27
DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL

Pandangan kaum stoic dan epicurean

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pandangan kaum stoic dan epicurean

DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL

Page 2: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Pendapat kaum Stoic & EpicureanI. Pandangan kaum stoicAPAKAH MANUSIA BERSIFAT SOSIAL?Aliran filsafat Stoic muncul di Athena sekitar 300

SM. Nama stoic berasal dari bahasa Yunani yang berarti serambi. Konsep Stoic adalah “humanisme” yang artinya suatu pandangan hidup yang menempatkan individu sebagai fokus utamanya. Slogan humanisme adalah “bagi umat manusia, manusia itu suci”. Kaum stoic percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari satu akal atau “logos”yang sama. Ini mendorong pada pemikiran bahwa ada suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum alam.

Page 3: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Mereka menyangkal adanya pertentangan antara “roh” dan “materi”. Mereka menegaskan hanya ada satu alam, dan mereka pun menekankan bahwa semua proses alam mengikuti hukum alam yang tak pernah lekang.

Page 4: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Pada akhirnya, pandangan yang terbentuk tentang manusia menurut kaum Stoic adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain dan secara bersama-sama mengejar kebahagiaan. Manusia bersifat kooperatif, etis, altruis (suka menolong), dan penuh cinta kasih.

Page 5: Pandangan kaum stoic dan epicurean

II.Pandangan EpicureanEpicureanisme berakar dari Hedonisme.

Hedonisme adalah paradigma yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Hedonisme dapat pula didefinisikan sebagai sebuah doktrin (filsafat etika) bahwa tingkah laku manusia digerakkan oleh keinginan atau hasrat terhadap kesenangan dan menghindar dari segala penderitaan.

Page 6: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Filosof Yunani yang dinilai punya peranan signifikan dalam membangun epistemologi hedonisme adalah Epicurus of Sámos (341-270 SM). Epicurus mendirikan sebuah aliran filsafat di Athena. Prinsip-prinsip ajarannya dikenal dengan Epicureanisme. Dia mengembangkan Etika Kenikmatan Aristippus dan menggabungkannya dengan Teori Atom Democritus.

Page 7: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Aristippus merupakan murid Socrates, dia percaya bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan indrawi setinggi mungkin. Menurut Aristippus, kebaikan tertinggi adalah kenikmatan dan “Kejahatan tertinggi adalah penderitaan. Dilain pihak, Democritus percaya tidak ada kehidupan setelah kematian sebab ketika kita mati, “atom-atom jiwa” menyebar ke seluruh penjuru.

Page 8: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Epicurus menekankan bahwa kenikmatan tidak lantas berarti kenikmatan indrawi dan hasrat-hasrat jasmaniah (contohnya adalah seks dan nafsu). Bagi Epicurus, kenikmatan yang tertinggi adalah tranquility (kesejahteraan dan bebas dari rasa takut) yang hanya bisa diperoleh dari ”ilmu pengetahuan, persahabatan dan hidup sederhana”. Lagi pula, untuk menikmati hidup menurut cita-cita Yunani kuno, diperlukan pengendalian diri, kesederhanaan, dan ketulusan. Nafsu harus dikekang, dan ketentraman hati akan membantu kita menahan penderitaan.

Page 9: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Rasa takut kepada para dewa mendorong orang-orang masuk ke taman Epicurus. Dalam kaitan ini, teori atom dari Democratus merupakan obat penawar doktrin agamis kematian. Untuk tujuan ini Epicurus memanfaatkan teori Democritus tentang “atom jiwa.” “Kematian tidak menakutkan kita,” Epicurus mengatakan “sebab selama kita ada, kematian tidak bersama kita dan ketika kematian datang, kita tidak ada lagi.” Dengan demikian, tidak ada lagi rasa khawatir akan kematian.

Page 10: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Pada perkembangan selanjutnya, banyak Epicurean yang mengembangkan pemanjaan diri yang berlebihan. Motto mereka adalah “Hidup untuk saat ini!” Makna kata “epicurean” bergeser ke pengertian negatif, yaitu menggambarkan seseorang yang hidup hanya demi kesenangan. Bagi para penganut paham ini, kesenangan merupakan satu-satunya manfaat atau kebaikan tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain.

