Upload
aulia-hamunta
View
821
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL “BUDAYA KONSUMERISME YANG
TERJADI DI MASYARAKAT AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL”
(Disusun Umtuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Reformasi Administrasi Publik dan
Birokrasi)
DISUSUN OLEH :
RAHMADHIAN AULIA HAMUNTA
1 1 3 1 9 0 0 2
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
JUNI 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun Makalah ini yang bertemakan “MENGHADAPI PERUBAHAN
SOSIAL “BUDAYA KONSUMERISME YANG TERJADI DI MASYARAKAT
AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL”
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Malang, 05 Juni 2012
Penulis
B A B I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
a. Globalisasi Penyebab Perubahan Sosial
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak
zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang
terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia
yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu
diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih
mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya
proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang
bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi.Serta
akibat dari Globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.
Proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan
komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang
relative murah. sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu
lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan
dan satu sistem budaya yang sama.
Karena ketidaksiapan manusia-manusia tersebut dalam menghadapi
perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya
problema sosial.
b. Problema Sosial yang muncul akibat Globalisasi
1. Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya
umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya
perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock
dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda
sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat
yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh
masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima
perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam
kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan seorang individu menjadi
tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu
keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era
globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis
(memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan
gaya hidup para remaja kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan
tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut, mereka akan menarik
diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan
tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
2. Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi
manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah
satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya
mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi,
kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan
pola pendidikan yang berdisiplin tinggi. Contoh: Akibat kenaikan harga BBM
pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara
mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung sebagian
masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan keamanan penggunaan
tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi tersebut. Kondisi
demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh
sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan
teknologi.
1. Adanya penurunan kualitas Moral(demoralisme)
2. Meningkatnya sikap Egoisme dan materialistic.
3. Timbulnya budaya Konsumerisme.
c. Aspek-Aspek Perubahan Sosial Yang Terkait
DENGAN PUBLIC RELATIONS
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sangat erat kaitannya dalam
dengan ilmu komunikasi. Perubahan sosial budaya misalnya dapat terjadi
karena beberapa faktor, di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir
masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan
baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana
alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat
lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan,
misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain;
perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional;
ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat;
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh
adat atau kebiasaan.
Sebagai sesorang PR (Public Relations) kita harus mampu memberikan
atau menyampaikan komunikasi / informasi yang baik kepada masyarakakat
mengenai hal-hal yang terkait dengan masuknya budaya- budaya asing yang
dapat memberikan dampak terhadap perubahan sosial.
PR juga harus memiliki perencanaan sosial (social planning) yang pada
dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang
mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada
pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat
berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki
tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik
dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan
satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi
vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di
dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun
berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian,
komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber
daya alam.
Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam
masyarakat, karena masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun.
Perubahan sosial maupun perubahan budaya sebenarnya dua konsep yang
berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana perubahan sosial
mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat
sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di
masyarakat. Tetapi perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula
perubahan pada aspek nilai dan norma yang merupakan bagian dari perubahan
budaya.
Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan
sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu sebenarnya saling mengisi satu
sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga memberikan sumbangan yang
berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.
Perubahan sosial dapat terjadi karena sebab internal maupun eksternal.
Faktor internal berkaitan dengan permasalahan yang timbul dalam diri
masyarakat, sedangkan faktor eksternal mengacu pada sumber perubahan yang
berasal dari luar masyarakat.
II. PERMASALAHAN
Modernisasi dan globalisasi sebagai suatu perkembangan baru
memunculkan pengaruh-pengaruh yang menguntungkan maupun
merugikan.Pengaruh merugikan inilah yang selanjutnya menimbulkan problema
sosial di masyarakat.
Dalam makalah ini kami akan fokuskan pada satu problema atau
permasalahan yang terjadi di masyarakat, yaitu Budaya Konsumerisme.Disini akan
dibahas factor pembentuk konsumerisme serta dampaknya.Juga mengenai
banyaknya pembangunan – pembangunan Mal di Ibukota dan daerah – daerah lain
yang berimbas pada munculnya budaya konsumerisme dalam masyarakat kita saat
ini.
III. TEORITIS
Sebelum masuk pada pembahasan dari permasalahan sosial, terlebih dahulu kami
akan menjabarkan secara teori mengenai pengertian, faktor-faktor dan dampak dari
perubahan sosial.
B A B II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat
serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat
kehidupan masyarakat secara sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal
meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem-sistem sosial lama
kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan
sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial
menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat,
perubahan perilaku masyarakat, dan perubahan budaya materi.
Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut :
Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Mac Iver mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan
yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang
menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial.
Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam
masyarakat.
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan segala
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya, nila-nilai,
sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan
pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan
pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi segi
struktur masyarakat lainnya.
Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat
dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab
yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau
berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat,
terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar
masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
Menurut Soerjono Soekanto problema atau masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-
unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan
dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Problem atau masalah sosial muncul
akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan
realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses
perubahan sosial. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan sosial adalah komunikasi yaitu
penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke
pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.
Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat
meraih prestasi (need for achievement) yang melanda masyarakat
B. Proses Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :
1. Invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan;
2. Difusi, yaitu proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem
sosial; dan
3. Konsekwensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika
penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Karena itu
perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
C. FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya
perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong
terjadinya perubahan sosial, yaitu:
1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi
dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari
budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini
dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya
kebudayaan yang ada.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan
sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan
berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan
kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya.
Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk
mengembangkan diri.
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak
pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk
itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para
individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
6. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan
sosial.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan
menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan
revolusi untuk mengubahnya.
8. Orientasi ke masa depan
Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan
menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa
depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong
terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan zaman.
9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.
D. Perspektif Perubahan Sosial
Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan
Randall. Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan
diktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan
analisis organisasi sebagai subsistem sosial.
Perspektif Penjelasan Tentang Perubahan :
Barrington Moore, teori kemunculan diktator dan demokrasi
Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberapa
negara yang telah mengalami transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis
ekonomi industri.
Teori perilaku kolektif
Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan
daripada sumber perubahan sosial.
Teori inkonsistensi status
Teori ini merupakan representasi dari teori psikologi sosial. Pada teori ini, individu
dipandang sebagai suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop
dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan.
Analisis organisasi sebagai subsistem sosial
Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa organisasi terutama birokrasi
dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi
sosial yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi
meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi.
Modernisasi dan Globalisasi dapat memberikan dampak terhadap Budaya
Indonesia, suatu kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini
harus dapat kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak negatif yang
merugikan serta memaksimalkan dampak positif yang menguntungkan.
E. 5 Dampak / Akibat Dari Globalisasi
A. Akibat Positif Globalisasi.
1. Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet,
kalian bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga
dapat dibandingkan ragam kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi
adanya akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya kebudayaan
bangsa. Dengan memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan dengan
kebudayaan bangsa-bangsa lain.
2. Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal
dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai
objek wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan
alam Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di
Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua,
kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan
tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari
suku Nias di Sumatra Utara.
B A B III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Gejala perubahan sosial dalam hal ini adalah Globalisasi budaya masyarakat
Indonesia cenderung kearah negative.Ini dapat dilihat dari timbulnya berbagai
macam problema social yang akhir-akhir ini sudah terjadi di lingkungan kita
,termasuk salah satunya adalah konsumerisme.
2. Bangsa Indonesia harus beranjak dari posisi sebagai konsumen menjadi
produsen.Diperlukan strategi untuk mengkaji kembali secara dinamis nilai-nilai
budaya bangsa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menghadapi tantangan
masa depan. Patut pula untuk disadari bahwa terdapat kendala-kendala yang
membutuhkan kecermatan yang mendalam dalam proses pewarisan nilai itu.
3. Perkembangan budaya konsumerisme menguntungkan para pemilik modal dan
memanfaatkan masyarakat yang menjadi objek. Peran kita sebagai generasi
muda seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari adanya hal ini dan
menentang budaya tersebut karena hanya merugikan bagi kita, serta jangan
sampai kita menjadi orang (agen) yang mendukung dan mengembangkan hal
tersebut. Budaya konsumerisme telah menjadikan mahasiswa lupa dengan
posisi mereka sebagai intelektual dan menjadikan mereka agen yang terjebak
dalam posisi tersebut.”Budaya merupakan bentukan manusia dan dapat dirubah
oleh manusia, kesadaran kritis dan proses transformasi sosial dapat dilakukan
untuk merubah keadaan menjadi lebih baik”.
B. SARAN
Masyarakat harus bersikap positif dalam menunjukkan bentuk penerimaan
terhadap arus modernisasi dan globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah
pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap
terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang
bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan
zaman.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif, sikap ini merupakan kelanjutan
dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah
selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai
hal-hal yang akan atau sedang terjadi. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi
dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul
akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai
pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh
mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif.
Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil
perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang
dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
4. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman
mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada,
bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan
seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat
dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh
meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan
salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan
identitas diri mereka sebagai masyarakat