahan, (10) mengajak
warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara mengelola, maupun cara
menganalisis sekolahnya, (11) mengajak warganya untuk komitmen terhadap keunggulan,
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 128
(12) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, dan (13)
melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah.
Dengan berbagai langkah tersebut, maka SBI dapat menciptakan atau mewujudkan kultur
atau budaya menjadi nilai-nilai yang nyata untuk terciptanya suatu kondisi sekolah yang
berperilaku warganya dan lingkungan secara terukur, menyatu dalam kehidupan
pribadi/kelompok, dan menimbulkan kehidupan sekolah sebagai wahana pembelajaran
yang kondusif pula. Penciptaan keyakinan dan nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sekolah sehingga mendukung sekolah sebagai SBI antara lain melalui pembudayaan atau
pembiasaan untuk menjalankan tata kehidupan dalam bidang-bidang lingkungan,
pembelajaran, kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan, keunggulan global, dan
sebagainya secara bersusila, bertatakrama, bernorma, bernilai, dan akhirnya mampu
menjadi adat istiadat yang beradab.
A. Kultur lingkungan kondusif
Pemahaman tentang lingkungan dapat dimaknakan sebagai suatu keadaan yang
melingkupi, mengitari, dan mempengaruhi terhadap kehidupan yang ada di dalamnya.
Pada umumnya, lingkungan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan mental (non fisik). SBI diharapkan mampu
mengembangkan lingkungan sekolah baik lingkungan fisik maupun lingkungan mental
tersebut, seperti lingkungan yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, sehat, bebas asap
rokok dan narkoba, dan bebas budaya kekerasan. Pengembangan yang dimaksudkan di
sini adalah menciptakan suatu kondisi fisik sekolah yang mampu mendukung kehidupan
sekolah yang nyaman, dan lingkungan mental para pelaku pendidikan untuk berperilaku
dengan nilai-nilai dan keyakinan yang secara bersama-sama dan ”sekeyakinan” sehingga
tercipta atmosfer mental akademik tinggi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa program dan kegiatan sekolah yang dapat dikembangkan untuk menciptakan
kultur lingkungan kondusif secara fisik antara lain: (a) penyediaan dan penampungan air
bersih; (b) pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah; (c) pengadaan
dan pemeliharaan air limbah; (d) pemeliharaan WC; (e) pemeliharaan kebersihan dan
kerapian ruangan ; (f) pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah; (g) pengadaan dan pemeliharaan kantin; (h) pendidikan kesehatan, (i)
tamanisasi, (j) sanitasi, (k) pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah, (l) penataan fisik
kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior, dsb.), (m) pengaturan ruangan, (n)
pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, (o) dan sebagainya. Dengan menciptakan
lingkungan fisik sekolah yang kondusif untuk kehidupan pendidikan tersebut, maka
diharapkan akan mampu memberikan kenyaman, ketentraman, ketenangan, semangat,
dan daya tahan tinggi bagi pendidik untuk mendidik anak, bagi peserta didik untuk
mengoptimalkan belajar, bagi pengelola untuk melayani pendidik dan peserta didik.
Dengan kondisi seperti ini, maka kehidupan sekolah yang akan timbul adalah
kekeluargaan, keprofesionalitasan, dan kemasyarakatan yang tinggi dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Sedangkan untuk mengembangkan dan menciptakan kultur lingkungan kondusif dalam
aspek mental (non fisik) khususnya bagi peserta didik diantaranya melalui beberapa
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 129
program dan kegiatan seperti: konseling kesehatan; bakti sosial; perkemahan; teater,
musik, olahraga; kepramukaan; dokter kecil, PMR; karnaval, bazaar; lomba; latihan
kepemimpinan; penanaman kreativitas-keterampilan-kewirausahaan, penanaman budi
pekerti- tata krama-sopan santun; pembinaan sosial-keagamaan; ESQ, dan sebaginya.
Penguatan kondisi mental peserta didik seperti ini pada dasarnya akan menghasilkan
suatu kepribadian peserta didik yang dapat berperilaku (bermakna berbudaya:
berkeyakinan dan bernilai) untuk menjadi orang yang berguna, mau berjuang,
berkomitmen, dan memiliki daya tahan mental tinggi menghadapi tugas dan beban
belajar. Ketaatan agama, kepatuhan sosial, taat azas-norma-nilai, loyalitas-nasionalisme-
kekeluargaan, dan peningkatan wawasan ke depan (global) akan terbentuk dengan
sendirinya melalui berbagai kegiatan ini, sehingga aspek-aspek kekerasan, asusila,
amoral,dan lain-lain dapat dihilangkan atau terkurangi secara proporsional.
Gabungan antara pengkondisian lingkungan fisik dan non fisik (mental) tersebut secara
optimal, maka akan menghasilkan suatu kehidupan sekolah yang berbudaya, yaitu
kehidupan dengan nilai-nilai dan keyakinan yang dapat dimanifestasikan dalam belajar
(bagi peserta didik), mengajar (bagi pendidik), pelayan (bagi pengelola pendidikan), dan
lainnya untuk secara ikhlas dan bertanggungjawab terhadap kesuksesan pendidikan.
B. Kultur belajar
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kultur atau budaya belajar di sekolah, merupakan
nilai dan keyakinan belajar yang ada di sekolah untuk dipergunakan sebagai suatu
perilaku belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan nilai jaminan yang akan
mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan yang belajar dalam kehidupan sosial,
ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Di sini diperlukan adanya suatu prasyarat
yang mendukung untuk terciptanya kehidupan atmosfer akademik di sekolah. Beberapa
hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum mengkondisikan suatu keadaan
menjadi atmosfer akademik adalah: (a) kebiasaan ketika belajar di sekolah dasar, di
rumah, keluarga, kondisi masyarakat asal, keyakinan/agama, strata sosial, faktor
ekonomi, kondisi fisik, dan lainnya; (b) kondisi fisik lingkungan sekolah; (c) sumber daya
sekolah; (d) karakteristik layanan sekolah; (e) kepemimpinan dan manajemen sekolah;
(f) dukungan pihak terkait; (g) peluang masa depan lulusan; (h) dan sebagainya yang
secara faktual berpengaruh langsung terhadap kehidupan akademik sekolah sekarang
ini. Selanjutnya sekolah melakukan suatu kajian terhadap semua itu yang secara
metodologis dapat dibenarkan untuk menghasilkan suatu simpulan-simpulan penting
sebelum membuat program dan kegiatan yang mendukung terciptanya kultur belajar
dan mengajar yang baik dan menjadi perilaku kebiasaan.
Penciptaan masyarakat sekolah sebagai masyarakat belajar bukanlah suatu hal yang
dengan cepat dalam waktu singkat dapat mudah direalisasi. Hasil ini memerlukan suatu
proses panjang dan memerlukan komitmen dan konsistensi kebijakan atau
kebersamaan. Masyarakat atau warga belajar adalah suatu kelompok warga/masyarakat
yang selalu berprinsip ”tiada hari tanpa belajar”, ”waktu adalah ilmu”, dan sebagainya.
Untuk memberikan kesempatan dan mengkondisikan semua itu, maka sekolah harus
melakukan upaya-upaya pengkondisian warga sekolah itu sendiri agar mau belajar tanpa
ada batas karena waktu, mau belajar tanpa batas karena sarana prasarana, belajar tanpa
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 130
tergantung pihak lain, yaitu mau belajar karena keyakinan bahwa sebagai suatu
keharusan dan kebutuhan dirinya masing-masing atas dasar kesadaran yang tinggi.
Beberapa program dan kegiatan yang dapat mendukung terciptanya kultur belajar
(sekaligus mengajar) di sekolah antara lain melalui: (a) pendampingan atau asistensi, (b)
bimbingan terprogram, (c) regulasi layanan prima dan optimal, (d) penugasan
terprogram ataupun tidak terprogram (mandiri/tidak terstruktur), (e) unjuk prestasi, (f)
lomba akademik, (g) pemberdayaan pemangku kepentingan yang bersifat akademik, (h)
dan program lain sesuai kondisi sekolah. Semuanya itu sangat memerlukan adanya
dukungan semua sumber daya sekolah secara penuh bahwa kehidupan belajar di
sekolah adalah ua puluh empat jam.
Keberhasilan pengkondisian kultur belajar tersebut pad akhirnya peserta didik akan
menjadi pusat segalanya oleh sekolah untuk diberdayakan sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dengan standar tertentu oleh sekolah. Segala metode dan strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru/sekolah dapat dioptimalkan dengan kondisi ini.
Sikap dan perilaku profesionalisme semua warga sekolah dapat diwujudkan. Sehingga
peseta didik selalu memiliki optimism tinggi terhadap keberhasilannya, dan juga
berdampak kepada wujud kehidupan antar pribadi yang saling menghargai, peka
terhadap kejadian, dan respek terhadap fenomena social yang disemangati oleh jiwa
kekeluargaan dan saling membutuhkan.
C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan
Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, dituntut mampu untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi unggul, baik dalam bidang akademik maupun non
akademik. Oleh karena itu penting untuk diciptakan suatu kondisi yang tidak hanya
sebagai suatu symbol, akan tetapi benar-benar menjadi suatu perilaku warga sekolah
yang merupakan suatu nilai atau keyakinan bahwa keunggulan kompetitif tersebut
hanya bias diperoleh apabila terdapat jiwa kompetitif, kolaboratif, dan entrepreneurship
(kewirausahaan).
Kompetitif merupakan jiwa dan semangat untuk menang, unggul, lebih dari yang lain,
dan tidak mau dikalahkan. Kolaboratif pada dasarnya merupakan sarana untuk
berkembang yang pada aspek tertentu tidak bias hanya berjuang sendiri dalam upaya
memperoleh keunggulan, kelebihan, dan keberhasilan. Kewirausahaan merupakan jiwa
mandiri tanpa tergantung orang lain, kemampuan manajerial usaha, dan kemampuan
tentang “core” atau bidang usaha itu sendiri. Orang yang memiliki kompetensi
kewirausahaan adalah secara oromatis memiliki jiwa kompetisi tinggi dan mampu
memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya yang lebih unggul.
1. Kultur kompetitif
Salah satu karakteristik peserta didik SBI adalah memiliki keunggulan kecerdasan,
baik kecerdasan spiritual, akademik, social, dan kecerdasan lainnya. Penggarapan
anak yang cerdas ini memerlukan suatu kondisi yang tepat dan memadai.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 131
Pembelajaran bagi anak cerdas juga menuntut layanan yang prima, cepat, tepat, dan
terdapat “kebebasan” yang diberikan dalam kerangka mengembangkan potensinya.
Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang
mampu menumbuhkan jiwa dan semangat kompetitif bagi peserta didik. Beberapa
program dan kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: (a) lomba karya tulis ilmiah,
(b) lomba karya tulis non ilmiah, (c) lomba karya kreatif peserta didik, (c) lomba
penelitian sederhana, (d) lomba keagamaan, (e) lomba bidang social kerakyatan, (f)
lomba-lomba lainnya, (g) debat akademik, (h) debat keagamaan, kesosialan,
ekonomi, dll, (i) pengembangan bakat minat, (j) penghargaan prestasi, (k)
penanganan anak khusus, (l) presentasi ajang kreasi, (m) dan sebagainya.
Penanganan dan penciptaan kondisi yang kompetitif bagi anak untuk berprestasi
harus didukung oleh regulasi, sumber daya sekolah, dan suasana lingkungan yang
menantang bagi anak untuk harus berbuat dan melakukan.
2. Kultur kolaboratif
Keberhasilan seseorang tidak akan lepas dari orang lain. Dalam kehidupan
dimanapun (termasuk di sekolah) akan terdapat saling ketergantungan. Sifat
individualis lebih banyak kejelekkannya daripada kebersamaan. Beberapa prinsip
kehidupan tersebut harus ditanamkan kepada peserta didik dan warga sekolah
lainnya agar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dapat diraih dengan
maksimal.Dan sekolah, sebagai suatu kelompok social pendidikan diharapkan
mampu untuk menciptakan suatu kondisi belajar peserta didik untuk memiliki
keyakinan tentang pentingnya saling menghargai, saling membutuhkan, memberi
dan menerima, bersama lebih kuat daripada sendiri, dan sebagainya.
Pengkondisian sekolah yang bernuansa kolaboratif tetap bertujuan untuk
menghasilkan prestasi bagi peserta didik baik akademik maupun non akademik.
Sebagai SBI diuntut mampu untuk menghasilkan prestasi peserta didik yang berdaya
saing tinggi dan berkompetisi tingkat nasional maupun internasional. Sehingga
program-program yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kerangka menumbuhkan
perilaku kolaboratif antara lain: (a) pembentukan organisasi-organisasi intra sekolah,
(b) pembentukan kelompok belajar, (c) penyelenggaraan tutor sebaya, (d)
pembentukan jaringan kerjasama antar kelompok, (d) pembentukan jalinan
kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah, (e) out bond, (f) pelibatan antar warga
sekolah dalam kegiatan-kegiatan, (g) program penanaman kegotongroyongan, (h)
dan sebagainya.
3. Kultur kewirausahaan
Penting untuk diketahui bahwa secara psikologis dan social anak tingkatan SMP
masih dalam taraf belajar, bahkan masih terdapat sekelompok anak SMP yang
cenderung masih berkarakter bermain. Wawasan untuk bekerja dan
bertanggungjawab belum terbentuk secara penuh mengingat usia dan
keremajaannya. Anak usia ini masih sangat tinggi potensi untuk kreatifitas dan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 132
inovasinya. Sehingga potensi untuk dikembangkan dan diberikan muatan jiwa
entrepreneurhip-nya, dalam artian bukan untuk tujuan langsung
bekerja/keterampilan motoriknya. Dalam konteks ini, penting diciptakan suatu
kondisi bagi peserta didik untuk memiliki wawasan, jiwa, dan pandangan akan
pentingnya berwirausaha.
Secara akademik, sekolah memiliki potensi untuk itu semua, sebab dalam
implementasi kurikululmnya antara lain terdapat materi-materi pendukung yang
cukup, seperti: mata pelajaran TIK, PTD, PKH, muatan local, Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal, keterampilan, dan materi lain yang juga mendukung dalam bidang
sains dan teknologi lainnya. Dari sisi SDM, terdapat berbagai keahlian pendidik dan
tenaga kependidikan yang apabila dioptimalkan mampu sebagai advisor atau tenaga
ahli dalam bidangnya masing-masing untuk kepentingan penanaman jiwa wirausaha
ini. Sumber daya fasilitas juga memadai. Jalinan kerjasama dengan para pemangku
kepentingan juga ada. Sehingga, dapat diciptakan suatu kondisi sekolah yang
bernuansa kewirausahaan.
Keyakinan dan nilai-nilai kewirausahaan dapat merupakan suatu perilaku di sekolah
yang dikondisikan dengan mendasarkan pada aspek-aspek kreativitas, inovasi, dan
system yang ada. Beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya
menumbuhkembangkan kultur kewirausahaan antara lain: (a) workshop/temu usaha
oleh wirausahawan tulen, (b) program pembelajaran kewirausahaan, (c) magang
kewirausahaan, (d) program karya alternative peserta didik, (e) program konsultasi
usaha, (f) pendirian unit-unit usaha sekolah, (g) bermitra usaha, (h) dan sebagainya.
Semua program ini dipergunakan sebagai “wadah” atau tempat bagi warga sekolah
untuk menyalurkan, membentuk, mengakomodasi, memberikan peluang, dll dalam
melakukan kegiatan-kegiatan usaha di sekolah yang dapat menghasilkan keuntungan
ekonomi maupun non ekonomi.
Khusus untuk sasarannya adalah peserta didik, maka pihak sekolah dapat melakukan
upaya-upaya lain dalam kerangka menciptakan kondisi yang berperilaku wirausaha,
seperti: (a) pelatihan kewirausahaan, (b) pengembangan hasil-hasil pembelajaran
PTD, TIK, Keterampilan, Muatan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL),
dan sebagainya, (c) lomba presentasi proposal bisnis sederhana, (d) pengembangan
kantin kejujuran, (e) pendirian usaha sekolah oleh peserta didik sebagai pengelola,
(f) pemanfaatan dan tindak lanjut karya kreatif dan karya ilmiah peserta didik melalui
unit-unit usaha peserta didik, (g) pembentukan unit Pengembangan Ekonomi Kreatif,
(h) dan sebagainya.
Di samping pengkondisian kultur kewirausahaan yang secara praktis dapat dilakukan
tersebut di atas, maka tidak kalah pentingnya adalah sekolah melakukan upaya-
upaya lain sebagai pelengkap dan pendukung seperti penanaman dan pemahaman
tentang etika bisnis atau etika usaha. Kompetensi ini penting diberikan peserta didik
atau pelaku usaha di sekolah untuk memberikan pemahaman dan penanam moral
akan pentingnya suatu budaya baik tertulis atau tidak tertulis dalam kerangka
mendukung kesuksesan berwirausaha.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 133
Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
atas dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Juga dapat mengembangkan kegiatan-
kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14
bidang yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.
4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.
Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki
keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan
mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani
dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Sejalan dengan perubahan tatanan dunia dan tuntutan zaman, dituntut adanya
peningkatan mutu pendidikan sehingga diharapkan juga terjadi penuntasan wajar
yang bermutu dan bermoral. Dengan kata lain, penuntasan wajar yang bermutu dan
bermoral adalah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat menciptakan
atau mewujudkan insan Indonesia yang cerdas secara komprehensif dan insan
Indonesia yang kompetitif. Oleh karena itu Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
(PBKL) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi penyempurna
(penambah/pelengkap) pendidikan, untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas
secara komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif tersebut, baik melalui
penyelenggaraan Sekolah Potensial/SPM, Sekolah Standar Nasional maupun Sekolah
Bertaraf Internasional.
Hal ini sesuai dengan amanat UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yaitu pasal 50 (5) :
“Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal”. Selanjutnya
lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 14:
(1) “Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan
kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. (2) Pendidikan berbasis
keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan bagian dari
pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran
estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan
kesehatan”. Dengan demikian adalah penting adanya panduan yang memberikan
arahan tentang implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal di sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 134
a. Tujuan PBKL
Adapun tujuan PBKL antara lain adalah:
1) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang keagamaan
2) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang akhlak mulai (budi pekerti)
3) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang kewarganegaraan
4) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang kepribadian
5) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains
6) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang teknologi
7) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang estetika
8) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang jasmani dan olah raga
9) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang kesehatan
10) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dalam bidang lainnya.
b. Pengertian dan Pengembangan Program PBKL
Sebagaimana kita pahami bahwa wilayah kesatuan Repubilk Indonesia kaya dan
terdiri dari beraneka ragam budaya, suku, agama, adat istiadat, bahasa daerah,
dan secara geografis terdiri dari berbagai pulau serta berbagai kondisi kehidupan
masyarakat seperti daerah terpencar, terpencil, terisolir, pinggiran, perkotaan,
dan sebgainya. Kondisi yang beraneka ragam yang dibungkus dalam bhineka
tunggal ika, melahirkan kondisi kehidupan yang beraneka ragam juga.
1) Keragaman potensi
Dengan demikian, terdapat beraneka ragam potensi dan kemampuan
daerah/masyarakat yang sangat mungkin berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain. Di samping dipengaruhi oleh kondisi yang secara alami ada
tersebut, keanekaragaman potensi juga dipengaruhi oleh sumber daya
manusia yang ada. Karena manusia memiliki sifat pembaharu, berubah,
dinamis, dan memiliki tujuan hidup yang lebih baik. Perkembangan dan
kemajuan global juga sangat potensi mempengaruhi terhadap kondisi yang
alami ada, karena pada dasarnya suatu daerah/masyarakat tidak bisa
menutup diri terhadap era globalisasi tersebut. Untuk kondisi yang terakhir
ini, akan mempengaruhi lahirnya potensi-potensi yang baru/berkembang
daripada sebelumnya yang tidak ada/belum berkembang, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan kata lain, suatu
kondisi (potensi) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu potensi karena
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 135
telah ada dan secara alami ada, dan potensi yang “diadakan” atau
dikembangkan karena tuntutan atau pengaruh eksternal.
Berdasarkan pengertian di atas, maka secara umum dapat dirinci beberapa
kondisi (potensi) pada suatu daerah atau masyarakat, diantaranya dapat
dikelompokkan dalam:
• Potensi keagamaan dan akhlak mulia
• Potensi kewarganegaraan dan kepribadian
• Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi
• Potensi estetika dan seni budaya
• Potensi jasmani, olah raga dan kesehatan
• Potensi lingkungan
• Potensi lainnya.
2) Potensi lokal
Di atas telah dijelaskan tentang pengertian potensi, keanekaragaman potensi,
dan ciri-ciri umum potensi yang unggul. Untuk pengertian “lokal”, dalam
pembahasan ini dimaksudkan adalah suatu kondisi lingkungan tertentu atau
wilayah dengan batas-batas tertentu atau suatu daerah tertentu. Pengertian
lokal ditinjau dari sudut pandang lingkungan tertentu, maka dapat termasuk
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lainnya yang secara
kelembagaan memiliki sistem organisasi dan jaringan yang terstruktur atau
tersistem yang secara yuridis diakui keberadaannya. Sedangkan pengertian
lokal ditinjau dari sudut pandang geografis atau peta wilayah, maka dapat
dimaknai lokal adalah suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi yang semuanya itu merupakan bagian dari keseluruhan wilayah
nasional suatu bangsa.
Dengan demikian, suatu potensi lokal yang ada dalam ranah “lingkungan”
dapat sekaligus juga bisa merupakan potensi dalam ranah kewilayahan.
Sebagai contoh, potensi lokal yang ada dalam lingkungan sekolah, dimana
sekolah tersebut berada dalam suatu wilayah tertentu, maka potensi tersebut
dapat juga disebut sebagai potensi lokal pada suatu sekolah di wilayah yang
bersangkutan. Dan untuk kepentingan disini, maka yang dimaksud dengan
“potensi lokal” adalah potensi yang ada di suatu sekolah dan sekaligus juga
berada dalam suatu wilayah tertentu (misalnya potensi lokal di sekolah “x”
dalam kabupaten/kota “y”).
3) Karakteristik umum keunggulan
Secara alami, potensi-potensi suatu daerah atau masyarakat ada yang
bersifat kurang/tidak potensial, potensial (biasa saja), dan sangat potensial.
Berdasarkan kriteria tertentu, dikatakan kurang/tidak potensial apabila suatu
kondisi yang susah/tidak memungkinkan untuk bisa dikembangkan; dikatakan
potensial apabila suatu kondisi yang bisa atau memiliki banyak kemungkinan
dapat dikembangkan; sedangkan suatu kondisi disebut sangat potensial
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 136
apabila kondisi tersebut mudah dikembangkan, banyak dukungan,
prospeknya sangat bagus/banyak keuntungan, dan memiliki keunggulan
tertentu yang jarang atau tidak dimiliki oleh daerah lain.
Secara umum, suatu kondisi (potensi) dikatakan unggul apabila memiliki ciri-
ciri antara lain:
• memiliki nilai lebih;
• memiliki daya tarik banyak orang;
• bermanfaat lebih untuk kehidupan;
• dengan kelebihan tertentu, tidak setiap daerah/masyarakat memiliki;
• mudah dikembangkan menjadi nilai lebih;
• minimal dampak negatifnya apabila dikembangkan;
• hasilnya dapat dicapai dengan prestasi maksimal;
• mampu memberikan manfaat dalam berbagai bidang (pendidikan,
ekonomi, sosial, pribadi, budi pekerti/akhlak mulia, IPTEK, keagamaan,
dan sebagainya);
• diakui oleh masyarakat lain (lokal, nasional, atau internasional).
