TERJEMAH AL-MU‘A<S}IR KARYA AAM AMIRUDDIN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Teologi Islam (S.Th. I)
Oleh :
Lasti Ardhina NIM. 10530038
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
v
MOTTO
Demi masa.
Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
(Q.S. al-‘Ashr: 1-3)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skiripsi ini saya persembahkan:
Mamah dan Bapak (alm.) yang telah berjuang dan tiada henti berdoa yang terbaik untuk anak-anak mu.
Begitu juga dengan kakak-kakakku; Mas Hardi dan Mbak Tri,
Mbak Ela dan Mas Agus, serta keponakan ku Wildan dan Deva yang selalu memecah tawa.
Terakhir terimakasih kepada Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir yang berjasa membuat saya memiliki harta yang tak pernah habis ‘ilmu’.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan skripsi ini
berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988, No. 158 Tahun
1987 dan No. 0543b/U/1987. Di bawah ini adalah daftar huruf Arab dan
transliterasinya dengan huruf latin.
A. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan أ .1
Ba>’ B Be ب .2
Ta>’ T Te ت .3
s\a>’ S| es titik di atas ث .4
Ji>m J Je ج .5
Ha>’ H{ ha titik di bawah ح .6
Kha>’ Kh ka dan ha خ .7
Dal D De د .8
z\al Z| zet titk di atas ذ .9
Ra>’ R Er ر .10
Zai Z Zet ز .11
Si>n S Es س .13
Syi>n Sy es dan ye ش .14
S{a>d S{ es titik di bawah ص .15
Da>d D{ de titik di bawah ض .16
Ta>’ T{ te titik di bawah ط .17
Za>’ Z{ zet titik di bawah ظ .18
viii
Ayn ...‘... koma terbalik (di atas)’ ع .19
Gayn G Ge غ .20
Fa>’ F Ef ف .21
Qa>f Q Qi ق .22
Ka>f K Ka ك .23
La>m L El ل .24
Mi>m M Em م .25
Nu>n N En ن .26
Waw W We و .27
Ha>’ H Ha ه .28
Hamzah ...’... Apostrof ء .29
Ya> Y Ye ي .30
B. Konsonan Rangkap (Syaddah)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan
dengan huruf ganda, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh: المنور ditulis al-Munawwir
C. Ta>’ Marbu>tah
Transliterasi untuk Ta>’ Marbu>tah ada dua macam, yaitu:
1. Ta>’ Marbu>tah hidup
Ta>’ Marbu>tah yang hidup atau mendapat h}arakat fath}a>h, kasrah atau
d}ammah, transliterasinya adalah ditulis t.
Contoh: نعمة اهللا ditulis ni’matulla>h
ditulis zaka>t al-fit}ri زكاةالفطر
ix
2. Ta>’ Marbu>tah mati
Ta>’ Marbu>tah yang mati atau mendapat h}arakat sukun, transliterasinya
adalah, ditulis h:
Contoh: هبة ditulis hibah
ditulis jizyah جزية
D. Vokal
Vokal bahasa Arab, terdiri dari tiga macam, yaitu: vokal tunggal
(monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya adalah:
a. Fath}a>h dilambangkan dengan a
contoh: ضرب ditulis d}araba
b. Kasrah dilambangkan dengan i
contoh: فهم ditulis fahima
c. D{ammah dilambangkan dengan u
contoh: كتب ditulis kutiba
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
a. Fath}a>h + Ya> mati ditulis T
Contoh: أيديهم ditulis aidi>him
b. Fath}a>h + Wau mati ditulis au
Contoh: تورات ditulis taura>t
x
3. Vokal Panjang
Vokal panjang dalam bahasa Arab disebut maddah, yaitu harakat dan
huruf, transliterasinya adalah:
a. Fath}a>h + alif, ditulis a> (dengan garis di atas)
Contoh: جاهلية ditulis ja>hiliyyah
b. Fath}a>h + alif maqs}u>r ditulis a> (dengan garis di atas)
Contoh: يسعي ditulis yas’a>
c. Kasrah + ya> mati ditulis i> (dengan garis di atas)
Contoh: مجيد ditulis maji>d
d. D{ammah + wau mati ditulis u> (dengan garis di atas)
Contoh: فروض ditulis furu>d}
E. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
alif dan lam (ال). Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan
atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyyah.
a. Bila diikuti oleh huruf qamariyyah ditulis al-
Contoh: القران ditulis al-Qur’a>n
b. Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf lam
Contoh: السنة ditulis al-Sunnah
xi
F. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata saja. Bila
hamzah itu terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan, tetapi
ditransliterasikan dengan huruf a atau i atau u sesuai dengan h}arakat hamzah
di awal kata tersebut.
Contoh: الماء ditulis al-Ma>’
تأويل ditulis Ta’wi>l
أمر ditulis Amr
xii
ABSTRAK
Penerjemahan al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan karena banyak umat Islam yang kurang memiliki akses pemahaman terhadap bahasa Arab. Sehingga tak sedikit yang berusaha menerjemahkan al-Qur’an untuk membantu umat Islam memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Salah satunya yakni Aam Amiruddin yang melahirkan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir. Namun, dalam menerjemah tentunya tak bisa semena-mena oleh karena itu harus memiliki sumber rujukan dan metode yang jelas. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada pencarian sumber rujukan dan metode yang digunakan Aam Amiruddin dalam menerjemahkan ayat-ayat al-Qur’an hingga mengahasilkan sebuah karya Terjemah Al-Mu‘a>s}ir.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, yakni mula-mula penulis mendeskripsikan perkembangan terjemah di Indonesia, biografi tokoh, latar belakang penyusunan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir, dan selanjutnya penulis memfokuskan diri dengan menganalisis epistemologi terjemah yang digunakan Aam Amiruddin dengan mengacu pada salah satu karyanya yaitu Terjemah Al-Mu‘a>s}ir. Sedang pendekatan yang penulis gunakan ialah pendekatan filsafat dan dikhususkan pada sisi epistemologis Terjemah Al-Mu‘a>s}ir. Epistemologis yang dimaksud di sini sebagai upaya untuk menelusuri tentang hakikat dan kebenaran ilmu pengetahuan yang mana meliputi: sumber, metode, dan validitas. Akan tetapi dalam hal ini, penulis hanya mengambil dua poin yaitu sumber dan metode Terjemah Al-Mu‘a>s}ir.
Adapun hasil dari penelitian ini yaitu: sumber rujukan yang digunakan Aam dalam menerjemahkan al-Qur’an antara lain: pertama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama. Kedua, Kitab Tafsir al-Qur’an; Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}hi>m, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an, Tanwi>r al-Miqba>s min Tafsi>r Ibn Abbas, dan Tafsir Jala>layn. Sedangkan kitab tafsir yang dijadikan perbandingan diantaranya yaitu: Tafsi>r Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, Tafsi>r Al-Mana>r, Tafsir Al-Maraghy, Tafsir Al-Misbah, dan Tafsir Al-Bayan. Ketiga, Akal/ Ijtihad. Sedangkan metode yang ia tempuh yaitu: metode ijmali (global) dan komparatif serta termasuk dalam kategori terjemah ma’nawiyyah. Langkah yang ditempuh dalam menerjemahkan yaitu: 1) Membaca satu ayat, 2) Membaca tafsir ayat tersebut, 3) Membandingkan dengan Al-Qur‘an dan Terjemahnya Departemen Agama, 4) Menuliskan penerjemahannya.
