Upload
bambang-deswantoro
View
1.459
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
EKONOMI PEMBANGUNANMAKALAH
INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN TERDIDIK DI KALIMANTAN BARAT
DISUSUN OLEH :
DWI BAMBANG DESWANTORO
NIM. B205312004
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
ANGKATAN XVI STAR BPKP
TAHUN 2016
INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN TERDIDIK DI KALIMANTAN BARAT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan
modal untuk berinvestasi
Pengangguran saat ini dipandang sebagai salah satu indikator kemiskinan karena per
definisinya penganggur adalah penduduk yang mencari kerja (looking for work). Dikaitkan
dengan kemiskinan, karena argumentasinya belum bekerja, mereka merupakan kelompok
penduduk strata ekonomi rendah yang membutuhkan pekerjaan. Argumentasi ini tidak
seluruhnya benar, karena banyak dijumpai kelompok penduduk tidak bekerja karena
lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan pendidikannya dan mereka memilih tidak
bekerja dari pada asal kerja (F Foli, 1986). Di negara-negara maju, seorang pengangguran
memperoleh jaminan sosial dalam bentuk bantuan makan. Sebaliknya di negara berkembang,
seseorang agar bisa hidup harus bekerja sekalipun bekerja asal kerja, sehingga jumlah
pengangguran (terbuka) relatif kecil. Oleh sebab itu, fenomena pengangguran (terbuka) di
negara berkembang yang patut diwaspadai bagi stabilitas ekonomi sosial adalah
pengangguran terdidik (skilled unemployement). Kelompok ini jumlahnya tidak banyak tetapi
berpotensi menimbulkan kerusuhan atau krisis jika lapangan kerja yang ada ternyata tak
mampu menampung mereka. Mereka adalah kelompok terdidik, berpendidikan minimal
SLTA dan memiliki akses ekonomi, sosial, maupun politik (Widodo, 2009).
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di daerah itu pada Agustus 2011 sebesar 3,88 persen atau sebanyak 86,6 ribu
orang. Angka ini menunjukan terjadi penurunan dibanding Agustus 2010 sebesar 4,62
persen. Daerah dengan TPT tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 7,26 persen dan Kota
2
Singkawang 5,34 persen. Sementara TPT terendah di Kabupaten Kapuaten Kapuas Hulu 2,50
persen dan Kayong Utara 2,56 persen.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kalbar menurut hasil survei angkatan
kerja nasional (Sarkernas) Agustus 2011 sebesar 73.93 persen dengan angkatan kerja
sebanyak 2,23 juta orang. Angka ini lebih besar atau naik 0,76 point dibandingkan Agustus
2010 sebesar 73,17 persen. TPAK tertinggi terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu 77,48 persen
dan Sekadau 77,26 persen. Sedangkan yang terendah di Kota Pontianak 63,87 persen dan
Kota Singkawang 67,17 persen.
Penganggur terdidik sebenarnya memiliki potensi besar secara ekonomi. Dari segi
usia mereka pada umumnya muda (usia produktif), memiliki motivasi kuat untuk
menghasilkan output. Mereka juga mempunyai pemahaman bahwa lebih baik menganggur
dari pada asal bekerja, karena jika asal kerja mereka tidak akan berbeda dengan pekerja
informal. Selama menganggur mereka masih mampu menghidupi dirinya. Sebagai kelompok
penduduk yang terdidik, kesadaran politik sosial mereka cukup tinggi, dan cenderung kritis
tatkala melihat dan mengalami sendiri pasar kerja tidak berlangsung secara fair misalnya,
atau pemerintah selaku regulator tidak menjalankan peranannya dengan baik. Dengan
demikian, permasalahannya menjadi komprenhensif. Solusi secara parsial hanya
menghasilkan stabilitas sesaat dan akan berbahaya dimasa mendatang..
Salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran terutama pengangguran terdidik
adalah dengan mengembangkan industri kreatif di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat
mempunyai potensi pengembangan industri kreatif karena Kalimantan Barat memiliki
kombinasi yang baik antara talenta yang dimiliki oleh penduduknya dan banyaknya budaya
lokal yang mengakar kuat dalam masyarakat.
Perkembangan Industri kreatif di Indonesia sangat pesat Berdasarkan studi pemetaan
industri kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan Tahun 2007 diperoleh informasi
bahwa kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat pada lima
indikator utama, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan,
ekspor dan dampak terhadap sektor lain.
Menurut data Departemen Perdagangan, industri kreatif pada 2006 menyumbang Rp
104,4 triliun, atau rata-rata 4,75% terhadap PDB nasional selama 2002-2006. Jumlah ini
melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang memberikan
3
kontribusi paling besar nasional adalah fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan
(18%).
Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja
nasional yang hanya sebesar 0,54%. Namun, ia baru memberikan kontribusi ekspor sebesar
7%, padahal di negara-negara lain, seperti Korsel, Inggris dan Singapura, rata-rata di atas
30%.
Kedepan, ekonomi kreatif secara umum dan industri kreatif khususnya diyakini akan
menjadi primadona. Ada tiga alasan yang mendasari keyakinan tersebut, yaitu hemat energi
karena lebih berbasis pada kreativitas, lebih sedikit menggunakan sumber daya alam, dan
menjanjikan keuntungan lebih tinggi. Ketiga faktor di atas juga ditopang oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang belimpah. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 230
juta. Populasi yang berusia 15-29 tahun berkisar 40,2 juta atau hampir 18,4% merupakan
pasar yang sangat gemuk bagi produk-produk industri kreatif.
Berdasarkan data tersebut potensi perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
terutama Kalimantan Barat sangat besar, sehingga diharapkan Industri Kreatif dapat menjadi
solusi mengatasi pengangguran terutama penganguran terdidik di Kalimantan Barat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pengangguran dan pengangguran terdidik?