4) Potensi keunggulan lokal
Dalam kerangka tanggung jawab secara moral dan material, maka berbagai
potensi (terlebih yang unggul) wajib dikembangkan, dilestarikan, dan bahkan
mungkin mampu berprestasi baik tingkat lokal, nasional ataupun mungkin
internasional melalui berbagai cara, strategi atau lainnya dan salah satunya
adalah melalui pendidikan. Karena pada dasarnya Tuhan telah membentuk
umatnya dengan berbeda-beda kondisi agar manusia saling menghargai,
damai, gotong royong, rukun, dan mau untuk merubah kodrat melalui upaya-
upaya sesuai kehendak-Nya. Anugerah tersebut memiliki berbagai potensi
yang dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat nantinya.
Dengan kata lain, potensi yang diterima umat manusia harus disyukuri dan
dioptimalkan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri yaitu melalui
pendidikan.
Seperti dijelaskan di atas bahwa keanekaragaman potensi daerah bisa secara
alami atau memang mengembangkan sesuatu sehingga menjadi potensi.
Variasi potensi daerah sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu faktor
geografi, demografi, agama, budaya, sosial, lingkungan, perkembangan IPTEK,
dan sebagainya. Dengan demikian lebih lanjut akan sangat memungkinkan
terjadi variasi potensi yang tinggi pula. Maksudnya, makin banyak atau makin
aneka ragam yang mempengaruhi atau menentukan potensi daerah, maka
akan makin banyak jenis potensi pada suatu daerah.
Meskipun demikian, suatu potensi lokal belum tentu semuanya memiliki
karakteristik sebagai sesuatu potensi yang unggul sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya. Penentuan potensi keunggulan lokal atau disebut
potensi lokal yang unggul harus memenuhi berbagai kriteria tersebut, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ini dijelaskan tentang potensi
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 137
keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul ditinjau dari berbagai
kelompok potensi.
a) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada
suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang keagamaan dan akhlak mulia.
Misalnya: pendalaman, pengkajian, dan pengamalan keagamaan serta
pembinaan, pengembangan, dan pembentukan manusia yang akhlaqul
karimah.
b) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada
suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang kewarganegaraan dan
kepribadian. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, dan
pengamalan Pancasila (dalam implementasinya dapat merujuk kepada
pengamalan eka prasetya panca karsa dan atau butir-butir Pancasila).
c) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada
suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang estetika, seni dan budaya.
Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, apresiasi, diversifikasi,
kreasi, dan pelestarian berbagai seni dan budaya daerah.
d) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada
suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, penelitian,
diversifikasi, refleksi, dan penerapan dalam kehidupan ataupun untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi itu sendiri. Potensi
keunggulan lokal yang termasuk dalam bidang ini adalah sangat luas, yaitu
dapat dijelaskan dari aspek geografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain.
e) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada
suatu wilayah tertentu yang secara geografis berbeda (misalnya wilayah
pernanian atau perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan,
industri, kelautan, pegunungan, perkotaan, dan sebagainya), maka akan
melahirkan suatu potensi keunggulan lokal yang berbeda pula.
Misalnya:
• potensi keunggulan lokal daerah pertanian atau perkebunan dapat
melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi
tentang: agropolitan pertanian, budi daya pertanian/tanaman hias,
penelitian dan pengembangan benih dan varitas pertanian, dan
sebagainya.
• Suatu potensi keunggulan lokal daerah peternakan dapat melahirkan
suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi
daya berbagai ternak (burung walet, sapi, kambing, dan sebagainya),
pengembangan fasilitas budi daya ternak, penelitian, dan sebagainya.
• Suatu potensi keunggulan lokal daerah perikanan dapat melahirkan
suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi
daya perikanan dari berbagai jenis ikan, penelitian dan pengembangan
bibit ikan, pengembangan fasilitas budi daya, pengembangan pakan,
pengembangan atau pemanfaatan hasil, dan sebagainya.
• Suatu potensi keunggulan lokal daerah pertambangan (tambang emas,
batu bara, timah, mangan, dan lain-lain) dapat melahirkan suatu
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 138
potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau
cara penambangan, fasilitas penambangan, penelitian jenis tambang,
pelestarian lingkungan pertambangan, dan sebagainya.
• Suatu potensi keunggulan lokal daerah kelautan (nelayan) dapat
melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi
tentang: teknik atau cara menangkap ikan, pengembangan fasilitas
nelayan, budi daya ikan tambak, penelitian, pelestarian lingkungan
pantai, dan sebagainya.
• Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah
pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang jasmani, olah raga
dan kesehatan. Misalnya: pembinaan, pendalaman, apresiasi, kreasi,
dan pengamalan untuk berprestasi maupun untuk diterapkan dalam
kehidupan.
5) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
Sebagaimana dijelaskan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa keunggulan lokal adalah
suatu potensi lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah
kabupaten, kota atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula.
Karakteristik tersebut baik ditinjau secara umum maupun atas dasar
pengelompokannya. Sedangkan pengertian “berbasis” lebih kepada makna
“yang didasarkan atas” atau “bertumpu kepada” sesuatu.
Dengan demikian, makna dari “Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal” adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara yang didasarkan atas suatu potensi dari
lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah kabupaten, kota
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 139
atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula sebagai sesuatu
yang unggul.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ini diselenggarakan secara
formal pada jenjang pendidikan SMP untuk melengkapi dan atau
menambahkan dari jenis pendidikan lainnya yaitu non formal maupun
informal. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi suatu sekolah atau wilayah
tertentu juga telah mengembangkan kedua jenis pendidikan tersebut yang
juga berbasis pada keunggulan lokal. Dalam PBKL juga diharapkan juga
mampu berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional melalui potensi lokal yang
unggul.
Walaupun jenis pendidikan ini adalah suatu pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal, namun secara substansi (yang selanjutnya dikembangkan
dalam kurikulum, program, dan atau kegiatan) PBKL tetap harus
memperhatikan tentang: peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak
mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman
potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan
nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah suatu bentuk pendidikan yang
dapat diselenggarakan oleh jenis dan jenjang sekolah apapun, baik pada
sekolah potensial/standar pelayanan minimal, sekolah standar nasional,
rintisan sekolah bertaraf internasional maupun sekolah bertaraf
internasional. Pendidikan berbasis keunggulan lokal bagi SMP atau yang
sederajad dapat diselenggarakan baik secara terpisah maupun terintegrasi
dalam mata pelajaran-mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Catatan:
Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas
dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Penyelenggaraan PBKL dapat mengacu
kepada Buku Panduan Penyelenggaraan PBKL yang disusun tersendiri.
5. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sekolah
Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma
membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang
memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 140
secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu
(1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2)
kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk
menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan
keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
a. Tujuan
Secara umum tujuan diadakannya Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah untuk
melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi berdasarkan pada
kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan
daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Adapun secara khusus tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan yang
berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif antara lain adalah:
1) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik melalui
pendidikan dan pelatihan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi
Kreatif untuk membentuk jiwa dan pribadi yang kreatif, inovatif, wirausaha,
dan mandiri sesuai dengan jenjang pendidikan dasar (SMP)
2) Mengembangkan kelembagaan sekolah yang berorientasi kepada
Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)
3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi sekolah yang berorientasi
kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)
4) Meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM sekolah yang berorientasi
kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)
5) Meningkatkan dan mengembangkan jalinan kerjasama atau kemitraan yang
berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan
dasar (SMP)
6) Meningkatkan dan mengembangkan potensi (sumber daya) lingkungan
sekolah (internal dan eksternal) yang berorientasi kepada Pengembangan
Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)
7) Mengembangkan kurikulum SMP dalam bidang: keimanan, ketaqwaan,
kepribadian, budi pekerti, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan
olahraga, yang mendukung kepada pemenuhan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif
8) Mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi
Kreatif, baik secara terintegrasi maupun terpisah dalam penyelenggaraannya
9) Meningkatkan pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan dan
pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 141
10) Menciptakan wadah kreativitas dan kewirausahaan bagi warga sekolah dan
stakeholder dalam kerangka pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada
Pengembangan Ekonomi Kreatif
b. Pengertian ekonomi kreatif dalam system pendidikan
Sebagaimana telah dipahami bahwa prinsip ekonomi adalah suatu usaha dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya (profit ekonomi). Dengan demikian ekonomi kreatif adalah
suatu bentuk pengembangan, penciptaan, penemuan, pendalaman, modifikasi,
adaptasi, adopsi, dan lainnya oleh individu atau kelompok terhadap sesuatu
aspek-aspek pendidikan (input) yang akan bernilai atau memberi keuntungan
uang, kesejahteraan, kebutuhan primer manusia, dan sejenisnya. Sikap dan
perbuatan untuk mencapai keuntungan ekonomi tersebut dapat dilakukan oleh
SDM yang memiliki jiwa entrepreneur, yaitu SDM yang kreatif, inovatif, berani
mengambil resiko, memiliki daya cipta, karsa serta karakteristik lainnya seperti
dijelaskan sebelumnya.
Implikasinya dalam dunia pendidikan antara lain bahwa dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan dapat berorientasi pada hasil dan keuntungan
ekonomi, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (rate of
return), dengan melalui berbagai kreativitas dalam fungsi, manajemen, dan tata
kelola pendidikan.
c. Pengertian dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK)
Berdasarkan pada uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa
Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) adalah suatu upaya-upaya yang dilakukan
oleh satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan, dengan berbagai
pendekatan kreatif dan inovatif yang dijiwai semangat entrepreneurship untuk
menciptakan sesuatu atau mengembangkan sesuatu, sehingga pada gilirannya
dapat dihasilkan suatu keuntungan ekonomi. Dengan kata lain bahwa
Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah pengembangan kegiatan ekonomi
berdasarkan pada kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk
menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan
berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia (Inpres No 6 Tahun
2009).
Dalam PEK di suatu sekolah, maka bidang-bidang yang dikembangkan diletakkan
pada suatu asumsi system pendidikan yang menuju pada system “perusahaan”,
yang mencerminkan indicator-indikator untuk menghasilkan dan mencapai
tujuan pendidikan yang bercirikan keuntungan ekonomi. Sistem yang
dimaksudkan di sini adalah terdiri dari komponen input-proses dan output.
Masing-masing komponen tersebut selanjutnya dikembangkan, dimana untuk
tiap aspek dari komponen input dikembangkan menjadi proses kreatif yang akan
dipergunakan untuk mengolah input, untuk menghasilkan sesuatu yang
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 142
bercirikan keuntungan (output) ekonomi. Maksudnya bahwa dalam PEK ini suatu
system pendidikan atau persekolahan dikreate sedemikian rupa dari tiap aspek
input pendidikan untuk menghasilkan ketuntungan-keuntungan
(output/outcome/dampak/impact) yang diproses secara kreatif.
Dalam pengembangan ekonomi kreatif ini akan memiliki perbedaan yang
mendasar antara lembaga pendidikan tingkat dasar dengan tingkat menengah
dan bahkan perguruan tinggi. Pada pendidikan dasar lebih mengutamakan PEK
yang membekali peserta didik kepada muatan/penguatan kompetensi dasar
untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat anak sesuai tingkat
perkembangan remaja. Dalam hal ini bisnis oriented belum menjadi tujuan
utama. Labih meletakkan fondasi kreativitas, kemandirian, wawasan, gagasan,
ide, dan sebagainya dalam bentuk pengamatan, replica, model, apresiasi, dan
sejenisnya yang mengarah kepada keuntungan ekonomi jangka panjang (rate of
return bidang ekonomi). Pada pendidikan menengah sudah meningkat kepada
pembentukan pribadi yang entrepreneur (penanaman jiwa wirausaha,
manajemen dasar usaha, dan inti bisnis atau usaha), untuk diwujudkan dalam
praktik usaha sederhana dengan keuntungan ekonomi. Sedangkan PEK pada
perguruan tinggi sudah membentuk calon-calon wirausaha handal/tulen melalui
pengembangan pendidikan dan pelatihan yang professional. Kemudian secara
substansi aspek-aspek pokok yang dapat dilakukan dalam PEK ditinjau dari
sekolah sebagai system antara lain adalah:
1) Bidang SKL dan kurikulum, aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam PEK
antara lain memuat: kompetensi aspek kepribadian, pengetahuan, biologi,
fisika, kimia, perkebunan/tanaman, kerajinan, kesenian, estetika, olah
raga/kesehatan, dll yang bersifat ekonomi/bisnis.
2) Bidang kelembagaan: struktur organisasi, bentuk badan hukum, perijinan,
kerjasama, dll yang mewadahi dan mendukung kegiatan diklat atau upaya
yang bersifat bisnis/ekonomi.
3) Bidang sarpras: memberdayakan yang ada, menciptakan berbagai
peralatan/teknologi, modifikasi sarpras yang ada, menyewakan, dll baik
untuk sarana diklat, produksi, konsumsi, rumah tangga, pertanian,
transportasi, lingkungan, dll yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.
4) Bidang manajemen: system POAC (Planing-Organizing-Actuating-Controlling),
PDCA (Plan-Do-Check-Action), Just in Time, organisasi, administrasi,
perencanaan usaha, melaksanakan usaha, patok duga, studi kelayakan,
analisis SWOT, pemasaran, pengembangan/RD, analisis usaha, BEP,
pelaporan/pembukuan, SIM, dll yang dapat dipergunakan untuk mengelola
usaha professional.
5) Bidang SDM: kuantitas, kualitas/kompetensi, kualifikasi, pengalaman, bidang
kemampuan/keahlian, pembinaan, rekruitmen, penghargaan, hukuman, dll
yang mendukung penanganan usaha atau mewirausahakan birokrasi.
6) Bidang pendanaan: model swadaya, model kredit usaha, model saham,
analisa biaya, efisiensi biaya, dll yang dipergunakan untuk kecukupan usaha.
7) Bidang jaringan usaha: komunikasi bisnis, pengembangan relasi,
pembentukan jaringan, pembentukan kerjasama, pertukaran informasi,
pengembangan substansi, dll untuk mendukung usaha.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 143
8) Bidang diklat: penerapan link and match, penerapan pola magang, penerapan
buka-tutup, penerapan penelitian/observasi/eksperimen/unjuk
kerja/refleksi/model proyek, dll untuk menghasilkan produk/keluaran yang
bersifat ekonomik, pedagodik, akademik, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa PEK adalah suatu
system yang dilaksanakan atas dasar system yang telah ada dan dikembangkan
menjadi system yang berosientasi pada pencapaian keuntungan ekonomi
(“perusahaan”), melalui pengembangan fungsi-fungsi sekolah dan manajemen
usaha yang dilakukan secara kreatif dan bertanggungjawab untuk menuju
kemandirian sekolah, masyarakat, dan bangsa atas keberhasilan menciptakan
SDM yang berwirausaha
Catatan:
Sekolah dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif
berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat dikembangkan
menjadi ekonomi kreatif. Pengembangan Ekonomi Kreatif oleh sekolah dapat mengacu
kepada Buku Panduan Pengembangan Ekonomi Kreatif yang disusun tersendiri.
D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG)
Bagi sekolah yang dikembangkan untuk menjadi SBI atau yang telah menjadi SBI
terdapat media khusus untuk mengembangkan kultur keunggulan global ini, yaitu
Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) dan sebagai pendukungnya antara lain
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PP No 19/2005 dan PP No 38/2007). Pendidikan
Berbasis Keunggulan Global (PBKG) di sini dimaksudkan adalah suatu bentuk pendidikan
dan pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi wawasan
global, pengetahuan dan sikap yang mencerminkan kehidupan dan pergaulan antar
bangsa, dalam menghargai (toleransi) agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit,
budaya, nilai, norma, dan lainnya dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. Melalui
pendidikan ini diharapkan dalam lingkungan sekolah dapat menjadikan suatu perilaku
warga sekolah yang membudaya (menjadi kebiasaan) untuk mampu bersikap atau
berbuat yang mencerminkan kehidupan mendunia.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) adalah suatu bentuk pendidikan yang
memenuhi unsur-unsur “pendidikan” dengan muatan-muatan yang didasarkan atas
keunggulan-keunggulan tertentu dan bersifat internasional (global). Suatu muatan atau
potensi disebut memiliki keunggulan global antara lain bercirikan: (a) berguna untuk
kehidupan di tingkat internasional, (b) semua negara memiliki potensi tersebut, (c)
dapat dikompetisikan tingkat internasional, (d) berlaku universal, (e) dan sebagainya.
1. Tujuan
Tujuan diselenggarakannya program-program atau kegiatan yang berbasis pada
keunggulan global ini antara lain:
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 144
a. Menghasilkan peserta didik yang bermartabat dan memiliki kompetensi untuk
menghargai perbedaan dari orang lain/masyarakat/bangsa lain terhadap
agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan
lainnya dalam kerangka membangun kerukunan hidup di dunia.
b. Menciptakan kehidupan kampus sekolah yang bercirikan “budaya” nasional
dan internasional, baik dalam berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari bagi
warga sekolah.
2. Program/kegiatan
Berdasarkan pemahaman di atas, maka bagi sekolah adalah menjadi sangat penting
untuk menciptakan atau mengkondisikan suatu keadaan sekolah yang mampu
menjadikan peserta didik dan pendidik atau warga sekolah lain untuk
“berkehidupan” atau pembelajaran yang ada di sekolah bercirikan keunggulan
global, diantaranya melalui program atau kegiatan:
a. kajian/pembelajaran tentang: suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit,
budaya, nilai, norma, dan lainnya dari negara lain
b. student camp dengan sekolah dalam dan atau luar negeri
c. english day bagi warga sekolah
d. debat bahasa inggris antar sekolah dalam dan atau luar negeri
e. LKIR/S berbahasa inggris tingkat nasional/regional
f. magang guru ke sekolah internasional (dalam atau luar negeri)
g. pertukaran pelajar dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)
h. teleconference dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)
i. interaksi dengan jasa internet dalam bermitra dengan sekolah internasional
(dalam atau luar negeri)
j. unjuk kreasi budaya nasional ke ajang internasional
k. upacara berbaha inggris
l. kegiatan sekolah berbahasa inggris
m. dan sebagainya.
Dengan melalui berbagai aktivitas ini diharapkan sekolah benar-benar mampu
mencerminkan sebagai sekolah yang (bertaraf) internasional.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 145
BAB VII
PENANAMAN KARAKTER PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
A. Pengertian karakter dan pendidikan karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”;
sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008) bahwa karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku
jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek, sebaliknya adalah orang yang
perilakuknya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya (kapasitas
intelektual) yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis,
kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu,
sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji,
adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras,
tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis),
sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang
terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Itulah karakter individu yang mulia yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga
aspek tersebut sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan
perilaku). Dengan demikian, individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang
yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi
dan motivasinya (perasanaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan maupun keinternasionalan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Untuk itu, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
“the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character
development”. Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan karakter di sekolah, maka semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan
(the quality of relationships), penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 146
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping
itu, pendidikan dalam artian penanaman karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga
sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan (termasuk pendidikan karakter di
sekolah) harus berkarakter sebagaimana dijelaskan di atas.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai
moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agaman yang juga disebut sebagai
“the golden rule”. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak
dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai
karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan
isinya); tanggung jawab; jujur; hormat dan santun; kasih sayang, peduli, dan kerjasama;
percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan;
baik dan rendah hati; serta toleransi, cinta damai, dan persatuan. Selain, pendapat lain
mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya; rasa hormat
dan perhatian; peduli; jujur; tanggung jawab; kewarganegaraan; ketulusan; berani;
tekun; disiplin; visioner; adil; dan integritas. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang
selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang
bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
lingkungan sekolah itu sendiri.
B. Pengembangan Karakter di RSBI
Pengembangan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan
stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di
sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-
anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik, maka
anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Pendidikan karakter yang efektif apabila di sekolah terjadi semua peserta didik dan warga
sekolah lainnya menunjukkan potensi mereka untuk menjadi insan kamil dan mencapai
tujuan hidup yang mulia. Dalam hal ini, masyarakat juga berperan membentuk karakter
anak melalui orang tua dan lingkungannya untuk membentuk karakter sosialnya.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan
(habit), sehingga karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Sebab seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya itu kalau tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan
tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian
diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu
moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan
emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal-hal ini diperlukan
agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan
tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan
(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 147
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif
adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral
(knowing moral values), penentuan sudut pandang (perpective taking), logika moral
(moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri
(self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk
menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang
harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya
diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran
(loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral
action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari
dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang
dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter
yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Dengan
demikian, pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan
nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik
terhadap terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta
dunia internasional (lihat Gambar 1).
Gambar 25. Keterkaitan komponen moral dalam pembentukan karakter
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa
tersebut secara sadar mengharagi pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin
saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena
tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu
dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk
mengharagi nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter
diperlukan juga aspek perasaan (domein affection atau emosi). Komponen ini dalam
pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat
kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja
aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 148
the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua
manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan
demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni
mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata
lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk
karakter yang baik atau unggul/tangguh.
Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah telah menetapkan lulusan SMP memiliki
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu penanaman karakter
lulusan tersebut telah ditegaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan SMP yang mengandung 22
rumusan karakter lulusan, dimana tiap rumusan karakter tersebut mengandung nilai-nilai
kepribadian/budi pekerti/perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia,
diri sendiri, dan lingkungan, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Rumusan, nilai-nilai, dan keterkaitan karakter pada kompetensi lulusan SMP
yang di dalamnya mengandung komponen moral pengetahuan, sikap atau
emosi, dan tindakan
No. Rusumusan Karakter pada Komponen
SKL
Nilai-nilai karakter
dalam perilaku
Kaitan Karakter
dan tujuan
1. Mengamalkan ajaran agama yang
dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja
Bertakwa Tuhan
2. Memahami kekurangan dan kelebihan
diri sendiri
Reflektif Diri sendiri
3. Menunjukkan sikap percaya diri Percaya diri Diri sendiri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang
berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas
Taat, nasionalisme,
internasionalisme
Sesama manusia,
kebangsaan,
keinternasionalan
5. Menghargai keberagaman agama,
budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
Toleran,
nasionalisme,
internasionalisme
Sesama manusia,
kebangsaan,
keinternasionalan
6. Mencari dan menerapkan informasi
dari lingkungan sekitar dan
sumbersumber lain secara logis, kritis,
dan kreatif
Logis, kritis, analitis,
kreatif
Diri sendiri
7. Menunjukkan kemampuan berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif
logis, kritis, kreatif
dan Inovatif
Diri sendiri
8. Menunjukkan kemampuan belajar
secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
Cerdas, mandiri Diri sendiri
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 149
9. Menunjukkan kemampuan
menganalisis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
Analitis, cerdas,
kreatif, inovatif
Diri sendiri
10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial Peka (sensitif),
nasionalisme,
internasionalisme
Lingkungan,
kebangsaan,
keinternasionalan
11. Memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab
Bertanggung jawab,
kreatif, inovatif
Lingkungan,
kebangsaan
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan
dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi
terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Kebersamaan
(kooperatif) dan
demokratis,
nasionalisme
Sesama manusia,
kebangsaan
13. Menghargai karya seni dan budaya
nasional
Apresiatif,
nasionalisme
Sesama manusia,
kebangsaan
14. Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya
Apresiatif Sesama manusia
15. Menerapkan hidup bersih, sehat,
bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang
Hidup sehat Diri sendiri
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan santun
Santun Sesama manusia
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan
orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
Bertanggung jawab ,
nasionalisme,
internasionalisme
Diri sendiri dan
Sesama manusia,
kebangsaan,
keinternasionalan
18. Menghargai adanya perbedaan
pendapat
Toleran Sesama manusia
19. Menunjukkan kegemaran membaca
dan menulis naskah pendek sederhana
Ingin tahu Diri sendiri
20. Menunjukkan keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris sederhana
nasionalisme,
internasionalisme
Diri sendiri,
kebangsaan,
keinternasionalan
21. Menguasai pengetahuan yang
diperlukan untuk mengikuti
pendidikan menengah
Nasionalisme,
internasionalisme
Diri sendiri,
kebangsaan,
keinternasionalan
22. Memiliki jiwa kewirausahaan Nasionalisme,
internasionalisme
Diri sendiri,
kebangsaan,
keinternasionalan
Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa lulusan SMP secara ideal akan memiliki
kompetensi karakter yang lengkap yaitu nilai-nilai perilaku yang dapat digolongkan dalam
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 150
enam kelompok yaitu terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
sekitarnya, kebangsaan, dan keinternasionalan, yaitu:
a. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap Tuhan, meliputi: bertaqwa.
b. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri, meliputi: reflektif,
percaya diri, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, dan jiwa wirausaha serta kompeten di bidangnya.
c. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap masyarakat/sesama manusia,
meliputi: taat peraturan, toleran, kebersamaan (kooperatif), demokratis,
apresiatif, santun, bertanggung jawab.
d. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, meliputi: peka/peduli
dan bertanggung jawab terhadap pelestarian tumbuhan, binatang, dan
lingkungan alam sekita; peduli dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan
tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar;, dan peduli dan bertanggung
jawab terhadap pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar
e. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap kebangsaan adalah: taat
peraturan, toleran, peduli, kebersamaan (kooperatif), demokratis, apresiatif,
santun, bertanggung jawab, konstruktif, nasionalisme, berwawasan
kebangsaan, loyalitas, komitmen, rela berkorban, cinta tanah air, bela
negara, dan nilai-nilai perilaku manusia lain yang relevan terhadap Tuhan
YME, diri sendiri, sesama, dan lingkungan
f. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap keinternasionalan adalah:
toleransi, demokratis, kebersamaan, taat peraturan, dan nilai-nilai lain yang
relevan dari perilaku manusia terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, dan
lingkungan serta kebangsaan.
