29

HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
Page 2: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

KELOMPOK 5

DEVI NURMALASARI

PUTRI RAHMANDA

FAQIH MAHENDRA

DINI KHOIRUNNISA

RAYHAN RABBANI

FATYENI YULIA

Page 3: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang “Hasil Budaya Masyarakat Pada Masa Pra Aksara”. Penulisan tugas kelompok ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kani telah berusaha menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa tugas kelompok ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi penyempurnaan tugas kelompok ini. Mudah-mudahan dengan adanya tugas kelompok ini dapat diambil manfaatnya bagi siapa saja yang membaca tugas kelompok ini.

Page 4: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Hasil budaya pada masa Praaksara:

Zaman batu

zaman Paleolitikum

Zaman Mesolitikum

Zaman Neolitikum

Zaman Megalitikum

Zaman logam

Zaman Tembaga

Zaman Perunggu

Zaman Besi

Page 5: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
Page 7: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

A. KEBUDAYAAN ZAMAN

PALEOLITIKUM

a. Kebudayaan Pacitan

b. Kebudayaan NgandongPada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

Page 8: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

B. KEBUDAYAAN ZAMAN MESOLITHIKUM

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).

1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Page 9: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

kapak genggam Sumatera adalah kapak genggam yg sudah digosok namun tidak

sampai halus. Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels

melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam.

Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang

tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra

(Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu

dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut

3.Hachecourt (kapak pendek)

Selain pebble yang diketemukan dalam bukitkerang, juga ditemukan

sejenis kapak tetapibentuknya pendek

(setengah lingkaran) yang disebut dengan

hachecourt/kapakpendek.

2. Pebble (kapak genggam

Sumatera = Sumateralith)

Page 10: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

4. Flakes

Flakes berupa alat-alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi, fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran, flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, dan Mangeruda (Flores).

Page 11: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

5. Pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukitkerang, juga ditemukanpipisan (batu-batupenggiling besertalandasannya). Batu pipisanselain dipergunakan untukmenggiling makanan jugadipergunakan untukmenghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasaldari tanah merah. Cat merah diperkirakandigunakan untuk keperluanreligius dan untuk ilmu sihir.

Page 12: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

6. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang

dijadikan tempat tinggal manusia purba pada

zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat

perlindungan dari cuaca dan binatang buas.

Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche

dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun

1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo

Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa

tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung

panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah

diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta

alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-

alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang

paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh

para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone

Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena

goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun

kapak pendek yang merupakan inti dari

kebudayaan Mesolithikum.

Page 13: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

7. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH

• Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu kali, seperti bahewa batu giling. Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah. Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi. Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati Malaka.

Page 14: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Kebudayaan Toala

• Menurut catatan sejarah hasil penyelidikan tahun 1893 bahwa manusia yang mendiami daerah ini adalah orang Toala, suatu suku penduduk keturunan langsung dari zaman Prasejara, dan masih sekeluarga dengan suku bangsa Wedda dan Sailan. Orang toala memilih gua sebagai tempat hunian dimungkinkan karena adnanya kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan biologi yang saling menunjang dan disediakan oleh sebuah gua. Ketiga kondisi ini memungkinkan manusia dapat bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya untuk melanjutkan hidup dan menangkal sejumlah masalah yan disajikan oleh alam.

Page 15: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

C. KEBUDAYAAN ZAMAN NEOLITIKUM

Page 16: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
Page 17: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

4.

Page 18: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

C. KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM

1. Mehnir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang.

Page 19: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

2. WARUGA 3. DOLMEN

Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang

Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua

bagian. Bagian atas berbentuksegitiga seperti

bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.

Dolmen adalah sebuah meja yang terbuat dari

batu yang berfungsi sebagai tempat

meletakkan saji-sajian untuk pemujaan.

Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk

meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka

kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat

oleh batu.

Dolmen adalah meja batu tempat

meletakkan sesaji yang

dipersembahkan kepada roh

nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur

batu

Page 20: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

4. Punden berundak 5. Sarkofagus

Punden berundak atau teras berundak adalah struktur tata

ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap

teras semakin tinggi posisinya. Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbalakan di Nusantara,

sehingga dianggap sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara.

Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus

umumnya dibuat dari batu.Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh

karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa

dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan

di ruang bawah tanah.

Page 21: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

6. Arca 7. Kubur batu

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia.

Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan

moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya

manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.

Kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat

berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya

juga berasal dari papan batu.

Page 22: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
Page 23: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa karena dalam perundagian masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.

Page 24: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

Page 25: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

2. Zaman perunggu

Zaman Perunggu (bahasa Inggris: "Bronze Age") adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman Batu dan Zaman Besi.Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa.

Page 26: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

NEKARA PERUNGGU

Nekara adalah semacam genderang dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekara yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang.

Page 27: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Kapak Corong bentuk bagian tajamnya

seperti kapak batu, hanya bagian

tangkainya berbentuk corong. Maka,

kapak ini disebut juga Kapak Corong

atau Kapak Sepatu. Kapak corong

ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa,

Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan,

Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau

Sentani.

KAPAK CORONG

Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada

yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada

yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula

yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang

memiliki panjang satu sisi disebut candrasa,

bentuknya sagat indah dan penuh hiasan.

Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat

upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak

tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval

atau juga dengan ragam hias garis-garis

geometris dan pilin berganda (double spiral).

Kapak corong

Page 28: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

Zaman besi

Page 29: HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA

zaman besi