UJI EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa Linn. var. glutinosa)
PADA TIKUS PUTIH
AYID SUDIRMAN N111 08 269
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
UJI EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa Linn. var. glutinosa) PADA TIKUS PUTIH
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
AYID SUDIRMAN N111 08 269
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
iii
PERSETUJUAN
UJI EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa Linn. var. glutinosa) PADA TIKUS PUTIH
AYID SUDIRMAN
N111 08 269
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19730309 199903 2 002
Pembimbing Pertama,
Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt. NIP. 19570326 198512 2 001
Pada tanggal, 31 Juli 2013
iv
PENGESAHAN
UJI EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK BERAS KETAN HITAM
(Oryza sativa Linn. var. glutinosa) PADA TIKUS PUTIH
Oleh :
AYID SUDIRMAN
N111 08 269
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 31 Juli 2013
Panitia Penguji Skripsi
1. Ketua
Drs. Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt. :………………..
2. Sekretaris
Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt. : ……………….
3. Ex Officio
Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….
4. Ex Officio
Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt. : ……………….
5. Anggota
Nurhasni Hasan, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, 31 Juli 2013
Penyusun,
Ayid Sudirman
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang
telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
halaman demi halaman penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Program Studi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Penulis sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah buah dari
kerja dan sokongan banyak pihak yang begitu luar biasa. Oleh karenanya,
tanpa mempermasalahkan hierarkinya, maka penulis ingin sekali
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada mereka.
Begitu banyak ilmu, inspirasi, dan motivasi yang penulis dapatkan dari
para pembimbing penulis, Ibu Dr. Mufidah, M.Si., Apt. sebagai
pembimbing utama yang telah bersabar dalam mendidik dan
mengarahkan penulis untuk terus belajar dan meneliti, serta Ibu Dr. Agnes
Lidjaja, M.Kes., Apt. sebagai pembimbing pertama atas bimbingan dan
arahannya selama penyusunan skripsi. Dan juga kepada Bapak Drs. Kus
Haryono, MS., Apt Rahimahullah (Semoga Allah merahmati beliau), yang
banyak memberi arahan dan nasehat.
Untuk Ibu Dr. Herlina Rante, M.Si., Apt. sebagai penasehat akademik
penulis yang selalu memberikan motivasi dan nasehat agar penulis segera
menyelesaikan studi dengan baik.
vii
Untuk Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sudirman Dahir dan
ibunda Ramlah Amin, atas segala pengorbanannya dalam mendidik
dengan kasih sayang dan kelembutan di “sekolah kehidupan” serta
bingkisan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah sampai saat
ini.
Untuk Saudara-Saudari penulis, drg. Ririn Mutmainna, Azwar
Sudirman, dan Astrid Ainun, atas dukungannya dan perhatiannya selama
ini. Semoga kita termasuk anak-anak sholih dan sholihah yang menjadi
amal jariyah bagi kedua orang tua di akhirat kelak.
Untuk Rekan-rekan Farmasi angkatan 2008 (Steroid), yang
senantiasa membantu dan memberikan motivasi selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
Untuk Sahabat-sahabat penulis yang senantiasa saling memberi
nasehat dalam kebaikan dan taqwa, terkhusus Adnan Nur, S.KM., Jasmin,
Akino Iskandar, Hariadi, Syamsir, S.KM., Jumardin, Samsul Bahri, ST.,
Aswin, dan seterusnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu. Semoga
kalian tetap dalam penjagaan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Untuk mereka yang telah menyokong dan terus memberi dukungan,
khususnya kepada rekan Penulis, Suswanda Surya, S.Si, Made Sandi,
S.Si dan Muhammad Raihan, S.Si.
Begitu pula kepada Laboran dan para asisten Laboratorium
Biofarmasi Kak Syamsiah, Amd. dan Kak Muhammad Nur Amir, S.Si.,
Apt., Kak Ismail S.Si., Apt., Kak Wiro Ratupanritta, S.Si., Nurhadri Azmi,
viii
S.Si, Muhammad Rizky Husein, dan Hendra yang telah memberi bantuan
atas segala kesulitan yang dihadapi penulis mulai dari awal hingga akhir
penelitian.
Tentunya, begitu banyak nama yang terus-menerus memberikan
dukungan, pengaruh, dan pelajaran. Namun, tentunya tidak dapat penulis
sebutkan pada kesempatan kali ini tanpa mengurangi hormat penulis
kepada mereka, Allah-lah yang Maha Tahu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya suatu karya ilmiah yang lebih bermutu. Akhirnya, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
kedepannya.
Makassar, Juli 2013
Penulis
ix
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai efek gastroprotektif ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var. glutinosa.) pada tikus (Rattus novergicus). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek pencegahan ulkus dari ekstrak etanol, metanol dan aseton Oryza sativa Linn. var. glutinosa pada tikus yang diinduksi oleh aspirin 300 mg/kg BB. Tiga puluh enam tikus putih jantan dibagi menjadi 12 kelompok (3 tikus / kelompok). Setiap kelompok perlakuan ekstrak menerima 3 dosis (37,5; 75; 150 mg/kg BB) dan kelompok kontrol positif dan negatif masing-masing mendapat ranitidin dan NaCMC 1%. Tiga puluh menit setelah pemberian sampel, aspirin 300 mg/kg BB diberikan sebagai penginduksi ulkus. Seluruh hewan dimatikan setelah 4 jam dari pemberian aspirin dan lambung dikeluarkan kemudian ditentukan skor ulkus mikroskopis. Data dianalisis dengan uji chi-square dan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor histopatologi lambung setelah pemberian perlakuan. Ekstrak aseton Oryza sativa Linn. var. glutinosa (37,5 mg/kg BB) memiliki pencegahan ulkus lebih efektif pada ulkus lambung yang diinduksi aspirin pada tikus bila dibandingkan dengan kelompok ekstrak yang lain dan memiliki skor ulkus mikroskopis yang sama dengan kelompok positif ranitidin.
