UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
STRATEGI HUMAS POLISI DAERAH METRO JAKARTA RAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN
SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR PERIODE TAHUN 2016 – 2017
Diajukan Oleh :
Nama : Muhamad Arief Fadilah
Nim : 2012 - 41 - 322
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta 2018
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhamad Arief Fadilah
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 11 Desember 1994
Alamat : Jl. KS. Tubun III No.1, RT.12/06 Asrama Brimob
Slipi, Jakarta Barat 11410
Telepon/ HP : 085711121994
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)
NIM : 2012 – 41 – 322
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :
Judul : Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya
dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan
Liar Periode Tahun 2016 – 2017
Pembimbing I : Dr. Amin Saragih Manihuruk, MS
Pembimbing II : Drs. Sunu Budiharjo
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya buat
merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan Duplikasi dan Skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan
apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
untuk dikenakan sanksi akademis sesuai peraturan yang berlaku di FIKOM
UPDM (B).
Jakarta, Januari 2018
Yang menyatakan
Muhamad Arief Fadilah
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta. Skripsi yang berjudul
“Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam
Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 –
2017”.
Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai strategi Humas
Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih
Punggutan Liar. Hal tersebut dilatarbelakangi banyak pungutan liar yang
dilakukan oleh segelintir oknum. Untuk itu sebagai upaya pencegahan
terhadap tindakan pungutan liar (pungli) maka dikeluarkan Keppres No 87
Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2018
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan, kelancaran,
kesabaran, dan segala kekuatan yang diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Kedua orang tuaku (Drs. Slamet Budihardjo) dan (Sri Budi Astuti) yang
telah memberikan kasih sayang, doa serta motivasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof Dr. Rudy Harjanto, S.Ikom., MM., M.Sn. Rektor Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama).
3. Dr. Prasetyo Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
4. Dr. Wahyudi M. Pratopo, M.Si. Kepala Program (Kaprodi) Fakultas
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
5. Dr. Amin Saragih Manihuruk MS. Dosen Pembimbing I dan Drs. Sunu
Budiharjo Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu, arahan,
nasehat serta koreksi-koreksi selama peneliti melakukan bimbingan.
6. Drs. M. Muminto Arief, M.Ikom Ketua Jurusan Humas Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama).
7. Seluruh dosen dan para staff Universitas Prof. Dr.Moestopo (Beragama),
yang selalu memberikan masukan yang sangat berguna dalam
bimbingan informalnya selama menulis penelitian ini.
8. Terima kasih penulis sampaikan kepada Polda Metro Jaya terutama
kepada Komisaris Besar Polisi Alfed, Ajun Komisaris Besar Polisi
Rukmiati yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi
wawancara sebagai informan.
9. Terima kasih kepada Rurin Rulianti Jurnalis Kompas TV yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk diwawancarai dan Septi
mahasiswi Universitas Bina Nusantara.
10. Kakakku : Aria Sanjaya, Agus Milwanto, Astri Agustiani dan Ardhie
Demastyo yang terus mendukungku selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
11. Firda Safitri yang telah mendukung selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
12. Eka Putra Syahreza yang memotivasi penulis selama menyelesaikan
skripsi ini.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan
kemudahan, kelancaran serta berbagai hal sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuan
yang diberikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.
Jakarta, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
ABSTRACT .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian .................................................................. 12
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 12
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 13
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................ 13
1. Kegunaan Teoretis ............................................................ 13
2. Kegunaan Praktis ............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN
TEORI ......................................................................................... 15
2.1 Tinjauan Pustaka – Penelitian Sejenis Terdahulu ................ 15
2.2 Komunikasi ........................................................................... 23
2.2.1 Hakekat Komunikasi ...................................................... 23
2.2.2 Komponen Komunikasi ................................................ 24
2.2.3 Konsep Dasar Komunikasi ........................................... 27
2.3 Public Relations ..................................................................... 28
2.3.1 Hakekat Public Relations .............................................28
2.3.2 Peran Public Relations ................................................29
2.3.3 Fungsi Public Relations ...............................................31
2.3.4 Ruang Lingkup Humas ................................................. 33
2.3.5 Tugas Humas ................................................................ 34
2.3.6 Tujuan Public Relations ................................................ 36
2.3.7 Khalayak Public Relations ................................................... 36
2.4 Teori Khusus ........................................................................ 39
2.4.1 Strategi Public Relations ............................................. 39
2.5 Sosialisasi ............................................................................ 45
2.5.1 Arti Penting Sosialisasi ................................................ 46
2.5.2 Sosialisasi Sebagai Aktivitas Dua Pihak ...................... 47
2.5.3 Aktivitas Melaksanakan Sosialisasi ............................. 47
2.5.4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian ................. 48
2.5.5 Proses Internalisasi ..................................................... 49
2.5.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi ............. 49
2.5.7 Media Sosialisasi ......................................................... 50
2.6 Humas dan Sosialisasi .......................................................... 52
2.6.1 Pengertian Peran ........................................................ 52
2.6.2 Peran Humas dalam Sosialisasi .................................. 53
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................. 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 57
3.1 Paradigma Penelitian ............................................................ 57
3.2 Metode Penelitian ............................................................... 61
3.3 Objek dan Subjek Penelitian ............................................... 62
3.4 Sumber Data dalam Penelitian ............................................63
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................63
3.6 Teknik Pengolahan Data ......................................................64
3.7 Triangulasi .......................................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 67
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................... 67
4.1.1 Sekilas tentang Polda Metro Jaya .............................67
4.1.2 Visi, Misi dan Sasaran Perioritas Polda Metro Jaya .. 70
4.1.3 Struktur Organisasi Polda Metro Jaya ........................ 74
4.1.4 Bidang Humas Polda Metro Jaya ................................ 74
4.1.5 Job Description Divisi Profesi dan Pengamanan
Polri ............................................................................76
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ............................................................. 82
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 83
4.3.1 Penelitian Pendahuluan (Research Formative) ..............84
4.3.2 Strategy ........................................................................ 89
4.3.3 Pembentukan Citra Positif Institusi Kepolisian melalui
Pelaksanaan Program Sosialisasi Pencegahan
Tindakan Pungli di Lingkungan Polda Metro Jaya .........102
4.3.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam
dalam Pelaksanaan Sosialisasi Pencegahan Tindak
Pungli di Lingkungan Polda Metro Jaya sebagi Upaya
Meningkatkan Citra Polisi ..............................................104
4.3.5 Evaluating ................................................................................. 108
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................110
4.4.1 Research Formative (Penelitian Pendahuluan) .............111
4.4.2 Strategy .........................................................................113
4.4.3 Taktik ............................................................................115
4.4.4 Evaluating .....................................................................117
4.4.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Program Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak
Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda Metro Jaya
Dalam Upaya Meningkatkan Cipta Kepolisian ...............119
BAB V PENUTUP .....................................................................................126
5.1 Simpulan ................................................................................126
5.2 Saran .....................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara
2. Foto Peneliti dengan Informan
3. Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nama : Muhamad Arief Fadilah Nim : 2012 – 41 – 322 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Judul Skripsi : Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya
dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 – 2017
Jumlah Halaman : 5 Bab + 131 halaman Bibliografi : 37 Buku + 1 Kamus + 1 Jurnal + 2 Sumber lain + x Pembimbing : Dr. Amin Saragih Manihuruk,MS Drs. Sunu Budiharjo
Penelitian ini mengambil judul Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar Periode Tahun 2016 – 2017. Polri sebagai aparatur penegak hukum memiliki tanggungjawab sosial secara moral dalam melakukan tugas dan fungsinya, serta mampu memberikan keteladanan kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu bukti kinerja polri dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan serta ketertiban masyarakat melalui sosialisasi program Saber Pungli (Sapu Bersih Pungutan Liar). Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017, 2) untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017 dan yang terakhir 3) untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017.
Penelitian ini menggunakan teori Strategi Public Relations dan Nine
Steps. Sedangkan paradigma yang digunakan adalah Konstruktivisme.
Obyek penelitian dilakukan oleh Polisi Daerah Jakarta Raya. Jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Untuk teknik pengumpulan data yaitu melakukan wawancara mendalam (depth interview), dimana wawancara tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya serta dapat dipertanggung jawabkan. Maka peneliti melakukan wawancara dengan key informan dan informan. Kemudian data yang dikumpulkan dianalisis dan diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran mengenai
variabel yang diamati, melalui data display, data conclusion drawing dan data verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya melakukan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar dalam rangka meminimalisasi perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian yang melakukan pungutan liar, maka Sub Bidang Humas membentuk Tim Pokja Saber Pungli Polda Metro Jaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif di internal Kepolisian.
Kata Kunci : Strategi, Sosialisasi,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejak terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sebagai presiden
dan wakil presiden, pada Tahun 2014 adalah merupakan mekanisme
pergantian kepemimpinan setiap lima tahunan yang berlaku dalam
pemerintahan Republik Indonesia. Diawal tahun kepemimpinan Joko
Widodo dan Jusuf Kalla, banyak pihak yang meragukan keberhasilan
dalam menjalankan roda pemerintahan lima tahun kedepan dengan
berbagai alasan, sehingga kepemimpinan kerap menuai kritik, utamanya
dari lawan politik.
Fungsi pemerintah adalah memberikan berbagai pelayanan
kepada warga masyarakat diseluruh wilayah hukum Republik Indonesia.
setiap bentuk pelayanan kepada warga masyarakat adalah sebagai
suatu kebijakan yang dilengkapi dengan perangkat aturan. Dalam
pengamatan presiden Joko Widodo Indonesia memiliki banyak kebijakan
tetapi aturan yang diterapkan tidak sistimatis dan rumit. sehingga dapat
memunculkan spekulasi dalam pelayanan publik. Oleh karena presiden
berupaya menyederhanakan kebijakan dengan rantai birokrasi yang
pendek dan transparan..Presiden menganggap rantai birokrasi
pelayanan publik yang panjang dan rumit. akan memberi ruang kepada
aparatur pemerintah sipil Negara untuk melakukan tindakan Pungli
(pungutan liar). Untuk presiden memerintahkan kepada kabinetnya
untuk melakukan revisi kebijakan utamanya yang menyangkut perizinan
dibidang investasi.
Untuk membatasi ruang gerak dari tindakan Pungli, setelah
pemerintah berjalan dua tahun, Joko Widodo selbagai presiden
mengeluarkan Keppres tentang Sapu Bersih Pungutan Liar. Kebijakan
ini dipimpin langsung Presiden dengan dibantu Kepolisian; Kementerian
Hukum dan Ham; dan Kejaksaan Agung. Kebijakan ini dikenal dengan
Keppres No 87 Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar(Saber
Pungli) di seluruh jajaran kabinet pemerintah Jokowi-Jk.
Kebijakan inipun telah mendapatkan apresiasi dan perhatian
warga masyarakat dan mendukung gerakan bersih bersih, tetapi disisi
lain memunculkan kontra dikalangan masyarakat. Padahal yang
melakukan tindak korupsi adalah pejabat – pejabat yang punya
kedudukkan tinggi. Sementara pelaku Pungli dilakukan oleh kalangan
bawah kecil-kecilan saja, Presiden Jokowi, sangat perhatian terhadap
tugas pokok dan fungsi pemerintahan adalah sebagai pelayan warga
masyarakat tanpa pengecualian. Artinya pelayanan dilaksanakan sesuai
standar operasional prosedur (SOP), cepat tepat, efektif dan efisien.dan
akuntabel.
Untuk mengikis habis tindak Pungli di dalam pemerintahan Joko
Widodo, maka setiap kementerian dihimbau untuk terus
mesosialisasikan dan melaksanakan Keppres tersebut, karena pada
kenyataan perilaku aparatur sipil pemerintah dibagian perijinan, baik
secara sendiri maupun berkelompok aktif melakukan tindak pungutan
liar.
Seperti dalam pengurusan surat ijin usaha (SIUP). Untuk
mendapatkan sebuah ijin usaha (SIUP) ini, rantai birokrasi yang harus
dilalui panjang dan berbeli belit. Ini kenyataan yang terjadi pemerintah
sebagai pelayanan publik di Indoensia, sehingga dibutuhkan waktu yang
relative lama, dan dampaknya adalah pembekakan pada biaya yang
harus dikeluarkan, kenakan tarif tidak sesuai dengan ketentuan yang
ada. Dan ini mengakibatkan terjadi perlambatan pertumbuhan
perekonomian nasional.
Kenyataan inipula yang menjadi perhatian serius pemerintah
dibawah kepemimpinan presiden Joko Widodo, untuk melakukan
pemberantasan pungutan liar diberbagai institusi pemerintahan, Saber
pungli ini sebagai tindakan pemerintah dalam upaya pencegahan tindak
pidana korupsi, dan apabila ada indikasi kearah itu maka langkah yang
diambil presiden adalah melakukan pergantian pimpinan antar waktu
didalam kabinet kerjanya. Karena itu pula presiden senantiasa
mengingatkan dan mengajak kepada seluruh masyarakat, untuk
mengawasi bahwa Indonesia sebagai Negara besar membutuhkan
pemimpin - pemimpin bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme)
Presiden untuk mewujudkan program Sapu Bersih Pungutan Liar
langkah awal yang dilakukan adalah menggandeng Institusi Kepolisian.
Karena Kepolisian adalah kerap menjadi perhatian masyarakat dari
waktu ke waktu, dari tindak pungutan liar dilakukan oleh oknum
Kepolisian. Padahal Kepolisian telah memiliki doktrin dan memegang
teguh sapta marga prajurit, seyogyanya memahami doktrin Tribrata,
salah satunya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan kepolisian kepada masyarakat sebagai bagian fungsi
pelayanan masyarakat, baik pelayanan pisik maupun administrasi.
Pelayanan pisik seperti keamanan yang menyangkut orang dan barang,
sedangkan dipelayanan administrasi yaitu yang berkaitan dengan surat
keterangan atau dokumen dokumen kendaraan bermotor dan
berkendaraan roda dua dan lebih.
Adapun cara yang dilakukan oleh kepolisian, yaitu dengan
memainkan rantai birokrasi yang panjang dengan waktu yang relative
lama, kenyataan inipula yang dapat muncul terjadinya transaksional
antara pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan yang
menginginkan proses lebih cepat. Karena itu jajaran kepolisian melalui
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), telah menerima dan
untuk menjalankan Keppres Saber Pungli, turut membantu presiden
untuk mewujudkan jalannya pemerintahan yang bersih (good
governance). Maka hanya pemerintahan yang bersih tujuan
pembangunan nasional akan tercapai dalam sebuah Negara yang
memiliki kewibawaan.
Disisi lain untuk tercapainya tujuan pelaksanaan Keppres
tersebut, dilingkungan wilayah hukum Kepolisian Daerah Jakarta Raya
(Polda Metro Jakarta). Kepres Saber Pungli inipun lebih awal
disosialisasikan internal Kepolisian secara luas oleh Humas Polda Metro
Jakarta, Sosialisasi didefinisikan sebagai suatu proses dimana anggota
masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat di mana dia menjadi anggota Soekanto (2009:59),
sedangkan sosialisasi untuk lingkungan eksternal Kepolisian dilakukan
bekerjasama dengan media massa. Media massa menurut Nurudin
(2011:9) adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan
heterogen. Sedangkan pengertian Humas (public relations) menurut
Grunig & Hunt dalam Kriyantono (2008:6) adalah manajemen
komunikasi antara organisasi dengan publiknya.
Adapun sosialisasi yang dilakukan Humas Markas Besar
Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai upaya pelaksanaan
operasionalisasi Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) di
lingkungan Kepolisian dengan projek pilot yaitu Kepolisian Daerah
Jakarta Raya (Polda Metro Jakarta), Langkah ini dilakukan sebagai
upaya pencegahan tindakan pungutan liar (Pungli) dilingkungan internal
kepolisian, dan dilakukan dengan memanfaatan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yaitu dengan memanfaatkan aplikasi berbasis
Android.
Aplikasi berbasis android inilah yang digunakan sebagai Sistem
Aplikasi Informasi Aplikasi Polda Metro Jakarta (SIAP PMJ). Melalui
sistem ini masyarakat dapat membuat pelaporan langsung ke Bagian
Operasi Propam. Dengan disertai barang bukti disampaikan langsung
bagian tindakan hukum apartur kepolisian (Propam) di Polda Metro
Jakarta
Program ini sejak awal diberlakukan, hingga kini terus di
sosialisasikan oleh Humas dan di dukung oleh Propam (bagian operasi
penindakan) Polda Metro Jakarta. Sosialisasi ini dilakukan di 5 (lima)
wilayah hukum Polda Metro Jakarta yaitu Polisi Resort (Polres) Jakarta
Pusat, Jakarta Selatan. Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Kota
Kepulauan Seribu.
Kepada masyarakat yang merasa di dirugikan baik secara
material maupun finsial oleh oknum aparatur kepolisian, dihimbau untuk
segera melaporkan tindakan pungutan liar (pungli) disertai kesaksian dan
barang bukti, karena tindakan ini telah menjadi tujuan untuk memperkaya
diri, tetapi telah merusak citra institusi kepolisian, karena perilaku itu
bisa dilakukan secara sadar oleh oknum polisi yang melakukan pungutan
liar. Dari data yang diperoleh peneliti berdasarkan data humas polisi
daerah metro Jakarta raya sebagai berikut :
1. Pengaduan masyarakat ditahun 2016 : 1.441 kasus dan ditahun 2017
: 1.239 kasus dan trend ( -14,02% )
a. Bid propam ditahun 2016: 677 kasus dan ditahun 2017 :708 kasus
dan trend ( + 4,58%)
b. Itwasda ditahun 2016 : 700 kasus dan ditahun 2017 : 531 kasus
dan trend ( -24,14% )
2. Garplin, kepp dan tindak pidana ditahun 2016 : 955 orang dan ditahun
2017 : 517 orang dan trend ( -48,04% )
a. Pelanggaran disiplin ditahun 2016 : 706 orang dan ditahun 2017 :
244 orang dan trend ( -65,43% )
b. Kode etik profesi polri ditahun 2016 : 263 orang dan ditahun 2017 :
230 orang dan trend ( -12,54% )
c. Tindak pidana ditahun 2016 : 26 orang dan ditahun 2017 : 43 orang
dan trend ( +65,38% )
3. Keputusan hukuman ditahun 2016 : 463 orang dan ditahun 2017 : 325
orang dan trend ( -29,80% )
a. PTDH ditahun 2016 : 36 orang dan ditahun 2017 : 43 orang dan
trend ( +19,44% )
b. Teguran ditahun 2016 : 72 orang dan ditahun 2017 : 45 orang dan
trend ( -37,5% )
c. Tunda UKP ditahun 2016 : 56 orang dan ditahun 2017 : 55 orang
dan trend ( -1,78% )
d. Penahanan ditahun 2016 : 164 orang dan ditahun 2017 : 72 orang
dan trend ( -56,09% )
e. Mutasi ditahun 2016 : 84 orang dan ditahunn 2017 : 25 orang dan
trend -70,23% )
f. Minta maaf ditahun 2016 : 32 orang dan ditahun 2017 : 38 orang
dan trend ( +18,75% )
g. Tunda pendidikan ditahun 2016 : 19 orang dan ditahun 2017 : 47
orang dan trend ( +147,36% )
4. Rehabilitas ditahun 2016 : 39 orang dan ditahun 2017 : 92 orang dan
trend ( +135,8% )
a. Surat keterangan tidak terbukti ( SKTT ) ditahun 2016 : 10 orang
dan ditahun 2017 : 82 orang dan trend ( +720% )
b. Surat keterangan tidak bersalah ( SKTB ) ditahun 2016 : 29 orang
dan ditahun 2017 : 10 orang dan trend ( -65,52% )
Sekalipun Keppres Saber Pungli ini telah didiskusikan dan
dibicaran di forum kepolisian hingga di sosialisasikan dengan melibatkan
media massa publik, pada kenyataan ini tidak menyurutkan oknum
polisi melakukan pemerasan (meminta secara paksa sejumlah uang
kepada warga masyarakat yang tersangkut masalah hukum) dan
terjaring operasi tangkap tangan (OTT) peristiwa ini peneliti kutip di dari
pernyataan Kabag Humas Polda Metro Jakarta Kombes Awi Setiawan
bahwa aparat penegak hukum kepolisian di Jakarta Barat peristiwa
inipun telah dipublikasikan di media massa.(Sumber : Humas Polda
Metro Jakarta 2016).
Ironis Keppres ini pertama kali di berlakukan, Presiden bersama
institusi Kepolisian (Kapolri), Kejaksaan Agung (Jaksa Muda Pidum) dan
Kementerian Hukum dan Ham, pertama kali menerapkan kebijakan
―Saber Pungli‖ ketika Operasi Mendadak (Sidak) telah terjadi operasi
tangkap tangan (OTT) terhadap Dirjen Perhubungan Darat (Hubdar)
Kementerian Perhubungan di lapangan.
Kenyataan ini menunjukan bahwa jajaran Polri belum
mencerminkan aparatur penegak hokum yang perhatian terhadap
pemberantasan pungutan liar (Pungli), padahal tugas uatama Polri
adalah menindak tindak kejahatan pungli. Untuk itulah Presiden Joko
Widodo berpesan kepada setiap unsur pimpinan hendaknya memiliki
integritas, memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai
negarawan.
Polri Sebagai aparatur penegak hukum memilki tanggungjawab
sosial secara moral didalam melakukan tugas dan fungsinya, maka
semestinya mampu memberikan keteladanan, selain memiliki reputasi
yang baik, menunjukkan kinerja yang diakui publik. Oleh sebab itu pula,
jauh sebelum diterbitkannya Keppres Saber Publi, pemerintah telah pula
mengeluarkan Undang Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UUKIP) di era pemerintahan presiden SBY. UU ini
sebagai produk hukum yang mengusung prinsip transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahan sebagai pelayanan masyarakat. UU ini
diberlakukan untuk seluruh badan publik sehingga menjadi lebih
transparansi, bertanggung-jawab di dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Penilaian dan sorotan tajam terhadap pelaksanaan tugas Polri
terus dilakukan masyarakat, seiring dengan diberlakukannya UU KIP,
terhadap institusi kepolisian tidak saja dilakukan oleh media massa tetapi
juga pengawasan melalui media sosial sebagai kepanjangan tangan
masyarakat. Karena oknum personel polisi, memungkinkan
penyalahgunaan wewenang dan jabatan, sehingga mengarah kepada
tindak korupsi, tindak kekerasan dan pidana serta pelanggaran terhadap
hak asasi manusia,semua ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada polisi.
