Upload
arman-ahmad
View
334
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
PEMAKNAAN KALINDAQDAQ
DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SIKAP EMPATI SISWA
(Penelitian Tindakan Kepembimbingan
Pada Siswa SMA Negeri 3 Majene)
Di Susun Oleh:
NAMA : ARMAN, S.Pd, M.Pd.
NIP : 19780315 200312 1 013
NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 3 MAJENE
BIDANG STUDI : BIMBINGAN KONSELING
KABUPATEN : MAJENE
PROVINSI : SULAWESI BARAT
SMA NEGERI 3 MAJENE
PROVINSI SULAWESI BARAT
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan Bimbingan Kelompok
untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa
(Penelitian Pada Siswa SMA Negeri 3 Majene)
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Kegiatan
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015
Oleh :
ARMAN, S.Pd, M.Pd.
Nip. 197803152003121013
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya asli penulis
dan bukan jiplakan atau saduran karya orang lain
Majene, 29 Oktober 2015
Mengetahui :
ii
ABSTRAK
ARMAN. Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan Bimbingan Kelompok untuk
Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMAN 3 Majene. Penelitian tindakan
kepembimbingan ini dibuat untuk mengembangkan proses pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di sekolah..
Karya tulis ini menelaah tentang Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan
Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMAN 3
Majene. Fokus permasalahan dalam karya tulis ini adalah mengidentifikasi
gambaran jenis-jenis empati yang terkandung dalam kalindaqdaq,
mengidentifikasi gambaran keberhasilan layanan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan sikap empati siswa melalui pemaknaan kalindaqdaq.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui gambaran sikap empati
yang terkandung dalam kalindaqdaq mandar (2) Gambaran sikap empati siswa
SMAN 3 Majene (3) Gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan
bimbingan kelompok di SMAN 3 Majene.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemaknaan kalindaqdaq dapat
meningkatkan sikap empati siswa 2) Siswa lebih mengenal sikap empati yang
tertuang dalam sikap kegotongroyongan antar siswa.3) Kalindaqdaq sebagai salah
satu sastra mandar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pelaksanaan
layanan konseling.
Kata Kunci : Kalindaqdaq, Bimbingan kelompok, empati
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
KATA PENGANTAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok 5
1. Pengertian Bimbingan Kelompok 5
2. Tujuan Bimbingan Kelompok 6
3. Teknik Pendekatan Bimbingan Kelompok 6
4. Tahapan Bimbingan Kelompok 7
B. Empati dalam Konsep Kalindaqdaq 9
BAB III METODE PENELITIAN 11
A. Jenis Penelitian 11
B. Lokasi Penelitian 11
iv
BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK 12
A. Skenario Layanan Bimbingan Kelompok Melalui 12
Pemaknaan Kalindaqdaq
B. Analisis Hasil Layanan Bimbingan Kelompok Melalui 13
Pemaknaan Kalindaqdaq
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran-saran 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tiada kata yang patut penulis Panjatkan selain puja dan puji syukur atas
kehadirat Ilahi Rabbi, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya jualah
sehingga karya tulis yang berjudul “Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan
Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMA Negeri 3
Majene” dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Karya tulis ini disusun sebagai manifestasi dari pengalaman pembelajaran
dalam bidang bimbingan konseling yang diharapkan dapat menjadi motivasi
tersendiri bagi guru-guru lain untuk mengkaji lebih jauh tentang konsep budaya
lokal lainnya, yang nantinya dapat dikaitkan dengan bimbingan konseling di
sekolah.
Penulis berfikiran bahwa,karya ini merupakan pengejawantahan metode
pembimbingan berbasis budaya lokal, yang dikaitkan dengan konseling lintas
budaya. Pemaknaan kalindaqdaq yang dimaksudkan disini adalah penanaman
nilai-nilai budaya yang bermuatan empati yang dapat dijadikan sebagai salah satu
alternative teknik pembelajaran dalam layanan bimbingan konseling di sekolah.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dra.
Hj. Roswati selaku kepala sekolah yang memberikan bantuan dan dorongan moral
selama penulisan karya tulis ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
juga sampaikan kepada:
1. Seluruh rekan-rekan guru SMAN 3 Majene yang telah memberikan dukungan
sepenuhnya selama penulisan.
2. Staf perpustakaan SMAN 3 Majene yang telah memberikan bantuan dan
pelayanan yang baik selama penulisan karya tulis ini.
3. Staf perpustakaan daerah kabupaten Majene yang telah memberikan
pelayanan yang prima selama proses penulisan karya tulis.
vi
4. Siswa-siswi SMAN 3 Majene khusunya yang terlibat sebagai peserta
bimbingan kelompok yang telah membantu dalam proses penelitian sampai
penyelesaian karya tulis ini.
5. Istri yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis mulai dari awal
sampai pada tahap akhir penulisan.
6. Putra-putri saya, walaupun selalu bersikap usil dan sering mengganggu
penulis selama penulisan karya tulis ini, tetapi telah memberikan warna
tersendiri dalam penulisan karya tulis ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan sumbangsih kepada penulis selama penulisan karya tulis ini.
Demikian ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga semua bentuk
bantuannya bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Majene. 25 Oktober 2015
ARMAN, S.Pd, M.Pd
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah, mempunyai
peran strategis terutama mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam memegang estafet generasi sebelumnya. Keberadaan sekolah
sebagai sub sistem tatanan kehidupan sosial, menempatkan lembaga sekolah
sebagai bagian dari sistem sosial. Sebagai bagian dari sistem dan lembaga sosial,
sekolah harus peka dan tanggap dengan harapan dan tuntutan masyarakat
sekitarnya. Sekolah diharapkan menjalankan fungsinya dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan optimal dan mengamankan diri dari pengaruh negatif
lingkungan sekitar.
Oleh karena itu pada dewasa ini hendaknya arah pendidikan kembali kita
kiblatkan pada jiwa dan roh kebudayaan bangsa Indonesia yang nantinya dapat
memupuk rasa kebersamaan, dan rasa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Kecendrungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai
dan kearifan budaya lokal, diharapkan dapat mereduksi kesadaran kita bahwa
suasana keluarga yang harmonis, suasana pendidikan yang berkualitas hendaknya
dilandaskan pada nilai-nilai budaya, dibumikan pada kearifan budaya bangsa yang
pada akhirnya akan terlahir pendidikan yang bermakna, dan otomatis akan
menciptakan kehidupan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan konsep yang
dihembuskan pemerintah sekarang yang dilabelisasi dengan istilah pendidikan
karakter.