Kata kunci : Beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var. glutinosa), Ulkus
peptikum, Aspirin
x
ABSTRACT
A research about gastroprotective effect of black glutinous rice extract (Oryza sativa Linn. var. glutinosa) on rats (Rattus novergicus) had been done. The objective of this study was to evaluate the effect of ulcer prevention of ethanolic, methanolic and acetone extract Oryza sativa Linn. var. glutinosa on rats induced by aspirin 300 mg/kg BW. Thirty six white male rats were divided to 12 groups (3 rats/group). Each of extract case groups received 3 dose (37.5; 75; 150 mg/kg BW) and control negative and positive groups received NaCMC 1% and ranitidine respectively. Thirty minutes after the administration of samples, aspirin 300 mg/kg BW were given as ulcer inducer. Animals were sacrificed at the end of 4 hours after aspirin administration and their stomachs were removed and microscopic ulcer score were determined. Data were analyzed by chi-square test and showed that there are significant differences gastric histopathology scores after administration of treatment. The acetone extract of Oryza sativa Linn. var. glutinosa (37.5 mg/kg BW) has more effective ulcer prevention activity on aspirin-induced gastric ulcer in rat model when compared to the others extract case group and have the same microscopic ulcer score with positive group ranitidine. Key words : Black glutinous rice (Oryza sativa Linn. var. gutinosa), Peptic
Ulcer, Aspirin
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
II.1 Lambung .............................................................................................. 3
II.2 Ulkus Peptikum .................................................................................... 3
II.2.1 Patogenesis dan Etiologi................................................................... 5
II.2.2 Obat-Obat Ulkus Peptikum ............................................................... 6
II.3 Mekanisme Kerusakan Mukosa .......................................................... 7
II.4 Aspirin .................................................................................................. 7
II.5 Mekanisme Terjadinya Tukak oleh AINS ............................................. 8
II.6 Beras Ketan Hitam ............................................................................. 9
xii
II.6.1 Klasifikasi Tanaman ......... ……………………………………………… 9
II.6.2 Morfologi ........................................................................................... 9
II.6.3 Kandungan Kimia Beras Ketan Hitam ............................................. 10
II.6.4 Kegunaan Kandungan Beras Ketan Hitam ..................................... 10
II.6.4.1 Antosianin .................................................................................... 10
II.6.4.2 -Oryzanol .................................................................................... 12
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................... 14
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan................................................................ 14
III.2 Metode Kerja .................................................................................... 14
III.2.1 Pembuatan Larutan Koloidal Natrium CMC 1 % b/v ...................... 14
III.2.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Beras Ketan Hitam .............. 14
III.2.3 Pembuatan Suspensi Ranitidin 50 mg/kg.. .................................... 15 III.2.4 Pembuatan Suspensi Aspirin.. ....................................................... 15
III.3 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji ................................................ 16
III.4 Pengujian Gastroprotektif.................................................................. 16
III.5 Pengamatan Mikroskopik Organ ....................................................... 18
III.6 Analisis Data ..................................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 27
V.1 Kesimpulan ........................................................................................ 27
V.2 Saran ................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28
LAMPIRAN............................................................................................... 31
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Sel Lambung ................................... 6
2. Crosstab Antara Perlakuan Dan Skor Histopatologi .......................... 32
3. Hasil Analisis Uji Chi-Square .............................................................. 33
4. Kandungan Antosianin Ekstrak Beras Ketan Hitam ............................ 34
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi Lambung ................................................................................ 5
2. Struktur Kimia Antosianida ................................................................. 11
3. Struktur Kimia dari Komponen Utama Oryzanol .............................. 13
4. Hasil Pemeriksaan Histopatologi ........................................................ 21
5. Hasil histopatologi Lambung Tikus Setelah Perlakuan Ekstrak Etanol 23
6. Hasil histopatologi perlakuan Ekstrak Metanol .................................... 23
7. Hasil histopatologi perlakuan Ekstrak Aseton .................................... 24
8. Hasil Histopatologi Lambung Pembanding Positif Ranitidin ............... 25
9. Beras Ketan Hitam .............................................................................. 38
10. Ekstrak Beras Ketan Hitam ............................................................... 38
11. Pemberian Secara Oral .................................................................... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja ...................................................................................... 31
2. Uji Chi-Square ..................................................................................... 32
3. Kandungan Antosianin Ekstrak Beras Ketan Hitam ………………… .. 34
4. Perhitungan Dosis ............................................................................... 35
5. Gambar Penelitian .............................................................................. 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Ulkus peptikum dapat terletak di setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esophagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga
jejenum. Penyakit ini adalah penyakit utama dari sistem pencernaan yang
mempengaruhi 10% dari populasi dunia dengan etiologi yang berbeda
(1,2).
Peningkatan konsumsi alkohol dan obat anti-inflamasi non-steroid
(OAINS) dan diet yang keliru telah memberi kontribusi pada peningkatan
penyakit ulkus di seluruh dunia. Pasien dengan rheumatoid arthritis dan
osteoarthritis yang menggunakan OAINS memiliki 15-20% kejadian ulkus
peptikum per tahun. Lebih dari separuh pasien yang datang dengan
perdarahan ulkus peptikum atau perforasi melaporkan penggunaan
berulang OAINS, termasuk aspirin. Jadi ulkus peptikum dianggap sebagai
penyakit zaman modern terkait dengan semakin seringnya frekuensi
penggunaan obat AINS dan gaya hidup stres (3,4).
Penelitian telah difokuskan pada bahan alam dengan aktivitas
antiulkus. Dari zaman kuno, tanaman telah menjadi agen terapi ampuh
untuk pengobatan berbagai penyakit manusia termasuk sistem
pencernaan. Sekitar 60% dari populasi dunia bergantung hampir
sepenuhnya pada tanaman untuk obat-obatan dan produk alami telah
2
lama dikenal sebagai sumber penting dalam terapi obat efektif.
Peningkatan masalah tingkat keasaman cairan lambung menuntut
identifikasi obat baru (2). Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efek pencegahan ulkus oleh Oryza sativa Linn. var.
glutinosa pada tikus dengan pemberian ekstrak etanol, metanol dan
aseton sebelum induksi ulkus.
Saat ini, beras berwarna telah ditetapkan sebagai salah satu bahan
pangan yang manjur karena mengandung senyawa fenolik terutama
antosianin dengan kadar tinggi (5). Pada penelitian sebelumnya
dilaporkan bahwa kadar antosianin total di dalam ekstrak etanol, metanol
dan aseton beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var. glutinosa) masing-
masing 0,126; 0,166 dan 0,077 % (6). Kim, et al (7) menyebutkan bahwa
pemberian antosianin secara oral (5, 25 atau 50 mg/kg BB) dari beras
hitam memiliki efek protektif terhadap kerusakan mukosa lambung akibat
induksi naproxen (80 mg/kg BB). Efektivitas antosianin juga telah terbukti
dalam pengobatan karsinoma ovarium dan adenokarsinoma lambung (8).