2. Bagaimana gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat?
3. Apa faktor yang mempengaruhi tingginya pengganguran terdidik di Kalimantan Barat?
4. Apa yang dimaksud dengan Industri Kreatif?
5. Bagaimana perkembangan industri kreatif di Indonesia serta potensi perkembangannya
di Kalimantan Barat?
6. Bagaimana strategi pengembangan industri kreatif dapat mengurangi pengangguran
terdidik?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Memperoleh gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat
2. Mengetahui bagaimana peran industri kreatif dalam mengurangi pengangguran terdidik
3. Mengetahui strategi pengembangan industri sehingga dapat mengatasi pengangguran
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pengangguran dan Pengangguran Terdidik
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan
tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
Pengangguran Terdidik adalah seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi
negeri atau swasta dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para
penganggur terdidik biasannya dari kelompok masyarakat menengah ke atas, yang
memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran
terdidik sangat berkaitan dengan Masalah kependidikan di negara berkembang pada
umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik,
fasilitas, dan Kurangnya lapangan pekerjaan yang akan berimbas pada kemapanan sosial dan
eksistensi pendidikan dalam pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang tengah
berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui
pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan
bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan.
Dari total jumlah penduduk hanya sebagian yang bekerja, dan sebagian lainnya tidak
bekerja. Mereka yang bekerja adalah mereka yang berminat untuk bekerja, telah berusaha
mencari atau menciptakan pekerjaan, dan berhasil mendapatkan atau mengembangkan
pekerjaan. Sedangkan mereka yang tidak bekerja adalah mereka yang sedang berusaha
mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan tetapi belum berhasil, dan mereka yang berniat
untuk tidak bekerja. Mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha mendapatkan
(mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil mendapatkannya (menemukannya)
disebut pengangguran. Istilah pengangguran (unemployment) tidak berkaitan dengan mereka
yang berniat untuk tidak bekerja seperti siswa atau mahasiswa (sekalipun ada yang sambil
bekerja atau berusaha mencari pekerjaan sambil sekolah atau kuliah, mereka diasumsikan
tidak mencari pekerjaan), ibu rumah tangga yang sengaja memfokuskan diri untuk mengurus
keluarga, atau penduduk usia kerja yang karena kondisi fisik mereka tidak dapat bekerja
5
sehingga tidak mencari kerja (Djohanputro, 2006), Pengangguran merupakan salah satu
persoalan dalam pembangunan.
Pengangguran dapat dikelompokan menurut sumber atau penyebabnya.
Pengangguran menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara pencari kerja dengan
pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak
dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih
baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, jumlah pengangguran rendah dan
pekerjaan mudah diperoleh. Sedangkan pengusaha sulit memperoleh pekerja. Untuk itu
pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang akan mendorong para
pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari kerja baru yang lebih
tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari pekerjaan
baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.
2. Pengangguran Silikal
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat
kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh.
Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong pengusaha
menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran
berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat mengalami penurunan.
Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai
hubungan juga akan mengalami kemerosontan dalam permintaan terhadap produksinya.
Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi
pekerja atau menutup perusahaannya, maka pengangguran akan bertambah.
3. Pengangguran Struktual
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh perubahan
struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian
akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini
ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor yaitu munculnya barang baru yang lebih
baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut, biaya pengeluaran
6
sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat
menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu
akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian
pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
4. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan
mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun rumput telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian
lainnya. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat
lubah, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Di pabrik ada
kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang berlaku.
Menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan
lowongan pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu
pekerjaan. Mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Pengangguran terbuka
dapat pula dikarenakan kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga manusia, atau akibat kemunduran perkembangan suatu
industri.
2. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena terlalu
banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga
kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Pengangguran ini
terutama terjadi di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan
tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor.
Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara
berkembang seringkali didapati jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih
7
banyak dari yang sebenarnya diperlukan agar ia dapat menjalankan kegiatannya dengan
efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi. Contohnya keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar
mengerjakan luas tanah yang sangat sempit. Contoh lain pengangguran tersembunyi
adalah orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau
tidak sepadan dengan kemampuannya.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu
tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi di sektor pertanian
dan perikanan. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu di mana
kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan
masa menanam berikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa
menuai hasilnya adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Pada periode
tersebut banyak di antara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak
melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Jenis
pengangguran ini hanya sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu.
4. Pengangguran Setengah Menganggur
Kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang disertai
pertambahan penduduknya yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses
urbanisasi. Salah satu tujuan dari urbanisasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di
kota-kota. Tidak semua orang yang hijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekerjaan.
Banyak di antara mereka yang terpaksa menganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada
pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka lebih rendah dari jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga
dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari.
2.2. Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial
Berdasarkan teori Fungsional Struktural, masalah sosial timbul karena terjadinya
ketidak seimbangan lembaga-lembaga sosial sehingga menyebabkan fungsi lembaga-
lembaga tersebut terganggu. Pengangguran dalam hal ini, terjadi akibat kepincangan lembaga
ekonomi dan menimbulkan masalah bagi lembaga sosial.
8
Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada penyimpangan
norma-norma masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan masalah-masalah sosial
lainnya, seperti kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, premanisme, prostitusi, dan lain-
lain.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak
masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial. Suka atau tidak suka,
pengangguran selalu berkorelasi dengan kemiskinan yang identik dengan kebodohan,
kejahatan dan perilaku menyimpang lainnya. Indikator masalah social ini bisa dilihat dari
begitu banyaknya anak-anak yang orang tuanya menganggur, yang mulai turun ke jalan.
Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka
adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan
yang baik.
Ironisnya, apa yang terjadi saat ini adalah banyak para penganggur yang mencari
jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi
pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak
sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah
satu kelompok tertentu.. Belum lagi dengan semakin menjamurnya prostitusi di Indonesia,
sebuah pilihan hidup akibat himpitan ekonomi.
