3
SOSOK OEMAR BAKRI MASA KINI Pondok Kubang, 10 November 2014, Kemunculan silang pendapat tentang opini sosok Oemar Bakri di beberapa media cukup menggelitik. Sangat menarik atensi ketika mencermati pertikaian argumen yang mengutarakan pandangan masing-masing tentang sebuah pameo lama yang sangat populer, “Oemar Bakri”. Kami yakin sebagian dari kita sering membaca beberapa berita atau artikel yang isinya menyatakan tentang argumen- argumen keberadaan Oemar Bakri, bayak yang menyatakan bahwa Oemar Bakri sudah tidak ada lagi kini, ada juga yang menyatakan bahwa Oemar Bakri masih ada di masa ini hanya berbeda persepsinya saja. Beranjak dari pameo tersebut, lalu apa yang akan kami utarakan dalam tulisan ini? Sekedar menepis dugaan, tanpa maksud memberi dukungan atau malah menjatuhkan salah satu argumen diantaranya. Akan tetapi kami merasa terusik dan ingin angkat bicara menyikapi adanya semacam kekeliruan keduanya dalam memahami dan memaparkan arti “Oemar Bakri” dalam tulisan mereka. Ada dua alasan kenapa saya merasa “terusik”. Pertama, karena kami adalah seorang pendidik yang juga bertugas di wilayah pedalaman Bengkulu Tengah. Kedua, karena kami menganggap Oemar Bakri adalah sebuah ungkapan yang sangat menggugah dan menginspirasi bagi seorang yang berprofesi sebagai guru. Bila dipahami maknanya dengan baik akan menjadi efek positif bagi guru yang menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Sayang sekali bila kita tak merasakan efek itu apalagi salah mengartikannya. Namun justru itu yang tersirat dari beberapa salah memahami arti Oemar Bakri, hanya saja sedikit keliru. Karena itu perlu rasanya meluruskan kekeliruan ini. Oemar Bakri awalnya adalah judul lagu ciptaan musisi legendaris Indonesia, Iwan Fals, yang populer tahun 1980an dalam album Sarjana Muda. Oemar Bakri adalah sosok fiktif untuk menggambarkan seorang guru yang eksis pada zaman ketika lagu ini diciptakan. Artinya ini adalah gambaran umum untuk guru episode lawas. Guru tempo dulu. Sepeda kumbang dan tas hitam dari kulit buaya adalah aksesoris yang melekat pada kebanyakan “Pak Guru” kala itu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin semakna dengan sepeda motor Yamaha GT 125 dan tas selempang merk Webe yang biasanya berisi laptop/Notebook. Jadi itu hanya gambaran

Oemar bakri Masa Kini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oemar bakri Masa Kini

SOSOK OEMAR BAKRI MASA KINI

Pondok Kubang, 10 November 2014, Kemunculan silang pendapat tentang opini sosok Oemar Bakri di beberapa media cukup menggelitik. Sangat menarik atensi ketika mencermati pertikaian argumen yang mengutarakan pandangan masing-masing tentang sebuah pameo lama yang sangat populer, “Oemar Bakri”.

Kami yakin sebagian dari kita sering membaca beberapa berita atau artikel yang isinya menyatakan tentang argumen-argumen keberadaan Oemar Bakri, bayak yang menyatakan bahwa Oemar Bakri sudah tidak ada lagi kini, ada juga yang menyatakan bahwa Oemar Bakri masih ada di masa ini hanya berbeda persepsinya saja. Beranjak dari pameo tersebut, lalu apa yang akan kami utarakan dalam tulisan ini? Sekedar menepis dugaan, tanpa maksud memberi dukungan atau malah menjatuhkan salah satu argumen diantaranya. Akan tetapi kami merasa terusik dan ingin angkat bicara menyikapi adanya semacam kekeliruan keduanya dalam memahami dan memaparkan arti “Oemar Bakri” dalam tulisan mereka.

Ada dua alasan kenapa saya merasa “terusik”. Pertama, karena kami adalah seorang pendidik yang juga bertugas di wilayah pedalaman Bengkulu Tengah. Kedua, karena kami menganggap Oemar Bakri adalah sebuah ungkapan yang sangat menggugah  dan menginspirasi bagi seorang yang berprofesi sebagai guru. Bila dipahami maknanya dengan baik akan menjadi efek positif bagi guru yang menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Sayang sekali bila kita tak merasakan efek itu apalagi salah mengartikannya.