Keberadaan media masa, baik media cetak, elektronik, maupun
media online sebagai penyaji informasi super cepat kepada masyarakat
sekaligus keikutsertaannya dalam pembentukan opini publik yang tentu
memegang peran dalam langkah membangun pencitraan Polri. Untuk
mewujudkan dan merealisasikan Polri yang bersih dari pungli, maka
setiap jajaran Polri mulai dari Markas Besar, Polda, Polres hingga Polsek
untuk melaksanakan Keppres Saber Pungli. Dan yang mejadi pilot projek
dalam penerapan dan melaksanakan Keppres tersebut adalah institusi
kepolisian.
Sehubungan dengan pelaksanaan Kebijakan Keppres Saber
Pungli tersebut, peneliti sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan
Masyarakat (Humas) pada Fakultas Ilmu Komunikasi, tertarik untuk
melakukan kajian penelitian tentang aktivitas Humas Polda Metro Jaya.
dalam ―Sosialisasi Keppres Saber Pungli‖, di lingkungan Polisi Daerah
Jakarta Raya. (Polda Metro Jakarta Raya). Sebagai salah satu tugas
akhir yaitu dengan membuat karya ilmiah ―Skripsi‖.
Upaya Humas Polda Metro Jaya, perlu bekerja secara terus
menerus untuk mencari dan memberi informasi kepada masyarakat,
supaya Polda Metro Jaya sebagai intitusi kepolisian mendapatkan
kepercayaan masyarakat dan tetap berjalan dengan terhormat. Tugas
tugas Kehumasan Polda Metro Jaya memegang peran yang sangat
penting sebagai saluran informsi antara institusi kepolisian dengan
publiknya.
Sebagai bahan telaahan peneliti mengamati Hubungan Tata Cara
Kerja (HTCK) dilingkungan Polri sesuai Keputusan Ka Polri No.
Kep/425/VII/ 2010. Humas Polda Metro Jaya ini merupakan unsur
pengawasan, dan pembantu Pimpinan yang berada dibawah Kapolda
yang dipimpian oleh Kabid Humas dan bertanggungjawab kepada
Kapolda, sedang pelaksanaan tugas sehari hari berada dibawah kendali
Wakapolda.
Kegiatan lain Humas Polda Metro Jaya dalam memberikan
Informasi kepada masyarakat melalui media massa berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsi kepolisian, sehingga masyarakat memperoleh
informasi yang utuh. Untuk mewujudkan semua itu diperlukan
pendekatan seperti hubungan formal maupun informal sebagi upaya
membina hubungan baik dan harmonis antara Polda Metro Jaya dan
Pers. melalui pendekatan formal dan informal tersebut diharapkan pers
dapat memberi dampak positif kepada institusi kepolisian untuk
mendapatkan citra image positif.
Selain itu media massa publik dapat digunakan untuk
menyosialisasikan Saber Pungli (Sapu Bersih Punggutan Liar) Humas
perlu melakukan pendekatan pendekatan yang bersifat formal maupun
informal kepada media massa, sehingga dapat diinformasikan secara
luas. Melalui kerjasama dan saling pengertian dengan media massa
dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Institusi Polri, maka
perlu dilakukan komunikasi dua arah dan timbal balik antara Humas
dengan media massa karena secara langsung maupun tidak langsung
media massa telah membantu kegiatan Humas Polda Metro Jaya.
Mengingat Humas Polda Metro Jaya memilki banyak kegiatan
internal sebagai bagian dari pelaksanaan program kerja baik untuk
jangka panjang maupun jangka pendek yang bersifat crash program.
Salah satu kegiatan yang telah di lounching sebagai program kerja 100
hari Kapolda Tahun 2015, sebagaimana tercantum dalam Surat Perintah
Kapolda Metro Jaya No. Sprint/760/V/2015 tertanggal 15 Mei 2015.
Tentang penanggungjawab Tim Satuan Tugas Pelaksana Sistim
Informasi Aplikasi Pelaporan – Polda Metro Jaya (Saber Pungli).
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti ketika melakukan
wawancara dengan Kepala Bagian Humas Polda Metro Jakarta Raya
Kombes Awi Setyono mengatakan bahwa :
“Pembuatan program Saber Pungli yang berbasis android ini, sesuai program prioritas Kapolri. point kedua yakni peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi masyarakat dengan berbasis teknologi informasi. Program ini kini di padukan dengan program pencegahan tindak pungutan liar yang berlaku di lingkungan Kepolisian Polda Metro Jaya.”
Program ini sebagai tindak pencegahan bagi anggota Polri
terhadap perilaku dan tindak pungutan liar (Pungli), dilingkungan Polri,
dan apabila terjadi, maka masyarakat bisa langsung memberikan laporan
atas tindak pemerasan atau gratifikasi tersebut, karena penyalahgunaan
jabatan dan kewenangan dalam pelayanan publik yang diberikan
dilingkungan kepolisian.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian diatas, maka
peneliti memfokuskan penelitian pada kajian program kerja Humas Polda
Metro Jakarta Raya khususnya dalam menyosialisasikan Keppres No 87
Tahun 2016 tentang Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Periode
Tahun 2016-2017.
1. 3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas,
masalah dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut
:Bagaimana Strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam
Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-
2017?
1. 4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini, bertujuan :
1. Untuk mengetahui strategi Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya
dalam Mensosialisasikan Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun
2016-2017?
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan Strategi
Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan
Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017?
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan Strategi
Humas Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam Mensosialisasikan
Sapu Bersih Pungutan Liar periode Tahun 2016-2017?
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penulisan penelitian ini, mengandung 2
(dua) makna yaitu secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoretis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
mahasiswa, khususnya dilingkungan Fakultas Ilmu Komunikasi
dengan bidang studi Hubungan Masyarakat tentang Peran Hubungan
Masyarakat dan sosialisasi. Diharapkan mahasiswa, memiliki
kesadaran bahwa konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan
memiliki nilai keilmuan yang mampu menuntun kehidupan akademik
kearah pendidikan yang benar dan lebih baik.
2. Kegunaan Praktis:
Maka kegunaan penelitian ini, adalah untuk memberikan
informasi baru kepada masyarakat luas tentang peran Hubungan
Masyarakat Polisi Daerah Metro Jakarta Raya dalam
menyosialisasikan kebijakan untuk membangun kesadaran personil
dijajaran kepolisian khususnya di Polisi Daerah Metro Jakarta Raya
dan umumnya kelompok dalam masyarakat, ikut berpartisipasi
mendukung kebijakan pemerintah untuk menyosialisasikan Saber
Pungli secara berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka – Penelitian Sejenis Terdahulu
Penelitian 1
Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra
Perpajakan ; Zakki Mubarok - Nim. 06730029 , (2011) Strategi Public
Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan. Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini berawal dari terbongkarnya makelar kasus yang
terjadi pada Direktorat Jenderal pajak mulai maret 2010 lalu, salah satu
oknum yang mengatasnamakan salah seorang perpajakan telah
mengelapkan uang pajak bernilai miliaran rupiah, akibat timbulnya kasus
ini Direktorat Jenderal Pajak mengalami degradasi citra dan kepercayaan
pada masyarakat, padahal sebelum kasus ini terjadi Direktorat Jenderal
Pajak telah memberikan suatu himbauan yang menarik dengan quot;hari
gini belum bayar pajak, apa kata dunia? quot;. Dari permasalahan
tersebut membuat penulis tertarik bagaimana upaya pemulihan citra
perpajakan pasca terkuaknya makelar kasus yang terjadi di instansi
perpajakan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif qualitatif, subyek
yang diteliti adalah dari Seksi Pelayanan, Penyuluhan, dan Humas
Direktorat Jenderal Pajak Kantor wilayah Sleman DI. Yogyakarta,
paradigm penelitian : konstruktivis, sedangkan obyek yang akan dikaji
adalah bagaimana upaya yang dilakukan untuk memulihkan citra
perpajakan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan tiga aspek
yakni; Dokumentasi, interview dan observasi.
Direktorat Jenderal Pajak kantor wilayah sleman DI. Yogyakarta
adalah yang terbesar dari kantor pelayanan pajak yang ada di DI.
Yogyakarta, yang mana Direktorat Jenderal Pajak ini menaungi
beberapa KPP di wilayah Yogyakarta lainnya seperti Bantul, Kota
Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Sleman. Dalam kasus ini
Bidang Pelayanan, Penyuluhan dan Humas menjadi ujung tombak untuk
mengajak masyarakat agar membayar pajak nya. Oleh karena itu perlu
adanya upaya untuk menumbuhkan rasa sadar masyarakat tentang
perpajakan, hal yang telah dilakukan oleh instansi ini adalah dengan
menerapkan beberapa strategi seperti Tax Goes To School, Olimpiade
Perpajakan, serta penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan untuk
mengajak masyarakat memenuhi kewajiban membayar pajak demi
pembangunan negara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Strategi
generik untuk mengatasi krisis pencitraan. Strategi yang telah digunakan
yaitu mengatasi krisis adalah dengan menggunakan strategi adaptif
dimana dalam strategi ini harus dilaksanakan untuk menjawab semua
permasalahan yang terjadi.Strategi dan program-program yang dilakuan
oleh Seksi Pelayanan, penyuluhan dan Humas pada direktorat Jenderal
Pajak Kantor Wilayah DI.Yogyakarta yang berfokus pada pengenalan,
sosialisasi dan persuasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perpajakan demi pembangunan negara. Program-program yang
dijalankan dalam rangka kampanye tersebut diimplementasikan dalam
dua kategori yang pertama program internal dan eksternal, yakni; In
House Training, Training On Trainer, Aksi Simpatik Kampanye,
Mengadakan Kegiatan Syawalan berupa kethoprak, Membuat Kompetisi
Perpajakan (Olimpiade Perpajakan) antar SMA, Kampanye quot;Tax
Goes To School quot;, Mendirikan Pojok Pajak, Melakukan Kerjasama
Dengan Radio quot;MQ FM quot;, Kegiatan Pendonoran Darah, Hari
Raya Qurban bersama Masyarakat, Ramadhan Orang Kantoran, dan
Aksi Sosial Peduli Merapi div
Penelitian 2
Strategi Humas pemerintah kota Bandung, dalam
mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori, Nailah Hanany,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Program Studi Hubungan Masyarakat
Universitas Islam Sunan Gunungjati.
Penelitian ini mengangkat sebuah program gebrakan Pemerintah
Kota Bandung di tahun 2013, yang menangani sebuah permasalahan
lingkungan dengan membuat lubang resapan biopori. Program yang
melibatkan seluruh masyarakat Kota Bandung ini dinamakan program
Gerakan Sejuta Biopori. Suksesnya gerakan ini ditentukan oleh
partisipasi masyarakat, oleh karena itu Pemerintah Kota Bandung
membutuhkan dukungan seluruh elemen masyarakat. Kegiatan-kegiatan
sosialisasi pengenalan harus dilakukan oleh pemerintah.
Pemerintah harus melakukan sebuah langkah agar penyebaran
informasi dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Berdasarkan
pengetahuan peneliti di lapangan, yang melaksanakan kegiatan publikasi
dan sosialisasi adalah humas. Oleh karena itu humas selaku agent of
communications yang bertindak sebagai penyalur informasi pemerintah
dan masyarakat, menentukan langkah-langkah strategis untuk
menyosialisasikan program Gerakan Sejuta Biopori. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi humas dalam
menyosialisasikan Gerakan Sejuta Biopori kepada masyarakat Bandung
melalui facebook sebagai media komunikasi.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivism dengan
metode kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi partisipan, studi dokumentasi, dan internet
browshing. Melalui teknik analisis data deskriptif kualitatif
menggambarkan uraian-uraian berdasarkan data Program Gerakan
Sejuta Biopori.Subyek penelitian ini yaitu Humas Diskominfo Pemerintah
Kota Bandung.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh
sudah cukup baik, artinya, pesan mengenai Gerakan Sejuta Biopori
dapat diterima oleh masyarakat. Jika ditinjau dari segi komunikasi,
evaluasi humas adalah apresiasi dan respons masyarakat melalui
postingan foto kegiatan membuat lubang biopori yang di upload ke
Fanpage Ridwan Kamil Untuk Bandung sebagai media sosialisasi yang
dipilih oleh Humas Pemerintah Kota Bandung. Peneliti menyarankan
agar humas lebih meningkatan kualitas SDM terutama mengenai
praktek-praktek humas pemerintahan yang ideal sehingga suatu saat
humas dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi
pemerintah.
Sebagai pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan
hubungan masyarakat pada khususnya, Humas Pemerintah Kota
Bandung lebih memperdalam pemahaman tidak hanya sebatas teori
tetapi juga praktek. Oleh karena situasi yang dihadapi dilapangan akan
sangat berbeda dengan teori-teori yang sudah dipelajari, hal tersebut
juga ditujukan pada para akademis lainnya.
Tabel 2.1,1
Matrik perbandingan penelitian
No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti
1. Judul Penelitian Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan
Strategi Humas pemerintah kota Bandung, dalam mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori,
Strategi Humas dalam menyosialisasikan Sapu bersih pungli
2. Tahun Tahun 2011 Tahun 2013 Tahun 2017
3. Peneliti Zakki Mubarok Nailah Hanany, M.Arief Fadilah
4. Lembaga UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta
Universitas Islam Sunan Gunungjati
Fikom UPDM(B) Jakarta
5. Tujuan Penelitian Upaya pemulihan citra perpajakan pasca terkuaknya makelar kasus yang terjadi di instansi perpajakan.
Penelitian ini mengangkat sebuah program gebrakan Pemerintah Kota Bandung di tahun 2013, yang menangani sebuah permasalahan lingkungan dengan membuat lubang resapan biopori
Untuk mengetahui Strategi Humas dalam menyosiali-sasikan sosialisasi Saber pungli
6. Teori yang digunakan
Social Interaction, Interpersonal Relations
Publikasi dan sosialisasi Teori Strategi publik relationsatau yang lebih dikenal dengan bauran Public Relations dan sosialisasi
No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti
7. Metode Penelitian Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif
Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif
Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif
8. Paradigm Penelitian Paradigma penelitian : konstruktivisme
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme
Paradigma penelitian kontrutivisme
9 Hasil Penelitian Hasil penelitian, Humas menjadi ujung tombak untuk mengajak masyarakat agar membayar pajak nya. Oleh karena itu perlu adanya. upaya untuk menumbuhkan rasa sadar masyarakat tentang perpajakan, hal yang telah dilakukan oleh instansi ini adalah dengan menerapkan beberapa strategi seperti Tax Goes To School, Olimpiade Perpajakan, serta penyu-luhan - penyuluhan
Hasil penelitian, pesan mengenai Gerakan Sejuta Biopori dapat diterima oleh masyarakat. Jika ditinjau dari segi komunikasi. apresiasi dan respons masyarakat melalui postingan foto kegiatan membuat lubang biopori yang di upload ke Fanpage Ridwan Kamil Untuk Bandung sebagai media sosialisasi yang dipilih oleh Humas Pemerintah Kota Bandung.
No Sistematika Skripsi I Skripsi II Skripsi Peneliti
yang dilakukan untuk mengajak masyarakat memenuhi kewajiban membayar pajak demi pembangunan negara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Strategi generik untuk mengatasi krisis pencitraan.
Peneliti menyarankan agar humas lebih meningkatan kualitas SDM terutama mengenai praktek-praktek humas pemerintahan yang ideal sehingga suatu saat humas dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi pemerintah.
10. Persamaan dan perbedaan
Sama sama menggunakan penelitian kualitatif; paradigm konstruktivisme; dengan metode deskriptif kualitatif; teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi/.
Sedang perbedaannya ketiga penelitian meneliti, subjek dan objek,lokus, tempat, dan waktu penelitianyang berbeda.
Persamaan dan perbedaan
2.2. Komunikasi
Istilah komunikasi telah banyak didefinisikan oleh pakar, akademisi,
dan praktisi. Setiap ahli memasukkan aspek-aspek terpenting dalam setiap
definisinya. Adanya beragam definisi komunikasi membuat penulis dapat
mengetahui lebih mendalam mengenai hakikat komunikasi, unsur, dan
prosesnya.
2.2.1 Hakekat Komunikasi
Menurut Effendy (2009:9) istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna. Kesimpulannya adalah jika dua orang
terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai pesan yang dipercakapkan diantara komonikator dan
komunikan.
Pengertian Komunikasi, menurut Benard Berelson dan Garry A.
Stainer dalam bukunya, Human Behavior yang dikutip dalam buku
Kampanye Public Relations (Ruslan, 2005: 17) mendenifisikan
komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan,
dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata,
gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses
penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.
Dari kedua definisi yang telah di kemukakan oleh dua pendapat
pakar, diatas, peneliti dapat simpulkan bahwa komunikasi adalah sebagai
suatu proses penyampaian pesan dapat berupa lambang, kata, gambar
dari komunikator kepada komunikan atau komunikasi adalah proses
dalam bentuk interaksi antar manusia bertujuan untuk menyamakan
makna atau persepsi dan menimbulkan efek tertentu.
2.2.2 Komponen Komunikasi
Pakar komunikasi Harold D. Lasswell sebagaimana definisinya
dikutip Wiryanto (2004;17) ― Cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? Atau
Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana?‖
Berdasarkan definisi Lasswell diatas dapat dijelaskan mengenai 5
unsur yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Who Says (Sumber atau Komunikator) Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.
b. What (Pesan) Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.
c. In Which Channel (Media atau Saluran) Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
d. To Whom (Penerima atau khalayak) Penerima atau khalayak adalah orang yang menerima pesan dari sumber.
e. With What Effect (Efek)
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan dan perubahan perilaku.
Walaupun beberapa ahli mendefinisikan arti komunikasi dengan
berbeda-beda, merujuk dari apa yang dikatakan oleh para ahli penulis
menyimpulkan secara garis besar definisi komunikasi adalah sebuah
proses penyampaian pesan atau informasi dari sumber kepada penerima
dapat dilakukan secara langsung secara bertatap muka tetapi juga dapat
dilakukan melalui media tertentu agar pesan tersampaikan, sehingga
mendapatkan efek tertentu.
Pendapat yang sama dikemukakan Arni Muhammad (2005:17)
dalam buku ―Komunikasi Organisasi‖ menjelaskan proses komunikasi
mempunyai 5 (lima) komponen dasar yaitu :
a. Pengirim Pesan
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim
pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari
otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu sebelum mengirim
pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan
dikirimkannya.
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si
penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun
nonverbal.Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti
buku, majalah, dan memo, sedangkan pesan yang secara lisan
dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui
telepon, dan sebagainya.Pesan nonverbal dapat berupa
isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
c. Saluran
Saluran atau biasa yang disebut channel adalah jalan yang
dilalui pesan dari si pengirim ke si penerima. Saluran dalam
komunikasi biasanya adalah gelombang cahaya dan suara
yang dapat kita lihat dan dengar, tetapi juga dapat melalui
media atau alat-alat lain, seperti buku, radio, alat indera.
d. Penerima Pesan
Penerima pesan adalah individu atau orang yang menganalisis
dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
e. Balikan atau Efek
Balikan atau efek adalah respon terhadap pesan yang diterima.
Jadi, bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim
diinterpertasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi
tersebut efektif.
Walaupun beberapa pakar komunikasi memberikan pengertian arti
komunikasi secara berbeda-beda, tetapi merujuk dari yang dikemukakan
para ahli peneliti menyimpulkan secara garis besar definisi komunikasi
adalah sebuah proses penyampaian pesan atau informasi dari sumber
kepada penerima dapat dilakukan secara langsung secara bertatap muka
tetapi juga dapat dilakukan melalui media tertentu agar pesan
tersampaikan, sehingga mendapatkan efek tertentu. Sebagaimana model
komunikasi yang kemukakan Harold Lasswell, dapat diaplikasikan
kedalam komunikasi sosialisasi yaitu dengan menjawab lima pertanyaan
yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi,
yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium (dalam
media apa), to whom (kepada siapa), dan what effect (apa efeknya).
2.2.3 Konsep Dasar Komunikasi
Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K.
Sereno dan Edward M. Bodaken dalam Mulyana (2008: 67),
menyebutkan, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman komunikasi,
yaitu:
a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang/ lembaga kepada seseorang/ kelompok lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman komunikasi sebagai suatu proses satu arah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai ―definisi berorientasi sumber‖ (source-oriented definition).
b. Komunikasi sebagai interaksi Komunikasi dipahami sebagai proses aksi-reaksi, sebab-akibat, yang arahnya bergantian. Komunikasi interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Unsur penting dalam komunikasi interaksi adalah feedback (umpan balik).
c. Komunikasi sebagai transaksi Komunikasi dipahami sebagai kegiatan menafsirkan perilaku orang lain. Ada proses encoding dan decoding pesan verbal maupun nonverbal. Semakin banyak peserta komunikasi maka transaksi yang terjadi akan semakin rumit. Kelebihan konsep ini adalah komunikasi dipahami sebagai konsep yang tidak membatasi pada komunikasi yang disengaja saja. Pemahaman ini mirip dengan ―definisi berorientasi penerima‖ (receiver-oriented definition), yaitu menekankan pada variabel-variabel yang berbeda yaitu penerima dan makna pesan bagi penerima. Penerimaan pesan disini bersifat dua arah.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanan sosialisasi Humas Polda MetroJaya dapat melakukan
komunikasi baik secar linier, dilakukan secara interaktif dan dapat pula
dilakukan sebagai trnsaksi komunkasi.karena itu kebrhasilan sosialisasi
sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola model komunikasi yang
dapat digunakan untuk sosialisasi.
2.3. Public Relations
2.3.1 Hakekat Public Relations
Pada setiap kesempatan setiap orang menginginkan memiliki
hubungan komunikasi dapat terjalin baik dan berlangsung lama. Untuk itu
antara komunikator dan komunikasn perlu membina hubungan
komunikasi dengan baik, karena diantara keduanya akan saling
mempengaruhi, sehingga tumbuh saling pengertian dan hal tersebut
sudah termasuk dalam kegiatan komunikasi public relation.
