28
UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PEMBELAJARAN
PKLH BERBASIS CTL
Dyah Puspandari
SMP Negeri 1 Balikpapan, Jl Kapten P. Tendean-Gunung Pasir, Balikpapan
Abstract: This study was inspired by the result of research carried out by John Elliot about fo-
rest conservation and assessment of realization towards living environment. The aim of this
study are to find out the role of forest conservation model towards cognitive, affective, and
psychomotor abilities of students in SMP Negeri 1 Balikpapan, and to give a real experiment
that can arouse students’ activities in learning process, so that the teaching learning process
could be impressive and varied.
Key Words: contextual teaching and learning, environment
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
akhir dasawarsa ini telah memasuki babak yang me-
nentukan dengan adanya implementasi dari Kuriku-
lum Berbasis Kompetensi (KBK). Penerapan KBK
ini ternyata berhasil mengubah corak pendidikan di
Indonesia yang semula berpusat kepada guru dan me-
nitikberatkan pada pembelajaran klasikal kini beru-
bah haluan menjadi pembelajaran yang menekankan
kepada proses sehingga pembelajaran lebih berpusat
kepada siswa.
Proses belajar mengajar selain merupakan inti
dari proses pendidikan dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) ternyata juga merupakan satu kesa-
tuan yang tidak dapat dipisahkan antara siswa yang
belajar dengan guru sebagai pengajar. Dari belajar
melahirkan perubahan perilaku dalam diri setiap indi-
vidu sebagai akibat dari interaksi antara individu de-
ngan individu yang lainya ataupun interaksi dengan
lingkungannya di tempat kita hidup dan tinggal. Se-
dangkan mengajar merupakan kegiatan yang dilaku-
kan oleh seorang guru untuk membimbing siswa da-
lam kegiatan pembelajarannya. Dalam hal ini guru
berperan untuk mengorganisasikan lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pelajaran
dalam rangka pencapaian tujuan belajar serta kreati-
vitas pengalaman belajar.
Pengalaman belajar menunjukkan kegiatan be-
lajar siswa yang dilakukan melalui interaksi dengan
objek atau sumber belajar. Bentuk pengalaman bela-
jar dapat berupa kegiatan yang nyata dilakukan di la-
pangan. Meskipun ada beberapa buku dari pemerin-
tah pusat yang menjadi acuan, namun sifat dan pola
pembelajaranya masih mengacu pada pola pembela-
jaran klasikal (teacher centered) sehingga hal seperti
ini dianggap sebagai satu pola pembelajaran yang ti-
dak aktif (inactive learning). Selain itu, kurangnya
kreativitas dan keterampilan dari guru dirasa juga be-
lum mampu meningkatkan kesadaran bagi siswa ter-
hadap lingkungan siswa hidup dan bertempat tinggal.
Berdasarkan beberapa masalah di atas maka
penulis merasa perlu untuk mencoba menerapkan
model baru dalam mengajarkan Pendidikan Kebersih-
an dan Lingkungan Hidup (PKLH) sehingga tercipta
suatu suasana pembelajaran yang menarik dan me-
nyenangkan serta memberikan pemahaman dan kesa-
daran yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan hi-
dup siswa. Dengan model pembelajaran ini diharap-
kan dapat meningkatkan dan menumbuhkan kesadar-
an serta pemahaman siswa terhadap kelestarian ling-
kungan hidup.
Model pembelajaran yang dikembangkan lebih
mengacu kepada pembelajaran Contextual Teaching
Puspandari, Upaya Meningkatkan Kesadaran Pelestarian Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran PKLH Berbasis CTL 29
and Learning (CTL). Menurut Rachmadiati (2002)
suatu proses kegiatan belajar mengajar dapat dikata-
kan berorientasi pada CTL apabila memenuhi tujuh
pilar pembelajaran antara lain: inkuiri (inquiry), ber-
tanya (questioning), kontruktivisme (construktivism),
masyarakat belajar (learning community), penilaian
autentik (autentic assessment), refleksi (reflection),
dan pemodelan (modelling). Model pembelajaran
yang juga dikenal dengan model pembelajaran kon-
tekstual ini terjadi apabila siswa menerapkan dan me-
ngalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu
kepada masalah-masalah dunia nyata yang berhu-
bungan dengan peran dan tanggung jawab mereka se-
bagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara.
Dalam penelitian ini, penulis memanfaatkan
hutan lindung sungai Wain sebagai media pembelaja-
ran PKLH. Hal ini dikarenakan sungai Wain sebagai
aset kota Balikpapan yang menjadi perhatian kalang-
an pemerintahan, masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan dunia internasional telah ter-
ancam pelestariannya.
METODE
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh guru ada-
lah mempelajari kurikulum dan silabus sains biologi,
menyusun perencanaan, dan menyiapkan beberapa
hal yang akan diajarkan pada siswa yang meliputi:
(1) menyusun perencanaan mengajar yang disesuai-
kan dengan kondisi sekolah dan karateristik kota Ba-
likpapan, (2) memperkirakan penjatahan waktu yang
diberikan karena ketepatan metode dapat melibatkan
guru dan siswa secara aktif, (3) bekerja sama dengan
beberapa instansi pemerintah sebagai narasumber ba-
gi siswa-siswi di SMP Negeri 1 Balikpapan, (4) me-
nerapkan metode Somatis, Auditori, Visual, dan Inte-
lektual (SAVI) kepada siswa dalam upaya mengubah
secara perlahan paradigma dari teacher centered me-
nuju student centered.