2.3. Gambaran Pengangguran di Kalimantan Barat
Berdasarkan data BPS /Sakernas tahun 2010 s/d 2014 tingkat pengangguran terbuka
di Kalimantan barat dapat digambar sebagai berikut :
Tabel.I . Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat tahun 2010-2013
Tahun Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka - TPT
(%)2010 2,197,325 2,095,705 101,620 4.622011 2,233,195 2,146,572 86,623 3.882012 2,182,524 2,106,514 76,010 3.482013 2,140,166 2,053,823 86,343 4.03
Rata-Rata 4.01 Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Pada Tabel I menggambarkan tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
selama 2010 s/d 2013 , dengan tingkat penggangguran rata-rata 4,01, selama beberapa tahun
9
dalam rentang waktu tahun 2010 s/d 2013 terlihat cenderung turun, pada tahun 2010 tingkat
pengangguran sebesar 4,62% atau sebanyak 101.620 orang, lalu pada tahun 2011 tingkat
pengangguran turun cukup signifikan menjadi 3,88% atau dengan jumlah pengangguran
sebanyak 86.623 orang, selanjutya pada tahun 2012 tingkat pengangguran turun lagi menjadi
sebesar 3,48% dengan jumlah pengangguran sebanyak 76.010 orang sedangkan pada tahun
2013 tingkat pengganguran naik menjadi 4,03 dengan jumlah pengganguran sebesar 86.343
orang. Mengenai data tingkat penggangguran pada tingkat Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 s/d 2013 dapat digambarkan pada tabel berikut
Tabel II
Tingkat Pengangguran Pada Kabupaten/Kota Kalimantan Barat 2010-2013
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
1 SAMBAS 4.53 2.99 3.11 3.03 3.422 BENGKAYANG 3.21 3.32 3.30 2.30 3.033 LANDAK 4.61 3.18 4.80 3.24 3.964 MEMPAWAH 7.80 3.35 4.67 5.66 5.375 SANGGAU 3.62 3.27 1.39 0.78 2.266 KETAPANG 3.90 3.70 1.95 4.70 3.567 SINTANG 2.35 3.38 2.05 2.24 2.518 KAPUAS HULU 2.25 2.50 1.58 2.09 2.109 SEKADAU 2.31 2.93 0.60 1.44 1.82
10 MELAWI 1.30 3.08 2.90 3.99 2.8211 KAYONG UTARA 4.29 2.56 6.96 4.66 4.6212 KUBU RAYA 6.20 4.52 6.06 9.26 6.5113 PONTIANAK 7.79 7.26 5.35 6.12 6.6314 SINGKAWANG 8.05 5.34 5.75 4.59 5.93
Kalimantan Barat 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Tabel II mengambarkan tingkat pengangguran pada Kabupaten/Kota Kalimantan
Barat tahun 2010-2013 , dimana berdasarkan data tersebut rata-rata tingkat pengangguran
terendah adalah Kabupaten Sekadau yaitu 1,82% dan tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar
6,63%. Berdasarkan data tersebut yang patut dicermati adalah pada posisi tiga besar tingkat
pengangguran tertinggi yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Singkawang.
Tingkat pengangguran di Kota Pontianak dan Kota Singkawang relatif lebih tinggi di
bandingkan dengan daerah kabupaten. Hal ini dikarenakan, sebagai daerah perkotaan tidak
10
bisa menghindari arus urbanisasi (migrasi), sehingga perkembangan jumlah penduduk yang
cepat diperkotaan tidak diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya
timbul pengangguran.
Tingkat pengangguran di Kota Singkawang dari tahun ke tahun mengalami
penurunan yang cukup signifikan singkawang dari 8.05% pada tahun 2010 menjadi 4,59%
pada tahun 2013 meskipun secara rata-rata diatas rata-rata provinsi, namun dari angka
tersebut terlihat keberhasilan Kota Singkawang dalam menekan angka pengangguran,
berbeda dengan Kabupaten Kubu Raya dimana tingkat pengangguran pada tahun 2013 naik
menjadi 9,26% , kenaikan tingkat pengangguran pada Kabupaten Kubu Raya terjadi karena
Kabupaten Kubu Raya sebagai kabupaten peyangga ibu kota provinsi tidak dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, sedangkan pertambahan angkatan kerja
terus bertambah seiring adanya urbanisasi (migrasi) karena ibu kota provinsi yaitu Kota
Pontianak yang semakin sempit.
Untuk daerah kabupaten yang sebagian besarnya tingkat pengangguran relatif rendah.
Walaupun dengan pendidikan yang relatif rendah, tersedianya sektor primer di pedesaan
yang untuk memasuki lapangan pekerjaan ini tidak dengan persyaratan khusus, sehingga
mempermudah penduduk untuk bekerja, dengan demikian tingkat pengangguran kabupaten
lainnya relatif lebih rendah.
Selanjutnya data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan pada tahun 2010-2013 pada Kalimantan Barat dapat digambar sebagai berikut
Tabel III
Tingkat Pengangguran berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kalimantan Barat
No. Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan
Tingkat Pengangguran(%) Rata-rata
(%)2010 2011 2012 2013
1 Tidak/Belum pernah sekolah 1.88 2.23 0.77 1.27 1.542 Tidak/Belum Tamat SD 2.20 1.54 1.63 2.10 1.873 Sekolah Dasar 2.96 2.06 2.77 2.55 2.584 SLTP Umum 5.19 5.50 4.65 3.93 4.825 SLTP Kejuruan 2.66 4.14 1.37 0.00 2.046 SMA 9.22 9.19 7.07 9.14 8.657 SMK 10.99 5.40 6.88 8.53 7.958 Diploma I/II 1.57 1.99 2.60 1.27 1.86
11
9 Diploma III / Akademi 9.54 4.12 3.94 4.90 5.6310 Diploma IV / Universitas 14.67 8.36 2.86 5.21 7.77
Jumlah 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01Diolah dari sumber : BPS BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Tabel III menggambarkan tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, berdasarkan data tersebut tingkat pengangguran dengan rata-rata tertinggi
terjadi pada tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dengan persentase rata-rata 8,65% dan 7,95% disusul dari tamatan
Universitas/Diploma IV sebesar 7,77% dan tamatan Diploma III/Akademi sebesar 5,63%.