Pendidikan karakter sebenarnya adalah pemaknaan tentang sikap, sifat,
norma yang hendaknya dilakonkan oleh setiap manusia dengan baik dan berbudi
pekerti. Semua hal tersebut di atas dapat kita amati pada bagaimana interaksi
sosial pada manusia itu sendiri. Sejatinya interaksi sosial antar individu dapat kita
dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi
dagang, belajar pada orang lain, bahkan menyakiti orang lain. Interaksi sosial
antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan
faktor-faktor psikologis seperti imitasi, sugesti, simpati dan empati.
1
Melihat sisi kehidupan dunia pendidikan khususnya dalam dunia sekolah,
maka tak pelak kita akan dipertemukan dengan beragam sikap dan perilaku yang
kurang bersinergi dengan istilah empati itu sendiri, yang pada akhirnya akan
menimbulkan konflik. konflik tersebut dapat saja terjadi mulai dari konflik yang
terjadi antar siswa, siswa dengan guru, siswa dengan tenaga kependidikan, siswa
dengan orangtua, maupun konflik yang terjadi antara guru dengan guru lainnya
dan pihak-pihak lain yang terdapat disekolah. Idealnya sebagai sebuah institusi
pencerdasan bangsa, sebuah lahan untuk menggeneralisasikan karakter bangsa,
maka konflik tidak seharusnya terjadi. Walaupun hal tersebut muncul sebagai
sebuah konflik baik internal maupun eksternal maka semua elemen sekolah harus
dapat mengatasi dan mengelola konflik tersebut secara bersama dengan
menerapkan manajemen konflik yang baik.
Masalah-masalah dalam segala apek kehidupan yang timbul dan sering
kita lihat sehari-hari dan bahkan mungkin kita alami sendiri, adalah karena
kurangnya rasa empati dalam diri setiap manusia. Gambaran tentang kurangnya
empati dalam lingkungan keluarga dimasa sekarang sudah sangat jelas. Sebagai
contoh, kebanyakan anak-anak sekarang selalu memaksakan kehendak terhadap
orangtua sesuka hatinya tanpa pernah mau berfikir dan merasakan tentang
kesulitan orangtuanya, ataupun para siswa tidak lagi memandang istilah
persaudaraan. Tidak hanya pada lingkungan keluarga saja, kepedulian rasa empati
yang kurang juga terjadi dalam kehidupan sekolah, sebagai contoh terkadang
siswa kurang memberikan penghargaan dan rasa hormat kepada gurunya, ataupun
sebaliknya guru tidak pernah memberikan pujian ataupun penghargaan yang
positif kepada anak didiknya. Semua hal tersebut bermuara pada kurangnya rasa
empati dalam diri manusia itu sendiri.
Berdasarkan tinjauan konseptual budaya tersebut di atas, maka hendaknya
peserta didik juga dibekali dengan penanaman nilai-nilai karakter budaya lokal
yang berbasis pendidikan karakter, dalam hal ini penanaman rasa empati. Hal
tersebut juga sangat sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekarang lebih
mengedepankan pembinaan karakter dan mental siswa.
2
Bercermin pada budaya lokal bangsa, maka provinsi Sulawesi barat
khususnya dalam budaya mandar, maka sikap empati sebenarnya sudah tertanam
pada nenek moyang terdahulu. Sehingga mereka melestarikan petuah ataupun
nasehat tersebut ke dalam berbagai kesusastraan mandar. Sesungguhnya
kesustraan mandar sangatlah banyak, misalnya kalindaqdaq (puisi mandar),
pantun, lagu saya-sayang dan masih banyak lagi kesuststraan mandar yang sarat
akan rasa empati itu sendiri.
Budaya mandar, sastra mandar, adalah sekian dari banyaknya litearatur
yang dapat dijadikan sebagai cerminan untuk menumbuhkan dan memoles rasa
empati itu sendiri. Mengapa tidak, karena budaya mandar antara lain kalindaqdaq,
saya-sayang, pantun dan kesustraan mandar lainnya, adalah salah satu dasar yang
dapat dijadikan sebagai pencerminan bagaimana sikap dan perilaku masyarakat
mandar itu sendiri. Ketika mereka telah memahami keberadaannya sebagai orang
mandar, maka secara perlahan dan pasti mereka akan dapat menanamkan nilai dan
rasa empati itu dalam dirinya.
Berdasarkan tinjauan konseptual di atas maka beberapa fenomena-
fenomena kurangnya rasa empati tersebut diduga terjadi pada siswa SMA Negeri
3 Majene yang oleh peneliti menempatkan sebagai lokasi penelitian. Hal ini
didukung dengan keberadaan peneliti sebagai guru bimbingan konseling, yang
nota bene sedikit banyaknya mengetahui kondisi dan kearifan sikap dan perilaku
siswa yang keluar dari zona kenormaan sosial, norma agama dan kebijakan
pendidikan lainnya. Hal ini tercermin dari berbagai perilaku negatif antara lain,
adanya persaingan tidak sehat antar siswa, tidak adanya penghargaan antar kakak
kelas dengan adik kelas, dan beberapa sikap dan perilaku negatif lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “Pemaknaan kalindaqdaq dalam
Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati siswa SMAN 3
Majene”.
3
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran sikap empati yang terkandung dalam
kalindaqdaq mandar?
2. Bagaimana gambaran sikap empati siswa SMAN 3 Majene?
3. Bagaimanakah gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan
bimbingan kelompok di SMAN 3 Majene?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran sikap empati yang terkandung dalam kalindaqdaq mandar.
2. Gambaran sikap empati siswa SMAN 3 Majene.
3. Gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan bimbingan
kelompok di SMAN 3 Majene.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini dapat dilihat dari segi
teoritis dan segi praktis.
1. Segi Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan dapat
mengungkapkan tentang berbagai teori bimbingan kelompok dengan mengacu
pada konseling lintas budaya. yang nantinya dapat dijadikan referensi atau
bahan bacaan oleh sebuah institusi atau organisasi. Hasil penelitian ini juga
diharapkan menambah khasanah pengetahuan atau wawasan oleh pihak-pihak
yang terkait dalam dunia pendidikan.
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, diskusi dan
rujukan bagi para kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya untuk
mengenali jenis dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kurangnya empati
antar siswa, sehingga terbentuk kepribadian yang mantap pada diri siswa
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan bahwa, Bimbingan kelompok
berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan
konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada
individu-individu melalui kelompok. Pendapat lain dari W.S.Winkel dan M.M. Sri
Hastuti. (2004:111). Bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang
dilayani lebih dari satu orang.
Pendapat lain dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (2002 :48)
bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga
dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sementara menurut Prof. Mungin (2005 : 17) menyatakan bimbingan
kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok
menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota
kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Dengan uraian di atas dapat di kemukakan definisi bimbingan kelompok
adalah suatu proses pertemuan yang dilakukan antara pembimbimng dengan yang
dibimbing dengan menggunakan berbagai media dan tahapan dalam menemukan
sebuah solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dengan kata lain bimbingan
kelompok adalah proses dengan melibatkan antara konselor dan klien yang
berbeda masing-masing berbeda latar budaya dan dilakukan dengan
memperhatikan budaya subyek yang terlibat dalam bimbingan tersebut.