Saat ini belum ada data tentang uji efek gastroprotektif dari ekstrak beras
ketan hitam. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah bagaimana
efek protektif ekstrak etanol, metanol, dan aseton beras ketan hitam
(Oryza sativa Linn. var. glutinosa) terhadap induksi ulkus dari aspirin pada
tikus putih.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lambung
Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran
pencernaan, mulai dari esophagus sampai duodenum dan berfungsi
sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna menjadi ”chyme”
dan mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. Kapasitas lambung
kurang lebih 1,5 liter tetapi dapat dilebarkan sampai 2-3 liter. Lambung
terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah
diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan
antrum pilorikum atau pilorus. Lambung terdiri atas empat lapisan: (1)
lapisan luar atau tunika serosa, (2) lapisan muskularis yang terdiri atas
lapisan longitudinal, lapisan sirkular, dan lapisan oblik, (3) lapisan
submukosa yang mengandung pleksus saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe, dan (4) lapisan mukosa yang memungkinkan terjadinya
distensi lambung sewaktu diisi makanan. Fungsi lambung sebagai
penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein, produksi mukus,
produksi faktor intrinsik, dan absorpsi (1,9,10).
II.2 Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Ulkus peptikum dapat terletak di setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esophagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga
4
jejenum. Ulkus lambung merupakan ulkus peptikum di lambung,
sedangkan ulkus duodenum merupakan ulkus peptikum di duodenum.
Tukak lambung dan tukak duodenum dianggap sebagai dua penyakit
yang berlainan dalam patogenesisnya. Namun secara patologi anatomis,
gejala klinis, perjalanan penyakit dan komplikasi kedua kelainan tersebut
serupa, sehingga di kelompokkan sebagai satu penyakit, ulkus peptikum
(1,11,12).
Gejala yang paling sering berhubungan dengan ulkus peptikum
adalah nyeri epigastrium (yang kadang digambarkan sebagai rasa
terbakar), mual dan muntah. Gejala tersebut dapat dihilangkan dengan
makanan atau antasida. Namun, hubungan antara gejala dan ulkus
peptikum tidak selalu membantu, sekitar 80% orang dengan gejala ulkus
peptikum pada kenyataannya tidak memiliki ulkus dan sekitar setengah
dari semua tukak lambung tidak menimbulkan gejala (1,13).
Ulkus peptikum berkembang ketika keseimbangan antara asam
pencernaan dan lapisan mukosa pelindung terganggu. Pada individu
sehat, saluran pencernaan dilapisi dengan selaput lendir yang melindungi
jaringan di bawahnya terhadap asam pencernaan yang sangat korosif,
namun jika jumlah asam meningkat secara dramatis, atau pH asam
berkurang secara signifikan, atau lapisan selaput lendir menjadi terlalu
tipis atau kering, asam akan merusak jaringan dan ulserasi akan terjadi.
Telah dilaporkan bahwa sekitar 50% dari penderita ulkus lambung karena
hipersekresi asam-pepsin (13,14).
5
Gambar 1. Anatomi Lambung (available from:
http://www.ptonthenet.com/articleprint.aspx?ArticleID=2980&m=90707&e=1, dikutip
tanggal 11 Juli 2013)
II.2.1 Patogenesis dan Etiologi
Ulkus peptikum disebabkan oleh ketidakseimbangan pada
mekanisme pertahanan mukosa gastroduodenal dan kerusakan mukosa
karena asam lambung serta pepsin, dengan kombinasi jejas lingkungan
(oleh H. pylori) atau imunologik yang turut menyertai. Pertahanan mukosa
terganggu oleh iskemia dan syok, pengosongan lambung yang lambat,
atau refluks duodenum-lambung. Pertahanan yang normal meliputi:
sekresi mukus permukaan yang menutup ilumen saluran
pencernaan dan bikarbonat yang menetralisir asam
sistem transpor sel epitel apikal, yang melibatkan mekanisme
permeabilitas ion hidrogen
aliran darah mukosa, yang mempertahankan integritas mukosa dan
regenerasi epitel
6
prostaglandin, yang mempertahankan integritas saluran cerna
dengan cara regulasi sekresi asam lambung, sekresi mukus,
bikarbonat dan aliran darah mukosa (15,16).
II.2.2 Obat-Obat Ulkus Peptikum (17,18)
Menurut mekanismenya, obat-obat ulkus peptikum dibedakan
atas:
A. Obat-obat yang mengurangi keasaman lambung
1. Antasid
2. Antisekresi
antihistamin-H2
Ranitidin
Ranitidin bekerja dengan cara menghambat interaksi histamin
reseptor H2 pada sel parietal secara kompetitif dan selektif dan
mengurangi sekresi asam serta tidak memberikan efek pada reseptor H1.
Obat ini mengurangi nyeri akibat ulkus peptikum dan meningkatkan
kecepatan penyembuhan ulkus.
antimuskarinik
penghambat pompa proton
B. Obat-obat yang memperkuat mekanisme pertahanan mukosa
3. Golongan Sitoproteksi, yang bekerja dengan meningkatkan
pembentukan PGE-2 dan PGI-2
4. Antibiotik
7
II.3 Mekanisme Kerusakan Mukosa
Aspirin, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lainnya yang merusak
mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar epitel sehingga
memungkinkan difusi balik asam klorida yang mengakibatkan: (1)
kerusakan jaringan, terutama pembuluh darah. Histamin dikeluarkan,
merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan
permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema, dan
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
mengakibatkan terjadinya hemoragi intertisial dan perdarahan. (2)
merangsang motilitas lambung akibat terangsangnya sistem saraf, bila ini
kuat dapat menimbulkan rasa nyeri perut dalam berbagai tingkat dan
bermacam - macam bentuk. (3) Merangsang eksresi pepsinogen, (4)
Meningkatknya keasaman di sekitar lapisan sel epitelial, yang dapat
menimbulkan kegagalan transpor aktif melalui lapisan mukosa lambung
(1,19).
II.4 Aspirin
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin adalah analgesik antipiretik dan antiinflamasi yang luas digunakan
dan digolongkan dalam obat bebas. Pada penyakit demam reumatik,
aspirin masih belum dapat digantikan oleh OAINS yang lain dan masih
dianggap sebagai standar dalam studi perbandingan penyakit artritis
reumatoid. Pada penyakit kardiovaskuler, aspirin tidak seperti obat AINS
lainnya seperti ibuprofen dan naproxen yang mengikat reversibel COX-1
8
dan menghambat fungsi trombosit hanya untuk waktu yang terbatas
(20,21).
Secara umum OAINS berpotensi menyebabkan efek samping
pada 3 sistem organ yaitu saluran cerna, ginjal dan hati. Efek samping
terutama meningkat pada pasien usia lanjut. Kelompok ini paling sering
membutuhkan OAINS dan umumnya membutuhkan banyak obat-obatan
karena menderita berbagai penyakit. Efek samping yang paling sering
terjadi adalah induksi tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia
sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Tidak ada dosis aspirin antara
75 mg dan 300 mg per hari yang dianggap bebas dari resiko yang
menyebabkan perdarahan pada ulkus peptikum. Penurunan dosis aspirin
dari 300 mg sampai 75 mg akan mengurangi risiko perdarahan ulkus
sekitar 40 persen, dan mengurangi dosis dari 150 mg sampai 75 mg akan
menurunkan risiko sebesar 30 persen (14,21).