Pengertian Public Relations menurut Rex F. Harlow dalam (Nova,
2009:35) sebagai berikut :
―Fungsi manajemen yang khas yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi dan merespon pendapat umum, mendeifinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset serta komunikasi yang logis dan etis sebagai sarana utamanya.‖ Pendapat lain pengertian Public Relations dikemukakan Scott M,
Cutlip, Alen H. Center dan Glen M. Broom dalam Ardianto (2009 : 8),
bahwa ―Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-
sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan
melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan
pengakuan publik‖
Sedangkan Denny Griswold dalam Danandjaya, (2011:16), bahwa
―Public Relations adalah suatu fungsi manajemen yang menilai sikap
publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari seorang individu
atau sebuah lembaga atas dasar kepentingan publik, merencanakan, dan
menjalankan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan dapat
diterima dengan baik oleh publik‖
Dari ketiga pendapat yang dikemukakan pakar public relations
diatas dapat peneliti simpulkan bahwa Public Relations adalah suatu
kegiatan komunikasi yang mampu menunjang kegiatan manejemen dan
bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara organisasi dengan publik
dan organisasi lainnya. Public Relations membutuhkan perencanaan
yang matang dalam membuat dan menyusun program sebagai kegiatan
internal maupun eksternal public relations yang dilakukan secara
berkelanjutan dan menggunakan strategi untuk membina hubungan yang
baik antara organisasi dengan publik.
2.3.2 Peran Public Relations
Menurut Rosady Ruslan (2011 : 10), peran Public Relations pada
intinya memiliki peran yang berbeda seperti:
a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Dari uraian tersebut dijelaskan Public Relations berperan sebagai perwakilan perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan publik internal dan eksternal.
b. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
Dalam hal ini Public Relations berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik dengan publik.
c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. Public Relations memiliki peranan sebagai pendukung organisasi yang selalu sigap dalam menjalankan tugas dari atasan/ perusahaan.
d. Membentuk corporate image, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dalam hal ini Public Relations berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan dimata publik.
Peran Public Relations dikemukakan Danandjaja (2011 : 65),
dalam organisasi memiliki berbagai kegiatan seperti :
a. Mempersiapkan temu pers. Public Relations bertugas mengatur dan mempersiapkan jadwal bertemu dengan awak media.
b. Menerbitkan laporan tahunan. Public Relations bertugas menerbitkan laporan tahunan anggaran yang terpakai.
c. Mempersiapkan wawancara pers. Public Relations bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam wawancara pers.
d. Menyusun dan merancang naskah pidato untuk pimpinan. Public Relations bertugas membuat naskah pidato yang sesuai dengan tema acara yang akan dipidatokan oleh atasan/ pimpinan.
e. Mempersiapkan presentasi bagi pimpinan puncak. Public Relations bertugas mempersiapkan keperluan presentasi seperti slide power point dan menyusun dengan baik kata-kata dalam slide.
f. Menerbitkan brosur atau company profile. Public Relations bertugas membagikan brosur ke sales dan kebagian House Keeping untuk dibagikan ke kamar-kamar tamu.
g. Mempersiapkan jamuan makan malam (charity dinner). Public Relations juga bertugas menyiapkan pemilihan menu yang akan disediakan dalam jamuan makan malam.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pakar diatas, maka
peneliti dapat simpulkan bahwa peran public relations dapat bertindak
sebagai komunikator mewakili organisasi, sebagai penghubung antara
perusahaan dengan publik melalui pendekatan komunikasi persuasive,
selain itu Public Relations merupakan alat organisasi berfungsi untuk
menyampaikan pesan untuk merubah perilaku dan persepsi publik, sesuai
tujuan manajemen melalui perencanaan untuk suatu kegiatan yang saing
menguntungkan keduabelah pihak.
2.3.3 Fungsi Public Relations
Pada bagian ini, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai
fungsi Public Relations (Hubungan Masyarakat) yang berguna bagi
penelitian ini, berikut pendapat para ahli mengenai fungsi Public Relations
(Humas).
Fungsi pokok Humas di dalam instansi pemerintah (Rosady
Ruslan, 2011:110) pada dasarnya sebagai berikut :
a. Program pembangunan, baik secara nasional maupun daerah
kepada masyarakat.
b. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam
upaya menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu
pihak dan menampung aspirasi atau opini publik (masyarakat),
serta memperhatikan keinginan-keinginan masyarakat dilain
pihak.
c. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang
kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan
program pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Sedangkan menurut Edward L. Bernay dalam bukunya Public
Relations (1952, University of Oklahoma Press) selanjutnya dikutip
Rusalan (2010:18) dalam bukunya dengan judul, Manajemen Public
Relations dan Media Komunikasi, ada 3 fungsi utama Humas, yaitu
meliputi :
a. Memberikan penerangan kepada masyarakat.
b. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan
masyarakat secara langsung.
c. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu
badan/lembaga sesuai dengan skap danperbuatan masyarakat
atau sebaliknya.
Berdasarkan pendapat pakar Public Relations (Humas) diatas,
fungsi pokok Humas dalam kegiatan pemerintahan adalah sebagai upaya
pelaksanaan program pemerinyah, sebagai komunikator dalam
penaympaian pesan dan informasi, menciptakan iklim yang kondusif,
melakukan komunikasi persuasive menilai perilaku publik dan berupya
untuk mengintegrasikan siakap suatu badan sesuai dengan sikap dan
keinginan publik.
2.3.4 Ruang Lingkup Humas
Humas dalam menjalankan tugas dan fungsinya mempunya ruang
lingkup, dimana ruang lingkup tersebut menjadi acuan penting dalam
setiap kegiatan humas. Dalam buku Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat (Widjaja, 2010:57) dikatakan bahwa ruang lingkup humas
meliputi antara lain :
a. Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan dan pengumpulan data mempunyai tugas
mengumpulkan dan mengolah data untuk keperluan informasi
bagi masyarakat dan lembaga serta informasi umpan balik dari
masyarakat.
b. Penerangan
Penerangan mempunyai tugas mempersiapkan pemberian
penerangan kepada masyarakat tentang kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan lembaga melalui media massa.
c. Publikasi
Publikasi mempunyai tugas mengurus publikasi tentang
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan lembaga.
Menurut buku Public Relations (Jefkins, 2004:20-21) Ruang
lingkup pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Membina Hubungan Kedalam (Public Internal)
Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang
menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu
sendiri dan mampu mengidentifikasi atau mengenali hal - hal
yang menimbulkan gambaran negatif didalam masyarakat,
sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.
b. Membina Hubungan Keluar (Public Eksternal)
Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum
(masyarakat).Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran
yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya.
Berdasarkan uraian penjelasan ruang lingkup diatas, maka Humas
Polda Metro Jaya dalam kaitannya dengan penelitian ini telah
menjalankan tugasnya sebagai Humas Kepolisian sesuai dengan ruang
lingkup yang telah dijelaskan diatas.Humas Polda Metro Jaya melakukan
pengumpulan dan pengolahan data-data yang berkaitan dengan
sosialisasi Saber Pungli kemudian melakukan penerangan kepada
masyarakat luas dengan melakukan kegiatan-kegiatan publikasi dan juga
membina hubungan baik dengan publik internal dan juga eksternal.
2.3.5 Tugas Humas
Dalam menjalankan peranannya humas mempunyai tugas dan
kewajiban seperti yang dikatakan oleh Dimock dan Koening dalam buku
Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi (Rosady Ruslan, 2011:108)
sebagai berikut :
a. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada
masyarakat tentang pelayanan masyarakat (public services),
kebijaksanaan, serta tujuan yang akan dicapai oleh pihak
pemerintah dalam melaksanakan program kerja pembangunan
tersebut.
b. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta
mengajak masyarakat dalam partisipasinya untuk
melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang,
seperti sosial, ekonomi, hukum, politik, serta menjaga stabilitas
keamanan dan ketertiban nasional.
c. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta
pengabdian dari aparatur pemerintah bersangkutan perlu
dijaga atau dipertahankan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya masing-masing secara konsisten serta
profesional.
Sedangkan menurut John D. Millet yang dikutip dalam buku Etika
Konsepsi dan Aplikasi (Rosady Ruslan, 2011:107-108) tugas dan
kewajiban utama humas adalah sebagai berikut :
a. Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan, dan aspirasi
yang terdapat dalam masyarakat (learning about public desires
and aspiration).
b. Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam
menanggapi apa yang sebaiknya dapat dilakukan
instansi/lembaga pemerintah sepeti yang dikehendaki oleh pihak
publiknya (advising the public about what is should desire).
c. Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan
memuaskan antara publik dengan para pejabat pemerintah
(ensuring satisfictory contact between public and government
official).
d. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah
diupayakan oleh suatu lembaga/instansi pemerintah yang
bersangkutan (informing and about what agency is doing).
Tugas dan Kewajiban Humas sebagaimana telah dijelaskan diatas
dalam kaitannya dengan penelitian ini maka salah satu tugas Humas
adalah memberikan penerangan kepada publik secara terbuka dan jujur,
baik internal maupun eksternal melalui berbagai model komunikasi seperti
sosialisasi, kampanye selain itu tugas Humas adalah memberikan
nasehat atau saran kepada pimpinanan tentang kebijakan yang akan
diterapkan kepada publik internal /eksternal memperhatikan sikap dan
keinginan serta mengajak partisipasi masyarakat dalam menunjang
program yang sedang dijalankan.
2.3.7 Tujuan Public Relations
Pada bagian ini, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai
tujuan Public Relations yang berguna bagi penelitian. Berikut pendapat
para ahli mengenai tujuan Public Relations.
Menurut Rosady Ruslan (2006: 246), tujuan Public Relations
adalah sebagai berikut:
a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.
b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan.
c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations.
d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.
e. Mendukung bauran pemasaran.
Pendapat lainnya dikemukakan Bertram R. Canfield dan Frazier
Moore (Danandjaja, 2011 : 44) dalam buku ―Public Relations, Principles
Cases and Problem‖, tujuan Public Relations yaitu:
a. Mengabdi kepada kepentingan publik. Public relations selalu siap mendengarkan dan melayani keinginan publik.
b. Menjaga atau memelihara komunikasi yang baik. Public Relations dapat melakukan komunikasi yang baik.
c. Menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik. Public Relations memiliki moral dan tingkah laku yang baik.
Danandjaja (2011 :22), mengemukakan bahwa Public Relations
berdasarkan kegiatannya, memiliki 2 (dua) tujuan yaitu :
a. Tujuan berdasarkan kegiatan internal, yaitu meliputi beberapa
hal, yaitu:
1) Membuat suatu penilaian terhadap sikap tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan yang sedang dijalankan.
2) Membuat analisa dan perbaikan terhadap suatu kebijaksanaan yang sedang dijalankan, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik.
3) Memberikan penerangan kepada publik karyawan mengenai suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada berbagai aktifitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik karyawan tetap mengetahuinya dengan baik.
4) Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan yang bersifat internal Public Relations dalam perusahaan tersebut.
b. Tujuan berdasarkan kegiatan eksternal, dimaksudkan untuk
mendapatkan dukungan publik. Dukungan publik memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1) Untuk memperluas pelanggan atau pemasaran. 2) Untuk mencari dan mengembangkan modal.
3) Untuk memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi atau gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas.
4) Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas, agar mendapatkan opini publik yang positif.
Dari pendapat di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa Public
Relations bertujuan mengabdi kepada kepentingan publik, menjalin
komunikasi dua arah yang baik antara organisasi dengan publik, dan
menjaga moral serta tingkah laku, membangun persepsi publik positif
terhadap organisasi. sehingga Humas dapat mewujudkan misi organisasi,
sehingga tercipta kondisi lingkungan yang kondusif.
2.3.7 Khalayak Public Relations
Dalam Public Relations dikenal adanya public internal dan public
eksternal sehingga Public Relations organisasi perlu membagi tugasnya
masing-masing seperti public relations internal berfungsi untuk
menyediakan, membina dan membangun hubungan antara organisasi
dan karyawan melalui communication internal. Sedangkan Public
Relations eksternal lebih banyak melibatkan stakeholder dalam
komunikasinya. (Laksamana, 2010: 15).
Pada dasarnya, tugas Public Relations internal dan Public
Relations eksternal mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama,
namun mempunyai segmentasi, target audiens, serta media yang
berbeda.
Pendapat lain dikemukakan Soemirat dan Ardianto (Rahadhini,
2012: 12-13) mengkasifikasikan publik dalam Public Relations menjadi
beberapa kategori yaitu:
a. Publik internal dan publik eksternal. Publik internal merupakan publik yang berkaitan langsung di dalam perusahaan seperti supervisor, karyawan, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Sedangkan publik eksternal publik yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti pers, pemerintah, pendidik/ dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok.
b. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer adalah publik yang sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting, dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting.
c. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, sedangkan mahasiswa/ pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, pejabat pemerintah (madya) adalah publik masa depan.
d. Proponent, opponent, and uncommitted. Diantara publik terdapat kelompok atau pihak yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents), dan pihak yang tidak peduli (uncommitted).
e. Silent majority dan vocal majority. Jika dilihat dari aktifitas
publik dalam mengajukan keluhan atau dukungan pada
perusahaan, dapat dibedakan antara yang vocal (menyuarakan
pendapat, namun jumlahnya tidak banyak) dan yang silent
(tidak terdengar pendapatnya, namun mayoritas).
Dari pendapat pakar diatas, maka tujuan public relations dapat
diberikan kesimpulan bahwa public relations memilki sedikitnya 2 tujuan
yaitu tujuan internal dan tujuan ekstenal, tujuan internal yaitu dengan
membangun hubungan antara manajemen dengan anggota melalui
komunikasi dua arah, sebagai upaya mewujudkan visi organisasi sedang
tujuan eksternal yaitu untuk menciptakan dukungan dan pengangakuan
publik terhadapa keberadaan organisasi. Sehingga bila terjadi sesuatu
dengan organisasi, publik akan memberikan pembelaan setidaknya dapat
mengantisipasi setiap rongrongan terhadap organisasi. dengan demikian
antara organisasi dengan publik telah menyatu, akan muncul rasa saling
memilki. selain itu public relations dapat bertindak sebagai penengah
untuk menumbuhkan saling pengertian diantara publik dan organisasi.
2.4 Teori Khusus
2.4.1 Strategi Public Relations
Sebuah strategi Public Relations adalah pendekatan menyeluruh
bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di
belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan
yang muncul dari analisis dan penelitian. (Butterick, 2012 :153)
J L Thompson dalam buku Strategi Public Relations yang
diterjemahkan Oliver (2007:2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk
mencapai sebuah hasil akhir: ―Hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan oraganisasi
dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas.Sementara itu,
strategi fungsional mendorong secara langsung strategi
kompetitif‖.(Oliver, 2007: 2)
Strategi itu harus dipahami oleh tiap-tiap bagian dari setiap divisi
dalam perusahaan, Menurut D. Ronald Smith (2005: 10-11), ada
beberapa langkah yang ditetapkan sebagai strategi Public Relations,
yaitu:
a. Formative Research Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut
Smith adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi . Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik. 1) Analyzing the situation (menganalisa situasi)
Merupakan bagian yang penting sebagai proses awal
penentuan strategi,dimana setiasp tahap ini digunakan untuk
mengumpulkan semua informasi dan sekaligus menganalisa
situasi.
2) Ananlyzing the organization (menganalisa oranisasi)
Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang tepat terhadap
tiga aspek perusahaan yaitu lingkungan internalnya
(misi,performance, dan sumber daya perusahaan), reputasi
dan lingkungan eksternalnya.
3) Ananlyzing the public (menganalisa publik)
Merupakan tahap untuk mengidentifikasikan dan
menganalisa publik yang menjadi sasaran. Hal ini akan
membuat perusahaan mampu mengatur prioritas dalam
berhubungan dengan publknya yang beragam.
b. Strategy
Strategi merupakan jantung nya perencanaan public relations maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan sasaran,memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif. 1) Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan
objektif). Tahap ini dapat membuat perusahaan
mengembangkan objektif yang jelas, spesifik dan terukur
(measurable) sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
2) Formulating action and response strategies
(memformulasikan aksi dan respon)
Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau
aksi dipadukan dengan respon yang akan diterima.
3) Using effective communication (menggunakan komunikasi
yang efektif)
Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan yang
diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber
yang akan menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi
dari pesan, bunyi dan gayannya dan lain-lain.
c. Tactics
Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki
fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik
komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi
rencana strategis yang sudah disusun.
1) Choosing communication tactics (memilih taktik
komunikasi)
Ada empat kategori dalam komunikasi, seperti : komunikasi
tatap muka, organizational media, media berita, iklan dan
media promosional dan lainnya.
2) Implementing the strategic plan (mengimplementasikan
strategi)
Di tahap ini dikembangkan budget dan jadwal yang dipersiapkan untuk mengimplementasikan program komunikasi yang ditentukan.
4. Evaluative Research Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas
berbagai taktikkomunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.Tahap ini adalah tahap akhir dimana dikembangkan metode yang spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi yang ditempuh.
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi publik relations
adalah pemikiran yang telah direncanakan oleh praktisi publik relations
untuk mewujudkan tujuan organisasi, dari kegiatan yang dilakukannya
mendapatkan apresiasi dari publik, karena kegiatan positif dan dapat
memberikan untuk organisasi dan publik.
Pendapat lain tentang strategi public relations peneliti kutip dari
Firsan Nova (2009 :41 – 43), yang dikenaldengan strategi bauran public
relations, sebagai berikut :
a. Publications Setiap fungsi dan tugas public relations adalah
menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan
perusahaan atay organisasi yang pantas untuk diketahui publik.
b. Event Mernacang sebuah event yang bertujuan untuk
memperkenalkan prodk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik.
c. News (menciptakan berita) Berupaya untuk menciptakan berita melalui press release,
news letter, bulletin, dan lain-lain. Untuk itulah seorang public relations harus mempunyai kemampuan menulis dan menciptakan publisitas.
d. Community involvement (kepedulian pada komunitas) Mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat
tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations and human relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya.
e. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra) Untuk memberikan informasi kepada publik atau menarik
perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif.
f. Lobbying and negotiation Tujuannya untuk mencapai kesepakatan (deal) atau
memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
g. Social responbility (tanggung jawab sosial) Agar dapat menunjukan bahwa perusahaan memiliki
kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik.
Peran strategis yang dimiliki Divisi Public Relations dalam
organisasi yaitu melakukan aktivitas komunikasi dengan publik, melalui
komunikasi dua arah, sehingga tercipta pemahaman dan penerimaan
publik secara positif dari kegiatan yang dilakukan organisasi.
Untuk melengkapi dan memperkuat strategi Public Relations
peneliti mengutip pendapat Dozier dan Broom, tentang peran Public
Relations dalam organisasi dibagi menjadi empat peranan, yakni :
sebagai penasihat ahli; fasilitator komunikasi; fasilitator proses pemecah
masalah; dan teknisi komunikasi. Selanjutnya Ruslan (2011:20),
menambahkan selain keempat peran tadi, Public Relations juga memiliki
peran sebagai change agent yang berfungsi sebagai agen perubah
dalam perusahaan.
Pendapat diatas sejalan dengan pemikiran Susanto, dkk (2008:
111), bahwa fungsi Public Relations sebagai peran kepemimpinan dalam
organisasi yaitu untuk mengorganisasi aktivitas employee relations
tersebut, ini artinya peran Public Relations secara tidak langsung
tanggungjawab sebagai change agent tidak hanya tugas pemimpin, tetapi
juga Public Relations. Hal ini dikarenakan Public Relations sebagai
fasilitator komunikasi, memiliki peran salah satunya sebagai fungsi
manajemen memiliki kewajiban untuk meng-komunikasikan identitas
organisasi yang baru. Selain itu, dikemukakan Susanto, dkk (2008: 111),
bahwa Public Relations berperan sebagai motivator, selain perannya
sebagai pemimpin, Public Relations juga dapat melakukan peran sebagai
role model didasarkan penuturan House (Arum, 2007:53).
Melalui penerpan atau implementasi program, maka peran Public
Relations sebagaimana dikemukakan (Daugherty,2003:24) bahwa peran
Public Relations diharapkan dapat merangsang perbaikan kerja
disesuaikan dengan visi dan misi identitas organisasi yang baru.
Program, dalam hal ini bukan semata-mata hanya mengandalkan alat
ataupun teknik komunikasi, tetapi lebih kepada aktivitas yang langsung
menyasar pada perubahan itu sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas, strategi Public Relations dapat di
simpulkan bahwa strategi Public Relations dalam operasionalisasi
berbagai aktivitas organisasi digunakan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, melalui teknik dan metode komunikasi, sehingga public
relations dapat mendukukung dengan pemilihan media ysng sesuai
dengan tujuan yang dinginkan organisasi.
2.5 Sosialisasi
Sosialisasi sebagaimana dikemukakan Narwoko (2004 :74). Bahwa
masyarakat bisa mengetahui dan menyadari norma norma dan kemudian
menerapkan tertib normative. Dalam dirinya bukan karena proses proses
yang bersifat kodrati,melainkan memerolehnya melalui suatuproses yang
disebut dengan proses belajar (learning process)atau menurut
teknissosiologi disebut dengan ―sosialisasi‖.
Djuham (2008:70) mengetakan bahwa sosialisasi adalah proses
pembimbingan individu ke dalam dunia sosial disebut Sosoalisasi.
Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang
harus dimiliki dan diikutinya agar ia menjadi anggota yang lebih baik dalam
masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat
dianggap sama dengan pendidikan. Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam
proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola
kebudayaan. Juga ketrampilan sosial seperti berbahasa, bergaul,
berpakaian dan cara makan. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam
interaksi individu dengan lingkungannya.
Sementara Ahmadi (1982:138) mengatakan Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat; Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup; Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkannya sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.
Uraian dan pengertian diatas menjelaskan bahwa proses sosialisasi
yaitu instrument bagiindividu individu dalam masyarakat belajar mengetahui
dan memahami tingkah pekerti tingkah pekerti yang harus dilakukan,
(terhadap dan berhadapan dengan orang lain)di dalam masyarakat. selain
itu individu individu sebagai warga masyarakat, belajar mengetahui dan
memahami tingkah pekerti yang harus dilakukan dan tidakharus dilakukan
(terhadap dan waktu berhadapan dengan dian atau dengan orang
ketiga)dalam masyarakat.
2.5.1 Arti Penting Sosialisasi
Selanjutnya Narwoko (2004) menjelasakan bahwa proses
sosialisasi itu betul betul merupakan suatu proses yang amat besar
pengaruhnya bagi keberlangsungan keadaan masyarakat. artinya, hanya
melalui proses sosialisasi itu sajalah norma norma sosial yang menjadi
determinasi segala keadaan sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan
dari generasike generasi (dengan atau tanpa perubahan). Itulah
sebabnya masyarakat tidak dapat tidak harus segera, dan secara terus
menerus melaksanakn proses sosialisasi terhadap individu individu
sebagai warga masyarakat.