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdu lilla>hi rabb al-‘a>lami>n, teriring rasa syukur pada yang Maha
‘alim yang memberikan sebagian kecil ilmu-Nya. Sehingga dapat menggerakkan
penulis untuk membaca dari sebagian apa yang Ia suratkan dalam kitab-Nya dan
yang Ia tuturkan pada kekasih-Nya sebagai respon berbagai problematika
kehidupan. Dengan Rahma>n dan Rahi>m-Nya, segala hambatan dan kesulitan, bisa
dilalui dengan mental kesiapan dan kesanggupan yang Ia berikan. S}alawa>t dan
sala>m semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Panutan semua makhluk, yang
memiliki potensi intelektual, spiritual, dan emosional sempurna serta yang selalu
mengajarkan umatnya untuk berpikir progresif.
Tema yang penulis teliti adalah Epistemologi Terjemah Al-Mu‘a<s{ir Karya
Aam Amiruddin. Pada dasarnya penelitian ini disusun untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Theologi Islam pada Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga
Yogyakarta. Akan tetapi tidak hanya itu, semoga tulisan ini menjadi langkah awal
bagi penulis untuk memperoleh mentalitas keilmuan baru dalam wilayah al-
dira>sah al-isla>miyyah. A<mi>n.
Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, motivasi, saran dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
xiv
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. H. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta
Pembantu Dekan.
3. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A, selaku Ketua Jurusan sekaligus yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini
dan Afdawaiza, M.A, selaku Sekretaris Jurusan yang secara ketat menyeleksi
penelitian yang akan dilakukan.
4. Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.A selaku Dosen Pembimbing, yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan,
semangat, dan inspirasi sejak awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini di
tengah kesibukannya.
5. Muhammad Hidayat Noor, M.Ag sebagai Penguji II dan Prof. Dr.
Muhammad, M.Ag sebagai Penguji III yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun pada penulis.
6. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag, sebagai Penasehat Akademik dan merupakan
embrio persetujuan lahirnya tulisan ini.
7. Prof. Dr. H. Fauzan Naif, M. Ag, Drs. H.M. Yusron, M.A, Dr. H. Agung
Danarta, M.Ag, Drs. Indal Abror, M.Ag, Dr. Nurun Najwah, M.Ag, Dr. Adib
Sofia, M. Hum, Dr. Inayah Rohmaniyah, M. Hum. M.A, Drs. Muhammad
Mansur, MA, Ahmad Rafiq dan seluruh dosen di Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir khususnya dan semua dosen Ushuluddin yang telah memberikan
semangat keilmuan yang sangat berarti bagi penulis.
xv
8. Karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah memfasilitasi dan memperlancar
proses pendidikan.
9. Dr. Aam Amiruddin, M. Si sebagai narasumber yang telah bersedia
menyisihkan waktu untuk penulis wawancarai, dan Pak Yogi serta Pak Yudha
yang telah menyempatkan waktu untuk membalas pesan singkat dan email
dari penulis.
10. Dr. Khoiron Nahdiyyin, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
mendengar kegundahan penulis akan teori terjemah dan memberikan masukan
pada penulis.
11. Ibu dan kakak serta kerabat-kerabat yang selalu mengiringi do’a dalam
perjalanan hidup ini.
12. Mas Saifuddin, M. Ag yang telah memberikan saran dan masukan dalam
proses wawancara dan dalam penulisan. Kawan seperjuangan yang telah
memberikan motivasi mbak Lasmi, Ulla, Ela, Mega, Atiqoh, Junet, Kahfi,
Said, Meta, Anis, Veni, Qibti, Faila, Ulfa, Ida dan teman-teman Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dan
tak lupa Isoh di UNPAS Bandung yang telah bersedia direpotkan oleh penulis.
13. Keluarga besar UKM JQH Al-Mizan yang memberikan pengalaman tak
tergantikan.
14. Mbak Ela, mbak Susanti, mbak Ocha yang bersedia bersabar berbagi ilmu
dengan penulis.
15. Teman-teman satu atap “Wisma Annisa”, “Retansa”, mbak Uswah, mbak Leli,
mbak Zizah, mbak Ratna, mbak Cici dan kelompok KKN JGL ‘80.
xvi
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan motivasi dalam menyelesaikan studi S-1 di Universitas
Islam Negeri Yogyakarta.
Walaupun skripsi ini telah selesai dalam pengerjaannya, namun masukan
dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan. Karena penulis
menyadari karya ini masih ada kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga
karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua dan mampu memberikan
sumbangsih bagi dunia intelektual, khususnya dunia Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
A>mi>n.
Yogyakarta, 5 Juni 2014
Penulis,
Lasti Ardhina NIM. 10530038
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. .............................................................................................. i
HALAMAN NOTA DINAS. .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN. ............................................................................... iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN. .......................................... iv
MOTTO. ................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN. ........................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI. ......................................................................... vii
ABSTRAK. ............................................................................................................ xii
KATA PENGANTAR. .......................................................................................... xiii
DAFTAR ISI. ........................................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL. ................................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN. ........................................................................................ xxi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. .............................................................................. 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. ....................................................... 9
D. Telaah Pustaka. ................................................................................... 9
E. Metode Penelitian. ............................................................................. 12
F. Sistematika Pembahasan. ................................................................... 14
BAB II : PERKEMBANGAN TERJEMAH AL-QUR’AN DI INDONESIA
A. Perbedaan Terjemah, Tafsir, dan Ta‘wil. ........................................... 16
xviii
B. Sejarah Terjemah al-Qur’an. .............................................................. 19
1. Periode Pertama Abad XVII-XVIII. ............................................ 20
2. Periode Kedua Abad XIX-XX. .................................................... 23
a. Tahun 1900-1950. .................................................................. 23
b. Tahun 1951-1980. .................................................................. 25
c. Tahun 1981-2000. .................................................................. 31
d. Tahun 2001-2012. .................................................................. 32
C. Metode Terjemah al-Qur’an di Indonesia. ......................................... 36
D. Tabel Perkembangan Terjemah al-Qur’an di Indonesia. ................... 41
BAB III : AAM AMIRUDDIN DAN TERJEMAH AL-MU‘A<S{IR
A. Penulis Terjemah Al-Mu‘a<s{ir. ............................................................ 43
1. Riwayat Hidup Aam Amiruddin. ................................................. 43
2. Karya-karya Aam Amiruddin. ..................................................... 47
B. Terjemah Al-Mu‘a<s{ir. ........................................................................ 50
1. Latar Belakang Penyusunan ......................................................... 50
2. Deskripsi Terjemah Al-Mu‘a<s{ir. ................................................... 57
BAB IV : EPISTEMOLOGI TERJEMAH AL-MU‘A<S{IR
A. Kajian Epistemologi atas Terjemah Al-Mu‘a<s{ir. ................................ 70
1. Metode Terjemah. ........................................................................ 70
2. Sumber-sumber Terjemahan. ....................................................... 83
B. Kontribusi Terjemah Al-Mu‘a<s{ir dalam Pengembangan Terjemah
xix
al-Qur’an. .......................................................................................... 100
1. Sumbangan Aam Amiruddin dalam Khazanah Ilmu Terjemah. . 100
2. Kelebihan dan Kekurangan Terjemah Al-Mu‘a<s{ir. ..................... 101
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 104
B. Saran. ................................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................... 107
Lampiran-lampiran. ................................................................................................ 111
Curiculum Vitae. ..................................................................................................... 119
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir. ............................................................. 17
Tabel 2.2 Perbedaan Tafsir dan Ta‘wil. .................................................................. 18
Tabel 2.3. Tabel Perkembangan Terjemah al-Qur’an di Indonesia. ....................... 41
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Draft Wawancara. ............................................................................... 111
Lampiran B Tashih Mushaf dan Terjemah al-Qur’an. ............................................ 116
Lampiran C Daftar Nama-nama Konsultan. ........................................................... 117
Lampiran D Contoh. ............................................................................................... 118
Dr. Aamm AmiruddIma
din, M.Si saan, Jln. Ta
aat melakukaman Citar
kan wawanum No. 9, B
ncara di kaBandung.