Hal menggambarkan bahwa tingkat pengangguran rata-rata tertinggi berasal dari
pengangguran terdidik dimana tamatan pendidikan tertinggi minimal adalah Sekolah
Menengah Atas atau Kejuruan hingga perguruan tinggi.
Tingginya tingkat pengangguran terdidik mengindikasikan setiap tahun SMA/SMK
dan Universitas meluluskan para siswa dan sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak
semua lulusan sekolah dan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja, permasalahan
pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non terdidik, justru lebih
kompleks pengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja
disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik apalagi yang berasal dari universitas
dengan bekal ilmu yang dimiliki menginginkan bekerja disektor formal agar mendapat gaji
tinggi dan prestise di tengah masyarakat.
2.4. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya pengangguran terdidik
Menurut Moelyono dalam Sutomo, dkk (1999), menyatakan bahwa meningkatnya
pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan
maka makin tinggi pula aspirasinya untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja
yang lebih sesuai dengan keinginan, sehingga proses untuk mencari kerja lebih lama pada
kelompok pencari kerja terdidik disebabkan tenaga kerja terdidik lebih banyak mengetahui
perkembangan informasi di pasar kerja, dan lebih berkemampuan untuk memilih pekerjaan
yang diminati dan menolak pekerjaan yang tidak disukai.
Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan
pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan
jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas baik umum
12
maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang
ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja, bukan
pencipta kerja. Padahal, untuk menjadi seorang lulusan yang siap kerja, mereka perlu
tambahan keterampilan di luar bidang akademik yang mereka kuasai. Selain itu terdapat
penyebab lain yang membuat tingginya pengangguran terdidik yaitu:
1. Para pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka maunya
bekerja di tempat yang langsung menempatkan mereka di posisi yang enak, dapat
banyak fasilitas, dan maunya langsung dapat gaji besar.Padahal dewasa ini lapangan
kerja di sektor formal mengalami penurunan,hal itu disebabkan melemahnya kinerja
sektor riil dan daya saing Indonesia, yang menyebabkan melemahnya sektor industri
dan produksi manufaktur yang berorientasi ekspor. Melemahnya sektor riil dan daya
saing Indonesia secara langsung menyebabkan berkurangnya permintaan untuk
tenaga kerja terdidik, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
terdidik. Dengan kata lain, persoalan pengangguran terdidik muncul karena adanya
informalisasi pasar kerja. Sebenarnya Sektor pertanian, kelautan, perkebunan, dan
perikanan adalah contoh bidang-bidang yang masih membutuhkan tenaga ahli.
Namun para sarjana tak mau bekerja di tempat-tempat seperti itu dan mereka
umumnya juga tidak mau memulai karier dari bawah.
2. Ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi
penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga
kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi
status, atau masalah keahlian khusus.
3. Semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang
aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang
beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih besar
daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980),
yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara
lain disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan
demikian angkatan kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat
pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
13
4. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal (tenaga kerja terdidik yang
jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di
sektor formal yang jumlahnya relatif kecil).
5. Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan memperoleh
lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar
menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Kemudian faktor
gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau universitas memilih menganggur
karena tidak sesuai dengan bidangnya.
6. Rendahnya kualitas lulusan baik dari tingkat akademi ataupun universitas. Lulusan
yang memiliki kualitas tidak terlalu bagus menyebabkan ketika seorang lulusan tidak
mampu mendapatkan pekerjaan sesuai harapan dan tingkat pendidikan maupun
jurusan keilmuan yang diambilnya maka ia tidak mampu mendirikan atau
menciptakan sebuah usaha yang mampu menyerap dirinya maupun orang lain ke
dalam lapangan pekerjaan.
7. Budaya malas juga sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran
sarjana di Indonesia.
8. Meningkatnya angka pengangguran terdidik di perkotaan juga disebabkan karena
ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja.
Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak
terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota
maupun secara sektoral. Selain itu, lulusan sarjana dari daerah pedesaan juga banyak
yang berurbanisasi ke kota besar untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
ijazahnya namun faktanya tidak semua lulusan sarjana tersebut mendapat pekerjaan
sesuai yang ia inginkan dan akhirnya hanya menambah jumlah pengangguran terdidik
di perkotaan.
9. Banyak pemuda “menggantungkan” nasibnya pada CPNS, padahal menjadi PNS
bukanlah udara segar menjamin kemakmuran hidup. Karena kenyataanya, banyak
PNS miskin dan belum mampu memenuhi kehidupan layak bagi keluarga mereka.
Untuk menangani masalah pengangguran terdidik perlu solusi jangka panjang
mengingat jumlah pengangguran terdidik semkain meningkat tiap tahunnya. Salah satu cara
14
untuk menangani masalah pengangguran terdidik ini adalah dengan menumbuhkan jiwa
kewirausahaan melalui pendidikan formal, maupun melalui pelatihan-pelatihan informal,
sehingga dengan tumbuhnya jiwa kewirausahaan dapat mengubah mindset dari mencari
pekerjaan menjadi membuat pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki.
Para penggangguran terdidik dapat menjalankan kewirausahaan yang salah satunya adalah
Industri kreatif, karena potensi pengembangan industri kreatif di Kalimantan barat sangat
besar karena daerah kita memiliki berbagai macam budaya dan kekayaan tradisi dengan
keunikan-keunikan nya serta sumber daya alam melimpah dan sumber daya manusia yang
terdidik.
