Upload
taufiq99
View
302
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENALARAN KARANGAN
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Perkuliahan Bahasa Indonesia yang Dibina oleh Haerudin, M.Pd.
Oleh :
INDAH PERMATA SARI
NIM : 1584202117
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Tangerang
2015/2016
2
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
Makalah “PENALARAN BERFIKIR DEDUKTIF DAN BERFIKIR INDUKTIF”. ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia . Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang “PENALARAN ,CARA BERFIKIR DEDUKTIF DAN
CARA BERFIKIR INDUKTIF” yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Perguruan tinggi. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada Dosen Pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Tangerang, 14 Desember 2015
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................. .. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Penalaran ................................................................................................ 5
1.1 Proposisi .......................................................................................................... 6
1.1.1 Jenis Jenis dan Bentuk Proposisi .............................................................. 7
1.2 Pengertian inferensi dan Implikasi ................................................................... 8
1.3 Wujud evidensi ................................................................................................ 8
1.4 Cara menguji data ............................................................................................ 9
1.5 Cara menguji Fakta ......................................................................................... 11
1.6 Cara menilai autoritas ..................................................................................... 12
2. pengembangan alamiah .......................................................................................... 12
3. Berfikir Deduktif ................................................................................................... 13
3.1 Ciri-ciri Paragraf Deduktif ............................................................................. 13
3.2 Urutan Logis ................................................................................................. 13
3.2.1 Urutan Peristiwa (Kronologis) ................................................................ 13
3.2.2 Urutan Ruang ......................................................................................... 14
3.2.3 Urutan Alur Penalaran ........................................................................... 14
3.2.4 Urutan Kepentingan ............................................................................... 14
3.3 Silogisme Kategorial....................................................................................... 15
3.4 Silogisme Hipotesis......................................................................................... 15
3.5 Silogisme Alternatif........................................................................................ 15
3.6 Entimen.......................................................................................................... 15
4. Berfikir Induktif..................................................................................................... 16
4.1 Generalisasi Dan Spesifikasi...................................................................... 16
4.2 Klasifikasi ................................................................................................. 17
4.3 Hipotesa dan Teori Analogi....................................................................... 17
4.4 Analogi...................................................................................................... 18
4.5 Hubungan Kausalitas................................................................................. 19
4.6 Induksi dalam metode eksposisi ............................................................... 20
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 21
3.2 Saran.................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang
Pentingnya mengetahui pengertian dari penalaran, penalaran deduktif dan
penalaran induktif dapat membedakan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif
di zaman sekarang dimana kaimat kaimat di Indonesia yang semakin berkembang.
Serta keharusan untuk mampu mengapikasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
di dalam sebuah kalimat.Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Selain penalaran bagian dari penalaran yaitu
penalaran deduktif dan induktif akan kita ketahui pada makalah ini serta sub sub dalam
penalaran/berfikir deduktif maupun induktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penalaran itu, proposisi,dan jenis jenis proposisi dan bentuk-bentuk
proposisi?
2. Apa itu penalaran deduktif ?
3. Apa itu penalaran induktif ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Diharapkan pembaca mengetahui pengertian dari penalaran, penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Diharapkan juga agar pembaca dapat membedakan antara
penalaran deduktif dan penalaran induktif serta mampu mengapikasikannya dalam
kalimat.
5
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlahproposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkansebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar . Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam
penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa
argumen.Pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran
konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan
tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya
pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar
dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Penaralan mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) proses berpikir logis,
sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan
simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu sim-pulan,
(3) proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian baru. (4) dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat
diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan
variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan. (5)
pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. (Widjono, 2012)
1.1 Proposisi
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan
kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat
yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama. Proposisi
disebut sebagai “tempat kebenaran” bukan bahwa proposisi itu selalu benar, melainkan
karena hubungan yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji dengan kenyataan, dan
hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.Unsur-unsur proposisi :
a. Term subyek : hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaranditujukan.
b. Term predikat : apa yang diakui atau diingkari tentang subyek
c. Kopula : penghubung (adalah, bukan/tidak) antara term subyek dan term
predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan
itu.
