Upload
fransiska-oktafiani
View
63
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
METODOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM NORMAL ATAS
INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
Fransiska Oktafiani, 2B Keperawatan
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
1.Narasi Kasus
“Pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 06.00 WIB Ny. A
umur 36 tahun datang ke RSUD Gunung Jati dengan keluhan mules dan keluar darah dari
jalan lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan Ny. A disarankan untuk masuk ke ruang VK. Pukul
07.00 WIB Ny. A merasakan mulesnya bertambah. Setelah pembukaan lengkap, pukul
08.00 WIB Ny.A melahirkan seorang bayi laki-laki secara normal dan ada robekan di daerah
perineum kemudian dilakukan jahitan di daerah perineum dengan panjang 3cm. Klien terlihat
lemah, pucat, gelisah dan merasa kurang nyaman. Pada saat dilakukan pengkajian tannggal 23 Mei 2012 pukul 08.00 WIB
didapatkan hasil bahwa luka jahitan dengan kondisi basah, tidak ada pus, tidak ada
kemerahan dan kebiruan. Jahitan terlihat baik. (P) Klien mengeluh nyeri bertambah ketika klien
turun dari tempat tidur. Nyeri yang dirasakan klien seperti tertusuk-tusuk (Q) nyeri pada luka jahitan perineum menyebar hingga ke bagian
selangkangan (R) dengan skala nyeri 2 dari 0 – 5 (S). Nyeri yang dirasakan klien pada saat
beraktifitas (T)
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Klien mengeluh nyeri di bagian perineum. Dan nyeri bertambah ketika klien
turun dari tempat tidur.
Diagnosa Keperawatan
Data Objektif
1. Terlihat luka jahitan2. Tidak ada kemerahan3. Tidak ada keburuan 4. Tidak ada pus5. Jahitan terlihat baik6. Skala nyeri 2 dari 0 – 5 ( Bourbanis)7. T : 120/80 mmHg , P : 92x/menit, R :
24x/menit, S : 37,5˚C8. Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)
Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri 2. Rasa nyeri bertambah
ketika klien turun dari kasur.
Diagnosa Keperawatan
Proses persalinan spontan
Adanya ruptur perineum
Luka jahitan di perineum
Terputusnya kontinuitas jaringan
Pelepasan biokimia (Histamin, serotin, bradinin
dan prostaglandin)
Menstimulasi reseptor nyeri
Nyeri dihantarkan oleh serabut eferen ke
kornudorsalis melalui traktus spina thalamus
Dihantarkan ke cortex serebri
Nyeri dipersepsikan
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawaran :Nyeri Akut :
DefinisiPengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual/potensional/yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association For The Study Of
Pain) awitan yang tiba-tiba/lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi/di prediksi.Domajn 12 KenyamananKelas 1 Kenyamanan FisikKode 00132, Nyeri Akut
Skala Nyeri Bourbanis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
Tidaknyeri
Nyeriringan
Nyerisedang
Nyeriberat
terkontrol
Nyeriberat tidak terkontrol
0 : Tidak nyeri
1 – 3 : Secara objektif klien dapat berkomunikasi
4 – 6 : Secara objektif klien mendesis,menyeringai,dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7 – 9 : Secara objektif klien terkadang tdk dapat mengikuti perintah,tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.
Nilai
Skala
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
3.Alternatif Diagnosa
Alternatif Diagnosa
00133, Nyeri Kronis, Kenyamanan Fisik.Def :Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual/potensional/yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association For The Study Of Pain) awitan yang tiba-tiba/lambat dari intensitas ringan hingga berat terjadi konstan/berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi/ diprediksi dan berlangsung selama >3bulan.
00214, Gangguan Rasa Nyaman, Kenyamanan Fisik.Def :Merasa kurang nyaman, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosial.
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
4.Fiksasi Diagnosa
00132, Nyeri Akut, Kenyamanan Fisik.
Fiksasi Diagnosa
Batasan Karakteristik Data Penunjang Bukti nyeri dengan
munggunakan standar skala nyeri untuk pasien.
• Pengukuran tingkat nyeri Ny. A menggunakan skala nyeri Bourbonis.
• Ekspresi wajah nyeri • Ny. A mengekspresikan nyeri
• Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
• Ny. A mengatakan saat turun dari kasur rasa nyeri makin bertambah
• Mengekspresikan perilaku nyeri
• Ny. A gelisah
• Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
• Ketika ingin dilakukan observasi luka jahitan Ny. A merespon menghindari nyerinya
• Sikap melindungi area nyeri • Terlihat dari respon menghindari saat observasi luka jahitan
Fiksasi Diagnosa
Faktor yang berhubungan :
• Agen cidera fisik Terputusnya kontinuitas jaringan pada daerah perineum
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
5.Hasil (NOC)
Hasil (NOC)
• Tingkat nyeri : Keparahan nyeri dapat diamati dan dilaporkan
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
6.Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :1. Adanya penurunan intensitas nyeri dari skala 2 menjadi skla 12. Ketidaknyamanan akibat nyeri teratasi (Ny. A tidak nyeri kembali ketika turun dari kasur)3. Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
TUJUAN
Widiastuti,Sindi. 2012. Post Partum Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini. Cirebon : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.
