18
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT JEPARA I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir (coastal zone). Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa, menjadikan pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan perubahan garis pantai yang disebabkan oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini diperparah dengan belum optimalnya perlindungan pesisir Kabupaten Jepara. Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif berdasarkan interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari informasi yang berkaitan dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa besar akibat dan pengaruh yang ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dan resiko bencana. B. TUJUAN Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten Jepara, mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah baik secara struktural maupun non-struktural, serta mengetahui bentuk strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Jepara. C. LOKASI DAN WAKTU

Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

report

Citation preview

Page 1: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT

JEPARA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir

(coastal zone). Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan

Laut Jawa, menjadikan pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan

perubahan garis pantai yang disebabkan oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini

diperparah dengan belum optimalnya perlindungan pesisir Kabupaten Jepara.

Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif

berdasarkan interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari

informasi yang berkaitan dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa

besar akibat dan pengaruh yang ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun

sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk

mengurangi dampak dan resiko bencana.

B. TUJUAN

Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten

Jepara, mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan

pemerintah baik secara struktural maupun non-struktural, serta mengetahui

bentuk strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten

Jepara.

C. LOKASI DAN WAKTU

Hari dan Tanggal : Selasa, 5 Juni 2012

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Kabupaten Jepara, Semarang Jawa Tengah

Page 2: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Sebagai salah satu Kabupaten di propinsi Jawa Tengah, Kabupaten

Jepara secara geografis berada pada 3° 23’ 20” sampai 4° 9’ 35” Bujur Timur

dan 5° 43’ 30” sampai 6° 47’ 44” Lintang Barat. Batas-batas administrasi

Kabupaten Jepara adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Kudus dan Pati. Sebelah barat berbatasan dengan Laut

Jawa.

Pasang surut bersifat campuran dan dalam sehari semalam akan terjadi

satu kali pasang dan satu kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1

meter, namun terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini

mencapai 50 cm pada siang hingga sore hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan

oleh angin yang berhembus.

Gelombang yang terjadi dari arah utara biasanya lemah dan terkait

dengan angina yang berhembus pada musim peralihan, yaitu pada bulan Maret-

Mei serta antara bulan September sampai November. Angin timur dapat

menimbulkan gelombang yang cukup besar berlangsung selama musim timur,

yaitu bulan Juni-Agustus dengan tinggi gelombang mencapai 1,5 m. Kondisi

gelombang ini relatif kecil dibanding angin barat yang mempunyai potensi

gelombang lebih besar.

Arus di suatu perairan terutama disesbabkan oleh angin dan pasang

surut. Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan arah

arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas)

dan keadaan geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di perairan

dipengaruhi oleh pasang surut dan angina. Akan tetapi dekat pantai dan muara

sungai arus pasang surut mendominasi.

B. Sejarah Bencana

Masyarakat sejumlah desa di lereng Pegunungan Muria di wilayah

Kabupaten Kudus, Pati, dan Jepara, Jawa Tengah, kerap disalahkan setiap kali

terjadi banjir di hilir. Seperti pada Februari 2008 yang merupakan sejarah

bencana banjir terburuk di Kabupaten Kudus dan PatI.

Page 3: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Banjir merendam jalan pantai utara atau pantura di Kecamatan Juwana,

Kabupaten Pati, setinggi 30-75 sentimeter sehingga arus lalu lintas macet dan

baru pulih dua minggu kemudian. Banjir pada tahun itu menyebabkan pula ribuan

rumah, ratusan hektar (ha) tambak bandeng dan udang, serta ribuan hektar

sawah di Pati dan Kudus tergenang.

Di Pati, banjir disebabkan luapan Sungai Juwana dan anak-anak

sungainya. Adapun di Kudus, banjir diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Wulan

di delapan titik. Kedua sungai besar itu berhulu di Pegunungan Muria dan

Pegunungan Kendeng Utara.

Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Muria mencatat, lahan kritis di

Pegunungan Muria di Kudus, Pati, dan Jepara seluas 26.433 ha. Di Kudus

seluas 5.358 ha, Pati 6.075 ha, dan Jepara 15.000 ha. Sebagian besar lahan

kritis tersebut berupa lahan pertanian terbuka yang hanya ditanami tanaman

semusim.

Awal tahun 2011 di Kabupaten Jepara banyak terjadi bencana, seperti

puting beliung, tanah longsor, dan banjir. Puting beliung telah terjadi di beberapa

wilayah, sedangkan banjir berpotensi terjadi di Kecamatan Welahan,

Kalinyamatan, Mayong. Sedangkan k tanah longsor terjadi Kecamatan Pakisaji,

Keling, dan Donorojo.

C. Pengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut

Berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai Bencana,

maka yang dimaksud dengan:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

Page 4: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran

dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

III. Materi dan Metode

A. Alat dan Bahan

Satelit sebagai Data Primer

Peta ( Peta Jepara dan Peta Rawan Bencana )

DEM ( Digital Elevation Model )

Data Statistik

B. Metode

Metode Deskriptif

Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan

interpretasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.