2.5. INDUSTRI KREATIF
Sekarang ini kita sedang menuju pada era kreatif yang ditandai dengan berkembangnya
industri kreatif yang menggunakan ide dan keterampilan individu sebagai modal utama. Jadi,
industri kreatif tak lagi sepenuhnya mengandalkan modal besar dan mesin produksi. Menurut
John Howkins, dalam bukunya The Creative Economy, orang-orang yang memiliki ide akan
lebih kuat dibandingkan orang-orang yang bekerja dengan mesin produksi, atau bahkan
pemilik mesin itu sendiri
Menurut buku Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025, definisi industri kreatif sering
kali merujuk pada UK Department for Culture, Media, and Sport (DCMS) Task Force 1998,
lembaga yang mengelola industri kreatif di Inggris. Departemen Perindustrian RI pun
kemudian menggunakan definisi yang hampir serupa. Industri kreatif di Indonesia
kemudian didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Pengembangan industri kreatif di Indonesia dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kementerian ini bekerja melalui Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya, Direktorat Jenderal
Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK, Inspektorat Jenderal, serta Badan
Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
15
Klasifikasi industri kreatif bagi menjadi 15 subsektor industri kreatif. klasifikasi industri
kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industry kreatif yang dilakukan oleh
DCMS Inggris, yang disesuikan dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia )tahun 2005. Ke-15 subsektor tersebut adalah:
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan
distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi
iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik,
tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan
radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet,
edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau
samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi
baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape
architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur
taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit;
73100
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-
barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui
lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan,
kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi
produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal
sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan
yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu,
kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain,
marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi
dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
16
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior,
desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset
pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki,
dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya,
konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi
video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di
dalamnya manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik,
tata suara, penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan
distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan
edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-
mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan
konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian
kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik
etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata
pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan
kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko,
materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat
berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga
mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan
17
data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain
dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan
piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan
lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan
station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang
menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan
tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru,
alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar;
termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan
bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan
ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan
produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di
pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas
Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar
negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki
warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber
keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan
pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali
menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan
pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati
masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha
rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan
ketoprak.
18
Industri kreatif diyakini mempunyai kontribusi signifikan untuk meningkatkan
perekonomian suatu bangsa. Di semua negara, termasuk Indonesia berusaha
mengembangkan industri berbasis industri kreatif, karena mampu menyumbang pundi-pundi
negara melalui Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di Indonesia sepanjang tahun 2008
setidaknya industri kreatif ini menyerap sekitar 5 juta orang tenaga kerja, dengan kontribusi
PDB sekitar 6,3 persen. (Koran Tempo, 8 Agustus 2008).
Bagi bangsa Indonesia yang memiliki keragaman sosial kultural yang dapat dikemas
menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan industri kreatif sekaligus dapat dijadikan
sentra ekonomi rakyat menuju kompetisi pasar global. Ini merupakan pasar potensial dan
menjanjikan sebagai peluang kewirausahaan industri kreatif.
Dari 14 sektor industri kreatif yang dianggap bagian dari ekonomi kreatif yakni,
periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, film/video dan
fotografi, permainan interaktif, musik, seni, pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan
komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, serta riset dan pengembangan ,pada tahun
2006 saja industri kreatif mampu memberikan kontribusi 6,3 persen terhadap perekonomian
nasional sebesar Rp.104,6 triliun. Selanjutnya sebanyak 5,8 persen terhadap penyerapan
tenaga kerja, 10,6 persen terhadap ekspor, 6,1 persen dari jumlah perusahaan. Sementara,
persentase paling besar di sektor fashion sebanyak 44 persen, kerajinan 27,7 persen, desain
7,03 persen, dan periklanan 6,8 persen.
Melihat potensi tersebut, menunjukkan betapa besar prospek yang dimiliki industri
kreatif dalam menanggulangi pengangguran dan kemiskinan, yang kiranya akan jauh lebih
baik bila dukungan pemerintah lebih serius lagi, dalam hal ini Kementerian Perdagangan,
sebab industri kreatif memberikan harapan baru akan munculnya suatu usaha atau kegiatan
ekonomi yang lebih banyak mengandalkan sentuhan kreatif yang membawa ke level
kehidupan lebih baik. Selain itu produktivitas sektor industri kreatif lebih tinggi dari
keseluruhan produktivitas tenaga kerja nasional, karena ekonomi kreatif membawa segenap
talenta, bakat, dan hasrat individu untuk menciptakan “nilai tambah” melalui hadirnya
produk/jasa kreatif.
Pada dasarnya pertumbuhan industri kreatif didorong oleh kapitalisasi kreativitas dan
inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa dengan kandungan kreatif. Intinya, kandungan
19
kreatif yang tinggi terhadap masukan dan keluaran aktivitas ekonomi ini. Istilah industri
kreatif memang masih relatif baru. Maka, tak heran kalau pengertiannya belum didefinisikan
secara jelas. Secara umum dapat dikatakan bahwa industri kreatif adalah sistem kegiatan
manusia kelompok atau individu yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi,
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, estetika, intelektual
dan emosional bagi para pelanggan di pasar.
2.6. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia dan Kalimantan Barat
2.6.1. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
Perkembangan industri kreatif Indonesia mulai signifikan, dankian memiliki
keragaman yang akhirnya mampu membentuk pasar sendiri baik di dalam maupun di luar
negeri. Kondisi ini secara signifikan memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang
juga kian besar, tak hanya mendatangkan devisa dan mendorong pertumbuhan tapi juga
mampu menyerap tenaga kerja.
Saat ini sumber daya alam baik berupa migas, kehutanan, maupun kelautan sudah
kian menipis. Maka, industri jasa dan industri kreatif akan menjadi tumpuan di masa depan.
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar menyumbang perekonomian nasional dan
penyerapan tenaga kerja.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri kreatif merupakan salah satu
pilar dalam membangun ekonomi nasional, karena mampu menciptakan sumber daya
manusia yang berdaya saing di era globalisasi, sekaligus menyejahterakan masyarakat, yang
membuatnya dipandang sangat strategis.