Dengan demikian lulusan SMP tidak hanya memiliki kompetensi yang bersifat
pengetahuan saja (terlebih hanya diukur dengan Nilai Ujian Nasional), akan tetapi
memiliki kompetensi yang secara akumulasi menjadi sebuah karakter lulusan yang
komprehensif, sebagaimana dikelompokkan ke dalam enam kelompok nilai karakter
di atas. Sekolah dapat menambah, memperkaya, memperdalam dan lainnya tentang
nilai-nilai perilaku peserta didik yang diakumulasikan ke dalam suatu standar
kompetensi lulusan atau dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
atau indikator kompetensi lulusan SMP, sehingga benar-benar lulusan SMP memiliki
karakter yang berdimensi kepada nilai-nilai perilaku kepada Tuhan YME, diri sendiri,
sesama, lingkungan, kebangsaan, dan keinternasionalan secara utuh. Di samping itu,
dalam pengembangan dan penanaman karakter pada RSBI dapat melalui: kurikulum,
pembelajaran, penilaian, ketenagaan, pemberdayaan, pengelolaan, pembinaan
kepesertadidikan, dan lainnya.
1. Implikasi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter
Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 151
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang
baik
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,
dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.
2. Strategi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
insan kamil,atau insan paripurna yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik,
emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual peserta didik secara optimal.
Strategi yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam pendidikan karakter ini antara lain
dengan:
a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu
metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena seluruh dimensi
manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret,
bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning,
contextual teaching and learning, inquiry based learning, integrated learning);
b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conductive learning community)
sehinga peserta didik dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang
memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan
semangat;
c. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good,
dan acting the good;
d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik,
yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan aspek-aspek kecerdasan manusia;
e. Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip developmentally
appropriate practices;
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 152
f. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh
sekolah. Lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya,
hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya;
g. Model atau contoh perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan
yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh
perhatian dan penuh penghargaan dari guru dan interaksinya dengan peserta
didik;
h. Menciptakan peluang bagi peserta didik untuk menjadi aktif dan penuh makna
termasuk dalam kehidupan di kelas dan di sekolah. Sekolah harus menjadi
lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi peserta didik untuk
membuat keputusan dan tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil
tindakannya;
i. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian
terpenting dari peningkatan perkembangan posisitf peserta didik termasuk
pengajaran langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika
orang lain bicara, mengenali dan mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan
menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang mengharagi kebutuhan
(kepentingan) masing-masing;
j. Melibatkan peserta didik dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi
pendidikan anak untuk menjadi prososial, dan moral manusia;
k. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk peserta
didik;
l. Tidak ada peserta didik yang terabaikan. Tolok ukur yang sesungguhnya dari
kesuksesan sekolah termasuk pendidikan untuk semua bagi anak dalam upaya
mewujudkan seluruh potensinya dengan membantu mengembangkan bakat
khusus dan kemampuan mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan
intelektual, etika, dan emosi peserta didik.
Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter ini juga terdiri dari
unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang
akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a)
nilai-nilai perilaku (karakter) kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai
perilaku (karakter), (c) nilai-nilai perilaku (karakter) dalam pembelajaran, (d) nilai-
nilai perilaku (karakter) pendidik dan tenaga kependidikan, dan (e) nilai-nilai perilaku
(karakter) pembinaan kepesertadidikan. Secara grafis dapat dilihat dalam Tabel 4 di
bawah ini.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 153
Tabel 2. Pengelolaan penyelenggaraan pendidikan karakter
a. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama Lingkungan Kebangsaan keinternasionalan
No
Sasaran
Komponen
karakter
Unsur karakter Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
4. Pendidik dan tenaga
kependidikan
Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai
tindakan moral)
b. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan
No
Sasaran
Komponen
karakter
Unsur karakter Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
4. Pendidik dan tenaga
kependidikan
Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai
tindakan moral)
c. Pengendalian penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan
No
Sasaran
Komponen
karakter
Unsur karakter Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
Mo
ral
kn
ow
ing
Mo
ral
fee
lin
g
Mo
ral
act
ion
1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
4. Pendidik dan tenaga
kependidikan
Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma
Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai
tindakan moral)
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 155
BAB VIII
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 telah
diamanatkan tentang keharusan untuk menyelenggarakan, mengelola, dan melakukan
pembinaan terhadap sekolah yang telah memenuhi kriteria SBI pada setiap kabupaten/kota.
Terkait dengan ini, maka kewenangan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan
pembinaan SBI SMP telah juga diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 antara pemerintah
(pusat), pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Demikian
pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa Pemerintah
kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang disiapkan untuk
dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah provinsi. Dalam pasal
24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan yang
diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3) bahwa apabila hal
tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit
1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Ayat
(2) mengatakan Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf
internasional dan/atau memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang
diselenggarakan masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah
kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai
kewenangannya, maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota
karena dengan tujuan tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu
menyelenggarakan, sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal
25).
Direktorat Pembinaan SMP sejak tahun 2007 telah menetapkan beberapa SMP yang
disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) yaitu sebanyak 299 sekolah. Untuk
sementara ini sesuai dengan kewenangannya, pemerintah telah melakukan pembinaan
sebagaimana mestinya beserta pemerintah daerah. Dalam kerangka implementasi dari PP
No 38 Tahun 2007, maka penting untuk segera dilaksanakan serah terima status
penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan sekolah-sekolah tersebut dari pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi. Hal ini juga telah ditegaskan
dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 bahwa pemerintah daerah provinsi menerima
penyerahan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP dari pemerintah
daerah kabupaten/kota.
A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan
Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Pendidikan, bahwa pengertian tentang urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 156
pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi
kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar
tingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan (kecuali
urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
serta agama), yaitu terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan, dan
salah satunya adalah bidang urusan pendidikan. Setiap bidang urusan pemerintahan
terdiri dari sub bidang, dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub bidang, yang
selengkapnya ada dalam lampiran, termasuk bidang urusan pendidikan. Pembagian
urusan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan.
Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya dan urusan pemerintahan tersebut terdiri
atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar, dimana salah satunya adalah:
bidang urusan pendidikan dari jumlah seluruhnya 26 urusan.
Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. Pemerintahan daerah yang
melalaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib,
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang bersangkutan. Sebelum
penyelenggaraan urusan pemerintahan ditangani pemerintah, maka pemerintah
melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu berupa teguran, instruksi,
pemeriksaan, sampai dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang
bersangkutan untuk memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib tersebut.
Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan
urusan wajib dan urusan pilihan, dengan memperhatikan keserasian hubungan
Pemerintah dengan pemerintahan daerah dan antar pemerintahan daerah sebagai satu
kesatuan sistem dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia melibatkan
pemangku kepentingan terkait. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan
berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria tersebut. Urusan
pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
ditetapkan dalam peraturan daerah untuk menjadi dasar penyusunan susunan
organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang
mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait , maka tata
cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 157
Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk
mendukung kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Apabila pemerintahan daerah ternyata
belum juga mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan setelah dilakukan
pembinaan, maka untuk sementara penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah.
Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan urusan pemerintahan apabila
pemerintahan daerah telah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan.
Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran
Peraturan Pemerintah ini secara otomatis menjadi kewenangan provinsi dan urusan
pemerintahan di Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus daerah yang
bersangkutan.
B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI
Dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan RSBI
dan SBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa terdapat pembagian
kewenangan atau urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan RSBI dan SBI.
Demikian pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa
Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang
disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah
provinsi. Dalam pasal 24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan
pendidikan yang diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3)
bahwa apabila hal tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi
menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan
pendidikan bertaraf internasional. Ayat (2) mengatakan Pemerintah provinsi
menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional dan/atau
memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang diselenggarakan
masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah kabupaten/kota
dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai kewenangannya,
maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota karena dengan tujuan
tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu menyelenggarakan,
sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal 25).
Pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan RSBI dan SBI baik yang
diselenggarakan oleh provinsi maupun pemerintah. Pemerintah kabupaten/kota juga
dapat merintis SBI bekerjasama dengan provinsi atas dasar persetujuan pemerintah,
untuk selanjutnya diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah provinsi.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 158
1. Penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI
Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional (SBI)
dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) kepada pemerintah
provinsi. Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan (RSBI dan atau SBI) yang
diserahkan oleh pemerintah kabupaten/kota atau provinsi mendirikan satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi
SBI (RSBI). Dasar penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI ini di samping
Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 juga berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang
Pendanaan Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI adalah
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota (khusus untuk
Sekolah Dasar). Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut terdapat enam (6)
aspek yang menjadi kewenangan baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota, yaitu aspek: kebijakan, pembiayaan, kurikulum, sarana
dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengendalian mutu dalam
penyelenggaraan RSBI/SBI. Secara substansi, apa-apa yang diserahkan dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi pada dasarnya
adalah isi dari setiap aspek dari enam aspek tersebut. Sebelum pelaksanaan serah
terima kewenangan, maka diharapkan terlebih dahulu terselenggara koordinasi dan
musyawarah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota. Koordinasi ini penting dilakukan untuk saling memahami, saling
menyepakati, dan saling mendukung terhadap isi-isi dan mekanisme yang akan
dilakukan dalam diserahterimakan.
Untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang isi tiap aspek dalam
penyerahan kewenangan ini, maka di bawah ini dijelaskan tentang kewenangan
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota secara lebih rinci untuk
tiap aspek tersebut beserta contoh berita acaranya.
I. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
KEBIJAKAN SUB-SUB BIDANG KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN STANDAR DALAM
PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN
SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif
daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar
Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 159
Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah
Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.
2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat provinsi
3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam hal kebijakan operasional dan program
pendidikan antar kabupaten/kota terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP
4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat provinsi sesuai dengan
kewenangan tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP
5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, baik yang dirintis
oleh pemerintah pusat) maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota,
6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan
RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi
7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis penyelenggaraan pendidikan
dasar, khususnya penyelenggaraan RSBI/SBI SMP pada tingkat provinsi dan
mengupayakan tiap kab/kota terselenggara satu buah SMP RSBI atau SBI oleh
provinsi sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan nasional
8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar
khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-
aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam
perencanaan pendidikan daerah provinsi sesuai dengan perencanaan strategis
pendidikan nasional
9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2
sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan
Pemerintah daerah provinsi
10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program
pendidikan antar kabupaten/kota tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP
11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP,
baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing
12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan
RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah
daerah provinsi (format Berita Acara lihat contoh)
13. Melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja
Kunci Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan
(Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP
14. Melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci
Minimal atau IKKM) pada RSBI/SBI SMP
15. Melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,
pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan
pendidikan lintas kabupaten/kota, untuk RSBI/SBI SMP sesuai pedoman yang
ditetapkan pemerintah
16. Melaksanakan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau
disebut RSBI
17. Menyelenggarakan dan/atau mengelola RSBI dan SBI SMP tiap kabupaten/kota
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 160
18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sesuai kewenangannya,
dengan mengacu pada kebijakan, konsep, kriteria, dan standar evaluasi yang
disusun pusat serta berpedoman kepada perangkat instrumen yang disusun
pusat
19. Membantu melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP yang
dilaksanakan oleh pusat
20. Melaksanakan supervise RSBI/SBI SMP yang menjadi kewenangannya dan
membantu pusat dalam melaksanakan hal yang sama
21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada
pemerintah pusat
22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat provinsi,
termasuk RSBI/SBI SMP
23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi
manajemen pendidikan untuk tingkat provinsi
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif
daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar
Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah
Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah
Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.
2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat
kabupaten/kota
3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah
daerah provinsi dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan
terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP
4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat kab/kota sesuai dengan
kewenangan tentang penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP
5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, yang dirintis oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota
6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan
RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi
7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis pendidikan dasar dan
menyiapkan sekolah menjadi RSBI minimal satu SMP sebelum diserahkan
kepada pemerintah daerah provinsi, sesuai dengan kebijakan pendidikan
provinsi dan pusat
8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar
khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-
aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam
perencanaan pendidikan daerah sesuai dengan perencanaan strategis
pendidikan provinsi dan nasional
9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2
sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan
Pemerintah daerah kabupaten/kota
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 161
10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi
dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan tentang
penyelenggaraan RSBI/SBI SMP
11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam
penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP,
baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing
12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (lihat contoh
Berita Acara)
13. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan sosialisasi
pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal/IKKM) dan
pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci
Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP
14. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan pemenuhan
minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM) pada
RSBI/SBI SMP
15. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam membantu pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP, pengembangan tenaga
kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI
SMP sesuai kewenangan dan kemampuan daerah kab/kota sesuai pedoman
pngelolaan dan penyelenggaraan dari provinsi dan pusat
16. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau
disebut RSBI
17. Menyelenggarakan dan atau mengelola RSBI dan SBI Sekolah Dasar dan
membantu penyelenggaraan dan atau pengelolaan RSBI dan SBI SMP sesuai
kemampuan daerah
18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sekolah dasar
19. Membantu menyiapkan RSBI/SBI SMP yang akan dilakukan pemantauan dan
evaluasi oleh provinsi dan/atau pusat
20. Membantu pemerintah daerah provinsi/pusat dalam pelaksanaan supervise
RSBI/SBI SMP
21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada
pemerintah pusat sesuai kewenangannya
22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat
kabupaten/kota, termasuk RSBI dan SBI
23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi
manajemen pendidikan untuk tingkat kabupaten/kota
II. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
PEMBIAYAAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH
DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 162
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional
sesuai kewenangannya, termasuk RSBI dan SBI SMP yang dituangkan dalam
RAPBD provinsi
2. Memberikan biaya investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan
aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai
peraturan perundang-undangan sampai terpenuhi SNP dan IKKT (Indikator
Kinerja Kunci Tambahan) , khususnya bagi RSBI/SBI SMP
3. Memberikan biaya investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi
sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik
dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan
perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP
4. Memberikan biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja
pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya
bagi RSBI/SBI SMP.
5. Memberikan biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja
barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya
bagi RSBI/SBI SMP
6. Memberikan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam
bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan,
khususnya bagi RSBI/SBI SMP
7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran Pemerintah daerah yang
sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan,
khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah
daerah
8. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk
pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan pemerintah
9. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk
pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan
SBI yang diselenggarakan pemerintah provinsi
10. Memberikan biaya investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi
11. Memberikan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk
pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan Pemerintah
12. Memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah
provinsi, khususnya RSBI/SBI SMP
13. Memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP
14. Memberikan biaya personalia PNS, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang
dialokasikan dalam RAPBD
15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan, khususnya bagi
RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD
16. Membantu memberikan pendanaan tentang biaya personalia bukan PNS,
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 163
khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD
17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang
diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program
pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah
18. Memberikan pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah daerah.
19. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan
RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi sendiri serta
dimasukkan dalam RAPBD
20. Memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang
merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya
investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri
atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada RSBI dan SBI
21. Memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
23. Memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian
atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk
biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik (mencakup sebagian atau
seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya
pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak
mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan
pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan
SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
25. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang
diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI
yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
26. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan
untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
28. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan
masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi
29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana
pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah;
rencana kerja Pemerintah; dan rencana strategis pendidikan nasional dan
provinsi
30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang
dituangkan dalam RAPBD provinsi sesuai peraturan perundang-undangan.
31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 164
32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana
pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku
33. Melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
34. Melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam
rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada
sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun
anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari
belanja daerah provinsi.
37. Memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
38. Menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu
RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah provinsi
39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik,
ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah,
bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan
dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%, tidak
untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Membantu penyediaan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan RSBI/SBI SMP
sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
2. Membantu biaya Investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan
aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai
peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai
kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
3. Membantu biaya Investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi
sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik
dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan
perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah
yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
4. Membantu biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja
pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya
bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD
kab/kota
5. Membantu biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja
barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya
bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD
kab/kota
6. Membantu biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 165
bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan,
khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan
dalam RAPBD kab/kota
7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran sesuai dengan sistem
penganggaran dalam peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI
SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
8. Membantu Investasi di atas biaya investasi lahan bagi RSBI/SBI SMP yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pusat SMP sesuai
kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
9. Membantu memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang
diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan
pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah
daerah provinsi SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD
kab/kota
10. Memberikan biaya Investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan
daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
11. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain
lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan
pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah sesuai kemampuan
daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota
12. Membantu memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah
daerah kab/kota, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah
dituangkan dalam RAPBD kab/kota
13. Membantu memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI
SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota
14. Memberikan biaya personalia PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya
bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi
15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan yang
dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan
ke pemerintah provinsi
16. Memberikan biaya personalia bukan PNS yang dialokasikan dalam RAPBD,
khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang tidak diserahkan
ke pemerintah provinsi
17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang
diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program
pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah dan provinsi sesuai
kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota
18. Membantu memberikan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah
dituangkan dalam RAPBD kab/kota
19. Membantu pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan
RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi serta
dimasukkan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 166
20. Membantu memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan yang merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan
pendidikan baik biaya investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun
biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada
RSBI dan SBI sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota
21. Membantu memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan
daerah
22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD RAPBD sesuai
kemampuan daerah
23. Membantu memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan
mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung
peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik
(mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung
peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang
orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya dan
dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah
24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan
pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI
dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD
sesuai kemampuan daerah
25. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain
lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan
RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD
sesuai kemampuan daerah
26. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang
diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan
SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai
kemampuan daerah
27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai
kemampuan daerah
28. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia
yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang
diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai
kemampuan daerah
29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana
pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah;
rencana kerja Pemerintah dan provinsi; dan rencana strategis pendidikan
nasional dan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah
30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan
yang dituangkan dalam RAPBD sesuai sesuai kemampuan daerah
31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem
anggaran Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 167
pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku
33. Membantu melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana
pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
34. Membantu melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana
pendidikan dalam rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada
sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun
anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari
belanja daerah kab/kota
37. Membantu memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam
bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah
38. Membantu menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan
pengendalian mutu RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah dan
dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah
39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta
didik, ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah,
bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan
dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%,
tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.
III. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
KURIKULUM DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH
DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Melaksanakan koordinasi dan supervisi KTSP RSBI dan SBI
2. Melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum RSBI dan SBI
3. Melaksanakan sosialisasi dan implementasi standar isi dan standar kompetensi
lulusan RSBI/SBI SMP
4. Membantu mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI
5. Membantu sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI dan SBI
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum RSBI dan SBI
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Membantu provinsi/pemerintah pusat melaksanakan supervisi KTSP RSBI dan
SBI
2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi kerangka dasar
dan struktur kurikulum RSBI dan SBI
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 168
3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi dan
implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan RSBI/SBI SMP
4. Membantu provinsi/ pemerintah pusat mengembangkan model kurikulum RSBI
dan SBI
5. Membantu provinsi/ pemerintah pusat sosialisasi dan fasilitasi implementasi
kurikulum RSBI dan SBI
6. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam pengawasan pelaksanaan
kurikulum RSBI dan SBI
IV. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
SARANA DAN PRASARANA DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH
PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan
prasarana baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI
2. Melakukan pengawasan terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan
prasarana pendidikan baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI
3. Melaksanakan pengawasan penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan
terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana baik untuk
SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI
2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan
terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan baik
untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI
3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melaksanakan pengawasan
penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI
V. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP
OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Merencanakan sesuai kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga
kependidikan RSBI/SBI SMP dan mengangkat dan menempatkan pendidik
dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 169
2. Melaksanakan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga
kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP
3. Melaksanakan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar
kabupaten/kota dan untuk RSBI/SBI SMP
4. Melaksanakan peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan
pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP
5. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP dan
membantu yang dilakukan oleh pemerintah pusat
6. Menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi RSBI/SBI SMP
dengan seijin pemerintah pusat
7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik
8. Melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial pendidik dan
tenaga kependidikan di daerah pada tingkat provinsi
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Membantu menyiapkan kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga
kependidikan RSBI/SBI SMP
2. Koordinasi dengan provinsi dalam pengangkatan dan penempatan
pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP
3. Membantu pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar
sekolah/kab/kota yang dilakukan provinsi untuk RSBI/SBI SMP atas seijin
pemerintah pusat
4. Membantu peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan
pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP oleh provinsi
5. Membantu pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI
SMP oleh provinsi dan pemerintah pusat
6. Koordinasi dengan provinsi dalam menghentikan pendidik dan tenaga
kependidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP atas
ijin pemerintah pusat
7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik
8. Membantu provinsi dalam melaksanakan pemetaan dan pengalokasian
tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan di kab/kota
VI. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG
PENGENDALIAN MUTU DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH
PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:
1. Penilaian Hasil Belajar
a. Membantu pelaksanaan UN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP
b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi
pelaksanaan ujian sekolah skala provinsi
c. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 170
2. Evaluasi
a. Melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan penyelenggaraan
RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah) pada skala provinsi
b. Membantu pemerintah pusat melaksanakan evaluasi nasional RSBI dan
SBI pada skala provinsi khususnya pencapaian IKKM dan IKKT SMP
c. Melaksanakan evaluasi pencapaian pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI
SMP serta IKKT-nya sekaligus pada skala provinsi
3. Akreditasi
a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional
b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi
nasional/internasional
4. Penjaminan Mutu
a. Menjabarkan dan mengoperasionalkan penjaminan mutu RSBI dan SBI
di provinsi
b. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan
mutu untuk memenuhi standar internasional
c. Membantu pemerintah pusat dalam melaksanakan supervisi dan
fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan mutu untuk memenuhi
standar internasional
d. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu
satuan pendidikan skala provinsi, khususnya dari RSBI/SBI SMP
B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:
1. Penilaian Hasil Belajar
a. Membantu pelaksanaan UAN dan ujian akhir bertaraf internasional
SMP
b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi dengan
provinsi dalam pelaksanaan ujian sekolah RSBI/SBI dalam skala
kab/kota
c. Menganggarkan biaya US skala kab/kota untuk membantu RSBI/SBI
SMP
2. Evaluasi
a. Membantu provinsi dalam melaksanakan evaluasi terhadap pengelola
dan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah)
b. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan evaluasi
nasional RSBI dan SBI yang dilaksanakan oleh provinsi/ pemerintah
pusat dalam pencapaian IKKM dan IKKT SMP
3. Akreditasi
a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional
b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi
nasional/internasional
4. Penjaminan Mutu
a. Membantu supervisi dan fasilitasi pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI
SMP yang dilaksanakan pemerintah pusat dan provinsi
b. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi pemenuhan IKKT
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 171
RSBI/SBI SMP yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan provinsi
c. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI dan SBI dalam
penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional di kab/kota
yang dilakukan provinsi dan pemerintah pusat
d. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dalam penjaminan mutu yang
diselenggarakan oleh RSBI/SBI SMP
e. Membantu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan dan dampak
penjaminan mutu RSBI/SBI SMP di kabupaten/kota
Untuk selanjutnya dilakukan serah terima tersebut, dengan Berita Acara Serah Terima
Penyelenggaraan RSBI/SBI dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada
Pemerintah Daerah Provinsi. Adapun contoh format, sistematika, dan isi Berita Acara
tersebut dapat dilihat dalam lampiran-1.