Metode deskriptif dengan interpretasi Penginderaan Jauh dan SIG adalah

dengan mendeskripsikan daerah Rawan Bencana dengan menggunakan

Penginderaan Jauh dan SIG.

Metode Pendownloadan Citra

Download citra satelit daerah jepara melalui situs

http://earthexplore.usgs.gov

Citra daerah jepara yang sudah didownload kemudian digabungkan

menggunakan software ERMapper

Citra yang sudah digabung menjadi satu kemudian dikoreksi untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Page 5: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Hasil gabungan dan koreksi diolah menggunakan software ArcGis untuk

membuat peta rawan bencana daerah Jepara

IV. Hasil Dan Pembahasan

A. Peta Rawan Bencana

Wilayah Kabupaten Jepara termasuk zona merah rawan bencana.

selain itu wilayah jepara juga masuk daerah yang curah hujannya tinggi akibat

pengaruh La Nina.  Petir dan angin kencang juga diperkirakan masih

berlangsung hingga Maret mendatang.  Data tersebut diperoleh berdasarkan

surat dan peta wilayah rawan bencana yang di terbitkan oleh BMKG Propinsi

Jawa Tengah.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara 

Totok Setyanto mengatakan,  pihaknya menerima pemetaan daerah rawan

bencana tersebut dua hari yang lalu dan langsung disosialisikan melalui SMS

Center Bupati dan ke beberapa instansi serta Kecamatan.

Akibatnya pengaruh la nina itu, maka cuaca  ekstrim dan keadaan cuaca

dapat berubah sewaktu – waktu. Selain itu potensi untuk terjadi bencana angin

puting beliung sangat besar. Dengan kondisi tersebut, maka  masyarakat harus

tetap waspada dengan cuaca saat ini.  Terlebih untuk nelayan yang akan pergi

melaut, sebab kecepatan angin yang  tinggi akan memicu naiknya gelombang

laut.  Dampak tersebut sudah dirasakan masyarakat jepara sejak minggu malam

lalu,  hujan disertai dengan angin kencang  cukup terasa diwilayah Jepara.

Warna pada peta diatas menunjukkan adanya perbedaan warna yaitu

Merah, Kuning dan Putih. Yang mana yang Merah menunjukkan kondisi rawan

Page 6: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

bencana yang sangat parah dan dapat berakibat buruk bagi masyarakat

sekitarnya.

B. Mitigasi

Mitigasi terhadap suatu bencana dilakukan jika ada potensi dari suatu

bencana tersebut.

Pra Bencana

Merupakan suatu keadaan jika tidak terjadi bencana dan potensi terjadi

bencana. Dilihat dari keadaan wilayah Jepara maka potensi bencana yang terjadi

dapat berupa banjir, abrasi dan sedimentasi.

Kerusakan pantai utara (pantura) akibat abrasi di Kabupaten Jepara,

Jawa Tengah, kian parah dan hingga kini mencapai 610.527 meter persegi

daratan hilang. Bahkan, kini air laut Jawa telah menggerus Pulau Panjang,

Jepara. Jika tak segera ditangani dalam beberapa tahun lagi, pulau ini akan

hilang. Kerusakan pantai akibat abrasi di Jepara tersebar pada lima kecamatan

yakni Kedung 97.179 meter persegi, Jepara Kota 73.742 meter persegi, Mlonggo

55.175meter persegi, Kembang 5.589 meter persegi, dan Keling 378.842 meter

persegi. Ini merusakkan garis pantai sepanjang 15,3 kilometer. Hal ini disebakan

Rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove mengakibatkan tak ada

penangkal gelombang pasang, sehingga gelombang langsung menerjang pantai

hingga mengakibatkan kelongsoran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terjadinya abrasi di suatu

lokasi akan memberikan dampak terjadinya sedimentasi di lokasi lain. Luasan

dan panjang abrasi di sepanjang Kabupaten Jepara terlihat lebih besar

dibandingkan dengan sedimentasi. Hasil interpretasi Citra Aster tahun 2006,

serta overlay Peta LPI 1999 dengan hasil tracking diperoleh, abrasi terjadi hampir

di seluruh garis pantai kecamatan pesisir di Kabupaten Jepara.

Pola abrasi yang terjadi menunjukan, abrasi paling besar terjadi di

Kecamatan Keling yaitu di Desa Ujung Watu. Sedimentasi yang terjadi tingkatnya

lebih rendah dibanding abrasi. Lokasi sedimentasi dengan tingkat paling tinggi

terjadi di Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung. Perubahan ini tidak lain

karena banyaknya bangunan yang menjorok ke pantai.

Page 7: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Perubahan garis pantai yang terjadi berupa abrasi dan sedimentasi

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor aktif berupa parameter

oseanografi (gelombang, arus,dan pasut) serta faktor pasif berupa morfologi

pantai dan litologi penyusun pantai itu sendiri. Studi menunjukan, dalam waktu 10

tahun ke depan perubahan garis pantai Jepara terjadi di lokasi sebagian besar

area yang mengalami abrasi adalah garis pantai yang menghadap ke arah barat

daya hingga barat laut atau garis pantai yang berupa tanjung (menonjol ke arah

laut-Red).