II.5 Mekanisme Terjadinya Tukak oleh AINS
Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung: (1) iritasi bersifat lokal
yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Mekanisme ini umumnya tidak
berkontribusi banyak terhadap perkembangan penyakit ulkus peptikum.
(2) Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui
hambatan isoenzim COX-1 sehingga menurunkan produksi prostaglandin
endogen, terutama PGE1, PGE2, dan PGI2. PGE1 dan PGI2 banyak
ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam
9
lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat
sitoproteksi. Efek sistemik ini adalah penyebab utama penyakit ulkus
peptikum (21,22).
II.6 Beras Ketan Hitam
II.6.1 Klasifikasi Tanaman (23)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyldoneae
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Oryza
Jenis : Oryza sativa Linn.
Varietas : Oryza sativa Linn. var. glutinosa
II.6.2 Morfologi
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tumbuhan musiman yang
memiliki siklus hidup yang pendek bervariasi sekitar 110-130 hari. Tinggi
tanaman padi pada umumnya sekitar 1-2 m, tergantung pada varietas dan
kesuburan tanahnya. Akarnya berupa akar serabut. Batangnya beruas-
ruas. Daunnya terdiri atas helai daun dan pelepah daun. Helaian daunnya
berbentuk datar dengan panjang dan lebar yang bervariasi. Biji padi
(caryopsis) sehari-hari dikenal sebagai beras. Butir beras terdiri dari
endosperm, aleuron, dan embrio. Kemudian tagmen dan lapisan terluar
yang disebut perikarp (24,25).
10
II.6.3 Kandungan Kimia Beras Ketan Hitam
Secara umum kandungan beras ketan hitam adalah karbohidrat,
lemak, protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti Flavonoid serta
mineral-mineral dan vitamin-vitamin, di antaranya Kalsium, Fosfor,
Vitamin A, Vitamin B1 dan Vitamin C (26).
II.6.4 Kegunaan Kandungan Beras Ketan Hitam
II.6.4.1 Antosianin
Kata Antosianin berasal dari bahasa yunani yaitu anthos yang
berarti bunga dan kyanose yang berarti biru. Antosianin merupakan
pigmen larut air yang memberi warna merah, biru, dan ungu pada
tanaman dan termasuk dalam golongan senyawa flavonoid. Antosianin
umumnya ditemukan di alam dalam bentuk glikosidanya. Sekitar 400
antosianin yang telah diidentifikasi dari tanaman. Namun hanya enam
antosianidin yang umum ditemukan dalam tanaman yaitu sianidin,
delfinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin, dan petunidin. Glikosida dari
Sianidin, delfinidin, dan pelargonidin merupakan antosianin yang paling
banyak terdapat di alam, pada 80% daun berwarna, 69% buah, dan 50%
bunga (27,28).
11
Gambar 2. Struktur kimia antosianida (28)
Tanaman yang kaya akan antosianin telah sering digunakan untuk
mengobati berbagai gejala dan penyakit. Konsumsi sianidin-3-rutinosida
dapat meningkatkan penglihatan karena efeknya pada pembentukan
rhodopsin. Perlindungan terhadap serangan jantung juga dihubungkan
dengan konsumsi antosianin. Antosianin dilaporkan memiliki kemampuan
untuk mencegah inflamasi, meningkatkan kekuatan dan permeabilitas
pembuluh kapiler, dan menghambat pembentukan platelet. Antosianin
juga dapat membantu mencegah terjadinya obesitas dan diabetes.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pigmen antosianin dari jagung
ungu menghambat peningkatan berat badan dan jaringan adiposa. Gejala
hiperglikemia yang disebabkan diet dengan lemak yang banyak juga
dapat dicegah dengan konsumsi sianidin-3-glukosida. Disebutkan dalam
penelitian lainnya bahwa pemberian antosianin secara oral (5, 25 atau 50
mg/kg BB) dari beras hitam memiliki efek protektif terhadap kerusakan
mukosa lambung akibat induksi naproxen (80 mg/kg BB). Efektivitas
12
antosianin juga telah terbukti dalam pengobatan karsinoma ovarium dan
adenokarsinoma lambung (7,8,27).
II.6.4.2 -Oryzanol
Gamma oryzanol adalah zat yang diambil dari minyak kulit padi. Hal
ini juga ditemukan dalam kulit gandum dan beberapa buah-buahan dan
sayuran. Gamma oryzanol dapat digunakan untuk mengatasi kolesterol
tinggi dan gejala menopaus serta penuaan. Beberapa orang
menggunakannya untuk meningkatkan kadar testosteron dan hormon
pertumbuhan, serta meningkatkan kekuatan selama latihan (29).
oryzanol diduga mengurangi kadar kolesterol dengan mengurangi
penyerapan kolesterol dari makanan. Untuk mengobati menopause,
belum jelas bagaimana mekanisme penggunaannya. Beberapa peneliti
menduga mungkin dapat membantu karena efek pada luteinizing hormone
(LH). Namun, efek ini belum terbukti pada manusia. Efek antioksidan
oryzanol dapat menghambat peroksidasi lipid dengan sangat baik.
Penelitian lain menunjukkan efek anti-ulkus dari oryzanol pada tikus
dengan kerusakan mukosa lambung pada metode water immersion
restraint stress dan pada metode conditioned emotional stimuli.
Pemberian secara oral atau injeksi oryzanol dilaporkan dapat
meringankan peradangan pada usus (29,30).
13
Gambar 3. Struktur kimia dari komponen utama oryzanol (21)
14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah satu set alat bedah, timbangan
analitik (Sartorius®), kanula tikus, labu tentukur, dan timbangan hewan
(berkel®).
Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol, metanol dan aseton
beras ketan hitam, tablet ranitidin (indofarma®), tablet aspirin (bayer®),
tikus putih jantan galur wistar yang diperoleh dari Universitas Airlangga,
eter, formalin 10%, dan Natrium CMC.
III.2 Metode Kerja
III.2.1 Pembuatan larutan koloidal Natrium CMC 1 % b/v
Natrium CMC dimasukkan sebanyak 5 g sedikit demi sedikit ke
dalam 500 ml air panas (70ºC) dan diaduk hingga terbentuk larutan
koloidal yang homogen. Volume dicukupkan dengan air suling hingga 500
ml dalam labu tentukur. Natrium CMC selalu dibuat baru (segar).