6
Setiap proposisi selalu mengandung ketiga unsur itu. Itu sebabnya setiap proposisi
selalu berupa kalimat, meskipun tidak setiap kalimat adalah proposisi.Dalam logika,
sebuah kalimat adalahproposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau
salah (dapat dinilai benar atau salah) = kalimat berita (informatif).Konsep atau ide atau
juga pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk
kata atau istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau
istilah disebut dengan “term”.Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata
atau satu istilah maka term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika
terdiri atas beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term
kompleks.Term subyek dalam kesimpulan adalah term minor (premis yang
mengandung term minor adalah premis minor), sedangkan term predikat dalam
kesimpulan adalah term minor (premis yang mengandung term mayor adalah premis
mayor).Term yang bukan term mayor dan bukan term minor adalah term tengah, yang
hanya terdapat dalam premis dan tidak muncul dalam kesimpulan.
1.1.1 Jenis Jenis dan Bentuk Proposisi
A.Dari bentuknya proposisi terbagi menjadi :
o Proporsi Tunggal yaitu proporsi yang hanya memiliki atau terdiri dari satu
Subjek dan satu Predikat.
Contoh :
seorang siswa harus rajin membaca. Ana adalah seorang siswa.Ana
harus rajin membaca.
Mahasiswa harus menjaga kebersihan.Tono adalah seorang
mahasiswa.Tono harus menjaga kebersihan.
o Proporsi majemuk yaitu proporsi yang terdiri dari satu Subjek danterdapat
lebih dari satu Predikat.
Contoh:
Semua murid harus rajin dan giat.
Semua kelas harus bersih dan nyaman.
B. Dari sifatnya proporsi terbagi menjadi :
o Proporsi Kategorial yaitu proporsi dimana hubungan Subjek dan Predikat
tiadak membutuhkan syarat apapun.
Contoh :
Semua Kelinci berkaki empat
Semua Becak beroda tiga.
o Proporsi Kondisional yaitu proporsi dimana Subjek dan Predikat
memerlukan syarat tertentu.dalam proporsi ini haruslah terdapat sebab dan
akibat.
Contoh :
Jika tidak rajin membaca,maka saya akan menjadi bodoh.
Jika tidak sarapan, saya akan lapar.
7
o Proporsi Kualitatif terbagi menjadi :
Proporsi Positif yaitu proposisi yang Subjek dan Predikatnya
terdapat penyesuaian atau proposisi yang memiliki Predikat yang
membetulkan Sujek.
Contoh :
Semua anak SMP adalah lulusan SD.
Semua manusia adalah makhluk hidup.
Proposisi Negatif yaitu proposisi dimana Subjek dan Predikatnya
tidak memiliki hubungan atau Predikatnya tidak membetulkan
Subjek.
Contoh:
Semua tumbuhan bukanlah manusia.
Semua kucing bukanlah ikan.
o Proposisi Kuantitas terdiri dari :
Proposisi Universal yaitu proposisi yang Predikatnya membenarkan
semua Subjek.
Contoh :
Semua mobil memiliki roda.
Semua makhluk hidup memerlukan air.
Proposisi Khusus yaitu proposisi yang Predikatnya tidak
membenarkan semua Subjek.
Contoh :
Tidak semua daun berwarna hijau.
Tidak semua bunga berwarna merah
1.2 Pengertian inferensi dan Implikasi
A. Pengertian inferensi
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada
dua cara yang bisa ditempuh dalam inferensi yaitu inferensi induktif dan inferensi
deduktif. Inferensi deduktif terdiri atas inferensi langsung dan inferensi tidak langsung
(inferensi silogistik). Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah
premis.
Ada jenis lima penalaran langsungyaitu: inversi,konversi,obvesrsi,kontraposisi,dan
oposisi Inversi adalah penalaran langsung dengan cara dengan menegasikan subjek
proposisi premis dan menegasikan atau tidak menegasikan baik subjek maupun
predikat proposisi premis, maka inversi itu disebut inversi lengkap. Inversi dilakukan
dengan menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan predikatnya tidak
dinegasikan, maka inversi itu disebut inversi sebagian. Inferensi Adalah membuat
simpulan berdasarkan ungkapan dankonteks penggunaannya. Dalam membuat
inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung
atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
8
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang
digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh
lebih luas dari premisnya.