5
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
a. Tujuan Umum.
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk
pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan
berkomunikasi peserta layanan (siswa).
b. Tujuan Khusus
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk
mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu
peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal
para siswa. Menurut Prayitno (1995 : 70) tujuan yang ingin dicapai dalam
bimbingan kelompok yaitu penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih
luas, pengembangan pribadi, dan pembahasan masalah atau topik-topik
umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota
kelompok Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:17).
3. Teknik Pendekatan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan berbagai
teknik yang dianggap efektif dalam membantu siswa dalam menangani masalah
yang dihadapinya. Teknik bimbingan kelompok dipergunakan dalam membantu
siswa memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Artinya masalah itu
dirasakan oleh kelompok atau individu sebagai anggota suatu kelompok.
Menurut Umar (1998), teknik-teknik pelaksanaan bimbingan kelompok
diklasifikasikan dalam berbagai teknik, antara lain pemberian informasi, home
room program, karya wisata, diskusi kelompok dan kegiatan kelompok.
1) Home room program, teknik ini merupakan suatu program kegiatan yang
dilakukan dengan tujuan agar guru pembimbing dapat lebih mengenal
siswanya sehingga dapat membantunya secara lebih efektif.
2) Karya wisata, merupakan kegiatan meninjau objek-objek menarik dan
mereka mendapat informasi yang lebih dari objek tersebut. Disamping
siswa mendapat kesempatan untukmemperoleh penyesuaian dalam
6
3) kehidupan kelompok, juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita
yang ada.
4) Diskusi kelompok, adalah cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab
dan harga diri, dimana siswa mendapat kesempatan untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama.
5) Kegiatan kelompok, merupakan cara yang baik dalam membimbing,
karena siswa mendapat kesempatan untuk berpartisifasi dengan sebaik-
baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukankan
dengan kelompok.
6) Sosiodrama, adalah teknik yang dilakukan melalui kegiatan bermain
peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu
dari situasi masalah sosial. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui
penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya.
7) Psikodrama, adalah upaya pemecahan masalah melalui drama. Bedanya
dengan sosiodrama adalah masalah yang didramakan dalam sosiodrama
adalah masalah sosial, sedangkan masalah yang didramakan dalam
psikodrama adalah masalah psikhis yang dialami individu.
8) Pengajaran remedial, merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa untuk membantu
kesulitan belajar yang dihadapinya.
4. Tahapan Bimbingan Kelompok
Tahapan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dalam beberapa tahap
antara lain:
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap
ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik
oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota. Memberikan
penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota
akan tahu apa arti bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan
7
kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan
diterapkan dalam bimbingan kelompok tersebut.
b. Tahap Kontrak
Pada tahap kontrak ini, konselor dan peserta bimbingan kelompok
membuat kesepakatan lamanya waktu pelaksanaan dan jumlah pertemuan
yang disepakati, serta konselor menjelaskan secara garis besar pengertian
bimbingan kelompok dan tujuan kegiatan dilaksanakan.
c. Tahap Peralihan
Adapun yang dilakukan dengan dalam tahapan ini yaitu: 1)
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, 2)
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siapmenjalani
padatahap berikutnya, 3) membahas suasana yang terjadi, 4) meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota dan 5) bila perlu kepada beberapa
aspek pada tahap pertama.
d. Tahap Paralihan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-
masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari
pemimpin kelompok.
e. Tahap Eksplorasi Sikap dan Perasaan
Pada tahap ini konselor memberikan tugas kepada peserta
bimbingan kelompok baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yang
berhubungan dengan tujuan dan manfaat kegiatan bimbingan kelompok.
f. Tahap Pendalaman
Pada tahap ini konselor memasuki inti kegiatan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Inti kegiatan tersebut dapat berupa penugasan dengan
menggunakan alat bantu (model/alat instrumen) maupun bentuk lain yang
sesuai dengan tujuan kegiatan.
g. Pengakhiran
Tahap pengakhiran merupakan akhir dari seluruh rangkaian
kegiatan bimbingan kelompok. Pokok perhatian dari tahappengakhiran ini
8
bukanlah terletak pada beberapa kali kelompok itu bertemu, tetapi
mengacu pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Dengan hasil
yang dicapai, maka diharapkan semua permasalahan atau topic yang
dibahas dalam kegiatan tersebut dapat tercapai dan menemui solusi yang
baik, yang pada akhirnya bermuara pada pengejawantahan hasil yang
dicapai dalam kehidupan nyata sehari-hari.
B. Empati dalam Konsep Kalindaqdaq
1. Defenisi Empati
Menurut Thomas F. Mader dan Diane C. Mader (1990), empati adalah
kemampuan seseorang untuk share-feeling yang dilandasi kepedulian-kepedulian
rasa. Secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati
adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan
orang atau kelompok lain. Sedangkan Frieda Mangunsong, (2010)
mengungkapkan bahwa empati merupakan sarana beribadah, juga bisa melatih
empati anak yang memunculkan sifat berderma.
Dalam penanaman sikap empati ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain: 1) Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (under-
standing others) 2) Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain (service
orientation). 3) Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang
lain (developing others). 4) Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan
menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity). 5) Memahami aturan
main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain
(political awareness).
Empati merupakan bagian penting kemampuan sosial (sosial
competency). Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan
sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen-komponen lain,
seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian sosial.
9
Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan
isyarat-isyarat emosi non verbal. Penyelarasan yakni mendengarkan dengan
penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.
2. Kalindaqdaq sebagai Konsep Empati
a. Pengertian Kalindaqdaq
Kalindaqdaq adalah salah satu karya sastra mandar yang berbentuk
pantun. Kalindaqdaq sering diperdengarkan pada acara pappatammaq atau
lebih dikenal sayyang pattuqdu (acara syukuran bagi yang khatam al-qur’an)
yang setiap tahun diadakan secara massal di daerah mandar. Kalindaqdaq
adalah suatu bentuk perasaan seseorang yang diungkapkan dengan rangakaian
kalimat-kalimat yang indah. Kalindaqdaq pada umumnya terdiri dari empat
(4) baris dalam satu bait, dan dalam satu bait susunan suku katanya terdiri dari
8-7-5-7 serta dapat bersajak abab, abba atau aaaa.
Secara etimologi, kalindaqdaq diuraikan dalam beberapa versi.