antor Percikkan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan al-Qur’an menjadi perhatian para ulama bahkan dituliskan
pada satu bab pembahasan tersendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa
literatur, di antaranya yaitu Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n dalam kitabnya Maba>h{is\ fi>
‘Ulu>mil Qur’a>n1 dan Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani dalam kitabnya
Mana>hilul ‘Irfan fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n2. Akan tetapi dalam literatur tersebut lebih
membahas pada hukum penerjemahan al-Qur’an.
Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n membagi terjemah al-Qur’an menjadi dua yakni
terjemah harfiyah dan terjemah maknawiyah. Terjemah harfiyah ialah
mengalihkan lafadz dari satu bahasa ke dalam lafadz yang serupa dari bahasa lain
sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan
dan tertib bahasa pertama. Sedangkan terjemah maknawiyah ialah menjelaskan
makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.3 Sebagai contoh dapat
dilihat pada surat Al- Isra>’ (17) ayat 29, sebagai berikut:
ω uρ ö≅ yèøgrB x8y‰tƒ »' s!θè= øó tΒ 4’n< Î) y7 É)ãΖãã Ÿω uρ $ yγ ôÜÝ¡ö6 s? ¨≅ ä. ÅÝó¡t6 ø9$# y‰ãè ø)tFsù $ YΒθ è= tΒ #·‘θ Ý¡øt¤Χ ∩⊄®∪
1 Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h{is\ fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n terj. Mudzakir AS. (Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2010), hlm. 444-448.
2 Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani, Mana>hilul ‘Irfan fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2010), hlm. 341.
3 Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h{is\ fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n, hlm. 443.
2
Terjemah harfiyah:
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.
Terjemah maknawiyah:
Janganlah kamu menjadi orang kikir dan jangan menjadi orang boros. Nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.4
Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n dalam bukunya Maba>h{is\ fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n
berpendapat bahwa penerjemahan al-Qur’an secara harfiyah tidak dianjurkan
karena karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib
bagian-bagian kalimatnya. Sehinggga penerjemahan tidak akan dicapai dengan
baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan.
Sedangkan terjemah maknawiyah diperbolehkan menurut konsesus ulama yakni
dengan memperhatikan makna asli Qur’an.5
Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani dalam kitabnya Mana>hilul ‘Irfan fi>
‘Ulu>mil Qur’a>n yang dikutip oleh Syihabuddin mengemukakan bahwa hukum
menerjemahkan al-Qur’an mengikuti pengertian terjemah itu sendiri. Pertama,
penerjemahan al-Qur’an dengan makna menyampaikan al-Qur’an itu sendiri.
Kedua, menerjemahkan al-Qur’an dengan makna menafsirkannya dengan bahasa
Arab. Ketiga, menerjemahkan al-Qur’an dengan menafsirkannya dengan bahasa
asing, bukan bahasa Arab. Ketiga poin tersebut dibolehkan dalam syariat (ja’iz).
4 Aam Amiruddin, Al-Qur’an Al-Mu‘a>s}ir Terjemah Kontemporer (Bandung: Khazanah
Intelektual, 2012), hlm. 285. 5 Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h{is\ fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n, hlm. 445.
3
Sedangkan yang tidak diperbolehkan ialah menerjemahkan al-Qur’an dengan
mengungkapkan makna dan maksudnya ke bahasa lain, baik secara harfiyah
maupun tafsiriyah.6
Adapun alasan tidak diperbolehkannya menerjemahkan al-Qur’an dengan
mengungkapkan makna dan maksudnya ialah; pertama, makna-makna al-Qur’an
tidak mungkin dapat diungkapkan melalui terjemah. Demikian pula dengan tiga
maksud utama al-Qur’an: sebagai hidayah, mukjizat Nabi saw., dan sebagai
ibadah dengan membacanya. Kedua, penerjemahan dengan pengertian seperti itu
berarti menyerupai al-Qur’an dan hal demikian mustahil dilakukan. Ketiga, jika
perbuatan tersebut mustahil dilakukan, maka melakukan yang mustahil adalah
diharamkan Islam. Keempat, terjemahan dapat melalaikan umat dari al-Qur’an itu
sendiri. Kelima, jika terjemahan ini dapat dilakukan sehingga manusia cukup
memakai terjemahnya, niscaya punahlah keasliannya seperti yang dialami kitab
suci yang lain. Keenam, al-Qur’an disebarkan bukan dengan terjemahannya.7
Sementara itu terjemah al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan karena
dengannya, al-Qur’an bisa dipahami oleh umat Muslim yang tidak atau kurang
memiliki akses pemahaman bahasa Arab. Karena itu merupakan salah satu usaha
untuk memahami agama Islam dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
Namun, tak hanya dicukupkan dengan terjemah al-Qur’an saja tetapi diperkaya
melalui tafsir al-Qur’an dan tadabbur al-Qur’an.
6 Syihabuddin, Telaah Ihwal Hukum Menerjemahkan Nas Keagamaan dilihat dari Teori
Menerjemah, hlm. 2. Lihat pula Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani, Mana>hilul ‘Irfan fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2010), hlm. 341.
7 Syihabuddin, Telaah Ihwal Hukum..., hlm. 3. Lihat pula Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-
Zarqani, Mana>hilul ‘Irfan fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n, hlm. 348-352.