Namun justru itu yang tersirat dari beberapa salah memahami arti Oemar Bakri, hanya saja sedikit keliru. Karena itu perlu rasanya meluruskan kekeliruan ini. Oemar Bakri awalnya adalah judul lagu ciptaan musisi legendaris Indonesia, Iwan Fals, yang populer tahun 1980an dalam album Sarjana Muda. Oemar Bakri adalah sosok fiktif untuk menggambarkan seorang guru yang eksis pada zaman ketika lagu ini diciptakan. Artinya ini adalah gambaran umum untuk guru episode lawas. Guru tempo dulu.

Sepeda kumbang dan tas hitam dari kulit buaya adalah aksesoris yang melekat pada kebanyakan “Pak Guru” kala itu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin semakna dengan sepeda motor Yamaha GT 125 dan tas selempang merk Webe yang biasanya berisi laptop/Notebook. Jadi itu hanya gambaran deskriptif kondisional saja. Bukan suatu hal yang perlu diperhatikan.

Begitu juga dengan cerita ketika Oemar Bakri standing dan terbang karena ketakutan melihat ada tawuran di gerbang sekolah. Itu hanya semacam anekdot yang sengaja disisipkan agar lagu ini menjadi lebih menarik karena mengundang tawa. Bukan itu pula yang perlu kita cermati.

Tapi cermatilah kata-kata “murid bengalmu mungkin sudah menunggu”, “sepeda kumbang di jalan berlubang”, “murid seperti jagoan”, dan “kopi aku rasa nikmat sekali”. Bila kita paham, di bagian itu tersirat siapa dan bagaimana Oemar Bakri yang sesungguhnya.

Diceritakan dalam lagu tersebut bahwa “murid bengal” adalah hal pertama yang di ingat Oemar Bakri sebelum ia berangkat menuju sekolah tercinta. Ini menyiratkankan bahwa Bakri ialah sosok yang paham betul dengan tugas yang diembannya. Mengapa? Karena istilah “murid bengal” merupakan sebuah kondisi  yang hendaknya tak boleh terjadi dan harus diperbaiki oleh seorang guru. Bakri tidak semata fokus bersiap dan semangat mengajarkan materi ilmu pasti eksakta, tapi juga peduli pada pembentukan karakter anak didiknya. Bukankah demikian seharusnya guru?

Jalan yang berlubang dan murid seperti jagoan adalah pemisalan akan kondisi tempat dimana Oemar Bakri mengabdi. Maknanya, Bakri hidup di daerah minim sarana prasana. Selain itu, tawuran antar pelajar merupakan pengaruh eksternal negatif paling umum yang menggerogoti moral siswa.  Dua hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru tempo doeloe. Bagaimana dengan era kini? Tentu tantangan itu juga tetap ada meski bentuk paketnya

Page 2: Oemar bakri Masa Kini

berbeda. Minimnya sarana sekolah boleh jadi masih ditemukan. Dan pengaruh eksternal pastinya semakin banyak sejalan dengan globalisasi. Mau tau contohnya? Berikut adalah beberapa gambaran tentang kondisi arena dan rintangan yang harus kami hadapi dalam perjalanan menuju sekolah tempat kami mengapdi.

Ini adalah kondisi jalan tempat kami bertugas, di desa Talang Tengah, Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Sebuah Desa terpencil, yang minim jaringan selular apalagi jaringan internet, dan baru 1 tahun ini merasakan penerangan listrik, akan tetapi tidak masuk dalam wilayah khusus sehingga para Oemar Bakri yang berjuang disana pun tidak mendapatkan tunjangan TDK.

Bisa dikatakan, kesulitan guru masa kini menghadapi tantangan zaman juga dirasakan oleh Oemar Bakri masa kini. Akan tetapi apakah Bakri mengeluh? Tidak. Ia malah semangat bangun pagi, merasakan nikmatnya kopi, lalu memacu sepeda kumbang di tengah jalan berlubang dengan senyum yang mengembang. Karena itu janganlah kita salah mengartikan Oemar Bakri, sebab sesungguhnya ia layak menjadi sosok teladan yang baik bagi guru masa kini. Hidup Oemar Bakri!

Created by: Atmi Painingsih, S.Pd.

Salah satu Oemar Bakrie yang masih terus berjuang di masa kini...