III.2.2 Pembuatan suspensi ekstrak etanol beras ketan hitam
Ekstrak etanol beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var. glutinosa)
diberikan ke hewan uji dengan dosis 150 mg/kg, 75 mg/kg dan 37,5 mg/kg
bobot badan. Sesuai dengan perhitungan dosis pada lampiran, maka
dibuat larutan stock dengan dosis 150 mg/kg bobot badan dengan volume
pemberian sebesar 3 ml/200 g bobot badan tikus putih. Ekstrak ditimbang
15
sebanyak 0,500 g dalam cawan porselen kemudian ditambahkan sedikit
demi sedikit Natrium CMC 1% hingga terdispersi homogen. Campuran
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Cawan dibilas dan dicukupkan
volumenya dengan larutan koloidal Natrium CMC 1 % b/v sampai batas
tanda. Dilakukan tahap pengerjaan yang sama untuk ekstrak metanol dan
aseton.
III.2.3 Pembuatan suspensi ranitidin 50 mg/kg
Tablet ranitidin ditimbang satu per satu sebanyak 20 tablet,
kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Semua tablet dimasukkan ke dalam
lumpang dan digerus hingga halus dan homogen. Sesuai dengan
perhitungan dosis pada lampiran, serbuk tablet ditimbang 183,7 mg
kemudian dimasukkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi
sedikit Natrium CMC 1% sambil diaduk hingga terdispersi homogen.
Campuran dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Lumpang dibilas
dan dicukupkan volumenya dengan larutan koloidal Natrium CMC 1 % b/v
sampai batas tanda.
III.2.4 Pembuatan suspensi aspirin
Tablet aspirin ditimbang satu per satu sebanyak 20 tablet, kemudian
dihitung bobot rata-ratanya. Semua tablet dimasukkan ke dalam lumpang
dan digerus hingga halus dan homogen. Sesuai dengan perhitungan dosis
pada lampiran, serbuk tablet ditimbang 5,98 g kemudian dimasukkan ke
dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit Natrium CMC 1 %
sambil diaduk hingga terdispersi homogen. Campuran dimasukkan ke
16
dalam labu tentukur 250 ml. Lumpang dibilas dan dicukupkan volumenya
dengan larutan koloidal natrium CMC 1 % b/v sampai batas tanda.
III.3 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan yang sehat dan aktivitas normal dengan bobot badan antara 120-
190 g sebanyak 36 ekor yang dibagi menjadi 12 kelompok, masing-
masing 3 ekor.
III.4 Pengujian Gastroprotektif
Sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu semua kelompok hewan
diadaptasikan dengan lingkungan barunya selama seminggu. Semua
hewan dikelompokkan secara acak berdasarkan bobot badannya. Masing-
masing kelompok hewan uji diberi perlakuan sebagai berikut :
a. Kelompok I (ranitidin dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ranitidin 3 ml/200 g bobot
badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi aspirin 3
ml/200 g bobot badan.
b. Kelompok II (ekstrak etanol 150 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak etanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
17
c. Kelompok III (ekstrak etanol 75 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak etanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
d. Kelompok IV (ekstrak etanol 37,5 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak etanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
e. Kelompok V (ekstrak metanol 150 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak metanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
f. Kelompok VI (ekstrak metanol 75 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak metanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
g. Kelompok VII (ekstrak metanol 37,5 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak metanol 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
18
h. Kelompok VIII (ekstrak aseton 150 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak aseton 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
i. Kelompok IX (ekstrak aseton 75 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak aseton 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
j. Kelompok X (ekstrak aseton 37,5 mg/kg BB dan aspirin)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi ekstrak aseton 3 ml/200 g
bobot badan. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral suspensi
aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
k. Kelompok XI (kontrol negatif)
Tikus jantan diberi secara oral suspensi Natrium CMC 1% 3 ml/200
g bobot badan tikus. Setelah 30 menit, tikus diberi secara oral
suspensi aspirin 3 ml/200 g bobot badan.
l. Kelompok XII (sehat)
Tikus jantan hanya diberi makanan dan tidak diberi perlakuan.
III.5 Pengamatan mikroskopik organ
Setelah empat jam dari perlakuan di atas, seluruh tikus dibius
dengan eter dan dibedah kemudian organ lambung diambil dan disimpan
dalam pot sampel berisi formalin 10%. Pembuatan preparat dan
pengamatan histopatologi organ dilakukan di Balai Besar Veteriner,
19
Maros. Efek gastroprotektif dinilai dari perlindungan terhadap kerusakan
mukosa lambung. Mukosa lambung normal diberi skor 1, kerusakan pada
sel epitel mukosa diberi skor 2, kerusakan yang sampai pada sel glandular
diberi skor 3, dan erosi mukosal, perdarahan atau ulkus diberi skor 4 (32).
III.6 Analisis Data
Data histopatologi yang diperoleh dianalisis secara statistik
menggunakan uji Chi-Square. Analisis statistik dilakukan menggunakan
software SPSS 16.0 for windows ®.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak beras
ketan hitam (Oryza sativa Linn. var glutinosa) yaitu ekstrak etanol,
metanol, dan aseton yang pada penelitian sebelumnya diketahui memiliki
kandungan antosianin secara berturut-turut 0,126 %, 0,166 % dan 0,077
% dan memiliki aktivitas antiradikal bebas DPPH, NO dan mencegah
oksidasi β-karoten (6,33).
Sebanyak 36 ekor tikus putih jantan dibagi dalam 12 kelompok,
kelompok kontrol positif diberi suspensi ranitidin 50 mg/kg BB, kelompok
ekstrak uji diberi ekstrak etanol, metanol dan aseton dengan seri dosis
150, 75 dan 37,5 mg/kg BB. Suspensi aspirin diberikan setelah kelompok
tikus diberi perlakuan, kemudian dilakukan pembedahan dan pemeriksaan
histopatologi lambung untuk melihat efek gastroprotektif dari ekstrak beras
ketan hitam terhadap skor kerusakan sel epitel lambung pada tikus putih
jantan.
Aspirin 300 mg/kg BB digunakan sebagai penginduksi kerusakan
lambung karena pada dosis tersebut merupakan dosis toksik. Hasil
penelitian pendahuluan menggunakan aspirin menunjukkan bahwa pada
dosis tersebut aspirin menyebabkan ulkus dan erosi pada epitel serta
pada bagian submukosa terjadi peradangan dan hemorhagi seperti
pada gambar berikut:
21
Gambar 4. Hasil pemeriksaan histopatologi. Perlakuan aspirin 300 mg/kg BB (Atas), terjadi ulkus (Kode A) dan erosi pada epitel (Kode B), serta pada bagian submukosa terjadi keradangan dan hemorhagi (Kode C). Hasil histopatologi kontrol normal (Bawah), bagian lambung mukosa (M), bagian lambung submukosa (SM), bagian lambung Muskularis (Ms), bagian lambung serosa (S), tidak ada perubahan pada semua bagian (normal).