4
Adapun al-Qur’an dan Terjemahnya yang disusun oleh tim dari
Kementerian Agama RI telah mengalami beberapa kali perbaikan dan
penyempurnaan. Sejak pertama kali diedarkan pada 17 Agustus 1965 hingga
sekarang, terjemahan al-Qur’an Kementerian Agama setidaknya sudah mengalami
dua kali proses perbaikan dan penyempurnaan. Pertama, penyempurnaan
redaksional yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan bahasa
pada saat itu, yaitu pada tahun 1989; dan kedua, penyempurnaan secara
menyeluruh yang mencakup aspek bahasa, konsistensi pilihan kata, substansi, dan
aspek transliterasi, dalam rentang waktu yang cukup lama antara tahun 1998
hingga 2002. Proses perbaikan dan penyempurnaan itu dilakukan oleh para ulama,
ahli dan akademisi yang memiliki kompetensi di bidangnya sebagai wujud
keterbukaan Kementerian Agama terhadap saran dan kritik konstruktif bagi
perbaikan dan penyempurnaan al-Qur’an dan Terjemahnya.8
Melihat adanya keterbukaan Kementerian Agama tersebut tidak menutup
kemungkinan bagi seseorang yang sudah merasa mempunyai kapasitas keilmuan
untuk menerjemahkan al-Qur’an. Sehingga lahir beberapa terjemah al-Qur’an
yang ditulis oleh cendikiawan Muslim, seperti Mahmud Yunus dengan karyanya
Tarjamah al-Qur’an Karim9, bahkan H.B. Jassin10 yang notabene merupakan
seorang sastrawan berusaha untuk menerjemahkan al-Qur’an secara puitis (bukan
8 Khoiron Durori, “Catatan Awal Tentang al-Qur’an dan Terjemahnya” dalam
http://www.kemenag.go.id diakses tanggal 24 April 2013. 9 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur’an Karim (Bandung: Al Maarif, 1977) 10 H.B. Jassin, Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta, Jembatan, 1977).
5
mempuisikan al-Qur’an), Oemar Bakry11, dan M. Quraish Shihab dengan karyanya
al-Qur’an dan Maknanya12. Hal ini pula yang dilakukan oleh Aam Amiruddin
dengan mengadakan beberapa perubahan terhadap terjemahan Kementerian
Agama.
Adapun dalam hal ini penulis mengkaji terjemahan al-Qur’an yang lebih
tepatnya dikhususkan pada Terjemah Al-Mu‘a>s}ir yang disusun oleh Aam
Amiruddin. Al-Mu‘a>s}ir sendiri memiliki arti modern, kekinian, dan kontekstual.
Menurut Aam Amiruddin, Terjemah Al-Mu‘a>s}ir ini akan lebih mudah dicerna dan
lebih kontekstual sehingga umat akan lebih mudah memahami maksud ayat demi
ayat yang termaktub dalam al-Qur’an.13 Akan tetapi dalam menerjemahkan ayat
al-Qur’an tentu tak bisa semena-mena karena tujuan terjemah ialah
menyampaikan pesan teks aslinya. Sedangkan bahasa sendiri mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Hadirnya terjemah kontemporer yang disusun
oleh Aam Amiruddin merupakan salah satu bentuk usaha untuk menggodok atau
menyempurnakan terjemah al-Qur’an yang ada selama ini agar bahasanya lebih
lugas, mudah dicerna, dan kontemporer.14
Aam Amiruddin sendiri merupakan dai muda yang lahir di Bandung
tanggal 14 Agustus 1965. Ia pernah menempuh pendidikan di SD Pabahi I,
Pondok Pesantren Mualimin Persatuan Islam (Persis), Ma‘had Ta‘lim Lugah al-
11 Oemar Bakry, Tafsir Rahmat (ttp: Mutiara, 1984). 12 M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang: Lentera Hati, 2010). 13 Aam Amiruddin, “Memahami al-Qur’an dengan Terjemah Kontemporer” dalam Al-
Qur’an Al-Mu‘a>s}ir Terjemah Kontemporer.
14 Aam Amiruddin, “Memahami al-Qur’an dengan Terjemah,
6
‘Arabiyyah (sekolah milik Kedutaan Saudi Arabia), FISIP UI, IKIP Jakarta,
International Islamic Educational Institute mengambil Islamic Studies, UNISBA
mengambil Public Relation dan Magister Sains dalam bidang Ilmu Komunikasi di
UNPAD. Selain itu, ia juga menjabat sebagai direktur media cetak Percikan Iman
dan menjadi pemateri kolom tafsir serta menjadi dosen pasca sarjana UNISBA.15
Adapun dalam menerjemah perlu memperhatikan beberapa hal. Seperti
yang dinyatakan oleh Etienne Dolet (1509-1546) bahwa penerjemah hendaknya
benar-benar memahami isi dan hasrat penulis, menguasai dengan baik bahasa asal
dan bahasa penerima terjemahan, tidak diperbolehkan menerjemah perkata demi
perkata karena akan merusak makna, menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang
biasa digunakan di dalam bahasa penerima, penerjemah juga harus menciptakan
kesan semula dan semangat keseluruhan teks asal. Dolet menekankan pentingnya
penerjemah mengetahui semangat dan tujuan pengarang asal.16
Dari keterangan yang dituliskan oleh Aam Amiruddin, dikatakan bahwa
terjemahan yang disusunnya merupakan terjemahan al-Qur’an yang kontekstual
dan kontemporer.17 Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini ialah berkenaan
dengan epistemologi. Hal ini untuk mengetahui sumber-sumber yang dijadikan
rujukan atau landasan oleh pengarang dalam menerjemahkan al-Qur’an. Karena
penerjemahan tidak bisa dilakukan hanya dengan sekadar mengubah redaksi
15 Faridzzaman, “Metode Penafsiran al-Qur’an Aam Amiruddin (Telaah atas Buku Tafsir
al-Qur’an Kontemporer : Juz ‘Amma Karya Aam Amiruddin)” skripsi jurusan Tafsir Hadis, fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, 2008. hlm. 43-44.
16 Ainon Mohd. dan Abdullah Hasan, Teori dan Teknin Terjemahan (Kuala Lumpur: PTS
Professional Publishing, 2000), hlm. 68.
17 Lihat Aam Amiruddin, “Memahami al-Qur’an dengan Terjemah,
7
terjemahan Kementerian Agama sesuai dengan kepantasan pada era sekarang.
Selain itu metode dalam menerjemahkan juga perlu diperhatikan karena metode
akan memberikan pengaruh terhadap hasilnya.
Dalam bidang tafsir, epistemologi menjadi sangat penting karena memiliki
implikasi yang besar bagi perkembangan tafsir di dunia Islam pada umumnya dan
di Indonesia pada khususnya.18 Demikian pula pada epistemologi terjemah al-
Qur’an karena melalui epistemologi tersebut akan memberikan pengetahuan yang
baru dalam perkembangan dunia terjemah al-Qur’an.
Setidaknya terdapat beberapa alasan akademis yang membuat penelitian
ini perlu dan penting dilakukan;
Pertama, penulis merasa penting untuk mengangkat aspek epistemologi
dari terjemah al-Qur’an tersebut karena maju tidaknya sebuah ilmu pengetahuan
sangat bergantung pada bangunan epistem keilmuan yang kuat. Selain itu,
problem epistemologi bukan hanya problem filsafat akan tetapi juga problem
seluruh disiplin keilmuan.