7.Rencana Intervensi (NIC)
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Nyeri : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
No. Intervensi Rasional1. Ukur tanda-tanda vital pasien
sesuai SOPUntuk mengetahui hasil tekanan darah,suhu,nadi dan respirasi klien. Perubahan kecepatan nadi, nafas, TD merupakan tanda pasien merasakan nyeri
2. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi) sesuai strandar operational prosedur.
Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
3. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
Intervensi (NIC)1. Manajemen Nyeri : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
No. Intervensi Rasional
4. Berikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan
Pemberian “health education”
dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan membantu klien
dalam membentuk mekanisme
koping terhadap rasa nyeri
5. Ajarkan cara penggunaan terapi
non farmakologi (distraksi, guide
imagery,relaksasi)
Untuk mengajarkan
memanajeman nyeri kepada
pasien apa bila nyeri timbul
6. Lakukan evaluasi dengan klien
dan tim kesehatan lain tentang
ukuran pengontrolan nyeri yang
telah dilakukan
Untuk mengetahui apakah terjadi
pengurangan rasa nyeri atau nyeri
yang dirasakan klien bertambah.
Intervensi (NIC)
2. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif
No. Intervensi Rasional
1. Lakukan kolaborasi
pemberian analgesic
Pemberian analgetik
dapat mengurangi rasa
nyeri pasien
2. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Untuk mengetahui reaksi
analgesic yang timbul
pada pasien setelah
pemberian obat
Intervensi (NIC)
3. Memberikan Sedative : Memantau respon klien, memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostic/terapeutik
No. Intervensi Rasional
1. Atur posisi pasien senyaman
mungkin sesuai keinginan
pasien.
Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal
mungkin
2. Ajarkan klien atau keluarga
cara perawatan luka dengan
teknik steril.
Memberikan kenyamanan
pada luka jahitan dan
“health education” untuk
klien
IMPLEMENTASI
Diagnosa Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
Nyeri Akut
Rabu, 23 Mei 2012 Kamis, 24 Mei 2012 Jum’at, 25 Mei 2012
Implementasi Implementasi Implementasi
Waktu Tindakan Waktu Tindakan Waktu Tindakan
08.30 WIB 1. Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin sesuai
keinginan pasien.
Respon Klien :
Ny. A terlihat lebih nyaman
14.30
WIB
1.Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin sesuai
keinginan pasien
Respon Klien :
Ny. A terlihat lebih rileks
08.30
WIB
1.Mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin sesuai
keinginan pasien
Respon Klien :
Ny. A terlihat lebih
nyaman
2. Mengukur tanda-tanda vital.
Respon Klien :
Objektif
T:120/80 mmHg, P:92x/menit
R:24x/menit,
S:37,5˚C
2. Mengukur tanda-tanda vital.
Respon Klien :
Objektif
T:120/80 mmHg, P:94x/menit
R:24x/menit,
S:37,5˚C
2. Mengukur tanda-tanda vital.
Respon Klien :
Objektif
T:120/80 mmHg, P:92x/menit
R:24x/menit,
S:37,5˚C3.
Melakukan pengkajian nyeri P,Q,R,S,T.
Respon Klien :Pasien kooperatif saat dilakukan observasi. Nyeri yang dirasakan Ny. AP: Nyeri bertambah ketika klien turun dari kasurQ: Nyeri seperti tertusuk-tusukR: Nyeri yang dirasakan Ny.A hingga mons pubisS: Skala nyeri 2 dari 0-5(Skala Bourbonis)T: Nyeri dirasakan Ny.A saat beraktifitas
3.
Melakukan pengkajian nyeri P,Q,R,S,T.
Respon Klien :
P: Nyeri sedikit berkurang ketika
melakukan relaksasi dan pemberian
obat
Q: Nyeri seperti digigit semut
R: Nyeri hanya dirasakan didaerah
perineum saja
S: Skala nyeri 1 dari 0-5(Skala
Bourbonis)
T:Nyeri dirasakan ketika beraktifitas
berat
3.
Melakukan pengkajian nyeri
P,Q,R,S,T.
Respon Klien :
P: Nyeri sedikit berkurang ketika
melakukan relaksasi dan pemberian
obat
R:Nyeri yang dirasakan hanya
bagian luka saja
S:Skala nyeri 1 dari 0-5(Skala
Bourbonis)
T:Nyeri hanya dirasakan 2 dari tadi
malam.