Langkah-langkah serah terima RSBI/SBI adalah sebagai berikut:
a. Pihak pertama dan pihak kedua secara bersama-sama memahami tentang
kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Pihak pertama melakukan kajian lapangan dan perencanaan ke depan tentang
kondisi sekolah menyangkut ketenagaan, sumber daya sarana dan prasarana,
pendanaan pendidikan, dan lainnya serta pemetaan sekolah di daerahnya;
c. Pihak pertama melakukan koordinasi internal untuk membahas dan
menentukan sikap tentang apa saja yang diserahkan oleh pihak pertama kepada
pihak kedua dengan segala konsekuensi yang ada;
d. Pihak kedua melakukan konsolidasi internal untuk menerima peserahan dari pihak
pertama;
e. Pihak pertama dan kedua melakukan koordinasi dan musyawarah bersama
tentang apa saja yang akan diserahkan pihak pertama kepada pihak kedua
(isinya), dan sekaligus tentang format dan mekanisme serah terima yang akan
dilakukan untuk disepakati;
f. Pihak kedua melakukan peninjauan lapangan (pembuktian) terhadap apa saja
yang akan diserahkan oleh pihak pertama;
g. Pihak kedua melakukan persiapan-persiapan yang melibatkan berbagai pihak
untuk menerima penyerahan dari pihak pertama;
h. Pihak pertama dan kedua melakukan serah terima.
Catatan:
Idealnya serah terima dilaksanakan sekali atau tidak bertahap, kecuali terdapat
hal-hal khusus yang menurut pihak pertama dan kedua perlu untuk dilakukan
serah terima secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 173
BAB IX
PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH
A. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi dari penyelenggaraan RSBI ini salah satunya adalah pemenuhan
IKKM dan IKKT tentang biaya pendidikan bertaraf internasional. Sebagai RSBI dituntut
untuk mampu memenuhi semua aspek pendidikan bertaraf internasional, yaitu aspek
standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan,
dan sistem penilaian. Untuk memenuhi kepentingan semua itu, maka konsekuensinya
adalah dengan menyedikan biaya yang cukup tinggi, baik oleh sekolah, komite sekolah,
daerah, pusat, dan lainnya. Ada dua hal yang ditempuh untuk dapat segera
diselenggarakannya RSBI di setiap daerah, yaitu pertama melaksanakan rintisan SBI
secara bertahap dan berkelanjutan, dan kedua adalah secara bersama-sama antara
pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat untuk bertanggung jawab
dalam pembiayaan RSBI ini. Dengan pola sharing dana RSBI ini, maka diharapkan
akselerasi penyelenggaraan RSBI akan makin cepat, sehingga dapat dipergunakan
sebagai model bagi sekolah lain di setiap daerah.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk tahapan rintisan SBI ini
adalah dengan memberikan dana bantuan kepada sekolah yang ditetapkan sebagai
rintisan SBI. Dana bantuan tersebut adalah dana persiapan RSBI dan dana
penyelenggaraan RSBI. Dana persiapan RSBI adalah sejumlah dana yang dipergunakan
untuk mempersiapakan segala sesuatunya di sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI,
sedangkan dana penyelenggaraan adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk
melaksanakan RSBI. Semua dana tersebut sifatnya hanya pancingan dan sementara,
sehingga sangat diperlukan adanya tambahan bantuan lain dari komite sekolah dan
pemerintah daerah. Oleh karena itu, dipandang sangat penting disusunnya panduan
penggunaan dana tersebut agar dapat dipergunakan secara optimal dan efisien oleh
setiap penyelenggara rintisan SBI di daerah.
B. Tujuan Umum
Tujuan umum disusunnya panduan penggunaan dana ini adalah agar Kepala Sekolah dan
jajarannya, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dan pihak-
pihak lain yang terkait setelah membaca dan memahami panduan ini dapat:
1. mengalokasikan dana bantuan secara proporsional pada aspek-aspek pendidikan
sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk
pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM,
fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya bertaraf
internasional, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan
penyelenggaraan rintisan SBI;
2. menggunakan dana bantuan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana
bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI;
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 174
3. wajib mencari solusi tambahan dana untuk menjalankan program dan kegiatan
sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang
telah disepakati, baik untuk penambahan bantuan dana bantuan persiapan maupun
dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI;
4. mempertanggungjawabkan penggunaan dana secara benar, transparan, akuntabel,
kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk
bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan
SBI;
5. mendorong semua pihak untuk secara terus menerus mengupayakan ketersediaan
dana tiap tahun sesuai dengan kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI, mengingat
dalam tahun tertentu bantuan dari pusat akan dihentikan.
C. Dasar Hukum
Sebagai dasar hukum penggunaan dana bantuan rintisan SBI ini antara lain adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Kepres RI Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan APBN yang telah dirubah
dengan Kepres RI Nomor 72 Tahun 2004;
5. Kepmen Keuangan Nomor 331/M/V/9/1968 tentang Pedoman Bagi Pegawai yang
diberi tugas melakukan Pemeriksaan umum Kas pada para Bendahara/Pemegang
Kas;
6. Kepmen Keuangan Nomor 332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan Cara
Mengerjakannya;
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Pembentukan BPK.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.
9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah
10. Panduan Penggunaan Dana Bantuan RSBI.
D. Sasaran
Adapun sekolah sasaran (SMP) yang ditetapkan sebagai rintisan SBI dan akan
mendapatkan bantuan dana blockgrant RSBI ini adalah sejumlah SMP yang ditetapkan
sebagai Rintisan SBI oleh pemerintah.
E. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI
Untuk melaksanakan sosialisasi sebagai calon RSBI dan untuk mulai mengatasi kondisi
aspek SDM, fasilitas pendidikan dan aspek-aspek lainnya sebelum sekolah
menyelenggarakan rintisan SBI, maka perlu adanya berbagai upaya yang harus dilakukan
oleh semua pihak (pusat, daerah, komite sekolah, dan sekolah), sehingga ketika sekolah
melaksanakan rintisan SBI benar-benar telah siap. Salah satu upaya yang akan dilakukan
oleh pusat (dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMP) adalah dengan memberikan dana
bantuan block grant persiapan kepada sekolah persiapan rintisan SBI.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 175
Pengertian persiapan di sini adalah bahwa bagi sekolah-sekolah yang pada akhirnya
ditetapkan sebagai rintisan SBI harus melaksanakan berbagai upaya nyata untuk
mengatasi kekurangan atau kelemahan sekolah ditinjau dari dasar kriteria sekolah
bertaraf internasional pada berbagai aspek pendidikan sebelum benar-benar
melaksanakan rintisan SBI. Hal ini tentu saja akan berbeda upayanya antara satu sekolah
dengan yang lain, mengingat kondisi berbagai aspek pendidikan di sekolah yang
berbeda-beda pula. Semua itu harus dilakukan sebagai langkah persiapan bagi sekolah
rintisan SBI.
Strategi, cakupan, dan cara-cara untuk melaksanakan persiapan ini disesuaikan dengan
kondisi dan potensi sekolah, dengan memberdayakan potensi sumber daya sekolah dan
komite sekolah serta daerah (Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota).
Keterlibatan stakeholder ini sangat penting mengingat kemungkinan banyak hal yang
harus diatasi, sehingga memerlukan biaya yang banyak pula. Peran mereka dapat
berupa memberikan bantuan pemikiran, dana, tenaga serta bantuan lain sesuai
kebutuhan sekolah masing-masing. Kurun waktu efektif bagi sekolah untuk
melaksanakan program dan kegiatan persiapan ini minimal satu tahun.
Khusus dalam rangka menyiapkan sekolah rintisan SBI ini, maka Direktorat Pembinaan
SMP akan memberikan dana bantuan block grant secara khusus. Dana bantuan jenisnya
ada dua, yaitu pertama dana bantuan persiapan, dipergunakan untuk sosialisasi dan
untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan seperti pembuatan SKL standar
internasional, kebutuhan PBM standar internasional, SDM standar internasional,
fasilitas standar internasional, manajemen sekolah dengan standar internasional,
penggalian sumber dana, dan penyiapan sistem penilaian yang bertaraf internasional.
Spesifikasi, jumlah, dan jenis kegiatan/fasilitas yang akan dipenuhi oleh sekolah
diserahkan sepenuhnya kepada sekolah menurut kondisi dan kebutuhan tiap sekolah;
kedua dana bantuan multi media, yaitu dipergunakan secara khusus untuk melengkapi
fasilitas multi media laboratorium bahasa dengan komputer. Secara khusus pula,
spesifikasi multi media laboratorium bahasa dengan komputer ini sudah ditetapkan oleh
pusat (sekolah tidak diperkenankan merubah atau menggantinya). Dengan berbagai
upaya persiapan tersebut di atas, maka diharapkan ketika sekolah akan melaksanakan
rintisan SBI telah memiliki tingkat kesiapan yang optimal.
1. Tujuan Khusus Kegiatan Persiapan Sekolah Rintisan SBI
Adapun yang menjadi tujuan khusus diselenggarakannya kegiatan persiapan
sebelum melaksanakan rintisan SBI adalah:
a. Untuk melaksanakan sosialisasi oleh Dit. PSMP kepada sekolah atau pihak
lain yang terkait melalui workshop yang diselenggarakan oleh Dit. PSMP;
b. Untuk melaksanakan sosialisasi tentang sekolah ditetapkan sebagai rintisan
SBI kepada semua stakeholder (komite sekolah/orang tua siswa, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi, Anggota DPRD, Dewan Pendidikan,
Bappeda, dan sebagainya).
c. Untuk mengatasi berbagai kekurangan/kelemahan sekolah dalam hal aspek
pendidikan, yaitu aspek SKL, kurikulum, PBM, SDM, manajemen, fasilitas,
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 176
pembiayaan, dan penilaian, yang semuanya dipersiapkan mengarah kepada
bertaraf internasional.
d. Untuk mengadakan atau menambah fasilitas multi media laboratorium
bahasa dngan komputer.
e. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lain di sekolah sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan sekolah.
2. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan
Penggunaan dana bantuan persiapan ini ditentukan oleh pusat (Dit. PSMP) dan
juga oleh sekolah dengan menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah
pusat akan menyelenggarakan workshop sosialisasi dengan menggunakan dana
bantuan persiapan ini. Sisanya sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur
sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai dengan dana bantuan persiapan
ini. Dana bantuan ini bersifat pancingan dan hanya satu kali saja, sehingga semua
kekurangan dana persiapan menjadi tanggungjawab sekolah, komite sekolah dan
daerah. Pengaturan dan kebutuhan sekolah tersebut didasarkan atas kondisi dan
kebutuhan sekolah masing-masing. Secara khsusus tujuan disusunnya panduan
penggunaan dana bantuan persiapan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan
warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca dan memahami dapat:
a. mengalokasikan dana bantuan persiapan secara proporsional pada aspek-
aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-
masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi
lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem
penilaian yang semuanya bertaraf internasional;
b. menggunakan dana bantuan persiapan secara transparan, akuntabel, efektif
dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program
dan kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan
perjanjian kerjasama yang telah disepakati;
d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan persiapan secara
benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku,;
Program, kegiatan, dan hal-hal pokok lain yang harus diperhatikan dan diprioritaskan
oleh sekolah dalam berbagai program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk
persiapan menjadi rintisan SBI ini antara lain:
1. Program dan Kegiatan Sosialisasi
Dalam upaya memperoleh dukungan dari semua stakeholder yang ada, maka
sekolah terlebih dahulu dapat melakukan sosialisasi mengenai berbagai hal,
khsususnya tentang sekolah sebagai rintisan SBI. Strategi sosialisasi ini dapat
dilakukan sendiri atau kerjasama dengan berbagai pihak serta dapat juga dengan
melalui berbagai media cetak dan elektronik.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 177
2. Program Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL
internasional ini adalah:
a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL
internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri;
b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf
internasional dan akan diberlakukan di sekolah;
c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan
cara memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL
internasional;
d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah.
e. Program – program pemenuhan prestasi dan kompetensi tingkat nasional
dan internasional dalam bidang akademik dan non akademik.
f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
3. Program Pengembangan Kurikulum
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum
internasional ini adalah:
a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan
kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan
sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa
penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator
kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan
pengembangan silabus;
b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran
yang telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan
untuk proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran;
c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran
internasional beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan
bagian dari kurikulum internasional itu sendiri.
d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
4. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM
bertaraf internasional ini adalah:
a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan
pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas
(kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan
remedial-pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll);
b. Program-program yang berupa rintisan kegiatan pembelajaran di kelas teori
maupun praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru
mengajar (misalnya IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media
pembelajarannya) dengan Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 178
c. Program-program yang berupa rintisan pendampingan kepada guru dalam
membuat instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau
penerapan perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet.
d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
5. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi
guru-guru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500
dan mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masing-
masing;
b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi
kepala sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500;
c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi
karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai
TOEFL minimal 400;
d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan
dalam bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai
tuntutan kurikulum internasional;
e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi
kepala sekolah dan jajarannya;
f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan
internet bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru,
karyawan);
g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT
dalam PBM
h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
6. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana
pengembangan fasilitas bertaraf internasional;
b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf
internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, Fisika-
Kimia), laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4),
pemasangan atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap
ke sistem (lab. Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah,
TU, ruang multi media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di
kelas internasional (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);
c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang
berupa ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah,
penilaian, perkantoran, dll);
d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang
guru), ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat
media, ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 179
e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
7. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan
manajemen sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak,
baik untuk jangka pendek maupun menengah/panjang;
b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau
kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk
administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama
dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya).
c. Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus
pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai
aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan,
fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan
sebagainya.
d. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah
sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari
dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU.
e. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam
jangka pendek maupun menengah/panjang.
f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
8. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta
Implementasinya
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk pembuatan pendokumentasian berbagai
rencana kegiatan yang akan dilakukan termasuk pembuatan panduan-
panduan program dan proposal khusus dalam upaya memperoleh sumber
dana dari berbagai pihak.
b. Program dan kegiatan dalam upaya penggalian sumber dana dan sekaligus
penggalian dana, misalnya: (1) mengundang dan mengadakan pertemuan
dengan stakeholder, khususnya komite sekolah/orang tua siswa; (2)
mengundang dan mengadakan pertemuan dengan dunia usaha/industri
untuk melakukan kerjasama secara nyata, khususnya dalam pendanaan
pendidikan; (3) melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan ekonomi
sesuai dengan potensi sekolah dan lingkungannya, baik usaha mandiri
maupun kerjasama dengan pihak lain, dengan mengusahakan secara optimal
bahwa bantuan ini dalam kurun waktu lima tahun bukan untuk investasi
usaha ini. Biaya investasi usaha diambilkan dari sumber dana lain.
c. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 180
9. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf
Internasional
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan
standar internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode
penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai,
standar kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai
kondisi sekolah.
b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan
panduan sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu
dokumen standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen
penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang
dinilai, dll).
c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf
internasional sesuai mapelnya;
d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal
dalam berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan
kurikulum internasional;
e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing.
10. Program dan Kegiatan Lainnya
Sekolah dapat melaksanakan program dan kegiatan lain yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan sekolah.
Catatan:
Penggunaan dana persiapkan dapat berubah keperuntukan sesuai dengan
perkembangan, khsususnya pada saat dilakukan workshop sosialisasi RSBI,
misalnya lebih difokuskan untuk: sosialisasi, penerimaan siswa baru, peningkatan
kompetensi guru.
F. Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI
Sebagai sekolah rintisan SBI, maka tanggungjawab untuk penyelenggaraannya menjadi
kewajiban bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan sekolah beserta masyarakat.
Mengingat dalam jangka pendek, sekolah belum akan mampu secara mandiri
menyelenggarakan RSBI secara penuh. Proporsi tanggungjawab antara pusat, daerah,
sekolah, dan masyarakat dalam hal ini tidaklah bersifat kaku, sebagai awal rintisan maka
pusat memiliki porsi tanggungjawab yang paling besar, diikuti oleh daerah dan
masyarakat/sekolah. Dalam jangka panjang peran tanggungjawab tersebut menjadi
kebalikannya, khsususnya setelah sekolah dipandang mampu menyelenggarakan secara
mandiri.
Bantuan dana yang diberikan oleh pusat untuk penyelenggaraan rintisan SBI ini
hendaknya juga diikuti (sharing) dengan pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat
besarnya unit cost per anak per tahun sebagai RSBI. Berkaitan dengan itu semua, maka
penting untuk diberikan acuan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI,
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 181
sehingga keperuntukannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan
mampu mendorong timbulnya partisipasi semua pihak.
1. Maksud dan Tujuan Khusus
Adapun yang dimaksud dengan penyelenggaraan rintisan SBI di sini adalah sekolah
melaksanakan proses pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan kepada
standar internasional, sebagaimana proses pendidikan seperti yang biasa
diselenggarakan, perbedaannya terletak pada standar internasional. Beberapa proses
penting yang dilakukan antara lain: rekruitmen siswa baru, PBM dan penilaian,
manajemen sekolah (terhadap unsur-unsur sekolah), dan pengembangan kerjasama
dengan pihak-pihak lain, yang kesemuanya itu berdasarkan standar internasional.
Dalam rangka penyelenggaraan ini sekolah telah melaksanakan berbagai program dan
kegiatan persiapan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Diharapkan persiapan yang
dilakukan tersebut telah mengantarkan sekolah untuk benar-benar mampu
menyelenggarakan rintisan SBI tanpa hambatan yang berarti. Untuk
menyelenggarakan rintisan SBI ini memerlukan biaya operasional dan investasi yang
tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan berbagai pihak
untuk bertanggungjawab dalam penyelenggaraan ini, khususnya mengenai
pembiayaan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat (Direktorat
Pembinaan SMP) adalah memberikan bantuan dana block grant setiap tahun dalam
kurun waktu tertentu. Diharapkan setelah dihentikan bantuan ini, sekolah dan
pemerintah daerah bertanggungjawab untuk melanjutkannya. Sehingga bantuan ini
juga hanya sebagai pancingan dan bersifat sementara saja.
Secara khusus tujuan yang akan dicapai oleh sekolah menyelenggarakan rintisan SBI
ini adalah:
a. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi bertaraf internasional;
b. untuk menghasilkan kurikulum internasional dan diberlakukan di sekolah:
c. untuk melaksanakan PBM dengan standar internasional;
d. untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan bertaraf
internasional;
e. untuk nmeningkatkan prasarana, sarana, dan fasilitas pendidikan bertaraf
internasional;
f. untuk menerapkan manajemen sekolah dengan standar internasional;
g. untuk menerapkan sistem penilaian dengan standar internasional;
h. untuk meningkatkan sumber pendanaan dan biaya penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional;
i. sebagai model sekolah lain di daerah masing-masing dalam penyelenggaraan
pendidikan bertaraf internasional.
Oleh karena itu dipandang penting untuk diberikan panduan penggunaan dana
bantuan penyelenggaraan ini, sehingga dapat membantu sekolah dan pihak lain yang
terkait untuk secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap kesuksesan
penyelenggaraan rintisan SBI ini. Pada dasarnya penggunaan dana bantuan
penyelenggaraan ini menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah sekolah
diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 182
dengan dana bantuan ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah masing-
masing. Namun demikian dalam kerangka pembinaan sebagai sekolah rintisan, maka
penggunaan dana ini diberikan rambu-rambu pengalokasian dan proporsinya. Secara
khsusus tujuan disusunnya panduan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan ini
adalah setelah Kepala Sekolah dan warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca
dan memahami dapat:
a. mengalokasikan dana bantuan penyelenggaraan secara proporsional pada aspek-
aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing,
seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan,
kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian
yang semuanya bertaraf internasional;
b. menggunakan dana bantuan penyelenggaraan secara transparan, akuntabel,
efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program dan
kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian
kerjasama yang telah disepakati;
d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan secara
benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku,;
3. Proporsi Biaya Bantuan Blockgrant RSBI dan Rincian Program Pengembangan Rintisan
SBI
Adapun besarnya pembiayaan dari dana bantuan blockgrant RSBI untuk berbagai aspek
pendidikan yang akan dikembangkan oleh sekolah sebagai rintisan SBI diatur secara
proporsional sebagai berikut:
Tabel 3. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant RSBI
NO. PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SBI
PROPORSI (%)
BESARNYA BIAYA
BANTUAN
1 Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf
Internasional
10
2 Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional 10
3 Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar
Internasional
20
4 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai
Standar Internasional
10
5 Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf
Internasional
25
6 Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf
Internasional
20
7 Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf
Internasional
5
JUMLAH 100
KETENTUAN UMUM:
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 183
a. Dana bantuan ini hanya bersifat pancingan dan sementara saja. Sekolah harus
berupaya untuk menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan, demikian juga Daerah
ikut bertanggungjawab terhadap biaya kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI.
Dalam waktu tertentu biaya bantuan dari pusat akan dihentikan, dan selanjutnya
menjadi tanggungjawab penuh sekolah, komite sekolah, dan daerah (propinsi dan
kabupaten/kota);
b. Maksimal proporsi penggunaan dana bantuan rintisan SBI tiap program tersebut
seperti yang telah ditetapkan di atas, dan apabila terdapat kekurangan biaya dapat
ditambah dari sumber dana lain. Apabila program yang dikembangkan ternyata
tidak memerlukan sebesar biaya sesuai dengan proporsi di atas (kelebihan), maka
dapat ditambahkan untuk biaya pelaksanaan program dari aspek lain, dengan
menunjukkan bukti-bukti dan membuat surat pernyataan yang diketahui oleh
komite sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi;
c. Proporsi penggunaan dana untuk tiap kegiatan di dalam tiap program besar
ditentukan oleh sekolah sendiri bersama komite sekolah, sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan sekolah.
d. Sekolah dapat menambah atau mengembangkan program lain dengan biaya dari
sumber dana lainnya di luar program-program di atas, sesuai dengan kebutuhan
sekolah (lihat pada uraian penyelenggaraan dan implementasi pelaksanaan
program dan kegiatan). Pendanaannya ditanggung sepenuhnya oleh komite
sek0lah dan atau dari pemerintah daerah. Dengan kata lain, program RSBI TIDAK
HANYA TERFOKUS PADA BEBERAPA PROGRAM SNP (komponen, aspek, dan
indikator pendidikan) DI ATAS.
e. Secara lebih rinci, penggunaan dana tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah
ini:
1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf Internasional
Tujuan utama yang diharapkan dapat dicapai oleh sekolah adalah tersusun dan
terdokumentasikannya SKL Internasional yang akan diberlakukan di sekolah. Di
samping itu, dikembangkan berbagai program untuk pencapaian dan pemenuhan
prestasi, kejuaraan, dan kompetensi sebagai RSBI dalam taraf minimal nasional dan
mampu mencapai hal yang sama untuk tingkat internasional, baik dalam bidang
akademik maupun non akademik.