Aspirin, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lainnya merusak
mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga
memungkinkan difusi balik asam klorida yang mengakibatkan kerusakan
jaringan, terutama pembuluh darah. Histamin dikeluarkan, merangsang
sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas
200 µm
200 µm
22
kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema, dan sejumlah besar
protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak, mengakibatkan
terjadinya hemorhagi intertisial dan perdarahan (1).
Hasil uji efek gastroprotektif ekstrak beras ketan hitam dan ranitidin
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Sel Lambung
Kelompok PERLAKUAN Dosis
Skor Kerusakan Sel Epitel Lambung pada hewan ke-
I II III Rata-Rata
I RANITIDIN 50 mg/kg +2 +2 +2 2,0
II
EKSTRAK ETANOL BKH
150 mg/kg +4 +3 +4 3,7
III 75 mg/kg +3 +3 +3 3,0
IV 37,5 mg/kg +3 +3 +3 3,0
V
EKSTRAK METANOL BKH
150 mg/kg +4 +3 +4 3,7
VI 75 mg/kg +3 +4 +3 3,3
VII 37,5 mg/kg +3 +2 +2 2,3
VIII
EKSTRAK ASETON BKH
150 mg/kg +3 +3 +3 3,0
IX 75 mg/kg +3 +3 +3 3,0
X 37,5 mg/kg +2 +2 +2 2,0
XI ASPIRIN 300 mg/kg +4 +3 +4 3,7
XII KONTROL SEHAT - +2 +1 +1 1,3
Keterangan (32):
a. Skor +4; erosi epitel b. Skor +3; kerusakan sampai pada sel glandular c. Skor +2; kerusakan pada sel epitel mukosa d. Skor +1; mukosa lambung normal.
Nilai skor kerusakan sel epitel lambung oleh ekstrak etanol,
metanol dan aseton beras ketan hitam yang diperoleh dari tiap replikasi
masing-masing kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode
Chi-Square dan diperoleh nilai Chi-Square hitung lebih besar daripada
nilai Chi-Square tabel. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
skor histopatologi lambung setelah pemberian perlakuan.
.
23
Gambar 5. Hasil histopatologi lambung tikus setelah perlakuan ekstrak etanol. A: Ekstrak Etanol 150 mg/kg BB: terjadi erosi epitel, keradangan pada glandula, dan pada bagian submukosa terjadi hemorhagi (skor +4). B: Ekstrak Etanol 75 mg/kg BB: kerusakan sampai sel glandular (skor+3). C: Ekstrak Etanol 37,5 mg/kg BB: nekrosis pada bagian glandula (skor+4).
Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi ini diketahui skor
kerusakan sel epitel lambung untuk kelompok perlakuan ekstrak etanol
BKH 150 mg/kg BB + aspirin menunjukkan hasil dua hewan coba memiliki
skor +3 dan hewan lainnya memiliki skor +4. Sedangkan pada dosis 75
mg/kg BB dan 37,5 mg/kg BB, skor kerusakan lambungnya rata-rata 3,0.
Gambar 6. Hasil histopatologi perlakuan Ekstrak Metanol. A: Ekstrak Metanol 150 mg/kg BB: hemorhagi dan bagian glandula terjadi nekrosis dan keradangan (skor +3). B: Ekstrak Metanol 75 mg/kg BB: kerusakan sampai sel glandular (skor+3). C: Ekstrak Metanol 37,5 mg/kg BB: kerusakan pada epitel mukosa (skor+2).
Hasil pemeriksaan histopatologi kelompok perlakuan ekstrak
metanol BKH 150 mg/kg BB + aspirin menunjukkan hasil dua hewan coba
A B C
A B C
100 µm 100 µm 200 µm
100 µm 200 µm 200 µm
24
memiliki skor +4 dan hewan lainnya memiliki skor +3, kemudian pada
dosis 75 mg/kg BB, dua hewan coba memiliki skor +4 dan sisanya berskor
+3. Sedangkan pada dosis 37,5 mg/kg BB, skor kerusakan lambungnya
rata-rata 2,3 yang berarti dosis rendah ekstrak metanol memiliki efek
protektif terhadap induksi aspirin.
Gambar 7. Hasil histopatologi perlakuan Ekstrak Aseton. A: Ekstrak Aseton 150 mg/kg BB: terjadi keradangan meluas pada bagian mukosa sampai glandula (skor +3). B: Ekstrak Aseton 75 mg/kg BB: kerusakan sampai sel glandular (skor+3). C: Ekstrak Aseton 37,5 mg/kg BB: kerusakan pada epitel mukosa (skor+2).
Hasil pemeriksaan histopatologi kelompok perlakuan ekstrak
aseton BKH dengan dosis 150 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB menunjukkan
hasil yang sama dengan memiliki skor +3. Sedangkan pada dosis 37,5
mg/kg BB, skor kerusakan lambungnya rata-rata 2,0 yang berarti dosis
rendah ekstrak aseton juga memiliki efek protektif terhadap induksi
aspirin.
Berdasarkan perbandingan hasil pemeriksaan histopatologi
kelompok perlakuan ekstrak beras ketan hitam, dapat diketahui bahwa
ekstrak beras ketan hitam terutama aseton pada dosis rendah memiliki
efek protektif terhadap induksi aspirin. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata
A B C
100 µm 100 µm 200 µm
25
skor perlakuan yang mendekati bahkan serupa dengan pembanding
ranitidin yang memiliki skor rata-rata 2,0 seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 8. Hasil histopatologi lambung pembanding positif ranitidin. Terjadi kerusakan sel epitel (skor +2).
Pada kelompok kontrol sehat, seharusnya seluruh hewan coba
memiliki skor kerusakan lambung +1 (normal). Akan tetapi, pada
penelitian ini terdapat satu hewan coba dengan skor +2 (kerusakan pada
sel epitel mukosa) yang mungkin disebabkan oleh kondisi stres dari tikus
putih akibat pelaksanaan perlakuan di tempat yang sama dengan tempat
pemeliharaan hewan coba (30).
Efek protektif yang baik dari perlakuan aseton berbanding terbalik
dengan kadar antosianin yang rendah. Dimana semakin tinggi kadar
antosianin suatu ekstrak maka makin baik pula efek protektifnya. Hal ini
belum sepenuhnya dimengerti, dimana dalam penelitian sebelumnya
ekstrak aseton juga memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik
dibanding ekstrak metanol dan etanol (33). Hal ini mungkin disebabkan
karena pengaruh kandungan lain dari beras ketan hitam yaitu oryzanol.
200 µm
26
Berdasarkan studi pustaka, pemberian secara oral maupun parenteral
oryzanol dapat meringankan peradangan pada usus dan memiliki efek
antiulkus (31).
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan skor histopatologi lambung
setelah pemberian perlakuan.
