16
MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH Disusun oleh : Erni Setyaningsih (132100009) SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ALMA ATA YOGYAKARTA

MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

MAHKUM FIH DAN MAHKUM ALAIH

Disusun oleh :

Erni Setyaningsih (132100009)

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ALMA ATA

YOGYAKARTA

Page 2: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

MAHKUM FIH

Mahkum fih ialah yang dibuat hukum.

1. Yang berhubungan dengan ijab (wajib)

2. Yang berhubungan dengan nadb (mandub/sunnah)

3. Yang berhubungan dengan tahrim (haram)

4. Yang berhubungan dengan karahah (makruh)

5. Yang berhubungan dengan ibahah (mubah)

Page 3: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

SYARAT – SYARAT

Perbuatan itu diketahui oleh mukallaf dengan jelas.Harus diketahui bahwa pentaklifan itu berasal dari orang

yang mempunyai wewenang untuk mentaklifkan dan termasuk orang yang wajib atas mukallaf mematuhi hukum-hukumnya.

Bahwa perbuatan yang ditaklifkan itu mungkin terjadi, artinya melakukannya atau meninggalkannya berada dalam batas kemampuan mukallaf.

Page 4: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

1. Wajib

Perbuatan wajib, yaitu sesuatu perbuatan yang diberikan pahala bila dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.

Contoh dalam surat Al-Maidah Ayat 1, Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad  itu…… (Surat Al-Maidah, ayat 1).

Ijaab yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu memenuhi aqad yang hukumnya wajib.

Page 5: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

2. Mandub

Mandub (sunnah) yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat siksa atau dosa.

Contoh dalam Surat Al-Baqarah, ayat 282 :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.....

 Yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu menulis hutang yang hukumnya mandub (sunat).

Page 6: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

3. Haram

Haram ialah larangan keras, jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.

Contoh dalam Surat Al-An’am, ayat 151

Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa...

Tahrim yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu membunuh jiwa yang hukumnya haram.

Page 7: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

4. Makruh

Makruh ialah larangan yang tidak keras, jika dilanggar tidak berdosa, tetapi kalau tidak dikerjakan mendapat pahala.

Contoh Makruh: (Surat Al-Baqarah, ayat 267).

Artinya: Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya…

Karahah yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu menafkahkan harta yang buruk yang hukumnya makruh.

Page 8: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

5. Mubah

Mubah ialah sesuatu yang boleh/tidak dikerjakan. Kalau dikerjakan/ditinggalkan tidak berpahala dan tidak berdosa, misalnya makan yang halal, berpakaian bagus, tidur, dan sebagainya.

Contoh Mubah: (Surat Al-Baqarah, ayat 184).

Artinya: Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain...

Page 9: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

MAHKUM ALAIH

Mahkum ‘alaihi ( �ه� �ي ع�ل �و�م� -yang dikenai hukum ialah: orang = (م�ح�كorang mukallaf, artinya orang-orang muslim yang sudah dewasa dan berakal, dengan syarat ia mengerti apa yang dijadikan beban baginya. Orang gila, orang yang sedang tidur nyenyak, dan anak-anak yang belum dewasa dan orang yang terlupa tidak dikenai taklif (tuntutan), sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

�م� �ل ت �ح� ي �ى ح�ت �ى� الص�ب و�ع�ن� �ق�ظ� �ي ت �س� ي �ى ح�ت � �م �ائ الن ع�ن� �ث" �ال ث ع�ن� �م� �ق�ل ال ف�ع� ر�( ) . والنسائ ابوداود روه �ق� �ف�ي ي �ى ت ح� �ون� ن �م�ج� ال و�ع�ن� “Pena itu telah diangkat (tidak dipergunakan mencatat)

amal perbuatan tiga orang: (1) orang yang tidur hingga ia bangun, (2) anak-anak hingga ia dewasa, dan (3) orang gila hingga sembuh kembali”.

Page 10: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Dasar Taklif

Sebagai kebijaksanaan Allah SWT, perintah dan larangan (taklif = pertanggungan jawab, selanjutnya taklifi, selalu disesuaikan dengan kemampuan (ahliyyah) manusia. Hak-hak Allah maupun hak-hak manusia bagaimanapun juga macamnya, tidak dibebankan kecuali kepada orang yang mempunyai kemampuan, karena itu, kemampuan ini menjadi dasar adanya taklif.

Page 11: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Syarat – Syarat

Harus sanggup dan dapat memahami khitah atau ketentuan yang dihadapkan kepadanya.

Ahli dan patut ditaklifi. Yang dimaksud dengan ahli adalah pantas atau patut ditaklifi. Yang dimaksud mukallaf itu pantas atau patut dibebani dengan taklif.

Page 12: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Ahliyyah Wajib ( �و�ج�و�ب ال �ة� �ي �ه�ل ( ا

Adalah kepantasan seseorang untuk mempunyai hak dan kewajiban.

1. ahliyyatul wujub yang kurang, yaitu apabila ia layak untuk memperoleh hak, akan tetapi tidak layak untuk dibebani kewajiban, ataupun sebaliknya

2. ahliyyatul wujub yang sempurna, apabila ia layak untuk memperoleh berbagai hak dan dibebani berbagai kewajiban. Ahliyyatul wujub ini tetap pada setiap manusia semenjak ia lahir, ketika ia kanak-kanak, dalam usia menjelang balighnya (mumayyiz), dan setelah ia baligh

Page 13: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Ahliyyah ada’�د�اء� ) اال �ة� �ي �ه�ل (  ا

adalah kepantasan seseorang mukallaf untuk diperhitungkan oleh syara’, ucapan dan perbuatannya dengan pengertian, apabila seseorang mengerjakan shalat wajib, maka syara’ menilai bahwa kewajibannya telah tunai dan gugur daripadanya tuntutan itu.

Page 14: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Terkadang ia sama sekali tidak mempunyai ahliyyah ada’, atau sama sekali sepi daripadanya. Inilah anak kecil pada masa kanak-kanaknya dan orang gila dalam usia berapapun.

Ada kalanya ia adalah kurang ahliyyah ada’-nya. Yaitu orang yang telah pintar tapi belum baligh. Ini berkenaan dengan anak kecil pada periode tamyiz (pandai membedakan antara baik dan buruk) sebelum baligh, dan berkenaan pula pada orang yang kurang waras otaknya, karena sesungguhnya orang yang kurang waras otaknya adalah orang yang cacat akalnya, bukan tidakl berakal, Ia hanyalah lemah akal, kurang sempurna akalnya. Jadi hukumnya sama dengan anak kecil yang mumayyiz.

Ada kalanya ia mempunyai ahliyyah ada’ yang sempurna, yaitu orang yang telah mencapai akil baligh, ahliyyah ada’ yang sempurna terwujud dengan kebalighan manusia dalam keadaan berakal.

Page 15: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

Halangan Ahliyyah ( Hal-hal Yang Menghilangkan Keahlian)

�ة�ع�و�ر�ض� م�او�ي hal-hal yang menghalang yang bersifat = س�samawi, artinya diluar usaha dan kehendak manusia. Seperti gila, agak kurang waras akalnya, dan lupa.

   �ة�ع�و�ر�ض� �ي ب �س� hal-hal yang menghalang yang berasal = كdari usaha dan kehendak manusia. Seperti mabuk, bodoh, dan hutang.

Page 16: MAhkum Fih dan Mahkum Alaih

ENDTHANKS YOU’R ATENTION