4.
Melakukan observasi ketidaknyamanan secara nonverbal.
Respon Klien :
Ny. A terlihat gelisah,Ny. A terkadang meraba area luka/nyerinya
4. Menganjurkan relaksasi.
Respon Klien :
Pasien merasa lebih rileks.
13.00
WIB
4.
Melakukan kolaborasi pemberian obat analgesik
Respon Klien:Pasien kooperatif, obat ketorolac 30 mg, diberikan setiap 6 jam secara intravena.
5.
Pemberian informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan.
Respon Klien :
Ny. A kooperatif dalam menanggapi pemberian informasi mengenai luka dan nyeri yang dirasakannya
19.00 WIB 5.
Melakukan kolaborasi pemberian
obat analgesik
Respon Klien:
Pasien kooperatif, obat ketorolac
30 mg, diberikan setiap 6 jam
secara intravena.
13.30
WIB
5.
Mengevaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
Respon Klien :
Klien terlihat lebih nyaman
dan klien mengatakan dapat
beraktifitas secara
normal/seperti biasa.
6.
Mengajarkan cara distraksi, guide imagery/relaksasi.
Respon Klien :
Pasien merasa lebih rileks,pasien dan keluarga kooperatif dan paham cara relaksasi
19.30
WIB
6. Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
Respon Klien :Pasien merasa lebih baik setelah minum obat
13.40WIB
6.
Mengganti balutan luka dengan teknik steril
Respon Klien :
Pasien merasa lebih baik setelah minum obat
7.
Melakukan kolaborasi pemberian obat analgesik
Respon Klien:
Pasien kooperatif, obat ketorolac 30 mg, diberikan setiap 6 jam secara intravena.
20.30 WIB 7.
Mengganti balutan
luka dengan teknik
steril
Respon Klien :
Klien merasa lebih
nyaman
13.30 WIB 8.Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala Respon Klien:Klien mengatakan “rasa nyeri berkurang sus,setelah pemberian obat”
13.40
WIB
9.
Mengganti balutan luka dan
mengajarkan klien dan
keluarga cara perawatan
luka dengan teknik steril
Respon Klien:
Pasien dan keluarga
kooperatif dan paham akan
perawatan luka secara steril
EVALUASIDx
Evaluasi
Hari ke- 1
23 Mei 2016
Hari ke-2
24 Mei 2016
Hari ke-3
25 Mei 2016
Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri ketika turun dari tempat
tidur klien dan nyeri berkurang setelah pemberian
obat analgesic.
O :
1.GCS 15 : Compos mentis
2.TTV :
T : 120/80mmHg
P : 92x/menit
R : 24x/menit
S : 37,5˚C
3.Kondisi luka:
-Terlihat luka jahitan
-Tidak ada kemerahan
-Tidak ada keburuan
-Tidak ada pus
-Jahitan terlihat baik
4.Tingkat nyeri :
Skala 2 dai 0-5 (Skala Bourbonis)
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,6,7,8,9
I : Mengukur tanda-tanda vital, mengkaji tingkat nyeri
pasien dan melakukan kolaborasi pemberian obat
serta mengganti balutan luka pasien.
E : Setelah pemberian obat, pasien merasa tingkat
nyeri yang dirasakannya berkurang.
R : -
S : Klien mengatakan nyeri ketika beraktifitas berat
dan rasa nyeri berkurang setelah pemberian
analgesic dan melakukan relaksasi
O :
1.GCS 15 : Compos mentis
2.TTV :
T : 120/80 mmHg
P : 94x/menit
R : 24x/menit,
S : 37,5˚C
3.Kondisi luka:
-Terlihat luka jahitan
-Tidak ada kemerahan
-Tidak ada keburuan
-Tidak ada pus
-Jahitan terlihat baik
4.Tingkat nyeri :
Skala 1 dai 0-5 (Skala Bourbonis)
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6,7
I : Mengukur tanda-tanda vital, mengkaji tingkat nyeri
pasien dan melakukan kolaborasi pemberian obat
serta mengganti balutan luka pasien.
E : Tingkat nyeri yang dirasakan klien berkurang
ketika melakukan relaksasi dan pemberian obat
R : -
S : Klien dapat beraktivitas secara normal kembali.
O :
1.GCS 15 : Compos mentis
2. TTV :
T:120/80 mmHg, P:92x/menit
R:24x/menit,
S:37,5˚C
3.Kondisi luka:
-Terlihat luka jahitan
-Tidak ada kemerahan
-Tidak ada keburuan
-Tidak ada pus
-Jahitan terlihat baik
4.Tingkat nyeri :
Skala 1 dai 0-5 (Skala Bourbonis)
A : masalah teratasi sebagian
P : -
I : -
E : -
R : -
Thanks!
Any questions?