Proses sosialisasi amat penting bagi kehidupan keber-langsungan
masyarakat itu sendiri secara individual. Karena tanpa mengalami
sosialisasi yang memadai tidak mungkin seseorang warga masyarakat
akan dapat hidupan normal, tanpa menjumpai kesulitan dalam
masyarakat. Karena itu proses sosialisasi seseorang warga masyarakat
akan dapat menyesuaikan segala tingkah pekertinya (conform) dengan
segala keharusan mentaati norma norma sosial.
Setiap individu akan dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan yang
cukup besar, apabila tidak berkesempatan mendapatkan sosialisasi yang
memadai akan gagal di dalam usaha-usahanya untuk menyesuaikan diri
dengan normanorma sosial, khuusnya dengan tingkah pekerti orang lain
di dalam masyarakat. memerhatikan proses sosialisasi.
2.5.2 Sosialisasi Sebagai Aktivitas Dua Pihak
Memerhatikan proses sosialisasi secara lebih dekat,menurut
Narwoko (2004 :76) bahwa sesungguhnya proses ini buka aktivitas yang
bersifat sepihak, bagaimanapun sosialisasi adalah proses yang diikuti
secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak yang
menyosialisasi dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas
yang menyosialisasikan seperti yang diketahui disebut aktivitas
melaksanakan sosialisasi, sedangkan aktivitas yang disosialisasi disebut
aktivitas internalisasi.
2.5.3 Aktivitas Melaksanakan Sosialisasi
Narwoko (2004:77) mengemukakan bahwa aktivitas melaksanakan
sosialisasi dikerjakan oleh Person tertentu yang sadar atau tidak dalam
hal ini bekerja mewakili masyarakat. Person ini bisa dibedakan menjadi
dua bagian :
a. Person person yang mempunyai wibawa, dan kekuasaan atas individu
individu yang disosialisasi,
b. Person person yang mempunyai kedudukan sederajat (kurang lebih
derajatnya), dengan individu individu yang tengah disosialisasi.
2.5.4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Narwoko (2004:84) mengatakan bahwa kepribadian adalah
kecenderungan psikologik seseorang untuk melakukan tingkah pekerti
sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup.(seperti
Perasaan berkehendak, berpikir, dan bersikap), maupun tingkah pekerti
terbuka (didalam istilah sehari hari kita namakan perbuatan). Kepribadian
dapat dikatan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk
berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat menurut pola
tingkah laku pekerti tertentu.
Bila dikaitkan kepribadian dengan sosisalisasi, karena di dalamnya
telah terjadi gejala kecenderungan psikologik, maka sesungguhnya
kepribadian itu gejala yang berada ditengah alam psike (jiwa) seseorang.
Gejala ini tumbuh berangsur-angsur di dalam psike warga masyarakat di
dalam suatu proses yang dikenal dengan sosialisasi dan internalisasi.
Dari kedua proses satu orang menerapkan norma norma sosial dan pola
pola tingkah pekerti social (yang dapat diamati dan dihayati) ke dalam
psikenya.; dan berpedoman pada norma norma dan pola pola yang
terinternalisasi itulah seseorang menjadi memiliki kecenderungan untuk
bertingkah pekerti menurut pola pola tertentu, atau dengan kata lain
memiliki kepribadian.
2.5.5 Proses Internalisasai
Sedang yang dimaksud dengan internalisasi adalah merupakan
suatu proses aktivitas sosialisasi. Internalisasi adalah sebuah proses
yang dikerjakan oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi.
Proses ini bukanlah merupakan proses yang pasif, melainkan merupakan
suatu proses aktivitas psikologik yang aktif. Karena itu pihak yang
menerima sosialisasi harus memerhatiakan : aktif mengintepretasi makna
dari apa yang disampaikan kepadanya ( yaitu dalam hal sosialisasi yang
diselenggarakan secara formal) atau makna dari apa yang dia saksikan
atau dihatinya (di dalam hal sosialisasi diselenggarakan secara informal
dan tidak sengaja); selanjutnya aktif meresapkan dan mengorganisir hasil
interpretasi itu kedalam ingatan, perasaan dan bathinnya.
2.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
Ahmadi (1982 :141) mengatakan dalam proses sosialisasi individu
berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial. Pribadi atau
makhluk sosial ini merupakan kesatuan integral dan sifat-sifat individu
yang berkembang melalui proses sosialisasi, sifat mana mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat.
1) Sifat dasar
2) Lingkungan prenatal
3) Perbedaan individual
4) Lingkungan
5) Motivasi
Sedang tentang metode sosialisasi, Ahmadi (1982:146)
menjelaskan bahwa metodemetode yang dipergunakan oleh orang
dewasa atau masyarakat dalam mempengaruhi proses sosialisasi anak
dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
1) Metode ganjaran dan hukuman, tingkah laku anak yang salah, tidak baik, tercela, kurang pantas, tidak diterima oleh masyarakat mendapatkan hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaiknya mendapatkan ganjaran. Hukuman dapat berupa hukuman badan (pukulan), dapat pula berupa hukuman sosial (diasingkan, dikurangi hak-haknya, dikucilkan dan sebagainya).
2) Metode didactic teaching. Dengan metode ini kepada anak diajarkan berbagai macam pengetahuan, dan ketrampilan melalui pemberian informasi, ceramah dan penjelasan. Metode ini digunakan dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama, pendidikan kepramukaan, dan sebagainya.
3) Metode pemberian contoh. Dengan contoh itu terjadi proses imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak.
2.5.7 Media Sosialisasi
Narwoko (2004;92-95), menjelaskan bahwa media sosialisasi
merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai
agen sosialisasi (agent of socialization) atau sarana sosialisasi. Yang
dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu
seseorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana seorang
individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya
dewasa. Secara rinci, beberapa media sosialisasi yang utama adalah:
1. Keluarga Anak yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama kali mengenal lingkungan sosial dan budayanya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya–ayah, ibu, dan saudara-saudaranya—sampai anak itu mengenal dirinya sendiri.
2. Kelompok Bermain Kelompok bermain-baik yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman sekolah merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang. Di dalam kelompok bermain, anak mempelajari berbagai kemampuan baru yang acapkali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya. Di dalam kelompok bermain individu mempelajari norma nilai, kultural, peran, dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan pertisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya.
3. Sekolah. Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari
keluarga.Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari—di kala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.
4. Lingkungan Kerja Di dalam lingkungan kerja inilah individu saling berinteraksi dan
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya.
5. Media Massa Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan
suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari suatu pihak ke pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga media massa surat kabar, TV, film, radio, majalah, dan
lainnya mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa keberhasilan
sosialisasi di lapangan sangat ditentukan oleh pemilihan media yang
tepat dan dapat digunakan di berbagai kelompok masyarakat dari
kelompok kecik hingga kelompok yang paling besar seperti masyarakat
pada umumnya yang menjadi objek sosialisasi.
2.6. Humas dan Sosialisasi
2.6.1 Pengertian Peran
Peran, menurut kamus bahasa Indonesia (1991 : 51) yaitu :
―Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang
dalam suatu peristiwa.― (Kamus Bahasa Indonesia.‖
―Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri
dan sebagai proses atau tempat dalam masyarakat seperti menjalankan
peraturan.‖ (Soekamto, 2009 : 221). Kutipan dalam buku yang sama lebih
lanjut Soerjono Soekamto mengemukakan aspek-aspek ―Peran‖ sebagai
berikut :
a. Peranan yang meliputi norma-norma dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat dimana arti ini merupakan rangkaian-rangkaian peraturan membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat
b. Peranan adalah suatu konsep, perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
2.6.2 Peran Humas dalam Sosialisasi
Organisasi tertentu sering mengadakan berbagai macam kegiatan,
dimana kegiatan ini berguna untuk menyosialisasikan yang menjadi
kebijakan organisasi sebagai program kegiatan Humas.
―Kegiatan Humas secara garis besar merupakan suatu kegiatan public relations yang cukup penting dan menarik perhatian dalam upaya memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, misalnya mampu meningkatkan kemampuan dan memenuhi syarat serta upaya menarik perhatian bagi publiknya.‖ (Ruslan, 2011 : 238)
2.7 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas serta menjelaskan
konsep dasar yang memiliki keterkaitan dengan masalah pokok penelitian.
Teori teori dan Konsep- konsep dasar yang digunakan dengan
menggunakan bagan sebagai kerangka untuk berfikir yang terdiri dari :
Peran Humas, Menyosialisasikan, kebijakan .
Sugiyono (2011 :12), menjelaskan yang dimaksud dengan
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan factor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting. Alur pikir dalam proses pelaksanaan ‖strategi Humas dalam
mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun 2016-017, sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir
Keppres Sapu Bersih Pungutan Liar
Humas Polri
Sosialisasi
Strategi Nine Step :
Riset Formatif
Strategi
Taktik
Evaluasi
TUJUAN :
Untuk Mengetahui Strategi Humas Polisi Daerah
Metro Jakarta Raya Dalam Mensosialisasikan
Saber Pungli Periode Tahun 2016-2017
Untuk Mengetahui Faktor Pendukung Dalam
Pelaksanaan Strategi Humas Dalam
Mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun
2016-2017
Untuk Mengetahui Faktor Penghambat Dalam
Pelaksanaan Strategi Humas Dalam
Mensosialisasikan Saber Pungli Periode Tahun
2016-2017
Deskripsi Kerangka Pemikiran :
Untuk memudahkan menjelaskan kerangka pemikiran, maka akan
dijelaskan konsep atau teori atau model yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang peneliti lakukan sebagai berikut :Strategi Public
Relations, Public Relations, Sosiallisasi, dan Media Android
1. Strategi Public Relations
Sebuah strategi Public Relations adalah pendekatan menyeluruh
bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di
belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan
yang muncul dari analisis dan penelitian. (Butterick, 2012 :153)
Adapun strategi Public Relations yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah strategi Public Relations dari Ronald D. Smith
(2005), yang dikenal dengan strategi Public Relations Nine Steps.
2. Public Relations
Sedangkan pengertian public relations, menurut Cutlip (2007:6)
sebagai berikut : ―Public Ralations the management fuction that
establishes and maintains mutualy beneficial relationships between an
organization and the public on whom success and failure depends”
(adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik
yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut).
Secara operasional dalam penelitian ini, maka Public Relations
Officer (PRO), bekerja dengan menggunakan model nine step Public
Relations, untuk menjalankan program sosialisasi diawali dengan
tindakan riset lapangan, dengan memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungan sebagai upaya menerapkan program sosialisasi SIAP –PMJ.
dilingkungan Internal Polda Metro Jakarta.
3. Sosialisasi
Sedang yang dimaksudkan dengan sosialisasi yaitu sebagaimana
dikemukakan Narwoko (2004 :74). Bahwa masyarakat bisa mengetahui
dan menyadari norma norma dan kemudian menerapkan tertib normative.
Dalam dirinya bukan karena proses proses yang bersifat
kodrati,melainkanmerolehnya melalui suatuproses yang disebut dengan
proses belajar (learning process)atau menurut teknissosiologi disebut
dengan ―sosialisasi‖.
Pendapat yang lebih jelas dikemukakan Djuham (2008:70)
mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses pembimbingan individu ke
dalam dunia sosial disebut Sosoalisasi. Sosialisasi dilakukan dengan
mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya
agar ia menjadi anggota yang lebih baik dalam masyarakat dan dalam
berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan
pendidikan. Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi
individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan. Juga
keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian dan cara
makan.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Menurut Bogdan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2007:4)
mengemukakan bahwa metodelogi penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya dijelaskan oleh
David Williams (1995) seperti yang dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan
bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut Sugiyono (2005 : 1) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian kualitatif,
penelitian adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma yang menentukan pandangan
dunia peneliti sebagai bricoleur, atau menentukan world view yang
dipergunakan dalam mempelajari dan menginvestigasi objek yang akan
diteliti. Guba dan Lincoln (2009:123) mendefinisikan paradigma adalah
serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Guba dan Lincoln
(2009:123) mengatakan:
Suatu paradigma meliputi tiga elemen; epistemologi, ontologi, dan metodologi. Epistemologi mengajukan pertanyaan, bagaimana kita mengetahui dunia? Hubungan apa yang muncul antara peneliti dengan yang diketahui? Ontologi memunculkan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan diri pada cara kita meraih pengetahuan tentang dunia. Menurut Guba & Lincoln, setiap paradigma apapun hanya mewakili
pandangan yang matang dan canggih dari para pengikutnya untuk
menjawab tiga pertanyaan pokok tersebut di atas, dan tidak ada konstruksi
yang benar atau menjadi benar tanpa menimbulkan perdebatan. Oleh
karena itu, hendaknya para pengikut harus lebih bersandar pada sifat
kepahaman dan kemanfaatan daripada pembuktian dalam mempertahankan
posisi mereka. Guba dan Lincoln (2009:129- 135) mengelompokkan
paradigma yang terkait dengan struktur dan susunan penelitian kualitatif,
yakni positivisme, post-positivisme, konstruktivisme dan teori kritis.
Tabel 3.1.1
Tiga Paradigma Penelitian Ilmu Sosial
Salim (2006:100)
Positivisme dan Postpsoitivisme
Konstruktivisme (interpretative)
Critical Theory
Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu-ilmu alam, yaitu sebagai suatu metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan ―deductive logic‖ dengan pengamatan emperis, guna secara probabilistic menemukan atau memperoleh konfirmasi tentang hukum sebab akibat yang bisa digunakan untuk memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.
Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap ―socially meaning-full action‖ melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam setting kehidupan sehari-hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola dunia sosial mereka.
Mendifinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secar kritis berusaha mengungkap ―the real scructure‖ di balik ilusi, false needs, yang ditampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu dalam membentuk kesadaran sosial agar memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan mereka.
Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori
- Liberal political economy
(mainstreams) - Teori modernisasi, teori
pembangunan di negara berkembang.
- Symbolic interaktionism (lowa school).
- Agenda setting, teori-teori fungsi media.
- Cultural/ constructivis politica
economy (golding & Murdock).
- Phenomenology, ethno metodologi,
symbolic interaction (Chicago school)
- Constructionsm/ social construction of reality (pate berger).
- Scructuralism political economy (schundson). - Instru-mentalisme
political-economy (comsky, Gramsci dan Adorno).
- Theory of communicative action (Hembermas).
Dengan demikian hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan
perpaduan pendapat yang bersifat relative, subjektif, dan spesifik mengenai
hal-hal tertentu. Paradigma kontrutivisme memandang ilmu sosial sebagai
analisis sistematika atas social meaningful action’ melalui pengamatan actor
sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan mefasirkan
bagaiman aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial. (Salim, 2006;
71-72)
Dalam penulisan ini, paradigma yang digunakan penulis adalah
paradigma Contructivisme (Konstruktivisme). Pendekatan konstruktivisme
mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat objektif dan
tetap, melainkan bersifat interpretative. Paradigma ini, merupakan antithesis
terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan
objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Tujuan penelitian dalam paradigma kontruktivisme adalah memahami dan
membentuk ulang konstruksi-konstruksi yang saat ini dipegang, termasuk
oleh persiet itu sendiri.(Salim, 2006; 75)
Paradigma kontruktivisme menyebut tingkat kepercayaan
(trustwhorthiness) dan keaslian (Authenticity) sebagai criteria kebenaran.
Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung
lima unsure berikut : Credibility (kepercayaan yang berasal dari dalam),
Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan /disandarkan
kepada unsur kebenaran lain). Konformbilitas (penegasan terhadap
objektivitas), keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas konstruksi
konsepsi yang ada), Educative-authencity (kebenaran pendidikan,
kemampuan pemimpin dan mengandakan perbaikan), Catalytic-authenticity
(kemampuan dalam merangsang dan bertindak), tactical-authencity
(kemampuan untuk memberdayakan masyarakat). (Salim, 2006 : 103)
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
hasil penelitian yang maksimal, maka langkah-langkah penelitiannya
sebagai berikut:
Jenis dan pendekatan penelitian penelitian ini merupakan penelitian
yang tergolong dalam penelitian lapangan (field research), yaitu metode
yang mempelajari fenomena dalam lingkungannya yang alamiah. Mulyana (
2004: 160)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat post positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci. (Sugiyono, 2008 : 15).
Adapun karakteristik penelitian kualitatif mennurut Sugiyono (2008 :
21-22.), adalah sebagai beriku :
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya
adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumen kunci
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan
pada angka
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada
produk atau outcome
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif
3.3 Objek dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Polisi Daerah Jakarta Raya, Jalan
Jenderal Sudirman fokus penelitian ini mendeskripsikan dan
menganalisis tentang sosialisasi Keppres No. 87 Tahun 2016 Tentang
Saber Pungli dilingkungan institusi Kepolisian Daerah Metro Jakarta
Raya, melalui Peran Humas dalam menjalankan program sosialisasi. .
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah beberapa
narasumber dari Bagian Hubungan Masyarakat Polisi Daerah Metro
Jakarta Raya; wartawan Polda Metro Jaya dan Usur masyarakat /LSM
penggagas anti Korupsi.
Table 3.1
Subjek penelitian sebagai Informan
No. Nama Jabatan Keterangan
1 Kombes Alfred KabidPropam PMJ Tentative
2 AKBP Rumiati Ka Subdit Humas Bersedia
3 Rurin Wartawan Kompas TV
Bersedia
4 Septi Mahasiswa BINUS Bersedia
3. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian yaitu Pengaduan
Masyarakat melalui Sistem Informasi Android Pelaporan Polda Metro
Jakarta Raya sebagai media pencegahan tindak pidana korupsi (Saber –
Pungli)
Sedang fokus penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis
Peran Humas Polda Metro Jaya dalam sosialisasi Keppres No. 87 Tahun
2016 Tentang Saber Pungli dilingkungan institusi Kepolisian Daerah
Metro Jakarta Raya.
3.4 Sumber Data dalam Penelitian
a. Data Primer
Adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan
secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden
secara langsung (Arikunto, 2010:22).
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang
menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat
dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis
seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lainlain (Arikunto, 2010:22)
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam,
dan dokumentasi, (Sugiyono, 2008: 225). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dari dokumentasi dalam rangka mengum-pulkan data-data untuk keperluan
penelitian.
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan informan
dalam mempersiapkan media atau pada saat membuat model komuikasi
sosialisasi dengan penggunaan media komunikasi dan pada saat
berlangsungnya proses sosialisasi.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan
yang telah ditentukan melalui proses tanya jawab seputar masalah yang
dijadikan fokus penelitian, dalam hal ini peneliti akan membuat pedoman
wawncara dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada Informan
kunci dan informan pendukung yang relevan dengan penelitian yang sedang
di dilakukan .
Dokumentasi, langkah ini selanjutnya peneliti akan digunakan dan
memanfaatkan dokumen data dari data tertulis, berupa: arsip, buku-buku,
surat kabar, majalah, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian
ini. Hal ini dilakukan untuk menunjang dan melengkapi data primier yang
diperoleh di lapangan.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesia, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan.
Miles and Huberman (1992:37), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus hingga tuntas, sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam
analisis data setelah pengumpulan data, antara lain data reduction (reduksi
data), data display (penyajian data), dan data verification (verifikasi data).
Selama pengumpulan data oleh Moleong (2007) menyarankan agar: 1)
mempersempit studi, 2) mengembangkan pertanyaan analitik, 3) membuat
komentar pengamat mengenai gagasan yang muncul, dan 4) mulai mengkaji
bahan pustaka yang terkait dengan penelitian di lapangan.
3.7 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu.
Norman K. Denkin (2010:23) mendefinisikan triangulasi sebagai
gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi tiga hal, yaitu:
a) ―Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi
yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Metode yang digunakan dalam menyebaran informasi mengenai Saber Pungli yang dilakukan Sub Bidang Humas Polisi Metro Jakarta Raya dengan menggunakan media sosial dan website.
b) Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data-data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dan wawancara langsung dengan narasumber yang bersangkutan.
c) Triangulasi Teori. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Jadi dalam penelitian ini peneliti membandingkan teori yang digunakan sehingga biar tidak terjadi penyimpangan dalam dalam mengambil keputusan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sekilas tentang Polda Metro Jaya
Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini
terjadi sejak pendudukan Belanda di Indonesia, jauh sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah
Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, karena sebelum
kemerdekaan Indonesia masih dalam pendudukan Jepang. Kemudian
Jepang menyerah kepada sekutu pemerintahan baru kemudian Indonesia
diberikan kedaulatan. Kepolisian Negara sudah ada tapi masih dalam
transisi peralihan ke Pemerintah Indonesia.
Pada masa ini, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan
sistem Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah
yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali
dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings
Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte
yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).
Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah Republik Indonesia
kepada Bangsa Indonesia, melalui penandatangan naskah perjanjian
antara Moh Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember
1949, Badan-badan Kepolisian secara bertahap diserah terimakan
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebab itulah pada 6
Desember 1949 Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian
Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Basar Politik Tk I R Ating
Natadikusuma sebagai kepala Kantor Komisariat Jaya, yang berkantor di
Jl. Medan Barat.
Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian
Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (saat ini Polda Metro Jaya). Pada
saat itu sebagian besar staf Kepolisian Jakarta masih orang Belanda,
sehingga praktis Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Jaya belum dapat
berbuat banyak sesuai kebijakan Kepala Kepolisian Negara.
Selanjutnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jakarta
menjelang penyerahan kedaulatan, Kepolisian Jakarta diperkuat tiga
Kompi Brimob, masing-masing dari Kepolisian Kota Surabaya, Kepolisian
Jawa Tengah. dan Kepolisian Yogyakarta/Jawa Tengah. Pada waktu itu,
Jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo sebagai Komandan Mobile Brigade
Kepolisian (MBK) turut serta mengantarkan satu Kompi MBK. Mereka
berangkat pada 15 Desember 1949 dari Surabaya ke Jakarta melalui
Semarang.
―Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta, pada tahun 1963
saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi Komisariat Jaya, kantor
Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl Sudirman No.45 Jakarta
Selatan. Kepindahannya dilakukan bertahap. Awalnya, kantornya adalah
bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan Sabhara
(Bangunannya masih berdiri hingga kini)" Beberapa hari kemudian
muncul lagi satu Kompi Brimob dari Yogyakarta/Jawa Tengah, dipimpin
Inspektur Polisi R Soebroto Darsoprajitno. Ketiga Kompi 57 Brimob ini
bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Komisaris Polisi Soedarsono
dan wakilnya Inspektur Polisi Soetjipto Joedodihardjo.