Pertama, terdiri atas dua kata yaitu kali (gali) dan daqdaq (dada). Jadi
kalindaqdaq artinya isi dada/hati yang digali dan dikemukakan kepada orang
lain. (Ahmad A, 2008)
Berdasarkan pesan yang dibawa oleh kalindaqdaq, kalindaqdaq dapat
dibagi dalam enam jenis yaitu:
1) Kalindaqdaq pangino (humor)
2) Kalindaqdaq paelle (satire)
3) Kalindaqdaq pappakainga (kritik sosial)
4) Kalindaqdaq pipatudu (pendidikan/nasehat)
5) Kalindaqdaq masaala (keagamaan)
6) Kalindaqdaq pettommuaneang (patriotisme/kejantanan)
7) Kalindaqdaq sipomonge (percintaan/romantis)
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
ancangan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam proses penelitian ini peneliti
mencoba memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan fenomena lainnya, yang secara
holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Deskripsi kata dan bahasa tersebut bukanlah berangkat dari suatu kesimpulan
sementara (Hipotesis) untuk diuji keberlakuannya dilapangan, melainkan peneliti
langsung meneliti dilapangan dan berusaha mengumpulkan data selengkap
mungkin sesuai fokus penelitian sampai data yang diperoleh bersifat sementara
dan tidak bisa ditelusuri lagi. Dengan model ini peneliti dapat merumuskan
masalah lebih rinci.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Majene. Pemilihan lokasi
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Negeri 3 Majene adalah
salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mengembang tujuan
pendidikan bangsa. Penentuan lokasi dikarenakan secara umum didasari oleh
karena di SMA Negeri 3 Majene ini diduga sikap empati antar siswa sangat
kurang. Hal tersebut disinyalir disebabkan oleh antara lain kurang kondusifnya
hubungan kekeluargaan antar siswa, ketidakmengertian akan kearifan budaya
lokal. Selain hal tersebut di atas, SMA Negeri 3 Majene merupakan salah satu
sekolah lanjutan tingkat atas yang bertaraf rintisan sekolah bertaraf Nasional.
Sehingga dari label status, kualitas siswa yang baik, tenaga pendidik yang
berkualitas, serta kelengkapan sarana dan prasarana memberikan peluang yang
sangat besar menciptakan siswa-siswa yang unggul baik dibidang akademik
maupun non akademik.
11
BAB IV
DESKRIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
A. Skenario Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Pemaknaan
Kalindaqdaq
1. Pembentukan Kelompok
Pada tahap ini, peneliti membentuk sebuah homogenitas kelompok
yang beranggotakan 8 sampai 9 orang peserta bimbingan kelompok yang
berasal dari kelas berbeda, yaitu kelas XII IPS 1, kelas XII IPS 2, kelas
XII IPA 1, kelas XII IPA 2 dan kelas XII Bahasa. Setiap kelas masing-
masing diambil 5 orang dan selanjutnya dibagi ke dalam 3 kelompok kecil.
2. Tahap Kontrak
Pada tahap ini, peneliti dan peserta bimbingan kelompok membuat
kesepakatan lamanya waktu pelaksanaan dan jumlah pertemuan yang
disepakati. Adapun lamanya waktu setiap pertemuan sebanyak 45 menit
dan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
3. Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini, peneliti memberikan informasi tentang
nilai-nilai dari sikap empati yang terkandung dalam budaya mandar.
Tujuan pemberian informasi dalam bimbingan kelompok dengan konsep
budaya mandar tidaklah berbeda dengan pemberian layanan informasi
pada umumnya. Namun dalam hal ini, pemberian informasi lebih
mengarah pada informasi tentang nilai sikap empati yang tersirat dalam
kalindaqdaq. Informasi tersebut berisi antara lain kehidupan para orangtua
zaman dahulu, sikap kegotongroyongan yang sangat kental
padamasyarakat mandar, sampai pada sikap dan peran yang dilakukan oleh
laki-laki ataupun perempuan mandar.
Proses pemberian informasi ini dilakukan dalam bentuk ceramah
dan Tanya jawab. Selama pemberian informasi ini, siswa sangat antusias
mengikuti kegiatan. Ini terbukti dari banyaknya pertanyaan yang
dikemukakan oleh peserta tentang konsep empati dan kalindaqdaq itu
12
sendiri. Dengan kata lain peserta ingin mengetahui tentang arti empati
dalam konsep budaya mandar.
4. Tahap Eksplorasi Sikap dan Perasaan.
Pada tahap ini, peneliti memberikan tugas kepada masing-masing
kelompok untuk mencatat secara tertutup berbagai macam sikap, perilaku
manusia yang positif maupun negatif yang sering mereka lihat dan alami
sendiri dalam kehidupan sehari-hari yang selanjutnya setiap kelompok
mempresentasikan hasil tugasnya dan menganalisis perilaku yang sesuai
dengan norma dan aturan kemasyarakatan.
5. Tahap Pendalaman
Pada tahap ini peneliti menggunakan alat bantu yaitu konsep
kalindaqdaq dengan berbagai jenis tema kalindaqdaq. Konsep tersebut
diberikan kepada setiap peserta bimbingan kelompok yang selanjutnya
diberikan tugas untuk membaca, menelaah, menganalisis dan mencari tahu
sikap atau perilaku yang tercermin dalam kalindaqdaq tersebut yang
bermuatan empati. Tema-tema kalindaqdaq yang diberikan antara lain,
kalindaqdaq masaalah, kalindaqdaq pepaturu, kalindaqdaq
pettommuaneang, dan kalindaqdaq paella. Selanjutnya kalindaqdaq
tersebut didiskusikan untuk mencari makna tentang sikap empati yang
terkandung dalam setiap kalindaqdaq.
6. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini, peneliti dan peserta bimbingan kelompok membuat
kesimpulan tentang sikap empati yang terkandung pada kalindaqdaq
tersebut, yang selanjutnya membuat kesepakatan untuk pertemuan
selanjutnya.
B. Analisis Hasil Layanan Bimbingan Kelompok melalui Pemaknaan
Kalindaqdaq
1. Deskripsi Hasil wawancara
13
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok melalui
pemaknaan kalindaqdaq, maka beberapa pendapat yang diutarakan oleh peserta
bimbingan kelompok, secara umum memberikan pendapat yang positif. Artinya
sebelum mereka mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok ini, mereka
sama sekali tidak mengetahui konsep empati dalam budaya mandar. Walaupun
semua peserta sudah pernah mendengar secara langsung kalindaqdaq tersebut,
tetapi ketika dihubungkan dengan makna yang terkandung di dalamnya, mereka
tidak memahami sedikitpun.