Pembelajaran dimulai dengan tahap perencana-
an (planning). Tahap ini dimulai dengan metode so-
matis (gerak tubuh). Siswa diajak untuk mengadakan
suatu perjalanan lapangan yaitu karya wisata pendi-
dikan ke hutan lindung sungai Wain. Hal ini bertuju-
an untuk membangkitkan rangsangan dan keinginta-
huan siswa yang juga merupakan cara penciptaan su-
asana belajar yang baru. Bagi guru, kegiatan seperti
ini dapat dijadikan salah satu cara untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bahan pem-
belajaran yang nyata. Langkah-langkah yang dilaku-
kan sebagai berikut pada tahap ini adalah: (1) mem-
buat rencana pembelajaran, (2) membagi kelompok-
kelompok siswa sesuai dengan nama flora dan fauna
yang ada di hutan lindung sungai Wain, (3) membuat
lembar observasi untuk mengetahui kondisi di lapa-
ngan, dan (4) membuat alat evaluasi.
Tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan (ac-
tion). Tahap dilaksanakan sesuai dengan program pe-
rencanaan yang telah disusun dengan menggunakan
metode auditori. Langkah yang ditempuh antara lain:
(1) menugaskan siswa untuk merekam pengalaman
baru yang ditemui dengan menggunakan tape record-
er, (2) meminta siswa mengadakan dialog dan wa-
wancara dengan narasumber dari instansi pemerintah
kota, (3) mengumpulkan apa yang didapat dan men-
diskusikanya bersama dengan teman kelompok se-
hingga timbul pola belajar berbicara dan mendengar,
dan (4) meminta siswa mempresentasikan hasil dis-
kusi kelompoknya.
Selanjutnya dilakukan tahap pengamatan. Pe-
ngamatan ini dilakukan oleh siswa terhadap apa yang
ditemui di lapangan untuk mengukur ketajaman visu-
al siswa. Setelah langkah somatis, auditori, dan visu-
al, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan metode in-
telektual siswa diharapkan mendapatkan suatu peme-
cahan masalah dari yang dihadapi di lapangan mela-
lui renungan, penyusunan pertanyaan, dan mencipta-
kan makna pribadi serta mencari informasi. Langkah
tersebut termasuk di dalam tahap kegiatan refleksi.
HASIL
Dari hasil penelitian ditemukan adanya penga-
laman belajar, kreativitas, dan pemahaman siswa da-
lam konteks yang bermakna. Untuk selengkapnya li-
hat tabel 1.
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil be-
lajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini disebabkan siswa memperoleh pengalaman
langsung terkait dengan materi yang hendak dibela-
jarkan. Siswa setidaknya secara nyata dapat dilihat,
diamati dan dapat diimplementasikan secara langsung
oleh siswa sebagai seorang pembelajar.
Secara umum, hasil yang diperoleh dari pene-
rapan model pembelajaran CTL ini antara lain: (1)
munculnya sikap keterbukaan dan keberanian siswa
dalam menyampaikan pendapat, (2) munculnya sikap
saling menghargai pendapat orang lain, walaupun hal
tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh siswa tersebut, (3) siswa lebih sadar dan mema-
hami akan konsep yang ditanamkan, (4) siswa mulai
menyadari pentingnya kelestarian lingkungan hidup,
30 Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 1, September 2008, hlm. 28-30
Tabel 1 Perkembangan Peningkatan Rata-rata dalam Pembelajaran CTL Hutan Lindung Sungai
Wain
No Aspek Peningkatan Rata-rata
Sebelum CTL CTL
1 Kognitif (Pemahaman) 77,17% 85,80%
2 Afektif (Perilaku atau sikap) 77,07% 85,42%
3 Kognitif (Pemahaman) 77,42% 85,64%
4 Afektif (Perilaku atau kesadaran) 77,42% 86,57%
Jumlah 308,98% 343,43%
Rata-rata 77,25% 85,85%
(5) kondisi kelas lebih hidup dan kondusif, dan (6)
munculnya kecerdasan siswa yang meliputi kecerdas-
an linguistik, interpersonal, dan intrapersonal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Proses pemebelajaran dengan menggunakan
model CTL pada bidang studi PKLH di SMP Negeri
1 Balikpapan ternyata dapat meningkatkan pemaha-
man siswa dan kualitas pembelajaran di kelas. Selain
itu, model pembelajaran ini juga mampu mengopti-
malkan munculnya potensi intelektual, kreativitas,
serta kecerdasan emosional dan adversity siswa.
Saran
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan ide bagi tenaga pendidik yang lain
dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan profe-
sional.
DAFTAR RUJUKAN
Balitbang Departemen Pendidikan Nasional. 2002.
Kurikulum Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004a. Pedoman
Manajemen Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004b. Pedoman
Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Dikdasmen PLP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004c. Pedoman
Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah
Psikomotorik. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004d. Pedoman
Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004e. Pedoman
Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompe-
tensi Siswa SMP. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004f. Pedoman
Umum Pengembangan Silabus KBK. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen PLP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004g. Pengeta-
huan Alam Kelas VIII. Jakarta: Direktorat PLP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Indikator
Keberhasilan Program Pengembangan Pendi-
dikan Kecakapan Hidup di SMP. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen PLP.
Erly T. W. 2004. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung:
PPPG IPA.
Erly T.W. 2004. Penyusunan Silabus. Bandung: PP-
PG IPA.
Meier, D. 2001. The Accelerated Learning Handbo-
ok: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang
Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung:
Kaifa.
Porter, B. D. 1992. Quantum Learning. Bandung:
Tanpa penerbit.
UPLHSW. 2003. Pendidikan Lingkungan Hidup Be-
lajar Dari Pengalaman Balikpapan, (Online),
(http://www.uphlsw.net.id, diakses tanggal 1 A-
gustus 2007).