"Perkembangan ekonomi kreatif menunjukkan gambaran yang positif, di mana sektor
ini tumbuh 5,76 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74
persen, dengan nilai tambah sebesar Rp 641,8 triliun atau 7 persen dari PDB nasional," kata
Menperin. Dari sisi tenaga kerja, lanjutnya, sektor ini mampu menyerap 11,8 juta tenaga
kerja atau 10,7 persen dari angkatan kerja nasional, diikuti dengan jumlah unit usaha
mencapai angka 5,4 juta unit atau 9,7 persen dari total unit usaha. Sementara itu, aktivitas
ekspor industri ini pun baik, yakni mencapai Rp118 triliun atau 5,7 persen dari total ekspor
nasional. Dari 15 subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan, terdapat tiga subsektor
yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDB, yaitu kuliner sebesar Rp209 triliun atau
32,5 persen, fesyen sebesar Rp182 triliun atau 28,3 persen dan kerajinan sebesar Rp93 triliun
20
atau 14,4 persen. Melihat lebih dalam pada kinerja ekspor industri fesyen dan kerajinan,
ekspor industri fesyen mencapai Rp76,7 triliun atau meningkat 8 persen dibandingkan tahun
2012. Sejalan dengan fesyen, pada industri kerajinan pun terdapat peningkatan kinerja ekspor
yakni mencapai Rp21,7 triliun atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh INSEAD dalam mengukur Indeks Inovasi
Global tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat 87 dari 126 negara, meningkat dari
peringkat 99 di tahun 2012. Meskipun Indonesia telah menunjukkan peningkatan, negara-
negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand masih tetap unggul, dengan peringkat 71 dan
48 masing masing. Namun demikian, upaya pemerintah telah membawa peringkat ekspor
barang kreatif Indonesia bertumbuh secara dramatis dari peringkat 85 di tahun 2013 menjadi
peringkat 25 di tahun 2014. di tengah kelesuan bisnis sektor lain, khususnya bisnis komoditas
(batu bara, karet, batu bara dan lain-lain), juga tekstil, sektor industri kreatif tetap positif
perkembangannya Rata-rata pertumbuhan di sektor ini 7-10 persen (2000-2015)
Industri kreatif domestik juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Memasuki era
pasar bebas ASEAN akhir 2015, industri kreatif dalam negeri harus bersaing dengan produk-
produk impor dengan harga dan kualitas yang kompetitif, khususnya produk-produk dari
Singapura, Malaysia dan Thailand. Dalam persaingan industri kreatif ASEAN, Thailand dan
Vietnam kerap disebut memiliki karakteristik paling serupa dengan Indonesia. Berbeda
dengan Singapura yang memiliki kekuatan di bidang teknologi dan Malaysia yang seimbang
dalam hal teknologi serta inovasi budaya.
Karena itu perlu disusun sebuah kode etik agar persaingan menjadi fair dan
kompetitif serta saling menghargai keunggulan industri kreatif masing-masing negara
terutama di kawasan Asean. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan
kenaikan jumlah masyarakat berpendapatan menengah menjadikan Indonesia sebuah pasar
yang sangat menarik, tidak hanya bagi negara-negara di kawasan ASEAN, tetapi juga negara
lain seperti Jepang, Korea, China, dan Eropa. Karena itu, industri kreatif ini sangat
bergantung pada kualitas SDM. Bonus demografi di Indonesia dapat mendorong
berkembangnya industri kreatif asal diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM.
Faktor lainnya adalah menciptakan brand image produk lokal. Strategi marketing dan
branding produk industri kreatif Indonesia perlu ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan
nilai tambah dan berdaya saing. Salah satu langkah untuk memperkuat posisi pemain lokal
21
adalah melalui ajang FGD Expo. Karena dengan mengedepankan empat pilar yaitu Printing,
Packaging, Promotion dan Publishing ajang ini akan semakin mempercepat dan memperkuat
daya saing industri kreatif Indonesia
2.6.2. Potensi Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat
Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat saat ini cukup potensial dengan
sering diadakannya expo produk-produk lokal yang melibatkan kalangan pelaku industri
kreatif, dan baru-baru ini diadakan sebuah expo dipontianak yamg di ikuti oleh komunitas-
komunitas kreatif di Pontianak maupun seluruh daerah di Kalimantan Barat. Subsektor dari
industri kreatif yang telah berkembang di Kalimantan Barat antara lain :
1. Sektor kerajinan : Kekayaan budaya dan sumber daya alam di Kalimantan Barat
menjadi modal besar yang menjadikan sektor kerajinan berkembang pesat,
kerajinan yang menjadi unggulan di Kalimantan Barat antara lain :
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya : Tenun
Daerah Sambas Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten
Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik ) Tenun Ensaid Panjang Kabupaten
Sintang ( Dayak Desa / Ibanik) Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk /
Kelompok Ibanik ),
Keramik di Singkawang
Kerajinan Anyam Manik
Anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju
Manik dan baju Burik)
Kerajinan Anyam Rotan atau bamboo Bakul, keranjang, ambinan, dsb.
tersebar di Pontianak, Kapuas Hulu, dan Sintang
Barang kerajianan tersebut biasanya di jual di pasar lokal sebagai
cendaramata khas daerah sebagai penunjang pariwisata, sedangkan sebagian
ada yang sudah menjadi produk yang di ekspor ke mancanegara.