2. Ekstrak aseton beras ketan hitam dosis 37,5 mg/kg BB memiliki efek
gastroprotektif yang paling baik dengan skor kerusakan sel epitel
lambung yang sama dengan efek kontrol positif ranitidin.
V. 2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu identifikasi senyawa
oryzanol dalam ekstrak beras ketan hitam dan juga pengukuran pH dan
konsentrasi HCl lambung sehingga dapat diketahui mekanisme kerja
ekstrak beras ketan hitam dalam melindungi mukosa lambung.
28
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA dan Wilson LM. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 432
2. Panneerselvam S, Arumugam G. 2011. A biochemical study on the gastroprotective effect of hydroalcoholic extract of Andrographis paniculata in rats. Indian J Pharmacol. 43(4): 402–408.
3. Sofidiya M, Agufobi LC, Akindele AJ, Olowe JA, Familoni OB. 2012. Effect of Flabellaria paniculata Cav. extracts on gastric ulcer in rats. BMC Complementary and Alternative Medicine.12:168
4. Pahwa R, Neeta, Kumar V, Kohli K. 2010. Clinical Manifestations,
Causes and Management Strategies of Peptic Ulcer Disease. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research. 2(2): 99-106
5. Tananuwong K, Wanida T. Extraction and application of antioxidants
from black glutinous rice. LWT-Food Science and Technology, 2010: Vol. 43: 476 – 481.
6. Rahim A, Mufidah, Arjuna A, Agustina R, Aprilia, Amirah.
Determination of Total Antocyanin Content And Free Radical Scavenging Activities of Oryza sativa var. Glutinosa. In Second Makassar International Symposium On Pharmaceutical Science. Makassar. 2013
7. Kim SJ, Park YS, Paik HD, Chang HI. Effect of anthocyanins on expression of matrix metalloproteinase-2 in naproxen-induced gastric ulcers. Br J Nutr, 2011: Vol. 106(12): 1792-801.
8. Kowalczyk E, Krzesiñski P, Kura M, Szmigiel B, Blaszczyk J. Anthocyanins In Medicine. Polish Journal of Phamacology, 2003: Vol. 55: 699-702.
9. Widjaja IH. 2008. Anatomi Abdomen. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta: 53
10. Slonane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 286-289
11. Djuwantoro D. Diagnosis dan Pengobatan Tukak Peptik. Cermin Dunia Kedokteran Vol.79. 1992: 14-16
29
29
12. Whittle R. 2008. Synopsis of Causation: Peptic ulcer. Ministry of Defence: Available as pdf file
13. Dufton J. 2012. The Pathophysiology and Pharmaceutical Treatment of Gastric Ulcers. Available from http://www.freece.com/Files/Classroom/ProgramSlides/55c98af0-d884-4294-b3fe-095634f89649/Ulcers%20Monograph.pdf
14. Enaganti S. Peptic ulcer disease. The disease and non-drug
treatment. Hospital Pharmacist. 2006; 13: 239-242
15. Richard N, Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbin & Cotran. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 476
16. Julius. Patogenesis Tukak Peptik. Cermin Dunia Kedokteran Vol.79. 1992: 9-13
17. Staf Pengajar Departemen FK UNSRI. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 137
18. Neal MJ. 2006. At A Glance Farmakologi Medis. Erlangga: 31
19. Malik A. Mekanisme Proteksi Mukosa Saluran Cerna. Cermin Dunia Kedokteran Vol.79. 1992: 5-7
20. Tarnawski AS, Caves TC. Aspirin in the XXI Century: Its Major Clinical Impact, Novel Mechanisms of Action, and New Safer Formulations. Gastroenterology: 2004. 127(1)
21. Gunawan SG (editor). 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: 525
22. Chisol-Burns MA, Wels BG, Schwinghamer TL, Malone PM, Kolesar
JM, Rotschafer JC, et al. 2008. Pharmacoterapy Principles and Practice. United States. McGraw Hill: 272
23. Backer, C.A., dan Van Den Brink Jr, R.C.B. Flora of Java (Spermatophyta Only). Vol. 3. Wolt’rs-Noordhoof N.V-Groningen-The Netherlands. Belanda. 1968
24. Bardenas, E.A., and Chang, T.T. The Morphology and Varietal
Characteristics of Rice Plant. The international Rice Research Institute. Technical Buletin 4. Manila. 1965. 5-7
30
30
25. Makarim, A.K., and Suhartatik, E. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. 297-298, 301. Available as PDF File
26. Anonim, Data Kandungan Gizi Bahan Pangan Dan Hasil Olahannya.
Available from: http://bkppp.bantulkab.go.id/documents/20120725142651-data-kandungan-gizi-bahan-pangan-dan-olahan.pdf. Diakses tanggal 8 Juli 2013
27. Welch, C.R., Li, Q.L., and Simon JE. Recent Advances in
Anthocyanin Analysis and Characterization. Curr Anal Chem. 2008. 4(2). 75-101
28. Shipp, J., and Abdel-Aal, E.S.M. Food Application and Physiological Effects of Anthocyanins as Functional Food Ingredients. The Open Food Science Journal, Vol. 4.2010. 7-22
29. Anonim. Gamma Oryzanol: Uses, Side Effects, Interactions and
Warnings. Available from: http://www.webmd.com/vitamins-supplements/ingredientmono-770-GAMMA%20ORYZANOL.aspx?activeIngredientId=770&activeIngredientName=GAMMA%20ORYZANOL. Diakses tanggal 14 Juni 2013
30. Perret-Genti MI. Rat Biomethodology. The University of Texas at San Antonio p.2. Available from: http://research.utsa.edu/files/larc/Ratbiomethodologyhandouts.pdf
31. Anonim. Gamma Oryzanol. Available from:
http://www.oryza.co.jp/html/english/pdf/ORYZANOL_3.1M.pdf, diakses tanggal 14 Juni 2013
32. Ning, JW, Lin GB, Ji F, Xu J, and Sharify N. Preventive effects of geranylgeranylacetone on rat ethanol-induced gastritis. World Journal of Gastroenterology, 2012: Vol. 18(18): 2262-2269
33. Arjuna A, Lucy YK, Mufidah, Rahim A. Determination of Antioxidan
Activity of Black Glutinous Rice Extracts From South Sulawesi Indonesia Using Microplate-Based B-Carotene Bleaching Assay And Their Chemical Profile Studies Using HPTLC. In Second Makassar International Symposium On Pharmaceutical Science. 2013.
34. Anonim. Ranitidine Effervescent Tablets 150 mg & 300 mg - Summary of Product Characteristic. Available from: http://www.medicines.org.uk/emc/medicine/26087/spc. Diakses tanggal 17 Februari 2013.
