33
BERKENALAN DENGAN FILSAFAT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati. Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia. Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan

Filsafat Komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Filsafat Komunikasi

BERKENALAN DENGAN FILSAFAT

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem

pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang

berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia.

Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan hal-hal yang bersifat

abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang

dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan,

kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan

manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.

Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam, merenung,

menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar

sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan

berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk

dari sebuah ilmu, oleh karena itu filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu.

Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai

pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk

mengkaji hal-hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan kami bahas,

antara lain sebagai berikut :

Page 2: Filsafat Komunikasi

A) Pengetahuan

B) Ilmu

C) Filsafat

D) Filsafat Ilmu

E) Filsafat Ilmu Komunikasi

Page 3: Filsafat Komunikasi

BAB II

PEMBAHASAN

1.PENGETAHUAN

1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca  indera manusia

yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,  rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003). 

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda.

1.2Tingkat Pengetahuan

 Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Page 4: Filsafat Komunikasi

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung (berhadapan muka) dengan

Page 5: Filsafat Komunikasi

responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui telepon). Angket

berupa formulir yang berisi pernyataan dan diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang

untuk mendapatkan keterangan.

1.3 Jenis Pengetahuan

a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman

seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif,

dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik

secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan mesin

atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit,

dan juga tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.

Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara sepeda.

Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa seimbang, bila

sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok ke kanan, pertama belokkan

dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda sudah condong ke kenan, belokkan setir ke kanan.

Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir sepeda.

Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia

sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain.

Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan, namun tidak

lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan

budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan

dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa

formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di

ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit.

Page 6: Filsafat Komunikasi

Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk penggunaan, prosedur,

dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja seni dan

desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit yang merupakan

eksternalisasi dari keterampilan, motif dan pengetahuan manusia.Bagaimana membuat

pengetahuan implisit menjadi eksplisit merupakan fungsi utama dari strategi Manajemen

Pengetahuan.

c. Pengetahuan empiris

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal

sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan

dengan melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris

tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan

dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.

Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi

berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan

sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

d. Pengetahuan rasionalisme

Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada

pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2

bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah

pemikiran logis akal budi.

1.4 . Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas

dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Page 7: Filsafat Komunikasi

2) Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh

dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

3) Informasi

Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which

one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai

transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana

diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa,

dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup

data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi

informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan(intangible),

sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data

dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

2. ILMU

2.1 Pengertian Ilmu Secara Etimologi

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.

Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu

pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

2.2 Pengertian Ilmu

Page 8: Filsafat Komunikasi

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,

menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam

manusia.Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan

kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari

keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan

seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu

terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemology

Ilmu alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang

bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup

pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan

dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan

bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

2.3 Pengertian Ilmu Menurut Para Ahli

a. M. IZUDDIN TAUFIQ

Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan

eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya

b. THOMAS KUHN

Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk

penolakan maupun pengembangannya

c. Dr. MAURICE BUCAILLE

Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama

maupun sebentar.

d. NS. ASMADI

Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui

penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)

e. POESPOPRODJO

Page 9: Filsafat Komunikasi

Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan

teori dan uji empiris

2.4 Syarat - Syarat Ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa

penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat

ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada

lebih dahulu.

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang

sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat

bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji

objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,

sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau

subjek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan

terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara

tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani

“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang

digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,

ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga

membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu

menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun

secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat

umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya

universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari

kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam

Page 10: Filsafat Komunikasi

mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat

universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

3. FILSAFAT

3.1 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala

sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau

sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan

segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan

segala hubungan. 

3.2 Pengertian Filsafat Menurut para Ahli

1. Pengertian filsafat menurut  Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib

(logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-

dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan 

2. Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada 

3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki

sebab dan asas segala benda. 

4. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM)  mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan

tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. 

5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat

adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan  menyelidiki

hakekatnya yang sebenarnya. 

3.3 Ciri – Ciri Berfikir Filosofi

1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.

2. Berfikir secara sistematis.

Page 11: Filsafat Komunikasi

3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan

4. Menyeluruh.

3.3 Tiga Persoalan yang Ingin Dipecahkan oleh Filsafat

1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika

2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.

3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

3.4 Beberapa Ajaran Filsafat yang  Telah Mengisi dan Tersimpan dalam Khasanah Ilmu

1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta

badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme

memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.

2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya

rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.

3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan

hakitat yang asli dan abadi.

4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut)

tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

3.5 Manfaat Filsafat dalam Kehidupan

1. Sebagai dasar dalam bertindak.

2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.

3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.

4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

4. FILSAFAT ILMU

4.1 Definisi Filsafat Ilmu

Page 12: Filsafat Komunikasi

Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar

filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi),

bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi),

oleh karena itu lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :

a. Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup

masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke

dua hal tersebut dengan subjek/manusia.

b.  Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana

prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar.

c. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,

serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.