Contoh :
Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani
tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan:
ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi
membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-
preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.Inferensi yang menjembatani
kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudekkomplit.
B. Pengertian inferensi Implikasi
Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja
dan formulasi kebijakan.
implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan
tindakan Dalam logika:
Implikasi logis dalam logika matematika.
Kondisional material dalam falsafah logika Jadi definis implikasi dalam bahasa
indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat
Contoh : implikasi manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa
manfaat dan kepentinganya.
1.3 Wujud evidensi
Pengertian Wujud Evidensi yaitu Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan
argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada,
semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-
hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi
tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan.
Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah
9
suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau
sesuatu yang ada secara nyata.
1.4 Cara menguji data
Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk
jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti “sesuatu yang
diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan
yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran
atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-
kata, atau citra.Menurut berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan
sebagai berikut:
Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata
datum yang berarti fakta.v Pengertian yang lain menyebutkan
bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi.
Menurut sifatnya, data dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang dikategorikan menurut
lukisan kualitas objek yang dipelajari.
b. Data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang memiliki harga yang
berubah-ubahatau bersifat variabel.
Menurut sumbernya data dibagi menjadi:
a. Data Intern
Data intern adalah data yang diperoleh atau bersumber dari
dalam suatu instansi ( lembaga atau organisasi ).
b. Data Ekstern
Data ekstern adalah data yang diperoleh atau bersumber dari
luar instansi.
Data ekstern dapat dibagi menjadi:
Data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan
oleh orang yang berkepentingan atau yang
menggunaklan data tersebut. Data yang diperoleh seperti
hasil wawancara atau pengisian kuisioner yang biasa
dilakukan peneliti. Dalam metode pengumpulan data
primer, peneliti atau observer melakukan sendiri
penelitian atau observasi di lapangan maupun di
laboratorium. Pelaksanaannya dapat berupa survey atau
percobaan ( eksperimen ).
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara
langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan
dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya
digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran
10
tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih
lanjut. Data sekunder didapat dari hasil penelitian
lembaga atau instansi seperti BPS, Mass Media,
Lembaga Pemerintahan atau swasta dan sebagainya.
Yang menjadi perhatian dalam penggunaan data
sekunder adlah sumber data, batasan konsep yang
digunakan, serta tingkat ketelitian dalam pengumpulan
data.
Menurut jenisnya.
Menurut jenisnya, data terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Data Kontinu
Data kontinu merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
b. Data Diskrit
Data diskrit merupakan data yang diperoleh dari hasil
perhitungan.Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan
oleh penelitidalam mengumpulkan data penelitiannya. Sedangkan
instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah atau dianalisis
TESTes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan,
intelegensia atau kemampuan yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.Ditinjau dari sasaran atau objek yang dievaluasi,
maka dibedakan adanya beberapa macam tes atau alat ukur lain.
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan
instrument berupa soal-soal tes, dan soal tes terdiri dari banyak
butir tes yang masing-masing mengukur satu jenis variable.
ANGKET (kuesioner).
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis tergantung
dengan sudut pandang tertentu.
INTERVIEW.
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan adalah merupakan dialog yang dilakukan oleh
pewawancara kepada responden untuk menggali informasi.
OBSERVASI Didalam pengertian psikologik,
observasi atau pengamatan adalah merupakan seluruh
kegiatan pengamatan terhadap objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Jadi observasi dapat dilakukan dengan
penciuman, penglihatan, pendengaran, peraba dan pengecap.
Pengamatan dengan menggunakan indra disebut pengamatan
langsung.Di dalam penelitian observasi dapat dilakukan
dengan menggunakan tes, kuesioner, rekaman gambar,
rekaman suara dan lain-lain.