2. Sektor seni pertunjukan: pada sektor ini menjadi daya tarik pariwisata di
Kalimantan Barat , Seperti Festival Cap Go Meh, dan Pertunjukan Tarian-Tarian
Daerah
3. Kuliner : Beraneka ragamnya kuliner khas daerah Kalimantan Barat menjadikan
sektor kuliner ini akan terus berkembang
22
4. Video,Film dan Fotografi : Sepanjang tahun 2015 geliat perfilman lokal di
Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain
penggiat film terdahulu yang tetap aktif, banyak pula sutradara muda yang baru
muncul dan menggarap filmnya secara serius. Media apresiasi juga semakin
terbuka, antusias masyarakat pun meningkat, banyak film yang diproduksi dan
diapresiasi tinggi oleh masyarakat. Selain itu sutradara Kalbar yang berhasil
menggarap film bioskop skala nasional. Film berjudul Pontianak Untold Story
(Pontien) yang bertema horor itu digarap sineas muda asal Pontianak Agung
Trihatmodjo. Mengangkat tentang sejarah dan asal mula Kota Pontianak, serta
melibatkan tiga artis jaminan box office ibukota
Selain sektor industri kreatif diatas masih banyak sektor lainnya yang sedang
berkembang yang sangat diminati oleh anak muda terdidik antara lain Musik, dan fashion,
dibutuhkan peran pemerintah untuk mengembangkan industri kreatif ini diantara adalah
memberi pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar dalam usaha mengembangkan Industri
Kreatif dapat di kemas secara menarik dan memiliki daya jual / komersil yang tinggi.
2.7. Strategi Pengembagan Industri Kreatif
Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 diarahkan pada pencapaian visi
“Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia“, dengan misi
“Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan
Nasional” untuk:
1) Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan domestik bruto
Indonesia;
2) Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang
mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer;
3) Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru
di industri kreatif
4) Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif;
Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi &
generasi yang akan datang;
5) Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan
dan warisan budaya nusantara;
23
6) Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial;
Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara (national
branding) Indonesia di mata dunia Internasional.
Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut, atas pertimbangan sinkronisasi
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan
pertimbangan karakteristik Industri Kreatif Indonesia, pengembangan industri kreatif di
Indonesia dibagi menjadi 2 tahap utama, yaitu: tahap penguatan (2008-2014); dan tahap
akselerasi (2015-2025). Beberapa indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi
ekonomi kreatif pada tahap akselerasi (2025) adalah
1. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB mencapai mencapai 9-11% dari PDB riil
nasional;
2. Kontribusi ekspor industri kreatif mencapai 12-13% dari ekspor nasional, dengan
nilai nominal sekitar Rp. 500 triliun;
3. Kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif terhadap tenaga kerja nasional
pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah pekerja sekitar 12,3
juta;
4. Pertumbuhan paten, hak cipta, merek, desain industri, yaitu masing-masing sebesar
4%, 38,94%, 6% dan 39,7%;
5. Menumbuhkembangan 10 kawasan kreatif potensial di wilayah Indonesia;
6. Terdapat tambahan 525 merek lokal yang terpercaya dan telah secara legal terdaftar
di Dirjen HKI Indonesia dan juga di kantor paten negara tujuan ekspor.
Upaya pengembangan industri kreatif tidak terlepas dari model pengembangan
ekonomi kreatif. Setidaknya terdapat 6 (Enam) pilar dalam model pengembangan ekonomi
kreatif di Indonesia, yaitu:
1. Sumber daya insani (people) : Sumber daya insani modal utama dalam industry
kreatif, sehingga sumber daya insani ini harus di tumbuhkan talenta kreatif agar
industry kreatof ini semakin berkembang
2. Industry. Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan
produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara
atau area tertentu. Industri yang menjadi perhatian dalam pilar ini khususnya adalah
industri kreatif atau aktivitas para pelaku industri kreatif.
24
3. Technology. Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas balk material dan
non material, yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mental atau fisik untuk
mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain, teknologi bukan hanya mesin ataupun alat
bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau
metode-metode, atau aktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. Teknologi ini
akan merupakan enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata.
4. Resources. Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan
dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas yang dimiliki oleh
sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri kreatif ini. Sumber daya
meliputi sumber daya alam, material maupun ketersediaan lahan yang menjadi input
penunjang dalam industri kreatif.
5. Institution. Institution dalam pilar pengembangan industri kreatif dapat didefinisikan
sebagai tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma, adat,
aturan, serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial ini bisa bersifat informal, seperti
sistem nilai, adat istiadat, atau norma, maupun bersifat formal dalam bentuk peraturan
perundang-undangan.
6. Financial Intermediary. Lembaga intermediasi keuangan adalah lembaga yang
beperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan, balk
dalam bentuk modal/ekuitas mapun pinjaman/kredit. Lembaga intermediasi keuangan
merupakan salah satu elemen penting untuk untuk menjembatani kebutuhan keuangan
bagi pelaku dalam industri kreatif.