31
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA UJI GASTROPROTEKTIF
Tikus Putih
XII XI I V VII
Diadaptasikan selama 1 pekan
Tikus Hasil Adaptasi
Dikelompokkan
30 menit kemudian
240 menit kemudian
Aspirin (per oral)
ekstrak metanol
NaCMC 1%
Ranitidin
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
Seluruh hewan dimatikan
Pemeriksaan histopatologi
lambung disisihkan
VI
Dpuasakan selama 24 jam
II IV
ekstrak etanol
III VIII X
ekstrak aseton
IX
32
LAMPIRAN II
UJI CHI SQUARE
Tabel 2. Crosstab antara perlakuan dan skor histopatologi
PERLAKUAN * SKOR HISTOPATOLOGI LAMBUNG Crosstabulation
SKOR HISTOPATOLOGI LAMBUNG
Total
+1
Mukosa
lambung
normal
+2
Kerusakan pada
sel epitel
mukosa
+3
Kerusakan
sampai pada sel
glandular
+4
Kerusakan
sampai terjadi
erosi epitel
PERLAKUAN ranitidin+aspirin 0 3 0 0 3
ekstrak etanol BKH
150mg/kgBB + aspirin 0 0 1 2 3
"ekstrak etanol BKH
75mg/kgBB + aspirin" 0 0 3 0 3
"ekstrak etanol BKH
37.5mg/kgBB + aspirin" 0 0 3 0 3
"ekstrak metanol BKH
150mg/kgBB + aspirin" 0 0 1 2 3
ekstrak metanol BKH
75mg/kgBB + aspirin" 0 0 2 1 3
"ekstrak metanol BKH
37.5mg/kgBB + aspirin" 0 2 1 0 3
"ekstrak metanol BKH
37.5mg/kgBB + aspirin" 0 0 3 0 3
"ekstrak aseton BKH
150mg/kgBB + aspirin" 0 0 3 0 3
"ekstrak aseton BKH
75mg/kgBB + aspirin" 0 3 0 0 3
"ekstrak aseton BKH
37.5mg/kgBB + aspirin" 0 0 1 2 3
kontrol sehat 2 1 0 0 3
Total 2 9 18 7 36
33
Tabel 3. Hasil analisis uji chi-square
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 70.286a 33 .000
Likelihood Ratio 61.480 33 .002
Linear-by-Linear Association 2.398 1 .121
N of Valid Cases 36
a. 48 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .17.
Uji Hipotesa
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor histopatologi lambung setelah
pemberian perlakuan
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan skor histopatologi lambung setelah
pemberian perlakuan
2 hitung : 70,286
Derajat Bebas : (12-1) (4-1) = 33
2 tabel (0,05) : 47,399
2 tabel (0,01) : 54,775
2 hitung > 2 tabel → Signifikan; Ha diterima, H0 ditolak.
Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan skor histopatologi lambung setelah pemberian
perlakuan
34
LAMPIRAN III
KANDUNGAN ANTOSIANIN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM
Tabel 4. Kandungan Antosianin Ekstrak Beras Ketan Hitam
Jenis Ekstrak Kadar (% b/b)
Ekstrak metanol 0,166
Ekstrak etanol 0,126
Ekstrak aseton 0,077
35
35
LAMPIRAN IV
PERHITUNGAN DOSIS
A. Aspirin
1) Konversi dosis aspirin untuk tikus
- Dosis toksik manusia = 3500 mg
- Faktor konversi untuk tikus = 0,018
dengan bobot 200 g
- Dosis konversi untuk tikus 200 g = 3500 mg x 0,018
= 63 mg/200 g BB tikus
= ~60 mg/200 g BB tikus
Dosis toksik aspirin 60 mg/200 g BB setara dengan 300 mg/kg BB tikus
2) Penyiapan sediaan suspensi aspirin
- Volume pemberian tikus putih = 3 ml
- Konversi sediaan aspirin = 60 mg/3 ml
- Sediaan stok = 250 ml
- Jumlah aspirin yang ditimbang =
= 5 g
3) Perhitungan aspirin setara 5 g
- Aspirin yang tersedia = tablet @ 500 mg
- Berat rata-rata = 598 mg
- Berat tablet yang ditimbang =
= 5,98 g
60 mg x 250 ml
3 ml
5.000 mg x 598 mg
500 mg
36
36
B. Ranitidin (34)
1. Konversi dosis ranitidin untuk tikus
- Dosis lazim untuk manusia = 300 - 600 mg
- Faktor konversi untuk tikus = 0,018
dengan bobot 200 g
- Dosis konversi untuk tikus 200 g = 600 mg x 0,018
= 10,8 mg/200 g BB tikus
= ~ 10 mg/200 g BB tikus
Dosis ranitidin 10 mg/200 g BB tikus setara dengan 50 mg/kg BB tikus
2. Penyiapan sediaan suspensi ranitidin
- Volume pemberian tikus putih = 3 ml
- Konversi sediaan ranitidin = 10 mg/3 ml
- Sediaan stok = 25 ml
- Jumlah ranitidin yang ditimbang =
= 83,33 mg
3. Perhitungan ranitidin setara 83,33 mg
- Ranitidin yang tersedia = tablet @ 150 mg
- Berat rata-rata = 330,8 mg
- Berat tablet yang ditimbang =
= 183,7 mg
C. Ekstrak Beras Ketan Hitam
1) Penentuan dosis ekstrak beras ketan hitam untuk tikus
- Kadar antosianin total di dalam = 0,166 %
10 mg x 25 ml
3 ml
83,33 mg x 330,8 mg
150 mg
37
37
ekstrak beras ketan hitam
- Dosis gastroprotektif antosianin = 5 mg, 25 mg atau 50 mg/kgBB tikus
- Sehingga kisaran dosis oral = sampai
ekstrak beras ketan hitam untuk
mencapai antosianin 5-25 mg/kg BB
= 30 - 150 mg/kg BB tikus
= 6 - 30 mg/200 g BB tikus
Dari rentang dosis tersebut, digunakan tiga dosis yaitu: 7,5 mg/200 g BB
(37,5 mg/kg BB); 15 mg/200 g BB (75 mg/kg BB) dan 30 mg/200 g BB (150
mg/kg BB).
2) Penyiapan suspensi ekstrak etanol beras ketan hitam
- Volume pemberian tikus putih = 3 ml
- Konversi suspensi ekstrak = 30 mg/3 ml
- Sediaan stok = 50 ml
- Jumlah ekstrak yang ditimbang =
= 500 mg
Dilakukan perhitungan yang sama untuk ekstrak metanol dan aseton.
30 mg x 50 ml
3 ml
25 mg/kg
0,166
5 mg/kg
0,166
38
LAMPIRAN V
GAMBAR PENELITIAN
Gambar 9. Beras ketan hitam
Gambar 10. Ekstrak beras ketan hitam
Gambar 11. Pemberian secara oral