Kedua, penulis memilih karya Aam Amiruddin karena penyusun Terjemah
Al-Mu‘a>s}ir mengklaim terjemah tersebut kontekstual dan kontemporer. Selain itu
Terjemah Al-Mu‘a>s}ir mempunyai beberapa keunikan, di antaranya yaitu pertama,
Terjemah Al-Mu‘a>s}ir merupakan salah satu terjemah al-Qur’an berbahasa
Indonesia yang telah memperoleh tashih ayat-ayat al-Qur’an dan tarjamah al-
Qur’an dari Kementerian Agama. Adapun untuk memperoleh tashih tarjamah
tersebut dibutuhkan waktu selama satu tahun, karena terjemah tersebut harus
18 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: Lkis, 2010), hlm. 3
8
dibaca ayat per ayat. Kedua, dalam kurun waktu tiga tahun sejak cetakan pertama
tahun 2012 hingga 2014, Terjemah Al-Mu‘a>s}ir sudah lima kali cetak dan menjadi
best seller dengan harga yang cukup tinggi yakni Rp 80.000,00. Hal ini menjadi
salah satu bukti bahwa Terjemah Al-Mu‘a>s}ir diterima dan masyarakat pun
membutuhkan terjemah al-Qur’an yang mudah dipahami. Sehingga dalam hal ini
Terjemah Al-Mu‘a>s}ir dipilih karena bahasanya yang kontekstual dan kekinian.
Adapun sepanjang pengamatan penulis, belum banyak penelitian yang fokus pada
epistemologi terjemah al-Qur’an dan belum ada penelitian skripsi yang membahas
secara serius, tajam, dan komprehensif mengenai epistemologi Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir.
Ketiga, bagi orang awam terjemah al-Qur’an merupakan sesuatu yang
urgen karena permulaan mengenal pesan-pesan yang terdapat dalam al-Qur’an
diperoleh melalui pembacaan terhadap terjemah al-Qur’an. Sedangkan pembacaan
terhadap kitab-kitab tafsir masih minim, oleh karena itu dengan penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penerjemahan al-Qur’an yang
lebih sesuai bagi semua kalangan masyarakat.
Melihat latar belakang pendidikan Aam Amiruddin seperti yang
disebutkan di atas dan kapasitasnya sebagai seorang dai sekaligus pengajar
merupakan suatu kelebihan tersendiri. Karena melalui terjemahan al-Qur’an
tersebut ia berusaha memberi pengaruh terhadap pemahaman pembaca.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan peneliti adalah:
1. Bagaimana metode Aam Amiruddin dalam menerjemahkan al-Qur’an ?
2. Apa sumber-sumber yang digunakan Aam Amiruddin dalam
menerjemahkan al-Qur’an ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan peneliti, berikut ini
merupakan tujuan yang hendak dicapai:
1. Mengetahui metode yang ditempuh Aam Amiruddin dalam
menerjemahkan al-Qur’an.
2. Mengetahui sumber-sumber yang digunakan Aam Amiruddin dalam
menerjemahkan al-Qur’an.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir karya Aam
Amiruddin.
Adapun penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
kajian epistemologi terjemahan al-Qur’an yang secara terus menerus akan
mengalami perkembangan.
D. Telaah Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, berikut ini merupakan
beberapa karya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis di antaranya
yaitu:
10
Pertama, sebuah disertasi yang kemudian menjadi buku dengan judul
Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990 oleh Dr. Ismail
Lubis, MA tahun 2001 yang berkesimpulan bahwa beberapa terjemahan ayat al-
Qur’an oleh DEPAG mengandung pleonasme, bertentangan dengan gramatika
bahasa Indonesia, beberapa kalimat terjemahan tidak sesuai dengan diksi,
ditemukan ungkapan bukan idiom dan memberikan padanan, makna terjemahan
terkadang tidak jelas, berlebihan, penggunaan diksi yang spesifik dalam
terjemahan, terdapat kata-kata yang tidak baku dan belum sepenuhnya
mencerminkan kelaziman bahasa penerima.
Kedua, skripsi yang berjudul Epistemologi al-Qur’an dan Terjemah
Tafsiriyah Majelis Mujahidin oleh Lailatus Sa’adah, Jurusan Tafsir Hadis,
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun 2012.
Skripsi tersebut membahas mengenai metode yang digunakan Muhammad Thalib
dalam menerjemahkan ayat al-Qur’an dan mengemukakan beberapa sumber
terjemahannya serta kebenaran al-Qur’an dan terjemah tafsiriyah menurut teori
kebenaran dalam filsafat.
Ketiga, skripsi yang berjudul The Message of The Qur’an karya
Muhammad Asad (Kajian Metodologi Terjemah dan Tafsir) oleh Lis Safitri
Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan
Kalijaga tahun 2012. Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa Muhammad Asad
menerjemahkan kosa kata dalam al-Qur’an bukan hanya menukarkannya dengan
sebuah kata dalam bahasa Inggris tetapi ia menukarkannya dengan frasa, klausa,
atau kalimat untuk menjaga agar terjemahannya mampu menyampaikan makna al-
11
Qur’an. Terjemahan tersebut disajikan secara kelompok sesuai munasabah antar
ayat.
Keempat, skripsi yang berjudul Metode Penafsiran al-Qur’an Aam
Amiruddin (Telaah atas Buku Tafsir al-Qur’an Kontemporer : Juz ‘Amma Karya
Aam Amiruddin) oleh Faridzzaman Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun 2008. Dalam penelitiannya
ditemukan bahwa metode Aam Amiruddin dalam menafsirkan ayat al-Qur’an
menggunakan metode tahlili dalam bentuk al-ra’yu atau pemikiran. Aam juga
mengutip ayat al-Qur’an, hadis, pendapat sahabat, pendapat tabi’ dan ulama tafsir.
Sistematika penyajiannya runtun tapi berbeda dengan sistematika penyajian
mushaf Us\mani. Bahasa yang digunakan lugas dan tidak berbelit-belit,
menggunakan gaya bahasa kolom, gaya bahasanya memberikan motivasi dan
harapan serta penjelasannya dikaitkan dengan konteks masa sekarang.
Dari penelaahan terhadap beberapa karya di atas, penulis berpendapat
bahwa karya-karya tersebut memiliki persamaan dalam objek materialnya yakni
terjemah al-Qur’an, meskipun demikian objek formal atau pendekatan yang
digunakan berbeda-beda. Jika melihat karya Ismail Lubis, ia lebih menekankan
pada aspek bahasa dan dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan filsafat
dengan mengkhususkannya pada sisi epistemologis terjemah al-Qur’an seperti
yang dilakukan oleh Laelatus Sa’adah tetapi objek kajiannya berbeda. Sedangkan
pada penelitian-penelitian sebelumnya, belum ada yang meneliti Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir dan belum banyak yang mengkaji epistemologi terjemah al-Qur’an.