Dari deskripsi tersebut di atas sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan
oleh (SB) yang mengatakan, “sebenarnya saya sudah lama mendengar orang
berkalindaqdaq, tetapi saya tidak tahu dan tidak memahami apa arti yang
terkandung dalam kalindaqdaq tersebut, dan setelah ikut dikegiatan ini ada
pengetahuan tambahan tentang empati itu sendiri” (Wawancara, 10 Desember
2014), lebih lanjut SB mengatakan, “itu kalindaqdaq memang enak didengar,
tetapi tidak dimengerti, karena bahasanya bahasa susah (Peneliti:Kiasan), tapi
dalam kegiatan tersebut ada yang kami tahu tentang sikap nenek moyang kita
dahulu” (Wawancara, 10 Desember 2014).
Senada dengan SB, RH juga berpendapat bahwa sangat susah memahami
apa yang terkandung dalam kalindaqdaq tersebut ini sesuai dengan pernyataan
RH yang mengungkapkan, “saya senang sekali membaca buku budaya mandar,
apalagi itu kalindaqdaq, tetapi setelah di cari artinya sangat susah
mengartikannya” (Wawancara, 11 Desember 2014). Selain RH, FT juga
mengatakan bahwa, “orangtua kami dirumah belum pernah memberikan kami
penjelasan tentang arti dari empati yang terkandung dalam kalindaqdaq, tetapi
setelah mengikuti kegiatan ini kami sudah mengetahui bahwa sikap empati pada
orang mandar sangat besar” (Wawancara, 10 Desember 2014).
Makna empati yang terkandung dalam kalindaqdaq sangatlah banyak.
Mulai dari nasehat, sifat kegotongroyongan, sifat kepedulian sosial sampai pada
masalah keagamaan itu di bahas dalam kalindaqdaq. Tetapi kebanyakan siswa
14
hanya pernah mendengar kalindaqdaq tersebut, tetapi tidak berusaha menggali
makna yang terkandung didalamnya. Tetapi setelah mengikuti kegiatan layanan
bimbingan kelompok, para siswa mempunyai motivasi untuk mencari tahu tentang
sikap empati dalam budaya mandar. Hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang
peserta bimbingan kelompok yaitu (IY) yang mengatakan bahwa, “kalindaqdaq
itu indah sekali kalau didengar, apalagi kalau diiringi dengan petikan gitar saya-
sayang, tetapi kami tidak tahu makna yang terkandung didalamnya, dan kegiatan
ini memberikan kami pengertian tentang empati” (Wawancara, 11 Desember
2014).
Lain lagi yang dikatakan oleh GR bahwa, “kalindaqdaq itu sangat susah
untuk dipelajari dan dimaknai karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
kiasan, tetapi setelah mengikuti kegiatan ini, saya bisa melihat bahwa ternyata
makna yang terkandung di dalam kalindaqdaq sangat besar” (Wawancara, 10
Desember 2014).
Konsep empati dalam kalindaqdaq sangat besar pengaruhnya dalam
berlangsungnya interaksi kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi karena
masyarakat mandar sangat menjunjung nilai-nilai budaya yang telah tertanam
pada zaman dahulu. Ini terlihat dari aktifitas pada orang mandar yang enggan
melihat orang lain berada dalam kesusahan atau kesedihan. Tetapi pada masa
sekarang ini, konsep empati sudah terkikis oleh modernisasi dan pengaruh budaya
barat. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode pemaknaan
kalindaqdaq diyakini dapat meningkatkan sikap empati siswa sekaligus
pengetahuan tentang konsep empati itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan AN, “mempelajari konsep budaya mandar dapat merubah sikap
dari yang tidak baik menjadi baik” (Wawancara 10 Desember 2014). Senada
dengan pendapat di atas, IR mengatakan bahwa, “sifat kegotongroyongan pada
orang mandar sangat besar dan sikap saling membantu antar siswa sangat
dibutuhkan untuk menjalin kerjasama yang baik”. (10 Desember 2014).
15
Hasil wawancara dengan peserta bimbingan kelompok yang lain
mengatakan bahwa, banyak perubahan sikap yang dialami setelah mengikuti
layanan bimbingan kelompok melalui pemaknaan kalindaqdaq. Sedikit
banyaknya ada pengaruh yang signifikan setelah siswa mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh MS yang
mengatakan bahwa, “saya biasa terharu melihat teman-teman saya yang datang
ke sekolah dengan berjalan kaki, apalagi pada saat pulang sekolah, sementara
saya sendiri naik motor” (Wawancara 10 Desember 2014). Senada dengan MS,
SR mengatakan “saya sangat sedih melihat teman-teman kelas saya yang tidak
pernah ke kantin untuk jajan, sementara saya bisa dibilang tiap hari ke kantin”
(Wawancara 11 Desember 2014). Lebih lanjut, SR mengatakan, “sebenarnya
saya sangat ingin mengajaknya ke kantin, tetapi uang jajan saya tidak cukup”
(Wawancara 11 Desember 2014).
Sikap saling peduli, saling kerjasama dan saling memberikan dukungan
antar siswa yang satu dengan yang lain adalah hal yang sangat penting diciptakan
untuk terjalinnya hubungan yang kondusif dan harmonis. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh GR, yang mengatakan bahwa, “setelah membaca dan
memaknai kalindaqdaq maka saya dapat memahami sedikit tentang arti dari
empati, yaitu sikap siasayangngi, dan siwali parri” (Wawancara, 11 Desember
2014).
Senada dengan pendapat di atas, FT juga mengungkapkan bahwa, “saling
membantu, saling merasakan perasaan teman yang sedang susah adalah sikap
empati yang terkandung dalam kalindaqdaq” (Wawancara, 11 Desember 2014).
Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas, diperoleh kesimpulan
bahwa ada perubahan pemikiran, perubahan sikap dan perilaku yang diperlihatkan
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok melalui
pemaknaan kalindaqdaq yang dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat luas. Hal ini
berarti bahwa, layanan bimbingan kelompok dengan memasukkan unsur budaya
16
dalam proses bimbingan memberikan dampak positif dalam perkembangan
kepribadian siswa yang beretika.
2. Deskripsi Hasil Observasi
Secara umum penciptaan kepribadian yang mantap adalah terciptanya
hubungan antar individu berkarakter kepribadian, etis dan bermartabat. Begitupun
sikap empati antar siswa itu sendiri. Untuk melahirkan kepribadian yang
bermartabat, harus didukung oleh rasa empati yang baik pula, karena dengan
memiliki sikap empati, maka kita bisa merasakan dan turut serta dalam situasi
kondisi dimana kita berada dan dengan siapa kita hadapi.
Berdasarkan data yang dikumpul melalui metode observasi maka
diperoleh data yang berhubungan dengan gejala-gejala yang tampak pada obyek
penelitian yang terkait dengan tidak adanya sikap empati yang terjadi dikalangan
siswa SMA Negeri 3 Majene. Data-data tersebut diperoleh dari hasil observasi
selama penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Majene. Selama
melakukan observasi, penulis melakukan pengamatan secara mendalam dan
mendetail terhadap semua gejala atau fakta yang terjadi di tempat penelitian.