11
DOKUMENTASI.
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang artinya semua
barang-barang yang yang tertulis. Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi , peneliti menyelidiki benda benda
tertulis seperti buku, notulen rapat, catatan, peninggalan benda
purbakala yang merupakan symbolsymbol atau gambar.
instrumen dalam penelitian mempunyai kedudukan yang
sangat penting karena benar tidaknya data yang dikumpulkan
akan tergantung dari baik tidaknya instrument pengumpul
data. Setelah instrument dirancang maka sebelum digunakan
sebaiknya peneliti melakukan uji coba lebih dulu untuk
mengetahui apakah responden bisa memahami pertanyaan
yang diajukan dalam kuesioner.
1.5 Cara menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh
adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua
tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut
adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan
sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara
menguji fakta ada dua yaitu : Konsistensi dan Koherensi.
1) Konsistensi.
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan
sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung
kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam
halsemantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang
menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini
digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika
matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan.
2) Koherensi.
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan
gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah
memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi
yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif),
rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan,
perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh
(misal), kesejajaran(paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
1.6 Cara menilai autoritas
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman
tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan
12
pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk
mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau
orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya. Menghindari semua desas-desus
atau kesaksian, baik akan membedakan atau hanya merupakan pendapat saja atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa
cara sebagai berikut :
1) Tidak mengandung prasangka.Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli ata didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2) Pengalaman dan pendidikan autoritas.Dasar kedua menyangkut pengalaman dan
pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan
yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli.
Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil
penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3) Kemashuran dan prestise.Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah
pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi dibidang lain.
4) Koherensi dengan kemajuan.Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan
autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan
pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
2. Pengembangan Alamiah
Pengembangan paragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta spasial dan
kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari titik tertentu
menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud
dengan setia pada urutan waktu adalah bahwa pengembangan itu harus bermula dari titik
waktu tertentu dan berkembang terus sampai pada titik waktu yang selanjutnya. Deskripsi
objek tertentu, deskripsi data, dongeng, atau narasi yang lainnya, mengadopsi model
pengembangan alamiah yang demikian ini.(rahardi,2009)
Pengembangan paragraf secara alamiah ini didasarkan pada urutan ruang dan
waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari
satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.(Widjono,2012)
3. Berfikir Deduktif
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa umum
yang kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu
gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan
selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian, konteks penalaran
deduksi tersebut konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu
gejala. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya (proposisi tempat menarik
kesimpulan). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil
13
yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian
fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus
yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus.karangan deduktif
mempunya bermacam-macam jenis berdasarkan teknik prngrmbangannya maupun
uraian isinya.(Widjono,2012).
A. Menarik simpulan secara langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan ).
B. Menarik simpulan secara tidak langsung
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
Silogisme Kategorial.
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi,
yaitu :
Premis umum : premis mayor ( My )
Premis khusus : premis minor ( Mn )
Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Contoh silogisme kategorial :
My : Semua mahasiswa Universitas Mulawarman memiliki KTM.
Mn : Aini Fatimah adalah mahasiswa Universitas Mulawarman.
K : Aini Fatimah memiliki KTM.
3.1 Ciri-ciri Paragraf Deduktif
1. Kalimat utama berada di awal paragraf. 2. Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
3.2 Urutan Logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan
logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa,
waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat, proses, kepentingan, dan
sebagainya. Berikut ini beberapa contoh paragraf dalam urutan tersebut.
3.2.1 Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan
berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu,
peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai
berikut :
14
Cara pertama : urutan kronologis secara alami
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua : urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).
1. peristiwa terakhir
peristiwa pertama
2. peristiwa kedua
peristiwa ketiga
3. peristiwa terakhir
(1) peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik
atau flashback, (3) kembali per-istiwa terakhir dan melanjutkan cerita.