12
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian pustaka
(library research) yakni pengumpulan data atau karya tulis ilmiah yang
berkaitan dengan objek penelitian. Telaah yang dilaksanakan adalah untuk
memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelahaan
kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
2. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini diperlukan data-data yang dikaji
lebih mendalam. Adapun data yang diperoleh bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer yang digunakan ialah Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir, Terjemah al-Qur’an Kementerian Agama. Kemudian untuk
sumber sekunder dari penelitian ini adalah buku Tafsir Kontemporer
Karya Aam Amiruddin, skripsi berjudul Metode Penafsiran al-Qur’an
Aam Amiruddin, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia karya M. Zaka
al-Farisi, dan Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi
1990 karya Ismail Lubis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan sumber data
dilakukan dengan menempuh teknik dokumentasi. Yakni yang berkaitan
dengan sumber data berupa dokumen atau hasil-hasil karya ilmiah.19
Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Adapun
19 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 234.
13
wawancara ini dilakukan untuk menggali data yang lebih lengkap pada
narasumber yaitu Aam Amiruddin.
4. Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik
yakni mula-mula penulis mendeskripsikan perkembangan terjemah al-
Qur’an di Indonesia, biografi tokoh, latar belakang penyusunan Terjemah
Al-Mu‘a>s}ir dan selanjutnya penulis memfokuskan diri dengan
menganalisis epistemologi terjemah yang digunakan oleh Aam Amiruddin
dengan mengacu pada salah satu karyanya yakni Terjemah Al-Mu‘a>s}ir.
Adapun untuk lebih memfokuskan penelitian maka penulis hanya meneliti
beberapa terjemahan ayat al-Qur’an yang berbeda dengan terjemahan
Departemen Agama, di antaranya yaitu kata qa>s{ira>t al-t}arfi dalam surat
Al-Rahma<n (55):56, As}-S}a>ffa>t (37):48 dan S}a>d (38):52, serta kata h}u>run
dalam Al-Rah}ma>n (55):72. Selain itu, kata isra>fu dalam surat Al-Zumar
(39):53, dan surat T}a>ha> (20):127.
Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan filsafat yang dikhususkan pada sisi epistemologis.
Epistemologis yang dimaksud yaitu suatu upaya untuk menelusuri tentang
hakekat dan kebenaran ilmu pengetahuan yang mana meliputi: sumber
pengetahuan, metode pengetahuan, dan validitas pengetahuan. Adapun
jika ditarik ke dalam kajian terjemah, pendekatan tersebut menjadi
pendekatan epistemologi terjemah yang mencakup sumber terjemah,
14
metode terjemah, dan validitas terjemah al-Qur’an. Akan tetapi penulis
hanya mengkaji sumber dan metode terjemah al-Qur’an.
F. Sistematika Pembahasan
Sebagai sebuah penelitian maka diperlukan sitematika atau urutan bab
yang membantu untuk menjawab rumusan masalah tersebut di atas. Sedang dalam
hal ini penulis merumuskan lima bab, di antaranya yaitu bab pertama yang
meliputi latar belakang masalah, problem akademik yang hendak dipecahkan
dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, dan metode
penelitian untuk menjelaskan bagaimana langkah-langkah penelitian hingga
mampu menjawab problem yang diajukan penulis.
Bab kedua merupakan deskripsi secara umum mengenai perkembangan
terjemah al-Qur’an di Indonesia dengan menambahkan penjelasan tentang sejarah
dan metode terjemah al-Qur’an di Indonesia.
Bab ketiga berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir karya Aam Amiruddin. Baik itu berkenaan dengan penyusun terjemah
tersebut, latar belakang penulisan, dan deskripsi mengenai Terjemah Al-Mu‘a>s}ir.
Bab keempat mengkaji tentang epistemologi Terjemah Al-Mu‘a>s}ir karya
Aam Amiruddin. Yang menjabarkan sumber-sumber terjemah dan metode
terjemah. Selain itu dalam bab ini juga membahas kontribusi Terjemah Al-Mu‘a>s}ir
terhadap pengembangan terjemah al-Qur’an di Indonesia.
15
Bab kelima merupakan konklusi dari temuan-temuan dalam penelitian ini
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan terutama mengenai
kajian epistemologi terjemah al-Qur’an.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber-sumber yang digunakan Aam Amiruddin dalam menerjemahkan
al-Qur’an di antaranya yaitu;
a. Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama
b. Kitab-kitab Tafsir al-Qur’an
Adapun kitab-kitab tafsir yang dipergunakannya, di
antaranya yaitu: Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}hi>m karya Ibnu Kas}i>r (w.
1373), Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an karya Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir ath-Thabari (w.923 M), Tanwi>r al-Miqba>s
min Tafsi>r Ibn Abbas disusun oleh Abu Thahir Muhmmad Ibnu
Ya’qub al-Fairuzabadi, dan Tafsir Jala>layn karya Jala>luddi>n al-
Mah}alli (w. 1459) dan Jalaluddin as-Suyuti. Sedangkan kitab-kitab
tafsir yang dijadikan perbandingan ialah kitab tafsir modern di
antaranya yaitu: Tafsi>r Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n, Tafsi>r Al-Mana>r, Tafsir
Al-Maraghy, Tafsir Al-Misbah, dan Tafsir Al-Bayan.
c. Akal/ Ijtihad
Akal di sini difungsikan sebagai alat untuk menangkap
konsep-konsep mental dan intelektual yang bersifat non-fisik yang
ada di dalam al-Qur’an. Dalam hal ini terdapat istilah yang
105
ditelorkan oleh Aam Amiruddin yakni istilah “logika qur’ani”.
“Logika qur’ani” ialah logika dan kerangka berpikir yang diserap
dari pesan atau nilai-nilai al-Qur’an.
2. Metode Aam Amiruddin dalam menerjemahkan al-Qur’an:
Metode yang digunakan Aam dalam menerjemahkan ayat-ayat al-
Qur’an ialah metode ijmali (global) dan komparatif. Selain itu, Terjemah
Al-Mu‘a<s{ir bisa dikategorikan dalam terjemah ma’nawiyyah. Sebab, Aam
tidak hanya mengalihbahasakan tetapi lebih mengedepankan maksud atau
isi kandungan yang terkandung dalam bahasa asal yang diterjemahkan.
Adapun untuk mengetahui maksud ayat tersebut, ia merujuk pada kitab-
kitab tafsir, antara lain; Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}hi>m karya Ibnu Kasir,
Tanwi>r al-Miqba>s min Tafsi>r Ibn Abbas, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-
Qur’an karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, dan Tafsir
Jalalayn. Adapun langkah-langkah yang Aam tempuh dalam
menerjemahkan ayat yakni:
1) Membaca satu ayat,
2) Membaca tafsir ayat tersebut,
3) Membandingkan dengan Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen
Agama,
4) Menuliskan hasil penerjemahannya.