Peter Caw memberikan makna filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya

menelaah ilmu dalam kontek keseluruhan pengalaman manusia.Steven R. Toulmin memaknai

filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna

menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta

metafisika.

4.2 Objek Kajian Filsafat Ilmu

 

Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek

formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh

manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis

dan adil juga memiliki objek material dan objek formal.

Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang

tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam

alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,

dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang

Page 13: Filsafat Komunikasi

ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain

bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan

yang peraktis.

Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek

substantif dan dua obyek instrumentatif, yaitu:

1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal,yaitu :

A. Fakta (Kenyataan)

Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti.

Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data

yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti. Tetapi

subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif

sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin

berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan

juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism,

sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema

rasional.

B. Kebenaran

Yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa wahyu.

Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang

kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada lima teori yang relevan tentang

kebenaran, yaitu:

a. Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya

baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.

b. Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada

adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang

lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural

Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya

mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of science)

tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau sering

c. Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu

Page 14: Filsafat Komunikasi

kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya

yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.

d.Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu dianggap

benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.

e. Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar

apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila

mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.

2. Obyek Instrumentatif, yang terdiri dari dua hal yaitu:

A. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang

atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut

dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar.

Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode

induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori.

B. Logika Inferensi

Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun oleh

Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu :

Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan

Principium Exclutii Tertii (Qanun Imtina’).

Logika ini sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika

Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan

selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. Dalam hubungan

ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi

aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga

filsuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus dalam

beberapa disiplin ilmu.

4.3 Beberapa Pendapat Ahli tentang Objek Kajian Filsafat Ilmu :

Edward Madden menyatakan bahwa lingkup atau bidang kajian filsafat ilmu adalah:

Probabilitas , Induksi , dan Hipotesis

Page 15: Filsafat Komunikasi

Adapun masalah-masalah yang berada dalam lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun) :

1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu

2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu

3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu

4. masalah-masalah logis tentang ilmu

5. masalah-masalah etis tentang ilmu

6. masalah-masalah tentang estetika

Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang

dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya metafisika juga mencakup

telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan.Epistemologi merupakan

teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan

ilmiah, maupun pengetahuan filosofis.

Metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik

dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya.Masalah logis berkaitan

dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama berkenaan dengan metode

deduksi.Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya

untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral

masyarakat.

5.FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

5.1 Pengertian Menurut para Ahli

1.    Richard Lanigan

Didalam karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and

Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”. Richard

Lanigan mengatakan ; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-

bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

- Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)

Page 16: Filsafat Komunikasi

- Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)

- Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)

- Apakah aku benar ? (Am I right ?)

Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap :

Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan Logika.

2.      Prof. Onong Ucahana Efendy, MA,

Menurut Prof. Onong Ucahana Efendy, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu

yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis,

kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut

bidangnya, sifatnya, tatanannya,tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya.

3.      Fisher

Filosofis ilmu komunikasi menurut Fisher (1986:17) adalah ilmu yang mencakup segala

aspek dan bersifat eklektif yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963:2) sabagai jalan

simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.

4. Laurie Ouellette Chair & Amit Pinchevski

Menurut Laurie Ouellette Chair dan Amit Pinchevski, Filsafat Komunikasi secara luas

peduli dengan masalah teoritis,analitis,dan politik yang melintasi batas-batas yang terjadi begitu

saja untuk di analisa dalam studi komunikasi.

5.2 .     Kajian Filsafat KomunikasiPara ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat

melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato.

Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-

rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama

bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang

menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang

senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk

melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen

filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada

pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.

Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan

Page 17: Filsafat Komunikasi

estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi

(kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).

Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu

Komunikasi dari perspektif epistemology:

1.        Ontologis:

Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang

ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi

sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah

Ilmu Komunikasi.

Ontologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Apakah ilmu

komunikasi? Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek kajiannya?

Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?

Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism,

Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat

yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai

makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut

pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.

Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi,

Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dll.

2.        Epistemologis:

Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai

pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama

epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan

bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey: 1976).

Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reson, judgement, sensation,

imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”.

Epistemologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Bagaimana proses

yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya,

metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu

Page 18: Filsafat Komunikasi

yang benar dalam hal komunikasi? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria

kebenaran dan logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?

Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah

sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah

ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi

sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas

dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat

berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland,

Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang,

Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika

yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses

perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication,

Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa

peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu.

3.        Aksiologis:

Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu

itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis

sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan

kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan

kebutuhan manusia akan komunikasi.

Aksiologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Untuk apa ilmu

komunikasi itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu

tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah kaitan ilmu komunikasi berdasarkan

pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya

melahirkan dan menemukan teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma

moral dan profesional?

Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of

information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara

Page 19: Filsafat Komunikasi

pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan

manusia.

Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat filsafat adalah

bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah sikap bertanya itu sendiri.

Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun, filsafat tidak menerima kebenaran apapun

sebagai sesuatu yang sudah selesai. Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran

yang ditemukan. Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai suatu masalah,

sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu jawabannya.

Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak, misalnya dalam biologi

akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing, mana jantung dan mana hati, sehingga

tidak memerlukan pendefinisian secara ketat. Tidak demikian halnya dengan ilmu-ilmu sosial

yang objeknya abstrak. Ilmu komunikasi berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berobjek

abstrak, yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Komunikasi sebagai kata yang abstrak

sulit untuk didefinisikan. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan

komunikasi. Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial mutlak memberikan definisi tajam

dan jernih guna menjelaskan objeknya yang abstrak itu.

Tidak semua peristiwa merupakan objek kajian ilmu komunikasi. Sebagaimana

diutarakan, objek suatu ilmu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat

hakikatnya. Karena objeknya yang abstrak, syarat objek ilmu komunikasinya adalah memiliki

objek yang sama, yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Artinya, peristiwa yang terjadi

antarmanusia. Contoh, Anda berkata kepada seorang teman, ”Wah, maaf, kemarin saya lupa

menelepon.” Peristiwa ini memenuhi syarat objek ilmu komunikasi , yaitu bahwa yang dikaji

adalah komunikasi antarmanusia, bukan dengan yang lain selain makhluk manusia.

Telah diketahui ilmu komunikasi memiliki sejumlah ilmu praktika, yaitu Hubungan

Masyarakat, Periklanan, dan Jurnalistik. Misalnya, jika ilmu komunikasi juga mempelajari

penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang

ditujukan kepada bebatuan serta tumbuhan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberi

respon positif mereka? Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia

akan mencederai kriteria objek keilmuannya.

Page 20: Filsafat Komunikasi

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Filsafat berasal dari bahasa Yunani. Philosophia atau Philosophos.Kata tersebut terdiri

dari dua kata yakni philos (philein) dan Sophia. Kata Philos berarti cinta (love),

sedangkanSophia atau sophosberarti pengetahuan, kebenaran, hikmat atau kebijaksanaan

(wisdom). Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta akan.Adapun pengertian dari filsafat dapat

dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai

ilmu.

Dasar ontologi filsafat meliputi objek materi yakni sesuatu yang dijadikan sasaran

pemikiran, sesuatu yang dipelajari oleh filsafatyang sangat luas yakni mencakup segala realitas,

kenyataan atau sesuatu yang ada atau mungkin ada baik yang nyata (Skala) maupun yang abstrak

(Niskala). Berfikir filsafat harus memenuhi sejumlah persyaratan yaitu: (1) bersifat rasional

radikal, mencari kejelasan atau kebenaran yang bersifat esensial (the first causes dan teh last

causes) dan non-fragmentari, dan menyangkut suatu realitas atau hal-hal yang mengacu pada

ide-ide dasar.

Dasar epistimlogi yang dimiliki filsafat mencakup antara metode yang digunakan untuk

pedoman mengkaji ilmu dengan menggunakan metode filsafat, yakni metode kritis reflektif,

metode dialektika-dialog/dialektika-kritis, metode dialeka hegel, metode intuitif, metode skeptis,

metode fenomenologi, metode eksistensialisme, dan metode analitik. Filsafat mempunyai dasar

aksiologis yang mengukap tentang apakah kegunaan dari ilmu.

B.  Saran

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang diharapkan dapat menjadikan pedoman

bagi manusia untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki, dengan demikian diharapkan

Page 21: Filsafat Komunikasi

manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif serta dapat menjadi manusia yang bijaksana

dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy., Onong Uchjana . 2000 . Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung : Penerbit

PT. Citra Aditya Bakti.

EL Karimah, Kismiyati. 2010. Filsafat & etika Komunikasi. Bandung : Widya padjajaran.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Suhartono, Suparlan. 2005 .  Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz.

Wikipedia. 2013. Ilmu . Diakses pada 17 August 2014 http://id.wikipedia.org/

Wikipedia. 2013. Filsafat. Diakses pada 17 August 2014 http://id.wikipedia.org/

Wikipedia. 2013.Filsafat Ilmu. Diakses pada 17 August 2014 http://id.wikipedia.org/

Wikipedia. 2013. Pengetahuan. Diakses pada 17 August 2014 http://id.wikipedia.org/

Wira. 2010. Pengetahuan. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 17 August 2014

http://repository.usu.ac.id/

.

Page 22: Filsafat Komunikasi