Observasi ini dilakukan berbarengan dengan pada saat wawancara dilakukan dan
pada saat kondisi-kondisi tertentu di sekolah.
Adapun hal-hal yang diobservasi atau diamati selama proses penelitian
antara lain 1) aktifitas siswa dalam belajar 2) komunikasi antar siswa 3)
komunikasi antara siswa dengan guru 4) bentuk kerjasama yang terjalin sesama
siswa 5) saling memberikan dukungan positif 6) Sikap dan perilaku yang nampak
dikalangan siswa.
Pada aspek aktifitas siswa dalam proses pembelajaran mengajar serta
komunikasi guru dengan siswa observasi dilaksanakan pada saat berlangsung
pembelajaran/pengayaan pada mata pelajaran kimia kelas XII IPA 1. Dari data
observasi pada aspek tersebut diperoleh bahwa, aktifitas mengajar diruang kelas
berlangsung kondusif. tetapi ada beberapa sikap siswa yang seolah-olah cuek atas
apa yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan, hal ini ditambah dengan tidak
adanya penghargaan yang baik dari siswa ke gurunya. Hal ini ditandai dengan
17
adanya kegiatan lain dari siswa diluar dari proses belajar yang berlangsung pada
saat itu. Kegiatan tersebut antara lain, bermain handphone, mendengar music
melalui headshet yang disembunyikan dijilbab, keluar masuk ruangan tanpa ijin.
(Observasi Tanggal 6 Desember 2014).
Sementara pada aspek bentuk komunikasi antar siswa dengan guru,
dilakukan di ruangan guru. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh data bahwa
adanya siswa yang kurang bersikap sopan terhadap gurunya. Ini ditandai dengan
cara berbicara yang kasar, ini nampak dari siswa yang berbicara dengan gurunya
sambil berjalan dan membalikkan badan. (Observasi, Tanggal 6 Desember 2014).
Sementara pada aspek komunikasi antar siswa, diperoleh data bahwa komunikasi
berlangsung keras, dan terkadang mengeluarkan istilah-istilah yang kurang etis
dan kurang ajar. Apalagi komunikasi tersebut terjadi antara siswa yang lebih
senior dengan siswa yunior. Data lain diperoleh dari aspek kerjasama dan sikap
saling membantu antar siswa. Pada aspek ini ditemukan bahwa tidak adanya
kerjasama yang harmonis antar siswa. Hal ini ditandai dengan lebih dominannya
pihak perempuan yang membersihkan kelas, pada saat hari jum’at bersih.
(Observasi pada saat hari jum’at bersih, Tanggal 4 Desember 2014).
Dari data observasi tersebut di atas, dapat dideskripsikan bahwa kondisi
atau gejala kurang adanya sikap empati siswa tersebut sangat memungkinkan
mendorong timbulnya konflik di sekolah sekaligus akan mengakibatkan hubungan
yang kurang kondusif dikalangan siswa. Ini disebabkan karena banyaknya
kondisi, kejadian, ataupun perilaku yang keluar dari sikap empati itu sendiri yang
dapat diperkirakan sebagai pemicu lahirnya benih-benih konflik dikalangan siswa.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pembahasan tentang layanan bimbingan kelompok
melalui pemaknaan kalindaqdaq maka diperoleh kesimpulan antara lain:
1. Pemaknaan kalindaqdaq dapat meningkatkan sikap empati siswa
2. Sikap dapat lebih mengenal sikap empati yang tertuang dalam sikap
kerjasama dan kegotongroyongan antar siswa, dan membina kepekaan rasa
terhadap sesama.
3. Kalindaqdaq sebagai salah satu sastra mandar dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi pelaksanaan layanan konseling, khususnya dalam
layanan konseling lintas budaya.
4. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan menerapkan
pemaknaan kalindaqdaq dapat menciptakan hubungan komunikasi
intrapersonal yang baik antara guru bimbingan konseling dengan konseli.
B. Saran
1. Siswa diharapkan memperkaya pengetahuan dan wawasannnya dengan
banyak membaca literature kebudayaan khususnya budaya mandar untuk
membentuk sikap dan perilaku yang baik.
2. Diharapkan kepada orangtua siswa agar memberikan bimbingan dan
didikan tentang sikap dan perilaku yang baik, sekaligus memberikan pola
asuh yang demokratis.
3. Guru bimbingan konseling hendaknya menerapkan metode pemaknaan
kalindaqdaq sebagai salah satu metode dan referensi untuk meningkatkan
sikap empati siswa.
4. Pihak sekolah hendaknya membuat formula khusus untuk meningkatkan
sikap dan perilaku siswa yang bermartabat melalui pendekatan budaya
lokal yang berkenaan langsung dengan siswa.
19
5. Staf perpustakaan daerah hendaknya melaksanakan kegiatan kajian-kajian
budaya mandar yang bersentuhan dengan perilaku dan adab manusia yang
bermartabat.
6. Dinas pendidikan hendaknya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berbasis budaya lokal yang bersentuhan dengan budaya lokal peserta
didik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asdy, Ahmad. 2006. Jelajah Budaya, Mengenal Kesenian Mandar. Sulawesi
Barat: Yayasan Mahaputra Mandar.
Asdy, Ahmad. 2010. Ensiklopedia Mandar: Yayasan Mahaputra Mandar.
Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Pembangunan Pendidikan SMA. Jakarta:
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Gunarsah D Singgih. 1992. Empati Sebagai Dasar Perkembangan Moral. Jakarta:
Gramedia.
Idham, 2008. Kalindaqdaq Masaala. Makassar: Sarwah Press
Mangkunegara, A.P. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika
Aditama.
Matry, N. 2009. Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah Dalam Era
Otonomi Daerah. Makassar: Aksara Madani.
Miles, M. B & Huberman, A. M. 1985. Qualitative data Analiysis: A Sourcebook
of New Method. New Delhin: Sage Publication.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Namara, Mc. 2007. Manajemen Konflik. (Online).
(http//www.managementhelp.org/intrpsnl/basics.htlm). Diakses 10
Desember 2014).
Prastowo, A. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,
Bimbingan dan Pelatihan Lengkap Serba Guna. Yogyakarta: Diva Press.
Prayitno. 1992. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, S. 2014. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Saifullah, A. 2008. Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan.Surabaya: Usaha
Nasional
Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukardi K. Dewa. 2002. Proses Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Wasistiono, S. 2014. Manajemen Konflik, (Online),
http://www.manajemenhelp.org/intrpsnl/basics,html, Diakses 20 Februari
2014).
Wijono. 1993. Manajemen Konflik. (Online).
http://jurnalsdm.blogspot.com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html, Diakses 20 Februari 2014.