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL
internasional ini adalah:
a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL
internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri;
b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf internasional
dan akan diberlakukan di sekolah;
c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan cara
memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL internasional;
d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah.
e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
f. Mengadakan dan atau mengikuti berbagai perlombaan, kejuaraan, olimpiade,
dan sebagainya pada tingkat nasional dan internasional dalam bidang akademik
dan non akademik.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 184
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Program pengembangan SKL internasional ini hanyalah merupakan
penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program
persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai
(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.
b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan
tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.
d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%
2. Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional
Tujuan utama program pengembangan kurikulum internasional ini adalah untuk
menghasilkan dokumen kurikulum internasional yang akan diberlakukan di sekolah.
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum
internasional ini adalah:
a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan
kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan
sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa
penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator
kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan
pengembangan silabus;
b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran yang
telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan untuk
proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran;
c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran internasional
beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan bagian dari kurikulum
internasional itu sendiri.
d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Program pengembangan kurikulum internasional ini hanyalah merupakan
penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program
persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai
(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.
b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan
tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.
d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%
3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 185
Tujuan pengembangan program PBM bertaraf internasional ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang bertaraf internasional dari
tuntutan kurikulum internasional yang akan diberlakukan. Dengan kata lain,
program-program yang akan dilaksanakan harus menghasilkan suatu PBM yang
diimplementasikan di kelas internasional dengan standar bilingual (Bahasa Inggris),
penggunaan media pembelajaran berbasis komputter dan internet serta ICT,
implementasi metode pembelajaran dengan prinsip mastery learning (remedial,
pengayaan, percepatan), dan sebagainya sesuai tuntutan kurikulum internasional.
Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM bertaraf
internasional ini adalah:
a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan
pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas
(kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan remedial-
pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll);
b. Program-program yang berupa kegiatan pembelajaran di kelas teori maupun
praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru mengajar (misalnya
IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media pembelajarannya) dengan
Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya.
c. Program-program yang berupa pendampingan kepada guru dalam membuat
instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau penerapan
perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet.
d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
b. Program pengembangan PBM internasional ini hanyalah merupakan
penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program
persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai
(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.
c. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri dalam rangka pengembangan PBM. Apabila akan
melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan
dana di luar bantuan dari pusat.
e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20%
4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai
Standar Internasional
Tujuan pengembangan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan ini adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum internasional yang
mensyaratkan adanya SDM sekolah yang memiliki kompetensi dan kualifikasi
mengajar dan mengelola sekolah bertaraf internasional.
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 186
a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi guru-
guru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500 dan
mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masing-masing;
b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi kepala
sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500;
c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi
karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai TOEFL
minimal 400;
d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam
bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai tuntutan
kurikulum internasional;
e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi
kepala sekolah dan jajarannya;
f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan internet
bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru, karyawan);
g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT dalam
PBM
h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Program peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan yang
bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan
dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan
apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini
tidak perlu dilakukan.
b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri atau untuk studi lanjut. Apabila akan melaksanakan studi
lanjut atau studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di
luar bantuan dari pusat atau biaya sendiri.
d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%
5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf
Internasional
Tujuan program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf
internasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah sesuai dengan
tuntutan kurikulum bertaraf internasional. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan di
sini adalah baik prasarana, sarana, peralatan, media pengajaran, dan fasilitas lain
yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar dan manajemen di sekolah.
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana
pengembangan fasilitas dalam jangka pendek dan panjang bertaraf internasional;
b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf
internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, Fisika-Kimia),
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 187
laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4), pemasangan
atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab.
Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi
media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di kelas internasional
(TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);
c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang berupa
ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah, penilaian,
perkantoran, dll);
d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang guru),
ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat media,
ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.
e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Tidak diperkenankan membeli atau mengadakan isi laboratorium bahasa, sebab
akan diberikan bantuan khusus untuk kepentingan ini (diatur tersendiri dalam
panduan ini, lihat bab sebelumnya);
b. Program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf
internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari
yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila
dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak
perlu dilakukan.
c. Bentuk atau jenis, JUMLAH DAN SPESIFIKASI lainnya disesuaikan dengan tuntutan
kurikulum standar internasional.
d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan fasilitas ini. Apabila akan
melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan
dana di luar bantuan dari pusat.
e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 25%
6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf
Internasional
Tujuan Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional
ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manajemen sekolah yang bertaraf
internasional.
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan manajemen
sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak, baik untuk jangka
pendek maupun menengah/panjang;
b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau
kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk
administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama
dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya).
c. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi model manajemen
sekolah dengan standar internasional (misalnya biaya operasional penerapan ISO
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 188
9001). Program atau kegiatan utamanya adalah pendokumentasian konsep atau
panduan umum manajemen internasional (ISO).
d. Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus
pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai
aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan,
fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya.
e. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah
sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari
dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU.
f. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam
jangka pendek maupun menengah/panjang.
g. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah
merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika
melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan
sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.
b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan
tuntutan kurikulum standar internasional dan kebutuhan sekolah.
c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan manajemen ini. Apabila
akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan
menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.
d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20%
CATATAN:
Khusus untuk Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan
Beserta Implementasinya dibiayai dari sumber dana lainnya (komite sekolah,
pemda, dan sebagainya)
7. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf Internasional
Tujuan utama program pengembangan dan implementasi sistem penilaian bertaraf
internasional ini adalah untuk memperoleh model sistem penilaian pendidikan yang
bertaraf internasional beserta implementasinya di sekolah.
Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:
a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan standar
internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode penilaian,
standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar
kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai kondisi
sekolah.
b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan panduan
sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu dokumen standar
nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya,
standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll).
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 189
c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf
internasional sesuai mapelnya;
d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal dalam
berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan kurikulum
internasional;
e. Kegiatan khusus penilaian dan analisis nilai oleh semua guru yang mengajar kelas
internasional.
f. Pada tahun ketiga, kegiatan pelaksanaan ujian akhir sekolah dengan standar
internasional;
g. Kegiatan khusus pendokumentasian nilai di sekolah.
h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah
merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika
melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan
sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.
b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah.
c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam
atau ke luar negeri untuk keperluan program ini. Apabila akan melaksanakan
studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar
bantuan dari pusat.
d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 5%
CATATAN:
• APABILA SEKOLAH AKAN MENGEMBANGKAN ATAU MENAMBAH PROGRAM
LAIN, MAKA PENDANAAN DITANGGUNG OLEH KOMITE SEKOLAH DAN ATAU
PEMERINTAH DAERAH ATAU LAINNYA DARI SUMBER DANA YANG SYAH.
• PROGRAM PENGEMBANGAN RSBI TIDAK HANYA TERBATAS PADA ASPEK-ASPEK
TERSEBUT. UNTUK LEBIH LENGKAPNYA LIHAT PADA LAMPIRAN TENTANG
KRITERIA SEKOLAH SEBAGAI RSBI.
• KETENTUAN LAIN TENTANG PENGGUNAAN DANA DAN PELAPORAN DIATUR
TERSENDIRI DALAM BUKU PANDUAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN RSBI
(JIKA ADA).
• PROGRAM-PROGRAM TERSEBUT TETAP MENGACU KEPADA PRINSIP SUBSIDI
SILANG ATAU PENDAMPINGAN SESUAI KEBUTUHAN SEKOLAH, DAN UNTUK
PROGRAM YANG TIDAK DIDANAI DARI PUSAT DIHARAPKAN TETAP ADA DAN
DIBIAYAI DARI SUMBER DANA KOMITE SEKOLAH, PEMDA PROVINSI, PEMDA
KABULATEN/KOTA, DLL.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 191
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 193
LAMPIRAN-1: Standar atau Karakteristik Umum Kinerja RSBI pada Jenjang Pendidikan SMP
No
Komponen Standar SBI khusus di SMP
A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun di luar negeri dengan tetap
berkepribadian bangsa Indonesia.
2. Tingkat DO nol %
3. Menguasai dan terampil menggunakan TIK
4. Mampu debat dengan Bahasa Inggris
5. Terdapat juara internasional dalam bidang: olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll
6. Mampu menyelesaikan tugas – tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik
7. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah
8. Mampu melaksanakan eksperiman dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan
9. Mampu menemukan/membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya
10. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
11. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau
lainnya Iditunjukkan dengan sertifikat internasional)
12. NUAN rata-rata tinggi (> 8,0)
13. Memeiliki kemampuan penguasaan teknologi dasar
14. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan
global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan
15. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa asing
atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan
17. Menguasai budaya bangsa lain
18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan
19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun
budaya.
20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll
21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan
B Proses
1. Proses
belajar
mengajar
2. Manajemen
3. Kepemimpi
nan
1. Memiliki program-program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru, dll
2. Menerapkan beberapa strategi PBM: student centered, reflective learning, active learning, enjoyble dan joyful
learning, cooperative learning, quantum learning, learning revolution, dan contextual learning.
3. Memiliki renstra (rencana strategis) jangka panjang
4. Memiliki renop (rencana operasional) satu tahunan
5. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan dana
6. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan barang/benda
7. Terdapat kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan lainnya
8. Menerapkan MBS: terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan
akuntabel.
9. Melaksanakan manajemen sekolah menurut aspek dan fungsinya yang mengarah ISO (9000:2001)
10. Memiliki publikasi rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah
11. Memiliki suasana/budaya sekolah yang menjamin terjadinya PBM yang kondusif.
12. Memiliki penerapan demokratisasi di sekolah
13. Memiliki pembagian tugas, pemberian pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah.
14. Memiliki usaha-usaha sekolah yang mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan
sekolah
C Input
1. Kurikulum 1. Memiliki dokumen kurikulum sekolah (KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat
dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI
2. Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI
yang akan dicapai
3. Memiliki tim pengembang kurikulum (nasional dan internasional) di sekolah
2. Guru dan guru
BK
4. Jumlah guru terpenuhi sesuai type sekolah
5. Kualifikasi guru 100% minimal S1
6. Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan kesesuaian guru
7. Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru
8. Semua guru mampu menggunakan ICT dalam PBM
9. Sebagian besar guru memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500
3. Kepala
Sekolah
10. Kualifikasi guru 100% minimal S1
11. Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru dan kepala sekolah
12. Mampu menggunakan ICT
13. Memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500
14. Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal 5 tahun
4. Tenaga
Pendukung :
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 194
No
Komponen Standar SBI khusus di SMP
a. Pustakawan
b. Laboran
c. Teknisi
komputer
d. Kepala TU
e. Tenaga adm.
Keuangan &
akuntansi
f. Tenaga adm
Kepegawaian
g. Tenaga
adm.akademik
h. Tenaga adm
sarpras
i. Tenaga adm
kesekretariatan
15. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3
16. Bidang pendidikan: diutamakan kepustakaan
17. Memiliki sertifikat pustakawan
18. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)
19. Pengalaman kerja sebagai pustakawan: minimal 5 tahun
20. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA/SMK
21. Bidang pendidikan: IPA/Tekniki
22. Memiliki sertifikat laboran
23. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)
24. Pengalaman kerja sebagai laboran: minimal 5 tahun
25. Memiliki sertifikat komputer
26. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3
27. Bidang pendidikan: komputer/TI
28. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)
29. Pengalaman kerja sebagai teknisi: minimal 5 tahun
30. Memiliki sertifikat komputer
31. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal S1
32. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan
33. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)
34. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun
35. Memiliki sertifikat komputer
36. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3
37. Bidang pendidikan: akuntansi
38. Memiliki sertifikat sebagai akuntan
39. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)
40. Pengalaman kerja sebagai adm keuangan: minimal 5 tahun
41. Memiliki sertifikat komputer
42. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3
43. Bidang pendidikan: manajemen SDM
44. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)
45. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun
46. Memiliki sertifikat komputer
47. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA
48. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan
49. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)
50. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi pendidikan : minimal 5 tahun
51. Memiliki sertifikat komputer
52. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA
53. Bidang pendidikan: administrasi sarpras
54. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)
55. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm sarpras: minimal 5 tahun
56. Memiliki sertifikat komputer
57. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMK/SMA
58. Bidang pendidikan: kesekretariatan
59. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)
60. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi kesekretariatan: minimal 5 tahun
61. Memiliki sertifikat komputer
5. Organisasi &
Administrasi
1. Memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Memiliki tupoksi yang jelas
3. Memiliki sistem administrasi lengkap
4. Memiliki SIM yang mutakhir
5. Sarana &
Prasarana
a. Umum:
1. Luas tanah 15000 m2
2. Luas Ruang kelas > 63 m2
3. Jumlah siswa per rombel: 24 anak
4. Memiliki fasilitas ICT per kelas per tingkat
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 195
No
Komponen Standar SBI khusus di SMP
b. Perpustakaan
c.LabFisika,Kimia
,Bahasa, IPS,
Matematika,
PTD
d. Lab Komputer
e. Kantin
f. Auditorium
g. Sarana OR
h. Pusat belajar
& riset guru
i.Penunjang adm
sekolah
j. Unit kesehatan
k. Toilet
l. Tempat
bermain, kreasi,
dan rekreasi
m. Tempat
ibadah
5. O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh siswa untuk membaca dan studi mandiri
6. Memiliki buku teks dalam bentuk cetak atau digital untuk setiap mata pelajaran 1:1 (1 buku : 1 siswa); buku referensi
1:3 (1 buku: 3 siswa)
7. Berlangganan jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dsb
8. Memiliki komputer untuk perpustakaan, termasuk untuk multimedia 5 buah
9. Memiliki ruang baca yang memadai
10. Tersedia akses internet yang terhubung dengan jaringan
11. Memiliki satu Lab Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, Matematika, PTD, dan IPS
12. Setiap Lab memiliki peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan spec.
13. Luas laboratorium minimal sesuai dengan SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per
rombel
14. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC
15. Memiliki jumlah komputer sesuai dengan rata-rata jumlah siswa (maksimum 24 siswa per rombel)
16. Memiliki software yang selalu update
17. Memiliki teknisi komputer dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan
perawatan komputer
18. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam lab. Komputer
19. Memiliki satu kantin yang dapat menampung pejajan secara memadai
20. Memiliki mebeler yang memadai sesuai dengan jumlah pejajan
21. Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan bersih
22. Menyediakan makanan bergizi, fresh dan Terjangkau bagi warga sekolah
23. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC
24. Memiliki mebeler dan peralatan yang memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan
orang tua siswa, wisuda, pentas seni, teater, pameran hasil karya siswa, dsb.)
25. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna
26. Memiliki prasarana olah raga dengan ukuran yang memadai dan dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan olah
raga
27. Memiliki sarana olah raga yang memadai untuk berbagai jenis kegiatan olah raga
28. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga
29. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga
30. Memiliki ruangan untuk sumber belajar dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan
komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1 : 5, dan dilengkapi media pembelajaran
31. Memiliki buku referensi baik cetak maupun digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya
32. Memiliki mebeler bagi guru untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. termasuk untuk kelompok diskusi
33. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi
34. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai
35. Memiliki mebeler yang memadai untuk berbagai jenis administrasi
36. Memiliki server minimum 2 buah
37. Memiliki komputer dengan jumlah yang memadai untuk berbagai kegiatan administrasi
38. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi
39. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC
40. Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar untuk P3K
41. Memiliki tenaga profesional yang dapat menangani pelaksanaan P3K
42. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan
43. Memiliki ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan
jumlah warga sekolah
44. Memiliki sistem sanitasi yang baik dan memadai untuk menjamin kebersihan dan kesehatan
45. Memiliki jumlah air yang memadai untuk mendukung sistem sanitasi
46. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu perawatan toilet
47. Memiliki tempat bermain yang memadai
48. Memiliki tempat berkreasi yang menjamin kreativitas siswa
49. Memiliki tempat untuk rekreasi yang memadai, misalnya taman dan pepohonan yang rindang
50. Memiliki tempat ibadah yang memadai dan sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah
7. Kesiswaan 1. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 196
No
Komponen Standar SBI khusus di SMP
2. Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa.
3. Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional.
8. Pembiayaan 1. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah.
2. Menghimpun/ menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi.
3. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah.
9. Regulasi
Sekolah
1. Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah, baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral.
2. Menegakan regulasi sekolah diterapkan secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah.
10.Hubungan
Masyarakat
3. Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaanya, ditulis dan
dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.
4. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui strategi-strategi: (1)
memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak langsung secara individual,
dsb.); (2) menciptakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan
bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan
model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat
11. Kultur
Sekolah
1. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada
umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan
peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi,
keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan
bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama,
perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar,
pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.
2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan
membangkitkan komitmen tinggi bagi warga sekolah
3. Memiliki regulasi sekolah yang mampu menciptakan rasa keadilan dan memacu semangat kerja ataupun berprestasi
4. Memberikan kesempatan, hak, dan rasa tanggungjawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan
sekolah
5. Menciptakan hubungan harmonis, kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat
kerja (etos kerja) yang tinggi.
LAMPIRAN-2: Kisi-kisi instrument Supervisi dan ME:
1) Kisi-kisi dari STANDAR ISI
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIINDIINDIINDIKATORKATORKATORKATOR
SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL
Isi (muatan) kurikulum SNP Pengembangan isi muatan kurikulum bertaraf
internasional
Muatan
Kurikulum
Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan
muatan kurikulum SNP
Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan
kurikulum bertaraf internasional
Prinsip keterlibatan pihak-pihak terkait pengembangan muatan kurikulum SNP
Prinsip/keharusan keterlibatan pihak-pihak terkait pengembangan muatan kurikulum bertaraf internasional
Prinsip mengacu regulasi SNP Prinsip/keharusan mengacu regulasi
pengembangan kurikulum bertaraf internasional
Prinsip umum pengembangan kurikulum
SNP
Prinsip khusus pengembangan kurikulum
bertaraf internasional
Prinsip ketersediaan referensi
1. Kerangka
Dasar Kurikulum
Prinsip Pengem-angan Kuriku-
lum
Prinsip multi strategi pengembangan
kurikulum SNP
Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum
bertaraf internasional
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 197
Prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan kurikulum SNP dalam pengajaran
Prinsip-prinsip khusus dalam pelaksanaan kurikulum bertaraf internasional dalam pengajaran
Prinsip Pelaksanaan kurikulum
Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya
umum
Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya khusus
Isi/muatan struktur kurikulum SNP dan
penyusunannya
Isi pengayaan muatan struktur kurikulum
bertaraf internasional dan penyusunannya
Ketersediaan referensi umum Ketersediaan referensi khusus
Keterlaksanaan program muatan lokal Keberadaan Mapel PTD
Keberadaan program pengembangan diri Ketersediaan referensi /manual/modul PTD
Keterlaksanaan mapel PTD
Keterlaksanaan program pengembangan
diri
Bentuk bilingual
Keberadaan program tambahan PBKG
Keberadaan program PBKL Ketersediaan referensi program tambahan PBKG
Keterlaksanaan program tambahan PBKG
Keterlaksanaan program PBKL Keberadaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif
Ketersediaan referensi program Pengembangan Ekonomi Kreatif
Ketersediaan sumber daya program
Pengembangan Ekonomi Kreatif
Struktur
kurikulum
Keterlaksanaan program Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Penjabaran SK dan KD mata pelajaran SNP
Penjabaran pengayaan SK dan KD mapel bertaraf internasional
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan Muatan Lokal
Berbentuk bilingual
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) untuk mata pelajaran/program
pendidikan PBKL
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata
pelajaran/program pendidikan PBKG
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan PBKG dalam
bentuk bilingual
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan pengembangan
ekonomi kreatif (PEK)
2. Struktur
Kurikulum Pendidikan
Umum
Standar dan kompe-tensi
dasar
Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata
pelajaran/program pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK) dalam bentuk bilingual
Penambahan jam pembelajaran sesuai kebutuhan kurikulum pelajaran bertaraf
internasional per minggunya
Jumlah jam pembelajaran per minggu > 32 jam
Tatap muka Penerapan kegiatan pembelajaran sesuai dengan ketentuan beban belajar
Jumlah Minggu efektif per tahun bisa > 34
minggu
Program pemberian penugasan terstruktur Penugasan
terstruktur
Pemberian tugas-tugas terstruktur
Keberadaan tujuan penugasan terstruktur mapel bertaraf internasional
Program kegiatan mandiri/tidak
terstruktur untuk mapel SNP
Program kegiatan mandiri / tidak terstruktur
mapel bertaraf internasional
Keberadaan program tidak terstruktur
mapel SNP
Program pemberian penugasan tidak
terstruktur/mandiri
3. Beban belajar
Kegiatan mandiri
tidak terstruktur
Keberadaan tujuan program tidak terstruktur mapel SNP
Keberadaan tujuan penugasan tidak terstruktur/mandiri mapel bertaraf internasional
Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP bertaraf internasional
Pengembangan KTSP
Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP SNP
Bentuk/jenis KTSP untuk acuan pembeljaran bertaraf internasional
Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP
Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP adalah silabus mapel bertaraf internasional
Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD
Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel SNP didistribusikan
Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs
Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan
Pengembangan Silabus
Pendokumentasian silabus mapel SNP
oleh sekolah
Pendokumentasian silabus mapel bertaraf
internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah
Ketentuan penyusunan RPP mapel SNP Ketentuan penyusunan RPP mapel bertaraf internasional
4. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Pengembangan RPP
Penggandaan dan kepemilikian RPP mapel
SNP didistribusikan
Penggandaan dan kepemilikian Oleh semua
pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 198
Pendokumentasian RPP mapel SNP oleh sekolah
Pendokumentasian Oleh semua pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah
KKM =75 untuk setiap mata pelajaran SNP KKM = 80 untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, dan PTD.