106
B. Saran-saran
Adapun saran bagi peneliti selanjutnya, apabila hendak melakukan
penelitian serupa lebih baik menguasai teori terjemah dan kaidah bahasa
Arab. Sedangkan peluang penelitian yang masih bisa digali dari penelitian
ini ialah validitas Terjemah Al-Mu‘a<s{ir karya Aam Amiruddin. Karena
terdapat kekurangan dalam penelitian ini maka dari itu penulis meminta
saran dan kritik untuk perbaikan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Indal. “Potret Kronologis Tafsir Indonesia” dalam Esensia, Vol. III, No. 2, Juli 2002.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Alvabet,
2005. Amiruddin, Aam. Tafsir Kontemporer Juz Amma jilid I. Bandung: Khazanah
Intelektual, 2004. ______. Al-Qur’an Al-Mu‘a<s{ir Terjemah Kontemporer. Bandung: Khazanah
Intelektual, 2012. Anwar, Rosihon. Ulumul al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Baidan, Nashruddin. Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011. Bakry, Oemar. Tafsir Rahmat. ttp: Mutiara, 1984. al-Barry, Pius A. Partanto dan M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola, 1994. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
Departemen Agama, 1965. ad-Dimasyqi, Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}hi>m juz 27.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010. al-Fairuzabadi, Abu Thahir Muhmmad Ibnu Ya’qub. Tanwi>r al-Miqba>s min
Tafsi>r Ibn Abbas. ttt: Dar al-Fikr, 1951. ______. Tanwi>r al-Miqba>s min Tafsi>r Ibn Abbas. Jordan: Royal Aal al-Bayt
Institute for Islamic Thought , 2007. Faridzzaman, “Metode Penafsiran al-Qur’an Aam Amiruddin (Telaah atas Buku
Tafsir al-Qur’an Kontemporer : Juz ‘Amma Karya Aam Amiruddin)” skripsi jurusan Tafsir Hadis, fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, 2008.
al-Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011. Federspiel, Howard M. Kajian al-Qur’an di Indonesia dari Mahmud Yunus
hingga Quraish Shihab. Jakarta: Mizan, 1996.
108
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutik hingga Ideologi. Jakarta: Teraju, 2002.
Hartono. Belajar Menerjemahkan: Teori dan Praktek. Malang: UMM Press,
2003. Hasan, Ainon Mohd. dan Abdullah. Teori dan Teknin Terjemahan. Kuala
Lumpur: PTS Professional Publishing, 2000. Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’anTelaah Tekstualitas dan Kontekstualtas al-Qur’an.
Bandung: Tafakur, 2011 Jassin, H.B. Kontroversi Al-Qur’an Berwajah Puisi. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1995. ______. Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia. Jakarta, Jembatan, 1977. Kartanegara, Mulyadhi. Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam
Bandung: Mizan, 2005. ______. Mozaik Khazanah Islam Bunga Rampai dari Chicago Jakarta:
Paramadina, 2010.
Kholis, Nur. Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadis. Yogyakarta: Teras, 2008.
Lubis, Ismail. Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001. al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi Jilid 27. Semarang: Toha Putra,
1987. Mubin, Nurul. Misteri Bidadari Surga. Yogyakarta: Diva Press, 2007. Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKis, 2010. Mutiara, Polemik Oemar Bakry dengan H.B. Yassin tentang Al-Qur’anul Karim
Bacaan Mulia. Jakarta: Mutiara, 1979. Newmark, Peter. A Textbook of Translation. London: Prentice Hall, 1988. Noer, Deliar. Gerakan Modern dalam Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:
LP3ES, 1991. al-Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l. Maba>h{is\ fi> ‘Ulu>mil Qur’a>n. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2010.
109
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Qur’an Jilid 1. Jakarta: Gema Insani, 2000. Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Sa’adah, Lailatus. “Epistemologi Al-Qur’an dan Tarjamah Tafsiriyah Majelis
Mujahidin”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Tafsir al-Qur’anul Madjied “an-Nur”. Jakarta: Bulan
Bintang, 1965. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an
Juz 13. Jakarta: Lentera Hati, 2002. ______. Membumikan al-Qur’an jilid 2. Jakarta: Lentera Hati, 2010. Sudarminta, J. Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius, 2004. Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Press, 2013. as-Suyuti, Jalaluddin al-Mahalliy dan Jalaluddin. Tafsir Jalalayn juz 4. Bandung:
Sinar Baru, 1990. Syamsu, Nazwar. Koreksi Terjemahan Bacaan Mulia HB Jassin (Padang Panjang:
Pustaka Saadiyah 1916, 1978. Syihabuddin, Telaah Ihwal Hukum Menerjemahkan Nas Keagamaan dilihat dari
Teori Menerjemah, Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Yunianti, Fitria Sari. “Bias Ideologi pada Penerjemahan al-Qur’an M.H. Shakir
(Syi’ah) dan Shah Faridul Haque (Barelwi) Tinjuan Linguistik dan Teologis” dalam Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis, No. 2, Vol. XII, 2011.
Durori, Khoiron. “Catatan Awal Tentang al-Qur’an dan Terjemahnya” dalam
http://www.kemenag.go.id Sumantri, Anton. “Fatwa Haram Golput Tidak Langgar HAM” dalam
http://news.unpad.ac.id.
110
Wawancara dengan Aam Amirudddin, Direktur Percikan Iman Tour & Travel Haji & Umroh di Kantor Percikan Iman, di Bandung tanggal 1 April 2014.
www.percikaniman.org
http://puijabar.org.
http://www.ppsuinsgdbdg.ac.id.
111
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Draft Wawancara
Judul : Epistemologi Terjemah Al-Mu‘a>s}ir Karya Aam Amiruddin
Peneliti : Lasti Ardhina
Jur/ Fak. : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir/ Ushuluddin
Universitas : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Narasumber : Aam Amiruddin
Daftar Pertanyaan:
1. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari buku karya Bapak yakni
Tafsir Kontemporer dan dari website Percikan Iman, Bapak pernah
“nyantri” di Pondok Pesantren Persatuan Islam Bandung saat SLTP
dan SLTA. Bermula dari hal tersebut, kitab-kitab apa saja yang Bapak
kaji dan apakah kitab-kitab tersebut memberikan pengaruh (baca:
menginspirasi) terhadap pemikiran Bapak ?
2. Setelah menamatkan SLTA, Bapak pernah menimba ilmu ke Jakarta di
Ma’had Ta’lim Lugah al-‘Arabiyyah, UI, dan IKIP. Bahkan
memperoleh beasiswa dari pemerintah Saudi Arabia. Bagaimana
kronologi ceritanya sehingga Bapak duduk di beberapa universitas dan
Apakah alasan Bapak sehingga memutuskan untuk mengambil
112
beasiswa S1 dalam bidang islamic studies ? Sedang pada jenjang
berikutnya Bapak lebih memilih untuk menekuni bidang ilmu
komunikasi, apa yang melatarbelakangi keputusan Bapak tersebut ?
3. Untuk sekarang ini kegiatan atau kesibukan apa yang sedang Bapak
jalani ?
4. Bapak merupakan pendidik dan juga dai yang sangat produktif
meghasilkan karya, dalam waktu dekat ini apakah Bapak sedang
menggarap sebuah buku ?
5. Dalam pengantar Terjemah Al-Mu‘a>s}ir Bapak menuliskan bahwa
karena adanya gap komunikasi bagi umat Islam yang kurang memiliki
akses pemahaman bahasa Arab maka Bapak menerjemahkan ayat al-
Qur’an, Apakah terdapat alasan, motivasi dan tujuan lain selain yang
tersebut di atas ? Serta apa yang melatarbelakangi Bapak menulis
Terjemah Al-Mu‘a>s}ir ?