Winkel. WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia
Lampiran 1.Contoh Konsep Kalindaqdaq
KONSEP KALINDAQDAQ
Naruao lembong narua toa
Tumbiringo’o namallewaima
Tallango’o na mattimbaima
Nyawa siandarang, cera’ silolongngi
Leboa di turunanmu
Daq muangga tol ebo
Angga’ma todi
Solamu di banua
Tenna situppuq-I endeqta
Sibanabe boyatta
Polei garring
Di solai boi
Pasituppui endeqta
Pasittumbang boyatta
Asari allo
Sipepattoang boi tau
Daq muallu di lipaq-mu
Allua di atemu
Ballungi mata
Annaq-ma dinyawamu
Mu pallanga di kanangmu
Lelea di kaerimmu
Tanda mokaq-u
Mupallang paqmai
Indi tia passikola
Buku tulis sarana
Meloq dibaca
Meloq dipanulissi
Artinya:
Aku ini anak sekolah
Adalah pencintanya buku tulis
Siap untuk dibaca
Sedia untuk ditulis
Aheraq oroang tongang
Lino dindang ditia
Borong I ayu
Leppang dipettullungngi
Artinya:
Akhirat tempat sesungguhnya
Dunia hanyalah pinjaman
Ibarat pohon kayu
Tempat singgah berteduh
Muaq diang mappannassa
Ambang na beruq-beruq
Luluareq u
Lambiq lao ahera
Artinya:
Kiranya ada yang menjelaskan
Dengan sesungguhnya
Kembangnya bunga melati
Dia adalah saudaraku
Sampai di akhirat kelak
Sayang pole di kindoqta
Ingga lino ditia
Sayang puatta
Lambilao aheraq
Artinya:
Kasih sayang ibu bapakmu
Hanya sampai dunia
Kasihnya Tuhan
Dunia dan akhirat
(Ahmad Asdy, 2010)
Lampiran 2: Pertanyaan Kunci
PERTANYAAN KUNCI
TUJUAN RESPONDEN
METODE
ANALISIS
Tujuan 1
1. Apakah anda tahu tentang
sikap empati?
2. Bagaimana gambaran
makna empati dalam
kalindaqdaq mandar?
Wawancara
Deskriptif
Tujuan 2 3. Bagaimana gambaran
sikap siswa di sekolah ?
Wawancara
Deskriptif
Tujuan 3
4. Hasil apa yang diperoleh
setelah mengikuti
kegiatan?
5. Bagaimana perubahan
sikap siswa tentang
pemaknaan kalindaqdaq ?
Wawancara
Deskriptif
Lampiran 3. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
Hari/Tgl :
Sekolah :
NO ASPEK YANG DIOBSERVASI B KB SB TB STB
1. Aktifitas siswa di sekolah
2. Komunikasi siswa dengan siswa
3. Suasana komunikasi antar siswa
4. Tercipta kerjasama/saling membantu
yang baik dikalangan siswa
5. Saling memberikan dukungan yang
positif dalam setiap kegiatan
6. Komunikasi siswa dengan guru
7. Suasana belajar di kelas
8. Sikap dan perilaku siswa di sekolah
Keterangan:
B : Baik
KB : Kurang Baik
SB : Sangat Baik
TB : Tidak Baik
STB : Sangat tidak Baik
Catatan: Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dan pihak lain yang dapat
Dipercaya.
Lampiran 4.
JADWAL WAWANCARA DENGAN SISWA
NO N A M A WAWANCARA KET.
1.
SB 10/12/2014
2. RH
10/12/2014
3. FT 10/12/2014
4. IY 10/12/2014
5. GR 11/12/2014
6. AN 11/12/2014
7. MS 11/12/2014
8. SR 11/12/2014
Lampiran 5 Cuplikan Wawancara
CUPLIKAN WAWANCARA RESPONDEN 1
NamaSiswa : SB (Samaran)
Tgl : 10 Desember 2014
Waktu : 09.00 – 10.00 Wita
Tempat : Ruang BK SMA Negeri 3 Majene
Pewawancara : Arman
Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode
Peneliti Maaf dek, Apakah ada waktunya untuk
berbincang-bincang dengan saya?
SB Oh…bisaji pak.
Peneliti Masalah yang ingin saya dialogkan dengan
adek adalah tentang kesan-kesan selama
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok
yang kita laksanakan
SB Oh, iya pak. Saya akan memberikan
informasi apa yang saya tahu pak.
Peneliti Terima kasih dek, oh ya dek, selama
mengikuti kegiatan tersebut, manfaat apa
yang anda peroleh?
SB Banyak pak.
Peneliti Kalau boleh saya tau, manfaat apa saja yang
diperoleh?
T3
SB Kami diajar untuk menghargai pendapat
orang lain.
Peneliti Selain manfaat tersebut, mungkin masih ada?
SB Kami merasa lebih mengetahui antara satu
dengan yang lain.
Peneliti Apa kesan anda tentang kalindaqdaq yang
kita gunakan?
SB Sebenarnya sangat susah pak, belajar tentang
kalindaqdaq.
Peneliti Susah menurut adek. Kira-kira apanya yang
membuat susah dari kalindaqdaq tersebut
SB Bahasanya pak, karena bahasa kiasan
Peneliti Oke. Tapi setelah kita analisis maknanya, apa
manfaat yang kamu peroleh?
SB Paling tidak, saya lebih mengenal bahwa
kalindaqdaq itu banyak makna yang
dikandung.
T1
Peneliti Mungkin adek bisa menjelaskan makna apa
saja yang diketahui dari kalindaqdaq tersebut.
SB Ya…antara lain mungkin pak, banyak nasehat
kita bisa tahu, kegotongroyongan dan
kerjasama yang baik pak.
Peneliti Baik dek. Bapak pernah menjelaskan bahwa
empati itu adalah kemampuan merasakan
sikap dan perasaan orang lain, nah kira-kira
makna empati apa saja yang terkandung
dalam kalindaqdaq tersebut?
T1, T2
SB Banyak pak. Misalnya, kita diajarkan untuk
bagaimana merasakan kesedihan teman, terus
diajarkan bagaimana membantu orang yang
kesulitan.
T3
Peneliti Iya benar. Itu adalah salah satu makna empati.
Baik dek, terima kasih atas waktu dan
informasinya.
SB Sama-sama pak
CUPLIKAN WAWANCARA RESPONDEN 2
Nama Siswa : RH (Samaran)
Tgl : 11 Desember 2014
Waktu : 10.10 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kelas
Pewawancara : Arman
Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode
Peneliti Maaf dek, Apakah ada waktunya untuk
berbincang-bincang dengan saya?