Kriteria Ketun-tasan Minimal
(KKM) Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran SNP
Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran bertaraf
internasional
5. Kalender Pendidikan
Alokasi waktu dan penetapan
kalender pendidikan
Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan Sekolah SNP
Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan SBI
2) Kisi-kisi dari STANDAR PROSES
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Dasar-dasar perencanaan pengembangan
atau penyusunan silabus mapel SNP
Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau
penyusunan silabus mapel bertaraf internasional
Perencana pengembangan atau
penyusunan silabus mapel SNP oleh guru sendiri
Perencana pengembangan atau penyusunan
silabus mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri
Perencana pengembangan atau
penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah
Perencana pengembangan atau penyusunan
silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan
atau mitra
Perencana pengembangan atau
penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah
Perencana pengembangan atau penyusunan
silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster)
Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel SNP sama dengan silabus
yang telah disusun oleh pusat
Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel bertaraf internasional sama dengan
silabus yang telah disusun oleh pusat
Silabus SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi
Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school yang
menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama
Perencanaan
pengembangan atau
penyusunan silabus
Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota
Direncanakan/dikembangkan dengan bentuk Bilingual
Ketentuan perencanaan penyusunan
atau pengembangan RPP mapel SNP
Ketentuan perencanaan penyusunan atau
pengembangan RPP maple bertaraf internasional
Perencana pengembangan atau
penyusunan RPP mapel SNP oleh guru sendiri
Perencana pengembangan atau penyusunan
RPP mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri
Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel SNP MGMP
sekolah
Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP
sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan atau mitra
Perencana pengembangan atau
penyusunan RPP mapel SNP MGMP sekolah
Perencana pengembangan atau penyusunan
RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster)
Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel SNP sama dengan silabus
yang telah disusun oleh pusat
Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel bertaraf internasional sama dengan
silabus yang telah disusun oleh pusat
RPP SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
RPP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi
RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school
yang menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama
Perencanaan
pengembangan atau penyusunan
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota
RPP berbentuk bilingual
Prinsip perbedaan individu peserta didik Prinsip budaya kerjasama
Prinsip partisipasi aktif peserta didik Prinsip relevansi isinya
Prinsip budaya membaca dan menulis Prinsip sesuai perkembangan IPTEK
Prinsip umpan balik dan tindak lanjut
Prinsip keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
bahan
1 Perencanaan
Proses Pembelajaran
Prinsip-prinsip penyusunan RPP
Prinsip penerapan teknologi informasi
Prinsip e-manajement dalam penerapan RPP
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 199
dan komunikasi
Kesesuaian/relevansi Bilingual
Kuantitas terpenuhi Produk luar negeri
Kedalaman materi Produk lembaga pendidikan/sekolah bertaraf
internasional
Variasi/jenis
Bahan Ajar
Keterjangkauan
Modern/up to date
Rombongan belajar: 32 peserta didik Jumlah peserta didik per rombongan belajar: 24-30 anak
Beban kerja minimal guru: 24 jam/minggu Menggunakan buku teks/referensi berbahasa asing (Inggris)
Buku teks pelajaran: (a) ditetapkan bersama dan sesuai Permendiknas; (b)
ratio 1:1 (per mapel per peserta didik); (c) buku panduan guru, referensi,
pengayaan, dll
Di luar kelas/sekolah
Pengelolaan kelas tepat / sesuai tuntutan kompetensi, dalam hal: pengaturan
duduk peserta didik, intonasi/volume suara guru, tutur kata, ketertiban PBM,
penguatan, umpan balik, penghargaan, sanksi, penggunaan waktu,dll
Jumlah rombongan belajar yang ditetapkan sebagai SBI
Jumlah rombongan belajar Metode CTL, PAKEM, CBSA, dll
Sarana TIK
Persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran
Bilingual
Kegiatan pendahuluan Penerapan pembelajaran tuntas/terdapat kegiatan tindak lanjut (pembelajaran remedial,
pengayaan, percepatan)
Kegiatan inti Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu:
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; kontekstual (CTL); dan model pembelajaran yang pro-perubahan
Kegiatan penutup (merangkum, penilaian, umpan balik, tindak lanjut,
rencana berikutnya)
Gabungan teori dan praktik
Menggunakan bilingual/menggunakan bahasa
inggris atau lainnya
Menggunakan TIK/e-learning
2 Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran lainnya
Keterlaksanaan penilaian hasil belajar Mengacu SKL
Pemenuhan ketentuan pelakdsanaan penilaian hasil belajar
Mengacu silabus dan rencana pembelajaran (SK dan KD) yang telah direncanakan
Berbasis TIK
3 Penilaian Hasil Belajar
Pelaksanaan Penilaian Hasil
Belajar
Penggunaan/implementasi Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan
Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Fasilitasi peserta didik
Tahapan pemantauan Tahapan tindak lanjut hasil penilaian
pembelajaran
Strategi pemantauan
Pemantauan
Pelaksana pemantauan
Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait
Pentahapan supervisi Tindak lanjut supervisi
Strategi supervise Mendasarkan pada prinsip : Plan-Do-Check-Action (PDCA)
Supervisi
Pelaksana supervisi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan danserta pihak lain yang terkait
Tujuan evaluasi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait
Strategi/cara Diselenggarakan melalui /cara membandingkan
proses evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru dan standar proses
internasional
Evaluasi
Orientasi evaluasi
Pelaporan pembelajaran dan hasil penilaian pembelajaran
Laporan hasil pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran RSBI/SBI (Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD),kepada pemangku kepentingan :
Pelaporan
Tindak lanjut pelaporan
Penguatan dan penghargaan diberikan
kepada guru yang telah memenuhi standar
Pendampingan dan in hause training (IHT) bagi
guru
4 Pengawasan
Proses Pembelajaran
Tindak lanjut
Teguran yang bersifat mendidik terhadap
guru yang belum memenuhi standar
Perbaikan sistem atau kinerja sekolah
3) Kisi-kisi dari STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 200
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif dalam pengambilan keputusan.
Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif serta entrepreneurship dalam bidang: Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, PTD, dan
lainnya
Kecerdasan
Kemampuan menganalisis gejala alam dan
social, yaitu: gempa bumi, banjir, tanah lonsor, kemiskinan, pengangguran,
kriminalitas, kenakalan remaja, dll
Kemampuan memperdalam, memperkaya, dan
memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai gejala alam dan sosial
Pengalaman belajar melalui program
pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dari
berbagai sumber belajar
Pengalaman belajar melalui program
pengembangan diri tentang pendalaman IPTEK
Pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan lingkungan secara
produktif dan bertanggung jawab
Pengalaman belajar yang mampu mensinergikan dan mengembangkan pemanfaatan lingkungan
secara produktif, baik ditinjau dari sisi ilmiah maupun ekonomi.
Pengetahuan
Pengalaman mengekspresikan diri melalui kegiatan seni budaya
Pengalaman belajar yang mampu mengekspresikan, merefleksikan, dan
menunjukkan hasil karya dalam bidang seni dan budaya
Pengalaman belajar melalui kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab
Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab, seperti: berkomunikasi dengan bahasa asing, debat, kunjungan ke luar
negeri, pertukaran pelajar antar bangsa, dll
Pengalaman belajar untuk berpartisipasi
dalam penegakan aturan-aturan sosial
Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam
penegakan aturan-aturan sosial serta berpartisipasi dalam kancah kehidupan
internasional
Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang bertaraf internasional
Pengalaman belajar yang dapat
melibatkan partisipasi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI
Pengalaman belajar yang dapat melibatkan
partisipasi peserta didik dalam kehidupan antar bangsa di dunia dalam rangka pergaulan dunia
Kepribadian
Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan
rasa sportifitas dan kebersihan lingkungan
Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan rasa kompetitif
atau daya saing tinggi dalam bidang kebersihan lingkungan dalam lingkup internasional
Pengalaman belajar melalui kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Pengalaman belajar melalui kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia dalam forum internasional
Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras,
dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional
Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi dalam lingkup globa/internasional
Pengalaman belajar dalam pembentukan
akhlak mulia
Akhlak Mulia
Pengalaman belajar berupa kegiatan
pembiasaan untuk menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain
Kegiatan pembiasaan untuk menghargai
perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
Pengalaman dalam menghasilkan karya
kreatif baik individual maupun kelompok
Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif
dan inovatif untuk menuju entrepreneur dan bersifat ekonomik (implementasi pengembangan ekonomi kreatif), seperti 14 bidang
Ketrampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
Ketrampilan dan pengetahuan melalui ketrampilan membaca dan menulis
Ketrampilan
Untuk Hidup
Pengalaman ketrampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara baik
dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris
Pengalaman belajar bidang ketrampilan membuat karya tulis ilmiah, karya ilmiah remaja,
penelitian, dan sejenisnya dalam berbagai bidang pengetahuan/sains, teknologi, dan
sebagainya pada tingkat internasional
Pengalaman belajar dalam
mengembangkan IPTEK seiring dengan perkembangannya
Pengalaman belajar dalam mengembangkan
IPTEK seiring dengan perkembangannya dan mampu berkompetisi secara internasional
1 Kompetensi
Lulus-an
Pendidikan lanjut
Pengalaman belajar mampu menguasai
pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan
Pengalaman belajar mampu menguasai
pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan bertaraf internasional
4) Kisi-kisi dari STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 201
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik minimum Kualifikasi pendidikan S2/S3
Kesesuaian latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan tinggi
Kesehatan jasmani dan
rohani
Kesehatan jasmani dan rohani Kesehatan rohani untuk menjalankan tugas mengajar
Kemampuan merencanakan pembelajaran Kemampuan merencanakan pembelajaran SBI
Kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan berbasis TIK
Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
dengan bahasa inggris/asing lainnya
Pelaksanaan pembelajaran
Kemampuan guru melaksanakan pengelolaan
pembelajaran dengan berbagai pola pendekatan
Kompetensi
pedagogik sebagai agen
pembelajaran.
Kompetensi mengevaluasi pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan evaluasi
pembelajaran dengan berbasis TIK
Kompetensi kepribadian
sebagai agen pembelajaran
Integritas kepribadian dan tindakan Integritas kepribadian pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
serta peraturan dan ketentuan yang berlaku lainnya
Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun dengan.menggunakan bahasa inggris
atau bahasa asing lainnya
Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan
santun dengan.menggunakan sarana TIK
Kompetensi sosial sebagai
agen pembelajaran
Komuniukasi secara efektif dan santun
Kepedulian social
Penguasaan materi pelajaran yang merupakan pengembangan dari SK dan KD dari Standar isi
Kompetensi berbahasa inggris
Penguasaan materi pelajaran SNP
Kemampuan TIK
Kompetensi penelitian Kompetensi penelitian yang lebih luas
1 Guru
Kompetensi profesional
sebagai agen pembelajaran.
Kompetensi penulisan karya ilmiah Kompetensi penulisan karya ilmiah lebih luas
Kualifikasi pendidikan Kualifikasi akademik pendidikan minimum Sarjana S2 dari PT terakreditasi
Akredirasi PT asal
Kesesuaian
Kualifikasi akademik
minimum
Sertifikat
Keberadaan SK sebagai guru Kompetensi berbahasa inggris
Sertifikat pendidik Sertifikat kursus/pelatihan TIK
Kualifikasi khusus minimum.
. Surat Keputusan (SK) sebagai kepala
sekolah
Pengalaman
mengajar sebagai guru
SMP dan kesehatan
Pengalaman mengajar Pengalaman tambahan menjadi kepala sekolah
SSN
Kemampuan manajerial yang ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola sekolah bertaraf
internasional
Wawasan internasional dan mampu membangun jejaring internasional;
Kemampuan kepemimpinan
Kemampuan manajerial
Prestasi kompetensi kepemimpinan
Keampuan kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/ jasa sebagai sumber
pendanaan pendidikan
Kemampuan
kewirausahaan
Keampuan kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/ jasa
Kemampuan kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/ jasa sebagai sarana dan media pengembangan kreativitas, inovasi
peserta didik, dan entrepreneurship warga sekolah
Kemampuan untuk melakukan kegiatan evaluasi diri
2 Kepala Sekolah
Kemampuan supervisi dan
montoring.
Kemampuan untuk melakukan supervisi dan monitoring.
Keberhasilan kepala sekolah dalam kegiatan
supervisi, monitoring, dan evaluasi diri
Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi
akademik minimum Kepala
Administrasi.
Kualifikasi akademik minimun
Kompetensi TIK
Masa kerja waktu
diangkat menjadi kepala
administrasi
Masa kerja
Kompetensi berbahasa inggris
3 Tenaga
Admi-nistrasi
Kualifikasi akademik
Minimum Tenaga
Kualifikasi akademik minimum Kompetensi TIK
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 202
Administrasi.
Kepemilikan kesesuaian latar
belakang pendidikan
dengan tugasnya sebagai
tenaga administrasi.
Latar belakang pendidikan
Kommpetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik Minimum Kepala Perpustakaan.
Memiliki kualifikasi akademik minimun Kompetensi TIK
Masa kerja waktu
diangkat menjadi kepala
perpustakaan
Masa kerja
Memiliki Kompetensi berbahasa inggris
4 Tenaga Perpustakaan
Kepemilikan
kesesuaian latar belakang
pendidikan dengan tugasnya sebagai tenaga
perpustakaan.
Latar belakang pendidikan
Kompetensi TIK
Kompetensi berbahasa inggris Kepemilikan
kualifikasi akademik
minimum kepala laboratorium.
Memiliki kualifikasi akademik minimum
Kompetensi TIK
Masa kerja waktu diangkat menjadi kepala
laboratorium.
Masa kerja
Kesesuaian latar
belakang pendidikan
dengan tugas sebagai kepala
laboratorium
Latar belakang pendidikan
Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik
Minimum Teknisi Laboratorium.
Memiliki kualifikasi akademik minimum Kompetensi TIK
Berbahasa inggris
5 Tenaga Labo-
ratorium
Kualifikasi akademik minimum
laboran
Pendidikan minimal (D-I) Kompetensi TIK
6 Tenaga
Layanan Khusus
Pemenuhan
jumlah tenaga layanan khusus.
Jenis dan jumlah tenaga layanan khusus
5) Kisi-kisi dari STANDAR SARANA DAN PRASARANA
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTBERTBERTBERTARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONAL
Memenuhi kebutuhan pembangunan/penyediaan/pengembangan
ruang, lab, tempat olah raga, tempat pembelajaran di luar kelas, tempat apresiasi,
dan lain-lain yang bertaraf internasional
Luas lahan Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik,
sebagaimana tercantum pada Tabel 1 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Kerjasama antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta masyarakat secara bersama bertanggungjawab dalam hal investasi
lahan
Kea-manan Terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
jiwa.
Kenya-manan Terhindar dari gangguan pencemaran
1 Lahan
Ijin pemanfaatan lahan
Keperuntukan, ijin
Luas lantai Memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lantai terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum pada tabel 2 dari
Standar Sarana dan Prasarana.
Kese-lamatan Kekuatan, fasilitas, anti bahaya
Kese-hatan Sanitasi, pengelolaan pencemaran Memiliki kemampuan pengelolaan pencemaran lingkungan
2 Bangu-nan
Kenyamanan Ventilasi dan pencahayaan. Memanfaatkan fasilitas teknologi sesuai
spesifikasi, kualitas dan jumlahnya
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 203
Daya listrik Daya listrik Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya sesuai kebutuhan
Ijin bangunan Izin bangunan dan penggunaan
Peme-liharaan Jenis dan waktu pemeliharaan
Kecu-kupan secara kuanti-tas
Pengembangan kebutuhan bangunan, inventarisasi bangunan
Jumlah dan jenis pengembangan bangunan
Terdiri dari minimal 14 ruang/kelengkapan sarpras
Terdapat penambahan, perluasan, dan pengayaan kelengkapan sarpras
Terdapat laboratorium komputer Terdapat tambahan jumlah dan jenis ruang
Terdapat laboratorium bahasa Laboratorium matematika
Laboratorium Fisika
Laboratorium Kimia
Laboratorium Biologi
Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar (PTD)
Laboratorium IPS
Ruang penelitian dan pengembangan (R & D)
Ruang media pembelajaran
Ruang apresiasi, pertunjukan, pameran, presentasi, dll
Ruang serbaguna/aula
Green hause/sejenisnya
Keleng-kapan prasarana
Sarana dan prasarana pengembangan ekonomi
kreatif
Jumlah, kapasitas, rasio luasan/peserta didik ruang kelas
Berbasis TIK
Ruang kelas
Standar sebagaimana tercantum pada Tabel 4 dari Standar Sarana dan
Prasarana.
Pemenuhan tambahan sarpras
Tempat baca, luasan, lebar, dan
pencahayaan ruang perpustakaan
Berbasis TIK (e-library) dan kecukupan ruang
serta sumber belajar
Ruang perpus-
takaan
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 5 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Tempat praktik, daya tampung, rasio luasan/peserta didik, luasan,
pencahayaan, air bersih.
Ruang laboratorium IPA
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 6 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Fungsional, jenis ruang, jumlah ruang, luasan
Terdapat tambahan sarpras ruang pimpinan Ruang pim-pinan
Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 7 dari Standar
Sarana dan Prasarana.
Fungsional, luasan, pencahayaan, jenis, jumlah
Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk pengembangan profesionalisme guru
Ruang guru
Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 8 dari Standar
Sarana dan Prasarana.
Rasio, jumlah, janis Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk TU Ruang tata usaha
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pasa Tabel 9 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Jenis, jumlah, luasan, kenyamanan Tempat ibadah
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Standar Sarana dan Prasarana.
Luasan, kenyamanan, jenis/jumlah Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang
konseling
Ruang konse-ling
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 10 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Luasan, jenis, jumlah, kenyamanan Ruang UKS
Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 11 dari Standar
Sarana dan Prasarana.
Luas dan jumlah/jenis
Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang
organisasi kepeserta didikan
Ruang organi-
sasi kepeserta didikan Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pasa Tabel 12 dari Standar
Sarana dan Prasarana.
Jumlah, jenis, luasan, keamanan
Jamban
Dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pasa Tabel 13 dari Standar Sarana dan Prasarana.
3 Kelengkapan Prasarana dan
Sarana
Gudang Luasan, jumlah, jenis
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 204
Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 14 dari Standar Sarana dan Prasarana.
Ruang sirkulasi Luasan, keamanan, kenyamanan
Tempat bermain/
berolahraga
Rasio, jenis, jumlah, kondisi Sarpras olah raga di dalam ruang/gedung
Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 15 dari Standar
Sarana dan Prasarana.
6) Kisi-kisi dari STANDAR PENGELOLAAN
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Muatan aspek-aspek keinternasionalan Perumusan dan penetapan visi sekolah
Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek visi
keinternasionalan dan lebih luas
Visi sekolah
Sosialisasi
Misi sekolah Perumusan dan penetapan misi sekolah Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek misi
sekolah yang lebih luas
Perumusan dan penetapan tujuan sekolah Tujuan 4 (empat) tahunan dan 1 (satu) tahunan Tujuan sekolah
Kesesuaian dengan aspek-aspek SNP.
Rencana kerja jangka empat tahun atau RKS
Indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf internasional.
Rencana kerja satu tahun atau RKAS RKS dan RKAS yang memuat indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf
internasional telah disosialisasikan oleh pemimpin sekolah.
Sosialisasi
Isi RKAS
Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta
didik
Matrikulasi (bridge course)
Bentuk pembinaan kepeserta didikan
Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
Perencanaan kegiatan bidang kepeserta
didikan.
Pembinaan kepeserta didikan dalam
pengembangan ekonomi kreatif
Strategi pengembangan
Langkah pengembangan
Perencanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK
Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional
Perencanaan kurikulum dalamkegiatan PBKL
Perencanaan kurikulum dalamkegiatan pengembangan ekonomi kreatif
Perencanaan kegiatan bidang
pengembangan kurikulum dan pembelajaran.
Perencanaan kurikulum dalamkegiatan life skill
Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN
pengelolaan pendayagunaan pendidik
Perencanaan kegiatan bidang
pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN
pengelolaan pendayagunaan tenaga
kependidikan
Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan
prasarana pembelajaran.
Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang
sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah.
Perencanaan alokasi anggaran dari pemda provinsi
Perencanaan alokasi anggaran dari pemda kab/kota
Perencanaan alokasi anggaran dari komite sekolah/orang tua peserta didik
Perencanaan alokasi anggaran dari pusat
(Depdiknas)
Perencanaan alokasi anggaran dari
stakeholders lain
Perencanaan alokasi anggaran untuk
pengembangan pembinaan kepeserta didikan
Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.
Perencanaan alokasi anggaran untuk peserta didik tidak mampu
Perencanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran
Pengembangan penciptaan kultur sekolah: perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan/evaluasi kegiatan dan hasil-hasilnya
1 Rencana Kerja Seko-lah
Rencana kerja sekolah
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
Rencana Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 205
Rencana Bentuk kerjasama/kemitraan
Perencanaan implementasi sekolah berbasis TIK
Perencanaan Implementasi system manajemen
mutu atau ISO 9001
Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau ISO 14000
Perencanaan kegiatan PBKL
Perencanaan kegiatan pengembangan ekonomi
kreatif
Perencanaan kegiatan life skill
Perencanaan pengembangan sistem manajemen sekolah
Perencanaan SIM berbasis TIK/cyber school
Perencanaan pengawasan Perencanaan pengawasan IKKT
Perencanaan kegiatan evaluasi diri. Perencanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI
Perencanaan evaluasi kinerja pendidik
dan tenaga kependidikan.
Perencanaan kegiatan persiapan bahan
akreditasi
Perencanaan kegiatan persiapan bahan
akreditasi internasional
Pedo-man pengelolaan
sekolah
Pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
Pedoman pengelolaan program/kegiatan dalam upaya pencapaian pemenuhan IKKT
Struktur organi-
sasi sekolah
Struktur organisasi dengan uraian tugas Tambahan/pengembangan anggota organisasi
dalam pencapaian pemenuhan IKKT
Pelaksanaan
kegiatan sekolah
Pelaksanaan kegiatan sekolah
Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik
Matrikulasi (bridge course)
Bentuk pembinaan kepeserta didikan
Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
Pembinaan kepeserta didikan bidang life skill
Bidang kepeserta didikan
Pelaksanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.
Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan ekonomi kreatif
Strategi pelaksanaan pengembangan
Langkah pelaksanaan pengembangan
Pelaksanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK
Pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbentuk bilingual
Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional
Bidang kuriku-
lum dan kegiatan pembe-lajaran
Pelaksanaan bidang pengembangan
kurikulum dan pembelajaran.
Legitimasi dari sekolah/lembaga pendidikan
internasional
Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN
pengelolaan pendayagunaan pendidik
Bidang pendidik
dan tenaga kepen-didikan
Pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.
Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN
pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan
Bidang sarana
dan prasa-rana
Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan
prasarana pembelajaran.
Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang
sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah.
Pengelolaan penggunaan dana bantuan: pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, komite sekolah, dan sumber dana lain
Audit penggunaan dana
Pertanggungjawaban /pelaporan pengelolaan dana sekolah
Bidang keuang-an dan pembi--ayaan
Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.
Implementasi MBS dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan
Budaya dan lingkungan
sekolah
Penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Pengembangan penciptaan kultur sekolah
Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan
Tujuan kerjasama/kemitraan
Bentuk kerjasama/kemitraan
Peran serta masyarakat dan
kemitraan sekolah
Keterlibatan masyarakat pendukung dan membangun kemitraan dengan lembaga
lain yang relevan.
Legitimasi kerjasama/kemitraan
Implementasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi sekolah berbasis TIK dan PAS
Implementasi system manajemen mutu atau ISO
9001
2 Pelak-sanaan Renca-na Kerja
Seko-lah
Pengembangan sistem manajemen mutu
sekolah
Implementasi system manajemen mutu atau ISO
14000
Program pengawasan dan sosialisasi Kepemilikan program pengawasan dengan Isi /
sasaran IKKT
Pelaksanaan pengawasan Pelaksanaan pengawasan IKKT
Pro-gram penga-
wasan
Isi / sasaran kepengawasan
Evaluasi diri Pelaksanaan kegiatan evaluasi diri. Pelaksanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI
3 Pengawasan
dan Evalu-asi
Evaluasi pendayagunaan
pendidik dan tenaga kepen-
didikan
Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 206
Akreditasi sekolah
Pelaksanaan persiapan bahan akreditasi Pelaksanaan persiapan bahan yang diperlukan untuk akreditasi sekolah oleh badan akreditasi internasional
4 Kepemimpin-an Seko-lah
Kepe-mim-pinan kepala dan wakil
kepala sekolah
Struktur kepemimpinan Struktur kepemimpinan sekolah yang dikembangkan sesuai kondisi sekolah
Pelaksanaan /menerapkan SIM berbasis
TIK/cyber school
5 Sistem Infor-
masi manajemen
seko-lah
Penge-lolaan
info-rmasi manajemen
sekolah
Sistem informasi manajemen
Sasaran/bidang yang dimasukkan/terprogram dalam SIM sekolah berbasis TIK
7) Kisi-kisi dari STANDAR PEMBIAYAAN
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Sumber dana dari pemerintah pusat
Sumber dana dari pemda provinsi
Sumber dana dari pemda kab/kota
Sumber dana dari komite sekolah/orang tua
peserta didik
Penyusunan
RAPBS
Keterlibatantakeholders sekolah dalam
penyusunan RKS dan RKAS
Sumber dana dari stakeholders lain
Pencapaian dana bantuan untuk investasi
sarana dan prasarana utama dari pemerintah pusat
Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari pemerintah
provinsi
Pencapaian dana bantuan untuk investasi
sarana dan prasarana utama dari pemerintah kab/kota
Pencapaian dana bantuan untuk investasi
sarana dan prasarana utama dari masyarakat/komite sekolah/dll
Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah pusat
Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah provinsi
Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan
prasarana lain dari pemerintah kab/kota
Sarana dan
prasarana
Catatan tahunan berupa dokumen nilai
aset sarana dan prasarana
Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan
prasarana lain dari masyarakat/komite sekolah/dll
Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari
pemerintah pusat
Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari
pemerintah provinsi
Pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan
Pembelanjaan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
Pencapaian perolehan dana bantuan investasi
pendidik dan tenaga kependidikan dari pemerintah kab/kota
1 Biaya Investasi
Modal kerja Modal kerja untuk membiayai seluruh kebutuhan pendidikan
Gaji pendidik Pembayaran gaji, insentif, transport, dan
tunjangan lain pendidik
Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi
pendidik
Gaji tenaga
kependidikan
Pembayaran gaji, insentif, transport, dan
tunjangan lain tenaga kependidikan
Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi tenaga
kependidikan
Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran bilingual
Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran berbasis TIK
Pencapaian pembiayaan pengadaan bahan ajar
Kegiatan pembelajaran
Mengalokasikan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran di luar sekolah
Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi akademik
Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi non akademik
Pencapaian pembiayaan kegiatan PPDB
Pencapaian pembiayaan kegiatan matrikulasi
Pencapaian pembiayaan kegiatan PBKL
Pencapaian pembiayaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif
Pencapaian pembiayaan kegiatan PTD
2 Biaya
Operasional
Kegiatan kepeserta
didikaan
Alokasi dana untuk kegiatan kepeserta didikan.