Total laju rata-rata abrasi di sepanjang garis pantai Kabupaten Jepara

adalah 219.605.01 meter kubik per tahun dengan laju rata-rata sedimentasi

sebesar 106.528.63 meter kubik per tahun.

Lokasi rawan bencana di Kabupaten Jepara meliputi beberapa wilayah

kecamatan yaitu Kec. Jepara, Kec. Mlonggo, Kec. Welahan, Kec. Kalinyamat,

Kec. Pecangan, Kec. Nalumsari, Kec. Mayong, Kec Kedung, Kec. Kembang,

Kec. Keling dan Kec. Batealit. Kejadian bencana di Kabupaten Jepara dominan

banjir dengan sekali kejadian tanah longsor di Kec. Singorojo pada tahun 2001.

Bencana banjir dengan korban cukup besar terjadi pada Kec. Nalumsari dan

Kec. Kalinyamat berupa tergenangnya pemukiman, areal persawahan serta

kerusakan fasilitas umum lainnya.

Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Nalumsari bentuk lahan

berupa kipas dan lahan serta dataran alluvial, jenis tanah alluvial dan latosol,

penggunaan lahan dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat

kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 4000 mm/th. Untuk Kec.

Kalinyamat bentuk lahan berupa kipas lahar, dataran dan dataran alluvial,

penggunaan lahan berupa pemukiman, sawah dan tegalan, jenis tanah alluvial,

dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 3500 mm/th.

Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana banjir dengan

kelerengan landai yang mana dapat mengindikasikan adanya flood plain atau

dataran banjir, ditambah faktor pemanfaatan lahan berupa pemukiman tanpa

tutupan vegetasi permanen yang bagus. Jenis tanah alluvial menunjukkan

adanya endapan tanah akibat banjir. Jenis tanah latosol menunjukkan adanya

lapisan lempung. Pada peta daerah rawan banjir dapat dilihat persebaran lokasi

yang dilewati sungai, baik sungai utama maupun anak sungai.

Page 8: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Tanggap Darurat

Tanggap darurat dilakukan seharusnya lebih cepat terhadap lokasi yang

mengalami kerusakan agar dapat mengurangi resiko bencana yang akan datang.

Hal ini terdiri dari pemberian penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir untuk

melestarikan lingkungan pesisir dan menghimbau untuk melakukan penanaman

kembali mangrove sebagai penahan gelombang dan sarana maupun prasarana

yang dapat mengurangi resiko bencana.

Pasca Bencana

Hal yang dilakukan pasca bencana meliputi Rehabilitasi dan

rekonstruksi. Maka upaya yang dilakukan dapat berupa revitalisasi berupa

pembuatan bangunan pemecah gelombang di daerah pantai untuk mengurangi

tingkat abrasi. Selain itu dilakukannya perluasan mangrove untuk wilayah yang

memungkinkan untuk dikembangkan, merehabilitasi pemecah gelombang lain

yang rusak beserta tanggulnya, pembangunan pemecah gelombang dan tanggul

baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pesisir dalam hal

tidak menebang kayu dari hutan bakau secara sembarangan, membuang

sampah untuk mencegah banjir.

Sedangkan untuk mitigasi terhadap sedimentasi adalah dengan

penataan kawasan hulu (upland management) yang berfungsi sebagai penadah

air dan penahan sedimentasi dari bukit gundul ke muara – muara sungai.

Perlunya penghijauan di sekitar lokasi tambak yang berguna menahan erosi dan

sedimentasi.

V. KESIMPULAN

Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya abrasi/erosi, banjir,

sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal ini dilakukan upaya mitigasi

berupa revitalisasi terhadap bangunan pemecah gelombang, perluasan

mangrove, rehabilitasi pemecah gelombang yang rusak serta tanggulnya,

pembangunan pemecah gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi

masyarakat dalam pelestarian lingkungan berupa pembuangan sampah pada

tempatnya dan penataan kawasan hulu (upland management) sebagai penadah

air dan penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara – muara sungai

Page 9: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

serta penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan

sedimentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda-kabupaten-jepara//2012/diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

Pengembangan Metode Analisis Dampak Kenaikan Muka Air Laut, Litbang-LAPAN, 2011/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

http://jepara.antarkota.com/2011/11/17/sulitnya-penanganan-banjir/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

http://www.jatengprov.go.id/?amp;mid=wartadaera&mid=wartadaera&listStyle=gallery&page=23&sort_index=readed_count&order_type=asc&document_srl=18761/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

www.Suara Merdeka .com//banyak bangunan menjorok ke pantai/2012/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

Page 10: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

LAMPIRAN

Peta Semarang

Peta Rawan Bencana

Citra Pengindraan Jauh yang digunakan yaitu Citra Landsat :

Jepara

Page 11: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

Data Pelengkap

Page 12: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Page 13: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Page 14: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai

MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT

JEPARA

Disusun Oleh:

Christiani Silalahi

K2E009015

JURUSAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012