Berdasarkan indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi ekonomi kreatif
pada tahap akselerasi (2025) yaitu kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif
terhadap tenaga kerja nasional pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah
pekerja sekitar 12,3 juta. maka industry kreatif ini dapat menjadi satu solusi dalam mengatasi
pengangguran terdidik, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah menyusun road
map dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola pikir dan moodset kreatif yang
didukung oleh talenta dan pekerja kreatif maka disusun arah kebijakan dan strategi yang
disajikan pada tabel berikut:
25
Tabel. IVArah Kebijakan & Strategi dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola
pikir dan moodset kreatif yang didukung oleh talenta dan pekerja kreatifNo Arah Kebijakan Strategi
1. Peningkatan jumlah SDM
kreatif yang berkualitas secara
berkesinambungan (sustainable)
dan tersebar merata
(widespread) di wilayah
nusantara
a) Meningkatkan anggaran pendidikan nasional
sesuai amanat undang‐undang &
mengupayakan proporsi yang signifikan bagi
peningkatan kreativitas
b) Melakukan kajian tentang kurikulum
berorientasi kreativitas & pembentukan
entrepreneurship terhadap tumbuhnya
kreativitas anak didik dan melakukan revisi
sesuai kebutuhan
c) Melakukan kajian tentang kurikulum
berorientasi kreativitas & pembentukan
entrepreneurship terhadap tumbuhnya
kreativitas anak didik dan melakukan revisi
sesuai kebutuhan
d) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional
lewat kurikulum yang berorientasi kreativitas
& pembentukan entrepreneurship
e) Membangun akses pertukaran informasi &
pengetahuan (knowledge sharing) di
masyarakat lewat ruang publik baik secara
fisik maupun maya, dalam skala nasional
maupun internasional
2. Peningkatan jumlah dan
perbaikan kualitas lembaga
pelatihan dan talenta kreatif
a) Membangun lembaga tinggi seni budayadan
ilmu pengetahuan & teknologidi propinsi-
propinsi yang talenta kreatifnya tinggi tapi
belum terwadahi
b) Memperbaiki infrastruktur dan kualitas
pengajaran di lembaga pendidikan yang telah
26
ada namun mengalami kendala keuangan,
infrastruktur dan tenaga pengajar
c) Membangun mekanisme public‐private,
partnership antara pemerintah dan industry
kreatif yang atraktif untuk mengembangkan
pendidikan berkualitas dengan sumber dana
masyarakat/swasta
d) Mendorong (memberikan insentif &
kemudahan) pihak swasta untuk membangun
lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas,
berbiaya terjangkau dan bernilai guna
e) Menciptakan link and match antara lulusan
pendidikan tinggi dengan sektor industri
kreatif yang membutuhkan
f) Menjamin sistem standardisasi mutu
pendidikan tinggi dengan evaluasi yang
berkala, efektif dan obyektif
3. Penekanan komitmen dan
Political will Pemerintah untuk
meningkatkan penghargaan
masyarakat terhadap insan
kreatif sebagai profesi yang
membawa nilai tambah secara
ekonomi & sosial
a) Memberi dukungan bagi insan kreatif
berbakat yang mendapat kesempatan di dunia
internasional
b) Memberikan dukungan pada kegiatan dan
organisasi seni budaya dan iptek yang
berperan dalam industri kreatif
c) Menyelenggarakan acara dan program yang
menggali mengangkat dan mempromosikan
talenta kreatif yang ada di masyarakat
d) Mengupayakan mekanisme remunerasi, yang
proporsional yang membuat angkatan kerja
tertarik pada profesi dalam industri kreatif
e) Membangun mekanisme kemitraan antara
insan kreatif terkemuka dan yang potensial
27
untuk dikembangkan lewat proses mentoring
4. Peningkatan jumlah entrepreneur
kreatif secara signifikan
sehingga mendorong tumbuhnya
lapangan kerja kreatif
a) Mendukung para entrepreneur kreatif yang
membutuhkan kemudahan dalam memulai
dan menjalankan usaha, baik dari aspek
permodalan, perijinan maupun pemasaran
b) Mendorong para wirausahawan sukses untuk
berbagi pengalaman, keahlian dan
dukungannya pada potensi wirausahawan
yang ada di pendidikan tinggi lewat studium
generale, seminar, mentoring dan pelatihan
c) Membangun mekanisme kemitraan antara
pelaku bisnis sebagai wadah business
coaching
5. Pengakuan dunia internasional
terhadap kualitas insan kreatif
Indonesia yang kiprahnya
secara langsung maupun tidak
langsung dapat dirasakan oleh
bangsa Indonesia
a) Membangun basis data talenta kreatif
Indonesia di berbagai belahan dunia dan
mempromosikan secara aktif prestasi dan
cerita sukses insan kreatif Indonesia di
dalam dan luar negeri
b) Memfasilitasi jejaring antar para talenta
kreatif Indonesia di mancanegara untuk
terjadinya knowledge sharing
c) Mendorong terjadinya kerjasama, sharing
pengetahuan dan karya bersama antar para
talenta kreatif Indonesia di mancanegara
dengan di dalam negeri
d) Memfasilitasi talenta kreatif dari
mancanegara untuk datang ke Indonesia
dengan tujuan sebagai sumber belajar dan
bertukar informasi lewat mekanisme
penghargaan yang proporsional
BAB III
28
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pengangguran terdidik di Kalimantan Barat terbilang tinggi berdasarkan data
BPS dari 2010 s/d 2013 rata-rata tingkat pengangguran pada tamatan SMA/SMK –
Sarjana/ universitas berkisar kurang lebih 7-8% hal ini disebabkan kurang selarasnya
perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak
sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang
pendidikan atas baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke
dalam lapangan pekerjaan yang ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya
menghasilkan pencari kerja, bukan pencipta kerja. Oleh karena itu pemerintah sekarang
sedang berusaha mengembangkan Industri Kreatif sebagai solusi mengatasi
pengangguran, Pengembangan industri kreatif sangat potensial di Kalimantan Barat
karena daerah ini memiliki berbagai macam budaya dan tradisi yang merupakan ciri
daerah yang apabila di kemas dengan baik akan memiliki daya jual/komersial yang
tinggi, untuk itu di butuhkan peran pemerintah untuk menumbuhkan talenta –talenta
kreatif di Kalimantan Barat dimana talenta-talenta tersebut merupakan modal utama
dalam mengembangkan Industri Kreatif yang dapat mengangkat potensi- potensi daerah
yang ada di Kalimantan Barat melalui pelatihan-pelatihan serta kurikulum pendidikan
yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan serta kreatifitas.
3.2. Saran
Saran utama yang disampaikan ditujukan secara khusus kepada Biro Pusat Statistik,
Sebagai badan yang sudah mapan dalam perhitungan kontribusi-kontribusi ekonomi,
maka Biro Pusat Statistik sebaiknya melakukan perhitungan kontribusi ekonomi industri
kreatif secara rutin, baik tahunan maupun triwulanan agar tersedia data atas
perkembangan Industri Kreatif di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
29
Yarlina Yacoub, 2014, Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Wurdiyanti Yuli Astuti, 2014, Pengangguran Terdidik di Perkotaan
Eddy Jusuf, 2010, Industri Kreatif Solusi Pengangguran dan Kemiskinan
Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Kabupaten/Kota
danMenurut Provinsi dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di
Kalimantan Barat, 2010-2013
Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kalimantan
Barat, 2010-2013
Biro Pusat Statistik, Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK
dan TPT di Kalimantan Barat, 2010–2013
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Industri Kreatif Indonesia Tahun 2009
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Pengembangan Ekonomi Kreatf
Indonesia 2025
30