Polda Metro Jaya sebelumnya, telah beberapa kali mengalami
penggantian nama. Dimasa pendudukan Belanda, Kantor Besar
Kepolisian Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie. Setelah Jepang
mengambil alih pemerintahan, Hoofdbureau Van Politie Batavia berubah
nama menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho diambil alih oleh
Polisi Republik dan namanya diubah menjadi Kantor Besar Polisi Jakarta.
Menjelang Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik
Indonesia dibentuk Kepolisian di Jakarta dengan nama Kantor Polisi
Komisariat Jaya (Kapekomjaya). Kemudian tahun 1965 pada saat Kepala
Kantor Polisi Komisariat Jaya dijabat Brigjen Raden Mas Sawarno
Tjokrodiningrat, namanya diganti lagi menjadi Komandan Daerah
Kepolisian VII Jaya (Komdak VII Jaya). Pada tahun 1967, terjadi
penggantian Pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH
kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian
nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro
Jaya), Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota
Jakarta sebagai kota metropolitan. Selanjutnya nama komdak Metro Jaya
berubah lagi menjadi Kodak Metro Jaya.
Pada saat itu Mayjen Pol. Drs. Widodo Budidarmo, menjadi
Kadapol Metro Jaya tahun 1970 nama Komdak Metro Jaya berubah
menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun 1979. Tahun 1980
sampai sekarang diesebutsebagaiDaerah KepolisianMetro Jaya berubah
kembali menjadi Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda
Metro Jaya).
4.1.2. Visi, Misi, dan Sasaran Perioritas Polda Metro Jaya
1. Visi Polda Metro Jaya :
Tergelarnya polisi yang dipercaya masyarakat disemua titik dan
kini pelayanan masyarakat disepanjang waktu dalam mewujudkan
keamanan diwilayah hukum Polda Metro Jaya dan tegaknya hukum
sebagai sinergi pencapaian hasil pembangunan yang berwawasan
keamanan.
2. Misi Polda Metro Jaya :
a. Perkuat dan tingkatkan kemampuan intelijen keamanan Polda
Metro Jaya guna menjaring informasi untuk cegah gangguan
keamanan dan pengungkapan kasus secara sistematis dan tuntas.
b. Kembangkan pelayanan publik disetiap lini berbasis pelayanan prima.
c. Menggelar polisi sebanyak-banyaknya ditengah masyarakat dalam
memberikan Perlindungan, Pengayoman, dan Pelayanan masyarakat.
d. Mengembangkan falsafah dan strategi perpolisian masyarakat
(POLMAS) dalam membangun hubungan polisi dan masyarakat yang
lebih dekat dan interaktif dalam upaya mewujudkan masyarakat patuh
hukum.
e. Berdayakan seluruh kekuatan dan kemampuan organisasi
pengemban fungsi lidik dan sidik dalam wujudkan POLRI sebagai
penegak hukum yang terdepan.
f. Tingkatkan kinerja Polda Metro Jaya secara profesional, transparan,
dan akuntabel guna mendukung tupoksi POLRI.
Sasaran Prioritas Polda Metro Jaya : 1. Terwujudnya kondisi Kamtibmas wilayah hukum Polda Metro Jaya
yang kondusif pasca pelaksanaan pemilu 2009
2. Lanjutkan pembangunan sarana dan prasarana
3. Tingkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan personil Polda
Metro Jaya
4. Melaksanakan pembinaan personil Polri
5. Tertanggulanginya penyalahgunaan narkoba melalui giat preventif
dan represif.
6. Tertanggulanginya kejahatan transnasional (Trafficking In Person dan
People Smugling)
7. Terealisasinya program perpolisian masyarakat (Polmas) untuk
tingkatkan kemitraan dan kepatuhan hokum masyarakat.
8. Terpeliharanya Kamtibmas perairan dan yuridiksi Polda Metro Jaya
9. Tertanganinya perkara-perkara korupsi
10. Penanganan bencana banjir
11. Meningkatkan pencapaian quick wins.
4.1.3. Struktur Organisasi Polda Metro Jaya
Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. Kep/54/X/2002
Tertanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Polda
Metro Jaya, maka :
1. Organisasi Polda Metro Jaya disusun dalam dua tingkat :
a. Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Metropolitan
Jakarta Raya, disingkat Mapolda Metro Jaya.
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres.
2. Susunan Organisasi Mapolda Metro Jaya terdiri dari :
a. Unsur Pimpinan
1) Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Kapolda Metro
Jaya).
2) Wakil Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya
(Wakapolda Metro Jaya).
b. Unsur Pembantu Pimpinan/ Pelaksana Staff
1) Inspektorat Pengawasan Umum Daerah (Irwasda).
2) Biro Rencana dan Pengembangan (Rorenbang).
3) Biro Operasi (Roops).
4) Biro Pembinaan Kemitraan (Robinamitra).
5) Biro Personel (Ropers). 6. Biro Logistik (Rolog).
6) Unsur Pelaksana Staff Khusus/ Pendidikan Pelayanan
7) Bidang Hubungan Masyarakat (Bidhumas).
8) Bidang Pembinaan Hukum (Bidbinkum).
9) Bidang Pertanggung Jawab Profesi dan Pengamanan Internal
(Bidpropam).
10) Bidang Telekomunikasi dan Informasi (Bidtelematika).
11) Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes).
12) Bidang Keuangan (Bidku).
13) Sekolah Polisi Negara (SPN).
14) Sekretariat Umum (Setum).
15) Detasemen Markas (Denma).
c. Unsur Pelaksanaan Umum
1) Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK).
2) Direktorat Intelijen Keamanan (Ditintelkam).
3) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum).
4) Direktorat Reserse Kriminan Khusus (Ditreskrimsus).
5) Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya
(Ditnarkoba).
6) Direktorat Samapta (Ditsamapta).
7) Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Ditpamobvit).
8) Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas).
9) Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair).
10) Satuan Brigade Mobil (Satbrimob).
4.1.3 Bidang Humas Polda Metro Jaya
Bidang Humas dalam Polda Metro Jaya adalah sebagai penyampai
informasi dari dan untuk Polda Metro Jaya. Bidang Humas ini
pelaksanaan tugas dan fungsinya dilakukan oleh staff, Operasional kerja
berada di bawah Komando Polda Metro Jaya. Kepala Bidang Humas
bertanggungjawab langsung kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya
(Kapolda)
4.1.4.Tugas dan Fungsi Bidang Humas Polda Metro Jaya
Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/7/I/2005
tanggal 31 Januari 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Kapolri No.
Pol.: Skep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002, tentang Organisasi dan
Tata Kerja Polda Metro Jaya, maka tugas pokok Bidang Humas Polda
Metro Jaya adalah menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat
melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta
kerjasama atau kemitraan dengan media massa dalam rangka
pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas Polri.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Humas Polda
Metropolitan Jakarta Raya menyelenggarakan fungsi :
1. Pembinaan fungsi Humas dalam lingkungan Polda Metropolitan
Jakarta Raya.
2. Penyelenggaraan Penerangan Umum yang meliputi pengelolaan dan
penyampaian informasi termasuk kerjasama atau kemitraan dengan
media massa berikut komponennya dalam rangka membentuk opini
masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri.
3. Membina dan mengendalikan wartawan atau media massa dengan
tujuan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas Polda
Metropolitan Jakarta Raya.
4. Melaksanakan kegiatan Penerangan Kesatuan dalam upaya
mendorong, mengajak serta mengoptimalkan tugas personel Polda
Metropolitan Jakarta Raya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku, yang dilandasi jiwa kejuangan mental spiritual sehingga
tercipta Sumber Daya Manusia Polda Metropolitan Jakarta Raya yang
professional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan tujuan validasi
organisasi Polri dalam menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan
Dicintai Masyarakat.
5. Melaksanakan kegiatan hubungan kemitraan dengan media massa
guna mendukung tugas-tugas Polda Metropolitan Jakarta Raya.
6. Melaksanakan Monitoring dan Anev opini publik serta counter opini dari
pemberitaan media massa untuk mengetahui kualitas citra Polri dalam
melaksanakan tugas pembinaan Kamtibmas di Ibukota Jakarta dan
sekitarnya.
7. Memproduksi bahan-bahan kehumasan guna menunjang efektifitas
kegiatan Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metropolitan Jakarta
Raya.
8. Memanfaatkan mekanisme kegiatan Bidang Hubungan Masyarakat
Polda Metropolitan Jakarta Raya, termasuk menjalin hubungan lintas
sektoral untuk menjamin efektivitas pelaksanaan tugas.
4.1.5 Job Discription Divisi Profesi Dan Pengamanan Polri (Divpropam
Polri)
Sesuai Dengan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tanggal
14 September 2010, Lampiran ―F‖ Divpropam Polri Organisasi dan Tata
Kerja
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi:
1. Div Propam Polri merupakan unsur pengawas dan pembantu
pimpinan yang berada dibawah Kapolri.
2. Div Propam Polri bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk
penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri serta pelayanan
pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan
anggota Polri atau PNS Polri.
Divisi Propam Polri dalam pelaksanaan tugasnya mempunyai
kewajiban melaksanakan/menyelenggarakan berbagai kegiatan sebagai
berikut :
a. Pembinaan fungsi Propam bagi seluruh jajaran POLRI, meliputi :
Perumusan/pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk-
petunjuk pelaksanaan fungsi Propam.
1) Pemantauan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna
menjamin terlaksananya fungsi Propam.
2) Pemberian dukungan (back-up) dalam bentuk baik bimbingan
teknis maupun bantuan kekuatan dalam pelaksanaan fungsi
Propam.
3) Perencanaan kebutuhan personil dan anggaran termasuk
pengajuan saran/pertimbangan penempatan/pembinaan karier
personil pengemban fungsi Propam.
4) Pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta statistik yang
berkenaan dengan sumber daya maupun hasil pelaksanaan tugas
satuan-satuan organisasi Propam.
5) Penyelenggaraan fungsi pelayanan berkenaan dengan pengaduan/
laporan masyarakat tentang sikap dan perilaku anggota/PNS
POLRI, termasuk pemusatan data secara nasional dan
pemantauan/pengendalian terhadap penanganan
pengaduan/laporan masyarakat oleh seluruh jajaran POLRI.
b. Pelaksanaan registrasi penelitian terhadap proses penanganan kasus
dan menyiapkan proses/ keputusan rehabilitasi bagi anggota/PNS
POLRI yang tidak terbukti melakukan pelanggaran, atau
pengampunan/pengurangan hukuman (disiplin/administrasi) serta
memantau, membantu proses pelaksanaan hukuman dan
menyiapkan keputusan pengakhiran hukuman bagi personil yang
sedang/telah melaksanakan hukuman (terpidana).
c. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pertanggungjawaban profesi
yang meliputi perumusan/pengembangan standar dan kode etik
profesi, penilaian/akreditasi penerapan standar profesi, serta
pembinaan dan penegakan etika profesi termasuk audit investigasi.
d. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pengamanan internal, yang
meliputi : pengamanan personil, materil, kegiatan dan bahan
keterangan, termasuk penyelidikan terhadap kasus pelanggaran/
dugaan pelanggaran/penyimpangan dalam pelaksanaan tugas POLRI
pada tingkat pusat dalam batas kewenangan yang ditetapkan.
e. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi Provos yang meliputi
pembinaan/pemeliharaan disiplin/tata tertib, serta penegakan hukum
dan penyelesaian perkara pelanggaran disiplin pada tingkat pusat
dalam batas kewenangan yang ditetapkan.
Keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh beberapa
aspek diantaranya penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama
dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap
masyarakat. Salah satu ukuran untuk menentukan kinerja organisasi
tersebut, merupakan organisasi yang baik adalah apabila organisasi
tersebut diakui keberadaannya oleh masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pengertian dari keberadaan disini adalah adanya suatu kontribusi positif
yang diberikan oleh organisasi kepada masyarakat.
Organisasi yang luar biasa bukanlah organisasi yang terdiri dari
orang-orang yang luar biasa, melainkan organisasi yang mampu
membuat dan membentuk orang-orang biasa yang terdapat di dalamnya
menjadi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Untuk itu
dibutuhkan proses manajemen guna mengarahkan organisasi sesuai
dengan tujuan dibentuknya organisasi tersebut.
Divisi Propam Polri dapat menyediakan layanan pengaduan
masyarakat dan informasi perkembangannya yang dapat disampaikan
serta diperoleh dengan cara datang langsung ke Sentra Pelayanan
Propam, melalui surat, Short Messages Service (SMS), email, facebook
propam.polri, twitter@propampolri, maupun akses secara langsung
melalui website www.propam.polri.go.id.
Sebagaimana filosofi IPTEK yang merupakan jendela informasi
dunia, maka keberadaan Sentra Pelayanan Propam ini diharapkan
berfungsi pula sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi masyarakat
maupun anggota POLRI dalam rangka pelayanan pengaduan yang
mudah, cepat, transparan dan akuntabel.
Fasilitas ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pengawasan
dalam rangka pengendalian mekanisme kerja Divisi PROPAM yang ada
di kesatuan kewilayahan, meliputi aspek pelaporan, pelaksanaan tugas,
maupun segala sesuatu yang terkait dengan aspek manajemen
pengendalian dari Divisi PROPAM.
Kehadiran Sentra Pelayanan Propam ini, dapat semakin
meningkatkan profesionalitas, kapabilitas, kredibilitas dan efektifitas Divisi
PROPAM dalam upaya memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat, serta semakin meningkatkan citra Polri di mata masyarakat.
Propam adalah singkatan dari Profesi dan Pengamanan yang
dipakai oleh organisasi POLRI pada salah satu struktur organisasinya
sejak 27 Oktober 2002 ( Kep KAPOLRI Nomor : Kep/54/X/2002),
sebelumnya dikenal Dinas Provos atau Satuan Provos POLRI yang
organisasinya masih bersatu dengan TNI/Militer sebagai ABRI, dimana
Provost Polri merupakan satuan fungsi pembinaan dari Polisi Organisasi
Militer / POM atau istilah Polisi Militer / PM.
Propam adalah salah satu wadah organisasi Polri berbentuk Divisi
yang bertanggung-jawab kepada masalah pembinaan profesi dan
pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri disingkat Divisi
Propam Polri sebagai salah satu unsur pelaksana staf khusus Polri di
tingkat Markas Besar yang berada di bawah Kapolri.
Tugas Propam secara umum adalah membina dan
menyelenggarakan fungsi pertanggung jawaban profesi dan pengamanan
internal termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri
dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan
tindakan anggota/Pns Polri, yang dalam struktur organisasi dan tata cara
kerjanya PROPAM terdiri dari 3 (tiga) bidang/wadah fungsi dalam bentuk
sub organisasi disebut Biro (Biro Paminal, Biro Wabprof dan Biro Provos)
:
a. Fungsi Pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri di
pertanggungjawabkan kepada Biro Paminal
b. Fungsi pertanggung-jawaban profesi diwadahi / dipertanggung
jawabkan kepada Biro Wabprof
c. Fungsi Provos dalam penegakan disiplin dan ketertiban dilingkungan
Polri dipertanggungjawabkan kepada BiroProvos.
Proses manajemen ini dirasa sangat penting dalam menjalankan
dan menjaga kelangsungan hidup organisasi, hal ini dikarenakan para
anggota dari suatu organisasi berasal dari latar belakang yang berbeda-
beda sehingga mempunyai sistem nilai yang berbeda-beda pula dan
setiap anggota organisasi memiliki motivasi yang mungkin berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Selain itu, organisasi juga merupakan
kumpulan beragam kompetensi, bukan hanya kumpulan beragam orang,
sehingga perlu diterapkan manajemen yang baik agar setiap perbedaan
tersebut dapat menjadi suatu harmoni untuk mencapai tujuan organisasi.
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian
a. Key Informan 1
Nama : Alfred
Pangkat : Komisaris Besar Polisi (KOMBES )
Jabatan : Kabid Propam Polda Metro Jaya
Alamat Kantor : Jln. Jenderal Soedirman Kav. Jakarta
b. Key Informan 2
Nama : Rumiati
Pangkat : Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP)
Jabatan : Kasubdid Pid, (Pengelola Informasi Dan
Dokumentasi Polda Metro Jaya
Alamat Kantor : Jln. Jenderal Soedirman Kav. Jakarta
c. Informan 3
Nama : Septi
Profesi : Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta
Bina Nusantara Jakarta
d. Informan 4
Nama : Rurin Rulianti
Pekerjaan : Jurnalis ( KOMPAS TV )
Alamat Kantor : Jl. Palmerah Jakarta Selatan :
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Pada penelitian ini. peneliti melakukan pembahasan kedalam 4
tahapan sub-bab, sesuai dengan karakteritik dari teori Strategi Public
Relations yang dikemukakan Ronald D Smith (2005), yaitu:
a. Formative Research;
1. Analyzing the situation (menganalisis situasi)
2. Ananlyzing the organization (menganalisis oranisasi)
3. Ananlyzing the public (menganalisis publik)
b. Strategy;
1. Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif).
Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi
dan respon)
2. Using effective communication (menggunakan komunikasi yang
efektif)
c. Tactics;
1. Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi)
2. Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)
d. Evaluative Research
Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik
komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditentukan.
4.3.1 Penelitian Pendahuluan (Research Formative)
Pada Sub bab penelitian ini, peneliti dengan mengacu pada
kerangka alur pikir yang telah disetujui oleh Pembimbing I dan II, melalui
kerangka alur pikir ini teori yang digunakan adalah Nine Step public
relations, yakni merupakan konsep dasar dari pelaksanaan operasional
Strategi Public Relations, melalui tahapan tahapan sebagai berikut : Pada
tahapan awal strategi public relations, melakukan analisis situasi, analisis
organisasi dan analisis publik, terkait dengan fungsi umum Institusi
Kepolisian Republik Indonesia sebagai pelayan, pelindung dan pengayom
masyarakat (Tribrata), dilaksanakan secara professional dan proporsional
sesuai dengan tata kerja organisasi Kepolisian. Sedangkan untuk analisis
data peneliti menggunakan teori analisis data interaktif dari Mile dan
Huberman (1982), sehingga data dan informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara akan dibuat sedemikian rupa sebagai display, sehingga
memudahkan pembaca untuk memberikan evalusi.
Selanjutnya peneliti telah melakukan serangkaian wawancara
dengan beberapa informan terpilih sesuai dengan Kapasitas dan
kapabalitas di bidang komunikasi kehumasan di Bidang Humas Polda
MetroJaya, sebagai berikut :
Bagaimana Bidang Humas Polda Metro Jaya menyikapi program
Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) sebagai instruktsi Presiden
yang harus dilaksanakan dilingkungan institusi kepolisian Polda Metro
Jaya?
a. Analisis Situasi
Adapun Jawaban yang dapat peneliti rangkum, dari hasil
wawancara dengan Informan 1, selaku Sub Bidang Humas Polda
Metro Jaya, sebagai berikut :
Konsep dasar operasionalisasi kinerja Bidang Humas adalah menyusun program kerja untuk lingkungan internal institusi kepolisian, seperti rencana kerja untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Program kerja Bidang Humas internal yaitu membantu unsure pimpinan, memberikan laporan, memberikan saran, dan mefasilitasi hubungan antar bidang di internal kepolisian. Untuk kegiatan ekternal dilakukan secara parsial melalui program-program sesuai situasi dan kebutuhan institusi Kepolisian. Adapun Kegiatan Bidang Humas Metro Jaya, terjadwal secara terus menerus membina hubungan baik dengan masyarakat luas guna mendapatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat untuk memperoleh Citra Positif. Hal ini dapat dicapai apabila polisi melakukan pekerjaan secara profesinalitas dan akuntabilitas (dapat dipertanggung-jawabkan)
Melaksanakan Kebijakan Pimpinan, Bidang Humas Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Bidang Propam untuk melaksanakan sosialisasi Kepres Saber Pungli dilingkungan Internal Polda Metro Jaya.
b. Analisis Organisasi
Bidang Humas dan Bidang Propam, bekerjasama untuk melaksanakan kebijakan instruksi presiden (Inpres) Saber Pungli, dilingkungan Polda Metro Jaya. Karena itu Pimpinan
Polri untuk melaksanakan Inpres perlu di buat program Sosialisasi Saber Pungli. Agar pelaksanaan Sosialisasi Saber Pungli ini, berjalan efektif dan efisien, untuk melaksanakannya diperlukan langkah-langkah startegis, sosialisasi ini sangat penting untuk dilaksanakan sebagai upaya meminimalisasi perilaku Pungli di lingkungan Internal Polda Metro Jaya. Misi Kepolisian Kepolisian Republik Indonesia sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. (Tribrata) dan dilaksanakan secara professional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi kepolisian. Maka setiap tanggungjawab dilakukan secara baik dan benar serta dilaksanakan secara professional, masyarakat akan mengapresiasi dan akan menempatkan citra positif polisi dibenak masyarakat.
c. Analisis Publik
Dengan era keterbukaan informasi sekarang ini, masyarakat lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya, baik secara langsung maupun melalui media publik, dan sekarang dengan kehadiran teknologi komunikasi dan informasi melalui smartphone bisa mengunggah konten untuk melakukan kritik secara terbuka. Oleh sebab itu tanggungjawab Kepolisian dengan Surat Keputusan Kapolri no 2 tahun 2002, perlu dilakukan kerjasama kemitraan melalui Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKMDP) dengan berbagai komponen masyarakat untuk menjaga terjadinya gesekan atau masalah masalah sosial yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Dari ketiga bagian analisis penelitian yang dikemukakan
informan sebagaimana pernyataan diatas, peneliti dapat simpulkan,
bahwa Bidang Humas Polda Metro Jaya, sebelum merencanakan
sebuah program kerja dilakukan analisis situasi lapangan, baik
terhadap suatu program yang akan dilaksanakan, selanjutnya analisis
dilakukan terhadap internal institusi kepolisian dengan mengukur
kekuatan organisasi dan aturan aturan hukum yang relevan dengan
program yang telah dirancang untuk dilaksanakan. Selain itu juga
dilakukan analisis terhadap perhatian publik, sikap dan pendapat publik
tentang program yang telah dan akan dilaksankan, yaitu program
Sosalisasi keppres saber pungli.