3.2.2 Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk
menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan :
di sana, di sini, di situ, berhadapan,
di, pada bertolak belakang dengan,
di bawah, di atas, berseberangan,
di tengah, melalui, belok kanan
di utara, di selatan, belok kiri, ke depan
di depan, di muka ke atas, ke sampiung,
di belakang di sisi, di seberang,
di kiri, di kanan, di hadapan,
di luar, di dalam, di persimpangan,
3.2.3 Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan
umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah di bicarakan pada bagian terdahulu.
Urutan ini menghasikan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang
terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang
paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah
dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu,
pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan.
3.2.4 Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan
gagasannya yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang penting
sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
15
3.3 Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum Premis Mayor (My)
Premis khusus Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term
mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
3.4 Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditionalhipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
3.5 Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada diBogor.
3.6 Entimen
Entimen adalah silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Entimen: Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C = Ali ; ia
16
B = tidak mau menerima suap
A = pegawai yang baik
Rumus :
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan
menjadi silogisme
Contoh :
Entimen : Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C : Badu
B : harus bekerja keras
A : orang yang ingin sukses
4 Berfikir Induktif
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah
proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran
berlawanan dengan pancaindera karena, nalar didapat dengan cara berpikir
sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran. Induktif merupakan hal yang dari
khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir
melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang
umum.Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang
khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan
suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif :
kucing berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan. Pada Penalaran Induktif terdapat beberapa bentuk.
4.1 Generalisasi Dan Spesifikasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena
individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan.
C = B, karena C = A
17
Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki
kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajahtampan.
Macam-macam generalisasi :
1. Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar
penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari
sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang
belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana
pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang
tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
4.2 Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria
tertentu. klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang hanya
mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dua
jenis yaitu pria dan wanita; dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek
menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak uasia sekolah, SD,SMP,dan
SMU, orang dewasa dan manula.(menurut: widjono,2012)
Klasifikasi merupakan suatu cara pengembangan paragraf melalui
pengfelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ungkapan byang biasa dijumpai
yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, mengklasifikasikan.(
4.3 Hipotesa dan Teori Analogi
Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori
atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta
tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun
dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya
merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan
dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam
kondisi ceterisparibus) :
18
Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan
tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan
anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan
untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut.
Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan
menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini
korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan
rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi
pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang
berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan
negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan
rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance.
Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan
memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun,
karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi
mendapat kesempatan mencari keuntungandemi kepentingan pribadi)
maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai.
Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas
investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama,
bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik
akan meningkat, namun perlu digaris bawahi bahwa yang meningkat
adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada
apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik
yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah
dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi
persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan
produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
44. Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi
dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses
morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah
ada.Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan
pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang
dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih
mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi
dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk
dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian
19
yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola
maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
A. Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari.
Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau
dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau
kita percayai.
contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas
antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk
mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
4.5 Hubungan Kausalitas
Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip
sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian
memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya
dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal
yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan
keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah
dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
A. Macam hubungan kausal :
1. Sebab- akibat.
Contoh:
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2. Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:
20
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni
beranggapan adanya korban kecelakaan.
4.6 Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan
yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan
pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini
berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisiditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja.
Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah tentang penalaran dan jenis-jenisnya di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa banyak sekali yang dapat kita pelajari
dari penalaran tersebut. Bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas
berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian
dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan
terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan
dari proposisi akan digunakan sebagaipremis bagi penalaran. Atau dapat
juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi
merupakan hasil dari rangkaian pengertian.Penalaran deduktif
merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa umum yang
kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu kesimpulan baru
yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisas.Penalaran
Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang
dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan
suatu kesimpulan atau pengetahuan yangbersifat umum.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini di harapkan para pembaca lebih
memahami pengertian proposisi dan bagian bagian dari proposisi.
22
DAFTAR ISI
Rahardi, R. Kunjana,2009 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Tim Kebahasaan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah
Tangerang,2013 Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tangerang : Universitas Muhammadiyah
Tangerang.
Widjono,2012 Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo
http://muhammadputraaa.blogspot.com/2014/03/penalaran-proposisi-inferensi-dan.html
http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html