Pencapaian pembiayaan kegiatan life skill
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 207
Alat tulis sekolah Pengeluaran biaya pengadaan alat tulis.
Bahan habis pakai
Pengeluaran biaya pengadaan bahan habis pakai
Alat habis pakai Pengeluaran biaya pengadaan alat habis pakai.
Kegiatan rapat Pengeluaran biaya pengadaan kegiatan rapat.
Transport dan
perjalanan dinas
Pengeluaran biaya pengadaan transport
dan perjalanan dinas.
Pencapaian pembiayaan kegiatan perjalanan ke
luar negeri
Penggandaan
soal-soal ujian
Pengeluaran biaya penggandaan soal-soal
ujian
Pencapaian pembiayaan penggandaan soal dan
penyelenggaraan tes, ujian, dan lainnya yang bertaraf internasional
Daya dan jasa Penyediaan biaya pengadaan daya dan
jasa
Kegiatan
operasional pendidikan tidak
langsung
Penyediaan anggaran untuk mendukung
kegiatan operasional tidak langsung
Pencapaian pembiayaan jasa internet
Pencapaian pungutan biaya pendidikan Sumbangan
pendidikan
Penggunaan sumbangan pendidikan atau
dana dari masyarakat Pencapaian dana sumbangan
Uang sekolah Penetapan uang sekolah mempertimbangkan kemampuan ekonomi
orangtua peserta didik.
Pencapaian/realisasi biaya operasional pendidikan per anak per tahun
Subsidi silang Pelaksanaan subsidi silang
Biaya operasional
lain
Penggalangan biaya operasional lain di
samping iuran komite rutin dan fisik sekolah
Penetapan biaya operasional
Pengambilan keputusan dalam penetapan dana dari masyarakat
3 Biaya Personal
Pengelolaan biaya operasional
Pengelolaan dana dari masyarakat
Pedo-man penge-lolaan keu-angan
Pedoman pengelolaan keuangan
Pembu-kuan biaya opersional
Pembukuan biaya opersional
4 Transparansi dan
Akuntabilitas
Laporan
pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan
Pembuatan laporan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan dan menyampaikannya pada pemerintah atau
yayasan.
Laporan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan berbasis TIK/website (online system)
8) Kisi-kisi dari STANDAR PENILAIAN
NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL
Penginformasian rancangan penilaian dalam
silabus berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD
Penginformasian kriteria penilaian dalam silabus
berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD
Penginformasian RPP berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan
TIK/PTD pada awal semester.
Informasi silabus
mata pelajaran
Penginformasian silabus mata pelajaran
SNP
Penginformasian bahan ajar/buku/referensi berbentuk bilingual mata pelajaran IPA,
Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD pada awal semester
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun
silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA.
1 Penilaian oleh
pendidik
Indikator pencapaian KD
dan teknik penilaian
Pengembangan indikator pencapaian KD dan teknik penilaian SNP
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap
teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 208
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan,
dan pendalaman mata pelajaran Matematika.
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap
teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Matematika.
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Bahasa Inggris
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap
teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan,
dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD
Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap
teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan,
diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian
mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf
internasional berbentuk bilingual.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian
mata pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan
diperdalam bertaraf internasional.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian
mata pelajaran Matematika yang telah
dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk
bilingual.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian
mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan
diperdalam bertaraf internasional.
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian
mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf
internasional.
Pengem-bangan instru-men
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian SNP
Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan,
diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk bilingual.
Pelaksanaan penilaian
Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan mata
pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD dalam bentuk bilingual
Pengolahan hasil penilaian
Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik berbasis TIK
Pengem-balian hasil penilaian
Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik.
Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik berbasis TIK dan berbentuk
bilingual.
Peman-faatan
hasil penilaian
Pemanfaatan hasil penilaian untuk
perbaikan penilaian dan pembelajaran
Pemanfaatanhasil penilaian untuk perbaikan
penilaian dan pembelajaran berbasis TIK dan bilingual.
Pela-poran hasil penilaian pada
akhir semes-ter
Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala
sekolah dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik.
Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah
dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik berbasis TIK dan bilingual.
Pela-poran hasil
penilaian akhlak mulia
Pelaporan hasil penilaian akhlak peserta
didik kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian peserta didik
kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan
Penen-tuan Kriteria Ketun-
tasan Minimum (KKM)
Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan ketentuan
Penentuan KKM pada mata pelajaran bertaraf internasional seperti: IPA, Matematika, Bahasa
Inggris, dan TIK/PTD, dengan memperhatikan standar nilai internasional (mutu internasional)
2 Peni-laian oleh Satuan Pendi-
dikan
Koordinasi
evaluasi
Pengkoordinasian evaluasi tengah
semester, evaluasi akhir semester, dan evaluasi kenaikan kelas.
Koordinasi evaluasi awal semester terhadap
kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik dalam rencana
belajar/prestasi yang akan dicapai dan dilakukan pada awal tahun ajaran;
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 209
Koordinasi evaluasi akhir semester terhadap kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik atas hasil-hasil
belajar/prestasi yang telah dicapai dan dilakukan pada akhir tahun ajaran
Kriteria kenaikan kelas
Penentuan kriteria kenaikan kelas Penerapan sistem SKS
Penen-tuan nilai akhir kelom-pok
mata pelaja-ran
Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani, olahraga, dan kesehatan
Penentuan nilai akhir mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD
Penye-lengga-raan ujian
sekolah
Penyelenggaraan ujian sekolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari
ujian sekolah
Penyelenggaraan ujian sekolah yang bertaraf internasional dan menentukan kelulusan peserta
didik dari ujian sekolah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) ujian sekolah,
khususnya mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD
Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran dalam bentuk bilingual untuk semua kelompok mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik.
Pela-poran hasil penilaian mata
pela-jaran
Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
pada setiap akhir semester
Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk
semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik
dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik dengan SIM yang berbasis TIK
Pela-poran
pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendi-dikan
Pelaporan pencapaian hasil belajar
tingkat satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan
pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk bilingual dengan dan TIK (ONLINE system)
Penen-tuan kelu-lusan
Penentuan kelulusan peserta didik melalui rapat dewan guru sesuai kriteria
kelulusan.
Pelaksanaan ujian sekolah yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Bertaraf
Internasional dan Standar Isi yang diperkaya dengan standar dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Pelaksanaan ujian sekolah dalam bahasa Inggris
atau bahasa asing lainnya.
Fasilitasi peserta didiknya untuk mengakses
sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang
sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Pener-bitan SKHUN
Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan Nasional (SKHUN)
Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan bertaraf internasional setiap peserta
didik yang mengikuti Ujian bertaraf internasional
Pener-bitan ijazah
Penerbitan dan penyerahan ijazah setiap peserta didik yang telah lulus bagi sekolah
penyelenggara UN.
Penerbitan dan penyerahan serifikat bertaraf internasional pada setiap peserta didik yang telah
lulus bagi sekolah penyelenggara ujian internasional.
3 Penilaian oleh peme-rintah
Peman-faatan hasil UN untuk
penen-tuan kelan-jutan studi
Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta didik baru
Hasil ujian bertaraf internasional digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta
didik baru pada jenjang pendidikan lanjutan yang bertaraf internasional
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 210
LAMPIRAN – 3: CONTOH BERITA ACARA
SERAH TERIMA PENYELENGGARAAN RSBI/SBI DARI PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA
KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
BERITA ACARA
……………………………
NOMOR: ---------------------------------
……………………………
TENTANG
SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
DAN / ATAU
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)
DARI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. ……..
KEPADA
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI ……………………………..
Dalam rangka pelaksanaan: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI); (2) Peraturan Pemerintah Nomor 48Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan; (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; dan (2) Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, maka perlu dilaksanakan
pengalihan/serah terima status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau
yang dipersiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dari
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ….. ………………… kepada Pemerintah Daerah Provinsi
……………………………
Pada hari ini …… tanggal ….bulan ….tahun ….bertempat di ….., kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : ………………………………….
Jabatan : Bupati/Wali Kota ……..
Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ….. yang
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama : ……………………………………
Jabatan : Gubernur …………………..
Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi ….. yang selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA
Dengan ini kedua belah pihak telah sepakat untuk melaksanakan serahterima status penyelenggaraan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu SMP
……………………… yang berkedudukan di ………………. , dengan ketentuan sebagaimana tersebut di bawah
ini.
Pasal 1
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 211
(1) PIHAK PERTAMA menyerahkan status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) tersebut beserta: (1) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS)
RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I, II, III, …., (3) sosialisasi kurikulum RSBI/SBI, (4) pendanaan pendidikan RSBI/SBI, dan (5)
pengendalian mutu pendidikan RSBI/SBI dalam Berita Acara ini, kepada PIHAK KEDUA untuk
diterima menjadi asset, diselenggarakan, dikelola, dan dibina sesuai kewenangannya berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
(2) PIHAK PERTAMA membantu PIHAK KEDUA dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan
menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut PASAL 1 (1) sesuai dengan
kewenangan, kemampuan, dan kondisi PIHAK PERTAMA.
(3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS) RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI
dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III, …….., merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Pasal 2
Penyerahan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang
disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, PIHAK KEDUA menerima penyerahan tersebut dan
mendayagunakan seoptimal mungkin bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 3
Berita Acara Serah Terima ini dibuat untuk disampaikan kepada PIHAK PERTAMA (bermeterai), PIHAK
KEDUA (bermeterai), Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, Ketua DPRD Provinsi ….,
Ketua DPRD Kabupaten/Kota …., Kepala Bappeda Provinsi …., Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi …., Kepala Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi …., Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi ….,
Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi …., Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi …., Kepala Biro Hukum
dan HAM Setda Provinsi …., Kepala Dinas Pendidikan Provinsi …., Kepala Kantor Arsip Daerah Provinsi
….., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota …., Bagian Umum, Perlengkapan dan Aset Setda
Kabupaten/Kota …., Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten/Kota …., …. Dan
lain-lain sesuai kondisi dan kebutuhan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
…………………….. ………………………….
DILAKUKAN DIHADAPAN
KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….
……………………………………………………………………….
KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….
………………..……………………………………………………
LAMPIRAN I
BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI …………………………………….
……………………………
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 212
NOMOR: ---------------------------------
……………………………
NAMA-NAMA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ……..:………..
NO. NAMA NIP TEMPAT/
TGL LAHIR
PENDIDIKAN (KUALIFIKASI
DAN BIDANG STUDI) JABATAN
STATUS
KEPEGAWAIAN
PANGKAT/
GOLONGAN TEMPAT
PNS SMP …..
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
…………………….. ………………………….
DILAKUKAN DIHADAPAN
KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….
……………………………………………………………………….
KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….
………………..……………………………………………………
LAMPIRAN II
BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI …………………………………….
……………………………
NOMOR: ---------------------------------
……………………………
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 213
SARANA DAN PRASARANA KABUPATEN/KOTA ……..:………..
A. BARANG TIDAK BERGERAK/TANAH/BANGUNAN
NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN
B. BARANG BERGERAK/INVENTARISASI LAINNYA
NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
…………………….. ………………………….
DILAKUKAN DIHADAPAN
KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….
……………………………………………………………………….
KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….
………………..……………………………………………………
LAMPIRAN ........................
BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI …………………………………….
……………………………
NOMOR: ---------------------------------
……………………………
…………………………………………………
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 214
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
…………………….. ………………………….
DILAKUKAN DIHADAPAN
KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….
……………………………………………………………………….
KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….
………………..……………………………………………………
LAMPIRAN-4:
PANDUAN PROSES PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA RINTISAN SBI
A. Pendahuluan
Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) kurikulum SBI (Sekolah Bertaraf
Internasional) diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup
dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan global,
ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 215
menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta
mewujudkan karakter nasional. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu
mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.
Model pembelajaran kurikulum SBI yang mengarah kepada pembelajaran terpadu antar
bidang IPA merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk
diaplikasikan pada kegiatan pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip secara holistik dan autentik. Pembelajaran ini merupakan model yang
mengarah pada integrasi beberapa pokok bahasan secara tematik.
Melalui pembelajaran IPA yang terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik,
bermakna, autentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang
guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik.
Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan
menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi
bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema
kognitif, sehingga peserta didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia
nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu
wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah
dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep
atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya
tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi
dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan
hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya,
atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan
perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran
terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas
berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk
pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan
lebih efektif.
B. Persyaratan Pengelolaan Proses Pembelajaran IPA
1. Jumlah maksimum peserta didik setiap rombongan belajar adalah 24 peserta didik.
2. Penyiapan pelaksanaan pembelajaran IPA dalam SBI diperhitungkan sebagai beban
tugas dengan kesetaraan 2 jam persiapan setara dengan 1 jam tatap muka.
3. Buku teks IPA berbahasa Inggris merupakan salah satu sumber belajar dalam
pembelajaran IPA. Rasio antara jumlah buku teks dan jumlah siswa adalah 1 : 1.
4. Pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan aktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 216
5. Materi pelajaran disesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta
didik.
6. Laboratorium memiliki peralatan dan bahan yang memadai, serta laboran.
7. Sekolah memiliki perangkat TIK berbasis internet.
8. Menerapkan sistem siswa pindah kelas (moving class).
C. Perencanaan Pembelajaran IPA
1. Rencana pembelajaran IPA disusun dengan memperhatikan perbedaan individu
peserta didik.
2. Rancangan proses pembelajaran IPA harus mampu mendorong partisipasi aktif
peserta didik.
3. Rencana pembelajaran IPA mencerminkan penumbuhan budaya membaca dan
menulis.
4. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
5. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
mata pelajaran, keragaman budaya, dan isu-isu lokal dan global.
6. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi dalam pembelajaran IPA.
7. RPP dikembangkan dalam bahasa Inggris memuat maksimal satu kompetensi dasar
untuk satu kali pertemuan atau lebih.
8. Substansi RPP sekurang-kurangnya berisi: SK, KD, Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Metode pembelajaran, Langkah-Langkah Pembelajaran, Sumber
belajar, dan Penilaian hasil belajar.
9. Bahan ajar disiapkan dan dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti handout,
LKS, modul, dan bahan ajar berbasis TIK.
D. Pelaksanaan Pembelajaran IPA
1. Pembelajaran menggunakan bahasa Inggris.
2. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara
ilmiah.
3. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif.
4. Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil
keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah.
5. Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.
6. Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui
cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan.
7. Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran.
8. Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan
mengkomunikasikan data.
9. Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan
teknologi sederhana.
10. Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain.
11. Melatih peserta didik untuk melakukan metakognisi mengenai proses dan hasil
pembelajarannya.
12. Melatih peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui tugas-tugas
autentik.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 217
E. Contoh-contoh RPP yang Membangun Dampak Sertaan Berbeda.
1. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain
secara logis, kritis, dan kreatif.
2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
3. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri dan kolaboratif sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
4. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mendeskripsi gejala alam dan sosial.
6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
7. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
PANDUAN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA RINTISAN SBI
A. Prinsip 1: Pembelajaran Bahasa secara Terpadu
Pengembangan kompetensi mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis dalam proses
pembelajaran hendaknya selalu diupayakan dalam bentuk kegiatan berbahasa terpadu yang
melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa.
1. Aplikasi (contoh-contoh)
• Pengembangan kompetensi mendengarkan dapat dikaitkan dengan kegiatan berbicara
atau menulis. Demikian juga, pengembangan kompetensi membaca dapat dikaitkan
dengan kegiatan berbicara atau menulis. Jika ini dilakukan, maka fungsi kegiatan
berbicara atau menulis adalah sebagai indikator dikuasainya kompetensi mendengarkan
atau membaca.
• Dalam mengembangkan kompetensi berbicara, para siswa diminta untuk mendengarkan
teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian
berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk
mengungkapkan pendapatnya secara lisan (pengembangan kompetensi berbicara).
Dengan cara demikian, para siswa juga dilatih mengembangkan keterampilan berpikir
secara kritis melalui komunikasi lisan.
• Dalam mengembangkan kompetensi menulis, para siswa diminta untuk mendengarkan
teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian
berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk
mengungkapkan pendapatnya secara tertulis (pengembangan kompetensi menulis).
Melalui kegiatan ini, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan bersamaan
dengan pengembangan keterampilan menulis dengan menggunaan ragam bahasa
formal.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 218
• Selain kegiatan berbicara atau menulis secara terpadu, kegiatan berbicara atau menulis
dapat juga dilakukan secara mandiri dari segi isi atau ide yang diungkapkan. Kegiatan
berbicara atau menulis tentang dirinya sendiri (latar belakang pendidikan, latar belakang
keluarga, pengalaman diri sendiri) termasuk kegiatan yang mandiri, yaitu semua
informasi yang dipaparkan berasal dari dirinya sendiri, bukan berasal dari apa yang baru
saja didengar atau dibaca.
2. Implikasi
• Perlu dikembangkan dan/atau dihimpun bahan-bahan ajar dalam bentuk teks tulis dan
lisan dari berbagai sumber seperti koran, majalah, TV (rekaman atau langsung), internet,
dan radio (rekaman atau langsung), yang berisi topik-topik yang relevan sehingga dapat
digunakan untuk pengembangan kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk
membentuk kompetensi berbicara dan menulis yang sekaligus membentuk kompetensi
mendengarkan dan membaca.
• Perlu diselenggarakan sarasehan para guru sesama pengajar Bahasa Inggris (misalnya
dalam wadah MGMP) untuk mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar seperti
tersebut di atas. Selain mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar, sarasehan
guru juga dapat diarahkan untuk secara bersama-sama memikirkan pengembangan
strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk membantu para siswa menguasai
kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
B. Prinsip 2: Selalu saling belajar
Proses pembelajaran hendaknya memberdayakan semua pihak melalui strategi yang
memungkinkan terjadinya proses saling belajar secara berkelanjutan sehingga sekolah akan
berkembang menjadi organisasi pembelajaran. Pengembangan profesional secara
berkelanjutan bagi guru dapat dilakukan dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
1. Aplikasi (contoh-contoh)
• Potensi unik masing-masing siswa dimanfaatkan untuk mengatasi kendala yang ada
demi peningkatan efektivitas pembelajaran. Misalnya, siswa yang lafalnya bagus diminta
memberikan contoh atau menjadi tutor bagi teman-temannya, dan mereka yang mahir
menulis diminta untuk menjadi tutor bagi siswa yang memerlukannya. Mereka yang
pintar menggambar diminta untuk membuat ilustrasi bagi cerita yang dibuat temannya.
• Siswa difasilitasi untuk dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya dan
mengenali kelebihan orang lain yang dapat membantunya untuk mengatasi kekurangan
dirinya lewat diskusi reflektif berdasarkan data penilaian.
• Siswa dilatih untuk menyimak siswa lain yang sedang menjawab pertanyaan atau
berpendapat dan diminta mensikapi jawaban atau pendapat tsb.
• Guru dengan senang hati bersedia menerima kritik dan saran siswanya, baik dalam hal
cara mengajarnya, cara memperlakukan siswanya, kinerja bahasa Inggrisnya, dan sikap
sosialnya serta penampilan fisiknya.
• Pada saat yang tepat, guru berani mengakui kekurangan dan kesalahan di depan siswa-
siswanya.
• Dari waktu ke waktu, dalam situasi yang tepat, guru mengajak siswa untuk bersama-
sama meningkatkan diri.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 219
• Sesama guru bahasa Inggris saling mengamati proses pembelajaran di kelas dan saling
memberikan masukan untuk kemajuannya, dan lebih bagus jika dilakukan dengan
penelitian tindakan kelas.
2. Implikasi
• Perlu disusun (1) perangkat instrumen untuk mengenali gaya belajar siswa; (2)
perangkat instrumen untuk mengenali tipe kepribadian siswa; (3) perangkat instrumen
untuk mengenali strategi belajar yang efektif; (4) perangkat instrumen untuk menilai
kinerja guru di kelas; dan (5) sarana komunikasi untuk beri kesempatan kepada mereka
yang kurang berani berpendapat secara terbuka.
• Perlu dilakukan upaya untuk mencapai pemahaman yang sama di antara guru tentang
pentingnya suasana demokratis, keterbukaan, partisipasi, dan transparansi, serta
pelaksanaannya di kelas.
C. Prinsip 3: Belajar Efektif tanpa Tekanan
Proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
1. Aplikasi (Contoh-contoh)
• Pelajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa di lingkungannya, minat, hobi dan tata
nilai mereka (penerapan pendakatan CTL) dengan tetap memperhatikan tingkat
perkembangan dan tingkat kemampuan mereka.
• Berbagai media pembelajaran yang menarik digunakan secara tepat, mulai dari media
sederhana sampai dengan media berteknologi.
• Siswa didorong untuk mengusulkan topik atau kegiatan yang relevan dengan bahan
pelajaran.
• Siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan komunikatif (information gap activities) yang
menarik dan menyenangkan sehingga mereka berkesempatan untuk menggunakan
bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam suasana yang kondusif.
• Umpan balik tentang kesalahan (errors) dan kesilapan (mistakes) disampaikan dengan
cara yang memberdayakan, yaitu cara yang membuat siswa berterima kasih atas umpan
balik tsb. dan mampu memperbaikinya.
2. Implikasi
• Guru bersikap ramah, suka memberi apresiasi pada saat yang tepat, dan siap membantu
ketika siswa dalam kesulitan belajar, bersikap adil serta menghindari kata-kata yang
menyakiti perassan siswa.
• Perlu disusun instrumen untuk mengidentifikasi minat peserta didik.
• Perlu disediakan berbagai macam media dan permainan bahasa.
• Perlu disediakan berbagai bahan yang memenuhi kebutuhan belajar siswa
• sesuai dengan gaya belajarnya.
D. Prinsip 4: Belajar Mandiri
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 220
Proses pembelajaran hendaknya mendorong kemandirian siswa, yang tercermin dalam
kemahiran membuat perencanaan belajar, penggunaan strategi belajar yang tepat, dan
pencapaian target belajar yang telah ditetapkan sendiri, terutama tingkat kemahiran
berbahasa Inggris.
1. Aplikasi (Contoh-contoh)
• Siswa dibantu dalam mengenali gaya belajar dan tipe kepribadiannya.
• Siswa didorong untuk menentukan target tingkat kemahiran yang ingin dicapai.
• Siswa didorong untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar mandiri tak
terstuktur secara bertanggung jawab.
2. Implikasi
• Perlu disusun instrumen identifikasi gaya belajar dan tipe kepribadian.
• Perlu disusun formulir kontrak belajar, yang diisi oleh siswa dengan target pencapaian
belajar dan bagaimana mencapainya, dengan diketahui oleh guru untuk dicocokkan
dengan hasil penilaian di akhir semester.
• Perlu disusun panduan kerja mandiri bagi siswa, yang memuat deskripsi tugas (cakupan,
prosedur, dan kriteria penilaiannya).
E. Prinsip 5: Belajar sebagai transformasi budaya
Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan tetap
menyerap nilai-nilai asing yang mendukung pengembangan potensi peserta didik secara
menyeluruh.
1. Aplikasi
• Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupan yang terkandung
dalam teks berbahasa yang dipelajari.
• Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam teks
berbahasa Inggris dan menilai apakah nilai-nilai tsb. bersifat universal atau khas bangsa
tertentu, lalu diminta menentukan apakah nilai-nilai tsb. dapat mendukung
perkembangan potensi kepribadian siswa sebagai pelajar Indonesia.
• Siswa dilibatkan membuat aturan untuk kehidupan di kelas agar perilaku warga kelas
sesuai dengan kepribadian Indonesia yang dicita-citakan.