Selanjutnya , peneliti untuk mendapatkan data dan informasi
yang dapat menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian secara lebih
lengkap, peneliti melakukan wawancara mendalam (deep Interview)
dengan informan-informan terpilih dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada Informan, setelah mendapatkan jawaban peneliti
memberikan kesimpulan.
Pada penelitian melalui wawancara mendalam dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan sosialisasi kepada
informan 2, selaku Bidang Propam sebagai partner dalam
memberantas Saber Pungli di lingkungan Polda Metro Jaya.
Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan , yaitu bagaimana
melaksanakan sosialisasi pencegahan Pungli melalui instruksi
Presiden tentang Saber Pungli di lingkungan kerja Polda Metro Jaya?
Jawaban yang dapat peneliti rangkum dan dengan didukung
data sekunder sebagai berikut :
Secara jujur, lingkungan kepolisian khususnya di Polda Metro Jaya tidak memungkiri bahwa perilaku tindakan Pungutan Liar (Pungli), dilakukan oleh oknum di berbagai bagian pelayanan publik di Lingkungan Polda Metro Jaya. Karena itu untuk mengurangi dan memperkecil persentase Pimpinan telah menunjuk dari Unit satuan kerja sebagai Tim
Kelompok Kerja (Tim Pokja), untuk melakukan : a. Pengawasan Internal dan Waskat di masing masing bagian pelayanan publik. b. mengawasi tindak perilaku pungutan liar yang dilakukan oleh para pihak yang terlibat antar masyarakat dan oknum polisi yang bertindak sebagai calo. c. melakukan tindakan kepada mereka (oknum) yang terjaring Tim Saber Pungli. (diberikan sangsi mulai dar peringatan sampai pada penurunan pangkat dan pemecatan dengan tidak hormat. Untuk menjaga hal hal yang tdak diinginkan maka Bidang Humas dan Bidang Propam melakukan sosialisasi pencegahan tindak pungli secara bersama di lingkungan kerja Polda Metro Jaya. dan dilakukan terus menerus dari waktu ke waktu sebagai program kerja jangka panjang.
Untuk melengkapi data dan informasi lainnya, peneliti juga
melakukan wawancara dengan pengguna jasa pelayan publik Polda
Metro Jaya, yaitu informa 3, sebagai mahasiswa salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta
Adapun pertanyan yang peneliti ajukan, kepada informan 3,
yaitu bagaimana pelayanan adminitrasi kendaraan bermotor yang
diberikan oleh bagian pelayanan publik Polda Metro Jaya, memberi
kesan adanya imbal/jual jasa dalam pemberian pelayanan publik?
Sebagai informan kunci (Key Informan) dari unsure masyarakat adalah mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta (BN) yang sedang mengurus administrasi kendaraan bermotor pada Bagian Pajak Kendaraa roda empat (4). Mengakui masih ada oknum yang nakal yang melakukan dengan meminta imbalan kepada informan yang sedang mengurus surat-surat kendaraan pada Bagian Layanan Pajak Kendaraan. Oknum pelayanan telah menawarkan jasa untuk pengurusan lebih cepat dari waktu yang seharusnya kepada stakeholders, kepada yang bersangkutan diminta untuk menyediakan sejumlah dana yang diminta oknum tersebut.
Dari ketiga pernyataan informan diatas, dapat peneliti simpulkan
bahwa bila dilihat dari situasi yang terjadi sekarang, dibidang
pelayanan administrasi kendaraan bermotor yang dilakukan Polda
Metro Jaya, tidak dipungkiri masih ada oknum polisi yang melakukan
tindak pungutan liar seyang dilakukan oleh institusi kepolisian, bagai
imbaljasa yang telah diberikan oleh institusi kepolisian, kemudian
situasi yang dihadapi organisasi atau institusi kepolisian dengan
munculnya kebijakan Saber Pungli pada bulan Februari tahun lalu,
merupakan entripoint untuk melakukan perbaikan pelayanan di bidang
administrasi kendaran bermotor dan terakhir situasi yang terjadi di
ranah publik dengan munculnya kebijakan Saber Pungli menjadi
harapan baru bagi masyarakat pelayanan publik intitusi kepolisian
dalam segala hal.
4.3.2 Strategy
Strategi merupakan jantung nya perencanaan Public Relations
maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Demikian halnya
dengan Bidang Humas Polda Metro Jaya, perlu memerhatikan langkah-
langkah strategi untuk meminimalisasi perilaku tidak terpuji yaitu
melakukan Pungutan liar terhadap stakeholders. Strategi adalah
keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya. Maka yang perlu menjadi perhatian
Bidang Humas Polda Metro Jaya melakukan pengumpulan data dan
informasi untuk membuat suatu perencanaan secara komprehensif
sehingga efektif dapat dilaksanakan.
Adapun strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan
sasaran, memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian Sub
Bidang Humas melakukan pilihan pola komunikasi efektif untuk
laksanakan dalam sosialisasi pencegahan tindak Pungli dilingkungan
institusi Kepolisian Polda Metro Jaya. Adapun langkah langkah strtategi
yang perlu dilakukan sebagaberikut :
Menentukan sasaran dan objektif (Establishing goals and
objectives). Pada tahap ini, membuat institusi kepolisian mengem-
bangkan perencanaan dan program yang objektif yang jelas, spesifik dan
terukur (measurable) sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Maka pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan 1, selaku
Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, yaitu bagaimana menyususn suatu
perencanaan yang dapat dilaksanakan untuk jangka waktu : perencanaan
jangka pendek/menengah dan panjang, untuk menerapkan kebijakan
Saber Pungli?
Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :
Sub Bidang Humas bersama Bidang Propam bekerjasama merumuskan langkah-langkah perencaan sosialisasi Saber Pungli. Sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada jajaran Polri di Internal Kepolisian Polda Metro Jaya. Bahwa melalui kebijakan pemberlakuan operasi Saber Pungli di internal kepolisian dapat memberikan kesadaran, sehingga tidak akan melakukan tindak pungutan liar oleh oknum polisi, Sejak diberlakukannya Saber Pungli, sesuai fakta lapangan banyak pengaduan masyarakat yang menjadi objek pungli, ditujukan
kepada institusi kepolisian utamanya bagi mereka yang memiliki kepentingan dengan institusi kepolisian. Melalui aktivitas sosialisasi maka dampaknya adalah dapat memberikan pemahaman, agar tidak satupun oknum polisi melakukan perilaku tidak terpuji dengan meminta imbalan atas jasa pekerjaannya kepada masyarakat yang bersangkutan. Dari data lapangan sebagaimana di release dimedia publik, telah terjadi diinternal kepolisian Polda Metro Jaya adanya Operasi Tangkap Tangan dari praktik pungutan liar, Ini merupakan indikator bahwa oknum polisi belum memilki kesadaran dalam menjalankan tugas sebagai pelayanan publik. Maka dari itu untuk pencegahannya Bidang Humas dan Bidang Propam terus bekerjasama untuk melaksanakan rencana kerja Sosialisasi Keppres Saber Pungli dilingkungan internal kepolisian Polda Metro Jaya.
Selain itu juga dari hasil wawancara dengan Informan 2, selaku
Bidang Propam Polda Metro Jaya, diperoleh informasi, bahwa :
Jajaran Kepolisian di lingkungan Polda MetroJaya, sejak diberlakukannya Undang-undang Kebebasan Informasi Publik, telah berbenah diri, sebagai institusi kepolisian adalah melaksanakan pelayanan publik secara professional dan proporsional, sesuai tata kelola organisasi kepolisian, sehingga bila dilakukan dengan benar masyarakat akan mengapresiasi kepolisian. tapi bila tidak maka sebaliknya. Polda MetroJaya telah menyediakan sarana, sebagai pelayanan komunikasi publik, artinya publik akan dengan mudah melakukan ketidak puasan dalam pelayanan publik yang dilakukan polisi, maka dari itu Sub Bidang Penerangan Umum telah membuka Unit Kerja Bidang Pengaduan di Polda Metro Jaya. Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, kini memudahkan masyarakat untuk mengadukan masalahnya kepada media dengan memanfaatkan Media Gatget yang berbasis Android sebagai media komunikasi akan dengan mudah dapat digunakan untuk berkomunikas. dengan Bidang Pengaduan di Polda Metro Jaya. Hal ini terkait dengantelah diberlakukannya Undang-undang Kebebasan Informasi Publik, Oleh sebab itu masyarakat dapat melaporkan pengalaman atau kejadian yang dilihatnya dari tindak
pungutan liar yang dilakukan oknum kepoliian di lingkungan Polda Metro Jaya.
Dari kedua pernyataan informan diatas pada tanggal 5 Desember
2017, pkl 10.00 WIB masing-masing dikemukakan informan 1 dan 2,
maka dapat disimpulkan, bahwa Kehadiran Undang-Undang Kebebasan
Informasi Publik 14/2008 dengan didukung oleh perkembangan teknologi
media, masyarkat selain dapat mengadukan masalahnya secara
langsung kepada bagian pengaduan yang ditunjuk oleh Institusi
kepolisian Polda Metro Jaya juga dapat langsung mengadukannya ke
publik dengan mempertontonkan perilaku oknum polisi sebagaimana
banyak kejadian yang di release di youtube
Memformulasikan Aksi Dan Respon (Formulating Action and
Response Strategies)
Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau aksi
dipadukan dengan respon yang akan diterima. Pada bagian ini peneliti
mengajukan pertanyaan kepada informan 1, Selaku Sub Bidang Humas,
yaitu bagaimana respon publik terhadap program kegiatan sosialisasi
sebagai upaya pencegahan tindak Pungli di Internal Kepolisian Polda
Metro Jaya.
Dari Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut : Tujuan Sub Bid Humas Polda Metro Jaya mensosialisasikan program pencegahan tindakan pungutan liar adalah agar membangun para anggota Polri bertindak sesuai apa yang ditugaskan dari adanya peraturan yang sudah ditentukan agar tidak menyimpang dari apa yang tidak diharapkan dan diinginkan, dan
juga solusi yang diharapkan institusi kepolisian agar tidak menjatuhkan citra polisi di pandangan masyarakat. Maka dari itu tindakkan pertama yang harus dilakukan Bidang Humas Polda Metro Jaya, yaitu setelah membuat rencana jangka panjang, kemudian menyusun program kerja rutine secara lengkap, selanjutnya siap dilaksanakan dilingkungan, seperti halnya sosialisasi pencegahan tindakPungli di Polda Metro Jaya Respon masyarakat terhadap sosialisasi pencegahan tindak Pungli di respon publik positif, tapi ini masih dianggap sebagai wacana saja,opini ini terus berkembang di kalangan masyarakat, dari data dan informasi yang di kumpulkan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya diketahui hingga saat ini intitusi kepolisian khususnya Polda Metro Jaya. dengan citra negatif yang ada dalam pikiran warga masyarakat Jakarta. Untuk itu pihak kepolisian terus berupaya membenahi bagian-bagian yang rawan dengan pungutan liar, ini merupakan tanggungjawab pimpinan untuk bersih-bersih yaitu dengan menerapkan program sosialisasi Sapu Bersih Pungutan Liar. Sebagai bukti bahwa polisi senantiasa melayani masyarakat tanpa pamrih demi terciptanya citra positif dimata masyarakat.
Pertanyaan selanjutnya peneliti ajukan kepada Informan 2, selaku
Bidang Propam, adapun pertanyaannya yaitu, bagiamana menyikapi
respon negative publik terhadap institusi kepolisian Polda Metro Jaya.
Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :
Yang menjadi publik sasaran dari program sosialisasi pencegahan tindakan pungli adalah anggota polri yang menduduki jabatan sebagai pelayanan publik secara langsung di lingkungan Polda Metro Jaya Untuk meminimalisasi tindak Pungli yaitu dengan cara mengingatkan agar masyarakat sendiri patuh terhadap peraturan yang berlaku,dan petugas dilapanganpun melakukan tindakan pencegahan sesuai dan tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku. Program sosialisasi pencegahan tindak Pungli ini, dapat mencapai sasaran yang diinginkan tidak terjadi pungli. Tetapi perlu himbauan
dan tindakakan tegas bagi anggota polri yang melakukan perbuatan–perbuatan yang menyimpang, Karena itu sosialisasi ini, membangun kesadaran anggota polri terhadap tugasnya, apabila dilanggar akan diberikan sanksi tegas. Pimpinan Polri meminta dukungan masyarakat, agar melapor tindakan menyimpang yang dilakukan oleh anggota polri. Melalui cara melakukan himbauan kepada masyarakat berupa arahan apabila terjadinya suatu pungutan liar agar segera melaporkan kepada Bidang Propam. Dari pernyataan dua informan diatas, dapat peneliti simpulkan,
bahwa Sub Bidang Humas dan Propam Polda Metro Jaya, telah berupaya
mensosialisasikan Saber Pungli, sebagai upaya pencegahan agar tidak
terjadi tindak Pungli, karena sikap ini akan merusak citra Kepolisian baik
institusi maupun personal sebagai korp anggota polisi. Pencegahan ini
akan memiliki dampak positif apabila masyarakat juga tidak melanggar
aturan yang sudah di terapkan dengan sangsi tertentu.
Menggunakan komunikasi yang efektif (Using Effective
Communicatio) Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan
yang diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber yang
akan menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi dari pesan, bunyi dan
gayannya dan lain-lain. Pada bagian ini peneliti, melalui wawancara,
mengajukan pertanyaan yang sama informan 1 dan 3 kepada Sub Bidang
Humas dan Penmas Polda Metro Jaya, yaitu tindakan komunikasi apa
yang masuk dalam perencanaan dan program sosialisasi sebagai upaya
pencegahan pungli yang akan berlangsung dalam jangka panjang.
Jawaban yang dapat peneliti rangkum sebagai berikut :
Keberhasilan kegiatan sosialisasi upaya pencegahan tindakkan Pungli
pada jajaran internal institusi kepolisian Polda Metro Jaya, maka
diperlukan kesiapan Bidang Humas untuk melakukan pilihan strategi
komunikasi yang sesuai lingkungan kerja Polda Metro Jaya, akan
menentukan hasil yang diharapkan Oleh sebab itu Sub Bidang Humas
melakukan berbagai pilihan operasional sosialisasi di lapangan mulai dari
pemilihan komunikator, pesan, penggunaan media, serta waktu dan
tempat yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sosialisasi,
seperti halnya melalui diskusi–diskusi.
Strategi Humas dalam mensosialisasikan program pencegahan
Pungli di Polda Metro Jaya dengan cara memberi himabauan kepada
anggota Polri yang bertugas di lapangan, agar anggota dalam menindak
pelanggar Lalin, hendaknya dilalukan penilangan, tidak ada damai
ditempat dengan cara tidak menerima imbalan apapun bentuknya, dan
menjalankan tugas sesuai dengan apa yang sudah diberlakukan.
Sementara itu informan 3, dalam jawabannya memberikan
pernyataan sebagai berikut :
Bahwa keberhasilan sosialisasi pencegahan Pungli, memerlukan suatu perubahan yang dilakukan masyarakat, kepolisian telah memberikan himbauan untuk tidak meberi uang kepada anggota polri, jika terjadinya pelanggran, dan juga memberikan himbauan kepada anggota polisi agar dapat memberi arahan terhadapan masyarakat yang melanggar aturan. Tanggal 5 Desember 2017, pkl 13.00 WIB
Mensosialisasikan program pencegahan pungli di Polda Metro
Jaya dengan cara memberi himbauan terhadap masyarakat melalui
media elektronik berupa iklan di radio, atau pun siaran di tv, dan media
cetak agar tidak memberikan iming – iming terhdaap anggota polri jika
masyarakat melanggar peraturan. Dan apabila terjadi hal tersebut
masyarakat wajib melaporkan kejadian kepada Propam atau No
Pengaduan yang telah disediakan.
Pesan utama yang disampaikan kepada masyarakat dan anggota
polri, yaitu berupa himbauan untuk mematuhi tata tertib hukum yang
berlaku. Oleh sebab itu mengimplementasikan program pencegahan
pungli dengan cara pimpinan polri menyampaikan kepada anggota di
lapangan atau staff, di himbau untuk tidak menerima uang dari
masyarakat, dan apabila ada anggota polri yang melanggar akan
dikenakan sanksi tegas oleh pimpinan polri.
Semua pimpinan polri dan menghimbau kepada anggotanya
menjalankan taktik komunikasi untuk mencapai saasaran program,
dengan cara pimpinan polri bagaimana memberikan dan menghimbau
terhadap anggotanya.
Tactics; Memilih Taktik Komunikasi (Choosing Communication
Tactics)
Tahap ini dikatakan sebagai tahap pelaksanaan kegiatan
sosialisasi atau komunikasi langsung dilapangan dengan objek sasaran
sosialisasi yaitu penyampaian pesan sosialisasi, ―pencegahan tindak
pungutan liar‖ di jajaran Polda Metro Jaya.
Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dan mengajukan
beberapa pertanyaan yang relevan dengan yang sedang peneliti lakukan.
Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan adalah bagaimana Tim Pokja
sosialisasi pencegahan Tindak pungli dalam merumuskan pesan untuk
berkomunikasi dengan satuan-satuan unit kerja di jajaran Polda Metro
Jaya, agar komunikasi efektif?
Dari Jawaban yang dapat penulis rangkum, berdasarkan
penjelasan dari Informan 1, maka diperoleh pernyataan, sebagai berikut:
Setelah program sosialisasi pencegahan tindak pungli disusun secara
komprehensif mulai dari mempersiapkan pembicara, tempat dan ruang
serta waktu, sehingga sosialisasi mencapai target.
Selanjutnya Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, melaksanakan
sosialisasi dan berkomunikasi dengan bagian-bagian yang menjadi objek
sasaran. Adapun waktu sosialisasi sesuai materi yang ada, tetapi
sosialisasi ini dijalankan setiap bulan secara marathon sesuai jadwal yang
telah tersusun dan disampaikan kemasing masing Satuan Unit Kerja.
selain itu juga pesan sosialisasi disampaikan pada acara-acara, seperti
misalnya kegiatan Baksos dalam rangka perayaan Ulang Tahun
Kepolisian.
Media sosialisasi lainnya yang digunakan Sub Bidang Humas
Polda Metro Jaya, yaitu melalui kegiatan komunikasi kelompok yang
melibatkan Ibu-Ibu Bayangkari, awal kegiatan oleh pimpinan diberikan
himbauan bahwa Polri telah melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan
pungli, sebagai instruksi presiden, bahwa pelayanan publik tanpa balas
jasa. Dalam hal apapun sesuai dengan tugas dan fungsi kepolisian.
Pesan sosialisasi pencegahan tindakan pungli, dilakukan oleh
masing-masing satuan unit kerja sebagai pengawasan melekat (Waskat)
yang langsung diawasi oleh atasan langsung. Terus secara berjenjang.
Pesan sosialiasi pencegahan tindakkan pungli disampaikan pimpinan Polda Metro Jaya, pada setiap apel pagi dan apel sore, ini merupakan komunikasi efektif karena dapat disampaikan disetiap kesempatan. Pesan sosialisasi dilakukan melalui Spanduk dari bebagai ukuran dengan pesan “ penyuap dan penerima suap dikenakan hukuman yang sama” Pesan sosialisasi disampaikan melalui Banner, berbagai ukuran dan ditempatkan ditempat tempat strategis. sehingga setiap orang dapat membaca. Pesan sosialisasi disampaikan melalui media, termasuk didalamnya adalah pemberitaan Operasi Tangkap Tangan, ini dimaksudkan agar pesan memiliki dampak langsung kepada anggota polisi lainnya. Dari pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa sosialisasi akan membawa dampak positif apabila disampaikan secara massif dan disampaikan secara terus menerus, dan pemberian sanksi tegas kepada anggota sebagi oknum yang melakukan pelanggaran, mulai dari peringatan sampai dengan pemecatan dengan tidak hormat. Sehingga sosialisasi pencegahan akan memiliki efek jera. Sedangkan untuk warga masyarakat dilakukan dengan melalui media massa publik, seperti Pemberitaan di TV, Radio, dan Spanduk, juga Banner yang ditempatkan di tempat strategis yang bisa dilihat dan dubaca oleh umum.
Implementing the Strategic Plan (Mengimplementasikan Strategi)
Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya melalui pelaksanaan
program sosialisasi pencegahan tindakkan pungli melalui, Instruksi
Presiden ―Saber Pungli ― adalah tindakan pemerintah berupaya untuk
memulihkan institusi kepolisian dari perilalu anggota yang tidak terpuji
dengan melakukan pemerasan kepada masyarakat tanpa atau dengan
kesepakatan atas jasa yang diberikan oleh institusi kepolisian yang pada
akhirnya merusak citra kepolisian sendiri.
Agar hasil penelitian ini objektif, maka peneliti turun lapngan
melakukan penelitian dan melakukan wawancara mendalam, selanjutnya
peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan 3, terpilih yang
bertanggung jawab atas program sosialisasi Saber Pungli. Adapun
pertanyaan yang peneliti ajukan yaitu : Apakah tindakan pungli di sub
Bidang Pelayanan Publik Polda Metro Jaya, dengan dilakukannya
sosialisasi pencegahan pungli sudah ada perubahan dari perilaku pungli?
Jawaban yang dapat peneliti rangkum dari informan 3, dengan didukung
oleh data sekunder sebagai berikut :
Pertama, bahwa upaya OTT dalam memberantas pungli ini merupakan komitmen Polri sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. utamanya hanya di institusi kepolisian Polda Metro Jaya Dan Kami berkomitmen memberantas pungli di dalam institusinya sendiri. Kedua, bila di lihat rangking Polda Metro Jaya mendapat peringkat tertinggi dalam pungli di jajaran Polda se-Indonesia. Polda Metro Jaya menilai hal itu sebagai momen untuk terus membenahi internalnya. Ketiga, polisi selaku penegak hukum dan akan terus menegakan hukum mengaku pihaknya tidak merasa khawatir citra Polda akan menurun dengan banyaknya polisi yang tertangkap OTT melakukan pungli tersebut. Keempat, sekarang kan sudah berlangsungnya era keterbukaan, buat apa kita jaga image, tapi sebagai pimpinan ingin dan perlu untuk terus memperbaiki perilaku tindak pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepolisian Jakarta, Kelima, jajaran Pimpinan Kepolisian Polda berupaya terus untuk melakukan perbaikan kultur di internal. Polda Metro Jaya juga transparan kepada publik jika menemukan adanya oknum yang terlibat pungli, ini niat yang tulus dari pimpinan kita untuk bersih-bersih. Keenam, sebelum terjadi OTT di Kemenhub, Jajaran Kepolisian Polda sudah lakukan bersih-bersih. Yang kami sampaikan itu
periode 27 September yang lalu, kita sudah lakukan bersih-bersih secara internal. Karena memang untuk memperbaiki pelayanan publik di kepolisian sehingga sesuai arahan bapak presiden pelayanan publik di kepolisian tidak ada pungli," Tujuh, kesimpulannya Kepolisian tidak bisa menutup-nutupi yang kami sampaikan apa yang sesuai yang terjadi di lapangan, itulah yang menjadi bahan yang akan dilaporkan kepada pimpinan.