RH Bisa pak
Peneliti Ada beberapa informasi yang saya butuhkan
dari adek. Bisakah nanda membantu saya
memberikan informasi atau data yang
berhubungan dengan konflik atau
permasalahan yang sering adek lihat terjadi di
sekolah, baik itu masalah antar siswa, ataupun
masalah yang lain?
RH Iya pak, saya akan membantu sesuai dengan
apa yang saya tau.
Peneliti Terima kasih bu, selama sekolah disini
apakah nanda pernah mengalami konflik
dengan teman kelasnya.
RH Tidak pak
Peneliti Kalau tidak dengan teman kelas, mungkin
pernah dengan adek kelasnya?
RH Pernah pak, tapi….
Peneliti Tapi apa dek, mungkin bisa dijelaskan?
RH Saya malu pak, karena sebenarnya itu salah
saya pak?
Peneliti Baik dek. Nah setelah adek mempunyai
masalah tersebut, apa yang dirasakan setelah
mengikuti kegiatan BK, kaitkan dengan
masalah yang kamu pernah hadapi?
RH Oh iya pak, saya merasa bersalah pak, dan
saya malu pak.
T2
Peneliti Mungkin bisa dijelaskan rasa bersalah yang
dimaksud bagaimana?
RH Artinya saya merasa bahwa saya tidak bisa
menjadi kakak kelas yang baik.
T2
Peneliti Atau ada hal lain?
RH Iya pak, setelah ikut BK bahwa, sebaiknya
kita harus saling menghargai sesama teman .
T1, T2, T3
Peneliti Terima kasih dek atas informasinya
CUPLIKAN WAWANCARA INFORMAN 3
Nama Siswa : GR (Samaran)
Tgl : 10 Desember 2014
Waktu : 10.00 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kelas
Pewawancara : Arman
Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode
Peneliti Apakah ada waktunya untuk berbincang-
bincang dengan saya?
GR Oh iya pak. Silahkan!
Peneliti Ada beberapa informasi yang saya butuhkan
dari adek.
GR Informasi apa pak?
Peneliti Terima kasih dek sebelumya. Jadi saya
membutuhkan beberapa data atau info dari
adek tentang kegiatan kita kemarin tentang
BK, baik itu masalah kalindaqdaq ataupun
kegiatan BK itu snediri.
GR Siap pak, saya akan menginformasikan apa
yang saya tau.
Peneliti Pernah tidak kamu mendengar kalindaqdaq
ataupun membacanya sebelum kita mengikuti
kegiatan tersebut?
GR Pernah pak.
Peneliti Apakah adek tahu arti dari kalindaqdaq
tersebut?
GR Kurang tahu pak.
Peneliti Mungkin bisa dijelaskan, apa yang
menyebabkan sehingga tidak mengetahui arti
kalindaqdaq tersebut?
GR Bahasanya susah pak, karena bahasa
mandarnya susah dimengerti karena bahasa
kiasan pak.
Peneliti Apa manfaat yang kamu peroleh setelah
megikuti kegiatan BK?
GR Banyak pak,
Peneliti Coba dijelaskan apa saja manfaat yang
diperoleh
GR Kita bisa lebih mengenal budaya mandar pak
terutama kalindaqdaqnya
Peneliti Apa makna yang diperoleh setelah membaca
kalindaqdaq dalam kalindaqdaq tersebut?
GR Kita diajar untuk lebih saling menyayangi
antara satu dengan yang lain
T1, T2
Peneliti Mungkin masih ada makna lain yang
didapatkan?
GR Iya pak, saling kerjasama dan gotong royong
pak
T1
Peneliti Apa harapan kamu dengan kegiatan
bimbingan kelompok?
GR Mungkin lebih baik tetap dilanjutkan pak,
karena sangat membantu kita mengenal
budaya mandar.
T3
Peneliti Baik dek, terima kasih atas waktunya
DOKUMENTASI PENELITIAN
WAWANCARA
PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK
SALAH SATU SITUASI SISWA DI SEKOLAH
RIWAYAT HIDUP
ARMAN, lahir di Kabiraan Kecamatan Malunda Kabupaten
Majene, 15 Maret 1978, adalah anak pertama dari lima
bersaudara yang merupakan cinta kasih dari Almarhum
H.Ahmad Ali dan Almarhumah Hj. Maemunah. Pada
tahun1984
penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri No 1 Malunda dan tamat pada
tahun 1990. Pada tahun 1990, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Malunda dan tamat pada tahun 1993. Kemudian pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Majene dan tamat pada tahun 1996.
Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di UNM dan terdaftar sebagai
mahasiswa pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu
Pendidikan dan berhasil menyelesaikan studi Pada tahun 2001. Pada tahun 2003,
penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Majene sebagai guru
Bimbingan Konseling dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Majene. Pada tahun
2010, penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Administrasi
Pendidikan kekhususan Manajemen Pendidikan di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar dan berhasil menyelesaikan kuliah di Pascasarjana
UNM Tahun 2014. Saat ini penulis telah dikarunia empat orang putra, atas
pernikahan dengan Marsa, S.Pd masing-masing bernama Nazhifa Alyum Arsa,
Muhammad Rifat Arsa, Aura Tiftazani Arsa dan Muhammad Raihan Arsa.
BIODATA PESERTA
1. Nama ARMAN, S.Pd, M.Pd.
2. NIP 197803152003121013
3. NUPTK 3647 7566 5720 0022
4. Jabatan Guru Dewasa Tk 1
5. Pangkat/Gol. Ruang III/d
6. Tempat & Tgl Lahir Kabiraan, 15 Maret 1978
7. Jenis Kelamin Laki-laki
8. Agama Islam
9. Judul Pemaknaan Kalindaqdaq
Dalam Layanan Bimbingan
Kelompok Untuk Meningkatkan
Sikap Empati Siswa
(Penelitian pada siswa SMA Negeri 3
Majene)
10. Pendidikan Terakhir S2 Jurusan Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Makassar
11. Prestasi - Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat
Kabupaten Majene Tahun 2013
- Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat
Kabupaten Majene Tahun 2014
- Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat
Propinsi Sulawesi Barat Tahun
2014.
- Finalis Lomba Guru Favorit
Tahun 2012 Tingkat Sulselbar.
12. Sekolah
a. Nama sekolah
b. Jalan
c. Kelurahan/Desa
d. Kecamatan
e. Kabupaten
f. Propinsi
g. Telepon
h. Email
SMA Negeri 3 Majene
Letjend Hertasning Lembang.
Baurung
Banggae Timur
Majene
Sulawesi Barat
042221003
13. Alamat Rumah
a. Jalan
b. Kelurahan/Desa
c. Kecamatan
d. Kabupaten
e. Propinsi
f. Nomor Kontak
g. Email
Ahmad Kirang No 33 Lingkungan
Tundaq
Labuang Utara
Banggae Timur
Majene
Sulawesi Barat
085213951001