Page 11: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Pada akhirnya terbentuklah pandangan bahwa Manusia pada dasarnya hedonistik, tertarik apa interesan dan ingin menang sendiri. Terbentuknya masyarakat bukanlah sesuatu yang alami, melainkan terbentuk oleh ketertarikan individu untuk bergabung demi keamanan dirinya sendiri dan demi kehidupan ekonomi yang lebih baik. Manusia dipandang sebagai makhluk yang kompetitif, hedonistik, dan pencari kesenangan.

Page 12: Pandangan kaum stoic dan epicurean

HAKIKAT MANUSIATerdapat banyak rumusan hakikat manusia dikonsepkan menurut masingmasing sudut pandang di setiap cabang ilmu pengetahuan. Pada kesempatan ini, akan dibahas hakikat manusia dari sudut pandang Psikologi Sosial dan sudut pandang yang berkaitan dengan. Dalam pandangan ilmu psikologi manusia adalah individu yang belajar dan dalam pandangan ilmu sosiologi manusia adalah makhluk yang bermasyarakat (animal sosiale).

Page 13: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Manusia adalah makhluk yang dalam proses perkembangan yang tidak pernah pernah selesai (tuntas) selama hidupnya, dipengaruhi oleh lingkungan, dan mempengaruhi lingkungannya turutama lingkungan sosialnya, bahkan ia tidak dapat berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Page 14: Pandangan kaum stoic dan epicurean

David Schneider menggolongkan pendapat-pendapat tentang hakikat manusia yang dikemukakan oleh para tokoh tentang hakikat manusia sebagai berikut:

I. Manusia sebagai hewanSebagai hewan, manusia mempunyai berbagai naluri-naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan perilakunya agar dapat bertahan dalam menghadapi segala ancaman. Naluri-naluri itu adalah naluri seks, naluri makan, naluri pertahanan diri, dan naluri pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar. Menurut Sigmund Freud, terdapat dua jenis naluri:

Page 15: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Naluri Seksual (libido) yang berkaitan dengan kelangsungan keturunan dankelangsungan jenis.

Naluri Ego yang berkaitan dengan kelangsungan hidup, misalnya insting lapar dan haus. Dalam perkembangan selanjutnya (shaffer 1994), kedua insting itu masing-masing dinamai insting kehidupan (eros) dan insting kematian (agresi atau tanatos)

Page 16: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Mc Dougall mengakui keberadaan banyak insting dan menurutnya insting adalah disposisi bawaan (bakat) yang mengarahkan perhatian, perasaan dan perilakudalam cara tertentu. Arah dari insting itu adalah tujuan perilaku dan tidak ada perilaku tanpa tujuan.

Page 17: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Selain Teori insting, berlaku pula teori lain. Di antaranya Teori dorongan yang dikemukakan oleh Clark Hull pada tahun 1943. Konsep dorongan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, misalnya lapar. Dorongan yang menggerakkan perilaku dinamakan daya (force) dan gabungan berbagai daya dinamakan dorongan besar (big drive). Manusia belajar memenuhi berbagai dorongan dan mengembangkan dorongan tingkat kedua (secondary drive) yang dipelajari dari pengalaman.Pada umumnya perilaku sosial terbentuk karena adanya perilaku kedua ini.

Page 18: Pandangan kaum stoic dan epicurean

II. Manusia Sebagai Pencari KeuntunganDoktrin bahwa manusia megejar kesenangan

dan menghindari kesakitan disebut hedonisme. Doktrin ini dianut oleh kaum Epicurean dan menjadi dasar analisis psikologi. Thibaut dan Kelley mengembangkan teori tentang hukum ekonomi dalam psikologi, yang disebut dengan Teori timbal balik (Exchange Theory). Teori ini menjelaskan adanya prinsip untung rugi (reward-cost ratio) dalam interaksi manusia.

Page 19: Pandangan kaum stoic dan epicurean

III. Manusia Sebagai Salah Satu Unsur Dalam Lingkungan FisikaThomas Hobbes mengemukakan pandangan

bahwa setiap gerak tubuh manusia merupakan refleksi dari operasi gabungan berbagai daya yang ada di lapangan. Menurut Hobbes, motivasi adalah gerak miniatur (miniature motion) didalam tubuh.