Pertanyaan selanjutnya yaitu : Bagaimana penerapan sanksi
kepada oknum polisi yang melakukan tindak pemerasan atau pungli?
adapun jawabannya sebagai berikut :
Bagi oknum polisi yang tertangkap pungli, Polda Metro Jaya akan menindak tegas sesuai Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 tentang Disiplin Anggota Polri. "Sehingga yang bersangkutan harus mempertanggung jawabkan pungli dan sanksi yang diberikan mulai dari penurunan pangkat sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat. Oleh karena itu hindari perbuatan tidak terpuji, karena akan merugikan diri sendiri. dan ingat Polri akan terus bersih-bersih, jangan coba-coba anggota melakukan pungli," Pertanyaan selanjutnya peneliti ajukan kepada Informan 2,
Adapun pertanyaanya yaitu, Bagaimana fenomenanya, dan siapa yang
paling bertanggung jawab untuk penegakkan hukum terhadap oknum
polisi yang melanggar aturan hukum sendiri ?
Rangkuman Jawaban yang diperoleh peneliti sebagai berikut:
Fenomena yang terjadi atas tindakan pungli di tubuh internal kepolisian agar tidak terjadi perlawanan dilakukan secara bersama dalam satu Tim Pokja Sapu Bersih Pungutan Liar (Pungli). Melibatkan Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Metro Jaya, menangkap Kompol Sartoto Kapolsek Pamulang atas dugaan melakukan praktik pungutan liar. Sebagaimana yang terjadi di Polsek Pamulang, Propam Saber
Pungli juga menangkap Kasubnit Reskrim serta seorang penyidik
pembantu Polsek Pamulang. Kasusnya narkoba, sabu-sabu. Barang
bukti yang diamankan, uang senilai Rp10 juta yang diduga hasil pungli
dari seorang tersangka pemilik sabu-sabu, agar tidak ditahan. Untuk
bahan pengusutan, penyidik masih menunggu surat keterangan sakit dari
tersangka pemilik 0,1 gram sabu-sabu tersebut.
Saat ini, ketiga aparat kepolisian itu dibebas tugaskan untuk menjalani pemeriksaan di Divisi Propam Mabes Polri. Mereka bertiga, kata Kombes Martinus, bisa kena sanksi tegas, kalau terbukti bersalah. dan kini kasus narkoba yang sebelumnya ditangani Propam Mabes Polri, sekarang ditangani Polres Tangerang Selatan.
Dari pernyataan diatas, yang dikemukakan beberapa sumber
sebagai informan dapat peneliti simpulkan, bahwa Program sosialissi
pencegahan tindakkan pungli, ini merupakan perencanaan jangka
panjang, karena itu program ini akan terus dilaksanakan dari waktu ke
waktu, tidak akan mengurangi intensitas kegiatan sosialisasi, Sub Bidang
Humas dengan jajaran lainnya yang termasuk dalam Tim Pokja
Sosialisiasi akan memproduksi pesan sosialisasi untuk di publikasikan ke
publik melalui media masa publik, maupun spanduk, banner dll.
4.3.3 Pembentukan Citra Positif Institusi Kepolisian melalui
Pelaksanaan Program Sosialisasi Pencegahan Tindakan Pungli
di Lingkungan Polda Metro Jaya.
Tim Pokja Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungli terdiri dari Sub
Bidang Humas, Sub Bidang Penrangan Umum (Penum) Sub Bidang
Propam Polda Metro Jaya. Pelaksanaan program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungli Polda Metro Jaya diharapkan dapat
memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder dan publik secara
luas. Namun, tidak hanya itu saja yang terjadi, citra positif, melalui
sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dialukan secara terus
menerus telah membawa hasil positif, dari hasil penelitian lapangan pada
Sub Bidang Pelaynan Umum Polda Metro Jaya, tidak pungli yang biasa di
lakukan oknum polisi, kini dari hasil wawancara dengan publik
―pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) bisa selesai tepat
waktu dan tidak dikenakan biaya tambahan hal ini akan terbentuk di mata
masyarakat image positif.
Berikut pernyataan mengenai upaya meingkatkan citra positif
institusi kepolisian dari hasil sosialisasi pencegahan tindak pungli,
dikemukakan Informan 1, Sub Bidang Humas :
Kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dilakukan secara terus menerus telah membawa perubahan perilaku kepada anggota kepolisian yaitu polisi lebih profesional dan proporsional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Perubahan perilaku positif ini bisa meningkatkan citra institusi kepolisian, karena menunjukkan bahwa tugas melayani masyarakat itu tidak hanya berorientasi pada keuntungan pribadi. Dengan mengadakan secara terus menerus sosialisasi pencegahan tindak pungli dapat menumbuhkan kepedualian sosial, maka akan menambah nilai plus institusi kepolisian mata masyarakat. Polda Metro Jaya harus bertanggung jawab kepada masyarakat Jakarta pada umumnya. Oleh sebab itupula Tim Pokja Sosialisasi pencegahan senantiasa memberikan himbauan/menghimbau masyarakat internal dan eksternal agar tidak menyuap dan menerima suap , tetapi berupaya menunjukkan kepedulian sosial kepada stakeholder/publik yang di luar yang tidak memiliki kepentingan dengan kepolisian. Secara otomatis bila mereka mengetahui kegiatan ada perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan sosialissi, maka akan meningkatkan citra positif institusi kepolisian, dilingkungan Polda Metro Jaya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jelas dan benar adanya
kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli yang dilakukan secara
terus menerus telah membawa perubahan perilaku kepada anggota
kepolisian itu dapat meningkatkan citra positif institusi kepolisian,
dilingkungan Polda Metro Jaya. Selain itu, reputasi institusi kepolisian,
dilingkungan Polda Metro Jaya pun akan semakin baik di mata publik
secara luas.
4.3.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam
Pelaksanaan Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungli di
Lingkungan Polda Metro Jaya sebagai Upaya Meningkatkan
Citra Polisi
Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada
umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan
adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat.
Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian
tujuan dari suatu institusi kepolisian. Namun, dengan adanya faktor
penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian
tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan
peneliti kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak
Pungli Dilingkungan Polda Metro Jaya
Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak
pungli di lingkungan Pola Metro Jaya. Hal ini telah dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat melalui pemberitaan yang di release
media publik tahun 2016 bersaman dengan turunnya Instruksi Presiden
Saber Pungli tahun lalu.
Sehingga seluruh khalayak yang memiliki kepentingan dengan
kepolisian Polda Metro Jaya menyambut baik program ini,
sebagaimana dikemukakan Sub BIdang Humas Polda Metro Jaya,
sebagai berikut :
Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli dilingkungan Polda MetroJaya adalah seluruh khalayak selaku pengguna jas layanan publik di kepolisian Metro Jaya. Maka tema sosialisasi itu kan sangat menarik perhatian publik dima setiap tahunnya publik memilikike pentingan untuk mengurus surat surat kendaraan di Polda Metro Jaya. Bukan secara kebetulan tahun ini merupakan tahun Sapu Bersih Pungutan Liar di seluruh Badan Layanan Publik Pemerintah dan salah satunya yang berhubungan pelayan publik yang diberikan oleh institusi kepolisian Polda Metro Jaya. Untuk itu khalayak menyambut baik atas keputusan presiden untuk menyapu bersih pungutan liar yang tidak memiliki dasar hukum apapun. Dan inipula yang membuat orang berusaha menjadi terlambat karena terlalu banyaknya persyaratan, sehingga harus memberikan uang pelicin untuk setiap urusan yang berhubungan dengan perijinan, demikian halnya yang terjadi Polda Metro Jaya setiap orang yang memberi upeti akan menjadi prioritas utama untuk mendapatkan pelayanan lebih cepat.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor
pendukung dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak
pungutan liar Polda Metro Jaya sebagai upaya mengedepankan
kepentingan publik, dan memberikan kesadaran kepada polisi yang
memberikan pelayanan publik agar memiliki sifat empaty terhadap
kepentingan dan kebutuhan publik.
Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal setiap kebijakan
yang pro rakyat maka akan mendapatkan respon positif dari
masyarakat luas, Oleh karena itu, di tahun 2016 merupakan tahun
Sapu Bersih Pungutan Liar dan kemudian menjadi instruksi Presiden,
maka dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan Polda Metro Jaya
akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima oleh
masyarakat luas.
b. Faktor Penghambat dalam Pelaksanan Kegiatan Sosialisasi
Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda
Metro Jaya
Tidak hanya faktor pendukung suatu kegiatan sosialisasi
mendapatkan respon masyarakat secara luas tentang pencegahan
tindak pungutan liar yang dilakukan oknum polisi di lingkungan Polda
Metro Jaya, tetapi juga mendapatkan tantangan dari internal kepolisian
sendiri dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan
pungutan liar terdapat pula faktor penghambat. Hal ini bisa diketahui
dari keterangan berikut; penjelasan dari informan 4, selaku Jurnalis
Kompas :
Pelayanan publik itu sebuah paradok, bila diberikan kemudahan publik yang berkepentingan akan memberikan dukungan dan sebaliknya apabila terjadi masalah maka faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah pelayanan publik pada umumnya dituntut untuk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak atau masyarakat dapat dengan mudah menyelesaikan kepentingan yang berhubugan dengan institusi kepolisian sehingga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan dokumen. Oleh karena itu, operasi sapu bersih pungutan liar ini tidak boleh berhenti dan terus di sosialisasikan dan dilaksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bila terjadi stagnan karena tidak ada lagi perhatian dari pimpinan kepolisian maupun dari khalayak yang membutuhkan jasa pelayanan kepolisian. Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang
bagi Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya, untuk mencapai
tujuan. Sehingga upaya terus menerus dilakukan oleh Sub Bidang
Humas untuk mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien
senantiasa dilakukan.
Sebagaimana dijelaskan informan 2, cukup memberi gambaran
sedikit mengenai faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi
pencegahan pungutan liar. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Tim
Pokja sosialisasi pencegahan pungutan liar, karena memberikan
semacam persyaratan untuk melaksanakan sosialisasi secara terus
menerus untuk dilakukan sebagai kegiatan yang menyangkut
kepentingan publik.
c. Opini Publik yang dapat dirasakan dari Dampak Sosialisasi
Pencegahan Pungutan Liar secara langsung oleh Masyarakat
Kini apabila program kegiatan sosialisasi itu terhenti maka akan
merugikan semua pihak baik masyarakat maupun institusi kepolisian
itu sendiri, reputasinya akan tergerus oleh perbuatan oknum yang tidak
bertanggungjawab.
Ketika peneliti melakukan wawancara langsung dengan
Informan 4, Jurnalis elektronik Kompas TV. peneliti juga
mewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan langsung
dengan kebutuhan pelayanan umum dari Bidang Pelayanan Umum
Polda Meto Jaya. Berikut hasil wawancaranya :
Septi sebagai unsur masyarakat
Bahwa pelayanan umumyang di berikan oleh kepolisian Polda Metro Jaya, yang pernah diterima oleh publik ketika sebelum ada Instruksi Presiden “Sapu Bersih Pungutan Liar, situasi ditempat pengurusan dokumen kendaraan bermotor dimainkan oleh para calo. Tapi setelah ada Instruksi Presiden Sapu Bersih Pungutan Liar kemudian dilakukan soaialisasikan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kegiatan sosialisasi ini, sangat bermanfaat karena adanya kemudahan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan dokumen kendaran tanpa ada tambahan biaya yang berarti. Dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar yang dilakukan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya ini dapat membentuk citra yang positif dihadapan publik.
4.3.5 Evaluating
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari pelaksanan strtategi
Humas yang dilakukan oleh Sub Bidang Huams Polda Metro Jaya.
Sejalan degan tujuan penelitian, maka pada tahap ini, sosialisasi
pencegahan tindakkan Pungli di lingkungan institusi kepolisian Polda
Metro Jaya, diharapkan bisa menghasilkan dampak serta efek positif
pada institusi Kepolisian Polda Metro Jaya.
Dari sosialisasi pencegahan tindakan pungli, bahwa penyampaian
pesan (kepada target sasaran sosialisasi) sebagai upaya meminimalisasi
perilaku dalam rangka perubahan perilaku Pungli tersebut dibutuhkan
waktu dan Tim Pokja Sosialisasi pencegahan tindakkan pungli, dapat
mencapai penilaian maksimal. Sehingga Sub Bidang Humas Polda Metro
Jaya, mengevaluasi segala sesuatunya, mulai dari penentuan sasaran
dan langkah penyusunan perencanaan dan program sosialisasi
pencegahan tindakan pungli, hingga pelaksanaan kegiatan sosialisasi
hingga kini.
Hasil dari bahan evaluasi inilah yang menjadi bahan acuan dalam
menyusun perencanaan jangka panjang melalui program sosialisasi
pencegahan tindakan pungli, selanjutnya, sambil menunggu efek timbal
balik dari para sasaran dari kegiatan sosialisasi yang sudah berlangsung
tadi.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada Sub Bidang Humas Polda
Metro Jaya, yaitu bagiaman hasil dari sosialisasi pencegahan tindakan
pungli sampai dengan periode Agustus – Desember 2017, diperoleh
jawaban di bawah ini menerangkan tahapan evaluasi yang dilakukan,
yaitu :
Evaluasi itu lebih banyak dilakukan oleh Tim Pokja Sosialisasi Pencegahan Tindakkan Pungli di kepolisian Polda Metro Jaya, hingga kini terus berlangsung telah dilakukan pendataan secara kualitatif dan ada banyak masuka-masukan dari orang-orang lapangan, misalnya pihak publik yang menggunakan jasa pelayanan, seperti, pada Sub Bidang Pengurusan per-panjangan Surat Tanda Nomor Kendaran di Polda Metro Jaya, yang berlangsung di kantor pelayanan Sub Bidang Pelayanan (STNK) ditemukan tidak lagi banyak calo berpakaian Polisi/sipil. Evaluasi ini adalah masukan dari pihak warga masyarakat dan juga Sub Bidang Propam Polda Metro Jaya, bahwa kegiatan sosialisasi pencegahan Pungli tersebut, dapat memberi manfaat langsung kepada masyarakat. karena masyarakat cukup nyaman dalam proses pengurusan perpangjangan STNK sesuai target waktu dan tidak ada biaya tambahan. Adapun masukan-masukan lain dan kritikan yang harus diperbaiki dari kegiatan kegiatan sosialisasi pencegahan tindakkan Pungli tersebut dan lain-lain. Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya akan membuat laporan (report) kepada pihak Pimpinan dan shareholder (internal) institusi kepolisian. Termasuk usulan dan saran yang diberikan oleh masyarakat yang mereka harapkan tentang hasil dari kegiatan sosialisasi selanjutnya Bidang Pelayanan Polda Metro Jaya akan bersih dari Pungli.
Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa model evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi
internal dalam hal ini pemberian laporan hasil kegiatan selama sosialisasi
pencegahan tindkkan Pungli di Polda Metro Jaya. Tentunya masukan dan
kritikan membangun sangat dibutuhkan oleh Sub Bidang Humas Polda
Metro Jaya sebagai dasar perencanaan program-program sosialisasi
selanjutnya ke depannya.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul strategi humas polisi daerah metro Jakarta
raya dalam mensosialisasikan saber pungli periode tahun 2016-2017.
Adapun program kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi pencegahan
tindak pungutan liar oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Terutama
terjadi pada Sub Bidang Pelayanan Umum, seperti yang terjadi pada Bidang
pelayanan administrasi pengurusan dokumen Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK). Beberapa alasan diatas yang menjadi objek
pembahasan, penelitian yang terjadi di Polda Metro Jaya, hingga kini
menyandang predikat ke dua dari seluruh jajaran Kepolisian Nasional dalam
tindakan pungutan liar. Sehingga tidak memiliki reputasi yang dapat
dibanggakan sebagai unsur aparatur non sipil dalam penegakan hukum.
4.4.1 Research Formative (Penelitian Pendahuluan)
Tahap ini meliputi kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data
dan informasi sebagai fakta yang terjadi di lapangan, seperti : opini, sikap
dan perilaku semua pihak baik publik internal maupun eksternal, terkait
dengan kebijakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar
dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya. Maka Sub Bidang Humas
diarahkan untuk mengamti situasi internal perilaku anggota kepolisian
sebagai Sub Bidang pelayanan umum, kemudian tata kelola organisasi
institusi kepolisian sebagai fungsi pelayanan publik, hal lain yaitu
pengamatan situasi yang terjadi dengan publik sebagai stakeholders
eksternal yang memiliki kepentingan dengan kepolisian. Pada dasarnya
Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya telah menjalankan fungsi intelijen
untuk mengetahui image masyarakat terhadap institusi kepolisian
sebagai pelayanan umum dilakukan secara professional dan proporsional
sesuai SOP yang berlaku dalan pelayanan publik. Fungsi ini menyediakan
dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan
menentukan yang dihadapi institusi kepolisian saat ini.
Untuk itu Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya, pada tahap ini
akan melakukan/menerapkan kebijakan sosialisasi pencegahan tindak
pungutan liar karena banyaknya pengaduan masyarakat dari
penyimpangan perilaku polisi sebagai pelayan publik diarahkan untuk
kepentingan pribadi/golongan saja. Sehingga mengabaikan kepentingan
umum. Selanjutnya Sub Bidang Humas mengarahkan kebijakan untuk
menjawab masalah yang terjadi dilingkungan kepolisian sebagai fungsi
pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat belum dilakukan secara
professional sehingga timbul image negative di masyarakat.
Data dan informasi sebagai fakta lapangan yang sudah diperoleh
sebagai temuan akan memudahkan Sub Bidang Humas untuk menyusun
dan melaksanakan program kegiatan sosialisasi pencegahan tindak
pungutan liar dilingkungan intitusi kepolisian tujuannya untuk
mendapatkan apresiasi dari masyarakat secara luas.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok ―kecil‖ seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi, sosialisasi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Pernyataan diatas sejalan dengan teori kelompok yang
dikemukakan dedy mulyana sebagai berikut :
4.4.2 Strategy
Tahap ini merupakan tahap dimana pihak Sub Bidang Humas
Polda Metro Jaya, akan membuat keputusan tentang penetapan visi dan
misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target,
penetapan program publik, strategi tujuan, struktur organisasi,
menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta
penentuan sumber dana untuk melaksanakan program kegiatan
sosialisasi tindak pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya.
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada tahap pertama,
maka diperoleh bahan-bahan untuk menyusun program kegiatan
sosialisasi tindak pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya.
Atas dasar fakta dan persoalan-persoalan yang dijumpai pada tahap
pencarian fakta, maka disusunlah suatu rencana kerja. Rencana kerja
tidak disusun berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan
irrasional. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat
rasional, lentur (fleksibel) dan berkelanjutan.
Maka Sub Bidang Humas telah menyususn Tim Pokja Sosialisasi
instruksi presiden tentang Saber Pungli (Sapu Bersih Pungutan Liar) yang
dilakukan oleh oknum kepolisian dilingkungan Polda Metro Jaya.
Selanjutnya menerapkan proses perencanaan kegiatan dengan
profesional. Langkah penyusunan program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar dilakukan oleh Tim Pokja Saber Pungli
tetapi yang menjalankan adalah Sub Bidang Humas sendiri yang berada
di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pimpinan Kepolisian
Daeran Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Sub Bidang Humas merupakan
bagian yang terpisah, untuk membantu Pimpinan Kepolisian dalam hal
mengkomunikasikan setiap kebijakan kepada publik internal dan
eksternal.
Penelitian ini mefokuskan pada program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar di lingkungan Polda Metro Jaya. Karena
adanya pengaduan dari masyarakat tentang perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh oknum polisi dengan meminta imbalan sejumlah uang
dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat yang dilakukan
di Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya. Dalam rangka
meminimalisasi lingkungan yang kondusif dari perilaku Pungli sebagai
perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian, maka Sub
Bidang Humas membantu Tim Pokja Saber Pungli Polda Metro Jaya
melaksanakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar dengan tujuan
untuk membangun lingkungan yang bersih dari pungutan liar. Sosialisasi
Saber Pungli secara keseluruhan telah di persiapkan untuk dilakukan
dilingkungan Polda Metro Jaya. Tujuan nya adalah agar individu sebagai
anggota polri menyadari tujuan sosialisas, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh seorang Humas dalam menyusun sebuah
program baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek, harus
mampu membuat perencanaan yang dibuat dengan cermat dan penuh
perhitungan, sehingga akan diperoleh hasi-hasil positif yang nyata.
Sesuai dengan yang dikemukakan pada Bab2 halaman 60 paragrap
kedua, kutipan dari Frank Jefkins dalam (Ruslan 2003:132). Bila
disimpulkan kutipan tersebut menyinggung mengenai :
a) Penetapan target-target operasi Public Relations yang nantinya akan
menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh
b) Perhitungan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
c) Pembuatan skala prioritas guna menentukan:
i. Jumlah Program
ii. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan program Public
Relations yang telah diprioritaskan.
d) Menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai
dengan ketersediaan;
i. Staf pendukung atau personil yang mencukupi.
ii. Dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kantor,
mesin cetak, kamera, kendaran dan sebagainya.
iii. Anggaran dana yang tersedia.
4.4.3 Taktik
Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada
penerapan dan mengkomunikasikan program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar kepada publik internal dan eksternal
berupa himbauan secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat
terbentuk dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang di desain untuk
mencapai tujuan dari program.
Pengkomunikasian program kegiatan sosialisasi pencegahan
tindak pungutan liar kepada publik internal dan eksternal sebagai
stakeholder bertujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan
kepolisian Polda Metro Jaya, kepada seluruh stakeholder yang terkait
dalam pelaksanaan program kgiatan sosialisasi. Melalui aktivitas
komunikasi yang dilakukan, akan membuka kanal interaksi yang memberi
kesempatan stakeholder untuk mengkritisi, memberi saran,
menyampaikan ide dan harapan ataupun bentuk pastisipasi serta respon
positif demi peningkatan kualitas dan profesionalitas penyelenggaraan
pelayanan publik dilingkungan Polda Metro Jaya. Dalam hal ini Sub
Bidang Humas yang bertugas untuk mengkomunikasikan segala materi
sosialisasi dalam berbagai model komunikasi yang dilakukan kepada
seluruh publik, stakeholder dan shareholder.