6. Kapan Bapak mulai menerjemahkan ayat al-Qur’an (Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir ) dan tepatnya kapan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir selesai digarap ?
7. Apa kendala yang Bapak alami ketika menerjemahkan ayat al-Qur’an?
8. Bagaimana respon Depag terhadap penerjemahan yang Bapak
lakukan?
9. Siapa saja yang berpengaruh atau memberikan ide pada Bapak dalam
menyelesaikan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir ?
10. Mengapa hasil terjemahan tersebut Bapak namai dengan Terjemah Al-
Mu‘a>s}ir ?
113
11. Dalam pengantar Terjemah Al-Mu‘a<s{ir, dikatakan bahwa Al-Mu‘a<s{ir
sendiri memiliki arti modern, kekinian, dan kontekstual. Terjemah Al-
Mu‘a<s{ir ini akan lebih mudah dicerna dan lebih kontekstual sehingga
umat akan lebih mudah memahami maksud ayat. Apakah Bapak bisa
menunjukkan contoh terjemahan dalam Terjemah Al-Mu‘a<s{ir yang
masuk dalam kategori kontekstual dan dalam terjemah Depag yang
menurut Bapak kurang kontekstual ?
12. Menurut Bapak kriteria apa saja yang harus dipenuhi sehingga
terjemah tersebut bisa dikatakan kontekstual, kekinian dan
kontemporer ?
13. Di manakah letak konstekstual atau kontemporer yang dimaksud oleh
Bapak ?
14. Sebelum dan saat melakukan penerjemahan, buku, kitab tafsir atau
terjemah al-Qur’an apa saja yang telah Bapak baca ? Apakah karya-
karya tersebut Bapak jadikan sebagai sumber referensi dan atau bahan
perbandingan ?
15. Dalam Terjemah Al-Mu‘a>s}ir terdapat mutiara hadis, kitab-kitab apa
saja yang dijadikan rujukan ? apakah terdapat kriteria tertentu dalam
mencantumkan hadis-hadis tersebut dalam Terjemah Al-Mu‘a>s}ir ?
16. Apa maksud dan tujuan mencantumkan hadis-hadis dalam Terjemah
Al-Mu‘a>s}ir ?
17. Dalam pengantar Terjemah Al-Mu‘a>s}ir terdapat istilah “logika
qur’ani”. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan “logika qur’ani”
114
tersebut ? Kemudian jika terjemahan ayat al-Qur’an yang tidak sesuai
dengan Terjemah Al-Mu‘a>s}ir, apa bisa dikatakan bahwa terjemahan
tersebut tidak qur’ani ?
18. Juga terdapat kata bidadari-bidadara, Apakah ini termasuk dalam
“logika qur’ani” atau logika manusiawi ?
19. Dalam Terjemah Al-Mu‘a>s}ir, qa>s{ira>t al-t}arfi diartikan sebagai
pasangan-pasangan, seperti dalam surat As}-S}a>ffa>t ayat 48 dan S}a>d ayat
52. Namun jika dicermati lebih dalam surat As}-S}a>ffa>t ayat 48 (Di sisi
mereka ada pasangan-pasangan bermata indah, yang tidak liar
pandangannya.1) terasa ganjil jika saya gambarkan sebagai berikut;
Misal: Kotak adalah Surga untuk satu ahli surga
B
A B
B B
NB:
A : Penghuni Surga
B : Pasangan-pasangan
Jika saya memahami di sisi mereka ada pasangan-pasangan,
adalah penghuni surga yang di samping mereka ada pasangan-
1 Lihat Aam Amiruddin, Al-Qur’an Al-Mu‘a<s{ir Terjemah Kontemporer, hlm. 447.
115
pasangan maka bisa dipahami bahwa pasangan-pasangan tersebut
merupakan sepasang laki-laki dan perempuan dan bukan lagi
merupakan fasilitas yang diberikan Tuhan, kemudian penghuni surga
tersebut berpasangan dengan siapa ? Bagaimana menjelaskan ini
dengan “logika qur’ani” yang Bapak usung ?
20. Sejauh mana Bapak menggunakan asbab nuzul ?
21. Dalam menerjemahkan suatu ayat, langkah apa saja yang Bapak
tempuh ? serta metode dan pendekatan apa yang Bapak pergunakan ?
22. Dikatakan bahwa Bapak menggunakan pendekatan terjemah
ma’nawiyyah yang lebih mengutamakan struktur bahasa Indonesia
sehingga lebih mudah dipahami, menurut Bapak terjemah Depag pada
surat dan ayat berapa yang struktur bahasanya sulit untuk dipahami ?
23. Ketika menghadapi kata yang sulit dialihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia, langkah atau trik apa yang Bapak tempuh menyelesaikan
persoalan tersebut ?
24. Peter Newmark membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya
pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target. Bapak
sendiri dalam menerjemahkan ayat al-Qur’an lebih menitik beratkan
pada bahasa sumber atau bahasa target ? Mengapa demikian ?
B. Ta
ashih Mushhaf dan Ter
rjemah al-QQur’an
116
C. Da
aftar Namaa-nama Konnsultan
117
D. Co
ontoh
118
119
CURRICULUM VITAE
Nama : Lasti Ardhina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl lahir : Tegal, 25 Nopember 1990
Alamat asal : Desa Dawuhan RT 08 RW 02 Kec. Talang Kab. Tegal,
Jawa Tengah.
Alamat Yogyakarta : Sapen GK 1/ 619, Gondokusuman-Demangan, Yogyakarta
Telp/ email : 085727887475/ [email protected]
Nama ayah : Suhari (Alm.)
Nama Ibu : Ngadinem
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 1 Dawuhan : 1997-2003
SMP Ihsaniyah Kota Tegal : 2003-2006
SMA Negeri 4 Kota Tegal : 2006-2009
UIN Sunan Kalijaga : 2010-2014
Riwayat Organisasi :
1. Sekertaris Divisi Tafsir UKM JQH al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Periode
2012/2013.
2. Bendahara II Pengurus Harian UKM JQH al-Mizan UIN Sunan Kalijaga
Periode 2013/2014.
119
CURRICULUM VITAE
Nama : Lasti Ardhina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl lahir : Tegal, 25 Nopember 1990
Alamat asal : Desa Dawuhan RT 08 RW 02 Kec. Talang Kab. Tegal,
Jawa Tengah.
Alamat Yogyakarta : Sapen GK 1/ 619, Gondokusuman-Demangan, Yogyakarta
Telp/ email : 085727887475/ [email protected]
Nama ayah : Suhari (Alm.)
Nama Ibu : Ngadinem
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 1 Dawuhan : 1997-2003
SMP Ihsaniyah Kota Tegal : 2003-2006
SMA Negeri 4 Kota Tegal : 2006-2009
UIN Sunan Kalijaga : 2010-2014
Riwayat Organisasi :
1. Sekertaris Divisi Tafsir UKM JQH al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Periode
2012/2013.
2. Bendahara II Pengurus Harian UKM JQH al-Mizan UIN Sunan Kalijaga
Periode 2013/2014.