2. Implikasi
• Disediakan bacaan-bacaan, baik umum maupun sastrawi, dan bahan audio dan audio-
visual seperti sandiwara dan film yang membahas dan/atau mengandung nilai-nilai
kultural.
• Diadakan berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa mengalami praktik nilai-nilai
asing yang telah dipilih.
F. Prinsip 5: Keteladanan
Dalam proses pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan hendaknya memberikan
keteladanan dalam bersikap dan berperilaku secara etis, estetis dan intelektual.
1. Aplikasi
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 221
• Guru menunjukkan rasa hormat kepada siswanya.
• Guru menunjukkan keadilan terhadap siswanya.
• Guru menunjukkan kejujuran dalam berurusan dengan siswanya.
• Guru dengan senang hati menerima kritikan dari muridnya.
• Guru menjaga agar ucapan dan perilakunya tidak menyinggung perasaan siswa.
• Guru gemar membaca dan mencari informasi lewat internet.
• Guru berpakaian sopan dan rapi.
• Guru menunjukkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya setempat.
• Guru membedakan urusan pribadi dan urusan dinas.
• Guru bersikap kritis terhadap informasi apapun yang diterimanya.
2. Implikasi
� Siswa bersama guru membuat pedoman tentang perilaku-perilaku yang disarankan
untuk dilakukan dan yang dilarang.
� Siswa bersama guru membuat aturan tentang cara berpakaian.
� Untuk guru disediakan peralatan ICT yang mencukupi.
� Untuk guru disediakan buku-buku yang memadai sebagai referensi pengembangan diri.
� Untuk siswa disediakan sumber belajar, termasuk buku-buku sastra.
G. Prinsip 6: Pembelajaran mendorong kreativitas
Proses pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku dengan tetap
memberi peluang untuk berkreativitas demi tercapainya kualitas yang lebih tinggi.
Aplikasi (Contoh-contoh)
• Jika kondisi dan situasi telah memungkinkan hendaknya diselenggarakan kelas yang
berpindah (moving class).
• Proses pembelajaran hendaknya didukung oleh optimalisasi pemanfaatan sarana
teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
• Pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil evaluasi internal (self-
assessment, peer-assessment, school review) dan evaluasi eksternal (akreditasi dan
ujian)
• Siswa dan guru didorong untuk menciptakan karya-karya yang menggali kreativitasnya,
misalnya menciptakan teks drama, puisi, ceritera pendek, kuis dan artikel yang
mengandung gagasan inovatif.
PANDUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA RINTISAN SBI
A. Pengantar
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 222
Seorang guru yang baik adalah guru yang mengenali karakteristik siswanya dan
menggunakan pengetahuannya untuk merancang kegiatan belajar yang bermanfaat bagi
siswanya. Selain itu, guru juga harus mengenal tujuan dari belajar materi ajarnya. Karena
itu, di dalam panduan ini disajikan beberapa hal tentang karakteristik siswa, tujuan belajar
matematika, dan implikasinya dalam pembelajaran matematika. Khusus untuk Sekolah
Bertaraf International, di samping semua hal di atas, guru juga perlu memiliki kemampuan
menyajikan pembelajaran matematika dalam bahasa Internasional yang disepakati.
B. Karakteristik Siswa
Ketika hendak membelajarkan siswa, beberapa karakteristik berikut perlu disadari oleh para
guru.
1. Siswa datang ke kelas tidak dengan kepala kosong. Betapapun naif dan kacau struktur
pengetahuannya, mereka memiliki pemahaman dan persepsi diri terhadap materi
yang akan dibelajarkan kepada mereka.
2. Siswa mengolah semua informasi yang ada dengan menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya.
3. Siswa lebih mengerti ketika belajar dengan berbuat daripada hanya sekedar
mendengar dan/atau melihat.
4. Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik jika diberi kesempatan bekerja sama.
5. Siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat jika hal yang dipelajari bersifat
menantang dan dipandang memberikan manfaat.
Sehubungan dengan hal-hal di atas, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian para
guru.
1. Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama
asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bahkan
harapan yang dibawa siswa ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa dengan cara
membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab.
2. Bekal yang dimiliki siswa hendaknya diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam
mengembangkan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran harus berangkat dari apa yang
dikenal siswa.
3. Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran
konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak lagi
berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-atik
(dimanipulasi) dengan tangan siswa secara efisien.
4. Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran
kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkah-
langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Namun
demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi. Tidak setiap
informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang menuntut
pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual.
5. Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas akan
menantang siswa belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi juga tidak
terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi siswa kalau tugas tersebut
membantu siswa menghubungkan materi yang satu dengan yang lain, dan mampu
meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari materi berikutnya, serta
mengatasi masalah sehari-hari.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 223
C. Tujuan Belajar Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan. Kemahiran
matematika dipandang sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran pada
jenjang lebih lanjut atau untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Namun
demikian, selama ini pembelajaran matematika masih belum mampu menjadikan anak
mahir matematika.
Menurut National Research Council (2001) seorang anak dikatakan mahir dalam matematika
bila pada diri anak itu terdapat 5 komponen yang saling jalin-menjalin sebagai berikut:
1. pemahaman konsep: penguasaan terhadap konsep, operasi, dan relasi matematika
2. kelancaran prosedur: keterampilan dalam menjalankan prosedur secara fleksibel,
akurat, efisien, dan tepat
3. penalaran adaptif: kemampuan merumuskan, menyajikan, dan memecahkan masalah
matematika
4. kompetensi strategis: kemampuan melakukan pemikiran logis, refleksi, menjelaskan,
dan memberikan justifikasi
5. disposisi positif : kecenderungan memandang matematika sebagai sesuatu yang
masuk akal, bermanfaat, berharga, diiringi dengan kepercayaan tentang kemampuan
diri dan perlunya ketekunan
Di samping itu, kehidupan di abad ke-21 (abad teknologi) menuntut setiap insan mahir
dalam sedikitnya 4 hal berikut, yaitu:
1. Mengikuti perkembangan teknologi.
Teknologi yang ada saat ini hampir selalu berubah, bahkan hanya dalam hitungan
detik. Setiap saat manusia ditawari dengan teknologi baru yang menggiurkan dan
membantu penyelesaian tugas secara lebih efektif dan efisien. Karena itu,
pembelajaran matematika perlu membantu siswa memiliki kemampuan untuk
mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
2. Memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Tidak semua tawaran tersebut sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang.
Ketidaksesuaian itu akan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Pembelajaran
matematika perlu berkontribusi untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif.
Masalah yang muncul tidak dapat dipecahkan secara individual, namun diperlukan
kerja sama pakar-pakar dari berbagai disiplin spesialisasi. Para pakar spesialis dituntut
untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif agar masalah dapat
terselesaikan secara komprehensif. Karena itu, pembelajaran matematika perlu
menumbuh berkembangnya kemampuan komunikasi.
4. Memiliki tingkat produktivitas tinggi.
Hanya dengan menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat sajalah seseorang
bisa ikut mewarnai kehidupan. Tanpa itu orang tersebut hanya akan menjadi
konsumen yang kebingungan. Karena itu, pembelajaran matematika perlu
berkontribusi untuk pengembangan daya pikir kreatif dan inovatif ini.
D. Implikasi
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 224
Uraian di atas menunjukkan adanya beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam
pembelajaran matematika, yaitu:
1. penguasaan konsep matematika,
2. kemampuan memecahkan masalah,
3. kemampuan bernalar dan berkomunikasi,
4. kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.
Terkait dengan hal-hal di atas, di dalam panduan ini dilampirkan pula beberapa contoh
perangkat pembelajaran (RPP dan kelengkapannya) yang sengaja difokuskan untuk
mengembangkan salah satu atau beberapa dari karakteristik di atas. Ada perangkat
pembelajaran yang diarahkan untuk menanamkan konsep, mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah, mengembangkan daya nalar dan komunikasi, mengembangkan
kreativitas, dan kombinasinya.
Bahkan, di dalam perangkat pembelajaran yang mengembangkan kombinasi beberapa
kemampuan tersebut, dimungkinkan adanya integrasi pelajaran matematika dengan mata
pelajaran lain, terutama tata nilai dalam kehidupan.
E. Strategi
Untuk mencapai SKL tambahan guru dapat menggunakan beberapa strategi, di antaranya:
1. Membiasakan siswa untuk menggali informasi dari website, perpustakaan, atau dari
resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (teman-
temannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll
2. Membiasakan siswa untuk menulis jurnal refleksi belajarnya
3. Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan
belajar siswa
4. Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah
5. Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara
sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks
PANDUAN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PADA RINTISAN SMP-BI
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Pesatnya perkembanan Teknologi Informasi dan komunikasi dipicu oleh temuan dalam
bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar
terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak
tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar
mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut, melalui pembelajaran yang
mengembangkan proses kemampuan berfikir untuk menghasilkan karya informasi dan
dapat mengkomunikasikan karyanya.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 225
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan
Nasional membawa implikasi terhadap model pembelajaran serta teknik penilaian
yang dilaksanakan di kelas.
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik dalam lingkungan yang mendukung. Proses pembelajaran berlangsung dalam
bentuk kegiatan yang menekankan pada pengalaman belajar, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari pada
hasil. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
B. Tujuan
Panduan Pembelajaran dan Penilaian TIK ini disusun untuk para pendidik dan tenaga
kependidikan dengan tujuan :
1. Memberikan orientasi baru tentang pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
2. Memberikan wawasan secara umum tentang pembelajaran yang dilaksanakan
pada tingkat kelas.
3. Memberikan rambu-rambu pembelajaran TIK
4. Memberikan prinsip-prinsip pengolahan pembelajara.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi meliputi aspek-
aspek sebagai berikut.
1. Prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan
masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan
produk teknologi.
2. Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi
3. Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu perangkat
ke perangkat lainnya.
II. ACUAN PEMBELAJARAN TIK
A. Standar Kompetensi Lulusan TIK
1. Memahami prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi
dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan
produk teknologi.
2. Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di
masa datang
3. Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer
4. Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data,
pengolah grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi
5. Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk
memperoleh informasi
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 226
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimaksud terdapat pada permen
DIKNAS no.22 tahun 2005, yang telah dikembangkan menjadi SK dan KD untuk
pelaksanaan rintisan sekolah bertaraf internasional.
C. Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata
Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi
Pokok, Kegiatan pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian.
1. Identitas Mata Pelajaran
Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan standar
kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus
2. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari
Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki
peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
4. Materi Pokok/Pembelajaran
Materi Pokok yang dimaksud adalah materi ajar yang sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai (SK dan KD).
Materi Pokok disusun atas pertimbangan berikut:
a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
e. kedalaman dan keluasan materi;
f. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
g. alokasi waktu.
Selain itu juga harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
kesahihannya;
b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar
diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat
kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;
e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut.
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah proses penyajian materi ajar yang dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 227
interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar
yang dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi,
inovatif dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik
6. Indikator
Indikator merupakan ciri dari ketercapaian suatu kompetensi dasar. Rumusan
Indikator harus sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik serta dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur dan
atau dapat diobservasi
7. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang
meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen
8. Alokasi waktu
Alokasi waktu pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
adalah 2 jam pelajaran per minggu. Untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar
tertentu, waktu yang dialokasikan perlu memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
9. Sumber belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses
pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, lembar kerja pembelajaran, media
cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan
sebagai berikut.
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh
Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
2. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Kompetensi Dasar.
3. Materi Pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk
mencapai Kompetensi Dasar.
4. Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diskenariokan oleh
guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan objek belajar.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator
sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Kompetensi Dasar tertentu.
7. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tertentu.
D. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksana pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi
dasar. Di dalam RPP secara rinci meliputi Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran,
Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian
1. Tujuan Pembelajaran
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 228
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan
tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi
pokok yang ada dalam silabus.
3. Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan
sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat
unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan
tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik
model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh
karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
5. Sumber Belajar
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat,
dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber
belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul
buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Pemilihan sumber belajar
mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan
pendidikan.
6. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam
bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes
tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai
rubrik penilaian.
III. KOMPONEN PENDUKUNG PEMBELAJARAN (TIK)
A. Siswa
Dalam pembelajaran TIK siswa diberi banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara
aktif. Siswa lebih banyak melakukan sesuatu daripada hanya mendengar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru. Mereka menyelidiki fenomena TIK dengan melakukan
berbagai kegiatan menggunakan alat dan media yang nyata dan belajar dari apa yang
mereka lakukan. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk
memilih pendekatan dan merencanakan waktu serta kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan sendiri. Dengan demikian kondisi ini akan meningkatkan motivasi siswa dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 229
Interaksi antar siswa sangat ditekankan di dalam pembelajaran TIK. Siswa belajar secara
mandiri dan berkelompok, sehingga mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan diri, saling bertukar pikiran, saling membantu dan mengungkapkan
gagasannya terhadap persoalan tertentu. Siswa saling mendengarkan gagasan yang
dikemukakan, berusaha untuk saling meyakinkan argumentasi mereka dan mencapai
kesepakatan atas solusi yang paling memungkinkan. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat
mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat serta
sikap kritis terhadap permasalahan TIK.
Pembelajaran TIK harus membangun karakter dan kemampuan berpikir siswa melalui
tahapan-tahapan berikut:
• Mengungkapkan ide
Melalui proses berpikir siswa menemukan gagasan untuk menyelesaikan suatu
masalah
• Pembuatan rancangan (desain),
Ide yang diperoleh siswa kemudian didesain sebagai perencanaan penyelasaian
masalah, dapat berupa gambar(sketsa, flowchart) atau yang lainnya.
• Membuat Produk
Desain yang sudah dibuat diimplemantasikan melalui pengerjaan untuk
menghasilkan produk
• Melakukan pengujian.
Siswa melakukan evaluasi kelayakan (fungsi, manfaat, standar) produk yang
dihasilkannya.
B. Guru
Guru mempunyai peranan yang penting dalam membimbing dan mendorong siswa.
Dalam pembelajaran TIK, guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator. Sebelum
pelajaran dimulai, guru menyiapkan bahan dan meyakinkan bahwa bahan-bahan yang
diperlukan sudah tertata dan tersedia. Di awal pelajaran, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan cara yang menarik dan menantang imajinasi siswa. Kemudian guru
mengajak dan mendorong siswa melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri temanya. Selama kegiatan berlangsung, guru harus selalu siap
memberikan bantuan jika diperlukan, tetapi tidak memberikan jawaban semuanya,
melainkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pendekatan dan
strategi masing-masing. Guru mendorong siswa memikirkan solusi yang memungkinkan
dan mendiskusikannya dengan teman-temannya. Pada akhir kegiatan guru membahas
hasil-hasil kelompok yang difokuskan pada perbedaan dan persamaan yang pokok. Guru
mendorong para siswa untuk turut mengambil bagian dalam diskusi mencari solusi. Guru
juga membuat ringkasan hasil-hasil kegiatan yang utama dan membantu siswa untuk
menarik kesimpulan.
Guru juga harus menjamin bahwa pembelajaran TIK disesuaikan dengan keragaman
kemampuan dan latar belakang siswa yang bermacam-macam. Keragaman yang terjadi
pada siswa terletak pada:
1. Kemampuan untuk bekerja secara mandiri
Siswa yang tidak biasa bekerja mandiri membutuhkan lebih banyak bimbingan dan
petunjuk tentang cara melakukan kegiatan.
2. Kemampuan dan pendekatan dalam belajar
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 230
Sebagian siswa senang melakukan kegiatan-kegiatan nyata. Sebagian lagi lebih
menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan konsep dan fenomena yang abstrak.
Ada juga perbedaan yang terjadi antara siswa yang cepat dan lambat dalam
belajarnya, Bagi siswa yang cepat dalam belajar perlu diberi tugas-tugas tambahan.
Siswa yang mengalami masalah dalam membaca, tugas-tugas yang diberikannya
perlu disertai dengan gambar-gambar dan menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Motivasi mempelajari TIK
Untuk meningkatkan motivasi siswa, perlu memasukkan tugas-tugas yang ada
kaitannya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan minat atau keinginan pribadi,
tugas yang akan menghasilkan sesuatu yang menarik dan nyata, serta memberikan
siswa kesempatan untuk melakukan kontrol atas kegiatan pembelajaran mereka.
C. Alat Bantu Pembelajaran
1. Alat dan Bahan
Alat Bantu mengajar merupakan sarana/alat pendukung dalam kegiatan belajar
mengajar dan dapat berupa media cetak, media elektronik, prototipe, trainer,
kondisi lingkungan dan sebagainya. Alat bantu pembelajaran ini dikembangkan agar
siswa mudah mempelajari materi pelajaran, memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
belajar mengajar.
2. Tempat Belajar.
Tempat belajar yang dimaksud adalah tempat di mana proses pembelajaran TIK
berlangsung. Tempat ini bisa laboratorium komputer, kelas, ruang kerja bagi
penerapan pembelajaran teknologi dasar dan diluar sekolah.
D. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan manusia,
alat kerja, bahan dan ruang tempat kerja.
Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja perlu ditekankan kepada semua pihak
yang berhubungan dengan pembelajaran TIK di sekolah karena bertujuan memberikan
kesadaran kepada siswa tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain
itu, untuk melindungi siswa dalam melakukan pekerjaan, meningkatkan hasil produk
dan produktivitas kerja serta menjamin terpeliharanya keselamatan peralatan secara
aman dan efisien.
IV. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TIK
AA.. PPeennyyiiaappaann AAllaatt ddaann bbaahhaann PPeemmbbeellaajjaarraann TTIIKK
1. Penyiapan bahan ajar
Penyampaian materi pelajaran dan seluruh aktivitas dalam proses belajar mengajar
TIK sudah dirancang dan disajikan dalam bentuk bahan ajar. Oleh karena itu bahan
ajar memegang peran yang penting dalam aktivitas belajar mengajar TIK.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penyiapan bahan ajar yang akan
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :
a. Bahan ajar yang akan digunakan harus dibahas terlebih dahulu dengan tim
guru TIK untuk melihat kelebihan dan kelemahannya disesuaikan dengan
stuasi, kondisi dan kebutuhan sekolah.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 231
b. Setelah kelemahan bahan ajar tersebut diketahui maka kelemahan itu
diperbaiki atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah, sedangkan
kelebihannya diberi penguatan.
c. Setelah bahan ajar diperbaiki selanjutnya bahan ajar tersebut diperbanyak
sesuai dengan jumlah siswa.
2. Penyiapan Lembar Kerja
Lembar kerja adalah panduan kerja/praktik yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang meliputi langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dirumuskan.
3. Penyiapan alat dan bahan
Kegiatan belajar mengajar TIK membutuhkan peralatan yang sesuai dengan SK dan
KD yang akan dicapai.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam
pembelajaran TIK adalah sebagai berikut :
a. Melakukan analisis kebutuhan alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai.
b. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Apakah alat
masih baik atau sudah rusak atau mungkin alat tersebut tidak tersedia di
Laboratorium.
c. Jika alat tersebut rusak atau tidak ada di laboratorium, maka alat itu harus
diperbaiki atau membeli yang baru.
Pembuatan produk sebagai akumulasi proses berpikir melalui aktivitas
menemukan ide, mendesain, membuat, dan menguji memerlukan bahan. Bahan
tersebut jenisnya bergantung kepada kompetensi yang akan dicapai. Banyaknya
bahan juga bergantung pada disain yang dibuat oleh siswa. Oleh karena itu dalam
pengadaan bahan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis kebutuhan bahan berdasarkan kompetensi yang akan
dicapai dalam pembelajaran.
b. Bahan-bahan yang dibutuhkan disiapkan berdasarkan hasil analisisnya.
c. Bahan yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan
sekolah.
BB.. SSttrraatteeggii PPeemmbbeellaajjaarraann
BBeebbeerraappaa pprriinnssiipp ppeemmbbeellaajjaarraann yyaanngg hhaarruuss ddiippeerrhhaattiikkaann ddaallaamm mmaattaa ppeellaajjaarraann TTIIKK aaddaallaahh sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::
1. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar
secara utuh.
2. Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Guru harus selalu berpikir
kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah
ditetapkan.
3. Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana
yang tersedia
4. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran
materi tertentu).
5. Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan
budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 232
6. Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori
dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata
pelajaran TIK
7. Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya
sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis
sistem yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing).
Pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri
pengetahuan, di bawah bimbingan guru
8. Metoda pembelajaran: demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan
pembuatan karya bidang TIK.
PPeennddeekkaattaann ddaann mmeettooddee yyaanngg ddaappaatt ddiigguunnaakkaann ddaallaamm ppeemmbbeellaajjaarraann TTIIKK aaddaallaahh sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::
1. Pendekatan Pembelajaran
a. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK
untuk memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai
produk produk teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pemahaman yang utuh dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan
siswa dapat menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan
bertanggung jawab. Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk
melakukan inovasi (pengembangan) suatu produk.
b. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses
berpikir yang sistematis.
2. Metode
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Contoh :
Metode ceramah. Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.
Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang
umum digunakan, diantaranya adalah :
a. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami
materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang
menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup
(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan
terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan
dengan cara yang menarik.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian
materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang
pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan
siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan
suatu pemecahan masalah.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 233
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam
forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada
pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik,
peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa
tekanan.
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat
secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau
kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran,
maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2)
hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari
satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh
guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang
didapat.
d. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan
banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap
produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini
tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.
Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia
hanya satu atau dua perangkat saja.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang
sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan
selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan
yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-
ulang oleh siswa.
f. Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa
baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang
lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak
sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja
kelompok.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 234
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat
dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan
menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran
pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan
secara umum tentang teori dan prinsip.
- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas
pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas,
guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan
membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang
bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir
sendiri.
- Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang
mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.
3. Pengelolaan kelas
Pengorganisasian kelas dilakukan dengan cara: bervariasi dengan
mengombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok, dan
klasikal.
Pengelolaan kelas dalam pembelajaran TIK lebih menekankan pada pengertian
pengorganisasian siswa pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar selama
satu periode atau jangka waktu tertentu.
Sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran TIK, maka dalam satu periode
pembelajaran siswa akan melalui/mengikuti proses pembelajaran yang bersifat
Teoritis, Praktik dan Praktikum. Mengingat jumlah siswa dalam satu kelas relatif
besar serta adanya keterbatasan sarana pembelajaran khususnya peralatan, maka
pengorganisasian siswa perlu direncanakan oleh guru sebelum melaksanakan
proses belajar mengajar program TIK. Melalui pengorganisasian kelas yang baik
diharapkan setiap siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang adil dan
merata saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pengelolaan kelas atau pengorganisasian siswa dalam pembelajaran TIK dapat
dibedakan atas 2 bentuk, yaitu :
- Pengorganisasian siswa secara klasikal (sistem seri)
- Pengorganisasian siswa secara kelompok atau grouping (sistem paralel-rotasi).
4. Pelaksanaan
Pengorganisasian kelas secara klasikal adalah mengkondisikan semua siswa
memperoleh materi pembelajaran yang sama pada waktu proses belajar mengajar
yang sama berlangsung. Pengorganisasian dengan cara ini dalam pembelajaran
TIK umumnya dilakukan pada saat materi pendahuluan atau meteri-materi yang
sifatnya konsep yang dibahas secara teoritis. Beberapa materi yang dikerjakan
secara proyek, pengelolaan kelasnya juga menggunakan cara klasikal.
Dalam pengorganisasian siswa secara kelompok, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok belajar dan masing-masing kelompok mendapatkan materi
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 235
pembelajaran yang berbeda pada saat proses belajar mengajar yang sama. Agar
pada akhir kegiatan atau periode pembelajaran semua siswa mendapatkan materi
yang sama maka dilakukan sistem rotasi.
Pengorganisasian secara kelompok ini digunakan untuk pembelajaran materi-
materi TIK yang proses pembelajarannya bersifat Praktik atau Praktikum alat di
sekolah terbatas.