Dampak dari kegiatan program sosialisasi yang dilakukan oleh Sub
Bidang Humas Polda Metro Jaya telah membawa berdampak pada
pembentukan citra institusi kepolisian yaitu dengan telah berkurangnya
tindak perilaku yang ditunjukan oleh oknum polisi sebagi pemberi
pelayanan publik itu sendiri. Aktivitas komunikasi dalam setiap kegiatan
sosialisasi diarahkan untuk dapat meningkatkan citra, karena
menunjukkan bahwa Kepolisian bukan merupakan intitusi berorientasi
pada pemungutan jasa dari setiap pelayanan publik yang menguntungkan
diri sendiri, melainkan berorientasi pada tanggung jawab sosial dan
kepuasan atas pelayannan publik kepada masyarakat secara luas. selain
itu bahwa aktivitas komunikasi dalam penyelenggaran sosialisasi yang
dilakukan adalah untuk menambah nilai plus institusi kepolisian di mata
publiknya. Keberhasilan sosialisasi ditentukan oleh pemilihan pesan.
Menurut Canggara (2006:23) dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi, pesan yang dimaksud :
―Proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda‖.
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret
agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal
budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik,
gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa tulisan’’
4.4.4 Evaluating
Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi yang
dilakukan Sub Bidang Humas difokuskan pada usaha untuk melakukan
penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program sosialisasi
Saber Pungli sebagai suatu kebijakan yang harus dilakukan. Penyesuaian
akan dilakukan pada saat program diimplementasikan dan didasarkan
pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program tersebut
berhasil atau tidak. Mengingat program kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan Sub Bidang Humas Polda Mtro Jaya, ini, sudah berlangsung
sejak ditetapkan pada tahun 2016 lalu, dengan tema ―Sosialisasi Sapu
Bersih Pungutan Liar sebagai salah satu instruksi presiden‖.
Maka untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan sosialisasi
ini, akan dilakukan pengukuran dan penilaian mengenai kegiatan
sosialisasi yang telah dilakukan, untuk melihat hasil kerja Sub Bidang
Humas Polda Metro Jaya sudah sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan semula?
Dari hasil observasi lapangan diperoleh fakta bahwa menurut
pengakuan dari stakeholder bahwa proses kerja pelayanan umum dalam
pengurusan administrasi dokumen kendaraan yang saya ajukan selesai
tepat waktu dan tanpa ada tambahan biaya apapun. Ini artinya bukti
sosialisasi telah membawa hasil yang baik. Untuk itu diharapkan bahwa
pelaksanaan sosialisasi sudah sesuai dengan instruksi serta pedoman
yang telah ditetapkan Tim Pokja Saber Pungli Polda Merto Jaya.
Namun begitu pelaksanaan sosialisasi bukan tidak ada hambatan,
selama pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liarpun
dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan yang terjadi dilapangan dalam
melaksanakan kegiatan sosialisasi mengingat polisi adalah sebagai alat
negara dalam penegakkan hukum, Jadi diperlukan metode sosialisasi
humanis dalam proses pelaksanaannya
Evaluasi terhadap implementasi kegiatan program sosialisasi yang
sudah dilakukan Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya ini, selanjutnya
akan dibuat laporan (report) secara lengkap untuk pihak internal dan tentu
saja ada laporan juga untuk pihak eksternal.
Tahap evaluasi sebenarnya bukanlah tahap akhir dari suatu
pelaksanaan program Humas, melainkan sebagai suatu tahap kontrol
untuk mengukur hasil suatu program yang sudah dilaksanakan. Tahap
kontrol ini merupakan barometer terhadap pelaksanaan program kerja
Humas yang telah dilakukan. Oleh karena itu seluruh proses kerja
Humas akan terus berlanjut dan berjalan sesuai proses tahapan demi
tahapan dari suatu strategi Humas atau proses kerja sampai target yang
ditetapkan oleh Humas dapat tercapai.
4.4.5 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Kegiatan
Sosialisasi Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan
Kepolisian Polda Metro Jaya Dalam Upaya Meningkatkan Citra
Kepolisian
Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada
umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan
adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat.
Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian
tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan
adanya faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya
pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh
penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagi berikut :
a. Faktor Pendukung Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Tindak
Pungli Dilingkungan Polda Metro Jaya
Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak
pungli di lingkungan Pola Metro Jaya. Hal ini telah dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat melalui pemberitaan yang di release
media publik tahun 2016 bersaman dengan turunnya Instruksi Presiden
Saber Pungli tahun lalu.
Sehingga seluruh khalayak yang memiliki kepentingan dengan
kepolisian Polda Metro Jaya menyambut baik program ini,
sebagaimana dikemukakan Sub BIdang Humas Polda Metro Jaya,
sebagai berikut :
Faktor pendukung dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungli dilingkungan Polda MetroJaya adalah seluruh khalayak selaku pengguna jas layanan publik di kepolisian Metor Jaya. Maka tema sosialisasi itu kan sangat menarik perhatian publik dima setiap tahunnya publik memiliki kepentingan untuk mengurus surat surat kendaraan di Polda MetroJaya. Bukan secara kebetulan tahun ini merupakan tahun Sapu Bersih Pungutan Liar di seluruh Badan Layanan Publik Pemerintah dan salah satunya yang berhubungan pelayanan publik yang diberikan oleh institusi kepolisian Polda Metro Jaya. Untuk itu khalayak menyambut baik atas keputusan presiden untuk menyapu bersih pungutan liar yang tidak memiliki dasar hukum apapun. Dan inipula yang membuat orang berusah menjadi terlambat karena terlalu banyaknya persyaratan, sehingga harus memberikan uang pelicin untuk setiap urusan yang berhubungan dengan perijianan, demikian halnya yang terjadi Polda Metro Jaya setiap orang yang memberi upeti akan
menjadi prioritas utama untuk mendapatkan pelayanan lebih cepat.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor
pendukung dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan tindak
pungutan liar Polda Metro Jaya sebagai upaya menge-depankan
kepentingan publik, dan memberikan kesadaran kepada polisi yang
memberikan pelayanan publik agar memiliki sifat empaty terhadap
kepentingan dan kebutuhan publik.
Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal setiap kebijakan
yang pro rakyat maka akan mendapatkan respon positif dari
masyarakat luas. Oleh karena itu, di tahun 2016 merupakan tahun
Sapu Bersih Pungutan Liar dan kemudian menjadi instruksi Presiden,
maka dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan Polda Metro Jaya
akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima oleh
masyarakat luas.
b. Faktor Penghambat dalam Pelaksanan Kegiatan Sosialisasi
Pencegahan Tindak Pungutan Liar Dilingkungan Kepolisian Polda
Metro Jaya
Tidak hanya faktor pendukung suatu kegiatan sosialisasi
mendapatkan respon masyarakat secara luas tentang pencegahan
tindak pungutan liar yang dilakukan oknum polisi di lingkungan Polda
Metro Jaya, tetapi juga mendapatkan tantangan dari internal kepolisian
sendiri dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan
pungutan liar terdapat pula faktor penghambat. Hal ini bisa diketahui
dari keterangan berikut, penjelasan dari informan 4, selaku Jurnalis
Kompas :
Khususnya di Polda Metro Jaya, saya sendiri sebagai wartawan sering kali meliputi pihak dari DIR LANTAS atau KASUBDIT menemukan tindakan-tindakan pungutan liar, kebanyakan pada dilakukan saat adanya SIM keliling, karena SIM keliling mungkin tidak terlalu dipantau seperti di samsat-samsat. Tapi kalo di SIM keliling itu hanya ada beberapa anggota polisi dan itu besar banget kemungkinan untuk anggota polri main pungutan liar. Biasanya pihak kepolisian yang melakukan pungli tersebut menawarkan jasa-jasa atau lebih untuk tepat nya di bantu melakukan pembuatan SIM baru, tidak perlu test seperti, psikotes dan uji praktik (menyetir), hanya tinggal foto dan langsung terimajadi dengan imbalan memberikan uang sesuai yang polisi minta. Peristiwa ini pernah tertangkap tangan oleh DIR LANTAS dan KASUBDIT Polda Metro Jaya yang sedang melakukan pengintaian terhadap pada anggota polisi yang sedang melakukan sidak SIM keliling dan ada masyarakat yang melapor juga memaparkan kepada pimpinan lantas dimintai uang untuk keperluan kesehatan.
Pimpinan Ditlantas tersebut mengetahui dan akhirnya
ditangkap oknum – oknum nakal tersebut yang melakukan pungutan liar di kesempatan SIM keliling, oknum tersebut digeledah dan menemukan sejumlah uang. Apa yang diharapkan wartawan bagaimana kedepannya tentang
pungutan liar di lingkungan Polda Metro Jaya ?
Harapan saya lebih di tegaskan lagi oleh pimpinan atasan untuk mengontrol atau melakukan pengintaian terhadap anggota yang bertugas di lapangan atau staf. Untk melakukan pekerjaan sesuai aturan, dan diberikan sanksi jera kepada polisi yang melakukan kegiatan pungli agar lebih sadar aturan hukum. Inti nya kesadaran dari pihak polisi itu sendiri untuk tidak melakukan kegiatan pungli. Pelayanan publik itu sebuah paradok, bila diberikan kemudahan publik yang berkepentingan akan memberikan dukungan dan sebalinya apabila terjadi masalah maka faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah pelayanan publik pada umumnya dituntut
untuk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak atau masyarakat dapat dengan mudah menyelesaikan kepentingan yang ber-hubungan dengan institusi kepolisian sehingga mendapatkan kemudahan dalam pengurusan dokumen.
Oleh karena itu, operasi sapu bersih pungutan liar ini tidak boleh berhenti dan terus di sosialisasikan dan dilaksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bila terjadi stagnan karena tidak ada lagi perhatian dari pimpinan kepolisian maupun dari khalayak yang membutuhkan jasa pelayanan kepolisian.
Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang
bagi Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya, untuk mencapai
tujuan. Sehingga upaya terus menerus dilakukan oleh Sub Bidang
Humas untuk mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien
senantiasa dilakukan.
Sebagaimana dijelaskan informan 2, cukup memberi gambaran
sedikit mengenai faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi
pencegahan pungutan liar. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Tim
Pokja sosialisasi pencegahan pungutan liar, karena memberikan
semacam persyaratan untuk melaksanakan sosialisasi secara terus
menerus untuk dilakukan sebagai kegiatan yang menyangkut
kepentingan publik.
c. Opini Publik yang dapat dirasakan dari dampak Sosialisasi
Pencegahan Pungutan Liar secara langsung oleh Masyarakat
Kini apabila program kegiatan sosialisasi itu terhenti maka akan
merugikan semua pihak baik masyarakat maupun institusi kepolisian
itu sendiri, reputasinya akan tergerus oleh perbuatan oknum yang tidak
bertanggungjawab.
Ketika peneliti melakukan wawancara langsung dengan
Informan 4, Jurnalis elektronik Kompas TV. peneliti juga m
ewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan langsung
dengan kebutuhan pelayanan umum dari Bidang Pelayanan Umum
Polda Meto Jaya. Berikut hasil wawancaranya :
Septi sebagai unsur masyarakat
Bahwa pelayanan umumyang di berikan oleh kepolisian Polda Metro Jaya, yang pernah diterima oleh publik ketika sebelum ada Instruksi Presiden “Sapu Bersih Pungutan Liar, situasi ditempat pengurusan dokumen kendaraan bermotor dirmaikan oleh para calo. Tapi setelah ada Instruksi Presiden Sapu Bersih Pungutan Liar kemudian dilakukan soaialisasikan oleh Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kegiatan sosialisasi ini, sangat ber-manfaat karena adanya kemudahan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan dokumen kendaran tanpa ada tambahan biaya yang berarti. Hal ini dapat membangun image positif masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan umum kepolisian Polda Metro Jaya.
Dari pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui
kegiatan sosialisasi yang dilakukan Sub Bidang Humas Polda Metro
Jaya tentang Keppres Saber Pungli terkait pencegahan tindak
pungutan liar dilingkungan kepolisian Polda Metro Jaya, ini dapat
membentuk citra yang positif masyarakat luas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan, sejalan dengan
jawaban hasil pembahasan penelitian sesuai pertanyaan penelitian dan
tujuan penelitian, terdapat pada bab I. Melalui serangkaian penelitian dan
interview dengan berbagai informan, yang terlibat lansung dengan
penelitian ini, analisis data dari Sub Bidang Humas dalam kegiatan
sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar pada institusi kepolisian Polda
Metro Jaya,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan
penelitian, sebagai berikut :
1. Sub Bidang Humas dalam kegiatan sosialisasi pencegahan tindak
pungutan liar, sebagai upaya menjalankan intsruksi presiden tentang
sapu bersih pungutan liar dalam pelayanan publik dilingkungan
pemerintahan, dan khususnya di intitusi kepolisian Polda Metro Jaya.
Karena adanya pengaduan dari masyarakat tentang perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh oknum polisi dengan meminta imbalan sejumlah
uang dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat yang
dilakukan di Sub Bidang Pelayanan Umum Polda Metro Jaya. Dalam
rangka meminimalisasi lingkungan yang kondusif dari perilaku Pungli
sebagai perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh oknum kepolisian,
maka Sub Bidang Humas membantu Tim Pokja Saber Pungli Polda
Metro Jaya melaksanakan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar
dengan tujuan untuk membangun lingkungan yang bersih dari pungutan
liar.
2. Strategi adalah suatu aktivitas perencanaan untuk mencapai tujuan akhir,
dari kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar, Sub Bidang
Humas Polda Metro Jaya, mempersiapkan rencana jangka panjang
sedangkan operasional sosialisasi dilakukan melalui program kegiatan
sosialisasi dan mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan sosialisasi
merupakan salah satu upaya yang dilakukan Polda Metro Jaya melalui
Sub Bidang Humas untuk meningkatkan citra institusi kepolisian. Berikut
program kegiatan sosialisasi dengan materi meningkatkan kesadaran
anggota polisi agar bertindak professional dan proporsional pada Sub
Bidang pelayanan umum. yang baik publik dapat meng-apresiasi positif
institusi kepolisian sehingga dapat menjaga reputasi kepolisian
khususnya dari masyarakat Jakarta.
Program kegiatan sosialisasi pencegahan tindak pungutan liar
yang dilakukan Tim Pokja yang terdiri dari Sub Bidang Humas, Sub
Bidang Penerangan Umum (Penum) dan Bidang Propam, Polda Metro
Jaya, selanjutnya disusun persiapan sosialisasi secara komprehensif,
mulai dari pemilihan dan penetapan komunikator, pesan, tempat dan
waktu hingga pada langkah operasional sosialisasi. Selain itu sosialisasi
juga dilakukan melalui media masa publik, pemasangan spanduk
dengan berbagai ukuran untuk dipasang ditempat tempat strategis,
sama seperti halnya Banner. Sedang sosialisasi secara langsung
melalui komunikasi kelompok dengan komunitas, seperti keluarga
Bhayangkara.
Taktik komunikasi pada bagian ini perlu dilakukan evalusi terhadap
program yang telah disusundan dipersiapkan secara komprehensif.
Karena bagaimanapun baiknya suatu rencana, apabila cara
mengkomuikannya kurang baik maka hasilnya tidak sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Berbicara tentang penyusunan program kegiatan
sosialisasi yang disusun Pokja, kemudian dilaksanakan dan untuk
dikomunikasikan ke publik secara luas. Tetapi sebelunya program
kegiatan sosialisasi dikordinasikan dengan pihak-pihak lain di internal
intitusi Polda Metro Jaya, untuk selanjutnya mengkomunikasikan sesuai
persiapan dan jadwal yang telah ditetapkan.
Evaluasi juga dilakukan baik secara internal maupun melibatkan
pihak-pihak luar (eksternal) guna memperoleh masukan serta kritikan
membangun dari pelaksanaan program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar yang dilakukan Sub Bidang Humas
Polda Metro Jaya. Adapun kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukan
dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara berkelanjutan berkaitan
dengan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber
daya di masa depan, kemudian Accountability dapat dijadikan sebagai
media institusi kepolisian untuk membangun citra (image) dan network
terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders), sedangkan
keterbukaan / transparency adanya pelaporan kegiatan sosialisasi ang
dilakukan kepada pihak internal dan juga eksternal kepolisian itu semua
dapat meningkatkan citra positif, karena dapat menunjukkan bahwa
Bidang pelayanan umum kini telah berorientasi pada kepentingan publik.
sehingga terbentuk nilai plus di mata publik secara luas.
3. Faktor pendukung dan penghambat dari program kegiatan sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya,
adalah
a. Sebagai upaya meningkatkan citra institusi kepolisian berkaitan.
Faktor ini sangat tergantung dari institusi kepolisian itu sendiri.
Faktor ini terbentuk karena adanya keinginan masyarakat Bidang
Pelayanan Umum memberikan pelayanan lebih transparan dan
memprioritaskan kepada pelayanan publik mengenai tema yang
diangkat yaitu pelayanan professional dan proporsional serta
akuntabelity dari setiap bentuk pelayan yang diberikan kepada
masyarakat ini adalah faktor pendukung bagi publik.
b. Faktor penghambat bagi publik jika bentuk pelayanan tidak sama
dengan yang disosialisasikan ini akan menjadi faktor penghambat
bagi publik karena pelayanan institusi kepolisian memberikan
pelayanan umum yang baik tetapi dari data yang diperoleh bahwa
telah ada perubahan perilaku baik secara kualitas maupun kuantitas
dari Bidang pelayanan umum Polda Metro Jaya.
5.2 Saran-saran
Untuk lebih menyukseskan program kegiatan sosialisasi pencegahan
tindak pungutan liar yang dilakuksanakan oleh Sub Bidang Humas Polda
Metro Jaya, sebagai upaya untuk meningkatkan citra institusi kepolisian,
maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Saran Praktis
Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan kegiatan program sosialisasi
pencegahan tindak pungutan liar yang dilaksanakan Sub Bidang Humas
Polda Metro Jaya, maka sebaiknya para pelaku Bidang pelayanan umum
dan lainnya dilingkungan Polda Metro Jaya hendaknya lebih
memerhatikan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi atau
golongan yangakan merusak citra institusi kepolisian.
2. Saran Akademis
a. Mengingat ilmu pengetahuan berkembangan secara terus-menerus,
hendaknya ilmu pengetahuanpun memerlukan penyesesuaian
dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial masyarakatnya. Hal
ini penting, karena akan menunjang pekerjaan itu sendiri serta
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang biasa terjadi,
misalnya miss communication antar pimpinan dengan staff Bidang
pelayanan umum dalam penyampaian kebijakan-kebijakan institusi
kepolisian mengingat khalayak internal maupun eksternal sangat
peduli terhadap pelayanan kepolisian.
b. Memaksimalkan tahap evaluasi sehingga dalam penyusunan program
kegiatan sosialisasi yang akan datang, permasalahan yang sama
terjadi tidak akan terulang kembali. Hendaknya institusi kepolisian
mempertahankan bentuk kepercayaan dan dukungan pihak pimpinan
dalam menjalankan tugas dan funsinya sebagai pelayan, pelindung
dan pengayom masyarakat, karena hal ini sangat berarti, apalagi
melihat ketidakseimbangan antara jumlah staff yang bertugas
dengan volume tugas yang akan dilaksanakan
c. Sebaiknya Sub Bidang Humas Polda Metro Jaya lebih
menyebarluaskan materi pesan sosialisasi kepada publik secara luas,
sehingga dapat membangun spirit keterbukaan informasi publik.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Laksamana, 2010. Internal Public Relations. Jakarta: Republika. Ahmadi, Abu. 1982, Psikologi Sosial, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta. Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Cangara Hafied, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Cutlip, S.M, Center, A.H & Broom, G.M. 2009. Effective PR : Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Edisi Bahasa Indonesia ke-8. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Elvinaro, Ardianto. 2011. Public Relations Praktis. Edisi pertama. Jakarta: Widya
Padjajaran. Danandjaja. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : PT
Remaja. Rosdakarya. --------------. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya. ------------. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Firsan, Nova, 2009. Crisis Public Relations (Bagaimana PR Menangani Krisis.
Perusahaan). Jakarta : Grasindo. Jefkins, Frank. 2004, Public Relations (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.
K. Yin, Robert. 2014. Studi Kasus Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lattimore, Dan. 2010. Public Relations: Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba
Humanika.
Lexy J, Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Miles, B.B dan A.M Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2004, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Moleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung. Narwoko, Suyanto J., Bagong dan Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Media Group. Oliver, Sandra. 2007. Strategi Public Relations, Jakarta: Erlangga. Rosady, Ruslan. 2011. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi :
Konsepsi dan Aplikasi. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Persada Grafindo. ------------. 2011. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi (Konsepsi
dan. Aplikasi). PT. Raja Grafindo Persada. ------------. 2006. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi
dan. Aplikasi. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana,
Yogyakarta. ------------. 2004. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Ilmu. Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sutaryo. 2005. Dasar-Dasar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. ----------. 2008. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya. -----------. 2011. Metode Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif R&D. Bandung, CV.
Alfabeta. Soekanto, Soerjono. 2009. Pengantar Sosiolog.i Rajawali. Jakarta.
Smith, Ronald D. 2005. Strategic Planning for Public Relations-Second Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Penerbit PT.Gramedia
Widiasarana. Indonesia. Jakarta. Widjaja. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Bumi. Aksara. Yusuf, M. Pawita, 2007. Komunikasi Instruksional, PT. Bumi Aksara, Jakarta Skripsi
Zakki Mubarok, Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan Citra Perpajakan; Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nailah Hanany, Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung, dalam
Mensosialisasikan Program Gerakan Sejuta Biopori, Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Program Studi Hubungan Masyarakat Universitas Islam Sunan Gunungjati.
Kamus
Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Jurnal Komunikasi :
M.D. Rahadhini (2011) dari Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Volume 5, Nomor 2.
Sumber Lain :
Keppres No. 87 Tahun 2016 Tentang Saber Pungli dilingkungan Institusi Kepolisian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Polisian Daerah Metro Jakarta Raya.