Page 20: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Kurt Lewin mengembangkan paham ini dengan mengemukakan Teori Lapangan (Field Theory). Unit analisanya adalah manusia dalam lingkunagan yang konkret , yaitu ruang kehidupan (life space) yang berisi pribadi itu sendiri, orang lain dan lingkungan fisik lainnya. Lewin percaya bahwa bukan masa lalu yang menentukan perilaku, melainkan hanya daya-daya masa kini yang (current force). Menurut Lewins, segala sesuatu yang terdapat dalam ruang kehidupan seseorang terwakili dalam alam kesadaran (Psichological Field) orang tersebut dari saat ke saat bagian dari lapangan psikologis iitu dapat dapan mempunyai daya tarik atau daya tolak yang besarnya berubah-ubah. Perbuatan mendekat atau menghindar akibat dorongan dalam lapangan psikologis itu disebut lokomosi (locomotion)

Page 21: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Dalam teori yang dikemukakan oleh Lewin ini, diuraikan pula tentang konflik yang terjadi dalam diri seseorang karena adanya satu hal yang memiliki daya tarik maupun tolak sekaligus atau lebih dari satu hal yang masing-masing memiliki daya tarik atau tolak. Ada tiga jenis konflik, yaitu ’mendekat – mendekat’ (approach – approach) , ’menjauh – mendekat’ (avoidance – approach), dan ’menjauh – menjauh’ (avoidance – avoidance). Jika konflik-konflik ini dibiarkan berlangsug berlarur-larut dalam diri seseorang, akan timbul berbagai masalah bagi orang yang bersangkutan.

Page 22: Pandangan kaum stoic dan epicurean

IV. Manusia Sebagai IlmuwanPandangan ini berpendapat bahwa manusia cenderung ingin mengerti, meramalkan dan mengendalikan lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan demikan manusia cendering berpikir tentang sebab dan akibat dan menggolongkan segalanya berdasarkan kriteria-kriterua tertentu. Jika lingkungannya tidak dapat dimengerti, diramalkan, dan dikendalikan, akan timbul keadaaan yang disebut disonasi kognotif (cognitive dissonance). Keadaan disonansi harus segera diatasi untuk menimbulkan keadaan konsonan kognitif (cognitive consonance). Pandangan ini antara lain dikemukakan antara lain oleh aliran Psikologi Kognitif.

Page 23: Pandangan kaum stoic dan epicurean

PENGERTIAN MOTIVASISetiap tindakan yang dilakukan oleh manusia

selalu di mulai dengamotivasi. Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan yang menjadi motif. Gray (dalam Winardi, 2002) merumuskan pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam melaksanakankegiatan- kegiatan tertentu.

Page 24: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Menurut M. Sherif dan C.W. Sherif (1956), motivasi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu:

Motif BiogenikMotif ini berasal dari proses fisiologis dalam tubuh yag dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam tubuh sampai batas-batas tertentu. Proses ini disebut ”homeositas”.

Motif Sosiogenikmotif ini timbul karena adanya perkembangann individu dalam tatanan sosialnya dan terbentuk karena hubungan antar pribadi, hubungan antar kelompok atau nilai-nilai sosial, dan pranata-pranata

Page 25: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Tidak ada hierarki tertentu di antara keduanya. Keduanya tergantung situasi karena tidak motif dapat berfungsi sendiri melainkan selalu terkait dengan faktor-faktor lain. Melalui prosees belajar dui kehidupan sosialnya, individu memilih yang disukai dan meninggalkan yang dihindari. Motif Sosiogenik sangat ditentukan oleh proses belajar individu. Motif Sosiogenik bermula dari motif biogenik. Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut.

Page 26: Pandangan kaum stoic dan epicurean

Keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ),

Tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ),

Tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ).

Page 27: Pandangan kaum stoic dan epicurean

BEBERAPA PENDEKATAN DASAR TERHADAP MOTIVASII. Teori Insting

Perilaku dijelaskan dengan merujuk pada insting. Teori insting masih berlaku untuk perilaku yang diturunkan, tidak melalui proses pembelajaran dan universal pada makhluk tertentu.

II. Konsep Dorongan (Drive)Pada umumnya dorongan menyangkut perilaku yang bersifat biologis dan fisologis, antara lain, makan, minum, tudur, dan seks. E.C. Tolman membagi dorongan menjadi dua jenis, yaitu:

hasrat (apetites): lapar, haus, seks, dsb.pengingkaran (aversion) seperti menghindari rasa sakit

dan penderitaan.